Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
INSTRUMENTASI
PENDAHULUAN
Instrumentasi berasal dari istilah asing yaitu “instrumentation”. Instrumentasi yang
dibahas di sini terkait dengan pengukuran (measurement) khususnya pengukuran secara
elektronik. Ada beberapa definisi tentang instrumentasi di Internet antara lain :
The installation and use of electronic, gyroscopic, and other instruments for the purpose of
detecting, measuring, recording, telemetering, processing, or analyzing different values or
quantities as encountered in the flight of a rocket or spacecraft.
roland.lerc.nasa.gov/~dglover/dictionary/i.html
Any device used to monitor the performance of the structure during its construction and
throughout its useful life. An arrangement of devices installed into or near dams (i.e.,
piezometers, inclinometer, strain gages, measurement points, etc.) and used to evaluate the
structural behavior and performance parameters of the structure. Reclamation has utilized a
variety of instrumentation, most often piezometers, to evaluate the situations and conditions of
all four Horsetooth Dams.
www.abouthorsetooth.com/html/glossary.asp
1
Instrumentasi dan Kalibrasi
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sebuah sistem yang disebut dengan sistem
instrumentasi atau sistem pengukuran.
Pengukuran yang dimaksud disini adalah pengukuran elektrik ataupun elektronik baik
secara analog maupun dijital. Bahkan untuk saat ini, sistem pengukuran elektronik sudah
melibatkan mikroprosesor atau mikrokontroler sehingga memberikan fleksibilitas dan tingkat
akurasi yang lebih tinggi.
Isu utama dari sebuah alat ukur yang digunakan dalam sistem instrumentasi adalah
validitas dan reliabilitas. Validitas berarti ketepatan yang dimiliki alat ukur dalam
menghasilkan nilai pengukuran atau alat ukur dapat mengukur sesuai dengan yang diukur,
sedangkan realibilitas adalah keajegan alat ukur dalam menghasilkan nilai pengukuran.
Nampak bahwa sistem instrumentasi terdiri dari 4 (empat) bagian utama, dimulai dari
sensor yang langsung menyentuh titik pengukuran, artinya bersentuhan langsung dengan
besaran yang diukur, dan berakhir dengan display (tampilan) yang berfungsi sebagai interface
bagi pengguna dalam melakukan instrumentasi.
Sensor (pengindera) atau transduser merupakan ujung depan dari sistem pengukuran.
Fungsi dari sensor dalam hal ini adalah mengubah besaran non listrik menjadi listrik, sehingga
memungkinkan pengukuran besaran non listrik melalui sistem pengukuran secara listrik atau
elektronik. Permasalahan utama dari sistem pengukuran secara elektrik maupun elektronik
terletak pada sensor. Sebelum ada sensor atau transducer, maka pengukuran secara elektrik
atau elektronik tidak dapat dilakukan. Misalnya, tidak akan termometer elektronik jika tidak
ada sensor atau transduser yang dapat mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik.
Pengkondisi sinyal berfungsi untuk menyiapkan sinyal yang dikeluarkan oleh sensor,
sehingga dapat diproses pada rangkaian pengolah sinyal. Proses yang terjadi pada pengondisi
2
Instrumentasi dan Kalibrasi
sinyal salah satunya menentukan besarnya arus, tegangan atau menghilangkan gangguan
sehingga sinyal yang diproses pada pengolah sinyal benar-benar sesuai dengan karakteristik
besaran yang akan diukur.
Proses pengukuran terjadi pada pengolah sinyal. Pada bagian ini besarnya sinyal hasil
dari pengondisi sinyal dibandingkan dengan besaran yang sejenis yang sudah ditetapkan.
Agar proses pembandingan dapat sesuai dengan nilai besaran yang diukur, maka pada bagian
ini dilakukan kalibrasi dari besaran yang telah ditetapkan. Akurasi pengukuran ini sering
disebut juga dengan validitas sebuah alat ukur. Proses pengukuran dapat dilakukan secara
analog maupun dijital.
Ujung akhir sebuah sistem pengukuran adalah display atau tampilan. Fungsi bagian ini
adalah menyajikan informasi hasil pengukuran kepada kita yang menggunakan alat ukur.
