Professional Documents
Culture Documents
(Bag. 1)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)
Dan saya mengetahui banyak dari doktor-doktor dari pengikut manhaj Quthuby
yang mentazkiyah Sayyid Quthb bahwasanya tidak ada seorangpun yang
menandinginya dalam menjelaskan makna Laa Ilaha Illallah dan saya tidak
mengetahui seorangpun sepertinya yang paling merusak makna Laa Ilaha Illallah
sebagaimana dalam kitabnya Fi Dzilalil Qur’an dan Ma’alim Fith Thoriq karena
dia tidak melihat ada yang menafikan kalimat tauhid Laa Ilaha Illallah kecuali
siapa yang berpaling dari Hakimiyah. Adapun penyimpangan-penyimpangan
dalam agama semuanya, maka dia tidak melihatnya sebagai kesesatan. Maka
apa yang terdapat pada kelompok-kelompok Islam yang sesat dari aqidah-
aqidah yang rusak seperti hululiyah, wihdatul wujud, rhofidhoh, penyembah
kuburan, kesyirikan-kesyirikan, kesesatan-kesesatan dan seterusnya semuanya
ini sama sekali tidak melihatnya sebagai kesesatan karena (Sayyid Quthb)
mengatakan bahwa mereka tidak menyembah kepada selain Allah dan tidak
memberikan persaksian ibadah kepada selain Allah. Maka seluruh amalan
kesyirikan ini tidak ia anggap sebagai kesyirikan dan amalan-amalan mereka
yang bertaqarrub kepada wali-wali dan kuburan-kuburan, dia tidak menganggap
mereka menyelisihi manhaj Allah dan menyelisihi Laa Ilaha Illallah. Ini adalah
puncak kesesatan dan jika mereka (Yayasan Wahdah Islamiyah) masih
berkaitan dengan Tauhid orang ini (Sayyid Quthb) yang ia namakan Tauhid
Hakimiyah, maka mereka (Yayasan Wahdah Islamiyah -pent) termasuk
kelompok-kelompok sesat yang sangat berbahaya dan jika membela manhaj
Sayyid Quthb dan berwala’ dengannya maka dia termasuk kelompok yang paling
sesat, waliyadzu billah.
“Dan tidaklah Saya menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku”
(QS. Adz Dzaariyaat : 56)
Dan ibadah adalah perkara yang mencakup segala yang dicintai dan diridhoi
oleh Allah berupa perkataan dan perbuatan baik yang zhohir maupun yang batin,
dan ibadah adalah sholat, zakat, puasa, haji, sedekah, berbuat baik dan
kebajikan. Ini ibadah tersebut dan bukan hakimiyah saja dan hakimiyah di sisi
kami mempunyai kedudukan dalam Islam. Tetapi hakimiyah itu punya dalil-dalil
tersendiri seperti :
“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa-apa yang diturunkan oleh
Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir”. (QS. Al Maidah : 44)
“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa-apa yang diturunkan oleh
Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zholim” (QS. Al-Ma`idah : 45)
“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa-apa yang diturunkan oleh
Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq”. (QS. Al-Ma`idah : 47)
Dan ayat-ayat yang semakna dengannya. Adapun untuk dianggap sebagai hal
yang paling khusus dari makna Laa Ilaha Illalllah maka tidak ada seorangpun
yang mengatakannya baik dari orang-orang yang terdahulu maupun orang-orang
sekarang kecuali Sayyid Quthb dan orang-orang yang taqlid (membebek buta)
kepadanya. Ini adalah penafsiran bid’ah dan sesat yang menyebabkan pengikut-
pengikutnya terjerumus dalam puncak kesesatan. Hakimiyah termasuk hak-
haknya Laa Ilaha Illallah dan dia adalah perkara yang sangat penting dalam
Islam tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang kafir. Tetapi kita tidak
mengatakan bahwa Hakimiyah adalah hal yang paling khusus dari uluhiyah dan
hal yang paling khusus dari makna Laa Ilaha Illallah dan bahwa makna Laa Ilaha
Illallah itu adalah tidak ada Hakim selain Allah. Ini adalah sesat yaitu lebih sesat
dari penafsirannya orang-orang mutakallimin (ahli Filsafat) yang sesat yang
menafsirkan makna Laa Ilaha Illallah dengan tidak ada pencipta, tidak ada
pemberi rezki kecuali Allah. Benar bahwa tidak ada pencipta, tidak ada pemberi
rezki kecuali Allah, akan tetapi ini bukanlah makna Laa Ilaha Illallah. Penciptaan,
pemberian rezki dan selainnya dari sifat-sifat Allah, telah ada nash-nashnya
tersendiri :
Ini adalah dalil-dalilnya. Akan tetapi para ulama salaf menafsirkan Laa Ilaha
Illallah dengan tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali
Allah. Dan mereka menafsirkan ibadah-ibadah yaitu syari’at-syari’at Islamiyah
yang telah kami sebutkan dan yang selainnya. Maka jika dia tidak beriman
terhadap tauhid hakimiyah menurut cara Sayyid Quthb maka dia adalah sesat.
