Professional Documents
Culture Documents
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi ke dalam udara ambien di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika
dan kenyamanan, atau merusak properti. Udara ambien adalah udara bebas
dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara mengurangi polutan dengan
alat-alat, mengubah polutan, melarutkan polutan dan mendispersikan polutan. Pemeriksaan
emisi dan perawatan kendaraan, pengawasan pembuangan cerobong pada industri-industri.
Sumber dari pencemaran udara ruangan berasal dari asap rokok, pembakaran asap dapur, bahan
baku ruangan, kendaraan bermotor dan lain-lain yang dibatasi oleh ruangan. Pencegahan
pencemaran udara yang berasal dari ruangan bisa dipergunakan ventilasi yang sesuai, memasang
filter, Pembersihan udara secara elektronik.
NIM : 0820025057
2. Penyebab Masalah
Krisis lingkungan ekonomi pedagang di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
a. Krisis ekonomi.
Krisis lingkungan ekonomi yang dialami oleh masyarakat Indonesia menyebabkan
kesulitan bagi para pedagang di Indonesia. Hal ini dikarenakan dengan adanya krisis
ekonomi, harga pokok barang yang akan ditawarkan pedagang tinggi, sehingga mau tidak
mau, pedagang harus menjualnya dengan harga yang mahal. Tentu saja, meyebabkan
konsumen menjadi enggan untuk membeli atau mengurangi jumlah pembelian. Sehingga
hal ini sangat merugikan pedagang.
b. Persaingan antar pedagang.
Persaingan antar pedagang dapat terjadi pada pedagang yang menjual barang dengan jenis
yang relatif sama. Dengan barang-barang yang jenisnya sama, maka siapa yang menjual
paling murah sudah tentu mendesak lainnya ke luar dari lapangan dan menjamin penjualan
terbesar bagi dirinya sendiri. Jadi, para penjual saling memperebut satu sama lain,
penjualan, pasar. Mereka masing-masing ingin menjual, menjual sebanyak-banyaknya
dan, kalau dapat, menjual sendirian, dengan mengucilkan penjual-penjual lainnya.
Karenanya, yang satu menjual lebih murah dari yang lain. Selain itu, persaingan dapat
terjadi pada pedangang dengan modal kuat dengan kelompok pedangang kecil.
c. Tingkat pendapatan penduduk sekitar.
Apabila tingkat pendapatan masyarakat sekitar rendah, maka akan menurunkan tingkat
keuntungan pedagang, karena masyarakat sekitar tidak mampu membeli barang yang
ditawarkan oleh pedagang.
d. Pelaksanaan kebijakan kurang maksimal.
Pemerintah seringkali tidak konsekuen dalam mengeluarkan kebijakan. Hal ini sangat
merugikan para pedagang. Karena hanya menguntungkan salah satu pihak saja.
1. Solusi
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi krisis ekoomi yang dialami
pedagang di Indonesia, antara lain :
a. Regulasi
Dapat dilakukan dengan membuat undang – undang atau peraturan yang melindungi para
pedagang dan bidang perdagangan itu sendiri. Dimana regulasi yang dibuat harus adil,
jelas, dan berpihak kepada para pedagang. Selain itu, pemerintah juga harus melakukan
usaha untuk menanggulangi krisis ekonomi yang sedang terjadi.
b. Meningkatkan mutu dan kualitas.
Untuk menghindari adanya kerugian akibat persaingan antar pedagang, dapat dilakukan
dengan meningkatkan mutu dan kualitas barang dan tentu saja dengan harga yang
terjangkau. Selain itu, untuk menghindari adanya monopoli oleh salah satu pedagang,
pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mengatur mekanisme pasar para
pedagang. Salah satu contoh kebijakannya adalah Peraturan Presiden (Perpres) No. 112
tahun 2007 tentang penataan pasar modern dan pasar tradisional. Dalam pasal 3 ayat 1
dijelaskan, lokasi berdirinya pasar modern wajib mengacu pada rencana tata ruang
wilayah (RTRW).
c. Mengatur harga barang yang ditawarkan.
Pedagang yang berlokasi di daerah dengan tingkat pendapatan rendah dapat melakukan
usaha menurunkan harga barangnya. Selain itu, pedagang juga dapat menawarkan “paket
hemat” ataupun diskon kepada masyarakat agar menarik perhatian. Alternatif lainnya
yaitu, pedagang dapat mencari lokasi yang tingkat pendapatan masyarakatnya tinggi.
d. Pemerintah harus konsekuen dalam melaksanakan kebijakan yang telah dikeluarkan.
