Pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan tekhnologi yang menggunakan unsur
radioaktif sebagai bahan bakar yaitu Uranium dan Plutonium untuk memproduksi energi listrik, dengan menggunakan proses fusi dan fisi. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan di peroleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik (www.wikipedia.com / Pembangkit _Listrik_Tenaga_Nuklir). Secara alami, uranium yang dijumpai di deposit uranium di alam dapat berbentuk Uranium-235 (U-235) yang bersifat radiatif (tidak stabil) dan U-238 yang stabil. Agar bisa digunakan dalam reaktor, uranium tersebut harus mengalami proses ”pengayaan”, yang artinya sejumlah uranium tersebut mengalami proses penambahan persentase unsur U-235 yang bersifat radiatif dan U-235 perlu dipisahkan dari U-238. Energi yang dihasilkan dari proses fisi ini digunakan untuk memanaskan air agar menjadi uap air. Pada tahap ini, fungsi pembangkit listrik tenaga nuklir sesungguhnya sama saja dengan pembangkit listrik tradisional yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti minyak, atau batu bara. Tenaga yang dihasilkan oleh uap air untuk menggerakkan turbin, yang kemudian menberikan tenaga ke suatu generator guna menghasilkan listrik. Semua reaktor nuklir yang menggunakan uap air sebagai penggerak turbin bekerja dengan prinsip serupa. (www.wikipwdia.com/ nuklir_dan_komik_Nuklir.htm). Dalam menggerakkan tenaga nuklir saat ini hanya digunakan proses fisi (pembelahan) padahal proses fusi lebih menguntungkan karena Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun demikian, saat ini masih terdapat kendala-kendala bidang keilmuan, teknik dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik (Angga Reza Fardana dkk. 2008). Ini dikarenakan, pada reaksi fusi mengeluarkan panas yang besar sehingga tempat saluran fluida radioaktif akan meleleh karena tidak sanggup menahan panas yang di keluarkan dari proses fusi. Seperti yang diungkap oleh Angga Reza Fardana dalam Energi Nuklir mengatakan pemanfaatan energi nuklir melalui reaksi fusi (penggabungan) yang panasnya jauh lebih besar dari pada reaksi fissi, sampai saat ini masih dalam taraf penelitian mengingat belum ditemukan bahan yang tahan terhadap tekanan tingi dan juga suhu tinggi dengan orde ratusan ribu derajat Celsius. Kemudian fisi nuklir adalah proses pembelahan inti menjadi bagian-bagian yang hampir setara, dan melepaskan energi dan neutron dalam prosesnya. (www.wikipedia.com/tekhnologi _nuklir). Tenaga nuklir dapat menghasilkan energi yang sangat besar dan memiliki jangka waktu yang lama untuk habis. Reaksi fusi dan fisi dibuat dalam reaktor nuklir, Reaktor nuklir adalah tempat/perangkat dimana reaksi nuklir berantai dibuat, diatur dan dijaga kesinambungannya pada laju yang tetap (berlawanan dengan bom nuklir, dimana reaksi berantai terjadi pada orde pecahan detik, reaksi ini tidak terkontrol) (www.wikipedia.com/Reaktor_nuklir). Reaktor nuklir digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Reaktor penelitian digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk penelitian. Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk memproduksi plutonium sebagai bahan senjata nuklir. Tenaga nuklir ramah lingkungan, dalam Ketentuan mengenai upaya untuk mengurangi pemanasan global telah diatur di dalam Protokol Kyoto (tahun 1997), suatu protokol yang mengikat negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya sebesar rata-rata 5,2 persen dari tingkat emisinya di tahun 1990. Negara maju yang telah meratifikasi protokol tersebut akan terikat oleh kewajiban untuk mengurangi emisi di dalam negerinya. Menurut Nuclear Energy Institute (NEI) di Amerika Serikat, pembangkit listrik tenaga nuklir dapat mengurangi 155 juta ton metrik CO2 yang sedianya akan dihasilkan oleh pembangkit tenaga bahan bakar fosil (minyak dan batubara). Lebih lanjut, NEI juga memprediksikan bahwa dengan mempertahankan pembangkit listrik tenaga nuklir yang ada saat