Tampilan ini juga dapat disajikan dalam bentuk analog maupun dijital.
3
Instrumentasi dan Kalibrasi
BAB 2
A. KARAKTERISTIK SENSOR/TRANSDUSER
Secara umum, karakteristik sensor atau transduser dibagi menjadi dua yaitu: (1)
Karakteristik Statis (Static Charasteristics); dan (2) Karakteristik Dinamis (Dynamic
Characteristics).
1. Karakteristik Statis
Karakteristik statis sebuah sensor/transduser sangat banyak yaitu:
a. Akurasi (Accuracy)
Sejauh mana sensor dapat menunjukkan hasil yang mendekati nilai sesungguhnya.
b. Presisi (Precision)
Presisi dapat diartikan dengan ketepatan dan sangat erat hubungannya dengan
akurasi. Contoh pada saat kita mengukur panjang sebuah balok menggunakan
mistar. Akurasi berkaitan dengan kesesuaian mistar menunjukkan ukuran sesuai
dengan panjang sesungguhnya, sedangkan presisi menjamin ketelitian dalam
membaca angka ukuran pada mistar tersebut.
c. Resolusi (Resolution)
Resolusi dapat diartikan dengan ketelitian, yaitu skala terkecil yang digunakan
dalam pengukuran.
d. Sensitifitas (Sensitivity)
Sensitifitas dapat diartikan sebagai kepekaan, yaitu perbandingan kenaikan
keluaran terhadap kenaikan masukan.
e. Selektifitas/Spesifisitas (Selectivity/Specificity)
Kemampuan sensor dalam memilih variabel yang akan ditampilkan nilaiarkan
hasil pengukurannya.
f. Sinyal minimum yang terdeteksi (Minimum Detectable signal/MDS)
Jika input transduser tidak tercampur dengan noise, kemampuan transduser
menampilkan nilai terkecil yang reliabel tanpa tambahan noise darinya dinamakan
sinyal minimum yang dapat dideteksi dari sebuah transduser.
1
Instrumentasi dan Kalibrasi
2. Karakteristik Dinamis
Karakteristik dinamis sebuah sensor/transduser antara lain :
Fungsi transfer, tanggapan frekuensi, Impulse Response, dan Step response.
SENSOR
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa ujung depan sistem instrumentasi adalah sensor.
Pengertian sensor dapat dicermati dari beberapa definisi berikut ini.
A device that responds to a physical stimulus, such as thermal energy, electromagnetic
energy, acoustic energy, pressure, magnetism, or motion, by producing a signal, usually
electrical.
www.bandwidthmarket.com/resources/glossary/S2.html
A device that responds to a physical stimulus (heat, light, sound, pressure, motion, flow, and so
on), and produces a measurable corresponding electrical signal
www.allaboutmems.com/glossary.html
2
Instrumentasi dan Kalibrasi
Berdasarkan definisi-definisi tersebut jelas bahwa fungsi utama dari sensor adalah
mengubah rangsangan fisik (energi non listrik) seperti energi termal, energi akustik, tekanan,
gerakan dan lain-lain menjadi sinyal listrik (energi listrik).
Ada beberapa jenis sensor dalam sistem elektronika, baik yang berupa komponen
tunggal atau rangkaian terintegrasi. Besaran yang dihasilkan biasanya resistansi, induktansi,
kapasitansi, arus atau tegangan. Suatu contoh, sensor cahaya LDR (Light Depending Resistor)
akan mengubah perubahan energi cahaya menjadi perubahan resistansi, sensor suhu LM35
akan mengubah energi panas (suhu) menjadi besaran arus atau tegangan.
TRANSDUSER
Selain istilah sensor, dalam teknik instrumentasi elektronika juga dikenal istilah
transduser yang memiliki fungsi hampir sama atau bahkan sama dengan sensor. Perbedaan
pengertian antara sensor dan transduser sangatlah tipis sehingga definisi juga tidak jauh
berbeda. Hal ini dapat dilihat pada definisi-definisi berikut ini.
