You are on page 1of 14

PEDOMAN PERKULIAHAN

( HAND OUT )

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

ANITA TRISIANA,SPd, MH.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
2009
RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN

Minggu Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman Materi Ajar Alat/Bahan/Sumber


Ke Pembelajaran Belajar

1,2 1. Memahami hakikat Setelah mengikuti 1.mengkaji hakikat 1.hakikat peserta OHP, LCD, Laptop
peserta didik perkuliahan mhs peserta didik didik Kartini Kartono,
1. Memahami hakikat diharapkan mampu: 2.mendiskusikan 2.hakikat peserta 1999. Psikologi
peserta didik menurut 1. menjelaskan hakikat hakikat peserta didik didik menurut Perkembangan Anak,
pandangan peserta didik menurut pandangan pandangan Bandung: bandar
anthropologi dan 2. mendeskripsikan anthropologi. anthropologi. Maju
islam hakikat peserta didik 3.mendiskusikan 3.hakikat peserta Mulyani Sumantri,
2. Memahami kedudukan menurut pandangan hakikat peserta didik didik menurut Nana Syaodih, 2006.
peserta didik dalam anthropologi. menurut pandangan pandangan islam Perkembangan
proses pembelajaran. 3. menjelaskan hakikat islam 4.kedudukan peserta Peserta Didik,
peserta didik 4.mengkaji kedudukan didik dalam proses Jakarta: UT.
menurut pandangan peserta didik dalam pembelajaran. Rubino Rubiyanto
islam proses pembelajaran. dkk. 2003, Landasan
4. mendeskripkan Kependidikan,
kedudukan peserta Surakarta:
didik dalam proses Muhammadiyah
pembelajaran. University Press

3,4 1.Memahami hakikat 1.Menjelaskan hakikat 1.mengkaji hakikat 1.Hakikat OHP, LCD, Laptop
pertumbuhan dan pertumbuhan dan pertumbuhan dan pertumbuhan dan Hendriati Agustin.
perkembangan perkembangan perkembangan perkembangan 2006, Psikologi
2.Memahami faktor- 2.Mendeskripsikan 2.Mendiskusikan 2.Faktor-faktor yang Perkembangan,
faktor yang faktor-faktor yang faktor-faktor yang mempengaruhi Bandung: Aditama
mempengaruhi mempengaruhi mempengaruhi pertumbuhan dan Monk Knoers, Siti
pertumbuhan dan pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan Rahayu H. 1998,
perkembangan perkembangan perkembangan 3.Hukum-hukum Psikologi
3.Memahami hukum- 3.Menjelaskan hukum- 3.Mengkaji hukum- pertumbuhan dan Perkembangan,
hukum pertumbuhan hukum pertumbuhan hukum pertumbuhan perkembangan Yogyakarta: Gajah
dan perkembangan. dan perkembangan. dan perkembangan. Mada.
Reni Akbar H. 2001,
Psikologi
Perlkembangan
Anak,Jakarta:
Grafindo

5 1. Memahami 1.Mendeskripsikan 1.Mengkaji 1.Karakteristik Anak OHP, LCD, Laptop


karakteristik Anak karakteristik Anak karakteristik Anak Usia Dini (AUD) Abin Syamsudin
Usia Dini (AUD) Usia Dini (AUD) Usia Dini (AUD) 2.Perkembangan Makmun. 2003,
2. Memahami 2.Menjelaskan 2.Mendiskusikan AUD Psikologi
perkembangan AUD perkembangan AUD perkembangan AUD 3.Permasalahan Pendidikan,
3. Memahami 3.Mendeskripsikan 3.Mengkaji AUD Bandung: PT Remaja
permasalahan AUD permasalahan AUD permasalahan AUD Rosdakarya.
Elizabeth B. Hurlock.
1993, Psikologi
Perkembangan,
Jakarta: Erlangga
Slamet Suryanto.
2005, Konsep Dasar
Pendidikan Anak
Usia Dini, Jakarta:
Dirjen Dikti.

