Professional Documents
Culture Documents
MATERI
KREATIFITAS KOPERASI DAN UKM
: 18213055
DOSEN : NURHADI
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karuni-Nya dapat menyelesaikan penyusunan artikel Kreatifitas koperasi dan
UKM
Saya sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih yang yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan
makalah Perkembangan koperasi di indonesia ini. Terutama saya ucapkan terimakasih pada
sumber-sumber yang membantu saya untuk menyelesaikanya. Semoga dengan adanya
makalah Perkembangan koperasi di indonesia ini, dapat membantu Mahasiswa atau
Mahasiswi dalam memahami materi kreatifitas koperasi dan UKM.
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan
ataupun materi dan belum mencapai hasil yang maksimal. Untuk itu saran dan kritik yang
bersifat membangun senantiasa saya terima dengan tangan terbuka. Semoga makalah ini
dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pembacanya dan dapat memberikan
semangat untuk membawa sesuatu ke arah yang positif
Akhir kata semoga Makalah Kreatifitas koperasi dan UKM ini dapat berguna bagi diri
penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Rohadi setiawan
DAFTAR ISI
B.
Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II .......................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A.
B.
C.
D.
Kesimpulan ..................................................................................................................... 15
B.
Saran .............................................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
rasional dan kompetitif.Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar
atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga selfhelp lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar.
Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga macam Koperasi. Pertama,
adalah Koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai.
Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak
atau nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha
kecil guna memenuhi kebutuhan modal. Bung Hatta juga menganjurkan pengorganisasian
industri kecil dan Koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran
hasil.Menurut Bung Hatta, tujuan Koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya,
melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil.
Tapi, ini tidak berarti, bahwa Koperasi itu identik dengan usaha skala kecil. Koperasi bisa pula
membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya,
baik anggota Koperasi primer maupun anggota Koperasi sekunder. Contohnya adalah
industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dan berbagai
Koperasi batik primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak
sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan dan program pembinaan Koperasi.
Semua partai politik, dari dulu hingga kini, dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan
Koperasi sebagai program utama. Hanya saja kantor menteri negara dan departemen
Koperasi baru lahir di masa Orde Baru pada akhir dasarwarsa 1970-an.? Inilah
sederet pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan.Padahal, upaya pemerintah
untuk ?memberdayakan? Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bila dinilai, mungkin
amat memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah seperti kredit
program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan
besar ke Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang
merupakan kredit komersial dari perbankan, juga ?paket program? dari Permodalan
Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan
ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang menangani di luar Dekopin, yaitu
Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha Kecil Menengah), yang seharusnya
memacu gerakan ini untuk terus maju. Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat
dengan stigma ekonomi marjinal, pelaku bisnis yang perlu dikasihani, pelaku bisnis ?pupuk
bawang?, pelaku bisnis tak profesional.Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari substansi
Koperasi yang berhubungan dengan semangat. Dalam konteks ini adalah semangat
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Jadi, bila Koperasi dianggap kecil, tidak berperan, dan
merupakan kumpulan serba lemah, itu terjadi karena adanya pola pikir yang menciptakan
demikian.Singkatnya, Koperasi adalah untuk yang kecil-kecil, sementara yang menengah
bahkan besar, untuk kalangan swasta dan BUMN. Di sinilah terjadinya penciptaan paradigma
yang salah. menjalankan bisnis dan mereka yang akan tetap eksis.Koperasi yang selama ini
diidentikkan dengan hal-hal yang kecil, pinggiran dan akhirnya menyebabkan fungsinya tidak
berjalan optimal. Memang pertumbuhan Koperasi cukup fantastis, di mana di akhir tahun
1999 hanya berjumlah 52.000-an, maka di akhir tahun 2000 sudah mencapai hampir 90.000-
an dan di tahun 2007 ini terdapat Koperasi di Indonesia. Namun, dari jumlah yang demikian
besar itu, kontribusinya bagi pertumbuhan mesin ekonomi belum terlalu signifikan. Koperasi
masih cenderung menempati ekonomi pinggiran (pemasok dan produksi), lebih dari itu,
sudah dikuasai swasta dan BUMN. Karena itu, tidak aneh bila kontribusi Koperasi terhadap
GDP (gross domestic product) baru sekitar satu sampai dua persen, itu adalah akibat frame
of mind yang salah.Di Indonesia, beberapa Koperasi sebenarnya sudah bisa dikatakan
memiliki unit usaha besar dan beragam serta tumbuh menjadi raksasa bisnis berskala besar.
