Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Untuk pembahasan lebih lanjut kita harus memahani istilah – istilah sebagai
berikut:
1. Pengertian Supervisi
Sebagaimana telah diketahui bahwa tidak ada dua orang yang sama, apa
lagi lebih dan dua orang, maka dapat dimakiumi bahwa rumusan tentang apa
yang di maksud dengan supervisi berbeda beda. Para ahli di bidang itu
memberikan pengertian supervisi dengan kalimat yang tidak sama, walaupun
apa yang mereka maksudkan tidak jauh berbeda. Perbedaan itu seringkali
hanya disebabkan oleh penekanan pada aspek-aspek tertentu dan super visi itu
sendiri. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian supervisi dan para
ahli.
Sergiovanni (1971, h.10) mengemukakan pernyataan yang berhubungan
dengan supervisi sebagai berikut: (1) Supervisi lebih bersifat proses dari pada
peranan, (2) Supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia
sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan
yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk
menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.
Dan pernyataan di atas dapat dikaji bahwa supervisi itu bukan peranan,
tetapi merupakan suatu proses. Proses tersebut terjadi di sekolah yang
digunakan oleh personalia-personalia tertentu untuk menolong para personalia
yang lain dalam usaha mencari tujuan pendidikan. Para personalia tertentu itu
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar daripada personalia-personalia
yang lain, dan mereka ini bergantung dan personalia-personalia yang lain itu
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sebab itu dikatakan supervisi-supervisi merupakan suatu perilaku
bekerja melalui orang-orang untuk mengejar tujuan-tujuan sekolah. ini berarti
supervisi merupakan aspek organisasi manusiawi di sekolah tersebut, yang
dibedakan dengan administrasi sebagai aspek organisasi yang non manusiawi.
Neagley (1980, h. 20) mengemukakan bahwa setiap layanan kepada
guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan
kurikulum dikatakan supervisi. Rumusan ini lebih operasional dari pada
rumusan pertama di atas. Supervisi di sini di artikan bantuan, pengarahan, dan
bimbingan kepada guru-guru dalam bidang-bidang instruksional, belajar dan
kurikulum. Mereka bekerja untuk memngkatkan ketiga bidang itu dalam usaha
mencapai tujuan sekolah.
Nilai supervisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi
belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan para siswa (Marks,
1978,h,4). Perbaikan situasi belajar mengajar berhubungan erat dengan
pengelolaan kelas. ialah suatu usaha untuk (1) menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara organisasi kelas agar para siswa dapat mengembangkan minat,
bakat, dan kemampuannya secara maksimal, (2) menyeleksi fasilitas belajar
yang tepat dengan problem dan situasi kelas, (3) mengkoordinasi kemauan
siswa mencapai tujuan pendidikan, dan (4) meningkatkan moral kelas.
Dalam hal ini supervisi inerupakan suatu proses untuk mewujudkan
kondisi-kondisi tersebut di atas, sehingga proses belajar mengajar menjadi
berkembang, yang membuat prestasi belajar siswa semakin meningkat.
Supervisi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dan administrasi
dikemukakan oleh Jones (1969, h. 302) sebagai berikut. Supervisi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dan seluruh proses administrasi pendidikan
yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas performan
(personalia sekolah) yang berhubungan dengan tugas-tugas utama dalam
usaha-usaha pendidikan. Jones memandang supervisi sebagai sub sistem dan
sistem admimstrasi sekolah. Sebagai sub sistem sudah tentu tidak terlepas
sama sekali dengan administrasi yang juga menyangkut personalia non guru.
Namun titik beratnya adalah pada pengembangan atau perbaikan performan
para profesional yang menangani para siswa sebagai obyek yang digarap oleh
sekolah. Mereka itu adalah para guru, kepala sekolah, para petugas bimbingan
dan konseling, para petugas laboratorium, para petugas perpustakaan, para
petugas pusat sumber belajar, dan sebagainya.
Performan atau cara kerja mereka dikembangkan, agar usaha
membimbing siswa belajar dapat berkembang pula. ini berarti proses belajar
mengajar ditingkatkan efektivitasnya. Proses pengembangan cara kerja ini
berlangsung di tempat mereka bekerja pada waktu jam kerja pula. Mereka
tidak menerinia penataran dalam proses supervisi.
Dari pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah
bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar agar memperoleh
kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar
siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru.