6,7 1. Memaha 1.Menjelaskan 1.Mengkaji 1.Pertumbuhan OHP, LCD, Laptop


mi pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan jasmani Anak Usia Aliah B. Purwaka-nia
jasmani Anak Usia jasmani Anak Usia jasmani Anak Usia Sekolah Dasar Hasan. 2006,
Sekolah Dasar (SD) Sekolah Dasar (SD) Sekolah Dasar (SD) (SD) Psikologi
2. Memahami 2.Mendeskripsikan 2.Mendiskusikan 2.Perkembangan Perkembangan Islam,
perkembangan intelek perkembangan perkembangan intelek dan Jakarta: Raja
dan perasaan Anak intelek dan perasaan intelek dan perasaan perasaan Anak Grafindo Persada
Usia SD Anak Usia SD Anak Usia SD Usia SD Mulyani Sumantri,
3. Memahami 3.Mendeskripsikan 3.Mengkaji 3.Perkembangan Nana Syaodih, 2006.
perkembangan bahasa perkembangan perkembangan bahasa anak usia Perkembangan
anak usia SD bahasa anak usia SD bahasa anak usia SD SD Peserta Didik,
4. Memahami 4.Mendeskripsikan 4.Mengkaji 4.Perkembangan Jakarta: UT.
perkembangan aspek perkembangan aspek perkembangan aspek aspek sosial, moral
sosial, moral dan sikap sosial, moral dan sosial, moral dan dan sikap anak
anak usia SD. sikap anak usia SD. sikap anak usia SD. usia SD.

8,9 1.Memahami 1.Mendeskripsikan 1.Mengkaji 1.Karakteristik Anak OHP, LCD, Laptop


karakteristik Anak karakteristik Anak karakteristik Anak Usia Sekolah Elizabeth B. Hurlock.
Usia Sekolah Usia Sekolah Usia Sekolah Menengah 1993, Psikologi
Menengah Menengah Menengah 2.Perbedaan individu Perkembangan,
2.Memahami perbedaan 2.Menjelaskan 2.Mendiskusikan Anak Usia Jakarta: Erlangga
individu Anak Usia perbedaan individu perbedaan individu Sekolah Menengah Kartini Kartono,
Sekolah Menengah Anak Usia Sekolah pada Anak Usia 3.Kebutuhan anak 1999. Psikologi
3.Memahami kebutuhan Memengah Sekolah Menengah usia Sekolah Perkembangan Anak,
anak usia Sekolah 3.Mendeskripaikan 3.Mengkaji berbagai Menengah Bandung: bandar
Menengah berbagai kebutuhan kebutuhan nak usia 4.Permasalahan anak Maju
4.Memahami anak usia Sekolah Sekolah Menengah usia Sekolah Mulyani Sumantri,
permasalahan nak usia Menengah 4.Mengkaji Menengah Nana Syaodih, 2006.
Sekolah Menengah 4.Mendeskripkan permasalahan anak Perkembangan
berbagai usia Sekolah Peserta Didik,
permasalahan anak Menengah Jakarta: UT.
usia Sekolah
Menengah
1.Memahami tugas- 1.Mendeskripsikan 1.Mengkaji tugas- 1.Tugas-tugas OHP, LCD, Laptop
tugas perkembangan tugas-tugas tugas perkembangan perkembangan Ernawulan, Syaodih.
Anak Usia Dini perkembangan Anak Anak Usia Dini Anak Usia Dini 2005, Bimbingan di
(AUD) Usia Dini (AUD) (AUD) (AUD) TK, Jakarta: Diknas
2.Memahami 2.Menjelaskan 2.Mengkaji pendekatan 2.Pendekatan dikti
pendekatan pendekatan pembelajaran AUD pembelajaran Mulyani Sumantri,
pembelajaran AUD pembelajaran AUD 3.Mendiskusikan AUD Nana Syaodih, 2006.
3.memahami setting 3.Menjelaskan setting setting lingkungan 3.Setting lingkungan Perkembangan
lingkungan lingkungan pembelajaran AUD pembelajaran Peserta Didik,
pembelajaran AUD pembelajaran AUD AUD Jakarta: UT.
Slamet Suryanto.
2005, Konsep Dasar
Pendidikan Anak
Usia Dini, Jakarta:
Dirjen Dikti.