Dan bila mereka memiliki sejumlah perkara (yang telah disebutkan-pent) dengan
bertumpu pada ahli bid’ah dan orang-orang sesat maka adalah indikasi
kesesatan dan penyimpangan mereka.
Dan pembicaraan tentang mereka (YWI-pent) akan panjang, akan tetapi disini
disebutkan tentang pimpinan dari yayasan ini (Muh. Zaitun Rasmin-pent) yang
berkata ketika mensyarah kitab “Al Ushul Al-‘Ilmiyah fid Da’wah As-Salafiyah”
karangan ‘Abdurrahman ‘Abdul Kholiq, dan ‘Abdurrahman ‘Abdul Kholiq ini
mengaburkan da’wah Salafiyah dan mengaburkan pengikutnya dan
menyesatkan banyak pemuda di dunia. Dan buku ini termasuk bukunya yang
baik dan padanya ada beberapa kritikan. Maka kalau dia (Zaitun-pent)
menetapkan tauhid Hakimiyah dengan model seperti ini, maka itu termasuk
kesesatan-kesesatan ‘Abdurrahman ‘Abdul Kholiq dan para ‘ulama telah
membantahnya tatkala dia menjadikan tauhid Hakimiyah sebagai bagian
keempat (dari pembagian tauhid), karena tauhid Hakimiyah bukan bagian
tersendiri dari bagian manapun dari jenis-jenis tauhid. Akan tetapi dia termasuk
atau bagian dari hukum Laa Ilaha Illallah sebagaimana kata Syaikh Ibnu Baz
rahimahullah, atau masuk ke dalam tauhid rububiyyah atau tauhid uluhiyah. Ini
(menjadikan tauhid hakimiyah sebagai tauhid keempat-pent) adalah perkara
yang baru yang mereka buat-buat. Kadang-kadang (tauhid Hakimiyah) masuk
pada tauhid rububiyah dari satu sisi dan masuk pada tauhid uluhiyah dari sisi
yang lain. Dia hanya mengikut dan bukanlah pokok yang berdiri sendiri dan
bukan pula bagian tersendiri dari bagian-bagian tauhid.
Footnote :
Sumber : Fatwa Imam Jarh wat Ta’dil, Syaikh Robi’ bin Hady Al-Madkhaly
(hafidzhahullah) tentang Kesesatan Jama’ah/Yayasan Wahdah Islamiyah,
Penerbit : Ma’had As-Sunnah Makassar (2002). Fatwa ini direkam di rumah
beliau di Makkah Al-Mukarramah -semoga Allah menjaganya- pada hari Jum’at,
tanggal 23 Ramadhan 1420 H / 31 Desember 1999 dan diterjemahkan dari kaset
berbahasa Arab oleh pengasuh Pondok Pesantren As-Sunnah Makassar.
http://almakassari.com/artikel-islam/manhaj/fatwa-kesesatan-jamaah-yayasan-
ormas-wahdah-islamiyah.html