Professional Documents
Culture Documents
Sebagian orang mencela Syaikh Al Banna karena dia menyebut bahwa kaum salaf
melakukan Tafwidh. mereka mncela Syaikh Al anna tanpa ampun dan menyebutnya
tidak-tidak, sesat, dan lain-lain.
Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah berkata ketika mengunggulkan madzhab salaf tentang
masalah sifat-sifat Allah Ta’ala, mengatakan:
ونحن نعتقد أن رأي السلف من السسسكوت وتفسسويض علسسم هسسذه المعسساني إلسسى الس تبسسارك
فإن كنت ممن أسعده السس، حسما لمادة التأويل والتعطيل، وتعالى أسلم وأولى بالتباع
فل تعدل به بديل، وأثلج صدره ببرد اليقين، بطمأنينة اليمان
“Kami meyakini bahwa pendapat salaf yakni diam dan menyerahkan ilmu makna-makna ini
kepada Allah Ta’ala adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti, dengan memangkas habis takwil
dan ta’thil (pengingkaran), maka jika Anda adalah termasuk orang yang telah Allah bahagiakan dengan
ketenangan iman, dan disejukkan dadanya dengan salju embun keyakinan, maka janganlah mencari
gantinya (salaf).” (Al Imam Asy Syahid Hasan Al Banna, Majmu Ar Rasail, Hal. 368. Al Maktabah At
Taufiqiyah)
Tafwidh (bersikap diam dan menyerahkan makna sifat Allah Ta’ala kepada
Allah), itulah permasalahan yang membuatnya di serang oleh kaum salafiyyin.
Tafwidhul ilmi atau ma’na, ini perlu didiskusikan; salahkah itu? Benarkah para ulama
salaf tidak melakukannya? Benarkah hal itu tercela, sebagaimana pendapat Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah –semoga Allah meridhainya dan mesucikan ruhnya. Atau jangan-
jangan tafwidh adalah memang madzhab salaf yang sesungguhnya? Atau paling tidak
itulah yang masyhur?
Yang jelas, pendapat siapapun selama bukan pendapat Rasulullah ‘Alaihi Shalatu
wa Salam, bisa kita terima atau kita tolak. Perlu diketahui, tidak semua ulama setuju
dengan pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, lantaran serangannya terhadap tafwidh
ini akhirnya ada ulama yang mengkritiknya dengan buku berjudul Ibnu Taimiyah Laisa
Salafiyyan yang dikarang oleh Syaikh Manshur Muhamamd al Uwais. Dengan dalil-dalil
naqli dia menjelaskan bahwa kaum salaf bukanlah tatsbit sebagaimana yang difahaminya,
tetapi tafwidh.
Setelah saya renungkan, bisa jadi ini hanyalah perbedaan tafsir dari
kalangan ulama setelah masa salaf, terhadap sikap salafush shalih ketika
memahami sifat-sifat Allah Ta’ala. Sebagian kalangan menyebut bahwa kaum salaf
itu itsbat, namun kalangan lain menyebutnya tafwidh.
Kita akan lihat kebenaran sikap Syaikh Hasan al Banna tentang masalah ini,
bahwa Salafus Shalih itu tafwidh (sebenarnya beliau tidak mutlak mengatakan demikian,
sebab di halaman lain dari tulisannya, dia juga menyebut bahwa kaum salaf itu itsbat).
Berikut akan saya tunjukkan sikap para Imam lain yang ternyata memiliki pandangan
yang sama dengan Syaikh Hasan al Banna Rahimahullah.
ض ءايات َرّبك
ُ ى َبْع
َ َأوْ َيْأِت
“Atau Kedatangan sebagian ayat Tuhanmu”
ِ عَلى اْلَعْر
ش َ سَتَوى
ْ ُثّم ا
“Kemudian Allah bersemayam di atas ‘Arys”
“Al Laqqani berkata, “Kaum khalaf -sering disebut orang-orang yang melakukan
takwil- dan kaum salaf- sering disebut sebagai orang yang melakukan tafwidh- telah
sepakat untuk mensucikan Allah dari lafaz literal yang mustahil bagi Allah, menakwil
dan mengeluarkan dari lafaz literal yang mustahil, serta mengimani bahwa hl itu adalah
dari Allah yang diturunkan kepada Rasulullah. Mereka hanya berbeda dalam menentukan
atau tidak menentukan mana yang benar. “ (Ruhul Ma’ani, Juz. 12, Hal. 103)
ل َمْغُلوَلٌة
ِّ ت اْلَيُهوُد َيُد ا
ِ َوَقاَل
“Dan orang Yahudi berkata: tangan Allah terbelenggu ..”
Ini jelas-jelas Imam Adz Dzahabi melakukan Tafwidhul Ma’na, padahal dia
murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Dalam Aysar at Tafasir, berkata tentang tafsir surat Hud ayat 1 yang berbunyi
Alif Lam Ra ..
قسسوله تعسسالى } آلسسر { هسسذا الحسسرف ممسسا هسسو متشسسابه ويحسسسن
ال أعلم بمراده بذلك: تفويض معناه إلى ال فيقال
“Firman Allah Ta’ala (ALif Lam Ra), huruf –huruf ini termasuk ayat mutasyabih,
dan yang baik adalah menyerahkan (tafwidh) maknanya kepada Allah, dikatakan: ‘Hanya
Allah yang tahu maksudnya.” (Aysar at Tafasir, Juz. 2, Hal. 156)
Beliau berkata:
Jadi, tidak benar dan melampaui batas, jika Syaikh Hasan al Banna dicela dari
sisi ini, sebab apa yang dikatakannya bahwa salaf itu tafwidh (sekalipun tafwidhul
ma’na) adalah benar adanya, bahkan kata Imam Al Alusi itulah yang masyhur dari salaf.
Wallahu A’lam