Professional Documents
Culture Documents
www.kotepoke.co.cc
ikut berpengaruh. Dengan demikian pengangguran lanjut usia akan semakin banyak, dan lanjut usia
semakin berada pada garis kemiskinan dan semakin tergantung pada generasi muda. Di jaman
modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang. Kesibukan yang melanda
kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit
waktu untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi
antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua.
Kondisi perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak
menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya yang dapat
menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat individualisme menyebabkan
kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk merasa tidak aman, kesepian dan
ketakutan.Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui
kondisi lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang
Lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian. Sehubungan dengan
kepentingan tersebut perlu diketahui kondisi lanjut usia yang menyangkut kondisi kesehatan,
kondisi ekonomi, dan kondisi sosial. Dengan mengetahui kondisi-kondisi itu, maka keluarga,
pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan
masalah yang menyebabkan orang lanjut usia tergantung pada orang lain. Jika lanjut usia dapat
mengatasi persoalan hidupnya maka mereka dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya
yaitu tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian angka ratio ketergantungan akan menurun,
sehingga beban pemerintah akan berkurang Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang
telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia
pada umumnya adalah : (1) Menurunnya daya tahan fisik (2) Masa pensiun bagi lanjut usia yang
dahulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil yang menyebabkan menurunya pendapatan dan
hilangnya prestise (3) Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua (5)
Urbanisasi penduduk usia muda yang menyebabkan lanjut usia terlantar, (6) Kurangnya dukungan
dari keluarga lanjut usia (7) Pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup di rumah
sendiri, tinggal bersama dengan anak /menantu, dan tinggal di panti werdha. Dengan
permasalahan yang komplek yang dialami oleh lanjut usia maka peneliti memilih permasalahan
pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial terhadap kemandirian
orang lanjut usia.
www.kotepoke.co.cc
mempersiapkan diri sebelum masa lanjut usia tiba agar mereka bisa
mandiri di usia lanjut
4 Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lanjut usia
berikutnya.
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh
Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan
graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi
atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography
(Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde
(Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu
diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan
peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang
lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan.
Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri
disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu
wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip,
dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne
mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan
kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita
gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan
sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan
berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
www.kotepoke.co.cc
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan
bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
• Where is it?
• Why is it there?
• So what?
www.kotepoke.co.cc
Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam
memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi
lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk
memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya,
demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot.
Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi
siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia
untuk campur tangan pada siklus itu.
Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi.
(Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and
human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).
2. Obyek Geografi
3. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau
masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami
fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat
dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau
permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang
ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda
sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi,
prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
www.kotepoke.co.cc
1. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi.
Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak
dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai
disemua sungai atau laut.
2. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang
satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam
dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena
manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian
hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang
demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
3. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam
(lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala
dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik,
diagram, dll.
4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan
deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan
interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala,
kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu
merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena
esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen
yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya,
fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep
“variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya
mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-
masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah
yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap
www.kotepoke.co.cc
sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari
kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan
gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif
pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya,
maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun
suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi.
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis
persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik
antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan
dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi
perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan
aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-
prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis
hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan
arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi
dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga
terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.
6. Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi.
Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu,
sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang
terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh
manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat
itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan
bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia.
gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan
interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan.
Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor
alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang
bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama
geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia,
dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang
geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-
cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
www.kotepoke.co.cc
1. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
2. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
3. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
4. Antropogeografi yang mempelajari manusia.
1. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi,
geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
2. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi
kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi
politik
3. Geografi regional
1. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi.
Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam
geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia.
Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
2. Geografi Manusia
a. Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan
manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas
manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas
budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi
dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi
permukiman dan geografi sosial.
b. Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya
keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis
kelamin penduduk dari suatu wilayah.
c. Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa
struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan
struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan,
transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan
alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi
penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi
perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.
d. Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah
aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan
internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik,
lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan
kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek
politik, aspek hubungan regional, dan internasional.
e. Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan
perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas
adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor
apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
3. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam
(lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan
manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji
aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi
manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati
dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan. Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan
merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada
hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah
tersebut.
8. Pendekatan-Pendekatan Geografi
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere,
hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
www.kotepoke.co.cc
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu
lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada
pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan, dan
3. pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi
ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial
structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur
keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat
disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line
features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen
pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif
dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal
memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey,
1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern
untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon);
kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi
panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu
disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu
analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam
hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
www.kotepoke.co.cc
dipelajari.
“....belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto
Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah
hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan
hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di
kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan
kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya
curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona
tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya.
Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu
dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang
berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya,
pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi
antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.
ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada.
Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup
dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput
fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide
dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi
memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena
environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan
kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu
lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan.
Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik
tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan.
Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan
variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam
pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan
pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di
lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam,
termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2)
mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3)
mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam,
irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami
fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga
www.kotepoke.co.cc
pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu
terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu,
setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu
ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan
kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks
wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua.
Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal.
Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat
vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah,
sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan
masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu
dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya
tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan
dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga
diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya
yang dianut warga suatu komunitas tertentu.
Menurut Harvey dan Holly pengertian paradigma dibedakan atas tiga macam pengertian yaitu:
Dari segi ini ternyata geografi sosial sebagai ilmu telah mengalami berbagai periode perkembangannya. Masing-
masing periode menunjukkan kesamaan karakter persepsi terhadap apa yang disebut sebagai suatu Paradigma.
www.kotepoke.co.cc
5. Paradigma Keruangan yang dikembangkan oleh Schaefer yang merupakan penganut positivisme ilmu
Sebenarnya perkembangan keilmuan yang terjadi pada ilmu pengetahuan bersifat evolutif dan berjalan melalui
kurun waktu yang relatif panjang sehingga perkembangan-perkembangan yang telah berkembang sebelumnya,
sejalan dengan perkembangan kualitas ilmu pengetahuan beserta alat-alat bantu penelitian dan analisisnya.
Pada masa paradigma tradisional muncul 3 macam paradigma dalam studi geografi. Secara garis besarnya
dimulai sebelum tahun 1960-an, antara lain:
1. Paradigma Eksplorasi
2. Paradigma Environmentalisme
3. Paradigma Regionalisme
Masing-masing paradigma ini menunjukkan sifat-sifatnya sendiri dan produknya yang merupakan pencerminan
perkembangan suatu tuntutan kehidupan serta pencerminan perkembangan teknologi penelitian serta analisis
yang ada.
a. Paradigma eksplorasi
Menunjukkan proses perkembangan awal dari pada “geographical thought” yang pernah dikenal arsipnya.
Kekuasaan paradigma ekplorasi ini terlihat dari upaya pemetaan-pemetaan, penggambaran-penggambaran
tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta baru yang belum banyak
diketahui dan pengumpulan tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta
dasar yang berhubungan dengan daerah-daerah baru. Dari kegiatan inilah kemudian muncul tulisan-tulisan
atau gambaran-gambaran, peta-peta daerah baru yang sangat menarik dan menumbuhkan motivasi yang kuat
bagi para peneliti untuk lebih menyempurnakan produk yang sudah ada, baik berupa tulisan maupun peta-
petanya.
Penemuan-penemuan daerah baru yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat barat mulai
bermunculan pada saat itu. Sifat dari pada produk yang dihasilkan berupa deskriptif dan klasifikasi daerah baru
beserta fakta-fakta lapangannya. Suatu hal yang mencolok adalah sangat terbatasnya latar belakang teoritis
yang mendasari penelitian-penelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya ada beberapa pihak yang
menganggap bahwa untuk menyebut perkembangan “geographical thought” atau pikiran/ gagasan secara
geografi sebagai suatu deskripsi sederhana tentang apa yang diketahui dan dihasilkan dari pengaturan
(ordering) dan klasifikasi (classification) data yang masih sangat sederhana.
b. Paradigma Environmentalisme
Paradigma ini muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode terdahulu. Pentingnya sajian yang lebih
akurat dan detail telah menuntut peneliti-peneliti pada masa ini untuk melakukan pengukuran-pengukuran lebih
mendalam lagi mengenai elemen-elemen lingkungan fisik dimana kehidupan manusia berlangsung. Paradigma
ini terlihat mencuat pada akhir abad sembilan belas, dimana pendapat mengenai peranan yang besar dari
“lingkungan fisik” terhadap pola-pola kegiatan manusia di permukaan bumi bergaung begitu lantang
(geographical determinism). Bahkan, sampai pertengahan abad dua puluh saja, ide-ide ini masih terasa
gemanya.
Bentuk-bentuk analisis morfometrik dan analisis sebab-akibat mulai banyak dilakukan. Dalam beberapa hal
“morphometric analysis” pada taraf mula ini berakar pada “cognitive description”dimana pengembangan sistem
geometris, keruangan dan koordinat yang dikerjakan telah membuahkan sistematisasi dan klasifikasi data yang
lebih lengkap, akurat dibandingkan dengan tehnik-tehnik terdahulu.
Muncul analisis newtwork untuk mempelajari pola dan bentuk-bentuk kota misalnya, merupakan salah satu
contohnya dan kemudian sampai batas-batas tertentu dapat digunakan untuk membuat prediksi (model-model
prediksi)dan simulasi. Untuk ini, karya Walter Christaller (1993) merupakan contoh yang baik. Upaya untuk
menjelaskan terkondisinya fenomena-fenomena tertentu, khususnya “human phenomena” oleh elemen-elemen
lingkungan fisik mulai dikerjakan lebih baik dan sistematik. Akar daripada latar belakang analisis hubungan
antara manusia dan lingkungan alam bermulai disini.
Perkembangannya kemudian nampak bahwa analisis hubungan antara manusia dengan lingkungan alam telah
memunculkan bentuk-bentuk lain di dalam menempatkan manusia pada ekosistem. Manusia tidak lagi
sepenuhnya didekte oleh lingkungan alam tetapi manusia mempunyai peranan yang lebih besar lagi di dalam
www.kotepoke.co.cc
menentukan bentuk-bentuk kegiatannya di permukaan bumi (geographical possibilism dan probabilism).
c. Paradigma Regionalisme
Perkembangan terakhir dari periode paradigma tradisional adalah paradigma Regionalisme. Disini nampak
unsur “fact finding tradition of exploration” di satu sisi dan upaya memunculkan sistesis hubungan manusia dan
lingkungannya di sisi lain nampak mewarnai paradigma ini. Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar
pengenalan ruang yang lebih detail.
Wilayah ditinjau dari segi tipenya (formal and functional regions) wilayah ditinjau dari segi hirarkinya (the 1st
order, the 2nd order, the3rd order, etc. Regions) dan wilayah ditinjau dari segi kategorinya (single topic, duoble
topic, combine topic, multiple topic, total, regions) adalah beberapa contoh konsep-konsep yang muncul sejalan
dengan berkembangnya paradigma regionalisme ini, dalam membantu analisis. Disamping itu “temporal
analysis” sebagai salah satu bentuk “causal analysis” berkembang pula pada periode ini (Rostow, 1960; Harvey,
1969).
Pada masa ini mulai terjadi perkembangan baru di bidang metode analisis kuantitatif dan “model building”.
Perkembangan paradigma geografi pada msa ini juga disebut sebagai periode paradigma analisis keruangan
(the spatial analysis paradigm). Coffey (1981) mengemukakan tentang ciri-ciri paradigma geografi kontemporer
antara lain yaitu adanya sinyalemen bahwa salah satu ciri daripada geografi kontemporer adalah adanya
kecenderungan spesialisasi yang dikhawatirkan akan menjauh dari fitrah geografi sendiri. Hal ini ternyata
sejalan dengan apa yang masing-masing spesialisasi ini menjadi sedemikian terpisah atau salah satu sama lain
sehingga hubungan intelektualnya pudar.
Kemudian dikemukakan pula bahwa untuk mengatasi agar bahaya yang disinyalir oleh para pakar mengenai
pudarnya fitrah geografi adalah dengan pendekatan sistem, khususnya spatial system approach. Untuk sampai
ke arah ini, dengan sendirinya pengetahuan dasar mengenai sistem sendiri harus dimiliki oleh mahasiswa
geografi. Pada masa ini functional analysis, ecological analysis dan system analysis berkembang dengan baik
pula sejalan dengan inovasi daripada teknik-teknik dan metode analisis (Holt-Jensen, 1980).
Ide untuk kembali ke fitrah geografi memang berulang-ulang didengungkan oleh para pakar. Hal ini memang
wajar sekali karena telah disinyalir munculnya penyimpangan-penyimpangan yang dianggap mengaburkan ciri
khas geografi itu sendiri. Selama perkembangannya, ada dua gerakan munculnya ide sintesis ini. Gerakan
pertama kali dikemukakan oleh Ritter dimana studi Geografi tidak lain dianggap sebagai suatu “regional
synthesis”. Semua fenomena dianggap berhubungan satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peranannya yang khas dalam satu perangkat sistem. Untuk itulah geografiwan harus mempelajari sintesis
daripada gejala-gejala yang ada pada suatu wilayah dan yang mengungkapkan apa yang disebut sebagai
“wholeness”. Ide pendekatan sistem memang tidak dapat dipisahkan dari pemikiran-pemikiran ini.
Konsep sintesis baru dikemukakan oleh Peter Haggett (1975) di dalam karyanya yang berjudul “Geography : A
Modern Synthesis”. Sintesis baru ini berusaha merangkum beberapa pendekatan terdahulu sampai saat ini
dengan memberi warna yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan di bidang teknologi.
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode
pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi
dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan
kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan
ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri
dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi,
fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu
ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan,
interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara
pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan
www.kotepoke.co.cc