A device which converts one form of energy into another. The diaphragm in the telephone and
the carbon microphone in the transmitter are transducers. They change variations in sound
pressure (your voice) to variations in electricity, and vice versa.
www.marconi.com/html/glossary/glossaryt.htm
A device that converts energy from one form to another, such as optical energy to electrical
energy.
www.fiber-optics.info/glossary-t.htm
A mechanism which converts energy from one form to another. For example, a diaphragm
converts soundwaves to mechanical vibrations, while a microphone converts them to electrical
current, and a loudspeaker or earphone converts electrical energy into soundwaves. The
diaphragm, microphone and loudspeaker are all transducers.
www2.nlc-bnc.ca/gramophone/src/gloss.htm
a device that converts energy from one form to another, retaining the amplitude variations of
the energy being converted. Examples include a microphone, which converts acoustical energy
3
Instrumentasi dan Kalibrasi
into electrical energy; a loudspeaker, that does the reverse; a photocell that converts light
energy to electrical energy.
www.owlnet.rice.edu/~elec201/Book/glossary.html
Berdasarkan definisi di atas, transduser dapat diartikan sama dengan sensor yaitu
mengubah besaran non listrik menjadi besaran listrik. Contoh transduser misalnya
mikropon, loudspeaker dan lain sebagainya. Motor dan generator tidak termasuk sebagai
transduser.
AKTUATOR
Aktuator merupakan perangkat yang menghasilkan aksi mekanik berdasarkan sinyal
inputnya, baik bersifat listrik maupun fluida (pneumatik dan hidrolik). Aktuator biasanya
digunakan pada sistim kendali. Sehingga input aktuator berasal dari sistem kendali dan aksi
mekanik yang dihasilkan aktuator digunakann untuk menggerakkan sistem yang dikendalikan.
Ada beberapa pengertian yang dapat digunakan untuk memperjelas definisi dari aktuator.
Misalnya :
mechanical action in response to an input signal, which may be either electric or fluidic.
www.siemensauto.com/glossaries/electronics_glossary.html
A mechanical, pneumatic, hydraulic or electric device in a control system that furnishes the
power to change and/or maintain the position of an element (such as an end-effector) the
performs a task. The actuator responds to a signal received from the control system.
www.unt.edu/robotics/glossaryA-D.htm
A device which transforms an electric signal into a measured motion using hydraulic,
pneumatic or pyrotechnic (explosive) action.
www.spenvis.oma.be/spenvis/help/system/glossary.html
4
Instrumentasi dan Kalibrasi
MACAM-MACAM SENSOR/TRANSDUSER
3. Temperatur
Beberapa proses industri memerlukan pengukuran temperatur yang akurat, karena
temperatur tidak dapat dikendalikan secara pasti tanpa pengukuran yang tepat. Temperatur
merupakan kemampuan tubuh atau bodi dalam berkomunikasi atau melakukan transfer
energi. Di sisi lain, kita dapat mendefinisikan temperatur sebagai potensial dari energi
panas untuk merambat. Ingat bahwa panas mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur
rendah.
Sensor atau transduser temperatur yang digunakan dalam instrumentasi elektronik
antara lain :
a. Termokopel (Thermocouple)
Termokopel terdiri persambungan dua buah logam yang berbeda. Jika ujung
sambungan dipanaskan, maka pada ujung lain dari masing-masing logam akan
menghasilkan perbedaan tegangan. Semakin tinggi suhu titik persambungan,
maka akan semakin tinggi perbedaan tegangan dari masing-masing ujung logam
tersebut. Termokopel ini sangat luas digunakan dalam dunia industri dalam
pengukuran panas.
Copper
Iron
X1
Thermocouple
junction Vout
X2
Constantan Copper
Gambar-2. Termokopel
5
Instrumentasi dan Kalibrasi
Thermistor
Thermistor merupakan salah sensor suhu, dimana perubahan panas diubah
menjadi perubahan resistansi. Dengan kata lain thermistor merupakan sebuah
resistor yang sangat peka terhadap suhu. Semakin tinggi suhu akan
mengakibatkan nilai resistansi semakin rendah. Bahan yang digunakan biasanya :
nikel oksida, mangan, kobalt, tembaga atau logam lain yang peka terhadap suhu.
