Professional Documents
Culture Documents
oleh Kelompok 5:
1 Erika (0706291243)
5 Tangguh (0706291426)
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Not all countries succeeded in their development program, which resulted in a far
gap among high-income economic countries and low income economic countries.
countries. This writing wishes to tell the connections between what are said to be
studying literatures and data of Indonesia’s realistic conditions the writers are
development goals.
1
DAFTAR ISI
Abstrak ......................................................................................................... 1
I.5 Hipotesis.......................................................................................... 6
III.5 Inflasi............................................................................................... 40
2
IV.2 Saran................................................................................................ 45
Daftar Pustaka........................................................................................................ 48
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis juga adalah manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan dalam pembuatan makalah ini, baik itu dari segi penulisan,
dukungan dan pengajaran dari Bapak Satrio Budi Adi, S.E., M.Si. selaku dosen dan
pembimbing dari mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia berupa kritik dan saran
yang membangun.
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
negara tersebut yang terindikasi dari pendapatan per kapita. Berdasarkan data
cukup besar di antara negara kaya dan negara berpendapatan rendah. Ternyata,
I.2 Masalah
Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas memiliki potensi yang
sangat besar untuk menjadi negara yang makmur, namun sayangnya hal itu tidak
5
Apakah masalah-masalah tersebut benar-benar merupakan hambatan yang
ekonomi Indonesia,
ekonomi Indonesia,
ekonomi Indonesia,
I.5 Hipotesis
Kami berpendapat bahwa rendahnya tingkat pembangunan ekonomi dan
pengangguran yang tinggi, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan modal
6
BAB II
LANDASAN TEORI
1
Sadono Sukirno, Makroekonomi, (Jakarta, 2004), 415
7
nasional tidak digunakan karena berbagai negara memiliki jumlah penduduk yang
suatu negara pada suatu waktu tertentu yang nilainya diperoleh dari membagi nilai
Pendapatan Nasional Bruto atau Pendapatan Domestik Bruto pada suatu tahun
berlaku maupun harga tetap. Data pendapatan per kapita menurut harga yang
I = investasi
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk
8
II. 4. Teori Pertanian Tradisional
Kekurangan modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi
yang menimbulkan pendapatan yang rendah dan masalah kemiskinan yang masih
Labor force (angkatan kerja) = jumlah orang yang bekerja + jumlah orang yang
tidak bekerja
Jumlah penduduk dalam dunia ini telah bertumbuh dengan pesatnya, khususnya di
negara berkembang seperti Indonesia. Gill (1983) mengatakan bahwa hal ini
kesehatan itu digunakan dengan tepat sehingga dapat mengurangi angka kematian.
9
Sementara itu, angka kelahiran tetap, bahkan bertambah karena angka kematian
pesat.2
ekonomi. Hal ini dikarenakan banyaknya SDM yang merupakan salah satu dari
faktor produksi. Selain itu, penduduk juga merupakan tujuan hasil produksi. Jadi
Namun di samping itu, pertumbuhan penduduk yang pesat juga bisa menjadi
banyak, namun hal ini justru menyulitkan pemerintah di negara berkembang karena
yang belum mengetahui dampak buruk dari pertambahan penduduk yang pesat.
2
Richard T. Gill, Ekonomi Pembangunan Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Ghalian
Indonesia, 1983), 149
3
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijaksanaan (Jakarta, 1982), 204-205
10
Penduduk yang ada bukanlah penduduk yang produktif karena berasal dari
kalangan yang kurang mampu. Oleh karena itu pemerintah harus berjuang untuk
lebih banyak juga. Untuk menggambarkan dengan sederhana konsep ini, Gill (1983)
mengatakan bahwa lebih banyak tangan yang produktif, namun terdapat pula lebih
kurangnya sumber modal, dan kualitas SDM yang terbatas. Keterbatasan modal
(vicious circle of poverty). Menurut teori ini, kondisi kemiskinan suatu negara
merupakan suatu sistem yang berputar atau tersirkulasi dengan teratur. Ada tiga
jenis lingkaran setan yang melanda negara-negara berkembang, low demand, low
saving, dan kurangnya SDA dan SDM. Dalam teori lingkaran setan kemiskinan,
negara yang miskin sulit untuk membentuk modal dan memilki produktivitas yang
rendah yang akhirnya berpengaruh terhadap rendahnya pendapatan riil, low saving,
low investment, dan low rate of capital formation. Salah satu yang menjadi
investasi.
