You are on page 1of 5

FATWA KESESATAN JAMA’AH / ORMAS / YAYASAN WAHDAH ISLAMIYAH

(Bag. 1)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)

Wahai penanya yang mulia, pertanyaan-pertanyaan berikut ini seputar jama’ah


atau yayasan yang mereka namakan Yayasan Wahdah Islamiyah (YWI-pent).
Dari selah-selah apa yang antum ajukan tentang jama’ah ini, maka saya melihat
bahwasanya mereka adalah Jama’ah Hizbiyah QutHbiyah Sururiyah berlawanan
dengan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan manhaj mereka bertentangan dengan
manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah.

Mereka ikut bersama dengan kelompok-kelompok yang sesat dalam perkataan


mereka tentang bolehnya berdemonstrasi dan bolehnya ikut pemilu kadang
dengan ber-istisyhad (berpatokan, menjadikannya sebagai penguat) pada fatwa
sebagian ‘Ulama Ahlussunnah, tetapi kenyataannya, orang yang memperhatikan
fatwa-fatwa tersebut dan mengetahui syarat-syarat yang disebutkan oleh para
‘ulama dalam hal bolehnya ikut pemilu, maka dia akan melihat/mendapati
bahwasanya mereka tidak konsisten dengan syarat-syarat tersebut, seandainya
mereka konsisten dengannya maka mereka tidak akan ikut Pemilu di negeri
manapun di antara negeri-negeri yang ada sekarang.

Dan ucapan mereka tentang Tauhid Hakimiyah, mereka mengambilnya dari


Sayyid Quthb. Hakimiyah menurut Sayyid Quthb adalah hal yang paling khusus
dari Tauhid Uluhiyah (Tauhid Ibadah) dan dengannya (pemahamannnya tentang
tauhid hakimiyah ini-pent) ia mengkafirkan seluruh masyarakat muslim tanpa
mengecualikan pribadi dan jama’ah pun kecuali orang-orang yang semodel
dengannya, tetapi pada saat yang sama dia tidak memberi perhatian dan tidak
peduli dari segala bid’ah-bid’ah kekufuran seperti men-Ta’thil (membatalkan,
membuang) sifat-sifat Allah, pemahaman hululiyah (pemahaman kufur yang
menganggap bahwa Allah menyatu dengan makhlukNya), (pemahaman)
wihdatul wujud (menganggap semua yang ada hakikatnya adalah Allah),
mencerca shahabat, menikam (baca: merendahkan) sebagian Nabi-nabi, orang
ini tidak peduli dengan semua perkara tadi dan (demikian pula) para pengikutnya
tidak peduli dengan segala sesuatu dari bentuk kesesatan yang ia (Sayyid
Quthb) dan orang-orang yang semisal dengannya jatuh di dalamnya.
Bagaimanapun sesatnya seseorang pada ‘aqidahnya dia tidak memandangnya
sebagai kesesatan yang menafikan Laa Ilaha Illallah sebagaimana perbuatan
(baca:pandangan) Sayyid Quthb dalam kitabnya Ma’alim fit Thoriq yaitu dia
menganggap semua masyarakat Islam sesat dan dia tidak melihat kesesatannya
itu dalam ‘aqidahnya ataupun selain ‘aqidah dan dia menganggap bahwa
kesesatan itu hanyalah dalam masalah hakimiyah saja. Ini semuanya adalah
kebodohan dan kesesatan dan pokok yang paling mendasar dari pemahaman
Murji’ah ekstrim. Bahkan manhaj ini yang tidak menganggap bahwa bid’ah
Rofidhoh (syiah ekstrim), Khawarij (kelompok yang mengkafirkan pelaku dosa
besar), Shufiyah Quburiyah yang di dalamnya ada istighoshah (meminta tolong)
kepada selain Allah, hululiyah dan wihdatul wujud, dia tidak melihat perkara-
perkara ini menafikan Laa Ilaha Illallah. Sesungguhnya ini adalah kesesatan
yang paling sesat dan dia menetapkan hal ini dalam kitabnya “Ma’alim fit Thoriq”
dia tidak menganggap ada dalam masyarakat kaum muslimin perkara-perkara
yang mengkafirkan kecuali kalau menyelisihi Hakimiyah saja. Ini adalah
kesesatan yang tiada bandingannya melampaui segala kelompok yang sesat,
Wal’iyadzu billah.