10 1. Memahami 1.Mendeskripsikan 1.Mengkaji 1.Karakeristik anak OHP, LCD, Laptop


karakeristik anak usia karakeristik anak karakeristik anak usia SD Mulyani Sumantri,
SD usia SD usia SD 2.Tugas-tugas Nana Syaodih, 2006.
2. Memahami tugas- 2.Mendeskripsikan 2.Mendiskusikan perkembangan Perkem-bangan
tugas perkembangan tugas-tugas tugas-tugas anak usia SD Peserta Didik,
anak usia SD perkembangan anak perkembangan anak 3.Cara Jakarta: UT.
3. Memahami cara usia SD usia SD penyelenggaraan PP No 19 th 2005
penyelenggaraan 3.Menjelaskan cara 3.Mengkaji cara pendidikan pada (Standar Nasional
pendidikan pada penyelenggaraan penyelenggaraan jenjang SD. Pendidikan), Permen
jenjang SD. pendidikan pada pendidikan pada Diknas No. 19 th
jenjang SD. jenjang SD. 2007 (Standar
Pengelolaan
Pendidikan), Permen
Diknas No. 20 th
2007 (Standar
Penilaian
Pendidikan), Permen
Diknas No 24 th 2007
)Standar Sarana
Prasarana
Pendidikan), Permen
Diknas No 39 tahun
2007 (UASBN)

11 1.Memahami 1.Mendeskripsikan 1.Mengkaji 1.Karakeristik anak OHP, LCD, Laptop


karakeristik anak usia karakeristik anak karakeristik anak usia Sekolah Mulyani Sumantri,
Sekolah Menengah usia Sekolah usia Sekolah Menengah Nana Syaodih, 2006.
2.Memahami tugas- Menengah Menengah 2.Tugas-tugas Perkem-bangan
tugas perkembangan 2.Menjelaskan tugas- 2.Mendiskusikan perkembangan Peserta Didik,
anak usia Sekolah tugas perkembangan tugas-tugas anak usia Sekolah Jakarta: UT.
Menengah anak usia Sekolah perkembangan anak Menengah PP No 19 th 2005
3.Memahami cara Menengah usia Sekolah 3.Cara (Standar Nasional
penyelenggaraan 3.Mendeskripsikan Menengah penyelenggaraan Pendidikan), Permen
pendidikan pada cara 3.Mengkaji cara pendidikan pada Diknas No. 19 th
jenjang Sekolah penyelenggaraan penyelenggaraan jenjang Sekolah 2007 (Standar
Menengah pendidikan pada pendidikan pada Menengah Pengelolaan
jenjang Sekolah jenjang Sekolah Pendidikan), Permen
Menengah Menengah Diknas No. 20 th
2007 (Standar
Penilaian
Pendidikan), Permen
Diknas No 24 th 2007
)Standar Sarana
Prasarana
Pendidikan), Permen
Diknas No 39 tahun
2007 (UASBN)

