Professional Documents
Culture Documents
MELAWAN KEMISKINAN
S
umatera Barat, dengan akar budaya
Minangkabau, sangat intens (basitungkin)
dalam mengantisipasi berkembangnya
kemiskinan. Kalau hanya dengan mengandalkan
pertanian saja, rasanya di Sumatera Barat, hanya
sekitar 14 persen saja yang kondisi tanahnya subur
dan cocok untuk areal pertanian. Perlu pula
dimaklumi, sebahagian dari luas lahan dimaksud,
sudah didiami anak kemenakan warga
transmigrasi. Sejak dari Pasaman, Sitiung, Lunang-
Silaut, Solok Selatan. Sebahagiannya pula diolah
oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, yang
menyebar dari Pasaman hingga ke batas
Mandailing (Tapsel). Dari Sijunjung hingga ke batas
Jambi dan Riau. Begitu pula mendekat batas
Bengkulu, di ujung Pesisir Selatan.
Tanah yang tadinya berada dalam status
tanah ulayat Nagari, atau dalam sako pusako
tinggi, pelan-pelan berangsur tergeser. Mengiring
gerak roda pengembangan wilayah.
Secara keseluruhan tanah-tanah kosong
tadinya, kini mulai ditanami. Pelan-pelan tetapi
pasti, menjanjikan mutiara hijau di kepingan
wilayah Sumatera Barat.
Mulai dari tanaman sawit, karet, cokelat,
lada/merica, kulit manis, hingga ketela pohon (ubi
kayu).
Samudera Hikmah -1
Mas’oed Abidin
Masa doeloe seketika tanah-tanah itu belum
diolah, hanya dijadikan anak kemenakan sebagai
hutan tempat mencari kayu api. Paling tinggi
tempat simpanan kayu pembuat rumah atau untuk
mencari akar-rotan.
Persawahan atau perladangan anak nagari
semasa itu, merupakan hasil taruko ninik-mamak.
Sawah bajanjang bapamatang dan ladang babiteh
babentalak. Dari mamak turun ke kemenakan.
Begitulah seterusnya.
Letaknyapun di sekeliling Dusun Taratak.
Bahkan ada yang berada di keliling rumah tempat
diam.
Perkembangan dusun menjadi desa, dan
nagari masuk lurah, anak kemenakan ikut
bertambah. Rumah kecil tak mampu lagi
menampung jumlah cucu dan cicit. Bangunan
barupun ditegakkan, tanah persawahan menjadi
satu-satunya pilihan untuk batagak rumah baru.
Manaruko hutan menjadi sawah, tidak lagi
merupakan kebiasaan masa kini. Sebaliknya yang
terjadi, mengurangi areal persawahan menjadi
lokasi perumahan.
Di sinilah ditemui kritisnya masalah
peternakan jika dikaitkan dengan sumber
pendapatan pertanian.
Akan tetapi, masyarakat Minangkabau, tidak
dapat dikatakan miskin dan belum pula bisa
dikatakan berada. Yang jelas, mereka tetap bisa
hidup dan bertahan hidup, di areal yang makin
terbatas itu.
Keadaan itu memungkinkan, karena adanya
peran budaya Minang yang sedari awal intensif
mengantisipasi gejala kemiskinan itu.
2 - Menelusuri Nikmat Allah
Surau Kito
Antara lain, bunyi pantun.
Karatau madang di ulu,
ba buwah ba bungo balun,
marantau-lah buyuang dahulu,
di rumah paguno balun.
Adanya kebiasaan merantau menjadikan
pemuda-pemuda Minangkabau (Sumatera Barat),
mencari hidup di lahan orang lain. Modalnya
keyakinan, kemauan dan tulang delapan karat.
Sementara itu, sang dara (gadis/remaja
putri) Minangkabau, tidak pula dibiarkan hidup
cengeng. Mereka diajar bertani, merenda,
menjahit, menyulam, dan berbagai kepandaian
puteri lainnya. Yang sungguhpun, dirasakan bahwa
kepandaian-kepandaian semacam itu, kini mulai
terasa langka.
