Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
sumber daya manusia, karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan dasar
jasmani dan olahraga. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran
pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan
jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia
untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang
bagi negara maju, dimana manusianya dapat dikatakan sangat kurang dalam
dalam metabolisme tubuh, sistem otot, tulang, jantung dengan pembuluh darah
memberikan nilai yang tinggi dan rasional terhadap arti suatu kesegaran jasmani.
bangsa dan negara, sekolah dan kesegaran jasmani, maka yang menjadi obyek
nasional bangsa.
2003:1).
3
Usaha untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani bagi para peserta didik
Apabila semua faktor tersebut sudah terpenuhi pelajar akan dapat dengan
sekolah yang diunggulkan oleh Kabupaten Blora. Memiliki 12 kelas yang terdiri
dari 3 kelas Unggulan (IV, V, VI) dan 9 kelas biasa (I.A, I.B, II.A, II.B, III.A,
III.B, IV, V, VI). Adapun Kelas Unggulan menurut Suhirmanto, Kepala Sekolah
adalah suatu kelas yang diunggulkan yang terdiri dari siswa siswi pilihan yang
ini lahir pada tahun 1997 sebagai satu-satunya sekolah dasar unggulan yang ada
di Kabupaten Blora, dengan adanya prestasi yang sangat memuaskan pada masa
itu dibentuknya kelas unggulan yang telah diresmikan oleh Kepala Dinas Jawa
Tabel 1
bahkan 80 % dari hasil prestasi menunjukkan bahwa siswa hanya meraih juara
dalam prestasi akademik saja. Semua terjadi dikarenakan aktivitas fisik yang
akademik saja dan bukan kondisi fisik yang sangat penting dilakukan untuk
tahun pelajaran diadakan seleksi prestasi belajar siswa kelas IV (empat), pada
SD Inti dan SD Imbas dalam satu gugus, dan siswa yang terpilih dikelompokkan
ke kelas unggulan pada SD Inti, sedangkan siswa kelas IV pada SD Inti yang
tidak terpilih menjadi siswa kelas unggulan tetap menjadi siswa sekolah pada
prestasi tinggi sejak kelas I s.d. kelas III. Oleh karena itu dilakukan penelusuran
kelas unggulan memiliki siswa pilihan dan juga memiliki jam tambahan
khusus contoh jadwal wajib harian sekolah pagi masuk pukul 07.00 – 12.40
WIB, memiliki guru mata pelajaran khusus dalam setiap pelajaran yang
diajarkan dan tambahan sekolah sore pukul 15.00 - 17.00 WIB serta masih ada
tambahan ekstrakurikuler yang diberikan pada hari jumat dan sabtu sore.
Sedangkan kelas biasa hanya memiliki kelas pagi saja masuk pukul 07.00 -
12.40 WIB dan hanya memiliki guru kelas saja. Dan di sore harinya siswa
kelas biasa dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler antara lain yaitu drum
band, senam lantai, simpoa, komputer dll. Dengan demikian dapat dilihat
tingkat keunggulan dari segi fasilitas mengajar dan kepadatan pendidikan yang
dipakai oleh KBK itu sendiri baru didapat bulan Maret 2005 kemarin,
dahulu karena sistem KBK ini membutuhkan biaya yang cukup banyak
sehingga pihak sekolah memilih jalan dalam masa peralihan dilakukan secara
7
perlahan sehingga tidak menjadikan beban terlalu berat bagi siswa yang
tingkat kecerdasan IQ siswa, tetapi dilihat dalam segi kesegaran jasmani siswa
siswa untuk mengolah fisiknya. Sehingga dapat dilihat siswa siswi unggulan
Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas Unggulan Dan Kelas Biasa SD Negeri
1.2. Permasalahan
2007 ?
2007 ?
8
1.2.3. Apakah ada Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Terhadap
2007 ?
1.2.4. Apakah ada Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Terhadap
2007 ?
Tahun 2006-2007.
1.3.2. Untuk mengetahui Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa Kelas Biasa
2007.
2007.
9
Terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas Biasa SD.
penelitian.
1.4.3. Sebagai bahan informasi alat evaluasi terhadap guru Pendidikan Jasmani
Blora.
BAB II
permasalahan pada landasan teori diambil beberapa pendapat dari para ahli.
kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja
yang memiliki kesegaran jasmani yang baik akan mampu memenuhi tuntutan
fisik tertentu.
adalah kapasitas fungsional total seseorang untuk melakukan suatu kerja tertentu
dengan hasil baik / memuaskan dan tanpa kelelahan yang berarti. (Sudarno,
1992:9)
11
optimal dan efisien. Disadari atau tidak sebenarnya kesegaran jasmani itu
pada tanggal 16-20 Maret 1971 di Jakarta, memaparkan bahwa physical fitness
menunaikan tugas hariannya dengan baik dan efisien, tanpa kelelahan berarti,
dan tubuh masih memiliki tenaga cadangan, maupun untuk menikmati waktu
jasmani yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain, namun masing-
atau kesegaran jasmaninya baik, maka status setiap komponennya harus dalam
kategori baik.
adalah :
besar untuk jangka waktu yang lama. Kemampuan sistem peredaran darah
efek latihan atau pekerjaan keseluruhan tubuh. Tingginya kapasitas kerja fisik,
3. Kelenturan (“flexibility”)
beban.
13
2.1.1.2. Menurut Casady, Mapes, dan Alley, 1971:8 yang dikutip oleh
Sudarno,SP, 1992:9.
2. Kekuatan
3. Kelincahan
4. Ketahanan muskular
5. Kecepatan
6. Keseimbangan
7. Kelentukan
8. Koordinasi
9. Ketahanan Radiorespiratori
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja
dalam mengambil oksigen dan menyalurkan kebagian yang aktif sehingga dapat
Serabut otot yang ada didalam otot akan memberikan respon / tanggapan apabila
dikenakan beban atau tahanan dalam latihan. Tanggapan atau respon ini
membuat otot lebih efisien dan mampu memberikan respon lebih baik kepada
beban dalam jangka waktu tertentu.. jadi daya tahan otot merupakan kemampuan
4. Kelentukan ( flexibilitas )
5. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat
lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas masa otot (40–50 %), tulang (16–
15
persentasenya terhadap berat badan total. Secara umum dapat dikatakan makin
meliputi :
1. Kelincahan ( agility)
2. Kecepatan ( speed )
3. Keseimbangan
4. Koordinasi
berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan dengan efisien dan penuh
ketepatan.
berikut :
Makanan dan gizi sangat diperlukan bagi tubuh untuk proses pertumbuhan,
pergantian sel tubuh yang rusak dan untuk mempertahankan kondisi tubuh.
Unsur – unsur yang diperlukan tubuh antara lain protein lemak, karbohidrat,
Setelah melakukan aktivitas tubuh terasa lelah, hal ini disebabkan oleh
tenaga yang telah terpakai diperlukan istirahat dan tidur agar tubuh akan
3. Faktor Lingkungan
Dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik serta sosial ekonomi. Mulai dari
kesegaran jasmani. Latihan fisik adalah suatu kegiatan yang menurut cara dan
aturan tertentu, yang mempunyai sasaran meningkatkan efisiensi fa’al tubuh dan
tertentu. Jika seseorang individu menemukan suatu objek dan menyenangi objek
tersebut. Menurut Slameto (2003:180) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yan menyuruh.
Sedangkan menurut Yul Iskandar (2001:9) Minat adalah usaha dan kemampuan
kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya.
seseorang itu menyukai sesuatu. Atau dengan kata lain seseorang akan
dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur
antara lain :
1. Perhatian
yaitu kreativitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu obyek.
Maka seseorang yang berminat pada sesuatu objek yang pasti perhatiannya
2. Kesenangan
Perasaan senang terhadap suatu obyek baik orang ataupun benda akan
menimbulkan minat pada diri seseorang. Orang merasa tertarik kemudian pada
3. Macam-macam minat
dikemukakan bahwa ada 3 cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat,
yaitu :
19
melainkan dengan tindakan atau perbuatan yaitu ikut berperan aktif dalam suatu
minat.
menggunakan angket.
kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani, bermain dan aktivitas olahraga yang dilakukan secara
sistematis.
aktifitas otot – otot besar hingga proses pendidikan tidak terhambat oleh
perkembangan anak kearah kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, usaha
tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik yang diprogram secara ilmiah,
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial
sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan, dan
olahraga.
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat serta pola hidup
orang lain.
rekreatif.
1994 dan adanya pendalaman materi matematika / berhitung dan IPA serta
atau potensi yang ada pada siswa seoptimal mungkin sesuai dengan bakat dan
baik, diawal tahun pelajaran diadakan seleksi prestasi belajar siswa kelas IV
(empat), pada SD Inti dan SD Imbas dalam satu gugus, kemudian siswa yang
IV pada SD Inti yang tidak terpilih menjadi siswa kelas unggulan tetap menjadi
diawal tahun pelajaran diadakan seleksi prestasi belajar siswa kelas IV (empat),
pada SD Inti dan SD Imbas dalam satu gugus, kemudian siswa yang terpilih
SD Inti yang tidak terpilih menjadi siswa kelas unggulan tetap menjadi siswa
tambahan khusus, contoh jadwal wajib harian sekolah pagi masuk pukul 07.00
– 12.40 WIB, memiliki guru mata pelajaran khusus dalam setiap pelajaran
yang diajarkan dan tambahan sekolah sore pukul 15.00 - 17.00 WIB serta
masih ada tambahan ekstrakurikuler yang diberikan pada hari jumat dan sabtu
sore. Dengan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa anak kelas unggulan
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa anak kelas unggulan tidak dapat
tidak terlalu menonjol atau tidak terlalu memiliki kemampuan yang mencolok.