Adanya krisis yang dialami oleh pedagang disebabkan oleh krisis ekonomi, persaingan antar
pedagang, tingkat pendapatan penduduk sekitar, dan sikap pemerintah yang tidak konsekuen
terhadap kebijakan yang telah dibuat. Krisis ekonomi membuat pedagang kesulitan untuk
mementukan harga barang yang akan ditawarkan. Persaingan antar pedagang menyebabkan
adanya monopoli, sehingga pedagang lainnya terkucilkan. Selain itu, tingkat pendapatan
masyarakat sekitar yang rendah membuat para pedagang kesulitan dalam menawarkan
barangnya. Krisis diperkuat dengan tidak konsekuennya pemerintah dalam melaksanakan
kebijakan. Sehingga, ditanggulangi dengan cara menetapkan peraturan pemerintah yang
dijalankan dengan tegas, meningkatkan mutu dan kualitas barang yang ditawarkan, serta
mengatur harga barang yang ditawarkan. Dengan tegasnya peraturan mengenai pasar, diharapkan
krisis lingkungan ekonomi para pedagang dapat ditanggulangi.
Salah satu krisis lingkungan yang terjadi saat ini adalah krisis lingkungan akibat
pencemaran tanah. Gangguan dan kerusakan yang paling besar terhadap tanah disebabkan oleh
manusia. Ini bukan fenomena baru karena kerusakan tanah telah terjadi sejak zaman peradaban
awal di Lembah Tigris and Eufrat. Ancaman paling besar adalah erosi tanah yang dapat
berakibat tanah hilang tererosi meninggalkan batuan yang belum lapuk. Erosi tanah terjadi akibat
pengelolaan lahan yang buruk, misalnya mengolah tanah di lahan yang curam. Tanah merupakan
suatu sistem yang tangguh karena mampu mengurai bahan pencemar sehingga menjadi kurang
berbahaya. Kemampuan menetralkan bahan-bahan ini membuat tanah sebagai tempat
penampungan limbah (organik dan anorganik). Jika bahan yang diberikan melebihi kapasitas
penguraian tanah, tanah tersebut akan rusak, dan akibatnya aktivitas biologi juga berkurang.
Gangguan paling serius bagi tanah adalah penutupan oleh bangunan dan infrastruktur. Ini sangat
lazim dijumpai di berbagai negara industri. Sekali tanah ditutup oleh aspal atau bangunan, tanah
tersebut sudah hilang dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pencemaran tanah adalah
keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam
lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan
udara di atasnya.
DAMPAK
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan
herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada
anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan
pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-
bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
PENANGANAN
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-
site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu,
tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
NIM : 0820025060
1. Latar Belakang
2. Penyebab Masalah
Ketika harga beras naik pemerintah sering kali mengambil kebijakan untuk
mengimpor beras sehingga merugikan para petani dimana mereka tidak dapat
menikmati kenaikan harga beras.
1. Solusi
Melihat nasib para petani yang semakin terpuruk, diharapkan pemerintah dapat
menemukan solusi terbaik agar ekonomi para petani dapat pulih kembali (tidak
memprihatinkan lagi) setidaknya sama seperti saat Indonesia berjalan sebagai negara
agraris. Beberapa solusi yang dapat dilakukan, antara lain :
a. Regulasi
Kita dapat melihat bahwa masih banyak masyarakat kita yang tertarik oleh bidang
pertanian sehingga mereka mendalaminya melalui pendidikan, seperti mahasiswa
Pertanian dan profesi lainnya yang berkaitan. Namun ilmu yang mereka miliki
terkadang tidak dimanfaatkan sesuai bidangnya. Diharapkan kedepannya, pihak –
pihak yang berkecimpung dibidang pertanian dapat memberikan kontribusi mereka
terhadap bidang pertanian agar pertanian kedepannya dapat pulih kembali dan
ekonomi para petani akan semakin membaik.
0820025056
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2009
“ Krisis Energi, Solusi serta Pencegahannya di Indonesia”
Indonesia merupakan salah satu jajaran negara yang kaya raya didunia.