Kalaulah kemiskinan yang ada, tidak
dirasakan sebagai bahaya, itu hanya disebabkan
karena pandainya batenggang. Sesuai bunyi
pantun;
Alah bakarih samporono,
Bingkisan rajo majopaik,
tuah basabab bakarano
pandai batenggang di nan rumik.
Selanjutnya, kepandaian batenggang itu
digambarkan dalam pantun lainnya;
Latiak-latiak tabang ka pinang,
hinggok di pinang duo-duo,
satitiak aie dalam piriang,
Samudera Hikmah -3
Mas’oed Abidin
di sinan ba main ikan rayo.
Falsafah budaya ini, bukannya menelorkan
masyarakat yang statis. Sama sekali tidak. Bahkan
melahirkan sikap jiwa yang digjaya. Satu iklim jiwa
(mentalclimate) yang subur. Bila pandai
menggunakannya dengan tepat, akan banyak
membantu dalam usaha pembangunan sumber
daya manusia di ranah ini.
Sifat egoistis, memang kurang diminati
dalam budaya Minangkabau. Membiarkan
kemelaratan orang lain, dengan menyenangkan diri
sendiri, mungkin merupakan sikap yang tak pernah
diwariskan. Yang ada, hanyalah tenggang
manenggang dan raso jo pareso. Menurut bahasa
halusnya alur dan patut.
Mengatasi masalah kemiskinan ditengah
kelembagaan masyarakat Minangkabau, terlihat
dari usaha dan perhatian khusus terhadap
kemakmuran lahiriyah (material).
Ungkapan itu jelas tersimak dalam untaian
pepatah yang menyibakkan arti kemakmuran itu.
Rumah Gadang gajah maharam
Lumbuang baririk di halaman
Rangkiang tujuah sa jaja
Sabuah si Bajau-bajau
Panenggang anak dagang lalu
Sabuah si Tinjau Lauik
Panenggang anak korong kampuang
Birawari lumbuang nan banyak
Makanan anak kamanakan
Samudera Hikmah -5
Mas’oed Abidin
Berencana Berhemat
Untuk mewujudkan terpeliharanya kondisi
dimaksud, diingatkan sungguh pentingnya
perencanaan dan penghematan. Perencanaan yang
jauh jangkauannya ke depan, dengan pengkajian
potensi yang tengah dimiliki. Penghematan dengan
tujuan bisa memahami situasi, untuk mendukung
berhasilnya sebuah program yang tengah
dikembangkan.
Perhatian yang dalam maknanya ini,
terungkap di dalam kalimat-kalimat;
Ingek sabalun kanai
Kulimek sabalun abih
Ingek-ingek nan ka pai
Agak-agak nan ka tingga.
Maka, melupakan dan mengabaikan nilai-
nilai luhur budaya ini, akan berarti satu kerugian.
Membangun kesejahteraan sebagai upaya
mengantisipasi kemiskinan, bertitik tolak pada
pembinaan unsur sumber daya manusia.
Memulainya dengan cara sederhana. Dengan
apa yang ada. Yaitu potensi alam yang terbatas,
dan menggerakkan potensi yang terpendam di
dalam sumber daya manusianya. Terutama di
pedesaan-pedesaan.
Mengembalikan kepada benih-benih
kekuatan yang ada di dalam dirinya masing-
masing. Melalui usaha-usaha yang terpadu serta
berkesinambungan. Dengan mempertajam daya
observasi, dan meningkatkan daya pikir
masyarakat pedesaan dimaksud.
Samudera Hikmah -9
Mas’oed Abidin
perusahaan swasta. Bahkan dalam usaha mandiri,
belakangan ini paling banyak digeluti.