Jangkauan panas yang dapat diukur oleh thermistor lebih rendah dibanding
termokopel. Ada dua macam thermistor berdasarkan karakteristik perubahan nilai
resistansinya, yaitu PTC dimana semakin besar suhu mengakibatkan resistansi
juga semakin besar, sedangkan NTC semakin besar suhu nilai resistansi akan
semakin turun.
b. RTD (Resistance Temperature Detector)
Logam murni seperti platina, nikel, tungsten dan tembaga memiliki koefisien
positif, artinya semakin tinggi suhu akan mengakibatkan meningkatnya
resistansi. Jangkauan pengukuran suhu menggunakan RTD antara 0 s.d 266 0 C.
6
Instrumentasi dan Kalibrasi
7
Instrumentasi dan Kalibrasi
c. IC LM35
Sensor temperatur seri LM35 merupakan sebuah sensor temperatur berupa
rangkaian terintegrasi, dimana outputnya berupa tegangan yang secara linier
sebanding dengan temperatur Celcius (Centigrade). Sehingga LM35 memiliki
keistimewaan dibandingkan sensor temperatur linear yang bisanya dinyatakan
dalam Kelvin, yaitu pengguna tidak perlu mengurangi hasil output sensor dengan
bilangan konstan 273 0 . Selain itu LM35 tidak memerlukan kalibrasi eksternal,
dengan tingkat akurasi ±¼°C pada suhu kamar, atau ±¾°C untuk jangkah
pengukuran -55 to +150°C. Karakteristik lain dari IC LM35 adalah, memiliki
impedansi output yang rendah, output linier, mudah dioperasikan dan
digabungkan dengan rangkaian berikutnya misalnya rangkaian kendali. LM35
dapat dioperasikan dengan power supply tunggal maupun power supply ganda
(plus dan minus), dan hanya membutuhkan arus 60 µA, panas yang dihasilkan
juga tidak terlalu tinggi (kurang dari 0.1°C) meskipun tanpa pendingin. LM35
mampu mengukur temperatur dengan jangkah -55° to +150°C, sedangkan untuk
seri LM35C memiliki jangkah pengukuran -40° to +110°C. Kemasan seri LM35
dalam bentuk sama dengan kemasan transistor TO-46, sedangkan seri LM35C,
LM35CA dan LM35D juga tersedia dalam bentuk kemasan TO-92, dan seri
LM35D juga juga tersedia dalam kemasan TO-220.
8
Instrumentasi dan Kalibrasi
(a) (b)
(c) (d)
Gambar-7. Kemasan LM35 model (a) TO-46; (b) SO-8; (c) TO-92 dan (d) TO-220
4. Cahaya
Sensor cahaya merupakan pengembangan hasil penemuan Heinrich Hertz pada
tahun 1887 tentang efek fotolistrik. Sensor cahaya ini banyak digunakan karena sensor
9
Instrumentasi dan Kalibrasi
a. Photoconductive
Transduser photoconductive, adalah transduser yang mengubah perubahan
intensitas cahaya menjadi perubahan konduktifitas. Ada jenis, yaitu : (1) bulk
photoconductors, misalnya photoresistor, dan (2) PN junction photoconductor
seperti photodioda, phototransistor dan photo Darlington.
Photoresistor
Beberapa tahun sebelum Hertz menemukan efek fotolistrik, Willoughby Smith
mengemukakan bahwa resistansi sepotong selenium akan menurun jika diberi
cahaya. Konsep ini sama dengan prinsip yang terjadi pada photoresistor. Bahan
yang digunakan untuk photoresistor antara lain Cadmium Sulfit (CdS) atau
Cadmium Selenide (CdSe). Photoresistor ini juga sering disebut dengan LDR
(Light Depending Resistor).