ini dapat menyebabkan hilangnya 59 juta metrik ton CO2 pada tahun 2020. Tenaga Nuklir juga menghasilkan energi listrik yang besar, setiap pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 Mwe(www.wikipedia.com/ Pembangkit_listrik_tenaga _nuklir). Hingga tahun 2005 terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia, dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia. Namun nuklir juga mengeluarkan radiasi yang membahayakan manusia, Radiasi adalah energi yang berjalan dalam bentuk gelombang. Radiasi pengion menghasilkan reaksi kimia yang tidak bisa diprediksi, termasuk gelombang elektromagnetik dan juga partikel.(www.greenpeace.com/Fakta tentang_nuklir). Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium, atau mendengar radiasi pengion. Ada sumber radiasi pengion alami yang tidak bisa dihindari. Radiasi ini disebutkan ”radiasi latar belakang” atau background radiation. Selain radiasi alam ini, ada juga radiasi yang diciptakan manusia, untuk tujuan masing-masing, seperti medis, pangan, senjata, dan energi. Tetapi, paparan keradiasian yang diciptakan manusia itu loh yang bisa mengawatirkan bagi manusia sendiri dan lingkungan hidup, karena dikaitkan dengan mutasi gen, kelainan lahir, kanker, leukemia, kelainan reproduksi, imunitas, kardiovaskuler, dan sistem endokrin. Radiasi menyebabkan terionisasi atau tereksitasinya atom dan molekul sel di dalam jaringan tubuh(Badan Tenaga Nuklir Nasional). Apabila molekul pecah atau terdisosiasi karenanya, akan terbentuk fragment berupa radikal bebas dan ion, yang secara kimia tidak stabil. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah dapat bereaksi atau mengoksidasi atom lain dalam suatu sel jaringan yang menyebabkan sel menjadi rusak. Tingkat kerusakan sel yang terjadi sebanding dengan besarnya radiasi. Sel jaringan bisa rusak karena dosis yang rendah sekalipun, sebagaimana kita setiap hari menerima radiasi rendah dari sumber radiasi alam, untungnya sel jaringan memiliki kemampuan memperbaiki dirinya secara alamiah dan cepat. Tidak ada risiko karena matinya sel-sel jaringan tubuh, walaupun setiap hari jutaan sel di tubuh kita mati karena berbagai hal, akan tetapi tubuh kita dapat menggantinya dengan cepat. Yang perlu mendapat perhatian adalah apabila terjadi kerusaan sel yang menyebabkan pertumbuhan sel abnormal. Pada kondisi sel rusak yang tumbuh secara abnormal dapat menjadi apa yang kita kenal sebagai kanker. Hal inilah yang menjadi dasar meningkatnya risiko kanker karena terpapari dengan radiasi pengion, baik dari radiasi alam maupun buatan. Setiap tahapan siklus produksi bahan bakar nuklir, mulai dari penambangan uranium dan pengayaannya, operasional reaktor, dan proses penggunaan bahan bakar nuklir-- menghasilkan limbah nuklir. Penonaktifan dan pembongkaran fasilitas nuklir (decomissioning) juga menghasilkan limbah radioaktif dalam jumlah besar. Banyak lokasi nuklir di dunia ini yang masih perlu proses monitoring dan pengamanan walaupun sudah tidak aktif. Sebagian besar limbah nuklir akan tetap berbahaya sampai ratusan ribu tahun, meninggalkan warisan yang mematikan bagi generasi yang akan datang (www.greenpeace.com/Fakta_tentang _Nuklir). Kemudian pengolahan limbah pun juga dapat menghasilkan dampak yang berbahaya bagi lingkungan, Sebagian dari bahan bakar nuklir yang terpakai diproses kembali, yang artinya plutonium dan uranium yang tak terpakai dipisahkan dari limbah, dengan maksud untuk dipergunakan kembali dalam PLTN. Bahan bakar yang dihasilkan dari pemrosesan kembali biasanya dicampur dengan bahan bakar uranium biasa, menjadi sekitar 30% plutonium dan 70% uranium yang diperkaya (www.greenpeace.com/ Fakta_tentang_nuklir), namun menurut aktivis greenpeace bahwa menyesatkan. “Pengolahan kembali” bahan bakar uranium yang terpakai justru menghasilkan lebih banyak limbah berbahaya. Tempat-tempat pengolahan kembali nuklir mengeluarkan jumlah besar limbah radioaktif setiap harinya dengan dampak lingkungan serius.