Lapangan usaha itu, banyak menjanjikan
pendapatan yang lumayan. Daripada menanti apa
yang ditetapkan berbentuk gaji bulanan. Apalagi
lapangan di kantor-kantor pemerintah makin hari
makin sempit juga. Dan cepatnya gerak
pembangunan bangsa, telah membuka lapangan
kerja baru. Kejelian mengkaji kesempatan
menyebabkan arus mobilitas horizontal menuju
rantau, tak mudah di hempang.
Kerasnya hidup di rantau, suatu tantangan
yang berat. Diperlukan sikap jiwa yang matang. Di
samping kemauan keras, dan tulang delapan karat,
dibawa juga falsafah budaya untuk pedoman
mengarungi lautan kehidupan rantau.
Falsafah hidup itu, disimak dalam kehidupan
keseharian tanah rantau.
Panggiriak pisau si rauik,
Patunggkek batang lintabung,
Salodang ambiak ka nyiru.
Setitiak jadikan lauik,
Sakapa (sekepal) jadikan gunuang,
Alam takambang jadi guru.
Belajar kepada alam, mengambil pelajaran
dari perjalanan hidup yang tengah diarungi. Tidak
lain adalah seiring bidal pantun;
Biduak dikayuah manantang ombak
Laia di kambang manantang angin.
Nangkodoh ingek kamudi
(pemeliharaan sumber
ekonomi)
Tidak mengherankan, bila tantangan berat di
rantau mampu diatasi. Dan sesuatu yang paling
menarik, bahwa perantau sanggup mengolah
pekerjaan apa saja asal halal. Tidak memilih
pekerjaan, dengan motivasi hidup yang tinggi.
Kondisi ini membuka peluang kepada percepatan
mobilitas vertical dalam bentuk peningkatan
pendapatan.
Samudera Hikmah 11
-
Mas’oed Abidin
Benteng Tawazunitas
َ ه ع َل َممى
ممما َ وا العِد ّة َ و ل ِت ُك َب ُّروا الل ْ ُ مل
ِ ْ و ل ِت ُك
َ ْشك ُُرو
ن ْ َم ت ْ ُ م و ل َعَل ّك ْ ُ داكَ َه
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.1
Tidak sempurna kehidupan bermasyarakat
bila kegembiraan rasa syukur kita tidak diiringi
dengan peduli kepada orang sekeliling. Terutama
fuqarak wal masakin, dengan mengeluarkan zakat
fithrah untuk meringankan beban derita kaum tak
berpunya. Bimbingan Islam di dalam menikmati
kegembiraan mestilah dengan cara bersama
(ijtima’i).
Zakat Fithrah, satu kewajiban fardhu’ain
setiap Muslim, di kala menempuh bulan Ramadhan
dan memasuki Hari Raya Idul Fithri, bagi yang
sudah akil baligh ataupun belum, besar ataupun
1
Bacalah maksud dari firman Allah pada QS.2, al Baqarah: 185
Samudera Hikmah 25
-
Mas’oed Abidin
kecil, kaya ataupun tidak, wajib membayarkan
zakat fithrah.
Seyogyanya di hari itu tidak ada yang
mengatakan tidak sanggup mengeluarkan zakat
fitrahnya, yang dibayarkan sebelum shalat Idul
Fithri. Jika dibayarkan sesudah Idul Fithri, nilainya
sama seperti sedekah biasa. Boleh dibayarkan
sejak awal Ramadhan.
Sebaiknya dengan makanan yang kita
makan. Boleh dihitung dengan nilai uang sebesar
harga makanan yang dikeluarkan (3 sha’, atau 5,5
kg = sepuluh tekong beras). Diberikan kepada
fuqarak wal masakin. Tidak terbatas jumlah boleh
menerima. Sesuai bimbingan Rasulullah SAW,
aghnuhum ‘anis-suaal fii hadzal yauma, artinya
kayakanlah mereka (orang-orang tak berpunya) itu
dari masalah minta-meminta pada hari lebaran ini.
Bila tidak dibayar, puasanya tergantung antara
bumi dan langit (al Hadist).