Beragam kekayaan alam dimilikinya termasuk juga pertambangan fosil sebagai
sumber energi. Oleh karena itu, Indonesia merupakan salah satu negara pemasok
energi tertinggi di dunia. Namun sayangnya kekayaan indonesia ini tidak dapat
dinikmati oleh masyarakatnya sendiri. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah
mengenai penerapan UU no 22 tahun 2001 mengenai minyak dan gas bumi yang
sangat liberal. Dalam Undang-undang ini pemerintah secara tidak langsung
memberikan wewenang kepada perusahaan asing maupun domestik untuk
mengeksplorasi minyak dan menentukan harganya sendiri. Hal ini tentu saja
memberatkan masyarakat indonesia karena pihak swasta mayoritas hanya
mementingkan profit bukanlah kesejahteraan masyarakat Indonesia. Selain itu,
beban masyarakat juga bertambah dengan diadakannya pemadaman lampu bergilir
yang bertujuan untuk penghematan listrik oleh sebab sumber energi di Indonesia
mulai mengalami penurunan yang sangat drastis atau dikenal juga dengan istilah
krisis energi. Krisis energi adalah kekurangan (atau peningkatan harga) dalam
persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya menunjuk ke
kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber daya alam lainnya. Krisis ini memiliki
akibat pada ekonomi, dengan banyak resesi disebabkan oleh krisis energi dalam
beberapa bentuk. Terutama, kenaikan biaya produksi listrik, yang menyebabkan
naiknya biaya produksi. Bagi para konsumen, harga BBM untuk mobil dan
kendaraan lainnya meningkat, menyebabkan pengurangan keyakinan dan
pengeluaran konsumen. Krisis energi yang dialami oleh Indonesia tidak saja
menjadi masalah di Indonesia semata namun juga telah menjadi masalah dunia.
Salah satu penyebab krisis energi di Indonesia dikarenakan pemerintah mayoritas
hanya menggunakan energi listrik yang berasal dari fosil, sedangkan disisi lain,
Indonesia juga memiliki sumber energi listrik alternatif yang dapat membantu
pasokan energi cukup banyak namun belum diberdayakan dengan baik..
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menangani krisis energi ini salah satunya
adalah dengan memberikan subsidi kepada pengembangan energi alternatif. Dengan adanya
subsidi ini maka akan dapat menarik investor dalam mengembangkan energi alternatif sehingga
Indonesia dapat lebih mandiri dalam hal energi dan tidak hanya bergantung dengan energi yang
berasal dari bahan fosil. Ketersediaan energi alternatif di Indonesia sangat banyak dan ini dapat
dimanfaatkan secara luas oleh pemerintah. Adapun beberapa contoh sumber energi alternatif di
Indonesia yang masih belum diberdayakan dengan baik diantaranya adalah:
1. Energi angin
2. Energi panas bumi dengan kapasitas mencapai 27000 megawatt
3. Energi sinar matahari
4. Energi gelombang pasang surut laut
5. Energi air
6. Energi hujan
7. Energi biogas
8. Energi nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk
mengatasi krisis energi yang dihadapi di Indonesia. Dunia internasional pun sangat mendukung
Indonesia untuk memanfaatkan teknologi nuklir, namun dalam pelaksanaannya harus tetap
melalui prosedur terpenting dalam pembangunan PLTN yaitu harus ada regulasi dan sumber
daya manusia yang kompeten serta terpenting diharapkan secepatnya dapat direalisasikan.
9. Energi minyak tumbuhan / biodiesel, dan lain sebagainya
Semua contoh energi alternatif di atas apabila dikelola dengan baik, maka
akan dapat memenenuhi kebutuhan energi di Indonesia dan menghapus
ketergantungan akan tenaga energi fosil.
Selain dalam hal penanganan krisis energi, dibutuhkan pula upaya pencegahan yang
bertujuan untuk mengurangi atau mencegah masalah krisis energi yang dapat memperumit
keadaan energi di Indonesia saat ini. Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan upaya penghematan energi dan penanaman kesadaran masyarakat. Dalam usaha
penghematan energi, negara Jepang dapat menjadi prototipe dan contoh bagi negara-negara di
dunia termasuk Indonesia. Masyarakat Jepang tidak saja mencerminkan kepedulian mereka
terhadap krisis energi melalui prilaku mereka melainkan diikuti dengan penanaman pola pikir
mengenai pentingnya menjaga lingkungan termasuk juga sumber energi. Mereka sangat concern
terhadap pemasalahan energi ini. Di Jepang, gerakan hemat listrik, hemat air, serta hemat bahan
baku tidak hanya terdapat dalam teori mereka saja melainkan sudah mampu dicerna dan diserap
oleh masyarakat yang kemudian menjadi dasar mereka untuk bertindak.
Program penanaman kesadaran menjadi salah satu titik berat kurikulum pendidikan dari
tingkat yang paling bawah karena program ini mengajarkan mengenai bagaimana siswa
ditanamkan dan dicontohkan cara berhemat listrik, cinta kebersihan, menyayangi lingkungan dan
lain lain. Usaha edukasi ini cukup berhasil meresap dan dijiwai oleh anak-anak bahkan setelah
menjadi dewasa dan beranjak tua mereka masih menanamkan pola fikir ini dibenak mereka.
Sehingga, pendidikan sejak dini dan penanaman kesadaran sangat penting untuk memulai
pencegahan masalah krisis energi di Indonesia.
Selain pencegahan dengan tahap edukasi, pencegahan juga dapat dilakukan dengan
penggunaan teknologi ramah lingkungan. Salah satu bahan bakar pengganti ramah lingkungan
yang dapat direkomendasikkan untuk mencegah krisis energi di Indonesia salah satunya adalah
dengan menggunakan tenaga sumber daya Hidrogen. Hidrogen adalah suatu elemen yang paling
sering dijumpai di alam semesta, dapat digunakan sebagai bahan bakar dari sebuah mesin
pembakaran atau digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, dan merupakan bentuk
emisi yang sangat bersih dibanding bensin. Hidrogen tersedia sangat banyak dikarenakan
hidrogen merupakan elemen alam semesta yang paling umum. Cadangan hidrogen dan bahan
baku baterai sangat banyak dan beragam, dan lithium, teknologi baterai yang menonjol saat ini,
sangat berlimpah. Dua teknologi ini (penggunaannya) secara relatif imbang.
Selain hal yang diuraikan sebelumnya, pencegahan juga dapat dilakukan dari pihak
pemerintah. Pemerintah hendaknya dapat lebih tegas dan bijaksana dalam membuat perundang-
undangan mengenai sumber energi di Indonesia yang dalam pelaksanaannya diikuti dengan
pengawasan yang maksimal. Dengan dilaksanakannya tahap penanganan dan pencegahan krisis
energi ini diharapkan di masa yang akan datang tidak akan ditemui lagi masalah krisis energi.
Daftar Pustaka:
Anonim. tt. Crisis Energi. Tersedia : www.wiki.com. Akses : 6 Desember 2009
Anonim.2008. Hidrogen. Tersedia : www.google.com. Akses : 6 Desember 2009
Anonim.2009.PLTN Solusi Terbaik Mengatasi Krisis Energi Indonesia.Tersedia :
www.google.com . Akses : 6 Desember 2009
Ika. tt. Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Atasi Krisis Energi. Tersedia:
www.google.com. Akses : 6 Desember 2009
Indrawan, bayu.2009.Solusi Krisis Energi Dunia.Tersedia : www.lampungpost.com. Akses : 6
Desember 2009
Istadi. tt.Energi terbarukan,Solusi Krisis Energi Indonesia.Tersedia : www.google.com. Akses :
6 Desember 2009
Jup’s. 2009. Krisis Energi di Indonesia. Tersedia: www.google.com. Akses: 6 Desember 2009
Sarjiyati,Sri. 2009. Menyoal Krisis Energi Indonesia. Tersedia : http://m.detik.com. Akses: 6
Desember 2009
Syufyan. Hidayatus. 2009. Solusi Krisis Listrik Indonesia. Tersedia : www.inilah.com. Akses : 6
Desember 2009
NIM : 0820025059
Perkembangan zaman yang semakin maju membuat kebutuhan hidup manusia meningkat
dengan tajam. Oleh sebab itu berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang
diharapkan. Meningkatnya permintaan akan alat pemenuh kebutuhan berarti meningkat pula
sumber daya alam yang dipergunakan dalam memproduksi alat tersebut. Salah satu dampak dari
eksploitasi sumber daya alam ini ialah krisis ingkungan. Krisis lingkungan ini terjadi tidak hanya
karena aktivitas manusia semisal polusi dan perubahan iklim karena efek rumah kaca, tapi juga
ketidakmampuan manusia mengantisipasi dan menangani dampak bencana alam. Salah satu jenis
krisis lingkungan yang sangat butuh perhatian kita ialah krisis air permukaan yang terjadi di
dunia akhir-akhir ini.
Forum air dunia II (World Water Forum) di Den Haag pada Maret 2000 sudah
memprediksikan Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada
2025. Penyebab krisis air ini ialah kelemahan dalam pengelolaan air. Salah satu di antaranya
permukaan air yang tidak efisien. Laju kebutuhan akan sumber daya air dan potensi
ketersediaannya yang sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam menyuplai
air. Derajat kelangkaan air semakin meningkat, sementara pertumbuhan penduduk yang pesat
dan disertai dengan pola hidup yang menuntut penggunaan ait yang meningkat menambah
tekanan terhadap kuantitas air. Indonesia menduduki urutan ke-5 di antara negara-negara yang
kaya air setelah Brazil , Rusia, Cina, dan Kanada. Hal ini terlihat juga pada potensi ketersediaan
air permukaan, terutama dari sungai yang menurut catatan Departemen Pekerjaan Umum rata-
rata dunia yang hanya 600 meter kubik per kapita per tahun.