Sebagai sebuah sistem, kebijakan dasar pengembangan SDM koperasi dan UKM dipahami
sebagai kebijakan yang melibatkan banyak actor dan kepentingan yang merupakan sub-sub
sistem. Sub-sub sistem tersebut bisa dipahami sebagai stakeholders yang masing-masing
mempunyai peran dan kepentingan terhadap eksistensi dari koperasi dan UKM. Oleh karena
itu, untuk mendesain kebijakan dasar pengembangan SDM koperasi dan UKM yang
komprehensif, pertama yang harus dilakukan adalah memetakan atau mengidentifikasi
kelompok-kelompok yang terlibat dalam formulasi kebijakan dan yang menjadi target dari
kebijakan tersebut (policy formation and target group). Kelompok-kelompok ini merupakan
entitas yang sudah eksis dan terlibat secara intens dengan urusan koperasi dan UKM.
yang sering menjadi salah satu ciri kelemahan kebijakan publik akan dapat dikurangi dengan
supply data yang komprehensif dari berbagai sumber.
Kedua, Dinas Koperasi dan UKM pada tiap Kabupaten dan Kota adalah avant garde (ujung
tombak) dalam pembinaan koperasi dan UKM di daerah. Otonomi daerah yang bertujuan
untuk mengoptimalkan fungsi pelayanan kepada masyarakat, akan memberikan amanah
yang sangat besar kepada stakeholder ini. Pada saat sekarang dinas tidak bisa lagi bertumpu
pada petunjuk dari instansi di atasnya. Segala sesuatunya tergantung pada inovasi dan
kreatifitas masing-masing dinas di daerah. Dalam menjalankan fungsi ini, dinas UKM dan
koperasi tetap harus berpegangan pada unsur pemberdayaan masyarakat, pemerintah
hanya akan memainkan peran sebagai fasilitator yang menyediakan informasi yang
berkaitan dengan kompetensi inti lokal (local core competency) yang dapat diolah menjadi
produk barang dan jasa dan juga informasi pasar. Dalam beberapa temu muka dengan
anggota koperasi dan UKM ditemukan semacam keragaman keluhan yakni masih
birokratisnya proses untuk mendapatkan jasa ini dan juga validitas data dan informasi yang
sering sudah usang.
Ketiga, Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan. Peran yang dapat dimainkan oleh adalah
memfasilitasi dalam pengembangan riset dan SDM untuk mengembangkan koperasi dan
UKM. Dengan demikian koperasi dan UKM akan mendapatkan supply pengetahuan yang upto date untuk pengembangan bisnisnya. Idealnya antara pemerintah, koperasi dan UKM,
serta lembaga pendidikan ada keterkaitan tri partiet. Disini perguruan tinggi akan berperan
dalam pengkajian dan penelitian berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan usaha
koperasi dan UKM, serta mencetak alumni yang dapat dimanfaatkan oleh koperasi dan UKM.
Keempat, Lembaga Swadaya Masyarakat. Peran LSM adalah berfungsi sebagai pendamping
bagi koperasi dan UKM saat berhubungan dengan pihak-pihak luar seperti
pemerintah, perbankan maupun sektor swasta lainnya. Selain itu LSM juga bisa berperan
dalam membangkitkan kesadaran sosial dan peranan yang bisa dimainkan olehnya,
khususnya dalam menghadapi pengusaha-pengusaha besar. Sehingga kekhawatiran adanya
eksploitasi sumber daya akan dapat dikurangi. Termasuk LSM di sini adalah Dewan Koperasi
Indonesia (Dekopin).
Kelima, Lembaga Keuangan (bank maupun non-bank). Lembaga keuangan akan memegang
peranan yang sangat penting dalam pengembangan usaha koperasi dan UKM. Berdasarkan
kajian dari berbagai negara menunjukkan bahwa koperasi dan UKM adalah unit usaha yang
memperoleh keistimewaan (privileges) dari pemerintah dalam permodalannya. Berdasarkan
kajian, terlihat bahwa koperasi mendapatkan perlakuan yang sama dengan unit bisnis
lainnya, akibatnya dalam pengajuan modal ke perbankan sering menemui permasalahan.