Hakikatnya, “zakat fithrah menjadi
pembersih bagi orang yang berpuasa dari
perbuatan yang tercela dan dari dosa, serta
sebagai makanan bagi orang-orang miskin” (HR.Abu
Daud).
ٍل ِكَتاب َ ك َتْأِتي َقْوًما َأْه َ ِإّن:ل َ َفَقا،ن ِ ث ُمَعاًذا ِإَلى اْلَيَم َ َبَع
ُ سْو
ل ُ حّمًدا َر َ ن ُم ّ ل َو َأُ لا ّ ل ِإَلَه ِإَ ن ْ شَهاَدِة َأَ عُهْم ِإَلى ُ َفاْد
عَلْيِهْمَ ض َ ل َقْد َفَر َ نا ّ عِلْمُهْم َأ ْ ك َفا َ طاعُْوا ِلَذِل َ ن ُهْم َأْ َفِإ،لِ ا
َ عْوا ِلَذِل
ك ُ طاَ ن ُهْم َأ ْ ت ِفي ْالَيْوِم َو اّللْيَلِة َفِإ ٍ صَلَوا َ س َ خْم َ
غَنَياِئِهْم
ْ ن َأ
ْ خُذ ِم َ صَدَقًة ُتْؤَ عَلْيِهْم َ ض َ ل َقْد َفَر َ نا ّ عِلْمُهْم َأ
ْ َفا
ك َو َكَراِئَم َ ك َفِإّياَ عْوا ِلَذِلُ طا َ ن ُهْم َأ ْ َفِإ،عَلى ُفَقَراِئِهْم َ َفُتَرّد
ِ نا
ل َ س َبْيَنَها َو َبْيَ ظُلْوِم َفِإّنُه َلْيْ عَوَة اْلَم ْ ق َدَ َواّت،َأْمَواَلُهْم
)رواه الشيخان.ب ٌ جا َح ِ)
Samudera Hikmah 29
-
Mas’oed Abidin
menjalankannya, beritahukan pula, mereka diwajibkan
mengeluarkan zakat, yang dipungut dari orang-orang
kaya dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Dan
bila mereka menjalankannya (shalat dan zakat), maka
kau harus melindungi harta kekayaan mereka itu.
Selanjutnya rasulullah menegaskan lagi . Dan takutlah
kepada doa-doa orang yang teraniaya (di antaranya
orang-orang miskin). Karena antara doa orang teraniaya
dengan Allah tidak ada batas (penghalang)“ (HR. Bukhari
Muslim, dari Anas Radhiallahu “anhu).
Zakat berfungsi ,
1. Perintah Allah (tanda pembenaran syahadat dan
shalat)
2. Pembesih harta kekayaan
3. Menghapuskan kemiskinan umat, karena
ditujukan kepada orang miskin.
4. Sumber dana umat, penggunaanya diarahkan
kepada obyek tertentu (hasnaf delapan)
5. Membedakan antara Mukmin & Munafik
Zakat tidak hanya diberikan oleh pemilik
harta kekayaan, menurut keinginan dan
kepentingannya semata berdasarkan belas
kasihan. Zakat mesti diyakini titipan Allah yang
wajib d keluarkan. Zakat adalah harta “milik
Allah”, yang diamanahkan untuk dibayarkan
kepada orang-orang yang telah ditentukan,
menjangkau seluruh lapisan umat.2
2
Siapa yang diberi harta oleh Allah dan tidak dibayarnya zakatnya,
dirupakan hartanya itu di hari kiamat bagaikan ular yang berbisa yang
mempunyai dua titik hitam di atas kedua matanya. Dibelitnya orang itu
di hari kiamat dan kemudian digigitnya. Yakni dengan kedua
rahangnya. Sesudah itu, ular itu berkata; “Aku harta engkau, aku
simpanan engkau”. Kemudian Nabi membaca ayat, “Janganlah mengira
30 - Menelusuri Nikmat Allah
Surau Kito
Zakat harus dipungut dan dihitung hisab dan
nisabnya. Pendistribusian zakat dipandu oleh Amil
Zakat. Kehidupan sehari-hari membuktikan
bahwa, “tidak ada orang yang melarat lantaran
mengeluarkan zakat“
Penegasan Rasul, menjelaskan zakat wajib di
pungut.