Dan saya mengetahui banyak dari doktor-doktor dari pengikut manhaj Quthuby
yang mentazkiyah Sayyid Quthb bahwasanya tidak ada seorangpun yang
menandinginya dalam menjelaskan makna Laa Ilaha Illallah dan saya tidak
mengetahui seorangpun sepertinya yang paling merusak makna Laa Ilaha Illallah
sebagaimana dalam kitabnya Fi Dzilalil Qur’an dan Ma’alim Fith Thoriq karena
dia tidak melihat ada yang menafikan kalimat tauhid Laa Ilaha Illallah kecuali
siapa yang berpaling dari Hakimiyah. Adapun penyimpangan-penyimpangan
dalam agama semuanya, maka dia tidak melihatnya sebagai kesesatan. Maka
apa yang terdapat pada kelompok-kelompok Islam yang sesat dari aqidah-
aqidah yang rusak seperti hululiyah, wihdatul wujud, rhofidhoh, penyembah
kuburan, kesyirikan-kesyirikan, kesesatan-kesesatan dan seterusnya semuanya
ini sama sekali tidak melihatnya sebagai kesesatan karena (Sayyid Quthb)
mengatakan bahwa mereka tidak menyembah kepada selain Allah dan tidak
memberikan persaksian ibadah kepada selain Allah. Maka seluruh amalan
kesyirikan ini tidak ia anggap sebagai kesyirikan dan amalan-amalan mereka
yang bertaqarrub kepada wali-wali dan kuburan-kuburan, dia tidak menganggap
mereka menyelisihi manhaj Allah dan menyelisihi Laa Ilaha Illallah. Ini adalah
puncak kesesatan dan jika mereka (Yayasan Wahdah Islamiyah) masih
berkaitan dengan Tauhid orang ini (Sayyid Quthb) yang ia namakan Tauhid
Hakimiyah, maka mereka (Yayasan Wahdah Islamiyah -pent) termasuk
kelompok-kelompok sesat yang sangat berbahaya dan jika membela manhaj
Sayyid Quthb dan berwala’ dengannya maka dia termasuk kelompok yang paling
sesat, waliyadzu billah.

Maka tanyakanlah mereka (Yayasan Wahdah Islamiyah -pent) :

* Bagaimana pendiriannya terhadap Sayyid Quthb dan sesesatan-


kesesatannya?
* Bagaimana pendirian mereka terhadap celaan Sayyid Quthb terhadap Nabi
Allah Musa ‘alaihis Salaam ?
* Bagaimana pendirian mereka terhadap caci makian Sayyid Quthb kepada
shahabat-shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam ?
* Bagaimana pendirian mereka dari Ta’thil-nya kepada sifat-sifat Allah Azza
wa Jalla ?
* Bagaimana pendirian mereka tentang ucapannya tentang isytirakiyah
(Sosialisme) ?
* Bagaimanakah pendirian mereka dari ucapan Sayyid Quthb bahwasanya Al-
Quran itu Makhluk ?
* Bagaimana pendirian mereka tentang pengkafirannya terhadap ummat
dengan kebodohan dan kedzholiman ?
* Bagaimana pendiriannya dalam mema’afkan/membiarkan orang-orang sesat
yang menisbahkan dirinya kepada Islam dari (perbuatan) syirik akbar seperti
menyembelih kepada selain Allah, meminta pertolongan kepda selain Allah,
tawaf di kuburan-kuburan, bersujud padanya, menyembelih untuknya, bernazar
untuknya, men-Ta’thil sifat-sifat Allah dan banyak diantara mereka berfaham
hululiyah, wihdautl wujud dan banyak diatara mereka bathiniyah, bagaimana
pendirian mereka (YWI) terhadap mereka ?

Mereka tidak memiliki sikap apapun.

Bahkan ia (Sayyid Quthb) menetapkan semua perkara ini dan tidak


memandangnya menafikan Laa Ilaha Illallah, dan kitab ini ada maka bacalah
ucapannya dalam Bab Manhajul Hayat. Dia mendatangkan bencana-bencana ini
yang dia meletakkan baginya suatu judul yang sangat menarik untuk mengelabui
Ahlut Tauhid. Akan tetapi siapa yang membaca dari apa yang dia goreskan di
bawah judul ini, maka dia akan melihat bahwa orang ini (Sayyid Quthb) termasuk
orang yang paling bodoh terhadap Tauhidullah dan termasuk orang yang paling
kuat penetapannya terhadap seluruh kebatilan yang ada pada kelompok-
kelompok Islam dan dia tidak mengingkarinya dan tidak melihat adanya
penyimpangan kecuali dalam Tauhid Hakimiyah saja. Tauhid Hakimiyah tidaklah
sebagaimana yang mereka katakan. Hakimiyah bukanlah hal yang paling khusus
dari Uluhiyah. Perkara yang paling khusus dari Uluhiyah adalah apa yang Allah
wajibkan dari hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya.

