You are on page 1of 15

METABOLISME ASAM LEMAK RUSDIANA Program Studi Biokimia Fakultas ...

METABOLISME ASAM LEMAK

RUSDIANA

Program Studi Biokimia


Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

I. Pendahuluan
Asam lemak merupakan sekelompok senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dengan gugus
karboksilat pada ujungnya. Asam lemak memiliki empat peranan utama.
1. asam lemak merupakan unit penyusun fosfolipid dan glikolipid. Molekul-molekul amfipatik
ini merupakan komponen penting bagi membran biologi.
2. banyak protein dimodifikasi oleh ikatan kovalen asam lemak, yang menempatkan protein-
protein tersebut ke lokasi-lokasinya pada membran .
3. asam lemak merupakan molekul bahan bakar. Asam lemak disimpan dalam bentuk
triasilgliserol, yang merupakan ester gliserol yang tidak bermuatan. Triasilgliserol disebut
juga lemak netral atau trigliserida.
4. derivat asam lemak berperan sebagai hormon dan cakra intrasel.

II. Tata Nama Asam Lemak.


Nama asam lemak secara sistematis berasal dari nama hidrokarbon induknya dengan
mensubsitusikan oat untuk akhiran a terakhir. Misalnya, asam lemak jenuh C18 disebut asam
oktadekanoat sebab hidrokarbon induknya adalah oktadekana.
Suatu asam lemak C18 dengan satu ikatan rangkap disebut asam okta desinoat, dengan dua
ikatan rangkap disebut okta dienoat, dengan tiga ikatan rangkap ,okta trinoat. Simbol 18:0
menyatakan suatu asam lemak C18 tanpa ikatan rangkap,
sedangkan 18:2 menandakan adanya dua ikatan rangkap.
Nomor atom karbon
pada asam lemak dimulai dari ujung karboksil
H3C – (CH2 )n – CH2 – CH2 – C

Atom karbon kedua dan ketiga sering disebut sebagai α dan β. Gugus metil pada ujung distal
rantai disebut karbon ω. Posisi ikatan rangkap diperlihatkan oleh symbol ∆ diikuti oleh nomer
superskrip. Misalnya sis – ∆ 9 berarti terdapat ikatan rangkap sis antara atom karbon 9 dan 10;
trans- ∆ ² berarti terdapat ikatan rangkap trans antara atom karbon 2 dan 3 . Sebaliknya posisi
ikatan rangkap dapat dinyatakan dengan cara menghitung dari ujung distal, dengan atom
karbon ω ( karbon metil ) sebagai atom karbon nomer 1. struktur asam lemak ω – 3 misalnya,
diperlihatkan di sebelah kiri . Asam lemak terionisasi pada pH fisiologis, jadi lebih tepat bila asam
lemak disebut menurut bentuk karboksilatnya : misalnya palmitat atau heksadekanoat.

©2004 Digitized by USU digital library


1
III.Triasilgliserol

Triasilgliserol merupakan cadangan energi yang sangat besar karena dalam bentuk tereduksi
dan bentuk anhidrat. Oksidasi sempurna asam lemak menghasilkan energi sebesar 9 kkal/g
dibandingkan karbohidrat dan protein yang menghasilkan energi sebesar 4 kkal/g. Ini
disebabkan karena asam lemak jauh lebih tereduksi. Lagi pula triasilgliserol sangat non polar
sehingga tersimpan dalam keadaan anhidrat, sedangkan protein dan karbohidrat jauh lebih
polar, sehingga bersifat terhidratasi. Satu gram glikogen kering akan mengikat sekitar dua gram
air maka satu gram lemak anhidrat menyimpan energi enam kali lebih banyak dari pada energi
yang dapat disimpan oleh satu gram glikogen yang terhidratasi . Ini menyebabkan bahwa
triasilgliserol dijadikan simapanan energi yang lebih utama disbanding glikogen.Sel adipose
dikhususkan untuk sintesis dan penyimpanan triasilgliserol serta untuk mobilisasi triasilgliserol
menjadi molekul bahan bakar yang akan dipindahkan ke jaringan lain oleh darah.

III 1.Triasilgliserol dihidrolisis oleh lipase yang diatur oleh AMP siklik. Tahap awal penggunaan
lemak sebagai sumber energi adalah hidrolisis triasilgliserol oleh lipase yang akan menghasilkan
gliserol dan asam lemak . Aktivitas lipase sel adipose diatur oleh beberapa hormon . epinefrin,
norepinefrin, glukagon dan hormon adrenokortikotropik mengaktifkan adenilat siklase di dalam
sel adiposa dengan cara memicu reseptor- reseptor. Peningkatan kadar AMP siklik merangsang
protein kinase A, yang akan mengaktifkan lipase dengan cara fosforilasi. Jadi
epinefrin,norepinefrin, glukagon dan hormon adrenokortikotropik bersifat menginduksi lipolisis .
AMP siklik adalah caraka pada pengaktifan lipolisis di jaringan adipose seperti juga pada
pengaktifan pemecahan glikogen . Insulin menghambat proses lipolisis.
Gliserol yang terbentuk pada lipolisis mengalami fosforilasi dan dioksidasi menjadi
dihidroksiaseton fosfat, yang selanjutnya mengalami isomerisasi menjadi gliseraldehida 3 –
fosfat. Zat antara ini terdapat baik pada jalur glikolisis dan glukoneogenesis. Dengan demikian,
gliserol dapat diubah menjadi piruvat atau glukosa di hati, tempat enzim-enzim yang diperlukan.
Proses kebalikannya dapat terjadi melalui reduksi dihidroksiasetonfosfat menjadi gliserol 3-
fosfat. Hidrolisis oleh fosfatase akan menghasilkan gliserol. Jadi, gliserol dan zat-zat antara
glikolisis dapat saling mudah mengalami interkonversi.

