You are on page 1of 14

KEPENDUDUKAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun
1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah
penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau
8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000
atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta
orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara
konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro
Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 :
58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05
tahun (BPS.2000) Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap
sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi
ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio
ketergantungan usia lanjut (old age ratio
dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia
lanjut. Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka
ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi
8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7
orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100
penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia anjut yang berumur 65 tahun ke atas.
Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran
fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-
perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif. Secara umum kondisi fisik seseorang yang
telah memasuki masa lanjut
usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan : (1) perubahan
penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti
sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati, (3) perubahan panca indra : penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan,
kecepatan dan belajar keterampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah
pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas
ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan
sehari-hari. Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan
fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit , karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi pengaruh dari luar. Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) masih
tinggi. SKRT tahun 1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia 55 tahun ke atas sebesar
25,7 persen. Berdasarkan
SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55 tahun 15,1%, dan menurut SKRT 1995
angka kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6 persen ( Wirakartakusumah : 2000) Dalam
penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya Ujung Pandang ditemukan bahwa lanjut
usia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus,
hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja
terganggu (Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi yang dilakukan Lembaga Demografi
Universitas
Indonesia di Kabupaten Bogor tahun 1998, sekitar 74 persen lansia dinyatakan mengidap penyakit
kronis. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia, sehingga
mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (Wirakartakusumah : 2000).
Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan
berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah
diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Datangnya menopause bagi perempuan
www.kotepoke.co.cc
akan menimbulkan perasaan tidak berguna , karena mereka tidak dapat bereproduksi lagi. Inti dari
kewanitaan adalah keberhasilan seorang wanita untuk mengisi peranannya sebagai seorang ibu dan
seorang istri (Saparinah, 1991). Dengan asumsi tersebut menopause merupakan kejadian yang
paling penting dan yang paling banyak menimbulkan permasalahan bagi wanita. Pada umumnya
masalah kesepian adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia. Beberapa
penyebab kesepian antara lain (1) longgarnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-
anak sudah dewasa dan bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau
Rumit (2) Berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktifitas di luar rumah (3) kurangnya
aktifitas sehingga waktu luang bertambah banyak (4) Meninggalnya pasangan hidup (5) Anak-
anak yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi, anak-anak
yang meninggalkan rumah untuk bekerja (5) Anak-anak telah dewasa dan membentuk keluarga
sendiri. Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lanjut
usia. Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis, yang banyak mempengaruhi
kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri. Kondisi kesehatan
mental lanjut usia di Kecamatan Badung Bali menunjukkan bahwa pada umumnya lanjut usia di
daerah tersebut tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, mereka mengeluh mengalami
gangguan tidur. Mereka merasa tidak senang dan bahagia dalam masa tuanya, karena berbagai
kebutuhan hidup dasar tidak terpenuhi, dan merasa sangat sedih, sangat kawatir terhadap keadaan
lingkungannya. Dalam sosialisasi dalam urusan di masyarakat
kurang aktif (Suryani, 1999). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa kondisi
kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia yang lain seperti kondisi
ekonomi, yang menyebabkan orang lanjut usia tidak dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya dan kondisi sosial yang menyebabkan kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia
dengan masyarakat. Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan,
Perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun
menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif. Di sisi lain mereka
dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat
dari sebelumnya, seperti kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara
rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi. Sedangkan
penghasilan mereka antara lain dari pensiun, tabungan, dan bantuan keluarga. Bagi lanjut usia
yang memiliki asset dan tabungan cukup, tidak terlalu banyak masalah. Tetapi bagi lanjut usia yang
tidak memiliki jaminan hari tua dan tidak memiliki aset dan tabungan yang cukup maka pilihan
untuk memperoleh
pendapatan jadi semakin terbatas. Jika tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh mereka
dapatkan dari bantuan keluarga, kerabat atau orang lain. Dengan demikian maka status
ekonomi orang lanjut usia pada umumnya berada dalam lingkungan kemiskinan. Keadaan tersebut
akan mengakibatkan orang lanjut usia tidak mandiri, secara finansial tergantung kepada keluarga
atau masyarakat bahkan pemerintah Banyak lanjut usia dengan sia-sia mencari suatu bentuk
pekerjaan. Upaya untuk mencari pekerjaan setelah pensiun mengalami kesulitan, karena berbagai
lowongan pekerjaan di berbagai media masa selalu menghendaki tenaga kerja dengan pendidikan
tinggi, penampilan menarik, energik, loyalitas tinggi, dan usia maksimal yang dikehendaki pada
umumnya 25 – 30 tahun. Jika hal ini dikaitkan dengan pencari kerja yang sudah lanjut usia yang
pada umumnya berpendidikan rendah, menurut Wirakartakusumah (2000) sekitar 52,5 persen
dari 13,3 juta
Lansia tidak pernah sekolah, tidak tamat SD sekitar 27,8 persen atau 3,7 juta orang ,
sehingga dengan demikian 80 persen lansia berpendidikan SD ke bawah dan tidak memenuhi
beberapa persyaratan yang dikehendaki perusahaan/industri maka membuat tenaga kerja lanjut
usia semakin tersingkir dari dunia kerja yang diharapkan. Kurangnya pasaran kerja, membuat
mereka tidak mampu bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dan berpendidikan.
Disamping itu menurunnya kondisi fisik yang tidak mungkin dapat menyesuaikan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang memegang prinsip efektifitas dan kualitas serta kuantitas yang tinggi