manakala bisnis kita melakukan investasi pada fasilitas dan atau memasarkan suatu
produksi di luar negeri. FDI tidak lain merupakan investasi langsung di luar negeri.
4
Richard T. Gill, op. cit., 16
11
FDI dipilih dalam kondisi profitabilitas melebihi ekspor maupun lisensi. Dalam
teori FDI, menentukan flow FDI dan stock FDI adalah suatu keharusan. Sejumlah
sedangkan stock FDI mengarah kepada keseluruhan nilai akumulasi aset-aset yang
dimiliki dan diperoleh dari negara tujuan. Selain itu, dipertimbangkan juga arus
FDI yang keluar dari negara serta arus FDI yang masuk ke negara.
12
BAB III
PEMBAHASAN
dan tidak tamat SD mencapai 47,33%. Data tersebut menunjukkan rendahnya mutu
atau kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh sektor pertanian Indonesia.
15,1 juta orang atau 76,2% dari jumlah rumah tangga pertanian di Indonesia
berusia antara 25-54 sementara 4,2 juta (21,46%) berusia >55. Umur rata-rata
sektor pertanian di Indonesia: petani yang berusia tua cenderung sangat konservatif
13
pada umumnya adalah “petani gurem” dan harus mengusahakan pertanian di
lingkungan tropis yang penuh risiko seperti banyaknya hama dan tidak menentunya
curah hujan, sehingga mereka harus lebih hati-hati dalam menerima inovasi
Indonesia belum terdapat asuransi yang dapat melindungi mereka dari kegagalan.
(Soetrisno, 2006: 5)
konsep petani: peasants dan farmers. Peasants (subsistance farmers) adalah petani
yang memiliki lahan sempit dan memanfaatkan sebagian terbesar hasil pertanian
orang-orang yang hidup dari pertanian dan memanfaatkan sebagian besar hasil
pertanian yang diperoleh untuk dijual dan telah akrab dengan pemanfaatan
memunyai luas tanah kurang dari 0,5 ha. (Soetrisno, 2006: 4) Pada 2002, dari 38,4
juta orang miskin di Indonesia, 65,4% di antaranya berasa di pedesaan, dan 53,9%
adalah petani. Pada 2003, dari 24,3 juta rumah tangga pertanian yang berbasis lahan,
20,1 juta (82,7%) dapat dikategorikan miskin. Sensus Pertanian 2003 seperti dalam
karena sebagian besar “petani gurem” tersebut berada di Pulau Jawa yang memberi
14
Tabel III.1.1
Perkembangan Rumah Tangga Petani Berdasarkan Sensus Pertanian 2003
1993 2003 Pertambahan
Jumlah Rumah Tangga Pertanian (juta RTP) 20,8 25,4 2,2%/tahun
Jumlah “Petani Gurem” (juta RTP) 10,8 13,7 2,6%/tahun
Porsi “Petani Gurem” 52,7% 56,5%
Porsi “Petani Gurem” di Jawa 69,8% 74,9%
Sumber: Krisnamurthi dalam Sutanto (2006) mengutip Sensus Pertanian 2003 BPS
pangan ke sikap pemanfaatan bibit padi yang seragam, yaitu bibit padi unggul yang
disediakan oleh pemerintah, sementara bibit lokal yang semula banyak ditanam
pangan rentan terhadap berbagai hama, seperti pada 1970-an ketika subsektor