“Dan tidaklah Saya menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku”
(QS. Adz Dzaariyaat : 56)

Dan ibadah adalah perkara yang mencakup segala yang dicintai dan diridhoi
oleh Allah berupa perkataan dan perbuatan baik yang zhohir maupun yang batin,
dan ibadah adalah sholat, zakat, puasa, haji, sedekah, berbuat baik dan
kebajikan. Ini ibadah tersebut dan bukan hakimiyah saja dan hakimiyah di sisi
kami mempunyai kedudukan dalam Islam. Tetapi hakimiyah itu punya dalil-dalil
tersendiri seperti :

“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa-apa yang diturunkan oleh
Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir”. (QS. Al Maidah : 44)

“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa-apa yang diturunkan oleh
Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zholim” (QS. Al-Ma`idah : 45)

“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa-apa yang diturunkan oleh
Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq”. (QS. Al-Ma`idah : 47)

Dan ayat-ayat yang semakna dengannya. Adapun untuk dianggap sebagai hal
yang paling khusus dari makna Laa Ilaha Illalllah maka tidak ada seorangpun
yang mengatakannya baik dari orang-orang yang terdahulu maupun orang-orang
sekarang kecuali Sayyid Quthb dan orang-orang yang taqlid (membebek buta)
kepadanya. Ini adalah penafsiran bid’ah dan sesat yang menyebabkan pengikut-
pengikutnya terjerumus dalam puncak kesesatan. Hakimiyah termasuk hak-
haknya Laa Ilaha Illallah dan dia adalah perkara yang sangat penting dalam
Islam tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang kafir. Tetapi kita tidak
mengatakan bahwa Hakimiyah adalah hal yang paling khusus dari uluhiyah dan
hal yang paling khusus dari makna Laa Ilaha Illallah dan bahwa makna Laa Ilaha
Illallah itu adalah tidak ada Hakim selain Allah. Ini adalah sesat yaitu lebih sesat
dari penafsirannya orang-orang mutakallimin (ahli Filsafat) yang sesat yang
menafsirkan makna Laa Ilaha Illallah dengan tidak ada pencipta, tidak ada
pemberi rezki kecuali Allah. Benar bahwa tidak ada pencipta, tidak ada pemberi
rezki kecuali Allah, akan tetapi ini bukanlah makna Laa Ilaha Illallah. Penciptaan,
pemberian rezki dan selainnya dari sifat-sifat Allah, telah ada nash-nashnya
tersendiri :

“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan” (QS. Al-Hasyr : 47)

“Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi Rezki Yang Mempunya Kekuatan


lagi Sangat Kokoh” (Adz-Dzariyat : 58)

Ini adalah dalil-dalilnya. Akan tetapi para ulama salaf menafsirkan Laa Ilaha
Illallah dengan tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali
Allah. Dan mereka menafsirkan ibadah-ibadah yaitu syari’at-syari’at Islamiyah
yang telah kami sebutkan dan yang selainnya. Maka jika dia tidak beriman
terhadap tauhid hakimiyah menurut cara Sayyid Quthb maka dia adalah sesat.
Dan bila mereka memiliki sejumlah perkara (yang telah disebutkan-pent) dengan
bertumpu pada ahli bid’ah dan orang-orang sesat maka adalah indikasi
kesesatan dan penyimpangan mereka.

Dan apa yang disebutkan dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut dari ucapan-