12 1.Memahami konsep 1.Menjelaskan konsep 1.Mendiskusikan 1.Konsep dasar OHP, LCD, Laptop
dasar bimbingan di dasar bimbingan di konsep dasar bimbingan di Prayitno, Erman
sekolah. sekolah. bimbingan di sekolah. Amti, 2004, Dasar-
2.Memahami fungsi dan 2.Menjelaskan fungsi sekolah. 2.Fungsi dan tujuan Dasar Bimbingan dan
tujuan bimbingan di dan tujuan 2.Mendiskusikan bimbingan di Konseling, Jakarta:
sekolah. bimbingan di fungsi dan tuju-an sekolah. Rineka Cipta.
3.Memahami macam- sekolah. bimbingan di 3.Macam-macam Rubino Rubiyanto,
macam bimbingan di 3.Mendeskripsikan sekolah. bimbingan di dkk, 2007, Layanan
sekolah. macam-macam 3.Mengkaji macam sekolah. Bimbingan Di
4.Memahami prinsip- bimbingan di macam bimbingan 4.Prinsip-prinsip Sekolah, Surakarta:
prinsip dasar sekolah. di sekolah. dasar bimbingan FKIP UMS
bimbingan di sekolah. 4.Mendeskripsikan 4.Mendiskusikan disekolah
5.Memahami langkah- prinsip-prinsip prinsip-prinsip 5.Langkah-langkah
langkah bimbingan. dasar bimbingan di dasar bimbing- an bimbingan.
6.Memahami peran serta sekolah. di sekolah. 6.Peran serta guru
guru dalam layanan 5.Menjelaskan 5.Mengkaji lang-kah dalam layanan
bimbingan peserta langkah-langkah bimbingan. bimbingan peserta
didik di sekolah. bimbingan. 6.Mendiskusikan peran didik di sekolah.
6.Mendeskripsikan serta guru dalam
peran serta guru layanan bimbingan
dalam layanan peserta didik
bimbingan peserta
didik di sekolah.
HAKIKAT PESERTA DIDIK

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi


diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
tertentu.

Istilah lain peserta didik

Siswa

Siswa/Siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.

Mahasiswa

Mahasiswa/Mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan


tinggi

Warga Belajar

Warga belajar istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan nonformal seperti
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), baik Paket-A, Paket-B, Paket-C

Pelajar

Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti
pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah.

Murid

Murid istilah lain peserta didik.

Santri

Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal,
khususnya pesantren atau sekolah-sekolah salafiyah.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Ringkasan Materi
1. Tahap perkembangan moral menurat John Dewey
Pendekatan perkembangan moral pertama kali dikemukakan oleh John
Dewey. Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahap
( level ) sebagai berikut :
a. Tahap “ premoral “atau “preconventional”. Dalam tahap ini tingkah
laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau
sosial.
b. Tahap “preconventional” . Dalam tahap ini seseorang mulai
menerima nilai dengan sedikit kritis, berdasarkan kepada criteria
kelompoknya.
c. Tahap “autonomous”. Dalam tahap ini seseorang berbut atau
bertingkah laku sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan
dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima criteria kelompoknya.

Teori perkembangan moral Dewey ini selanjutnya dikembangkan oleh


Jean Piaget dan
Lawrence Kohlberg
2. Tahap perkembangan moral menurut Piaget
3. Piagrt berusaha mendefinisikan tingkat perkembangan moral pada
anak-anak melalui pengamatan dan wawancara dengan dua pertanyaan
pokok. Pertama mengapa mereka patuh pada peraturan main dan kedua
bagaimana pelaksanaan permainan itu. Dari hasil pengamatan terhadap
anak-anak ketika sedang bermain, dan jawaban mereka atas pertanyaan
mengapa mereka patuh pada peraturan , Piaget sampai pada suatu
kesimpulan bahwa perkembangan kemampuan kognitif pada anak-anak
mempengaruhi pertimbangan moral mereka.
Sesuai dengan perkembangan umur orientasi mereka patuh pada
peraturan berkembang dari sikap heteronom (bahwa peraturan itu
berasal dari luar) ke sikap yang semakin otonom (bahwa peraturan itu
dapat ditentukan oleh subyek yang bersangkutan).
Tahap perkembangan moral dan pelaksanaannya dari Jean Piaget
diskemakan sebagai berikut;
3. Tahap Perkembangan Moral menurut Lawrence Kolhberg