10
Instrumentasi dan Kalibrasi
Photodiode
Intensitas cahaya juga dapat dideteksi oleh junction PN dalam semikonduktor
seperti photodiode dan phototransistor. Arus yang dihasilkan oleh photodiode
biasanya relatif kecil, sehingga perlu rangkaian penguat agar hasil keluarannya
dapat terbaca. Kadang-kadang rangkaian penguat ini sudah dijadikan satu dengan
sensor photodiode dalam satu kemasan, sehingga keluaran yang dihasilkan sudah
layak untuk proses berikutnya. Gambaran lengkap dari photodiode beserta contoh
aplikasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar-11. Photodiode
11
Instrumentasi dan Kalibrasi
Phototransistor
Phototransistor hampir sama dengan photodiode yaitu termasuk bersifat
photosesnsitive. Perbedaannya, phototransistor memiliki arus yang besar dan
memiliki penguatan, sehingga penginderaan menjadi lebih peka dan mudah
terbaca. Keterangan lengkap beserta contoh aplikasi phototransistor dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar-13. Phototransistor
b. Photovoltaic
Photovoltaic adalah sensor cahaya yang menghasilkan tegangan. Besarnya
tegangan yang dihasilkan tergantung intensitas cahaya yang mengenainya.
12
Instrumentasi dan Kalibrasi
c. Photoemissive
Photoemissive transducer pada prinsipnya mengeluarkan elektron pada saat
terkena cahaya, misalnya tabung hampa. Meskipun tabung hampa sudah
digantikan dengan semikonduktor, tetapi masih ada dua jenis sensor tabung
hampa yang digunakan di industri sebagai sensor cahaya yaitu phototube dan
photomultiplier. Gambaran lengkap dari sensor cahaya photoemission dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar-15. Phototube
13
Instrumentasi dan Kalibrasi
Gambar-16. Photomultiplier
14
Instrumentasi dan Kalibrasi
BAB 3
15
Instrumentasi dan Kalibrasi
c. Tipe Piezo-electric
Sensor tekanan tipe ini bekerja berdasar efek piezo-elektrik, yaitu listrik yang
dihasilkan sebanding dengan besar gaya yang menekan
Strain Gauges
Strain gauges digunakan untuk mengukur tekanan atau tarikan. Jika sebuah
konduktor ditarik atau ditekan maka diameter akan berubah. Perubahan diameter ini akan
mempengaruhi nilai resistansi. Dengan demikian sensor strain gauge ini akan mengubah
besaran tekanan menjadi resistansi.
Bahan yang digunakan untuk strain gauge adalah nikel, mangan, nikrom,
constantan dan besi. Adapun jenis strain gauge adalah : (1) Wire wound strain gauges; (2)
16
Instrumentasi dan Kalibrasi
Foil type strain gauges dan (3) Semiconductor strain gauges. Berikut ini macam-macam
strain gauge resistansi.
17
Instrumentasi dan Kalibrasi
18
Instrumentasi dan Kalibrasi
Dalam pemakaian di industri proses, manometer pipa-U kurang praktis. Gambar berikut
menyajikan jenis dead weight calibrator.
19
Instrumentasi dan Kalibrasi
3.2 TEMPERATURE
Suhu adalah ukuran derajat aktivitas termal partikel dalam material. Jika dua benda
berbeda suhunya, panas akan ditransmisikan dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih
dingin sampai kedua benda memiliki suhu yang sama (disebut keseimbangan termal).
20
Instrumentasi dan Kalibrasi
Klasifikasi Uraian
21
Instrumentasi dan Kalibrasi
Vapor-filled pressure-change
IIA – Dirancang untuk suhu di atas suhu lingkungan
II IIB – dirancang untuk suhu dibawah suhu lingkungan
IIC – Dirancang u/ suhu diatas dan bawah suhu lingkungan
IID – Dirancang untuk seluruh suhu
Gas-Filled pressure-change
III IIIA – full compensation
IIIB – case compensation
22
Instrumentasi dan Kalibrasi
3.2.4 Termokopel
Berisi pasangan konduktor yang terdiri atas dua logam atau paduan berbeda yang ujungnya
saling dihubungkan. Cara kerjanya didasarkan atas kombinasi efek termoelektrik. Ketika dua
titik hubung dua jenis logam yang berbeda (T1 dan T2), akan timbul tegangan listrik antara
titik M dan N.