IV.Oksidasi Asam Lemak


Pada tahun 1904, Franz Knoop menerangkan bahwa asam lemak itu dipecah melalui oksidasi
pada karbon –β. Kemudian padatahun 1949 Eugene Kennedy dan Lehninger menerangkan
bahwa terjadinya oksidasi asam lemak di mitokondria. Dimana asam lemak sebelum memasuki
mitokondria mengalami aktivasi . adenosin trifosfat ( ATP ) memacu pembentukan ikatan tioester
antara gugus karboksil asam lemak dengan gugus sulfhidril pada KoA. Reaksi pengaktifan
iniberlangsung di luar mitokondria dan dikatalisis oleh enzim asil KoA sintetase ( tiokinase asam
lemak )

Paul Berg membuktikan bahwa aktivasi asam lemak terjadi dalam dua tahap.Pertama, asam
lemak bereaksi dengan ATP membentuk asil adenilat. Dalam bentuk anhidra campuran ini,
gugus karboksilat asam lemak diikatkan dengan gugus
fosforil AMP. Dua gugus fosforil lainnya dari ATP dibebaskan sebagai pirofosfat. Gugus sulfhidril
dari KoA kemudian bereaksi dengan asila adenilat yang berikatan kuat dengan enzim
membentuk asil KoA dan AMP.

©2004 Digitized by USU digital library


2

R–C
+ ATP
R – C – AMP + PPi

Asam lemak

Asil adenilat

R – C – AMP + H- S – KoA
R – C – S – KoA + AMP

Asil KoA
Pengangkutan asam lemak rantai panjang ke dalam matriks mitokondria.

Asam lemak diaktifkan di luar membran mitokondria, proses oksidasi terjadi di dalam matriks
mitokondria. Molekul asil KoA rantai panjang tidak dapat melintasi membran mitokondria,
sehingga diperlukan suatu mekanisme transport
khusus.Asam lemak rantai panjang aktif melintasi membran dalam mitokondria dengan cara
mengkonjugasinya dengan karnitin, suatu senyawa yang terbentuk dari lisin.Gugus asil
dipindahkan dari atom sulfur pada KoA ke gugus hidroksil pada karnitin dan membentuk asil
karnitin. Reaksi ini dikatalisis oleh karnitin transferase I, yang terikat pada membran di luar
mitokondria.

R – C – S – KoA + H3C – N – CH2 – C – CH2 – C HS – KoA + H3C – N – CH2

Asil KoA

Karnitin

Asil Karnitin
–C – CH2 – C.

Selanjtunya, asil karnitin melintasi membran dalam mitokondria oleh suatu translokase. Gugus
asil dipindahkan lagi ke KoA pada sisi matriks dari membran yang dikatalisis oleh karnitin asil
transferase II. Akhirnya karnitin dikembalikan ke
sisi sitosol oleh translokase menggantikan masuknya asil karnitin yang masuk.Molekul asil KoA
dari sedang dan rantai pendek dapat menembus mitokondria tanpa adanya karnitin.

Kelainan pada transferase atau translokase atau defisiensi karnitin dapat menyebabkan
gangguan oksidasi asam lemak rantai panjang, Kelainan tersebut diatas ditemukan pada kembar
identik yang menderita kejang otot disertai rasa nyeri
yang dialami sejak masa kanak-kanak.. Rasa nyeri diperberat oleh puasa, latihan fisik, atau diet
tinggi lemak; oksidasi asam lemak adalah proses penghasil energi utama pada ketiga keadaan
tersebut. Enzim glikolisis dan glikogenolisis dalam keadaan normal.

IV.1. Asetil KoA, NADH dan FADH2 terbentuk pada setiap satu kali oksidasi.

Asil KoA jenuh dipecah melalui urutan empat reaksi yang berulang yaitu : oksidasi oleh flavin
adenin dinukleotida ( FAD ), hidrasi oleh NAD dan tiolisis oleh KoA. Rantai asil diperpendek
dengan dua atom karbon sebagai hasil dari keepat
reaksi tadi dan terjadi pembentukan FADH2, NADH dan asetil KoA.

Reaksi pertama pada tiap daur pemecahan adalah oksidasi asil KoA oleh asil KoA dehidrogenase
yang menghasilkan satu enoil KoA denganikatan rangkap trans antara C – 2 dan C – 3.

Asil KoA + E – FAD → trans - ∆² - Enoil KoA + E – FADH2

Langkah selanjutnya adalah hidrasi ikatan ganda antara C- 2 dan C – 3 oleh enoil
KoA hidratase.

Trans
-
∆² - Enoil KoA + H2O ↔ L- 3 – hydroksiasil KoA.
©2004 Digitized by USU digital library
3

Hidrasi enoil KoA membuka jalan bagi reaksi oksidasi kedua, yang mengubah gugus hidroksil
pada C – 3 menjadi gugus keto dan menghasilkan NADH. Oksidai ini dikatalisis oleh L – 3 –
hidroksiasil KoA dehidrogenase .

L – 3 – hidroksiasil KoA + NAD ↔ 3 – ketoasil KoA + NADH + H+

Langkah akhir adalah pemecahan 3 – ketoasil KoA oleh gugus tiol dari molrkul KoA lain, yang
akan menghasilkan asetil KoA dan suatu asil KoA rantai karbonnya dua atom karbon lebih
pendek. Reaksi ini dikatalisis oleh β – ketotiolase.

3- ketoasil KoA + HS – KoA ↔ asetil KoA + asil KoA.


(karbon- karbon n )
( karbon- karbon n-2 ).

Asil KoA yang memendek selanjutnya mengalami daur oksidasi berikutnya, yang diawali dengan
reaksi yang dikatalisis oleh asil KoA dehidrogenase. Rantai asam lemak yang mengandung 12
sampai 18 karbon dioksidasi oleh asil KoA dehidrogenase rantai panjang. Asil KoA dehidrogenase
untuk rantai sedang mengoksidasi ranta asam lemak yang memiliki 14 sampai 4 karbon,
sedangkan asil KoA dehidrogenase untuk rantai pendek hanya bekerja pada rantai 4 dan 6
karbon. Sebaliknya, β – ketotiolase, hidroksiasil dehidrogenase, dan enoil KoA hidratase memiliki
spesifitas yang luas berkenaan dengan panjangnya gugus asil.