pangan Indonesia terserang hama wereng cokelat yang memusnahkan tanaman padi
membuat air dan pemanfaatannya tidak lagi terbatas pada sektor pertanian sehingga
pertanian dan para petani lemah karena 1) pemerintah dan aparat pemerintah
memajukan negara dan lebih menambah pendapatan asli daerah bagi pemerintah
daerah dan 2) para pemakai air non-pertanian memiliki organisasi yang secara
15
Seperti halnya air, hak petani untuk memroduksi bibit juga hilang karena
mematenkan bibit-bibit padi, di mana para petani tidak dapat ikut berpartisipasi
kepentingan mereka. Pemerintah juga mengambil produksi bibit dari tangan petani
sehingga jenis-jenis bibit padi lokal pun hilang karena adanya larangan bagi petani
tetap rentan serangan penyakit. Akibatnya, para petani sangat tergantung atas bibit
pada pihak luar sehingga menimbulkan kerentanan dalam usaha tani yang
menurun seperti dalam Tabel III.1.2 Hal ini akibat stagnasi teknologi dan
16
Tabel III.1.2
Rata-rata dan Trend Perkembangan Produktivitas Komoditi Pertanian Utama
1980-2000 (%)
Produktivitas Rata-rata Trend Rata-rata Trend Rata-rata Trend
(ton/ha) 1980-1985 (%) 1986-1995 (%) 1996-2000 (%)
Padi sawah 4.00 3.34 4.49 0.87 4.59 (0.78)
Padi ladang 1.62 4.47 2.05 2.01 2.24 1.02
Padi (total) 3.70 3.55 4.22 0.91 4.34 (0.45)
Jagung 1.62 3.98 2.10 1.89 2.63 2.30
Kedelai 0.89 1.47 1.10 1.29 1.20 0.58
Karet rakyat 0.32 (0.09) 0.36 2.21 0.40 1.29
Karet Negara 0.87 (4.05) 0.77 (1.32) 0.80 3.61
Kelapa sawit Negara 2.59 0.83 3.47 5.86 3.84 (2.72)
Kelapa sawit swasta 2.16 (5.19) 1.77 (2.73) 1.87 (7.84)
Kelapa sawit 2.33 (3.64) 2.08 1.22 2.09 (5.26)
Sumber: Krisnamurthi dalam Sutanto (2006) mengutip BPS, beberapa tahun diolah. ( ) negatif
Selain itu, telah terjadi penurunan produktivitas lahan dan tenaga kerja
pertanian dalam 30 tahun terakhir (Tabel III.1.3). Luasan penguasaan lahan yang
semakin terbatas dan jumlah tenaga kerja yang sangat banyak (relatif terhadap
Tabel III.1.3
Pertumbuhan Produktivitas Lahan dan Tenaga Kerja Pertanian 1967-2001
(%/tahun)
Pertumbuhan Produktivitas 1967-78 1978-86 1986-97 1997-01
Produktivitas Lahan 2.08 4.13 1.83 -1.45
Produktivitas Tenaga Kerja 2.32 5.57 2.03 -0.47
Sumber: Krisnamurthi dalam Sutanto (2006) mengutip Sensus Pertanian 2003 BPS
17
sumber daya manusia dalam sektor pertanian juga harus diarahkan pada
globalisasi yang tidak akan dapat terbendung menyebabkan petani atau pengusaha
pertanian perlu bertani secara efisien agar nilai tambah produk pertaniannya dapat
27 dan 29)
67)
Reforma Agraria
mandiri beserta reforma agraria merupakan upaya mewujudkan keadilan sosial bagi
pergantian bibit padi yang diharapkan dapat lebih memiliki ketahanan terhadap
hama.