Hubungan antara suhu dan tegangan adalah sebagai berikut.
v0 = C1 (T1 − T2 ) + C2 (T1 − T2 ) 2
Dengan,
C1 dan C2 = konstanta termoelektrik material
T1 dan T2 = Suhu titik hubung
23
Instrumentasi dan Kalibrasi
24
Instrumentasi dan Kalibrasi
3.2.5 PYROMETER
Pirometer digunakan untuk mengukur suhu berdasar prinsip radiasi termal yang dipancarkan
benda. Kelebihan pirometer adalah, tidak menyentuh objek terukur. Dengan demikian
pengukuran hampir tidak mempengaruhi suhu benda. Pirometer banyak digunakan untuk
mengukur lelehan besi dan suhu tanur pembakaran
25
Instrumentasi dan Kalibrasi
A2 ⎛ p − p2 ⎞
Q= 2 g ⎜⎜ 1 + z1 − z 2 ⎟⎟
1 − ( A2 / A1 ) ⎝ ρ
2
⎠
26
Instrumentasi dan Kalibrasi
27
Instrumentasi dan Kalibrasi
Cv A2 ⎛ p − p2 ⎞
Q= 2 g ⎜⎜ 1 + z1 − z 2 ⎟⎟
1 − ( A2 / A1 ) ⎝ ρ ⎠
2
28
Instrumentasi dan Kalibrasi
Laju alir volume, Q, diperoleh dengan persamaan 3.9. Nilai koefisien elbow meter (C)
berkisar antara 0,56 dan 0,88
29
Instrumentasi dan Kalibrasi
3.3.6 CORIOLIS
Coriolis mass flowmeter terdiri dari unit sensor dan unit transmiter elektronik. Unit sensor
dapat berupa satu atau dua flow tube. Unit sensor menggunakan mekanisme magnetic coil
untuk menggetarkan flow tube, yang bergetar dengan frekuensi atau harmoni alami seperti
garputala. Aplitudo puncak getaran umumnya kurang dari 1/10 inch.
Fluida yang melewati tube akan menghasilkan gaya coriolis, yang selalu melawan arah
aliran dan menyimpangkannya. Fulida yang makin cepat sisi inlet dan lambat di sisi outlet
akanmenyebabkan tube memuntir. Jumlah puntiran berbanding lurus dengan laju alir
massa yang melewati tube. Dua detektor ditempatkan di masing-masing sisi dari flow
tube, mengirimkan informasi ini (sebagai suatu shift perbedaan fasa) kepada unit
transmiter elektronik, untuk kemudian diproses dan di-display.
a. Efek Coriolis Vibration
30
Instrumentasi dan Kalibrasi
31
Instrumentasi dan Kalibrasi
32
Instrumentasi dan Kalibrasi
- Penerapan
Metode apungan diterapkan untuk tangki terbuka dengan rentang pengukuran antara 75 mm
dan 15 m. Suhu operasi maksimum adalah 260 oC dengan ketidaktelitian 1% skala penuh.
Gaya yang bekerja pada batang apung adalah sama dengan berat batang dikurangi gaya apung
oleh cairan di sekitarnya. Gaya neto sebesar
f = mg − ρgAh
Dengan:
- f = gaya neto (N)
- m = massa batang (kg)
- g = gravitasi (9,81 m s-2)
- ρ = densitas cairan (kg m-3)
33
Instrumentasi dan Kalibrasi
- Penerapan
Metode anjakan dapat digunakan untuk tangki terbuka atau tertutup dengan rentang
pengukuran berkisar antara 0,15 dan 3,6 meter. Suhu operasi hingga 450 oC dengan
ketidaktelitian 0,5% skala penuh. Dengan pemilihan yang tepat, tipe ini dapat dipakai
untuk semua jenis cairan. Fluktuasi densitas atau tekanan dapat ditangani dengan baik.
Dapat digunakan untuk pengukuran suhu tinggi dan tinggi bidang batas dua cairan.
34
Instrumentasi dan Kalibrasi
Metode radiasi ultrasonik didasrkan atas efek gema yang dipantulkan oleh
permukaan cairan. Metode ini sangat handal, akurasinya baik, dan efek korosi dan
efek korosidan kontaminasinya dapat minimum. Kelemahannya adalah terganggu
oleh adanya debu, busa, pengembunan uap, dan relatif mahal. Metode ini dapat
diterapkan dengan baik pada tangki terbuka atau tertutup dalam rentang pengukuran
yang luas. Suhu operasi hingga 150 0C dengan ketidaktelitian 1% skala penuh.
35