IV.2.Oksidasi sempurna asam palmitat

Kita dapat menghitung energi yang dihasilkan dari oksidasi suatu asam lemak. Pada tiap daur
reaksi, asil KoA diperpendek dua karbon dan satu FADH2, NADH dan asetil KoA terbentuk.

Cn – asil KoA + FAD + NAD + H2O + KoA → Cn-2 – asil KoA + FADH2 + NADH
+ asetil KoA + H

Pemecahan palmitoil KoA ( C16 – asil KoA ) memerlukan tujuh daur reaksi.
Pada daur ketujuh, C4 – ketoasil KoA mengalami tiolisis menjadi dua molekul asetil
KoA. Dengan demikian stoikiometri oksidasi palmitoil KoA menjadi.

Palmitoil KoA + 7 FAD + 7 NAD +7 KoA + & H2O→

8 asetil KoA + 7 FADH2 + 7 NADH + 7 H

Dua setengah ATP akan terbentuk per NADH yang dioksidasi pada rantai pernafasan, sedangkan
1,5 ATP akan terbentuk untuk tiap FADH2. Jika diingat bahwa oksidasi asetil KoA oleh daur asam
sitrat menghasilkan 10 ATP, maka jumlah ATP
yang terbentuk pad oksidasi palmitoil KoA adalah 10,5 dari 7 FADH2, 17,5 dari 7 NADH dan 80
dari 8 molekul asetil KoA, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 108. Dua ikatan fosfat energi
tinggi dipakai untuk mengaktifkan palmitat, saat ATP terpecah menjadi AMP dan 2 Pi. Jadi
oksidasi sempurna satu molekul asam palmitat menghasilkan 106 ATP.

IV.3.Oksidasi asam lemak tak jenuh.

Oksidasi asam lemak tak jenuh reaksinya sama seperti reaksi oksidasi asam lemak jenuh. Hanya
diperlukan tambahan dua enzim lagi yaitu isomerase dan reduktase untuk memecah asam-asam
lemak tak jenuh..

Oksidasi asam palmitoleat atau asam lemak C16 yang memiliki ikatan rangkap antara C- 9 dan C
–10 ini diaktifkan dan diangkut melintasi membran dalam
©2004 Digitized by USU digital library
4
mitokondria dengan cara yang sama dengan asam lemak jenuh. Selanjutnya palmitoleil KoA
mengalami tiga kali pemecahan dengan enzim-enzim yang sama seperti oksidasi asam lemak
jenuh. Enoil KoA – sis - ∆³ yang terbentuk pada ketiga kali jalur oksidasi bukanlah substrat bagi
asil KoA dehidrogenase. Adanya ikatan rangkap antara C-3 dan C-4 menghalangi pembentukan
ikatan rangkap lainnya antar C – 2 dan C – 3. Kendala ini dapat diatasi oleh suatu reaksi yang
mengubah posisi dan konfigurasi dari ikatan rangkap sis - ∆³. Suatu isomerase mengubah ikatan
rangkap ini menjadi ikatan rangkap trans - ∆². Reaksi- reaksi berikutnya mengikuti reaksi
oksidasi asam lemak jenuh saat enoil KoA – trans - ∆² merupakan substrat yang reguler.

Satu enzim tambahan lagi diperlukan untuk oksidasi asam lemak tak jenuh jamak .Misalnya
asam lemak tak jenuh jamak C18 yaitu linoleat , dengan ikatan rangkap sis - ∆9 dan sis ∆12.
Ikatan rangkap sis - ∆³ yang terbentuk setelah tiga daur oksidasi – β, diubah menjadi ikatan
rangkap trans - ∆² oleh isomerase tersebut di atas, seperti pada oksidasi palmitoleat . Ikatan
rangkap sis - ∆¹² - linoleat menghadapi masalah baru. Asil KoA yang dihasilkan oleh empat daur
oksidasi β mengandung ikatan rangkap rangkap sis - ∆4. dehidrogenase pada spesies ini oleh
asil Koa dehidrogenase menghasilkan zat antara 2,4 – dienoil yang bukan substrat bagi enzim
berikutnya pada jalur oksidasi β. Kendala ini dapat diatasi oleh 2,4 - dienoil – KoA reduktase,
suatu enzim yang menggunakan NADH untuk mereduksi zat antara 2,4 – dienoil menjadi enoil
KoA – sis - ∆³. Isomerase tersebut di atas kemudian mengubah enoil KoA – sis -∆³ menjadi bentuk
trans, suatu zat antara yang lazim pada oksidasi – β.Jadi ikatan rangkap yang letaknya pada
atom C nomer ganjil ditangani oleh isomerase dan ikatan rangkap yang terletak pada atom C
nomor genap ditangani oleh reduktase dan isomerase.

IV.4.Oksidasi asam lemak dengan nomor atom karbon ganjil.

Asam lemak yang memiliki jumlah karbon ganjil merupakan spesies jarang. Asam lemak ini
dioksidasi dengan cara yang samaseperti oksidasi asam lemak dengan jumlah atom karbon
genap, kecuali pada daur akhir degradasi akan terbentuk propionil KoA dan asetil KoA, bukan
dua molekul asetil KoA. Unit – tiga karbon aktif pada propionil KoA memasuki daur asam sitrat
setelah diubah menjadi suksinil KoA.

V.Proses Ketogenesis.