18
Menjamin bahwa Petani Memperoleh Hak atas Air dan Bibit
Untuk menjamin hak petani atas air, usaha pertama yang perlu dilakukan
setempat,
2) pengakuan atas hak petani dan masyarakat pada sumber daya genetika,
memberi hak paten atas setiap penemun teknologi atau bibit baru bagi
Pertanian Probiotik
19
1. tidak mengimpor dan mengekspor 32 bahan kimia yang berbahaya,
4. menciptakan pasar alternatif bagi hasil pertanian yang bebas zat kimiawi,
5. memberi kredit dan pembebasan pajak bagi petani yang melaksanakan usaha
tani non-kimiawi,
paling menarik sebagai lokasi penempatan FDI (lihat Grafik 2.11). Dalam publikasi
UNCTAD yang lain, disebutkan bahwa peringkat Indonesia dalam indeks kinerja
dan potensi FDI terus menunjukkan perbaikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
masih baik. Hal ini sejalan dengan persepsi risiko terhadap Indonesia yang dari
tahun ke tahun semakin membaik, seperti terlihat dalam peringkat indeks risiko
yang dikeluarkan International Country Risk Guide (ICRG) seperti terlihat pada
Grafik 2.12.
20
Daya tarik yang lain adalah Indonesia dianggap memiliki potensi pasar yang
besar, seperti terlihat pada hasil survei WEF di atas yang menempatkan market size
Indonesia pada posisi 15 dari 131 negara. Dalam survei UNCTAD juga disebutkan
bahwa besarnya pasar dan pertumbuhan pasar bersama dengan kualitas lingkungan
21
usaha menjadi determinan utama dalam menentukan lokasi penempatan FDI (lihat
Grafik 2.13).
menunjukkan adanya pergeseran orientasi industri FDI, yakni dari sektor sekunder
ke sektor tersier. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, pergeseran orientasi ini perlu
sektor penyerap tenaga kerja terbesar, khususnya untuk unskilled atau low-skilled
22
Aliran Dana FDI ke Indonesia (2008-2011)
Aliran masuk FDI ke Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Upaya
fiskal dan moneter akan memberikan ruang bagi upaya Pemerintah dalam
kondisi kondusif bagi masuknya FDI ke Indonesia. Hasil survei UNCTAD dan
Economist Intelligence Unit (EIU) dari The Economists menyatakan bahwa aliran
dinilai cukup tinggi untuk mengimbangi risiko yang ada. Berbagai asumsi eksternal
23
Tabel di atas menunjukkan perubahan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
dalam periode tanggal 31 Maret – 4 April 2008. Berdasarkan data di atas, terlihat
bahwa nilai IHSG semakin menurun. Sementara itu, nilai perdagangan total
jumlahnya semakin naik, begitu juga dengan nilai saham. Hal ini menunjukkan
berarti bahwa modal pun ikut bertambah. Bandingkan dengan Tabel IHSG pada
periode berikutnya yaitu 7-11 April 2008 seperti yang tertera di bawah ini.
Pada periode kedua bulan April ini, nilai IHSG meningkat. Tetapi bila
dicermati lagi, nilai perdagangan total dan saham sempat mengalami penurunan
pada tanggal 8 dan kembali meningkat pada hari berikutnya yaitu tanggal 9. Hal ini
Pada diagram Nilai Perdagangan dan IHSG di atas terlihat bahwa nilai
24
sampai tanggal 3, kemudian turun sampai pada titik terendahnya pada tanggal 8.
meskipun tiap harinya nilai transaksi Indonesia juga mengalami fluktuasi. Nilai
transaksi terbesar terjadi pada tanggal 3 April dan yang terendah pada tanggal 8.
Pada diagram Aliran Dana Asing bulan April 2008, jumlah dana yang masuk
mengalami perubahan yang ekstrem. Pada awal April sampai dengan hari kedua,
nilai aliran dana asing (ADS) bernilai negatif. Pada tanggal 3 April, nilai ADS
melonjak tajam ke arah nilai positif. Pada tanggal 6 dan 7 April, nilai ADS kembali
turun ke angka di bawah nol (negatif) dan kembali naik ke atas angka nol sampai
tanggal 11 April. Nilai ADS terbesar terjadi pada tanggal 3 April sebesar hampir Rp