Keenam, Badan diklat koperasi dan UKM (Balatkop dan UKM). Lembaga diklat disini
dipahami sebagai sistem temporer yang berperan untuk memberikan pengetahuan dan
keahlian dalam usaha koperasi dan UKM. Sebagai sistem temporer lembaga ini berperan
dalam menentukan corak dan kompetensi apa yang akan dihasilkan dari peserta diklatnya.
Tuntutan sekarang yang mengemuka adalah kurikulum yang sesuai dengan local needs.
Selain itu komposisi dari kurikulum juga hendaknya lebih menitikberatkan pada praktek
melalui magang ke unit bisnis yang lebih maju. Berdasarkan kajian, permasalahan yang
ditimbulkan dari belum tercapainya tujuan instruksional dari diklat, salah satunya adalah
pola rekrutmen calon peserta diklat yang masih belum selektif dengan kompetensi yang
akan dibangun.
Hal ini yang muncul ke permukaan terkait dengan otonomi daerah, kebijakan
pengembangan koperasi dan UKM harus diarahkan pada jiwa dari otonomi yakni untuk
menciptakan kompetensi lokal dalam rangka meningkatkan daya kompetisi. Oleh karena itu
kebijakan yang mengarah pada bentuk-bentuk sentralisasi harus dihindarkan. Implikasinya
dalam mendesain kurikulum dalam diklat harus disesuikan dengan kebutuhan
dan muatan lokal (local needs).Dari temuan lapangan terdeteksi bahwa peran-peran ideal
yang seharusnya dilaksanakan dari masing-masing stakeholder terhadap koperasi dan UKM
belum berjalan secara optimal dalam suatu tatanan koordinasi yang sinergis. Bahkan fakta
dilapangan masih banyak ditemukan adanya tarik ulur kepentingan antara Dinas Koperasi
dan Dekopin, sebagai stakeholders dominan dalam implementasi kebijakan pengembangan
SDM koperasi dan UKM. Bahkan di beberapa tempat ditemukan konflik yang cukup tajam
antara Dekopin dengan Dinas Koperasi, terutama dalam bidang teknis, seperti
pengembangan diklat, penyaluran subsidi, dan lainnya. Akibatnya muncul banyak duplikasi
dan pengulangan kegiatan dan program. Hal ini menimbulkan sikap apatis dan apriori dari
anggota koperasi dalam mendukung program yang diajukan oleh kedua institusi ini. Conflict
of interest ini juga masih terjadi antara LSM dengan pemerintah. LSM masih merasa sering
dicurigai oleh pemerintah. Sebaliknya pemerintah juga masih dicurigai oleh LSM, masih
sebagai mesin dari kekuatan politik. Sikap parokialism jelas berdampak kepada efektifitas
dan efisiensi program pembinaan SDM koperasi dan UKM.
Selain itu, dalam masa transisi seperti sekarang ini, masih juga banyak ditemukan berbagai
masalah yang menyangkut penataan kelembagaan instansi pembina koperasi dan UKM.
Sejak diimplemantasikannya UU Otonomi Daerah, urusan terkait dengan pembinaan dan
pengembangan koperasi menjadi bidang tugas dan kewenangan pemerintah Kota
/Kabupaten. Namun dalam implementasinya penyerahan kewenangan termasuk
pegawaianya tidak jarang menimbulkan konflik kepentingan di beberapa pemerintah
kabupaten/kota. Seringkali pemegang otoritas kebijakan di pemerintah kabupaten dan kota
dalam mengangkat pejabat setingkat kepala dinas atau di bawahnya adalah mereka yang
sama sekali tidak memiliki kompetensi dan latar belakang pekerjaan dan pengetahuan yang
berkaitan dengan bidang tugas koperasi dan UKM. Pertimbangannya semata hanya untuk
mengakomodasi senioritas karyawan. Jelas kebijakan ini akan berdampak kepada efisiensi
dan efektifitas dari keberhasilan program dan kebijakan itu sendiri. Selain itu, juga tidak
jarang menimbulkan friksi dan gejolak yang kontra produktif antara karyawan `asli` dengan
karyawan dari pusat.
