Professional Documents
Culture Documents
Data Publikasi : Latihan Bahasa Indonesia PDPT 2007, Jurnal Wacana, Vol. 9 No. 1,
April 2007
Kontroversi Ujian Nasional (UN) yang sudah dimulai sejak tahun 2003 lalu, semakin
membuka mata masyarakat tentang buruknya sistem pendidikan di Indonesia. Betapa
tidak, baru 4 tahun diberlakukan, keberadaan UN sebagai standar kelulusan sudah
mulai dipertanyakan berbagai pihak. Banyak pihak menyatakan setuju, tetapi banyak
pula pihak yang terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
penggunaan UN sebagai standar kelulusan siswa SMA. Pertanyaannya, sudah tepat
dan logiskah kebijakan pemerintah dalam menggunakan UN sebagai standar
kelulusan siswa? Dalam wacananya, Gunadi H. Sulistyo mencoba menjelaskan
fenomena UN ini dari kedua sisi, sehingga pada akhirnya kita dapat menjawab
pertanyaan tersebut.
anak mereka. Hal ini nantinya akan menciptakan suatu kerja sama yang baik antara
pihak sekolah dan pihak masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan anak.
Sudah bukan rahasia lagi, sistem pendidikan Indonesia memang masih tertinggal jika
dibandingkan dengan sistem pendidikan di negara-negara Asia lainnya. Salah satu
sebabnya adalah banyaknya kecurangan-kecurangan yang sering dilakukan pihak
sekolah untuk mendongkrak nilai murid-murid mereka, sehingga banyak murid, yang
seharusnya tidak berkompeten, dapat lulus dengan mudah. Ini menyebabkan terjadi
kemerosotan mutu lulusan, yang terjadi pada rentang tahun 1965 hingga 1982. Fakta
inilah yang menyebabkan keberadaan UN mutlak diperlukan. Dengan adanya UN,
diharapkan sekolah dapat benar-benar mencetak lulusan berkompeten, yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya.
Selain karena 2 alasan yang sudah disebutkan di atas, kiranya perlulah kita juga
mengkaji tentang ketiga mata pelajaran yang diujikan dalam UN. Ketiga mata
pelajaran itu adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika (untuk siswa
jurusan ilmu IPA); ataupun Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi (untuk
siswa jurusan IPS). Ketiga mata pelajaran itu sendiri merupakan tiga mata pelajaran
yang seharusnya wajib dikuasai oleh semua siswa SMA. Jika seorang siswa SMA
tidak dapat memperoleh nilai cukup, dalam hal ini minimal 4.25, lantas bagaimana
bisa siswa tersebut dapat “dilepas” dalam masyarakat?
Lantas, bagaimana dengan siswa yang memiliki kemampuan akademis yang tidak
sesuai dengan 3 mata pelajaran UN? Apakah siswa tersebut tidak dapat melanjutkan
studi ke Perguruan Tinggi, hanya karena ia tidak lulus UN? Jika hal ini sampai terjadi,
tentu negara sendiri yang akan rugi, karena negara menjadi kehilangan salah satu aset
terbesarnya.