800 Milyar.
25
Pendidikan Indonesia
Pada dua Tabel 1 dan Tabel 2 yang berisi data mengenai angka putus sekolah
masyarakat untuk bersekolah dapat diakatakan cukup tinggi. Tetapi ironisnya, dari
Fenomena ini juga terjadi pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pada
tingkat ini, dalam periode 2001/02-02/03 sempat terjadi peningkatan, tetapi pada
jumlah siswa yang bersekolah mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jumlah
siswa yang duduk di SMK mengalami peningkatan tetapi hanya sampai periode
26
Dari tabel di atas diperoleh kesimpulan bahwa mulai tahun 1992-2005 jumlah
jumlah lulusan SD, tetapi kemudian kembali meningkat pada periode sesudahnya
menurun dan tidak kembali naik sampai pada periode 2003/2004. Jumlah lulusan
1997/1998 jumlah ini justru menurun dan kembali naik pada periode setelahnya.
27
2000/2001. Pada periode berikutnya jumlah ini terus menurun dan akhirnya naik
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa
SMK, atau SM yang lain, mayoritas juga mengalami peningkatan kecuali pada
28
Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa jumlah lulusan SM dari
tidak begitu ekstrem. Yang melanjutkan ke program Sarjana juga secara mayoritas
penurunan yang tidak begitu besar. Yang mengejutkan adalah jumlah lulusan SM
29
ini tidak pernah menurun. Secara total, jumlah lulusan SM mengalami peningkatan
menjadi suatu kasus baru. Selain itu, dapat pula diambil kesimpulan bahwa tingkat
pendidikan yang tinggi ternyata tidak selalu mempengaruhi jumlah tenaga kerja
dan pengangguran. Hal ini jelas berpengaruh juga terhadap kualitas SDM
ekonomi, hal itulah yang terjadi di Indonesia. Menurut Menko Kesra, Aburizal
Bakrie, penduduk Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan 222 juta jiwa dan setiap
tahun masih terjadi kelahiran sebanyak 4.3 juta jiwa dengan pertambahan kurang
kesehatan, makanan pokok, dan pekerjaan yang layak. Namun dengan kredibilitas
pemerintah saat ini, hal tersebut belum dapat diatasi. Hal ini dapat terlihat dari
kualitas hidup penduduk yang tercermin dari Human Development Index dimana
5
Broto, “Jumlah Penduduk Besar Persulit Terpenuhi Hak-hak Dasar.”
http://www.menkokesra.go.id/content/view/3419/99/ (20 Apr. 2008 20.20)
30
Indikator dari pembangunan ekonomi adalah pendapatan per kapita yang
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk
Jika PDB sebuah negara tinggi sementara jumlah penduduknya juga tinggi,
maka hal tersebut hanya akan membuat pertumbuhan ekonomi tanpa terjadinya
pembangunan ekonomi karena kesejahteraan rakyat masih rendah. Hal itulah yang
pertumbuhan penduduk Indonesia juga cukup tinggi yaitu 1.3% pertahunnya atau
31
Indonesia juga cukup stagnan bahkan lebih rendah dibandingkan dengan negara
lain di Asia.
Tabel 1.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Provinsi
Annual Rate of Growth by Province6
Sumber/Source : Sensus penduduk (1971,1980,1990,2000) dan Supas 2005
Periode / Period
Propinsi / Province Grafi
1971-198 1980-199 1990-200 2000-200
Kabupaten / District k
0 0 0 5
00. Indonesia 2.30 1.97 1.49 1.30
11. Nanggroe Aceh
2.93 2.72 1.46 0.52
Darussalam
12. Sumatera Utara 2.60 2.06 1.32 1.35
13. Sumatera Barat 2.21 1.62 0.63 1.49
14. Riau 3.11 4.22 4.35 4.05
15. Jambi 4.07 3.39 1.84 1.84
16. Sumatera Selatan 3.32 3.15 2.39 1.78
17. Bengkulu 4.39 4.38 2.97 1.26
18. Lampung 5.77 2.67 1.17 1.38
19. Kep. Bangka Belitung na na 0.97 3.05
20. Kepulauan Riau na na na 4.99
31. DKI Jakarta 3.93 2.38 0.17 1.20
32. Jawa Barat 2.26 2.57 2.03 1.75
33. Jawa Tengah 1.64 1.17 0.94 0.48
34. DI Yogyakarta 1.10 0.57 0.72 1.39
35. Jawa Timur 1.49 1.08 0.70 0.86
36. Banten na na 3.21 2.20
51. Bali 1.69 1.18 1.31 1.46
6
“Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Provinsi.”