Dari paparan permasalahan yang telah diuraikan, ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan berkaitan dengan pengembangan kebijakan dasar koperasi dan UKM. Pertama,
mendesain payung kebijakan yang komprehensif dan aspiratif. Realitas menunjukkan bahwa
dalam pengembangan SDM koperasi dan UKM banyak sekali kelompok yang mempunyai
kepentingan dalam kebijakan ini. Untuk menjamin tingkat efektifitas koordinasi dan
sinkronisasi, maka kebijakan pengembangan dasar harus berada dalam payung kebijakan
yang memiliki daya jangkauan yang luas dan berada di atas peraturan daerah.
Dari sisi substansi kebijakan, dalam rangka mewujudkan suatu kebijakan yang rasional dan
adil maka diperlukan adanya suatu riset yang menyeluruh untuk menggali data dan
informasi yang berkaitan aspek pengembangan SDM koperasi dan UKM. Data dan informasi
yang yang komprehensif ini akan meredusir aspek penyederhanaan permasalahan. Koperasi
dan UKM memang merupakan entitas yang sangat beragam, untuk itu perlu untuk
diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya. Pengklasifikasian ini dilaksanakan untuk
menjamin adanya efektifitas kebijakan yang dihasilkan.
Kedua, membentuk forum dialog dari berbagai stakeholders. Dalam rangka mereduksi
adanya conflict of interest dan duplikasi kegiatan idealnya ada sinergi masing-masing
stakeholders untuk merumuskan kebijakan substantif pengembangan SDM koperasi dan
UKM. Namun demikian sering masing-masing stakeholders saling "berebut lahan" dalam
menciptakan kegiatan pengembangan koperasi. Misalnya antara Dekopin dan Dinas
Koperasi, dan antara pemerintah dengan LSM. Dari fakta ini jelas diperlukan adanya suatu
kesepakatan wilayah garap (domain) dari masing-masing kelompok yang berkepentingan.
Kesepakatan ini akan terbangun apabila ada komitmen untuk berdialog bersama. Dialog ini
juga dapat diperluas dengan melibatkan stakeholders lainnya; perguruan tinggi, LSM, dan
dunia perbankan. Peran ini pada tahap awal dapat difasilitasi oleh pemerintah.
Ketiga merevitalisasi Lembaga Diklat. Lembaga Diklat adalah memegang posisi yang sangat
vital dalam menciptakan SDM koperasi yang handal dan kreatif sesuai dengan jiwa koperasi
yakni kemandirian. Titik-titik kritis (crucial points) yang harus diperbaiki adalah mekanisme
rekrutimen yang belum menjamin adanya kesesuaian dengan kompetensi inti yang akan
dibangun, kurikulum yang harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan jaman dan
kebutuhan lokal (local contains), dan mekanisme pembinaan peserta setelah mengikuti
kursus (post training) dengan menempatkan atau mencangkokkan mereka pada lembaga
bisnis yang lebih unggul dalam rangka transfer pengetahuan (magang).
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada usaha berskala
kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp 200.000.000, belum termasuk
tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu contoh dari badan usaha perseorangan
dimana didirikan dan dimiliki oleh satu orang saja. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99
tahun 1998, UKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dimana tipe bidang
usahanya bersifat heterogen serta perlu dilindungi oleh pemerintah untuk mencegah
persaingan yang tidak sehat.
3 jenis usaha yang dapat dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba, seperti.
a. Usaha manufaktur (manufacturing business) merupakan badan usaha yang aktivitas
usahanya merubah bahan baku menjadi suatu produk yang dapat digunakan oleh
masyarakat atau produsen selanjutnya. Contoh: pabrik konveksi yang menghasilkan pakaian
maupun pengrajin bambu yang menghasilkan mebel, hiasan rumah, souvenir dan
sebagainya.
b. Usaha dagang (merchandishing business) merupakan badan usaha yang aktivitas
usahanya langsung menjual barang yang sudah dibeli tanpa melakukan perubahan terlebih
dahulu. Contoh: pusat jajanan tradisional yang menjual berbagai macam jajanan tradisional
maupun took kelontong yang menjual semua jenis barang kebutuhan sehari-hari.
c. Usaha jasa (sevice business) merupakan usaha yang memberikan jasa atau layanan kepada
konsumen. Contoh: jasa pengiriman barang maupun warnet.