َن ل َ ْ َ حّتى ي َ ِ ن أ َُقات َ ُ
ْ شهَد ُْوا أ َ س َ ل الّنا ْ تأ ُ مْر ِ أ
َ
ل اللممهِ َو ُ ْسممو ُ دا َر ً ممم ّ حَ مُ ن َ ه وَ أ ُ ه إ ِل ّ اللمم َ إ َِلمم
واْ ذا فَعَل ُم َ ِ فَمإ،ة َ وا الّزك َمما ْ ص مل َة َ وَ ي ُؤ ْت ُم َ وا ال ْ م ُ ْ قي ِ ُي
ّ م إ ِل َ َ ذ َل ِم
ْ ِوال ِهَ مم ْ م وَ أ ْ ِ ممماِءه َ ِ من ّممى د ِ وا ْ مُ صم َ َك ع
)رواه.ه ِ م ع َل َممى اللم ْ ِسمماب َه َ ح َ َسمل َم ِ و ْ ِ حقّ ا ْل َ ِب
(الشيخان عن ابن عمر
“Aku di perintahkan memerangi manusia,
sampai mereka meng-ikrarkan syahadat, bahwa tidak
ada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul Allah
(kemudian) mendirikan Shalat dan membayarkan zakat.
Apabila mereka telah memperbuat begitu, mereka
memeliharakan kepadaku darah dan harta mereka,
kecuali menurut hak-hak Islam, dan perhitungan mereka
dipulangkan kepada Allah.” (HR.Bukhari Muslim dari Ibnu
Umar ).
Samudera Hikmah 31
-
Mas’oed Abidin
Jelaslah sudah perbedaan antara zakat dan
fitrah. Intinya, dalam harta kita itu ada “harta
Allah” dan “harta orang lain” yang mesti
dibayarkan kembali kepada yang berhak sesuai
dengan aturan dan perintah Allah Yang Maha Haq.
Di sebalik difinisi hukum itu terkandung
prinsip yang menegaskan bahwa mesti ada
kegiatan berkelanjutan proses redistribusi
kekayaan, sehingga kaya dan miskin itu
memanglah hanya keadaan yang bukan di
dalamnya terletak harkat dan martabat sesorang.
Kaya dan miskin hanyalah keadaan di mana si kaya
atau pun si miskin sama-sama diuji keimanannya
kepada Allah Yang Maha Berkehendak.
Dalam pada itu kita sesungguhnya diajarkan
untuk bagaimana merasa bahagia dalam memberi,
tidak hanya merasa gembira ketika menerima atau
mendapat sesuatu.
Nah, cobalah bayangkan di suasana lebaran
ketika Rasulullah SAW masih hidup, beliau keluar
menuju tempat shalat ‘Idul Fithri. Beliau lihat
seorang bocah termenung menyendiri. Dengan
tatapan mata yang menerawang, dan di
sampingnya ada teman sebaya bergembira ria,
berpakaian baru pembelian ayah. Di tangan
temannya ada penganan enak buatan ibu.
Dari jauh si bocah hanya bisa melihat, sambil
menikmatinya dengan bermenung. Alangkah
indahnya kegembiraan teman sebaya. Ditemani
gelak tawa penuh bahagia. Dilihat diri, jauh
berbeda. Di kala itu terasa badan tersisih. Ke mana
ayah tempat meminta. Ke mana gerangan dicari
ibu tempat mengadu. Dalam situasi seperti itu,
Rasulullah SAW lewat menghampiri, meletakkan
kedua telapak tangan Beliau di kepala si bocah.
