Professional Documents
Culture Documents
Universitas Indonesia
Berbagai Opsi Rekomendasi Kebijakan Sehubungan dengan Reformasi Dewan Keamanan PBB
Sejak awal berdirinya PBB, yaitu sejak 24 Oktober 1945, PBB telah mengalami banyak
permasalahan. Berbagai kritik telah dilancarkan pada PBB sehubungan dengan berbagai
ketidakadilan yang dirasakan oleh anggotanya. Sejumlah kritik yang timbul pada PBB tersebut
membuktikan satu hal, bahwa ada suatu masalah serius yang diderita organisasi internasional
terbesar dunia tersebut, yang membuat anggota-anggota PBB merasakan krisis kepercayaan karena
PBB dinilai tidak adil. Krisis kepercayaan itu umumnya datang dari negara berkembang, yang
menganggap PBB lebih merupakan organisasi pro-Barat daripada organisasi skala dunia. Hal itu
disebabkan karena berbagai tindakan PBB seakan lebih membela kepentingan negara Barat. Jika
mau dirunut lebih lanjut, sebenarnya berbagai tindakan PBB yang membela negara Barat itu
dikarenakan kekuatan besar PBB terletak pada kekuasaan negara Barat selaku negara mayoritas
pemegang hak veto dalam Dewan Keamanan (DK) PBB. Mengapa DK menjadi permasalahan di
sini? Jawabnya adalah karena hampir semua tindakan dan resolusi kuat yang diambil PBB
bersumber dari DK, dan kesemua resolusi itu membutuhkan persetujuan dari DK sebelum dapat
representasi seluruh negara anggota PBB, yang diwakilkan dalam Majelis Umum, namun DK
Page | 1
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .
Universitas Indonesia
memiliki otoritas tertinggi dalam menentukan apakah suatu resolusi layak atau tidak
diimplementasikan oleh PBB sehingga persetujuan DK merupakan hal yang mutlak diperlukan
Otoritas tertinggi dalam DK terletak pada tangan Anggota Tetap DK, yang kesemuanya
memiliki hak veto, hak yang hanya dimiliki lima anggota tetap DK PBB sebagai penghargaan akan
mampunya kelima negara tersebut mewujudkan perdamaian dunia, juga sebagai apresiasi pada lima
negara yang dianggap sebagai kekuatan dunia pada masa awal pendirian PBB. Kehebatan dari hak
veto ini adalah, hanya dengan sebuah hak veto, resolusi yang telah dirundingkan matang-matang
oleh semua perwakilan negara anggota PBB dalam Majelis Umum dapat dimentahkan. Begitu
saktinya hak veto tersebut, sampai-sampai pemilik hak veto seperti dapat memerintah apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan PBB. Dan karena dari lima hak veto yang diberikan, tiga
pemiliknya adalah negara Barat (Amerika Serikat, Inggris, Perancis) sementara dua lainnya bukan
(Cina dan Rusia), sudah barang tentu segala resolusi dan tindakan PBB berada di tangan negara
Barat tersebut. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa keberadaan PBB sebenarnya hanyalah
merupakan sebuah perpanjangan tangan dari negara-negara dominan saja, dalam hal ini adalah lima
negara anggota tetap PBB (P5). Campur tangan P5 sangat terlihat dari besarnya pengaruh pendapat
mereka sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB dalam menentukan langkah apa yang akan
diambil PBB dalam menghadapi suatu kasus. Pengaruh P5 sangat besar karena mereka memiliki
suatu keistimewaan berupa hak veto yang tidak dimiliki negara anggota Dewan Keamanan lainnya.
Dengan kepemilikan hak veto tersebut, negara-negara P-5 seakan memiliki power dan legitimasi
sendiri dalam menentukan langkah PBB. Kepemilikan hak veto inilah yang lantas mengundang
Page | 2
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .
Universitas Indonesia
berbagai perdebatan akan perlunya dilakukan reformasi pada DK PBB yang dinilai sering tidak adil
dalam bertindak, lagi-lagi karena DK PBB dinilai terlalu superior dalam PBB, di mana DK PBB
hanya beranggotakan 10 anggota, dengan 5 anggota tetap dan 5 anggota non-tetap yang dipilih
setiap 5 tahun sekali. Negara-negara pun menuntut dilakukannya Reformasi PBB, terutama dalam
sisi DK. Tulisan ini kemudian akan berusaha memberikan rekomendasi dan berbagai opsi
Melanjutkan kekuatan superior hak veto untuk mementahkan resolusi yang telah dibuat
matang-matang oleh Majelis Umum, di sini penulis ingin mengajukan satu opsi rekomendasi
sehubungan hal tersebut. Penulis memandang, perlunya dilakukan reformasi pada kedudukan dan
otoritas DK tersebut, agar jangan sampai otoritas DK berada di atas Majelis Umum, yang
merupakan representasi dari semua negara anggota PBB. Penulis mengajukan opsi ini karena
penulis menilai jika DK terus dibiarkan memiliki otoritas lebih tinggi dibanding Majelis Umum,
sampai kapanpun keadilan yang merupakan cerminan keinginan negara anggota PBB tidak akan
terwujud sebab yang akan terjadi adalah “keadilan” versi DK. Karena itulah, penulis mengajukan
opsi untuk merubah struktur otoritas PBB, agar Majelis Umum, di mana setiap anggotanya
memiliki hak suara yang sama, berada dalam otoritas yang lebih tinggi, dalam artian semua resolusi
yang telah disetujui Majelis Umum dapat langsung dilaksanakan tanpa harus menunggu persetujuan
dari DK. Penulis mengusulkan agar DK hanya menjadi badan pemberi nasihat pada Majelis Umum,
karena PBB bukanlah organisasi milik beberapa negara, melainkan milik semua negara dunia yang
tergabung di dalamnya.
Adapun opsi kedua yang dapat penulis ajukan berhubungan dengan struktur dari DK PBB
Page | 3
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .
Universitas Indonesia
itu sendiri, yang terdiri dari Anggota Tetap dan Anggota Tidak Tetap. Penulis memandang,
“anggota tetap” dan “anggota tidak tetap” sehingga semua negara memiliki kedudukan dan
kesempatan yang sama dalam menentukan langkah PBB. Selain itu, penulis memandang status
“anggota tetap” yang diberikan pada P5 sudah tidak pantas disandang beberapa anggota P5 tersebut
karena telah terjadinya berbagai perubahan dalam dunia yang menyebabkan anggota tetap DK PBB
itu sudah tidak mencerminan realita kekuatan dunia lagi. Faktanya, muncul berbagai kekuatan
ekonomi baru yang diramalkan akan menggantikan posisi kelima negara pemegang kekuatan jaman
dahulu tersebut. Karena ketidaksesuaiannya dengan realita kekuatan politik dunia itulah, penulis
rasa, perlu dilakukan penghilangan status “anggota tetap” dan “anggota tidak tetap” dalam DK PBB.
Penghilangan status “anggota tetap” dan “anggota tidak tetap” ini tentu saja berbuntut pada
penghapusan hak veto, hak yang telah menjadi buah simalakama bagi keberadaan PBB sekarang.
Hal tersebut perlu dilakukan untuk tercapainya keadaan yang adil seadil-adilnya dengan tanpa
Akhirnya, penulis menyimpulkan keadaan PBB terutama DK PBB sekarang sudah terlalu
banyak mencerminkan ketidakadilan. Berbagai ketidakadilan ini bila tidak disikapi dengan sigap
oleh negara anggota PBB, termasuk Indonesia, akan berdampak pada semakin terkebirinya hak
seluruh negara anggota PBB untuk menentukan langkah PBB dan untuk meraih kepentingan
nasionalnya melalui PBB. PBB bukan organisasi milik anggota DK PBB, juga bukanlah organisasi
milik Anggota Tetap DK PBB. PBB adalah organisasi dunia yang selayaknya memperhatikan dan
mewujudkan kepentingan seluruh negara dunia, termasuk Indonesia. Karena itu Reformasi dalam
Page | 4
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .
Universitas Indonesia
DK PBB merupakan hal yang mutlak dilakukan agar tercapai keadilan bagi seluruh anggota PBB.
Indonesia sebagai salah satu anggota PBB harus bertindak dan menyuarakan pendapatnya, demi
Page | 5