Jika seseorang ingin mendirikan UKM, maka diperlukan diferensiasi bidang usaha yang akan
dilakukan supaya dapat menjadi pusat perhatian dan dikenal oleh konsumen karena
memiliki keunikan tersendiri. Diferensiasi merupakan segala upaya yang dilakukan seseorang
maupun perusahaan untuk menciptakan perbedaan dengan pesaing usaha kita dengan
tujuan memberikan nilai terbaik di mata konsumen.
Berikut yang perlu dipirkan dalam membuat diferensiasi UKM, sebagai berikut :
o
o
o
o
o
o
Konten (what to offer) yaitu kelebihan apa yang dapat ditawarkan pemilik
usaha kepada konsumen untuk membedakan jati diri perusahaan dengan
pesaing.
Konteks (how to offer) yaitu bagaimana cara sang pemilik usaha dalam
menawarkan kelebihan usahanya kepada konsumen.
Infrasturktur (enabler) merupakan faktor lain yang mendukung
terlaksananya diferensiasi usaha dengan menunjukkan perbedaan
kemampuan tekhnologi, kemampuan sumber daya manusia dan fasilitas
yang dimiliki suatu perusahaan terhadap pesaing usahanya. Jadi,
infrasturktur merupakan segala sesuatu yang dimiliki suatu perusahaan
untuk menciptakan apa yang dapat ditawarkan dan bagaimana cara pemilik
usaha untuk memperkenalkan usahanya kepada konsumen.
Kita juga harus memperhatikan dua hal dalam melakukan diferensiasi usaha,
seperti.
Kreatif dalam menghasilkan segala sesuatu yang unik berhubungan dengan
usaha kita.
Positif artinya diferensiasi yang dilakukan harus memberikan atau
menambah nilai pada produk atau layanan yang diberikan kepada
konsumen.
Kelebihan :
o
o
o
o
o
10
o
o
o
o
o
o
Pemilik badan usaha perseorangan harus membayar pajak kepada pemerintah, tapi
lebih rendah dari pajak PT.
Pemilik memiliki kepuasan tersendiri dan dapat bertindak sesukannya karena
peranannya sebagai pemilik tunggal.
Jangka waktu badan usaha tidak terbatas dan sewaktu-waktu dapat dipindah
tangankan.
Biaya organisasi rendah karena membutuhkan sedikit karyawan bahkan si pemilik
bisa langsung terjun ke dalam usahanya.
Manajemen perusahaan relatif fleksibel.
Tidak melalui proses administrasi yang kompleks, hanya sampai pembuatan akte
notaris dan surat keterangan dari kelurahan saja
Kekurangan :
o
o
o
o
o
o
o
o
11
Penjual yang handal dibutuhkan dimana saja supaya produk yang dihasilkan suatu
perusahaan dapat laku terjual. Untuk menjadi seorang penjual yang handal, kita
dituntut untuk berkomunikasi dengan baik dengan calon konsumen, pekerja keras
dan ulet.
C. Evaluasi UKM
Peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperkuat basis usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) rupanya cukup berhasil. Salah satu buktinya, cukup banyak pengusaha
yang kini naik kelas. Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, hasil evaluasi penyaluran
KUR menunjukkan, sebagian pengusaha kelas mikro dan kecil, kini sudah naik kelas menjadi
pengusaha kelas menengah. Menurut Hatta, 400 ribu pengusaha itu bisa naik kelas menjadi
pengusaha kelas menengah setelah mendapat kucuran pendanaan Rp 2 triliun dari program
KUR. merupakan contoh sukses program KUR. Pengusaha tersebut akan terus dibina,
sehingga nanti bisa mengakses kredit perbankan. Pemerintah sepakat untuk
menghubungkan sektor UMKM yang menjadi binaan Kementerian dengan perbankan.
Sehingga, nanti masing-masing Kementerian bisa memberikan daftar pengusaha UMKM
binaannya yang potensial kepada perbankan sebagai penyalur KUR maupun kredit biasa.