Asetil KoA yang terbentuk pada oksidasi asam lemak akan memasuki daur asam sitrat hanya jika
pemecahan lemak dan karbohidrat terjadi secara berimbang. Karena masuknya asetil KoA ke
dalam daur asam sitrat tergantung pada tersedianya oksaloasetat untuk pembentukan sitrat.
Tetapi konsentrasi oksaloasetat akan menurun jika karbohidrat tidak tersedia atau
penggunaannya tidak sebagaimana mestinya. Oksaloasetat dalam keadaan normal dibentuk dari
piruvat.

Pada puasa atau diabetes, oksaloasetat dipakai untuk membentuk glukosa pada jalur
glukoneogenesis dan demikian tidak tersedia untuk kondensasi dengan asetil KoA. Pada keadaan
ini asetil KoA dialihkan kepembentukan asetoasetat dan D-3- hidroksibutirat. Asetoasetat, D- 3-
hidroksibutirat dan Aseton disebut dengan zat keton.
©2004 Digitized by USU digital library
5

‫׀׀‬

‫׀׀‬

C – S - KoA
C – S - KoA

‫׀‬

‫׀‬

CH2 Asetil KoA +


CH2 Asetil

H+ +

KoA ‫׀‬
H2O KoA
‫ ׀‬KoA
NADH NAD+
2 Asetil KoA C = O HO – C – CH3 O = C – CH3

1‫׀‬
2
‫׀‬
3
‫׀‬
4

CH3

CH2

CH2

‫׀‬
‫׀‬

COO‫־‬

COO‫־‬

‫׀‬

HO – C – CH3

‫׀‬
CH2

‫׀‬
COOֿ

H+ CO2
Asetoasetat
Aseton
Asetoasetat dibentuk dari asetil KoA dalam tiga tahap.Dua molekul asetil KoA berkondensasi
membentuk asetoasetil KoA. Reaksi yang dikatalisis oleh tiolase ini merupakan kebalikan dari
tahap tiolisis pada oksidasi asam lemak. Selanjutnya astoasetil KoA bereaksi dengan asetil KoA
dan air untuk menghasilkan 3 - hidroksi – 3 – metilglutaril KoA ( HMG – KoA ) dan KoA .
Kondensasi ini mirip dengan kondensasi yang dikatalisis oleh sitrat sintase.Keseimbangan yang
tidak menguntungkan bagi pembentukan asetoasetil KoA diimbangi oleh reaksi ini, yang
keseimbangannya menguntungkan karena hidrolisis iaktan tioester . 3 – Hidroksi – 3 –
metilglutaril KoA kemudian terpecah menjadi asetil KoA dan asetoasetat. Hasil dari keseluruhan
reaksi adalah

2 Asetil KoA + H2O

Asetoasetat +2 KoA H+

3 – Hidroksibutirat terbentuk melalui reduksi asetoasetat di matriks mitokondria. Rasio


hidroksibutirat terhadap astoasetat tergantung pada rasio NADH / NAD+ di dalam mitokondria .
Karena merupakan asam keto – β, asetasetat secara lambat mengalami dekarboksilasi spontan
menjadi aseton . bau aseton dapat dideteksi dalam udara pernafasan seseorang yang kadar
asetoasetat dalam darahnya tinggi.

V.1. Asetoasetat adalah merupakan salah satu bahan bakar yang utama
dalam jaringan.

Situs utama produksi asetasetat dan 3 – hidroksibutirat adalah hati.


Senyawa- snyawa ini berdifusi dari mitokondria hati ke dalam darah dan diangkut ke
jaringan perifer. Asetoasetat dan 3- hidroksibutirat merupakan bahan bakar normal
pada metabolisme energi dan secara kwantitatif penting sebagai sumber energi .Otot
©2004 Digitized by USU digital library
6
jantung dan korteks ginjal menggunakan asetoasetat sebagai sumber energi
disbanding glukosa.. glukosa merupakan bahan b akar utama bagi otak dan sel
darah merah pada orang yang mempunyai gizi baik dengan diet seimbang. Tapi otak
dapat beradaptasi dan menggunakan asetoasetat dalam keadaan kelaparan dan
diabetes. Pada kelaparan berkepanjangan, 75% bahan bakar yang diperlukan oleh
otak didapat dari asetoasetat.

Asetoasetat dapat diaktifkan melalui pemindahan KoA dari suksinil KoA dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh suatu koA transferase spesifik. Kemudian,
asetoasetil KoA dipecah oleh tiolase menjadi dua molekul asetil KoA, yang
selanjutnya memasuki daur asam sitrat. Hati dapat membekali organ-organ lain
dengan asetoasetat karena hati tidak memiliki KoA transferase spesifik ini.

Asam lemak dilepaskan oleh jaringan adiposa dan diubah menjadi unit- unit
astil oleh hati, yang kemudian mengeluarkannya sebagai asetoasetat .Kadar
asetoasetat yang tinggi dalam darah menandakan berlimpahnya unit asetil yang
menyebabkan berkurangnya laju lipolisis di jaringan adiposa .

VI.Sintesis Asam lemak.


Sintesis asam lemak bukan merupakan kebalikan dari jalur pemecahannya.
Sintesis asam lemak lebih merupakan seperangkat reaksi, yang menunjukkan prinsip
bahwa jalur sintesis dan jalur pemecahan dalam system biologis biasanya berbeda.
Beberapa cirri penting jalur biosintesis asam lemak adalah :
1. Sintesis berlangsung di luar mitokondria, oksidasi terjadi di dalam matriks
mitokondria.
2. Zat antara pada sintesis asam lemak berikatan kovalen dengan gugus sulfhidril
pada protein – pembawa asil ( ACP ), sedangkan zat antara pada pemecahan
asam lemak berikatan dengan koenzim A.
3. Enzim – enzim pada sintesis asam lemak pada organisme yang lebih tinggi
tergabung dalam suatu rantai polipeptida tunggal, yang disebut sintase asam
lemak . Sebaliknya, enzim – enzim pemecahan tampaknya tidak saling
berikatan.
4. Rantai asam lemak yang sedang tumbuh, diperpanjang dengan cara
penambahan berturut –turut unit dua karbon yang berasal dari asetil KoA.
Donor aktif unit dua karbon pada tahap perpanjangan adalah malonil – ACP.
Reaksi perpanjangan dipacu oleh pelepasan CO2.
5. Reduktor pada sintesis asam lemak adalah NADPH, sedangkan oksidator pada
pemecahan asam lemak adalah NAD dan FAD.
6. Perpanjangan rantai oleh kompleks sontase asam lemak terhenti setelah
terbentuknya palmitat ( C16 ). Perpanjangan rantai lebih lanjut dan penyisipan
ikatan rangkap oleh system enzim yang lain.