Tingkat-tingkat perkembangan moral menurut Kolhberg dimulai dari


konsekuensi yang sederhana, yang berupa pengaruh yang kurang
menyenangkan dari luar ke atas tingkah laku, sampai kepada penghayatan dan
kesadaran tentang nilai-nilai kemanusiaan universal. Lebih tinggi tingkat
berfikir adalah lebih baik, dan otonomi lebih baik dari heteronomi.
Tahap-tahap perkembangan moral diperinci sebagai berikut:
Tahapan “preconventional” :
Tingkat 1: moralitasheteronomus. Dalam tingkat perkembangan ini moralitas
dari suatu perbuatan ditentukan oleh cirri-ciri dan akibat yang bersifat fisik.
T ingkat 2: moralitas individu dan timbale balik. Seseorang mulai sadar
dengan tujuan dan keperluan orang lain. Seseorang berusaha untuk memenuhi
kepentingan sendiri dengan memperhatikan juga kepentingan orang lain.
Tahapan “conventional”:
Tingkat 3: moralitas harapan saling antara individu. Kriteria baik atau
buruknya suatu perbuatan dalam tingkat ini ditentukan olrh norma bersama dan
hubungan saling mempercayai.
Tingkat 4: moralitassisyem sosial dan kata hati. Sesuatu perbuatan dinilai baik
jika disetujui oleh yang berkuasa dan sesuai dengan peraturan yang menjamin
ketertiban dalam masyarakat.
Tahapan “posconventional”:
Tingkat 4. 5: tingkat transisi. Seseorang belum sampai pada tingkat
“posconventional” yang sebenarnya. Pada tingkat ini kriteria benar atau salah
bersifat personal dan subjektif, dan tidak memiliki prinsip yang jelas dalam
mengambil suatu keputusan moral.
Tingkat 5: moralitas kesejahteraan sosial dan sosial hak-hak manusia. Kriteria
moralitas dari suatu perbuatan adalah yang dapat menjamin hak-hak individu
serta sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Tingkat 6: moralitas yang didasarlan pada prinsip-prinsip moral yang umum.
Ukuran benar atau salah ditentukan oleh pilihan sendiri berdasarkan prinsip-
prinsip moral yang logis, konsisten, dan bersifat universal.
Asumsi-asumsiyang digunakan Kohlberg dalam mengembangkan teorinya
sebagai berikut:
(a) Bahwa kunci untuk dapat memahami tingkah laku moral seseorang
adalah dengan memahami filsafat moralnya, yakni dengan memahami
alasan-alasan yang melatar belakangi perbuatannya.
(b) Tingkat perkembangan tersusun sebagai suatu keseluruhan cara
berfikir . Setiap orang akan konsisten dalam tingkat pertimbangan
moralnya
(c) Konsep tingkat perkembangan moral menyatakan rangkaian urutan
perkembangan yang bersifat universal, dalam berbagai kondisi
kebudayaan.

Teori perkembangan moral dari Kohlberg diringkas sebagai berikut;


1. Preconventional level
a. Punishment-obedience orientation
b. Instrumental relativis orientation
2. Conventional level
a. Interpersonal concordance or “good boy nice girl” orientation
b. Law and order orientation
3. Postconventional level
a. Social contract legalistic orientation
b. Universal ethical principle orientation

B. Ciri Khas Perkembangan Moral


Konsep perkembangan moral menurut teori Kohlberg memiliki empat
cirri utama.

pertama .tingkat perkembangan itu terjadi dalam rangkaian yang sama


pada semua orang. Seseorang tidak pernah melompati suatu tingkat.
Perkembangannya selalu kea rah tingkat yang lebih tinggi.

Kedua, tingkat perkembangan itu selalu tersusun berurutan secara


bertingkat.
Dengan demikiaan, seseorang yang membuat pertimbangan moralpada
tingkat yang lebih tinggi, dengan mudah dapat memahami tingkat
pertimbangan moral tingkat yang lebih rendah. Seseorang akan
memahami satu tahap moral di atasnya

Ketiga, tingkat perkembangan itu tersruktur sebagai suatu keseluruhan.


Artinya, seseorang konsisten pada tahapan perkembangan moralnya.
Seseorang secara kognitif akan tertarik pada cara berfikir satu tahap
diatasnya. Perkembangan moral seorang anak akan tumbuh baikbila
dihadapkan pada sseorang yang sudah lebih maju darinya.

Keempat, perkembangan moral terjadi bila dialaminya suatu kondisi


ketidakseimbangan kognitif (disequilibrium kognitif)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan


pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-
tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

 Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu


anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
 Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar (akademik) di sekolah.

Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1


adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan
penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8
tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

 Infant (0-1 tahun)


 Toddler (2-3 tahun)
 Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
 Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

KONSEP DASAR BIMBINGAN SEKOLAH

Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggungjawab


memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan
pendidikan. Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke
dalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
maupun Undang-undang tentang Guru dan Dosen.

Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru Bimbingan Penyuluhan (Guru


BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya
berubah menjadi Guru Bimbingan Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan
kedudukannya dengan guru lain, kemudian disebut pula sebagai Guru
Pembimbing.

Setelah terbentuknya organisasi profesi yang mewadahi para konselor, yaitu


Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN), maka profesi ini sekarang
dipanggil Konselor Pendidikan dan menjadi bagian dari asosiasi tersebut.

Latar Belakang Diperlukannya Konselor Pendidikan


 Kehidupan Demokrasi: Guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa tidak
hanya menjadi peserta pasif dalam kegiatan pendidikan. Guru hanya
membantu siswa untuk dapat mengambil keputusannya sendiri.
 Perbedaan Individual: Pembelajaran yang umumnya dilakukan secara
klasikal kurang memperhatikan perbedaan siswa dalam kemampuan dan
cara belajarnya sehingga beberapa siswa mungkin akan mengalami
kesulitan.
 Perkembangan Norma Hidup: Masyarakat berubah secara dinamis.
Demikian pula dengan berbagai norma hidup yang ada di dalamnya.
Setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.
 Masa Perkembangan: Seorang individu mengalami perkembangan dalam
berbagai aspek dalam dirinya dan perubahan tuntutan lingkungan terhadap
dirinya. Diperlukan penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan-
perubahan tersebut.
 Perkembangan Industri: Seiring dengan perkembangan teknologi yang
cepat, industri juga berkembang dengan pesat. Untuk memiliki karir yang
baik, siswa harus bisa mengantisipasi keadaan tersebut.

Bidang Layanan

Bidang layanan konselor pendidikan di sekolah adalah

 Bimbingan pribadi-sosial: untuk mewujudkan pribadi yang taqwa,


mandiri, dan bertanggungjawab.
 Bimbingan karir: untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan
pendidikan.
 Bimbingan belajar: untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.

Jenis Layanan

Layanan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah meliputi:


 Layanan orientasi: memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru
dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang
baru dimasukinya.
 Layanan informasi: bersama dengan layanan orientasi memberikan
pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang
berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan,
atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
Informasi yang dapat diberikan di sekolah di anataranya: informasi
pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sosial budaya.
 Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran: membantu menempatkan
individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-
potensinya. Termasuk di dalamnya: penempatan ke dalam kelompok
belajar, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran ke
jurusan/program studi, penyaluran untuk studi lanjut atau untuk bekerja.
 Layanan bimbingan belajar: membantu siswa untuk mengatasi masalah
belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif.
 Layanan konseling individual: konseling yang diberikan secara
perorangan.
 Layanan bimbingan dan konseling kelompok: konseling yang
dilaksanakan pada sekelompok orang yang mempunyai permasalahan
yang serupa.

Fungsi Layanan

 Pemahaman: dipahaminya diri klien, masalah klien, dan lingkungan klien


baik oleh klien itu sendiri, konselor, maupun pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
 Pencegahan: mengupayakan tersingkirnya berbagai hal yang secara
potensial dapat menghambat atau mengganggu perkembangan kahidupan
individu.
 Perbaikan: membebaskan klien dari berbagai masalah yang dihadapinya.
 Pemeliharaan dan Pengembangan: memelihara segala sesuatu yang baik
pada diri individu atau kalau mungkin mengembangkannya agar lebih
baik.

Dasar Hukum

Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


dengan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/p/1993 dan
No. 25/1993, penghargaan jam kerja konselor ditetapkan 36 jam per minggu
dengan beban tugas meliputi penyusunan program (dihargai 12 jam), pelaksanaan
layanan (18 jam) dan evaluasi (6 jam). Konselor yang membimbing 150 orang
siswa dihargai 18 jam, selebihnya dihargai sebagai bonus kelebihan jam dengan
ketentuan tersendiri.

You might also like