www.kotepoke.co.cc
ikut berpengaruh. Dengan demikian pengangguran lanjut usia akan semakin banyak, dan lanjut usia
semakin berada pada garis kemiskinan dan semakin tergantung pada generasi muda. Di jaman
modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang. Kesibukan yang melanda
kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit
waktu untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi
antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua.
Kondisi perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak
menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya yang dapat
menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat individualisme menyebabkan
kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk merasa tidak aman, kesepian dan
ketakutan.Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui
kondisi lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang
Lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian. Sehubungan dengan
kepentingan tersebut perlu diketahui kondisi lanjut usia yang menyangkut kondisi kesehatan,
kondisi ekonomi, dan kondisi sosial. Dengan mengetahui kondisi-kondisi itu, maka keluarga,
pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan
masalah yang menyebabkan orang lanjut usia tergantung pada orang lain. Jika lanjut usia dapat
mengatasi persoalan hidupnya maka mereka dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya
yaitu tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian angka ratio ketergantungan akan menurun,
sehingga beban pemerintah akan berkurang Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang
telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia
pada umumnya adalah : (1) Menurunnya daya tahan fisik (2) Masa pensiun bagi lanjut usia yang
dahulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil yang menyebabkan menurunya pendapatan dan
hilangnya prestise (3) Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua (5)
Urbanisasi penduduk usia muda yang menyebabkan lanjut usia terlantar, (6) Kurangnya dukungan
dari keluarga lanjut usia (7) Pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup di rumah
sendiri, tinggal bersama dengan anak /menantu, dan tinggal di panti werdha. Dengan
permasalahan yang komplek yang dialami oleh lanjut usia maka peneliti memilih permasalahan
pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial terhadap kemandirian
orang lanjut usia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan-permasalahan lanjut usia tersebut maka rumusan masalah dari
pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial terhadap
kemandirian orang lanjut usia adalah :
1. Apakah faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan kondisi
hubungan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian
orang lanjut usia?
2. Faktor yang manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap
kemandirian orang lanjut usia?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menganalisis pengaruh faktor-faktor kesehatan, ekonomi, dan hubungan
sosial terhadap kemandirian orang lanjut usia
2. Menganalisis faktor yang manakah yang berpengaruh secara dominan
terhadap kemandirian orang lanjut usia.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Mengembangkan penelitian tentang lanjut usia
2 Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi lanjut usia untuk mengatasi
persolan-persoalan hidup lanjut usia agar mereka dapat hidup mandiri.
3 Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pra lansia untuk

www.kotepoke.co.cc
mempersiapkan diri sebelum masa lanjut usia tiba agar mereka bisa
mandiri di usia lanjut
4 Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lanjut usia
berikutnya.

Geografi, Geografi Lingkungan, dan Proses Hidrologis


A. GEOGRAFI LINGKUNGAN DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI

1. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan

Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat berguna untuk


memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi
adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi
dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi
pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang
bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat
peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta,
tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.

Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh
Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan
graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi
atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography
(Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde
(Belanda) dan geographike (Yunani).

Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu
diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan
peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang
lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan.
Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri
disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu
wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip,
dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.

Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne
mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan
kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita
gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.

Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan
sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan
berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.

Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.

www.kotepoke.co.cc
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan
bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.

Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut


penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan
studi yang mempelajari fenomena alam dan
manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan
bumi dengan menggunakan pendekatan
keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Dalam pengertian itu beberapa aspek yang
esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik
antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2)
Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif,
dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3)
cara memadang hubungan itu berisifat
keruangan.

Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi


bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut
ini.

• Where is it?
• Why is it there?
• So what?

Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari


penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa,
kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi,
tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk
menemukan mengapa fenomena itu menyebar
sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya
mencoba untuk menggambarkan terjadinya
distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat
mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.

www.kotepoke.co.cc
Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam
memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi
lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk
memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya,
demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot.
Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi
siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia
untuk campur tangan pada siklus itu.

Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi.
(Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and
human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).

2. Obyek Geografi

Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi


bidang kajiannya.

Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial


dan obyek formal. Obyek material berkaitan
dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan
obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara
pandang) yang digunakan dalam menganalisis
substansi (obyek material) tersebut.

Pada obyek material, antara bidang ilmu yang


satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki
substansi obyek yang sama atau hampir
sama.Obyek material ilmu geografi adalah
fenomena geosfer, yang meliputi litosfer,
hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer.
Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian
bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi,
biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain.
Sebagai contoh obyek material tanah atau
batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian
bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.

Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu


yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat
dilakukan dengan menelaah obyek formalnya.
Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara
pandang) yang digunakan dalam memahami
obyek material. Dalam konteks itu geografi
memilki pendekatan spesifik yang membedakan
dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu
dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial
approach). Selain pendekatan keruangan tersebut
dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan
kelingkungan (ecological approach), dan
pendekatan kompleks wilayah (regional complex
approach).

3. Prinsip Geografi

Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau
masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami
fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat
dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau
permasalahan lain.

Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang
ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda
sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi,
prinsip deskripsi dan prinsip korologi.

www.kotepoke.co.cc
1. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi.
Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak
dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai
disemua sungai atau laut.
2. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang
satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam
dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena
manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian
hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang
demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
3. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam
(lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala
dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik,
diagram, dll.
4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan
deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan
interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala,
kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.

4. Konsep Esensial Geografi

Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu
merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena
esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen
yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.

Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.

Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:

1. bumi sebagai planet


2. variasi cara hidup
3. variasi wilayah alamiah
4. makna wilayah bagi manusia
5. pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia

Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya,
fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep
“variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya
mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-
masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.

Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:

1. wilayah atau regional


2. lapisan hidup atau biosfer
3. manusia sebagai faktor ekologi dominan
4. globalisme atau bumi sebagai planet
5. interaksi keruangan
6. hubungan areal
7. persamaan areal
8. perbedaan areal
9. keunikan areal
10. persebaran areal
11. lokasi relatif
12. keunggulan komparatif
13. perubahan yang terus menerus
14. sumberdaya dibatasi secara budaya
15. bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta

Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah
yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap

www.kotepoke.co.cc
sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari
kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan
gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif
pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya,
maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun
suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi.

5. Ruang Lingkup Geografi

Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis
persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.

Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik
antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan
dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi
perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan
aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-
prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis
hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan
arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi
dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga
terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.

Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan


geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk
pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where?
Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat
menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu
sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan
interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.

6. Hakekat Geografi

Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi.
Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu,
sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang
terbentuk oleh aktivitas manusia.

Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh
manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat
itu penting artinya bagi kehidupan manusia.

Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan
bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia.
gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan
interaksinya.

Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan.
Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor
alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang
bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama
geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.

7. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi

Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia,
dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang
geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-
cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.

Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:

www.kotepoke.co.cc
1. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
2. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
3. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
4. Antropogeografi yang mempelajari manusia.

Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:

1. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi,
geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
2. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi
kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi
politik
3. Geografi regional

Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi.
Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam
geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia.
Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
2. Geografi Manusia
a. Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan
manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas
manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas
budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi
dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi
permukiman dan geografi sosial.
b. Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya
keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis
kelamin penduduk dari suatu wilayah.
c. Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa
struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan
struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan,
transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan
alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi
penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi
perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.
d. Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah
aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan
internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik,
lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan
kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek
politik, aspek hubungan regional, dan internasional.
e. Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan
perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas
adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor
apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
3. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam
(lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan
manusia dalam suatu ruang tertentu.

Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji
aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi
manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati
dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan. Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan
merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada
hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah
tersebut.

8. Pendekatan-Pendekatan Geografi

Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan


pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada
dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:

1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere,
hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan

www.kotepoke.co.cc
2. pendekatan geografi

Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu
lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada
pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:

1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan, dan
3. pendekatan kompleks wilayah

Geografi, Geografi Lingkungan, dan Proses Hidrologis


a. Pendekatan Keruangan.

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi
ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial
structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur
keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat
disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line
features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).

Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen
pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1. What? Struktur ruang apa itu?


2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur

Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif
dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.

Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal
memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey,
1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern
untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).

Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon);
kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi
panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu
disertakan dalam setiap analisisnya.

Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu
analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam
hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang

www.kotepoke.co.cc
dipelajari.

Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.

“....belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto
Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?

Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah
hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan
hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di
kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan
kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya
curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona
tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya.
Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.

Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu
dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang
berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya,
pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi
antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.

b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).

Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi

ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada.
Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup
dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput
fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide
dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.

Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi
memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena
environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan
kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu
lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan.
Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.

Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik
tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan.
Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.

Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan
variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam
pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.

Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.

Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan
pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di
lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam,
termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2)
mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3)
mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam,
irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.

Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami
fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga

www.kotepoke.co.cc
pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.

c. Pendekatan Kompleks Wilayah

Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu
terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu,
setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu
ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan
kompleks pula.

Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks
wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua.
Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal.
Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat
vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah,
sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.

Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan
masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu
dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama


2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota

9. Paradigma dalam Geografi

Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya
tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan
dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga
diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya
yang dianut warga suatu komunitas tertentu.

Menurut Harvey dan Holly pengertian paradigma dibedakan atas tiga macam pengertian yaitu:

1. Paradigma Metafisika atau metaparadigm yang menggambarkan pandangan secara global


keseluruhan sebuah ilmu, dimana mempunyai fungsi dasar yaitu, menetapkan apa saja yang
sebenarnya (dan yang bukan ) menjadi urusan masyarakat ilmiah tertentu, memberi petunjuk kepada
ilmuwan kearah mana melihat (dan arah mana yang tidak usah dilihat) agar menemukan apa-apa
yang sebenarnya menjadi urusannya, serta memberi petunjuk kepada ilmuwan apa yang dapat
diharapkan untuk ditemukan jika ia mendapatkan dan menyelidiki apa-apa yang sebenarnya menjadi
urusan dalam bidang ilmunya.Paradigma ini mencakup wilayah konsensus paling luas dalam suatu
disiplin dan menetapkan bagian-bagian wilayah penelitian.
2. Paradigma Sosiologis, pengertiannya hanya terbatas pada keberhasilan ilmiah yang konkret yang
mendapat pengakuan secara universal.
3. Paradigma Artefak atau Construct paradigm mengandung artian paling sempit, yang dapat berarti
apa-apa yang secara khas (spesifik) termuat dalam suatu buku, instrumen ataupun hasil karya
pengetahuan klasik. Secara konseptual paradigma Artefak ada dalam lingkup cakupan paradigma
Sosiologis, dan paradigma Sosiologis ada dalam lingkup cakupan Metaparadigm.

Dari segi ini ternyata geografi sosial sebagai ilmu telah mengalami berbagai periode perkembangannya. Masing-
masing periode menunjukkan kesamaan karakter persepsi terhadap apa yang disebut sebagai suatu Paradigma.

Contoh paradigma dalam geografi sosial antara lain yaitu :

1. Paradigma Determinisme lingkungan yang dikembangkan oleh Ratzel


2. Paradigma atau faham Posibilitis sekaligus sebagai salah satu pengembang paradigma regional yang
dikembangkan oleh Vidal
3. Paradigma Bentang alam budaya yang juga menerapkan pendekatan kesejahteraan yang
dikembangkan oleh Saver
4. Paradigma Regional di Amerika yang dikembangkan oleh Hatshorne

www.kotepoke.co.cc
5. Paradigma Keruangan yang dikembangkan oleh Schaefer yang merupakan penganut positivisme ilmu

Sebenarnya perkembangan keilmuan yang terjadi pada ilmu pengetahuan bersifat evolutif dan berjalan melalui
kurun waktu yang relatif panjang sehingga perkembangan-perkembangan yang telah berkembang sebelumnya,
sejalan dengan perkembangan kualitas ilmu pengetahuan beserta alat-alat bantu penelitian dan analisisnya.