32 - Menelusuri Nikmat Allah
Surau Kito
Sambil bertanya Rasul berkata, “Kenapa
dikau wahai anak? Teman-temanmu gelak ketawa,
dikau merana sedih menangis, gerangan apakah
yang menyulitkan?
Andaikan ada pemimpin zaman sekarang,
yang menoleh pandang kepada si lemah, yang
tidak pernah mengenal rasa senang, maka
alangkah indahnya hidup ini!
Dengan nada tersendat dan kerongkongan
tersumbat, menahan perasaan kekanakan si bocah
lugu menjawab, “Wahai Rasulullah, bagaimana diri
tak akan sedih, melihat teman bergembira ria,
pulang ke rumah ada sanak saudara, lelah bermain
ada ibu menghibur, duka di hati ada ayah yang
menyahuti. Sedang diriku wahai Nabi, terasa nian
malangnya hidup ini, tiada ibu tempat mengadu,
ayahpun sudahlah pergi, badan tinggal sebatang
kara. Yatim piatu aku kini....”
Mendengar rintihan kalbu bocah yang bersih,
yang mengharap belas kasih dengan tulus itu,
seketika Rasulullah SAW berkata, “…maukah
engkau wahai anak, jika rumah Rasulullah menjadi
rumahmu, Ummul Mukminin menjadi ibumu …?”
Andaikan pada masa kini pintu rumah terbuka bagi
si lemah, lapangan kerja tersedia bagi dhu’afak,
tentulah merata bahagia di tengah bangsa ini.
Jawaban spontan Nabi, menjadikan wajah si
bocah berseri-seri, walau yang didengar barulah
ajakan, tetapi harapan hidup sudah terbuka.
Diri tidak sendiri lagi. Ada pelindung
pengganti bunda. Walaupun ibu dan ayah sudah
tiada. Serta merta Nabi memangku si bocah.
Mencium kedua pipi si anak yang sudah lama tidak
pernah merasakannya.
Samudera Hikmah 33
-
Mas’oed Abidin
Sirnalah air mata yang tadinya terurai
lantaran sedih dan hampa. Berganti air mata
gembira lantaran bahagia. Demikianlah satu bukti
sangat substansil dari sabda Nabi SAW
disampaikan Beliau pada Khotbah Wada’ itu,
َ َ و أ.ذا
شمماَر َ جن ّةِ هَك َم ُ ِأ ََنا و كا َف
َ ل الي َت ِي ْم ِ في ال
.مممما َ و َفمممّر،طى
َ ُج ب َي ْن َه َ سممم
ْ ُسمممَباب َةِ و الو ّ ِبال
()رواه الخاري و أبو داود و الترمذي
“Aku dan orang-orang yang menanggung anak
yatim, berada di sorga seperti ini (lalu beliau
mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya, seraya
memberi jarak keduanya)” (HR.Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi,
lihat Al-hadits As-Shahihah/Al-Bani:800).
Samudera Hikmah 39
-
Mas’oed Abidin
Diantaranya tersebut kisah, bahwa Umar bin
Khattab selalu melakukan perjalanan incognito, ke
pelosok-pelosok desa, ke gubuk-gubuk reot. Melihat
dan meneliti keadaan kehidupan masyarakat
kalangan bawah.
Di suatu malam, Umar bin Khattab
mendengan suara tangisan anak-anak dari sebuah
gubuk. Terdengar pula dendangan ibu
menentramkan tangisan anak itu.
Setelah mendekat, Umar bin Khattab
meminta izin kepada sang Ibu agar diperbolehkan
masuk. Dalam dialog pendek, dari sang ibu didapat
penjelasan, bahwa dia berusaha menenangkan
tangisan anaknya yang tengah kelaparan. Untuk
menghubur dan menenangkan anak menjelang
tidur, ibu itu sengaja merebus batu.
Umar bertanya kepadanya, “Wahai ibu,
kenapa ibu tidak datang saja kepada Amirul
Mukminin (Umar bin Khattab), untuk meminta
pangan? Sehingga tidak perlu berbohong terhadap
anakmu?”.
Sang Ibu menjawab, “Seharusnya Amirul
Mukminin tahu tentang nasib rakyatnya.”.
Umar segera bangkit dan pamit dengan
wajah duka. Di dalam hatinya berkecamuk rasa iba
dan tanggung jawab. Memang kewajibannya,
membela rakyatnya yang miskin.
Dia kumpulkan gandum yang ada
dirumahnya. Dimasukkannya ke dalam karung.
Dipikulnya sendiri dengan pundaknya. Dibawanya
juga di malam hari itu, ke rumah ibu yang merebus
baru untuk anaknya yang kelaparan.
Dia masak sendiri gandum bawaannya
hingga matang. Siap dihidangkan sebagai makanan
40 - Menelusuri Nikmat Allah
Surau Kito
yang layak. Dia berikan kepada anak yang tengah
kelaparan itu. Diapun bergurau dengan anak itu
sampai sang anak tertidur. Tidur bukan karena
lapar. Tapi tidur dengan perut berisi.
Demikian salah satu bentuk adegan,
bagaimana Umar bin Khattab “mementaskan”
usaha-usaha mengentaskan kemisikinan di
zamannya.
Yang dapat dipetik dari pementasan itu,
usaha-usaha pengentasan kemisikinan, perlu
dilakukan secara nyata. Tidak sebatas keinginan
dan teori belaka.
Umar bin Khattab menjadi orang yang
pertama dalam banyak hal. Pertama mendirikan
baitul-maal, (pembagian warisan). Juga pertama
kali mengirimkan bahan makanan melalui Laut
Merah dari Mesir ke Madinah. Menetapkan
pengenaan zakat atas ternak kuda. Menyediakan
gudang-gudang yang berisi gandum (bahan
pangan) bagi orang-orang yang kehabisan bahan
makanan (fakir miskin).
Kewajiban Azasi
Samudera Hikmah 43
-
Mas’oed Abidin
“Kau akan berada di tengah ummat Ahli
Kitab. Ajaklah mereka mengakui, tidak ada Tuhan
selain Allah dan Saya (Muhammad) adalah Rasul-
Nya.
“Bila mereka menerima (mengakui),
beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka
wajib melaksanakan shalat lima kali dalam sehari
semalam.
“Bila mereka telah menjalankannya,
beritahukan pula, mereka diwajibkan
mengeluarkan zakat, yang dipungut dari orang-
orang kaya dan dikembalikan kepada orang-orang
miskin.
Dan bila mereka menjalankannya (shalat dan
zakat ), maka kau harus melindungi harta kekayaan
mereka itu. Selanjutnya rasulullah menegaskan lagi
.
“Dan takutlah kepada doa-doa orang yang
teraniaya (diantaranya orang-orang miskin). Karena
antara doa orang teraniaya dengan allah tidak ada
batas (penghalang)“ (HR.Bukhari muslim, dari Anas
Radhiallahu “anhu).
“Aku diperintahkan memerangi manusia,
kecuali bila meraka meng-ikrar0kan syahadat,
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad
Rasul Allah (kemudian) mendirikan Shalat dan
membayarkan zakat”. (HR.Bukhari Muslim).
Peringatan Rasullulah lainnya, berbunyi “Bila
shadaqah (zakat) bercampur dengan kekayaan
laian. Bila harta kekayaan tidak dikeluarkan
zakatnya . Kekayaan itu akan binasa “ (HR Bazar
dan Baihaqi , liaht Nailul Authar, jilid IV-126).
Samudera Hikmah 47
-
Mas’oed Abidin
kawannya lebih dari diri mereka sendiri meskipun
mereka dalam kesusahan (pula)..
Begitu kira-kira bentuk-bentuk dari kualitas
ummat, yang terbina karena iman mereka
terhadap Allah. Hidup dalam kehidupan redha
Allah.
Harus dipungut