You are on page 1of 9

Mengajarkan Budaya Minangkabau

SILABUS HALAQAH SURAU


ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI
KITABULLAH (HALAQAH ISLAMIYAH)

H. Mas’oed Abidin 5
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

S asaran yang ingin dicapai dengan menerapkan


silabus halaqah, seperti lazim dipakai di surau-surau
atau majlis taklim, agar anak Nagari sejak dini
mempelajari Dasar-dasar Islam atau syarak.

Bobot ini dapat dimodifikasi sesuai dengan waktu


yang tersedia dalam beberapa tingkatan secara intensif,
maupun secara berkelanjutan . Dalam pelaksanaannya,
halaqah surau atau majlis taklim dalapat dilaksanakan
dalam tiga tipe.

Tipe I, berlangsung selama 7 hari atau 66 jam


berturut-turut. Halaqah surau atau majlis taklim ini
dilaksanakan dalam waktu tujuh hari secara terus
menerus, seperti halnya dalam pelatihan pesantren kilat.

Tipe II, 2 x 1 minggu selama 6 s.d. 11 jam, yang


berlangsung selama 1 ½ - 3 bulan. Tipe ini dapat juga
memakai sistim wirid berkala, dua hari dalam satu
minggu, umpamanya tiap hari Sabtu atau Ahad, enam
hingga sebelas jam dalam seminggu. Tipe kedua ini
akan berlangsung sekitar satu setengah hingga tiga
bulan lamanya.

6 H. Mas’oed Abidin
Mengajarkan Budaya Minangkabau

Tipe III, 1 x 2 jam seminggu. Bahkan dapat


dirancang dengan memakai waktu khusus setiap pekan
satu kali pertemuan selama 2 jam. Tipe III ini
berlangsung delapan bulan lamanya.
Tujuan yang hendak diraih dengan selabus system
halaqah ini adalah terbentuknya akhlak umat di nagari dan
pemukiman.Berupaya menjadikan masjid dan surau sebagai
basis seluruh warga rumah tangga dan menjadikannya
sebagai domein ruhiyyah bagi kehidupan komunitas anak
nagari. Dengan upaya intensif, dapat diharapkan beberapa
keunggulan.

Materi silabus surau ini terdiri dari:

1) Iman: kebutuhan ruhani kepada Sang Pencipta, Allah


Khalik al-‘alam. Dengan keimanan, akan lahir sikap
jiwa mahabbah yakni, cinta kasih mendalam kepada
Allah dengan sikap taat, setia, patuh, dan disiplin. Al-
Mahabbah atau cinta kepada Allah ini menumbuhkan
watak redha dengan segala ketetapan Allah yang
digambarkan pada perangai sehari-hari, seperti setia,
syukur dan sabar serta tidak pernah berputus asa.
Watak ini akan memotivasi seorang mukmin berbuat
lebih baik dan senantiasa menggantungkan harapan
kepada kekayaan dan kekuasaan Allah semata. Iman
H. Mas’oed Abidin 7
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

kepada Allah berarti mempercayai seluruh arkan al-


iman (rukun iman), akan tampak dalam perbedaan
yang kontras antara hamba Allah yang mukmin
dengan manusia yang kafir atau engkar . Sama
halnya, antara manusia tanpa agama dengan
makhluk-makhluk lain (yang bukan manusia).
Kehidupan di dunia, tanpa bimbingan agama, sama
artinya dengan kehidupan yang tidak berperi-
kemanusiaan. Pada hakekatnya, tugas utama para
Nabi dan Rasul diutus kepada umat manusia untuk
menuntun akhlaq semua prilaku kehidupan
berdasarkan wahyu yang diterima para Rasul
dimaksud. Karena itu, rujukan dari setiap tuntunan
akhlaq adalah wahyu Allah.

Semua bimbingan yang terdapat pada kitabullah atau


kitab suci samawi menekankan terpeliharanya adab
pergaulan antar manusia dan sesama makhluk. Tatanan
adab pergaulan selalu diikat dengan hubungan kasih
(mahabbah) dengan Khalik Maha Pencipta, yang
disebut dengan ibadah.

2) Tuntunan akhlaq dan ibadah meliputi semua prilaku


seluruh kehidupan yang merujuk kepada contoh dan

8 H. Mas’oed Abidin
Mengajarkan Budaya Minangkabau

uswah yang ditinggalkan Rasulullah SAW, sesuai


firman Allah menyebutkan,

َ <‫ُول هَّللا ِ أُ ْس< َوةٌ َح َس<نَةٌ لِ َم ْن َك‬


‫<ان يَرْ جُو‬ ِ ‫ان لَ ُك ْم فِي َرس‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
‫ا‬ ‫هَّللا َ َو ْاليَ ْو َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِي ًر‬

H. Mas’oed Abidin 9
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

“Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah itu


suri teladan yang baik (uswah hasanah), yaitu bagi orang
yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.33, al Ahzab :
21).

10 H. Mas’oed Abidin
Mengajarkan Budaya Minangkabau

Meluasnya kemelut sosial dan budaya selalu


dipicu oleh kemerosotan akhlaq dan rohaniah
anggotanya. Kerusakan akhlaq adalah cerminan
kepincangan pembangunan kepribadian (syahsiah)
yang saling berkaitan dengan sikap mental, sosial,
fisik,dan emosi dalam tatanan kehidupan anak
nagari. Kegagalan manusia membangun terkait
pula dengan lemahnya sistem pendidikan. Tujuan
pendidikan yang dilaksanakan murabi menjadi
kabur. Kurangnya bekalan agama di seluruh
lapisan umat, dan tipisnya pemahaman Islam, kant
berpengaruh besar terhadap kehidupan
masyarakat. Paham ‘ashabiyah yang sempit
(kedaerahan), ikut pula menghilangkan arti yang
mendasar dari ukhuwah. Persatuan lahiriyah
semata, tidak akan mampu menumbuhkan
kebahagiaan mahabbah, cinta sesama, kecuali
dikuatkan dengan keyakinan kepada Allah, Maha
Pencipta. Hilangnya keimanan kepada Allah, awal
dari suatu kehancuran.

H. Mas’oed Abidin 11
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Oleh karena itu di antara kerja besar dalam


membangun potensi masyarakat adalah,
membentuk pribadi-pribadi yang memiliki jiwa
yang sadar. Menghidupkan jiwa umat dengan
menanamkan keimanan yang kokoh kemudian
berinteraksi dengan adat istiadat. Bimbingan
agama atau syarak akan menjalin kesaudaraan
(ukhuwwah) yang kuat dalam hubungan
bermasyarakat dengan lingkungannya. Akhirnya
akan sanggup mendorong lahirnya amaliah yang
efektif dan konstruktif.

Menghidupkan Jiwa Ummat


Me mbang un Mas yarakat
Po te ns ial

Inte raks i
Jiwa
S adar Iman

Adat Amaliyah
Is tiadat

12 H. Mas’oed Abidin
Mengajarkan Budaya Minangkabau

Ketika kondisi kerusakan akhlaq umat mulai


parah, maka pagar-pagar budaya akan impoten dan
penghormatan kepada pemangku adat makin menipis.

Menghadapi hal ini, perlu segera dibangun


domain-domain (ranah) kemanusiaan dan gerakan
tarbiyah islamiyah, yang menjadi satu ke dalam sistem
pendidikan terpadu.

Alim ulama, cerdik pandai dan suluah bendang,


melaksanakan kewajibannya untuk membuka hati umat
lebih luas, sehingga dapat menerima percikan cahaya
ilahi yang lebih tinggi. Manusia harus sadar bahwa
hidup duniawi tujuannya untuk menuju akhirat yang
kekal dan abadi.

H. Mas’oed Abidin 13

You might also like