Jadi siswa kelas biasa hanya diperuntukkan bagi siswa yang bersekolah di kelas
biasa dan tidak ada jam–jam tambahan dalam kurikulum yang diberikan,
Kelas biasa hanya memiliki kelas pagi saja masuk pukul 07.00 - 12.40
WIB dan hanya memiliki guru kelas saja. Dan di sore harinya siswa kelas biasa
dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler antara lain yaitu drum band, senam
lantai, simpoa, komputer, dll. Dengan demikian dapat dilihat waktu istirahat yang
diperoleh kelas biasa lebih banyak dari pada kelas unggulan dan penggunaan
Agar anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai
yang ada pada diri seseorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam
hal ukuran.
bertanya.
d. Usia meniru, yang peling menonjol dalam periode ini adalah meniru
e. Usia kreatif, anak lebih menunjukkan kreatifitas dalam bermain selama masa
(Suparwoto, 2003:60)
1. Aktivitas fisik yang cukup, yang memerlukan penggunaan otot – otot besar,
pengorganisasian yang sederhana, dan tidak terlalu lama untuk setiap macam
permaninan (segera beralih pada permainan yang lain setelah beberapa saat).
2.5. Hipotesis
2.5.3. Ada hubungan antara Tingkat Kesegaran Jasmani dan minat terhadap
2.5.4. Ada hubungan antara Tingkat Kesegaran Jasmani dan minat terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
dan diarahkan pada tujuan yang akan dicapai. Metode penelitian merupakan
syarat pokok dalam sebuah penelitian serta memberikan arah yang cermat dalam
pengetahuan yang dicapai dari sebuah penelitian dapat memiliki harga yang
3.1. Populasi
2006:130) dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah siswa siswi kelas
pada keberadaan kelas unggulan itu sendiri. Kelas yang dimiliki oleh kelas
unggulan yaitu kelas kelas IV, V dan VI. Jadi populasi yang diambil adalah
siswa siswi kelas IV, V dan VI unggulan dan siswa siswi kelas IV, V dan VI
1. Mereka adalah siswa siswi kelas IV, V dan VI kelas unggulan dan kelas
3. Karena populasi yang digunakan adalah siswa siswi kelas IV, V dan VI.
3.2. Sampel
Arikunto 2006:131).
dalam pengambilan sampel yaitu berstrata, proporsi dan acak. Pertama sampel
hal ini adalah kelas IV, V dan VI. Kedua dengan sampel proporsi ditentukan
subjek yang terdapat pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh
29
dari setiap strata atausetiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan
mengambil sejumlah sampel dari jumlah populasi dari setiap strata dengan cara
random.
IV V VI IV V VI
Jumlah Jumlah
Sampel = 64 siswa Sampel = 70 siswa
jumlahnya kurang dari seratus, maka dalam menentukan besarnya sampel lebih
– 15% atau 20 – 25% atau lebih”. Dalam penentuan sampel ini diambil 50%
dari masing – masing populasi (strata). Jadi sampel dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Jumlah siswa kelas IV, V dan VI Unggulan 128 siswa, dan yang di gunakan
Jumlah siswa kelas IV, V dan VI Biasa 140 siswa, dan yang digunakan sebagai
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
jarak, jika dibandingkan dengan variabel lain, sedangkan jarak itu sendiri dapat
diketahui dengan pasti. Jarak yang dimaksud adalah hubungan tingkat kesegaran
jasmani dan minat terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani pada siswa kelas
tes yang digunakan untuk mencari data kesegaran jasmani, siswa dengan
melakukan tes ketrampilan. Setelah diketahui jumlah sampel yang akan diteliti
Jasmani. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kesegaran
Jasmani Indonesia (TKJI) untuk anak usia 10–12 tahun. Sedangkan untuk
Kesegaran Jasmani tahun 1995. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk usia 10
– 12 tahun. Tes yang akan diberikan antara lain : lari 40 meter, gantung siku
tekuk, baring duduk (30 detik), loncat tegak dan lari 600 meter. Hasil yang akan
dicatat adalah :
1. Lari 40 meter
Hasil waktu yang dicapai oleh pelari dengan jarak tempuh 40 meter
4. Loncat tegak
Hasil yang diambil adalah selisih antara raihan loncatan dikurangi raihan
Hasilnya waktu yang ditempuh peserta dengan jarak 600 meter dalam
3.5.1.1.Petunjuk umum
Peserta
a. Tes ini memerlukan banyak tenaga, oleh sebab itu peserta harus benar-
melakukan tes.
f. Jika tidak dapat melakukan satu jenis tes atau lebih dinyatakan gagal/tidak
dapat nilai.