Daerah aliran sungai (DAS) sebagai fungsi penyangga atau resapan makin jauh dengan angan-
angan karena sebagaian besar rusak. Ini disebabkan terjadinya alih fungsi lahan di daerah
penyangga, makin meluasnya lahan kritis , makin luasnya penyebaran DAS kritis , dan
penebangan liar pada areal penyangga. Berubahnya fungsi DAS adalah awal dari hilangya
volume besar air melalui aliran permukaan yang seharusnya dapat dikonversi. Faktanya makin
meningkat deficit air di wilayah kekurangan air atau menurutnya ketersediaan, air di daerah
surplus. Mengeringnya kantong-kantong air di daerah cekungan di kawasan DAS adalah indikasi
nyata dari makin hilangnya fungsi hidrologis DAS.
Sumber daya air mengalami berbagai tekanan yang berakibat pada makin buruknya kualitas.
Salah satu penyebabnya adalah pencermaran pada air permukaan yang meliputi sungai, danau ,
waduk, dan air bawah permukaan. Intrusi air laut ke daratan menyebabkan salinitas air sumur-
sumur penduduk meningkat. Kebocoran-kebocoran limbah industry ke sungai dan lahan-lahan
pertanian makin memberikan tekanan pada lingkungan. Sangat tepat jika krisis air dunisa saat ini
didefinisikan dalam kaitannya dengan keterbatasan pada akses terhadap air minum yang sehat
bagi lebih dari satu miliar manusia, dan keterbatasan “sanitasi bagi setengah penduduk dunia”.
Beberapa saran yang diajukan untuk penanggulangannya ialah dalam pemanfaatan air hars
diimbangi dengan upaya konservasi air yang memadai. Paradigma pemberdayaan sumber daya
air perlu diubah , dari eksploitasi berkepanjangan kepada budaya konservasi dan pemanfaatan air
yang efisien. Pemanfaatan air secara efisien harus menjadi target dalam pengelolaan air.
Dalam konteks irigasi, pemberian air yang efisien tidak selalu dengan jumlah yang sedikit, tetapi
pada nilai ekonomi yang bisa dihasilkan dari pemanfaatan air. Namun, pemberian air sesedikit
mungkin menjadi target untuk memperoleh hasil ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu dalam
berbagia upaya atau usaha pemanfaatan air dapat menggunakan konsep Water Use Efficiency.
Dalam budi daya tanaman, konteks ini diartika sebagai produksi tanaman yang dapat dihasilkan
per unit pemanfaatan air. Sebagai hasil dari pemanfaatan air hendaknya diinvestasikan kepada
upaya konservasi air secara rutin berkelanjutan.
NIM : 0820025058
UDARA AMBIEN
Latar Belakang.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi ke
dalam udara ambien di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara merupakan salah satu dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh daerah
perkotaan. Laju urbanisasi yang tinggi, motorisasi dan industrialisasi telah menyebabkan
permasalahan pencemaran udara yang serius di kota-kota besar, sehingga menyebabkan
pencemaran udara menjadi salah satu ancaman yang serius terhadap kesehatan masyarakat,
masyarakat miskin perkotaan, dan produktivitas nasional.
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang
dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya. Dampak kesehatan dan dampak lingkungan yang terjadi tergantung pada besarnya
konsentrasi pencemar di udara ambien. Perkiraan besarnya dampak yang terjadi diprediksi
dengan melihat hubungan statistik antara konsentrasi di udara ambien dengan respons gangguan
kesehatan berdasarkan studi-studi dosis-respons. Oleh sebab itu, pemantauan pencemar di udara
ambien sangat penting untuk mengevaluasi tingkat konsentrasi yang terpajan pada reseptor.
Penyebab Masalah.
2. Ozone (O3)
Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari
reaksi fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu
pencemaran oleh ozon troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan
bagi kesehatan manusia, seperti: serangan janttung, gangguan sistem
pernafasan, gangguan fungsi paru-paru akut, dan bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Solusi.
KRISIS LINGKUNGAN
NAMA KELOMPOK :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2009
Air memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia terutama untuk pemenuhan
kebutuhan pokok (untuk minum, mandi, memasak, dan lainnya) dan keperluan industry.