©2004 Digitized by USU digital library


7
KESIMPULAN

1. Asam lemak merupakan sekelompok senyawa hidrokarbon yang berantai


panjang debgan gugus karboksil pada ujungnya.
2. Proses oksidasi asam lemak merupakan proses yang terjadi di mitokondria di
mana terjadi pada atom karbon beta sehingga disebut beta oksidasi.Setiap kali
oksidasi menghasilkan asetil KoA, NADH dan FADH2.
3. Proses ketogenesis merupakan proses pembentukan badan-badan keton di man
proses ini terjadi akibat pemechan lemak dan karbohidrat tidak
seimbang.Proses ketogenesis sering terjadi pada keadaan kelaparan dan DM
yang tak terkontrol.
4. Asetoasetat merupakan salah satu bahan bakar dalam jaringan.
5. Proses sintesis asam lemak terjadi di luar mitokondria, dimana proses ini terjadi
memerlukan suatu NADPH sebagai reduktor
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Champe P C PhD , Harvey R A PhD. Lippincott’s Illustrated Reviews: Biochemistry 2nd


.1994 , page 171 – 186.
Lehninger A, Nelson D , Cox M M .Principles of Biochemistry 2nd 1993
Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 :
Stryer L .1995. Biochemistry 4th , page 603 – 623 .

©2004 Digitized by USU digital library


8

Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id


1
IDENTITAS DOKUMEN (Preview)
Judul : ADAPTASI FISIOLOGIS SELAMA PUASA (Physiological Adaptation During Fasting)
Nama Jurnal : Jurnal Logika
Edisi : Volume 5-Nomor 1-Agustus 2008
Penulis : Ana Fauziyati
Abstrak : Fasting is an activity that has been done by people for long time. It is believed that
fasting is good for health. During fasting people restrict food and water intake. How
fasting makes body healthy and how body maintains the balance of energy and fluid
during fasting are very interesting to learn. The objective of this review essay is to
describe how the body maintain the balance of energy and fluid during fasting.
During fasting, body lacks of food or energy intake, that means there is a relative
lower blood glucose level. In this condition, the body produces hormones that
increase the blood glucose level, like glucagon and epinephrine, that stimulate
glicogenolysisis, lipolysis and gluconeogenesis, which maintain the blood glucose in
the normal level. The processes above supply the glucose needed by the cells for
metabolism. The lipolysis can reduce fat volume of the body, that is why fasting can
reduce body weight and prevent the body from obesity and metabolic disorder.
During fasting, the body also lacks of water intake, that means the body is relatively
dehydration. In this condition the body produces hormons that reduce the urine
output to minimize the liquid output from the body. They are antidiuretic hormone
(ADH) from posterior hipophysis and aldosteron from kidney, that increase the
natrium and water reabsorption from the tubulus of the kidney. The urine product
restriction is supported by the vasoconstriction of the arthery that supplies blood to
the kidney (arthery renalis). During fasting, the body produces high concentration
and minimal volume of urine, that possibly the body to maintain liquid balance of the
body, while the excretion of the toxic substances by the kidney still going on well.
During fasting, the body do the physiological adaptations to maintain the energy and
liquid balance. The processes to maintain the energy balance are glicogenolysis,
lypolisis and gluconeogenesis, that are supported by glucagon and epinephrine. The
process to maintain the liquid balance is the restriction of urine output, that is
supported by ADH, aldosteron and the vasoconstriction of arthery renalis.
keywords : physiological adaptation, fasting
Kesimpulan : Pada saat berpuasa akan terjadi proses adaptasi tubuh terhadap berkurangnya
asupan sumber energi dan cairan. Adaptasi terkait dengan keseimbangan energi
meliputi terjadinya glikogenolisis, lipolisis dan glukoneogenesis. Sedangkan
adaptasi pada keseimbangan cairan terutama dilakukan oleh ginjal dengan
mengurangi volume urin yang diproduksi dengan bantuan ADH, aldosteron dan
kerja saraf simpatis.
Penerbit : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM)
Univervitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Format : PDF
Web : http://www.uii.ac.id ; http://dppm.uii.ac.id
Tag : Jurnal Penelitian dan Pengabdian
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
2
ADAPTASI FISIOLOGIS SELAMA PUASA
(Physiological Adaptation During Fasting)
Ana Fauziyati
Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
ABSTRACT
Fasting is an activity that has been done by people for long time. It is
believed that fasting is good for health. During fasting people restrict food and
water intake. How fasting makes body healthy and how body maintains the
balance of energy and fluid during fasting are very interesting to learn. The
objective of this review essay is to describe how the body maintain the balance of
energy and fluid during fasting. During fasting, body lacks of food or energy
intake, that means there is a relative lower blood glucose level. In this condition,
the body produces hormones that increase the blood glucose level, like glucagon
and epinephrine, that stimulate glicogenolysisis, lipolysis and gluconeogenesis,
which maintain the blood glucose in the normal level. The processes above
supply the glucose needed by the cells for metabolism. The lipolysis can reduce
fat volume of the body, that is why fasting can reduce body weight and prevent
the body from obesity and metabolic disorder. During fasting, the body also lacks
of water intake, that means the body is relatively dehydration. In this condition
the body produces hormons that reduce the urine output to minimize the liquid
output from the body. They are antidiuretic hormone (ADH) from posterior
hipophysis and aldosteron from kidney, that increase the natrium and water
reabsorption from the tubulus of the kidney. The urine product restriction is
supported by the vasoconstriction of the arthery that supplies blood to the kidney
(arthery renalis). During fasting, the body produces high concentration and
minimal volume of urine, that possibly the body to maintain liquid balance of the
body, while the excretion of the toxic substances by the kidney still going on well.
During fasting, the body do the physiological adaptations to maintain the energy
and liquid balance. The processes to maintain the energy balance are
glicogenolysis, lypolisis and gluconeogenesis, that are supported by glucagon
and epinephrine. The process to maintain the liquid balance is the restriction of
urine output, that is supported by ADH, aldosteron and the vasoconstriction of
arthery renalis.
Keywords: physiological adaptation, fasting
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
3
I. PENDAHULUAN
Puasa telah lama ada dalam sejarah kehidupan manusia. Agama Islam
juga mensyari’atkan puasa bagi pemeluknya, khususnya puasa selama bulan
Ramadhan, satu bulan penuh. Puasa diyakini membawa dampak positif bagi
kesehatan badan dan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Selama berpuasa
seseorang dengan sengaja membatasi masukan makanan dan minuman ke
dalam tubuh. Tubuh membutuhkan asupan makanan untuk memproduksi energi
dan memenuhi kebutuhan nutrisi lainnya. Tubuh juga membutuhkan asupan
cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan di dalam tubuh. Perubahan
atau pembatasan asupan makanan ini akan mempengaruhi proses metabolisme
yang ada dalam tubuh untuk mempertahankan keseimbangan kondisi tubuh
seperti pada keadaan normal. Proses ini merupakan bagian dari fungsi fisiologis
homeostasis. Pertanyaannya adalah proses apa saja yang terjadi dalam tubuh
selama berpuasa?
Tujuan penulisan artikel ini adalah membahas perubahan atau adaptasi
fisiologis yang terjadi pada saat berpuasa, terutama dari proses
mempertahankan keseimbangan energi dan cairan.
Puasa
Puasa secara fisiologis berarti membatasi asupan makanan dan minuman
antara terbit fajar sampai terbenam matahari. Lamanya bervariasi tergantung
letak geografis suatu daerah di bumi, yang berpengaruh terhadap lama siang
dan malam. Di Indonesia lama puasa kurang lebih 12-14 jam. Lama berpuasa
akan berpengaruh terhadap adaptasi fisiologis tubuh selama puasa.
Keseimbangan Energi
Untuk mendukung aktivitas internal dan eksternal, tubuh membutuhkan
energi. Sumber energi didapatkan dari metabolisme bahan makanan yang
mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Proporsi makanan yang normal
biasanya mengandung karbohidrat 55-75%, lemak 15-30% dan protein 10-15%
(Waugh&Grant, 2003).
Bahan makanan sumber energi tersebut akan dipecah menjadi molekul
yang sederhana dan diubah menjadi energi kimia yang disimpan dalam bentuk
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
4
Adenosin Tri Phosphat (ATP) dan menghasilkan panas melalui oksidasi seluler
(siklus Krebs). Setiap 1 gram karbohidrat yang dioksidasi akan menghasilkan
energi 4,1 kkal, air dan karbon dioksida. Sementara oksidasi lemak
menghasilkan 9,3 kkal/gram dan oksidasi protein menghasilkan energi 4,35
kkal/gram (Sherwood, 2007).
Energi yang dihasilkan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada
kondisi basal (basal metabolic rate) dan pada saat beraktivitas. Apabila asupan
makanan sumber energi seimbang dengan kebutuhan, maka berat badan tubuh
akan relatif tetap. Namun apabila terjadi kelebihan asupan sumber energi, maka
berat badan tubuh akan naik karena kelebihan energi akan disimpan dalam
tubuh sebagai cadangan energi terutama dalam bentuk lemak. Pada saat terjadi
kekurangan sumber energi dalam waktu yang cukup lama, maka cadangan
lemak akan dibongkar dan diubah menjadi energi, sehingga dapat terjadi
penurunan berat badan (Guyton&Hall, 2006).
Karbohidrat, lemak dan protein dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lainnya sesuai kebutuhan dengan bantuan sistem saraf dan sistem
endokrin yang bekerja secara simultan dengan perantaraan kerja hormon dan
enzym. Karena asupan makanan bersifat intermiten, maka zat/nutrien akan
disimpan pada periode di antara waktu makan (Guyton&Hall, 2006).
Karbohidrat dalam sirkulasi darah diedarkan terutama dalam bentuk
glukosa dan disimpan dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot skelet.
Cadangan glikogen ini hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan energi kurang
dari 1 hari. Glukosa merupakan sumber energi yang utama sebagian besar sel
dan sangat penting bagi kerja sel otak yang hanya bisa menghasilkan energi dari
glukosa saja. Lemak beredar dalam darah dalam bentuk asam lemak bebas dan
disimpan dalam bentuk trigliserid di jaringan lemak. Cadangan lemak dalam
tubuh dapat memenuhi kebutuhan energi sampai dengan 2 bulan. Lemak
merupakan cadangan energi yang utama dan merupakan sumber energi utama
selama berpuasa. Protein diedarkan dalam darah dalam bentuk asam amino,
disimpan dalam bentuk protein tubuh terutama otot skelet. Kapasitas cadangan
energinya tidak besar, karena apabila dipaksakan dipakai maka akan terjadi
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
5
gangguan fungsi dan struktural tubuh, karena protein banyak berfungsi sebagai
jaringan struktural dan senyawa fungsional. Protein bisa dipakai sebagai
cadangan energi terakhir apabila tidak ada lagi asupan dan cadangan
karbohidrat dan lemak, dan merupakan sumber glukosa (setelah diubah menjadi
glukosa) dalam otak selama berpuasa (Guyton&Hall, 2006).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adaptasi Fisiologis Terkait dengan Kebutuhan Energi Selama Berpuasa
Asupan makanan tidak konstan, intermiten, tergantung siklus makan.
Sesaat sesudah makan terdapat fase yang disebut fase absorbsi. Sedangkan
pada saat berpuasa beberapa jam terdapat fase paska absorbsi atau fase puasa.
Pada fase absorbsi, zat makanan yang masuk akan diserap melalui traktus
digestivus dan diedarkan ke seluruh tubuh. Pada fase ini glukosa sangat
berlimpah dan ia merupakan sumber energi terbesar. Sedangkan lemak dan
protein sangat sedikit digunakan sebagai sumber energi, karena hampir semua
sel akan menggunakan glukosa sebagai sumber energi apabila tersedia.
Kelebihan energi tidak segera digunakan tetapi disimpan dalam bentuk glikogen
dan trigliserid. Pada fase paska absorbsi cadangan energi dalam tubuh akan
dimobilisasi untuk menyediakan energi yaitu melalui proses glikogenolisis
(pemecahan glikogen) dan lipolisis (pemecahan lemak) dan juga akan dibentuk
glukosa dari sumber nutrien non karbohidrat (glukoneogenesis) (Guyton&Hall,
2007).
Pada keadaan normal cadangan glikogen akan cukup untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam waktu 10-12 jam. Sesudah itu cadangan glikogen akan
habis dan tubuh akan melakukan pembongkaran lemak (lipolisis) menjadi asam
lemak dan gliserol untuk diubah menjadi asetil KoA sebagai bahan dalam siklus
Krebs/oksidasi seluler. Sehingga setelah puasa selama 1 bulan seseorang dapat
mengalami penurunan berat badan sampai dengan ½- 1 kilogram. Dengan
demikian puasa diyakini bermanfaat dalam menjaga berat badan tubuh dan
mengurangi kecenderungan obesitas dan penyakit-penyakit metabolik terkait
dengan obesitas seperti diabetes mellitus dan hiperkholesterolemia (Buhner,
2007).
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
6
Organ yang terlibat dalam keseimbangan energi selama berpuasa
terutama adalah hepar, jaringan lemak, otot skelet dan otak. Hepar berfungsi
sebagai penyedia cadangan glikogen yang utama dan sebagai tempat konversi
nutrien sumber energi menjadi glukosa (glukoneogenesis) yang utama. Jaringan
lemak berfungsi sebagai cadangan energi terbesar dan terpenting dalam
pengaturan kadar asam lemak dalam darah. Otot skelet berfungsi sebagai
cadangan protein yang utama dan sekaligus juga sebagai pemakai energi
terbesar. Sedangkan otak merupakan organ yang sangat penting bagi
pengaturan fungsi tubuh secara keseluruhan dan hanya dapat menggunakan
glukosa sebagai sumber energi. Otak tidak bisa menyimpan glikogen, sehingga
kerjanya sangat membutuhkan kadar glukosa darah yang cukup, yang dalam
keadaan normal dipertahankan pada kadar 70-110 mg/dL.
Hormon yang mengatur keseimbangan energi terutama adalah hormon
insulin dan glukagon. Hormon insulin dibentuk oleh sel ß Langerhans dalam
pankreas, sedangkan glukagon diproduksi oleh sel _ pankreas. Kerja insulin
terhadap karbohidrat adalah memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel,
merangsang glikogenesis, mencegah glikolisis dan menghambat
glukoneogenesis. Kerja insulin pada lemak adalah meningkatkan masuknya
glukosa ke dalam sel lemak sebagai prekursor sintesis trigliserid dari asam
lemak dan gliserol, meningkatkan sintesis trigliserid dan menghambat lipolisis.
Kerja insulin pada protein adalah meningkatkan masuknya asam amino ke dalam
otot dan jaringan lain, meningkatkan pembentukan protein dalam sel otot dan
menghambat degradasi protein. Sedangkan kerja glukagon adalah kebalikan dari
insulin. Pada keadaan puasa kadar glukosa adarah akan turun, sehingga
memacu terbentuknya glukagon. Akibatnya proses yang terjadi adalah adanya
peningkatan produksi glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa darah dengan
glikogenolisis, lipolisis dan glukoneogenesis (Guyton&Hall, 2006).
Pada saat berpuasa sesungguhnya tubuh akan memberikan sinyal rasa
lapar dan merangsang rasa ingin makan. Namun dengan kesadaran seseorang
akan menahan rasa laparnya, sehingga proses adaptasi terhadap kekurangan
sumber energi di atas akan terjadi dan kebutuhan energi tetap akan terpenuhi
(Buhner, 2007).
Banyak hormon dan enzym lain yang aktivitasnya meningkat selama
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
7
puasa untuk mendukung adaptasi terkait dengan keseimbangan energi ini.
Beberapa penelitian baik pada hewan maupun manusia telah membuktikannya.
Maeda et al (2004) menemukan bahwa transportasi gliserol dalam sel lemak
melalui molekul pembawa gliserol meningkat selama puasa. Hal ini dikarenakan
adanya lipolisis saat puasa. Klein dan Wolfe (1992) menunjukkan bahwa
rendahnya asupan karbohidrat (kadar glukosa darah) memacu terjadinya respon
metabolik pada puasa jangka pendek. Farooq et al (2004) menemukan bahwa
pada saat puasa terdapat penurunan kerja enzim yang memacu glukolisis tetapi
terdapat peningkatan kerja enzim yang memacu glukoneogenesis. Sedangkan
Ortiz et al (2003) membuktikan bahwa pada saat puasa terdapat peningkatan
kortisol, grhelin, glukagon dan Growth Hormon yang menjadi mediator respon
metabolisme.
Keseimbangan Cairan
Komposisi cairan dalam tubuh dipertahankan dalam rentang yang stabil, di mana kadar air
dalam tubuh mencapai 60% berat badan pada orang dewasa. Cairan tubuh ini terbagi dalam
cairan intraseluler, cairan ekstraseluler dan cairan
interstisial. Komposisi cairan yang tetap digunakan utnuk mempertahankan milleu interna,
termasuk untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, pH serta suhu yang konstan agar
organ tubuh dapat berfungsi secara optimal (Sherwood, 2007).
Asupan air terutama didapatkan dari minuman dan makanan serta dari hasil samping oksidasi
seluler dalam tubuh. Asupan air dari minuman dan makanan dalam tubuh pada keadaan normal
sebesar 2100 ml per hari. Sedangkan oksidasi seluler menghasilkan air sebanyak 200 ml per
hari. Sehingga total asupan cairan sebanyak 2300 ml/hari. Cairan tubuh secara normal akan
dikeluarkan setiap hari melalui 1) insensible water lose, yaitu melalui evaporasi dari traktus
respiratorius dan difusi kulit sebesar 700 ml; 2) keringat sebesar 100 ml/hari dalam keadaan
normal (tidak banyak aktivitas dan suhu lingkungan sejuk), dapat meningkat sampai 1-2
liter/hari; 3) melalui feses sebanyak 100 ml/hari; dan 4) melalui urin yang diproduksi oleh ginjal.
Produksi urin bervariasi dari minimal 500 ml/hari pada keadaan dehidrasi sampai dengan
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
8
20 liter per hari pada orang yang minum sangat banyak. Ginjal memegang peranan penting
dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyeimbangkan antara asupan
cairan yang didapatkan dan pengeluaran cairan
tubuh melalui berbagai cara di atas (Sherwood, 2007). Adaptasi Fisiologis Terkait dengan
Keseimbangan Cairan Selama Berpuasa Pada keadaan puasa akan terjadi penurunan asupan
cairan sehingga seseorang akan relatif kekurangan cairan dan terjadi peningkatan osmolaritas
darah yang merangsang hipofisis posterior untuk memproduksi Hormon Anti
Diuretik (ADH). Hormon ini meningkatkan kepekatan dalam sel tubulus proksimal dan tubulus
distal dari ginjal sehingga meningkatkan reabsorbsi air. Akibatnya volume urin yang diproduksi
akan sedikit dan pekat. Penurunan asupan cairan juga akan menurunkan tekanan darah yang
merangsang baroreseptor di arteri carotis dan atrium kanan, sehingga akan
merangsang saraf simpatis dan terjadi vasokonstriksi sistemik termasuk pada arteri yang
menuju ginjal. Pada keadaan ini akan terjadi penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR)
sehingga produksi urin berkurang. Keadaan kekurangan cairan ini juga akan merangsang ginjal
untuk memproduksi Renin, yang melalui jalur Renin Angiotensin Aldosteron (RAA) akan diubah
menjadi Aldosteron. Aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium dalam tubulus proksimal
ginjal, sehingga meningkatkan reabsorbsi air. Hal ini akan menyebabkan produksi urin dengan
volume sedikit. Meskipun volume urin sedikit, ginjal tetap bisa mengekskresikan zat-zat yang
bersifat toksik dan harus dibuang dari tubuh, sehingga urin yang dihasilkan berkonsentrasi tinggi
atau pekat. Sebagai organ ekskresi utama, ginjal berperan penting dalam adaptasi tubuh terkait
dengan keseimbangan cairan pada saat berpuasa (Waugh&Grant, 2003; Sherwood, 2007;
Guyton&Hall, 2006).
IV. KESIMPULAN
Pada saat berpuasa akan terjadi proses adaptasi tubuh terhadap berkurangnya asupan sumber
energi dan cairan. Adaptasi terkait dengan keseimbangan energi meliputi terjadinya
glikogenolisis, lipolisis dan glukoneogenesis. Sedangkan adaptasi pada keseimbangan cairan
terutama dilakukan oleh ginjal dengan mengurangi volume urin yang diproduksi dengan bantuan
ADH, aldosteron dan kerja saraf simpati
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
9
s.
DAFTAR PUSTAKA
Buhner, S.H., 2007, The health benefit of water fasting.
http://gaianstudies.org/articles4.htm, download 27 September 2007
Farooq, N., Yusufi, A.N.K., Mahmood, R., 2004, The effect of fasting on enzymes of carbohydrates
metabolism and brush border in rat intestine, Nutrition Research, (Vol 24) (No 6) pp 407-416,
http://www.cababstractsplus.org/google/abstract.asp?AcNo=20043129
166, download 27 September 2007.
Guyton, A.C. dan Hall, 2006, J.E. Textbook of Medical Physiology, 11th ed., Elsevier Saunders,
Philadelphia.
Klein, S., dan Wolfe, R.R., 1992, Carbohydrate restriction regulates the adaptive respon to
fasting, Am J Physiol., May;26631-6,
http:/www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?cmd=Retrieve&db=PubMed&li st_uids=1590373,
download 27 September 2007.
Maeda, N., Funanishi, T., Nagasawa, A., et.al., 2004, Adaptation to fasting by glycerol transport
through aquaporin 7 in adipose tissue, Proc Natl Acad Sci USA, Dec 21;101(51):178801-6. Epub
2004 Dec 10,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/enterz?cmd=Retrieve&db=PubMed&l
ist_uids=15591341, download 27 September 2007.
Ortiz, R.M., Noren D.P., Ortiz C.L., Talamantes, F., 2003, GH ang ghrelin increase with fasting in a
naturally adapted species, the northern elephant seal (Mirounga anguistirostris), J Endocrinol,
Sep;178(3):533-9,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?cmd=Retrieve&db=pubmed& dopt=AbstractPlus,
download 27 September 2007.
Sherwood, L., 2007, Human Physiology, 6th ed., Thomson Broke/Cole.
Waugh, A. dan Grant, A., 2003, Ross and Wilson Anatomy and Physiology in Health and Illness.
Churchil Livingstone, London.

You might also like