http://www.datastatistik-indonesia.com/component/option,com_tabel/task,sho
w/Itemid,165/ (22 April 2004 20.15)
32
Periode / Period
Propinsi / Province Grafi
1971-198 1980-199 1990-200 2000-200
Kabupaten / District k
0 0 0 5
52. Nusa Tenggara Barat 2.36 2.14 1.82 0.86
53. Nusa Tenggara Timur 1.95 1.79 1.64 2.27
61. Kalimantan Barat 2.31 2.65 2.29 0.18
62. Kalimantan Tengah 3.43 3.88 2.99 0.63
63. Kalimantan Selatan 2.16 2.32 1.45 1.99
64. Kalimantan Timur 5.73 4.41 2.81 3.12
71. Sulawesi Utara 2.31 1.60 1.33 1.25
72. Sulawesi Tengah 3.86 2.82 2.57 1.07
73. Sulawesi Selatan 1.74 1.42 1.49 0.96
74. Sulawesi Tenggara 3.09 3.66 3.15 2.02
75. Gorontalo Na na 1.59 2.13
76. Sulawesi Barat Na na Na 2.33
81. Maluku 2.88 2.76 0.08 1.60
82. Maluku Utara Na na 0.48 1.64
91. Irian Jaya Barat Na na Na 3.95
92. Papua 2.67 3.34 3.22 2.17
33
Diagram HDI dan Pendapatan Per Kapita Indonesia dibandingkan Algeria
34
III.4.1. Tenaga Kerja dan Lapangan Kerja
Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15
tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum
ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus
Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah
Lapangan usaha/pekerjaan ini dibagi dalam 10 golongan, terdiri dari 5 sub sektor
Sektor Pertanian :
Sektor Perdagangan
7
Tenaga Kerja. Http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/801/801/, diakses pada 20
April 2008, pukul 20.31.
35
Sektor Jasa
Sektor Angkutan
Sektor lainnya.
Pengangguran di kota pada prinsipnya merupakan akibat dari dua faktor ekonomi
tenaga kerja kota di sektor industri modern serta tingkat pertumbuhan yang cepat
Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja
atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama
sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu
usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk
mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum
mulai bekerja 9.
8
Michael P. Todaro. Ilmu Ekonomi bagi Negara Sedang Berkembang. (Jakarta : Akademika
Pressindo, 1985). Hlm.
9
Pengangguran Terbuka. Http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/803/803/, diakses
pada 20 April 2008, pukul 20.27.
36
Dipandang dari sudut usia, dalam konteks ini pengangguran dibedakan ke dalam
tiga kelompok, yaitu kelompok usia labil (15-19 tahun), usia dinamis (20-39 tahun)
Setengah Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang bekerja di bawah
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah pengangguran dibagi
kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima
pekerjaan lain.
kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima
pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar 11.
10
Dinas Tenaga Kerja dan Administrasi. Pengangguran. Http://dinas-nakertrans.jakarta.go.id/web
site/pages/data-dan-informasi/publikasi-ketenagakerjaan/ptkd-2007/berdasarkan-pengangguran.
php, diakses pada 22 April 2008, pukul 17.27.
11
Setengah Pengangguran. Http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/803/803/,
diakses pada 20 April 2008, pukul 20.27.
37
Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah persentase jumlah orang yang
tidak bekerja dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja pada suatu waktu.