Sedangkan mengacu Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut
: “ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar
yang lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan
atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada
dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan :a. Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajarb. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar karena aspek
utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih
diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru
dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki
yakni : 1) kemampuan personal, 2) kemampuan profesional 3) kemampuan
sosial. Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan
sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam
bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas
sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu
proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru
tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan
profesional guru“ yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.Supervisi dapat
kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa
untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran
supervisi diartikan pula pembinaan guru.
2. Tujuan Supervisi
Adapaun tujuan supervisi adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan mutu kinerja guru
1) Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa
peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
2) Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam
memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
3) Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan
guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan
bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
4) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
5) Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi
strategi, keahlian dan alat pengajaran.
6) Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi
yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
7) Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala
sekolah untuk reposisi guru.
b) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan
terlaksana dengan baik.
c) Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana
yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga
mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa.
d) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam
mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya
siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
e) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi
yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Istilah fungsi dan tujuan cukup sulit dibedakan seba seringkali satu objek
dapat diterangkan dan segi fungsi dan dapat pula dari segi tujuan. Atau fungsi
dan tujuan sesuatu dapat berup satu objek. Misalnya yang menjadi objek
adalah tamu; tamu itu dapat dihubungkan dengan ruang tamu yang
mempunyai fungsi dan sekaligus mempunyai tujuan. Ruang tamu sebagai
bagian dari rumah berfungsi memberi tempat tertentu kepada tamu yang
berkunjung di rumah. Sementara itu ruang tamu juga memberi tujuan agar
para tamu mendapat tempat layak dan merasa senang bertamu. Walaupun sulit
dibedakan, dengan bantuan contoh di atas bisa dipahami bahwa fungsi
berhubungan dengan sistem (rumah sebagai kesatuan) dan tujuan berhubungan
dengan apa yang ingin dijangkau oleh subsistem (ruang tamu) itu.
Supervisor sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau organ
dan organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dan apa yang ingin dicapai
supervisi, maka hal itu merupakan tujuan supervisi. Fungsi dan tujuan
supervisi berhubungan erat, keduanya menyangkut hal yang sama. Hal ini
dibedakan agar informasi yang diberikan menjadi lebih lengkap.
Huse (1972, h. 265) mengatakan supervisi hanya sebagai satu fungsi
yaitu fungsi manajemen, ialah pengarahan yang terdiri dan inisiatif dan
kepemimpinan, pengaturan dan pembimbingan, pemberian motivasi, dan
pengawasan. Tetapi literatur lain menunjukkan beraneka ragam fungsi, dengan
istilah yang berbeda-beda antara lain tugas, fungsi, pelaksanaan, dan
sejenisnya. Fungsi supervisi pendidikan akan disusun secara sistematis sebagai
uraian herikut.
Fungsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu:
1. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemenintah
dalam usaha memcapai tujuan pendi dikan yaitu membantu perkembangan
individu para siswa.
2. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar
dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan
masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat
serta mempelopori kemajuan masyarakat.
Masing-masing fungsi tersebut di atas diuraikan secara terperinci seperti
benikut. Yang termasuk fungsi utama ialah : Pertama,supervisi merupakan
teman seperjuangan administrasi, secara fungsional tidak terpisah satu dengan
yang lain, keduanya terkoordinasi, berkorelasi, saling melengkapi, dan saling
menunjang dalam melaksanakan sistem pendidikan. (Sergiovanni, 1971, h.4-
5)
Kedua, supervisi mengkoordinasi personalia sekolah terutama guru-guru
dan aktivitas-aktivitas sekolah agar tidak jauh menyimpang dan perencanaan
semula. Hasil perencanaan pada umumnya tidak dapat dilaksanakan secara
tepat sejak awal. Penyimpangan-penyimpangan itu diminimalkan dengan cara
mengadakan supervisi kontinu terhadap pengaturan tugas guru dan aktivitas-
aktivitas sekolah dengan segala aspeknya. Usaha ini merupakan preventif
terhadap kemungkinan kekacauan pelaksanaan program sekolah.
Ketiga, sebagai wakil pemerintah, khususnya Pemerintah Indonesia,
sekolah berkewajiban memasyarakatkan di kalangan personalia sekolah dan
memasyarakatkan PMP di kalangan para siswa, karena keduanya merupakan
manifestasi dan falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Karena itu patut
menjadi bagian dan kehidupan sehari-hari di sekolah atau sebagai cara
bertingkah laku di sekolah. Hal ini dapat dilakukan lebih efektif dengan
bantuan supervisi.