Petugas
c. Harap memberikan nomor dada yang jelas mudah dilihat oleh petugas.
d. Bagi peserta yang tidak dapat melakukan satu butir tes/lebih tidak diberi
nilai.
e. Untuk mencatat hasil tes dapat menggunakan formulir tes perorangan atau
gabungan.
Lari 40 meter
a. Tujuan
1. Lintasan lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 40 meter, dan masih
2. Bendera start.
3. Peluit.
4. Stopwatch.
5. Nomor Dada
6. Serbuk kapur
c. Petugas tes
1. Juru keberangkatan.
d. Pelaksanaan
1. Sikap permulaan.
2. Gerakan
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan
otot bahu.
2. Stopwatch.
4. Nomor dada.
c. Petugas tes
d. Pelaksanaan
1. Sikap permulaan
2. Gerakan
sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang
e. Pencatatan hasil
Hasil yang dicatat adalah waktu yang di capai oleh peserta untuk
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut.
2. Stopwatch.
3. Nomor dada.
5. Dan lain-lain.
c. Petugas tes.
1. Pengamat waktu.
d. Pelaksanaan.
1. Sikap permulaan.
37
2. Gerakan.
Catatan :
e. Pencatatan hasil
1. Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk
2. Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini, hasilnya
Loncat Tegak.
a. Tujuan.
2. Serbuk kapur.
3. Alat penghapus.
4. Nomor dada
5. Formulir tes.
6. Alat tulis.
c. Petugas tes.
d. Pelaksanaan.
1. Sikap permulaan.
2. Gerakan.
e. Pencatatan hasil.
a. Tujuan.
Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah
dan pernafasan.
2. Stopwatch.
3. Bendera start.
4. Peluit.
5. Tiang pancang.
6. Nomor dada.
7. Formulir tes.
8. Alat tulis.
40
c. Petugas tes.
1. Juru keberangkatan.
2. Pengukur waktu.
3. Pencatat hasil.
4. Pembantu umum.
d. Pelaksanaan.
1. Sikap permulaan.
2. Gerakan.
untuk berlari.
e. Pencatatan hasil.
2. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk
menempuh jarak 600 meter. Waktu dicatat dalam satuan menit dan
detik.
41
berikut :
Jasmani Indonesia.
Tabel 2
Tabel 3
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
Untuk Anak Usia 10 –12 Tahun Putri
Nilai Lari 40 Gantung Baring Loncat tegak Lari 600
meter siku tekuk ( duduk 30 ( cm ) meter
detik ) detik
5 Sd - 6.7” 40” ke atas 20 ke atas 42 ke atas Sd - 2’32
4 6.8” - 7.5” 20” – 39” 14 - 19 34 - 41 2’33” - 2’54”
3 7.6” - 8.3” 8” – 19” 7 - 13 28 - 33 2’55” – 3’28”
2 8.4” - 9.6” 2” – 7” 2-6 21 - 27 3’29” - 4’22”
1 9.7” - dst 0” – 1” 0-1 20 - dst 4’23” - dst
( Depdikbud, 1995 )
42
Tabel 4
Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
No Jumlah nilai Klasifikasi
1. 22 - 25 Baik Sekali (BS)
2. 18 - 21 Baik (B)
3. 14 - 17 Sedang (S)
4. 10 - 13 Kurang (K)
5. 5 - 9 Kurang sekali (KS)
( Depdikbud, 1995 )
karena angket tersebut diberikan langsung kepada responden yang ingin diminta
keterangannya. Adapun isi angket terdiri dari bentuk pilihan. Bentuk pilihan
Adapun jumlah item pertanyaan yang diajukan dalam angket ini sebanyak 26
Tabel 5
3.5.2.2.Validitas
dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti
secara tepat. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
Validitas isi suatu alat ukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat
pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka
konsep. Alat pengukur atau kuesioner yang disusun sudah bisa mewakili semua
aspek yang akan diteliti, memiliki validitas isi yang tinggi. Tinggi rendahnya
suatu validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
variable yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Validitas soal
r
∑XY−(∑X )(∑Y )
N
Keterangan :
X = skor butir
Y = skor total
N = jumlah subyek
Tabel 6
No Keterangan No Keterangan
rxy rtabel rxy rtabel
1 0.300 0.254 Valid 18 0.526 0.254 Valid
2 0.143 0.254 Invalid 19 0.300 0.254 Valid
3 0.327 0.254 Valid 20 0.207 0.254 Invalid
4 0.346 0.254 Valid 21 0.297 0.254 Valid
5 0.330 0.254 Valid 22 0.278 0.254 Valid
6 0.273 0.254 Valid 23 0.141 0.254 Invalid
7 0.482 0.254 Valid 24 0.332 0.254 Valid
8 0.386 0.254 Valid 25 0.319 0.254 Valid
9 -0.064 0.254 Invalid 26 0.218 0.254 Invalid
10 0.422 0.254 Valid 27 0.265 0.254 Valid
11 0.372 0.254 Valid 28 0.428 0.254 Valid
12 0.347 0.254 Valid 29 0.407 0.254 Valid
13 0.507 0.254 Valid 30 0.154 0.254 Invalid
14 0.282 0.254 Valid 31 0.294 0.254 Valid
15 0.349 0.254 Valid 32 0.186 0.254 Invalid
16 0.507 0.254 Valid 33 0.373 0.254 Valid
17 0.234 0.254 Invalid 34 0.460 0.254 Valid
Berdasarkan hasil uji coba angket pada table diatas menunjukkan bahwa
dari 34 butir pertanyaan yang diuji cobakan terdapat 26 butir angket yang valid
karena memiliki harga rxy > r table = 0,254 untuk α = 5% dengan, N = 60 dan
terdapat 8 butir angket yang tidak valid karena memiliki harga rxy < r table =
3.5.2.3.Reliabilitas
subyek yang sama, untuk mengetahui ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil
suatu alat pengukur yang dapat dipercaya atau diandalkan. Jika suatu alat
pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
reliabel. Dengan kata lain reliabilitas yang sama, setiap alat pengukur
konsisten.
Ada dua jenis reliabilitas yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal.
berbeda. Baik dari instrument yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan
reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali
pengetesan. Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal yaitu teknik
paralel dengan dua stel instrument diujikan pada sekelompok responden hasilnya
dikorelasikan. Dan yang kedua adalah teknik ulang dengan data perangkat
instrument diujikan pada sekelompok responden dua kali pada waktu yang
rumus K – R 21
⎛ k ⎞ ⎛⎜ M (k − M ) ⎞⎟
r11 = ⎜ ⎟ ⎜1 − ⎟
⎝ k − 1 ⎠⎝ k.Vt ⎠
Keterangan :
M = Skor Rata-Rata
Vt = Varian Total
harga koefisien reliabilitas yang diperoleh lebih besar dari pada harga kritiknya,
r11 (0,667) > rtabel (0,254), maka dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan
data merupakan suatu langkah yang penting dalam penelitian. Data yang sudah
terkumpul tidak berarti apa-apa jika tidak diolah, karena itu perlu analisis data
tersebut.
analisis yaitu analisis statistik dan analisis non statistik. Dalam penelitian
seorang peneliti dapat memakai salah satu dari analisis tersebut. Dalam data ini
48
statistik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (1987:221) yang
statistik”.
Dalam statistik, teknik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
r (∑X)(∑Y)
xy=
∑ N XY−
{N∑X2−(∑X)2}{N∑Y2−(∑Y)2}
Keterangan :
N = jumlah subjek
49
BAB IV
Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-2007 kelas IV, V dan
VI antara usia 10 s/d 12 tahun dengan jumlah sampel keseluruhan 134 siswa.
Kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini antara lain kelas IV, V dan VI
penelitian ini meliputi lima item tes yang dinilai dalam variabel penelitian. Hasil
data dari kelima item tes tersebut di peroleh dari sekolah SD Negeri Tempelan 2
Blora Tahun 2006-2007 kelas IV, V,VI Unggulan dan Biasa antara usia 10 s/d 12
tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini.
a. Lari 40 meter
terdapat 7 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 25 siswa dengan hasil “Kurang”,
27 siswa dengan hasil “Sedang”, 3 siswa dengan hasil “Baik” dan 2 siswa dengan
Tabel 7
hasil “Kurang Sekali”, 39% siswa memperoleh hasil “Kurang”, 42% siswa
Gambar 2
Lari 40 Meter
bahwa terdapat 11 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 5 siswa dengan hasil
“Kurang”, 22 siswa dengan hasil “Sedang”, 15 siswa dengan hasil “Baik” dan 11
Tabel 8
memperoleh hasil “Sedang”, 23% siswa memperoleh hasil “Baik”, 17% siswa
Gambar 3
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Gantung Siku Tekuk
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Gantung Siku
8% Kurang
Sedang
23%
Baik
35%
Baik Sekali
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes baring duduk (30 detik) di ketahui
bahwa terdapat 4 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 3 siswa dengan hasil
“Kurang”, 17 siswa dengan hasil “Sedang”, 37 siswa dengan hasil “Baik” dan 3
Tabel 9
Gambar 4
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Baring Duduk (30 detik)
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
5% 6% 5% Sangat Kurang
Kurang
27%
Sedang
57% Baik
Baik Sekali
d. Loncat Tegak
terdapat 11 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 20 siswa dengan hasil “Kurang”,
26 siswa dengan hasil “Sedang”, 6 siswa dengan hasil “Baik” dan 1 siswa dengan
Tabel 10
hasil “Kurang Sekali”, 31% siswa memperoleh hasil “Kurang”, 41% siswa
Gambar 5
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Loncat Tegak
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Loncat Tegak
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes lari 600 meter di ketahui bahwa
terdapat 6 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 31 siswa dengan hasil “Kurang”,
14 siswa dengan hasil “Sedang”, 13 siswa dengan hasil “Baik” dan tidak ada
Tabel 11
hasil “Kurang Sekali”, 49% siswa memperoleh hasil “Kurang”, 22% siswa
Gambar 6
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 600 meter
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
0% 9% Sangat Kurang
20%
Kurang
Sedang
22% 49% Baik
Baik Sekali
Tabel 12
Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani
Siswa Kelas IV. V dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Tempelan 2 Blora dalam kategori Baik adalah 10 siswa, berarti 16% dari 64
Tempelan 2 Blora dalam kategori Sedang adalah 29 siswa, berarti 44% dari 64
Tempelan 2 Blora dalam kategori Kurang adalah 17 siswa, berarti 27% dari 64
Tempelan 2 Blora dalam kategori Kurang Sekali adalah 8 siswa, berarti 13%
Gambar 7
Baik Sekali
13% 0% 16%
baik
Sedag
27%
Kurang
44%
Kurang Sekali
58
a. Lari 40 Meter
terdapat 3 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 26 siswa dengan hasil “Kurang”,
32 siswa dengan hasil “Sedang”, 9 siswa dengan hasil “Baik” dan tidak ada siswa
Tabel 13
hasil “Kurang Sekali”, 37% siswa memperoleh hasil “Kurang”, 46% siswa
Gambar 8
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 40 Meter
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Lari 40 Meter
bahwa terdapat 2 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 13 siswa dengan hasil
“Kurang”, 32 siswa dengan hasil “Sedang”, 17 siswa dengan hasil “Baik” dan 6
Tabel 14
hasil “Kurang Sekali”, 19% siswa memperoleh hasil “Kurang”, 45% siswa
Gambar 9
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Gantung Siku Tekuk
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Gantung Siku
9% 3% Sangat Kurang
19%
24% Kurang
Sedang
Baik
45%
Baik Sekali
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes baring duduk (30 detik) di ketahui
bahwa terdapat tidak ada siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 1 siswa dengan
hasil “Kurang”, 23 siswa dengan hasil “Sedang”, 35 siswa dengan hasil “Baik”
Tabel 15
memperoleh hasil “Sedang”, 50% siswa memperoleh hasil “Baik”, 16% siswa
Gambar 10
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Baring Duduk (30 detik)
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
0%
1% Sangat Kurang
16%
33% Kurang
Sedang
Baik
50%
Baik Sekali
62
d. Loncat Tegak
terdapat 3 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 26 siswa dengan hasil “Kurang”,
28 siswa dengan hasil “Sedang”, 12 siswa dengan hasil “Baik” dan 1 siswa
Tabel 16
hasil “Kurang Sekali”, 37% siswa memperoleh hasil “Kurang”, 41% siswa
Gambar 11
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Loncat Tegak
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Loncat Tegak
1% 4% Sangat Kurang
17%
Kurang
37%
Sedang
Baik
41%
Baik Sekali
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes lari 600 meter di ketahui bahwa
terdapat 5 siswa dengan hasil “Kurang Sekali”, 33 siswa dengan hasil “Kurang”,
23 siswa dengan hasil “Sedang”, 9 siswa dengan hasil “Baik” dan tidak ada siswa
Tabel 17
hasil “Kurang Sekali”, 47% siswa memperoleh hasil “Kurang”, 33% siswa
Gambar 12
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 600 meter
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Tabel 18
Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani
Siswa Kelas IV. V dan VI SD Negeri Tempelan 2 Blora
Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
22 – 25 Baik Sekali - 0%
18 – 21 Baik 10 14%
14 – 17 Sedang 41 59%
10 – 13 Kurang 19 27%
5–9 Kurang Sekali - 0%
65
Gambar 13
Baik Sekali
0% 14%
27% baik
Sedag
Kurang
59%
Kurang Sekali
Pada bagian ini akan dipaparkan seberapa besar minat siswa terhadap mata
pelajaran pendidikan jasmani. Minat siswa tersebut dinilai dari 2 faktor, yaitu:
faktor intern yang memiliki indikator antara lain (1) Kemampuan (intelegensi)
66
siswa, (2) Perhatian siswa, (3) Sikap siswa, (4) Bakat siswa, dan (5) Motivasi
siswa. Faktor ekstern memiliki indikator antara lain (1) Faktor Keluarga, (2)
Faktor sekolah, dan (3) Faktor masyarakat. Minat siswa terhadap mata pelajaran
Tabel 19
terbukti 77,86% siswa, sikap (attitude) siswa 78,13% siswa, bakat siswa 75%
68
siswa, dan motivasi siswa 79,68% siswa. Sedangkan dari faktor ekstern yang
terdiri dari faktor keluarga dapat dilihat terdapat 42,19% siswa, faktor sekolah
Tabel 20
21 33 47,14 %
Faktor Sekolah 22 39 55,21 %
23 48 68,57 % 68,57%
24 57 81,43 %
Faktor 25 39 55,71 % 63,57%
Masyarakat 26 50 71,43 %
terbukti 80,24% siswa, sikap (attitude) siswa 85,45% siswa, bakat siswa 86,43%
siswa, dan motivasi siswa 86,43% siswa. Sedangkan dari faktor ekstern yang
terdiri dari faktor keluarga dapat dilihat terdapat 57,14% siswa, faktor sekolah
koefisien korelasi dan determinasi. Hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat
N = 64 ∑X2 = 22815
r
xy =
∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
N
1105728 − 1087493
=
(1460160 − 1437601 )(879168 − 822649 )
18235
=
22559 x 56519
18235
=
1275012121
18235
=
35707 ,3119
= 0 ,5107
71
antara Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran
rumus :
a=
∑ Y ∑ X − ∑ X ∑ XY
2
N ∑ X − (∑ X )
2 2
N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
b=
N ∑ X 2 − (∑ X )
2
N = 64 ∑X2 = 22815
a=
(907 )(22815) − (1199)(17277)
64(22815) − (1199)
2
= −0,972
64(17277 ) − (1199)(907 )
b=
64(22815) − (1199)
2
= 0,808
Ŷ = -0,972 + 0,808 X
72
antara tingkat kesegaran jasmani dan minat siswa terhadap mata pelajaran
0,808 untuk setiap unit perubahan yang terjadi pada minat siswa terhadap mata
b{N ∑ XY − ∑ X ∑ Y }
r2 =
N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2
0,808{64(17277 ) − (1199)(907 )}
=
64(13737 ) − (907 )
2
= 0,2608 x100%
= 26,08%
atau sumbangan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Siswa Terhadap Mata
(r2) yaitu 26,08%. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Tingkat Kesegaran
Jasmani siswa kelas unggulan disebabkan oleh pengaruh Minat Siswa Terhadap
73,92% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
73
rxy n − 2
t=
1 − r 2 xy
0.5107 64 − 2
=
1 − 0.261
= 4.677
dapat diartikan sebagai berikut “Apabila t berada pada daerah penerimaan Ho,
yaitu -t(1-1/2a)(n-2) < t < t(1-1/2a)(n-2), berarti bahwa koefisien korelasi tidak
Gambar 14
Daerah Daerah
penolakan penerimaan Daerah
Ho Ho penolakan
Ho
-t(1-α)(n- 2) t(1-α)(n- 2)
74
(64-2) = 62 diperoleh t(0,975)(62) = 2.00. Karena t > t(1-1/2a)(n-2) atau 4,677 > 2,00
berada pada daerah penolakan Ho, berarti bahwa koefisien korelasi ini
signifikan.
Gambar 15
Daerah
Daerah penerimaan Daerah
penolakan Ho penolakan
Ho Ho
koefisien korelasi dan determinasi. Hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat
75
N = 70 ∑X2 = 27855
r
xy =
N∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X 2 −(∑ X )2 }{N ∑Y 2 −(∑Y )2 }
70 (20897 ) − (1381 )(1043 )
=
{70 (27855 ) − (1381 )2 }{70 (15951 ) − (1043 )2 }
1462790 − 1440383
=
(1949850 − 1907161 )(1116570 − 1087849 )
22407
=
42689 x 28721
22407
=
1226070769
22407
=
35015 .293
= 0 ,63992
antara Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran
rumus :
a=
∑ Y ∑ X − ∑ X ∑ XY
2
N ∑ X − (∑ X )
2 2
N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
b=
N ∑ X 2 − (∑ X )
2
N = 70 ∑X2 = 27855
a=
(1043)(27855) − (1381)(20897 )
70(27855) − (1381)
2
= 4.545
70(20897 ) − (1381)(1043)
b=
70(27855) − (1381)
2
= 0.525
Ŷ = 4,545 + 0,525X
antara tingkat kesegaran jasmani dan minat siswa terhadap mata pelajaran
0,525 untuk setiap unit perubahan yang terjadi pada minat siswa terhadap mata
b{N ∑ XY − ∑ X ∑ Y }
r2 =
N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2
0,525{70(20897 ) − (1381)(1043)}
=
70(15951) − (1043)
2
= 0,4095 x100%
= 40,95%
atau sumbangan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Siswa Terhadap Mata
(r2) yaitu 40,95%. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Tingkat Kesegaran
Jasmani siswa kelas biasa disebabkan oleh pengaruh Minat Siswa Terhadap
50,05% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
rxy n − 2
t=
1 − r 2 xy
0.5107 64 − 2
=
1 − 0.261
= 6 . 867
dapat diartikan sebagai berikut “Apabila t berada pada daerah penerimaan Ho,
yaitu -t(1-1/2a)(n-2) < t < t(1-1/2a)(n-2), berarti bahwa koefisien korelasi tidak
Gambar 15
dan dk = (70-2) = 68 diperoleh t(0,975)(62) = 1,99 Karena t > t(1-1/2a)(n-2) atau 6,867
> 1,99 berada pada daerah penolakan Ho, berarti bahwa koefisien korelasi ini
signifikan.
79
4.2. Pembahasan
Kesegaran Jasmani dan Minat Terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Kelas
analisis korelasi yang memperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,5107 dan di
atau 4,677 > 2,00 berada pada daerah penolakan Ho, berarti bahwa koefisien
dimilikinya minat terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani yang tinggi dari
Secara umum dapat dijelaskan bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran
mereka sukai. Seorang yang besar minatnya akan giat berusaha, tampak gigih,
tidak mau menyerah serta giat melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kebugaran
jamaninya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak
tertuju pada mata pelajaran pendidikan jasmani yang akibatnya siswa akan
80
mengalami kesulitan dalam melakukan sesuatu gerakan yang diberikan oleh guru.
sehingga dalam proses belajar siswa dapat memiliki kondisi fisik yang prima,
maka siswa akan lebih mampu melaksanakan kegiatan belajarnya tersebut secara
optimal. Setinggi apapun keinginan siswa untuk belajar, jika tidak didukung oleh
kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani yang baik, maka keinginannya
sebesar 0,640 dan di uji keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji t
Karena t > t(1-1/2a)(n-2) atau 6,867 > 1,99 berada pada daerah penolakan Ho, berarti
terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani yang tinggi dari para siswa akan
mengolah tubuh sehingga kesegaran jasmani atau kondisi fisik dapat terjaga
dengan baik. Seorang siswa yang mempunyai Kesegaran Jasmani yang jelek
akan berpengaruh pada penampilan fisik maupun pikiran yang tidak siap atau
sudah tidak sanggup untuk menerima beban kerja yang berupa aktivitas b elajar,
tugas hariannya dengan baik dan efisien, tanpa kelelahan yang berarti, dan tubuh
melakukan suatu kerja tertentu dengan hasil baik / memuaskan dan tanpa
Selain itu minat juga dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai
tujuan sehingga semakin besar minat siswa terhadap Mata Pelajaran Pendidikan
jasmani yang baik. Semua itu dapat terjadi dikarenakan minat yang tumbuh akan
yang dia ingin ketahui sehingga akan menumbuhkan suatu sikap pada siswa
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:189) yang menyatakan
82
berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negatif terhadap objek
sikap.
83
BAB V
5.1. Simpulan
sebagai berikut.
Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia diketahui bahwa tidak ada siswa
dalam kategori Baik Sekali, 16% siswa kelas unggulan memiliki kategori
Baik, 44% siswa kelas unggulan memiliki kategori Sedang, 27% siswa kelas
unggulan memiliki kategori Kurang, dan 13% siswa kelas unggulan memiliki
2. Hasil Tes Kesegaran Jasmani Kelas IV, V, dan VI Biasa berdasarkan Norma
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia diketahui bahwa tidak ada siswa dalam
kategori Baik Sekali, 14% siswa kelas biasa memiliki kategori Baik, 59%
siswa kelas biasa memiliki kategori Sedang, 27% siswa kelas biasa memiliki
kategori Kurang, dan tidak ada siswa dalam kategori Kurang Sekali.
diperoleh t(0,975)(68) = 1,995. Karena t berada pada daerah penolakan Ho, berarti
5.2. Saran
memperoleh kebugaran jasmani yang dapat lebih cepat membantu siswa dalam
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Ateng. 1992. Asas Dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta :
Pelatihan. Jakarta
Ilmu Pendidikan
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta :
Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta Pusat
Rineka Cipta
Negeri Semarang
Kebudayaan
Bandung : Angkasa
Universitas Terbuka
Toho Cholik dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Yul Iskandar. 2001. Tes bakat, minat, sikap dan personality MMPI-DG, Jakarta