ucapan mereka tentang demonstrasi, ikut pemilu dan tanzhim-tanzhim rahasia
maupun terang-terangan serta al-wala’ wal baro’ (Cinta dan Benci karena Allah) ,
semua ini menyelisihi manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Al Wala’ wal Baro’
adalah prinsip yang paling mendasar dalam Islam dan prinsip yang paling
mendasar dalam manhaj As-Salaf Ash-Sholeh dan tidaklah agama Allah yang
haq bisa tegak kecuali dengan menjaga prinsip yang agung ini. Sesungguhnya
itu merupakan pagar (pembatas) bagi Islam dan tembok bagi manhaj Salaf. Jika
kita membuangnya dan menelantarkannya sebagaimana Ikhwanul Muslimin dan
para pengikutnya dari kalangan sururiyyin menelantarkannya, maka Islam dan
manhaj Salaf akan benar-benar hilang, akan hilang bahkan dia (Islam dan
manhaj Salaf) telah hilang dari mereka dan tidak akan tinggal –insyaAllah-
kecuali pada orang yang menjaganya dan mengerti kedudukannya dan mereka
itu adalah Safiyyin yang hakiki, pengikut Salaf yang murni. Tidak ada padanya
membebek buta, tidak kepada Sayyid Quthb dan tidak pula kepada selainnya
dari ahlul bid’ah dan sesat. Maka Salafiyah berlepas diri kepada Allah Tabaraka
wa Ta’ala dari Sayydi Quthb dan tidak pula kepada selainnya dari ahlul bid’ah
dan sesat. Dan mereka berwala’ kepada para Nabi dan Rasul yang mulia dan
semua shahabat dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka berwala’
kepada para imam yang mendapatkan petunjuk pada periode yang terbaik dan
periode lainnya hinga hari ini, mereka berwala’ kepada para imam yang
mendapatkan petunjuk dan da’i-da’i tauhid dan menyeru kepada keikhlasan
kepada Allah Robb alam semesta. Dan mereka tidak berwala’ kepada ahli bid’ah,
tidak membela mereka bahkan mentahdzir (memperingatkan manusia dari)
mereka dan dari bid’ah serta kesesatannya.

Dan pembicaraan tentang mereka (YWI-pent) akan panjang, akan tetapi disini
disebutkan tentang pimpinan dari yayasan ini (Muh. Zaitun Rasmin-pent) yang
berkata ketika mensyarah kitab “Al Ushul Al-‘Ilmiyah fid Da’wah As-Salafiyah”
karangan ‘Abdurrahman ‘Abdul Kholiq, dan ‘Abdurrahman ‘Abdul Kholiq ini
mengaburkan da’wah Salafiyah dan mengaburkan pengikutnya dan
menyesatkan banyak pemuda di dunia. Dan buku ini termasuk bukunya yang
baik dan padanya ada beberapa kritikan. Maka kalau dia (Zaitun-pent)
menetapkan tauhid Hakimiyah dengan model seperti ini, maka itu termasuk
kesesatan-kesesatan ‘Abdurrahman ‘Abdul Kholiq dan para ‘ulama telah
membantahnya tatkala dia menjadikan tauhid Hakimiyah sebagai bagian
keempat (dari pembagian tauhid), karena tauhid Hakimiyah bukan bagian
tersendiri dari bagian manapun dari jenis-jenis tauhid. Akan tetapi dia termasuk
atau bagian dari hukum Laa Ilaha Illallah sebagaimana kata Syaikh Ibnu Baz
rahimahullah, atau masuk ke dalam tauhid rububiyyah atau tauhid uluhiyah. Ini
(menjadikan tauhid hakimiyah sebagai tauhid keempat-pent) adalah perkara
yang baru yang mereka buat-buat. Kadang-kadang (tauhid Hakimiyah) masuk
pada tauhid rububiyah dari satu sisi dan masuk pada tauhid uluhiyah dari sisi
yang lain. Dia hanya mengikut dan bukanlah pokok yang berdiri sendiri dan
bukan pula bagian tersendiri dari bagian-bagian tauhid.

Footnote :

[1] Silahkan klik http://almakassari.com/biografi-syaikh-robi-bin-hady-al-madkhaly


untuk mengetahui biografi beliau.

Sumber : Fatwa Imam Jarh wat Ta’dil, Syaikh Robi’ bin Hady Al-Madkhaly
(hafidzhahullah) tentang Kesesatan Jama’ah/Yayasan Wahdah Islamiyah,
Penerbit : Ma’had As-Sunnah Makassar (2002). Fatwa ini direkam di rumah
beliau di Makkah Al-Mukarramah -semoga Allah menjaganya- pada hari Jum’at,
tanggal 23 Ramadhan 1420 H / 31 Desember 1999 dan diterjemahkan dari kaset
berbahasa Arab oleh pengasuh Pondok Pesantren As-Sunnah Makassar.
http://almakassari.com/artikel-islam/manhaj/fatwa-kesesatan-jamaah-yayasan-
ormas-wahdah-islamiyah.html

You might also like