Keempat, sebagai wakil pemerintah sekolah akan melaksanakan
kebijakan-kebijakan pemerintah. Kebijakan Pemerintah Indonesia misalnya
ialah menciptakan sekolah sebagai pusat kebudayaan yang didukung oleh
ketahanan sekolah, meningkatkan pendidikan humaniora untuk mengimbangi
pendidikan intelek, meningkatkan pendidikan Sejarah Indonesia untuk
menggalang kecintaan dan semangat bangsa di kalangan para siswa, melayani
anak-anak yang berbakat, dan sebagainya. Untuk memahami ke bijakan-
kebijakan itu secara lebih mendalam diperlukan bantuan, begitu pula
pelaksanaannya membutuhkan monitoring kedua duanya dan pihak supervisor.
Kelima, supervisi memperlancar proses belajar mengajar. Ada beberapa
segi dan proses intruksional yang perlu mendapat perhatian para supervisor,
yaitu:
1. Perencanaan instruksional yang menyangkut segala aspek belajar mengajar
yang akan dilaksanakan oleh para siswa dan guru-guru. Perencanaan perlu
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, situasi sekolah, sumber-
sumber pendidikan yang tersedia, dan para siswa yang akan dididik.
2. Model belajar yang mungkin dilaksanakan. Model tersebut antara lain di
depan guru di sekolah, belajar dengan media pendidikan di sekolah,
campuran dan kedua model di atas, belajar dengan media pendidikan di
luar gedung/halaman sekolah, belajar dengan media pendidikan di sekolah,
dan sebagainya. Setiap model belajar perlu dipertimbangkan keuntungan
dan hambatannya.
3. Sarana dan alat-alat pendidikan yang perlu disiapkan, metode belajar dan
metode mengajar yang cocok yang perlu dipilih. Tidak ada perlengkapan
belajar dan metode mengajar yang cocok untuk semua bidang studi. Setiap
bidang studi membutuhkan alat dan metode sendiri-sendiri.
4. Situasi belajar yang bagaimana yang cocok untuk mempelajari bidang studi
tertentu. Situasi belajar yang dibutuhkan perlu diciptakan dan
dipertahankan selama proses belajar berlangsung.
5. Macam evaluasi yang akan dilakukan dan alat evaluasi program, proses
belajar mengajar, dan prestasi belajar. Alat evaluasi bisa bersifat uraian
bisa juga bersifat obyektif dengan bermacam-macam bentuk.
Keenam, para supervisor hendaknya mengendalikan usaha untuk
mendidik para siswa agar setiap siswa berkembang secara total, yaitu setiap
aspek individu anak berkembang seimbang, harmonis, dan optimal. Daoed
Joesoef (1982, h. 9) mengatakan perkembangan seperti ini mencakup logika,
estetika, dan praktika. Sedangkan literatur barat menyebutkannya sebagai
afeksi, kognisi, psikomotor.
Ketujuh, setiap siswa dikatakan unik, artinya memiliki minat, bakat, dan
kemampuan tersendiri tidak pernah sama dengan individu lain. Perkembangan
masing-masing siswa mi perlu di layani dan disalurkan, diberi wadah, dan
dibina sesuai dengan minat/bakat dan tingkat kemampuannya. Siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi disalurkan ke perguruan tinggi, sedangkan
yang mempunyai kemampuan, biasa diarahkan ke dunia kerja sesuai dengan
bakat mereka masing-masing. Guru dalam mengatur program dan belajar
siswa untuk maksud di atas, sangat membutuhkan bantuan pemikiran
supervisor.
Kedelapan, bimbingan karier tersebut di atas sangat erat hubungannya
dengan tugas Badan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Di samping itu
badan ini juga mengurusi kesulitan belajar para siswa dan kesulitan-kesulitan
pribadi mereka. Pekerjaan seperti itu bagi guru tidaklah mudah, namun
demikian setiap guru pada bakikatnya adalah Guru Pembimbing. Mereka tidak
boleh menyerahkan tugas itu semuanya kepada petugas bimbingan dan
konseling. Kesulitan para guru ini bisa dikurangi dengan hadimya supervisor
di bidang bimbingan dan konseling.
C. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA