Professional Documents
Culture Documents
Syirik artinya menyekutukan Allah SWT dalam beribadah dengan salah satu diantara
makhluk-Nya.
SEBAB-SEBAB SYIRIK
BENTUK-BENTUK SYIRIK
Syirik dalam al-Qur’an dan as-Sunnah bukan hanya sujud kepada berhala saja, sujud
kepada berhala merupakan salah satu dari bentuk-bentuk syirik yang sangat banyak
bentuknya, diantaranya:
1. Meyakini bahwa ada yang memiliki kekuatan atau dapat memberi manfaat dan
madharat selain Allah SWT (QS 2/102).
2. Mendekatkan diri dengan memuja kepada sesuatu dengan keyakinan bahwa
dengan sesuatu itulah ia dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT (QS
39/3).
3. Memohon pertolongan kepada orang mati, ruh, atau jin untuk memudahkan
urusannya (QS 10/18, 72/6).
4. Cinta (mahabbah) dan loyalitas (wala’) yang salah. Cinta dan loyalitas hanya
boleh diarahkan kepada Allah SWT, Rasul SAW dan orang-orang yang beriman
dan bertakwa dan tidak boleh diarahkan kepada: Orang-orang yang menentang
agama Allah SWT (QS 58/22) dan orang-orang yang mengejek hukum-hukum
Allah SWT (QS 5/57). Jika ia mencintai sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT
atau karena lebih mencintai sesuatu sehingga ia berani melanggar hukum Allah
maka ia telah syirik (QS 2/165, 9/24).
5. Beranggapan bahwa aturan/hukum buatan manusia lebih baik dari hukum Allah
SWT atau menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal (QS 9/31,
16/35, 42/21, 4/65).
6. Sihir (QS 10/81). Dari Bujalah bin ‘Abdah berkata bahwa Umar ra telah
mengirim surat kepada para gubernurnya untuk menghukum mati para tukang
sihir.
7. Perdukunan (QS 6/59, 27/65). Barangsiapa yang mendatangi dukun dan
membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang
diturunkan kepada Muhammad. (HR Abu Daud)
8. Bersumpah dengan selain Allah: “Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah,
maka ia telah syirik.” (HR Tirmidzi).
9. Menggantungkan jimat yang isinya selain ayat al-Qur’an. Barangsiapa
menggantungkan jimat (tamimah) maka ia telah syirik. (HR Ahmad); Jika berupa
ayat al-Qur’an, maka ada yang membolehkan dan ada yang melarang.
10. Mantera dan jampi-jampi. Sesungguhnya bermantera (ar-ruqa’), dan jimat
(tama’im) dan pekasih/pelet (at-tiwalah) adalah syirik. (HR Ibnu Majah)
11. Menyembelih untuk selain Allah. Bersabda nabi SAW: Ada seorang yang masuk
naar karena lalat dan seorang lainnya yang masuk jannah karena lalat. Maka para
sahabat ra bertanya: Bagaimana bisa begitu wahai Rasulullah? Maka jawab nabi
SAW: Dua orang lelaki lewat pada suatu kaum yang memiliki berhala yang tidak
boleh dilewati tanpa berkorban sesuatu. Maka kaum itu berkata kepada lelaki
yang pertama: Sembelihlah kurban! Jawab lelaki tersebut: Aku tidak punya
sesuatu untuk dikorbankan. Maka kata kaum tersebut: Berkurbanlah walau hanya
dengan seekor lalat! Maka lelaki itu melakukannya dan ia bisa lewat dengan
selamat, tetapi ia masuk naar. Maka hal yang sama terjadi pada lelaki yang kedua,
saat diminta berkurban ia menjawab: Aku tidak akan berkurban kepada sesuatu
pun selain Allah ‘Azza wa Jalla, maka lelaki yang kedua ini dipenggal kepalanya
oleh mereka dan ia masuk jannah. (HR Ahmad)
12. Merasa sial karena sesuatu apapun: Kata nabi SAW: Barangsiapa yang tidak jadi
melakukan sesuatu karena merasa sial, maka ia telah syirik. Maka para sahabat ra
bertanya: Lalu bagaimana kafarat dari hal tersebut wahai Rasulullah? Maka jawab
nabi SAW: Katakanlah : Allahumma la khaira illa khairaka wala thiyara illa
thiyaraka wala ilaha ghairaka. (HR Ahmad)
13. Syirik kecil yaitu riya’ (QS 18/110): Merasa senang saat orang lain melihat
perbuatan baiknya dan menambahinya, dan merasa malas saat tak ada yang
melihatnya dan menguranginya. Kata nabi SAW: Yang paling aku takutkan
terjadi atas kalian adalah syirik kecil, maka kata para sahabat ra: Apakah itu syirik
kecil wahai Rasulullah? Jawab nabi SAW: Riya’. (HR Ahmad dan Abu Daud)
DAMPAK SYIRIK
Allaahumma innaa na’uudzu bika min an nusyrika bika syai’an na’lamuh wa nas
taghfiruka limaa laa na’lamuh…
Petikan www.al-ikhwan.net
SALAH satu penyakit batin atau jiwa yang paling parah kepada seorang Muslim ialah riak. Hal ini
berasaskan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Sesungguhnya apa yang paling aku takuti menimpa umatku ialah riak dan keinginan nafsu yang
tersembunyi di mana ia lebih tersembunyi daripada seekor semut yang hitam diletakkan di atas batu yang
hitam pekat pada malam yang gelita.” (Hadis Riwayat Ibn Majah dan al-Hakim)
Demikianlah betapa sulitnya untuk mengawal diri daripada penyakit ini kerana ia tersembunyi dan sukar
dikesan. Justeru, ulama Islam sangat memberi perhatian kepada kesan buruk penyakit riak kepada umat
Islam.
Riak berasal daripada perkataan Arab, Ru’yah yang bermaksud lihat. Orang yang riak ialah orang yang
memperlihatkan amalannya kerana ingin mendapat pujian manusia. Riak boleh berlaku dalam pelbagai
bentuk iaitu melalui fizikal, pakaian, perkataan, amalan, ramai kawan dan pengunjung.
“Bagaimana untuk mendapat kejayaan? Jawab Baginda SAW: Seorang hamba yang beramal taat kepada
Allah jangan beramal kerana mengharapkan sesuatu daripada manusia.” (Hadis riwayat al-Baihaqi)
“Perkara yang paling aku takuti menimpa kamu ialah syirik kecil. Sahabat bertanya: Apa dia syirik kecil
itu? Sabda Baginda: Allah berkata pada hari kiamat nanti ketika Dia memberi balasan amalan kepada
hamba-Nya: Pergilah kamu kepada orang yang kamu tunjukkan amalan kamu di dunia dulu, mintalah
balasan amalan kamu daripada mereka.” (Hadis riwayat Ahmad dan al-Baihaqi)
Diriwayatkan Saidina Umar pernah ternampak seorang lelaki berjalan membongkokkan badannya, lantas
beliau berkata: Hai si bongkok, luruskan badanmu. Khusyuk atau rendah diri itu bukan pada fizikal.
Sesungguhnya khusyuk itu di dalam hati.”
Abu Umamah al-Bahili ternampak seorang lelaki dalam masjid sedang menangis dalam sujudnya, lalu dia
berkata: “Jika kamu lakukan ini di rumah kamu (adalah lebih baik).”
Saidina Ali berkata: “Tanda orang yang riak itu tiga, dia malas jika berada seorang diri, ia rajin apabila di
tengah orang ramai dan ia menambah amalan jika dipuji dan mengurangkannya jika sebaliknya.
Keburukan riak tidak terhitung. Apabila seseorang rasa berbeza dalam dirinya jika ia beribadat dilihat
orang dan tidak dilihat, itu adalah satu bentuk riak. Cara merawatnya ialah menjauhi terus daripada punca
riak iaitu suka kepada kedudukan dan kemegahan.
Seburuk-buruk riak ialah seorang yang beribadat kepada Allah kerana hamba-Nya, bukan mengharapkan
keredaan Allah. Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:
“Orang yang riak, nanti dipanggil pada hari kiamat di hadapan semua makhluk: Hai penjahat, Hai periak,
Hai penipu, amalan kamu sesat, balasannya terhapus, pergilah kamu, mintalah balasannya daripada orang
yang kamu beramal kerananya.” (Hadis riwayat ibn Abi al-Dunya)
Berdasarkan keterangan di atas, sebagai seorang Muslim kita mestilah menjaga niat dalam setiap kerja amal
dilakukan. Jangan sekali-kali terselit rasa kerana selain Allah, nanti di akhirat balasannya tidak akan diberi
oleh Allah.
Sedarlah penyakit ini lebih parah daripada segala penyakit fizikal dunia, kerana ia akan merosakkan segala
pahala yang diperlukan untuk kebahagiaan hidup kekal abadi di akhirat.