10. Periode Perkembangan Paradigma-paradigma Tradisional

Pada masa paradigma tradisional muncul 3 macam paradigma dalam studi geografi. Secara garis besarnya
dimulai sebelum tahun 1960-an, antara lain:

1. Paradigma Eksplorasi
2. Paradigma Environmentalisme
3. Paradigma Regionalisme

Masing-masing paradigma ini menunjukkan sifat-sifatnya sendiri dan produknya yang merupakan pencerminan
perkembangan suatu tuntutan kehidupan serta pencerminan perkembangan teknologi penelitian serta analisis
yang ada.

a. Paradigma eksplorasi

Menunjukkan proses perkembangan awal dari pada “geographical thought” yang pernah dikenal arsipnya.
Kekuasaan paradigma ekplorasi ini terlihat dari upaya pemetaan-pemetaan, penggambaran-penggambaran
tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta baru yang belum banyak
diketahui dan pengumpulan tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta
dasar yang berhubungan dengan daerah-daerah baru. Dari kegiatan inilah kemudian muncul tulisan-tulisan
atau gambaran-gambaran, peta-peta daerah baru yang sangat menarik dan menumbuhkan motivasi yang kuat
bagi para peneliti untuk lebih menyempurnakan produk yang sudah ada, baik berupa tulisan maupun peta-
petanya.

Penemuan-penemuan daerah baru yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat barat mulai
bermunculan pada saat itu. Sifat dari pada produk yang dihasilkan berupa deskriptif dan klasifikasi daerah baru
beserta fakta-fakta lapangannya. Suatu hal yang mencolok adalah sangat terbatasnya latar belakang teoritis
yang mendasari penelitian-penelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya ada beberapa pihak yang
menganggap bahwa untuk menyebut perkembangan “geographical thought” atau pikiran/ gagasan secara
geografi sebagai suatu deskripsi sederhana tentang apa yang diketahui dan dihasilkan dari pengaturan
(ordering) dan klasifikasi (classification) data yang masih sangat sederhana.

b. Paradigma Environmentalisme

Paradigma ini muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode terdahulu. Pentingnya sajian yang lebih
akurat dan detail telah menuntut peneliti-peneliti pada masa ini untuk melakukan pengukuran-pengukuran lebih
mendalam lagi mengenai elemen-elemen lingkungan fisik dimana kehidupan manusia berlangsung. Paradigma
ini terlihat mencuat pada akhir abad sembilan belas, dimana pendapat mengenai peranan yang besar dari
“lingkungan fisik” terhadap pola-pola kegiatan manusia di permukaan bumi bergaung begitu lantang
(geographical determinism). Bahkan, sampai pertengahan abad dua puluh saja, ide-ide ini masih terasa
gemanya.

Bentuk-bentuk analisis morfometrik dan analisis sebab-akibat mulai banyak dilakukan. Dalam beberapa hal
“morphometric analysis” pada taraf mula ini berakar pada “cognitive description”dimana pengembangan sistem
geometris, keruangan dan koordinat yang dikerjakan telah membuahkan sistematisasi dan klasifikasi data yang
lebih lengkap, akurat dibandingkan dengan tehnik-tehnik terdahulu.

Muncul analisis newtwork untuk mempelajari pola dan bentuk-bentuk kota misalnya, merupakan salah satu
contohnya dan kemudian sampai batas-batas tertentu dapat digunakan untuk membuat prediksi (model-model
prediksi)dan simulasi. Untuk ini, karya Walter Christaller (1993) merupakan contoh yang baik. Upaya untuk
menjelaskan terkondisinya fenomena-fenomena tertentu, khususnya “human phenomena” oleh elemen-elemen
lingkungan fisik mulai dikerjakan lebih baik dan sistematik. Akar daripada latar belakang analisis hubungan
antara manusia dan lingkungan alam bermulai disini.

Perkembangannya kemudian nampak bahwa analisis hubungan antara manusia dengan lingkungan alam telah
memunculkan bentuk-bentuk lain di dalam menempatkan manusia pada ekosistem. Manusia tidak lagi
sepenuhnya didekte oleh lingkungan alam tetapi manusia mempunyai peranan yang lebih besar lagi di dalam

www.kotepoke.co.cc
menentukan bentuk-bentuk kegiatannya di permukaan bumi (geographical possibilism dan probabilism).

c. Paradigma Regionalisme

Perkembangan terakhir dari periode paradigma tradisional adalah paradigma Regionalisme. Disini nampak
unsur “fact finding tradition of exploration” di satu sisi dan upaya memunculkan sistesis hubungan manusia dan
lingkungannya di sisi lain nampak mewarnai paradigma ini. Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar
pengenalan ruang yang lebih detail.

Wilayah ditinjau dari segi tipenya (formal and functional regions) wilayah ditinjau dari segi hirarkinya (the 1st
order, the 2nd order, the3rd order, etc. Regions) dan wilayah ditinjau dari segi kategorinya (single topic, duoble
topic, combine topic, multiple topic, total, regions) adalah beberapa contoh konsep-konsep yang muncul sejalan
dengan berkembangnya paradigma regionalisme ini, dalam membantu analisis. Disamping itu “temporal
analysis” sebagai salah satu bentuk “causal analysis” berkembang pula pada periode ini (Rostow, 1960; Harvey,
1969).

12. Periode Perkembangan Paradigma-Paradigma Kontemporer

Pada masa ini mulai terjadi perkembangan baru di bidang metode analisis kuantitatif dan “model building”.
Perkembangan paradigma geografi pada msa ini juga disebut sebagai periode paradigma analisis keruangan
(the spatial analysis paradigm). Coffey (1981) mengemukakan tentang ciri-ciri paradigma geografi kontemporer
antara lain yaitu adanya sinyalemen bahwa salah satu ciri daripada geografi kontemporer adalah adanya
kecenderungan spesialisasi yang dikhawatirkan akan menjauh dari fitrah geografi sendiri. Hal ini ternyata
sejalan dengan apa yang masing-masing spesialisasi ini menjadi sedemikian terpisah atau salah satu sama lain
sehingga hubungan intelektualnya pudar.

Kemudian dikemukakan pula bahwa untuk mengatasi agar bahaya yang disinyalir oleh para pakar mengenai
pudarnya fitrah geografi adalah dengan pendekatan sistem, khususnya spatial system approach. Untuk sampai
ke arah ini, dengan sendirinya pengetahuan dasar mengenai sistem sendiri harus dimiliki oleh mahasiswa
geografi. Pada masa ini functional analysis, ecological analysis dan system analysis berkembang dengan baik
pula sejalan dengan inovasi daripada teknik-teknik dan metode analisis (Holt-Jensen, 1980).

Ide untuk kembali ke fitrah geografi memang berulang-ulang didengungkan oleh para pakar. Hal ini memang
wajar sekali karena telah disinyalir munculnya penyimpangan-penyimpangan yang dianggap mengaburkan ciri
khas geografi itu sendiri. Selama perkembangannya, ada dua gerakan munculnya ide sintesis ini. Gerakan
pertama kali dikemukakan oleh Ritter dimana studi Geografi tidak lain dianggap sebagai suatu “regional
synthesis”. Semua fenomena dianggap berhubungan satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peranannya yang khas dalam satu perangkat sistem. Untuk itulah geografiwan harus mempelajari sintesis
daripada gejala-gejala yang ada pada suatu wilayah dan yang mengungkapkan apa yang disebut sebagai
“wholeness”. Ide pendekatan sistem memang tidak dapat dipisahkan dari pemikiran-pemikiran ini.

Konsep sintesis baru dikemukakan oleh Peter Haggett (1975) di dalam karyanya yang berjudul “Geography : A
Modern Synthesis”. Sintesis baru ini berusaha merangkum beberapa pendekatan terdahulu sampai saat ini
dengan memberi warna yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan di bidang teknologi.

13. Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi

Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode
pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi
dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan
kewilayahan.

1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan
ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri
dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi,
fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu
ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan,
interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara
pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.

Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan

www.kotepoke.co.cc

You might also like