Krisis air permukaan terjadi pada air sungai, danau, waduk, dan laut. Penyebab krisis air
ini ialah kelemahan dalam pengelolaan air. Salah satu di antaranya pemanfaatan
permukaan air yang tidak efisien. Laju kebutuhan akan sumber daya air dan potensi
ketersediaannya yang sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam
menyuplai air. Derajat kelangkaan air semakin meningkat, sementara pertumbuhan
penduduk yang pesat dan disertai dengan pola hidup yang menuntut penggunaan air yang
meningkat menambah tekanan terhadap kuantitas air. Selain itu secara khusus
pembuangan limbah-limbah ke tempat-tempat air permukaan menjadi salah satu
penyebab krisis air. Dampak yang ditimbulkan dari krisis air ialah menurunnya kualitas
serta jumlah air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, menurunnya kualitas kesehatan
atas konsumsi air yang telah tercemar , dan menurunnya kualitas biota air permukaan
beserta lingkungan sekitarnya
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Contoh, timbal sangat berbahaya pada
anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi. Dampak terhadap ekosistem. Dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai
makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut dimana bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing
yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian.
Penanganan
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan
on-site adalah pembersihan di lokasi terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan
dari zat pencemar.
SUBAK
TANTANGAN-TANTANGAN YANG DIHADAPI SUBAK
Subak sedang menghadapi bermacam tantangan, lebih-lebih dalam menyongsong era
globalisasi yang jika tidak teratasi maka kelangsungan hidup subak bisa terancam.
Tantangantantangan tersebut antara lain dapat diuraikan di bawah ini:
Persaingan dalam Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian yang Semakin Tajam
Akan tiba saatnya bahwa Indonesia harus terbuka terhadap masuknya komoditi pertanian yang
diproduksi di luar negari. Sektor pertanian pun mau tidak mau harus terbuka untuk investasi
asing dan dituntut agar mampu bertahan pada kondisi persaingan bebas tanpa subsidi dari
pemerintah. Malahan sekarang saja pasar-pasar swalayan di beberapa kota besar termasuk
Denpasar sudah mulai kebanjiran produk-produk pertanian seperti buah-buahan, sayur-sayuran
dan daging yang dihasilkan petani negara asing yang dapat menggeser kedudukan produksi
pertanian yang dihasilkan oleh petani-petani negeri kita sendiri. Untuk mampu bersaing dalam
pasar ekonomi global maka mutu hasil –hasil pertanian kita perlu ditingkatkan. Ini berarti bahwa
mutu sumberdaya manusia termasuk para petani produsen perlu terus ditingkatkan agar menjadi
lebih profesional, efisien dan mampu menguasai serta memanfaatkan teknologi. Para petani
anggota subak selama ini masih bertindak sendiri-sendiri secara individual dalam berusahatani.
Padahal, mereka tergolong petani gurem dengan luas garapan yang sempit, permodalan yang
terbatas dan posisi tawar yang sangat lemah. Mereka belum memanfaatkan kelembagaan subak
sebagai wadah bersama untuk melakukan kegiatan usahatani yang lebih berorientasi agribisnis.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam maka seharusnya para petani bersatu melalui
suatu wadah yang sudah ada yaitu subak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lebih
berorientasi agribisnis bukan sekedar menggunakan wadah subak itu hanya untuk tujuan operasi
dan pemeliharaan (OP) jaringan irigasi.
Menciutnya Areal Persawahan Beririgasi Akibat Alih Fungsi Salah satu tantangan yang
dihadapi subak adalah menciutnya lahan sawah beririgasi sebagai akibat adanya alih fungsi
untuk kegiatan non-pertanian. Di Bali dalam beberapa tahun belakangan ini areal persawahan
yang telah beralih fungsi diduga mencapai 1000 ha per tahun. Penciutan areal sawah ini sungguh
pesat, lebih-lebih di lokasi yang dekat kota karena dipicu oleh harga yang cenderung
membubung tinggi. Nampaknya petani pemilik sawah di daerah sekeliling kota cenderung
tergoda oleh tawaran harga tanah yang tinggi. Sebab, jika dibandingkan dengan mengusahakan
sendiri untuk usahatani hasilnya sungguh tidak seimbang. Petani mungkin lebih memilih
mendepositokan uang hasil penjualan tanahnya itu di bank dan tinggal menerima bunganya tiap
bulan yang bisa jadi jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil usahataninya. Andaikata
penyusutan areal persawahan di Bali berlanjut terus separti sekarang ini dikhawatirkan organisasi
subak akan terancam punah. Jika subak hilang apakah kebudayaan Bali dapat bertahan karena
diyakini bahwa subak bersama lembaga sosial tradisional lainnya seperti banjar dan desa adat
merupakan tulang punggung kebudayaan Bali. Dalam kaitan ini para petani anggota subak perlu
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut masalah pengalih fungsian
lahan sawah yang berada dalam wilayah subak mereka.