Labor force
Labor force = angkatan kerja, penjumlahan dari orang yang bekerja dengan orang
Penggunaan rumus tersebut dapat kita lihat penggunaannya pada tabel berikut.
Tabel 1
Angkatan Kerja dan Pengangguran, 2001-2007
(Juta orang)
38
Pada data angkatan kerja dan pengangguran bulan Agustus 2007, jumlah orang
yang tidak bekerja adalah 10,01 juta jiwa. Sedangkan jumlah orang yang bekerja
adalah 99,93 juta jiwa. Berarti jumlah angkatan kerja = 10,01 juta jiwa + 99,93 juta
Pertumbuhan Ekonomi
39
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa berlaku hubungan berkebalikan
antara perubahan tingkat pengangguran (change in unemployment rate) dengan
pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product). Semakin tinggi angka
pengangguran, maka semakin rendah angka pertumbuhan GDP, dan begitu pula
sebaliknya.
Oleh karena itu, dengan asumsi jumlah penduduk dianggap tidak berubah dari
tahun sebelumnya, maka bila angka pertumbuhan GDP dan GNP turun, berarti
pendapatan per kapita GDP dan GNP suatu negara juga akan turun.
40
Korelasi yang negatif antara tingkat pengangguran dengan pertumbuhan GDP juga
dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Pada data di atas, kita dapat melihat adanya korelasi negatif antara Pertumbuhan
Ekonomi dengan Prosentase Pengangguran Terbuka. Misalnya, antara tahun
2005-2006 di mana prosentase pengangguran terbuka mengalami penurunan, yaitu
dari 9,65% menjadi 8,93%; pertumbuhan ekonomi, sebaliknya, malah mengalami
peningkatan, yaitu dari 5,50% menjadi 6,08%. Begitu pula dengan tahun-tahun
berikutnya.
Hubungan antara tingkat pengangguran dengan angka GDP juga dapat dilihat dari
definisi GDP itu sendiri.
GDP adalah market value dari semua jenis barang dan jasa yang diproduksi di
dalam suatu negeri selama kurun waktu/periode tertentu.
Y = C + I + G + (X-M)
41
Di mana : Y = Pendapatan Nasional
C = Household Consumption (konsumsi rumah tangga)
I = Investasi
G = Government spending
X = menerima “vallas” dari luar
M = memberi “vallas” ke luar
Dengan memiliki pekerjaan, orang akan memperoleh gaji, yang kemudian akan
digunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (melakukan konsumsi).
Sehingga, dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap, pertambahan C akan
menghasilkan pertambahan Y pula.
Begitu juga dari sisi investasi. Berkaitan dengan investasi, ada 3 sumber investasi,
yaitu private saving, government budget surplus, dan pinjaman luar negeri. Yang
perlu dilihat sehubungan dengan kondisi pengangguran adalah private saving.
Dengan bekerja, seseorang akan memperoleh gaji, yang selain digunakannya untuk
melakukan proses konsumsi, juga akan digunakan untuk menabung. Tabungan
inilah yang kemudian akan digunakan untuk melakukan investasi. Oleh karena itu,
(dengan asumsi semua faktor lain dianggap tetap) dengan bekerja dan
menggunakan gaji hasil pekerjaannya untuk berinvestasi, pendapatan nasional juga
akan meningkat.
III.5 Inflasi
Pengaruh Inflasi Terhadap Pembangunan Ekonomi
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah tingkat kesejahteraan
negara. Semakin tinggi PDB perkapita suatu negara, maka semakin tinggi juga
42
Meskipun Indonesia telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
sayangnya tingkat Inflasi di Indonesia juga tinggi. Hal itu menyebabkan tingkat
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus
menerus. Terdapat tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah
1. Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dapat dikatakan naik jika harga komoditas tersebut
bisa berupa jangka waktu yang lama, seperti triwulan, semester, dan setahun.
Misalnya, harga suatu pakaian Rp.50.000,00 dan tiga bulan kemudian harga
2. Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas dapat dikatakan inflasi jika kenaikan harga
biaya operasional produksi naik sehingga harga jual suatu produk juga akan
naik.