Terkait KUR, pemerintah optimistis penyalurannya akan berjalan lancar, bahkan bakal
melampaui target Rp 13,1 triliun. Hatta optimis, revisi kebijakan penyaluran KUR seperti
mempermudah penyaluran, meniadakan jaminan tambahan, hingga meniadakan
12
pengecekan ulang dari Bank Indonesia (BI), akan mampu mendongkrak penyaluran KUR. Dan
akses akan diperluas hingga ke BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang tahun ini akan
menyalurkan Rp 2 triliun.Menurut Menteri Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan, hingga akhir
Juni lalu, dari target Rp 6,5 triliun, kini realisasi penyaluran KUR sudah mencapai Rp 5,1
triliun. Bagaimana dengan kredit macet atau non performing loan (NPL) KUR? Menurut
Syarifudin, angkanya relatif rendah, yakni sekitar 3 persen. Bahkan, lanjut dia, ada bank
penyalur yang NPL KUR nya hanya 1,2 persen. Sementara itu, menurut Menteri Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar, pihaknya akan terus mendorong bank-bank BUMN
untuk mempercepat penyaluran KUR. Sebab, dari target penyaluran Rp 18 triliun, sekitar Rp
15,8 triliun diantaranya dicover oleh bank pelat merah. Oleh karena itu pihaknya akan terus
memompa perbankan BUMN. Ini sangat penting, sebab KUR merupakan salah satu
penopang perekonomian.
D. Contoh UKM
Salah satu usaha yang terbukti menjanjikan adalah di bidang otomotif, Selain dapat
menyalurkan hobi anda, usaha di bidang otomotif juga dapat memberikan keuntungan yang
besar bagi anda, KING AUTO INTERIOR (KAI) adalah salah satu usaha franchise / waralaba
yang bergerak di bidang otomotif. Satu konsep franchise yang menawarkan system One
Stop Shopping. Karena di KAI, kebutuhan vital dari mobil anda dapat dipenuhi. Mulai dari
cover jok, kaca film, audio & aksesoris lainnya.
KAI menawarkan sistem usaha dengan keunggulan :
1. konsep usaha di bidang otomotif yang berbeda dengan yang lainnya
2. Investasi terjangkau
3. Keuntungan tinggi
4. ROI dalam 12 bulan
5. Bisnis yang telah terbukti menguntungkan
6. Memberi support marketing, produksi dan management
7. Dukungan promosi secara global di seluruh wilayah (NationAdvertising)
8. Tidak membutuhkan banyak karyawan
9. Pembatasan jumlah outlet per wilayah
10. Pemegang Brand terkenal :
Cover jok : Autoleder, MBtech, DLO, Garson, Nappa, GMATT, LMATT
Kaca Film : Llumar Window Film, King Auto Film
Audio : Kenwood, Pioneer, Alpine, SoundStream, JBL dll.
Aksesoris : California Scents (Distributor Nasional), Packy Poda (Distributor
Jawa Barat), HID dll
Prestasi KING AUTO INTERIOR :
The Best Cars Interior : Auto Black Through Contest
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama
atas dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan
biaya yang rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh
anggotanya.Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya
lebih baik dibandingkan sebelum bergabung dengan Koperasi.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada usaha berskala
kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp 200.000.000, belum termasuk
tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu contoh dari badan usaha perseorangan
dimana didirikan dan dimiliki oleh satu orang saja.
B. Saran
1. .Bagi penyusun, hasil Makalah ini dapat dijadikan Acuan untuk memperbaiki
perekonomian menjadi lebih baik.
2. Bagi pembaca, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan bergunasebagai
informasi dan dapat menambah referensi khasanah ilmu pengetahuan.
15
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengahberandaukm.blogspot.com
http://www.dokterbisnis.net/2009/12/02/pentingnya-diferensiasi-bagi-produk-atau-jasa
anda-bahkan-bagi-perusahaan-anda/
Adji. Wahyu, Ekonomi untuk 3 SMA, jilid 3, Jakarta: Erlangga, 2007
http://www.dokterbisnis.net/2009/12/01/tipe-bisnis-apa-yang-cocok-buat-anda/
http://berkoperasi.blogspot.com/
http://io.ppijepang.org/cetak.php?id=17
http://manajemen-koperasi.blogspot.com/2008_08_24_archive.html
http://www.anneahira.com/dinas-koperasi.htm
http://www.addthis.com/bookmark.php?v=20
http://komunitas.bisnisukm.com/groups/usaha-waralaba/forum/topic/bisnis-otomotifyang-menguntungkan/
16