Ketersediaan Air Semakin Terbatas
Meningkatnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk serta pembangunan di segala
bidang terutama pemukiman dan industri pariwisata di Bali menuntut terpenuhinya kebutuhan air
yang terus meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Ini mengisyaratkan bahwa air
menjadi sumberdaya yang semakin langka. Persaingan yang menjurus ke arah konflik
kepentingan dalam pemanfaatannya antara berbagai sektor terutama sektor pertanian dan non
pertanian cenderung meningkat di masa-masa mendatang. Belum adanya hak penguasaan air
yang dimiliki oleh para pengguna merupakan salah satu sebab pemicu konflik pemanfaatan air.
Hal ini dapat dimengerti karena air yang selama ini dimanfaatkan lebih banyak untuk pertanian,
sekarang dan di masa depan harus dialokasikan juga ke sektor non pertanian. Mengingat air
menjadi semakin langka maka para petani anggota subak dituntut untuk mampu mengelola air
secara lebih efisien dan demikian pula para pemakai air lainnya agar mampu mengembangkan
budaya hemat air.
Kerusakan Lingkungan khususnya Pencemaran Sumberdaya Air
Di beberapa tempat telah muncul keluhan-keluhan dari masyarakat petani tentang adanya
pencemaran lingkungan khususnya sumberdaya air pada sungai dan saluran irigasi akibat adanya
limbah industri dan limbah dari hotel serta pemukiman. Kecenderungan menurunnya kualitas air
ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah industri yang mengeluarkan limbah
beracun yang disalurkan melalui sungai maupun saluran irigasi. Dalam kaitan ini subak dituntut
untuk mampu berperan aktif dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
Penyerahan Kembali Tanggung Jawab Pengelolaan Jaringan Irigasi kepada Petani
Karena semakin terbatasnya kemampuan pemerintah baik dari segi personil maupun pendanaan
untuk melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) jaringan irigasi, maka pemerintah
telah mengambil seperangkat kebijaksanaan yang pada dasarnya memberikan tanggung jawab
pengelolaan jaringan irigasi kepada para petani yang tergabung dalam P3A/subak. Untuk
jaringan irigasi di atas 500 ha para petani diwajibkan membayar Iuran Pelayanan Irigasi (IPAIR).
Sedangkan untuk yang di bawah 500 ha diserahkan sepenuhnya kepada P3A/subak melalui
program Penyerahan Irigasi Kecil (PIK). Adanya tuntutan finansial akibat tanggung jawab
memikul beban OP jaringan irigasi maka subak seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan
anggotanya melalui berbagai kegiatan pengumpulan dana bersama. Misalnya, dengan
memanfaatkan lembaga subak sebagai wahana untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi ekonomi/ agribisnis.
Berkurangnya Minat Pemuda untuk Bekerja Sebagai Petani
Ada kecenderungan bahwa berusahatani di sawah dianggap tidak lagi dapat mendukung
peningkatan kesejahteraan petani dibandingkan dengan bekerja di sektor industry dan jasa
khususnya yang berkaitan dengan pariwisata. Hal ini disebabkan karena sempitnya luas tanah
garapan dan rendahnya nilai tukar petani. Bekerja di luar sektor pertanian cenderung lebih
menarik dibandingkan jadi petani yang serba bergelimang lumpur dan penuh resiko akibat
kegagalan panen dan fluktuasi harga. Dapat dimengerti kalau pemuda-pemuda desa dari keluarga
petani cenderung meninggalkan orang tua mereka dan pergi ke kota mencoba mencari pekerjaan
yang lebih bergengsi. Dapat diduga pula bahwa dalam beberapa tahun mendatang yang tinggal di
daerah pedesaan bekerja sebagai petani adalah orang-orang yang sudah berusia lanjut yang
tentunya kurang produktif lagi. Kecenderungan ini kiranya dapat berimplikasi negatif terhadap
kehidupan subak itu sendiri. Subak sebagai organisasi petani dituntut untuk mampu menciptakan
kondisi yang dapat menarik kaum muda untuk bekerja sebagai petani modern dan profesional.