3. Berlangsung Terus-menerus
Tidak cukup hanya dengan kenaikan harga yang bersifat umum agar dapat
terus-menerus. Jika kenaikan harga hanya berlangsung sesaat, maka hal itu
43
Sampai pada tingkat tertentu, inflasi memang dibutuhkan untuk memacu
penawaran agregat. Penawaran agregat ialah total penawaran barang dan jasa dalam
satu periode tertentu. Kenaikan harga barang akan memacu produsen untuk
yang aman adalah sekitar 5% pertahun. Inflasi yang terlalu tinggi akan
sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi akan terganggu di mana inflasi
akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Sebagai contoh sederhana, jika
seorang ibu rumah tangga tadinya dapat membelanjakan uang Rp.30.000,00 untuk
kebutuhan rumah tangganya selama dua hari, maka setelah adanya inflasi uang
sejumlah Rp.30.000,00 hanya dapat digunakan untuk keperluan satu hari. Oleh
karena itu, tingginya tingkat inflasi akan sangat memberatkan masyarakat, terutama
masyarakat dengan penghasilan rendah. Makin tinggi tingkat inflasi, makin cepat
Indonesia juga masih tetap memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi sebagaimana
dapat dilihat dalam tabel di atas. Tingkat inflasi yang dialami Indonesia
masyarakat menjadi lebih sejahtera karena meskipun PDB meningkat, tapi nilai
harga suatu barang juga terus meningkat sehingga kenaikan PDB tersebut seolah
inflasi dapat dilakukan melalui pemeliharaan nilai rupiah dan uang beredar,
44
pemeliharaan harga barang-barang dan jasa tertentu yang tingkat harganya
ditentukan oleh pemerintah seperti air dan listrik, serta menjaga perekonomian dari
memepengaruhi perekonomian.
45
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1 Kesimpulan
pangan terhadap berbagar hama, hilangnya petani hak atas air dan bibit, dan
perkapita negara akan semakin kecil sebagai hasil pembagian PDB oleh
jumlah penduduk.
46
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tidak mampu
pertumbuhan ekonomi.
IV.2 Saran
yaitu
agrobisnis;
modern;
petani;
47
10) mengatasi penggunaan obat-obatan kimiawi secara berlebihan dan
2 Salah satu cara yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan modal adalah
dengan meningkatkan investasi baik dari dalam negeri maupun asing. Tetapi
yang lebih diutamakan adalah investasi dari pihak Indonesia karena dengan
berpengaruh terhadap penciptaan lapangan kerja yang baru dan pada akhirnya
selektif lagi dalam menyusun UU tentang penanaman modal yang lebih baik
juga harus diperbaiki terutama gedung sekolah. Jika perlu, ada anggaran
48
khusus dalam APBN mengenai pembangunan sarana dan prasarana sekolah di
luar anggaran pendidikan karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang
penduduk pun dapat terkontrol. Selain itu masyarakat Indonesia juga harus
akan dapat menyerap tenaga kerja yang banyak pula, sehingga jumlah
49
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, 1983
Persada, 2004.
Sutanto, Jusuf dan Tim , peny. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban.
50
Biro Pusat Statistik. Setengah Pengangguran. http://www.datastatistik-
karta.go.id/website/pages/data-dan-informasi/publikas-ketenagakerjaan/ptkd
Pengangguran.http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_01/M
engangkat_Peran_perempuan_Pengusaha_Dlm_Mengatas_Peng_5.pdf 22
http://www.datastatistik-indonesia.com/component/option,com_tabel/task,show/It
dex.php?option=com_content&task=view&id=120&Itemid=53&PHPSESSI
51
20Outlook%202008%202%20Jan%202008)%20Backup.pdf 22 Apr. 2008
18.54.
2008.http://www.bapeda-jabar.go.id/bapeda_design/docs/perencanaan/2007
52