KEMAMPUAN SUBAK MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA DALAM
MENGHADAPI BERBAGAI TANTANGAN
Apakah subak memiliki kemampuan atau potensi dalam menghadapi berbagai tantangan yang
dihadapi seperti telah terurai di atas? Kalau dilihat dari kenyataan bahwa subak masih tetap eksis
sampai kini sejak awal berdirinya yaitu hampir seribu tahun yang lampau, maka kiranya perlu
optimis bahwa subak akan mampu menghadapi tantangantantangan tersebut. Namun perlu
digaris bawahi bahwa masih diperlukan upaya-upaya pemberdayaan terhadap lembaga irigasi
tradisional ini guna meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi berbagai tantangan yang
menghadang. Subak rupanya memang memiliki potensi yang cukup memadai untuk menjadi
lembaga yang tangguh (viable) seperti terlihat dari hal-hal berikut: Organisasi yang relatif
mantap seperti adanya struktur yang jelas, kepengurusan yang jelas wewenang dan tanggung
jawabnya, dilengkapi dengan awig-awig (peraturan-peraturan) dengan berbagai sanksinya. Setiap
anggota subak berhak melakukan pengawasan dan monitoring terhadap siapa saja termasuk
pengurusnya dalam menerapkan peraturan yang telah disepakati bersama. Semangat gotong-
royong yang tinggi dalam melakukan kegiatan-kegiatan persubakan terutama dalam
pemeliharaan jaringan fisik dan kegiatan ritual subak. Ritual subak merupakan unsur pemersatu
para anggotanya sehingga subak menjadi organisasi yang kuat dan tangguh. Subak memiliki
batas wilayah yang jelas dan berdasarkan prinsip hidrologis bukan atas dasar kesatuan
administratif. Subak mempunyai landasan filosofis Tri Hita Karana yang menekankan pada
keseimbangan dan keharmonisan yakni keseimbangan dam keharmonisan antara manusia dengan
sesamanya, dengan alam lingkungannya dan dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
segala yang ada di alam semesta ini. Ini berarti bahwa subak memiliki potensi yang sangat besar
untuk berperanan sebagai pengelola sumberdaya alam guna mendukung pembangunan
berkelanjutan. Subak memiliki mekanisme penanganan konflik yang timbul di kalangan
anggotanya maupun antara anggota subak yang bersangkutan dengan anggota dari subak lain.
Awig-awig dapat diubah dan disesuaikan menurut keadaan yang selalu berubah berdasarkan
kesepakatan seluruh anggota subak. Penggalian dana sebagai salah satu fungsi penting dari subak
untuk membiayai perbaikan dan pemeliharaan jaringan irigasi serta untuk keperluan
penyelenggaraan ritual. Banyak subak telah menunjukkan kemampuannya menggali dana dengan
berbagai cara seperti melalui usaha simpan pinjam, pengumpulan denda, pemungutan iuran dari
anggota, menyewakan areal persawahan subak untuk pengembalaan itik, Selain potensi ataupun
kekuatan-kekuatan yang terdapat pada subak, ternyata subak tidak luput dari kelemahan-
kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain adalah:
– Belum dimilikinya status badan hukum oleh sebagian besar subak di Bali.
– Sempitnya luas garapan petani anggota subak dan banyak yang berstatus sebagai
penyakap.
– Kurangnya pemilikan modal dan terbatasnya akses perkreditan yang dimiliki petani /
subak.
– Lemahnya posisi tawar petani karena bertindak sendiri-sendiri secara individual dalam
pengadaan sarana produksi dan pemasaran hasil-hasil pertanian.
– Terbatasnya kemampuan petani di bidang teknologi budidaya non padi mulai dari proses
produksi sampai pengolahan pasca panen.
– Terbatasnya kemampuan managerial dan wirausaha di kalangan petani.
– Lemahnya penguasaan petani atas informasi pasar terutama yang berkaitan dengan
jumlah kebutuhan, harga, waktu, kualitas, sistem pembayaran, dll.
– Kurangnya pengetahuan dan penguasaan teknologi dalam bidang pelestarian sumberdaya
alam khususnya sumberdaya air.
– Masih terdapatnya beberapa DI (Daerah Irigasi) yang merupakan penggabungan fisik
sistem irigasi namun belum memiliki wadah koordinasi antar subak dalam lingkungan DI
yang bersangkutan.
Tantangan-tantangan yang dihadapi itu diharapkan dapat dijadikan sebagai peluang oleh subak
itu sendiri untuk memotivasi para anggotanya supaya mau dan mampu memanfaatkan subak
sebagai wadah bersama dalam melakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan
para petani. Diharapkan pula agar suatu saat subak dapat berkembang sebagai lembaga yang
mampu memainkan berbagai peran sesuai dengan tuntutan tuntutan masa depan. Pemerintah juga
telah memberikan peluang kepada P3A untuk berkembang menjadi organisasi yang berorientasi
agribisnis seperti terbukti dari adanya seperangkat keputusan /peraturan yakni:
– INMENDAGRI No. 42 / 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan PERMENDAGRI No. 12 /
1992 tentang Pembentukan dan Pembinaan P3A, yang memberikan kesempatan kepada
P3A / subak untuk melakukan usaha ekonomi; dan
– UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang salah satu pasalnya
menyebutkan bahwa petani diberikan kewenangan menentukan jenis tanaman yang
diusahakan.