You are on page 1of 2

LULUS CEPAT ATAU LULUS TEPAT ; Silahkan Memilih!

Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)

Lalu kapan saya akan diwisuda, adik kelas sudah lebih dulu. Hati cemas merasa
masih begini, teman baik sudah di DO, orang tua di desa menunggu, calon istri
gelisah menanti... (Koboy Kampus ; Panas Dalam)

Lirik lagu Koboy Kampus karya Panas Dalam diatas mungkin akan menjadi
sound track bagi mahasiswa-mahasiswa yang "betah" di kampus. Betah di kampus,
bagi saya banyak sekali kriteria alasan yang dapat dijadikan faktor kenapa masih
banyak mahasiswa yang memilih atau bukan karena pilihannya menjadi hidup (maaf;
lama) di kampus.
Pertama, betah di kampus karena memang benar-benar merasa masih betah
hidup di kampus, misal : karena merasa lebih enak menjadi mahasiswa yang selalu
dikasih duit bulanan sama orang tua yang akhirnya mahasiswa itu merasa keenakan.
Kedua, betah di kampus karena faktor akademik, misal : karena permasalahan nilai
yang kurang/belum mencukupi standar kelulusan. Ketiga, betah di kampus karena
"disayang" dosen pembimbing tugas akhir (skripsi), misal : dosen pembimbing yang
susah ditemui di kantor, dosen pembimbing yang mengedapankan subyektifisme
(selera/penilaian pribadi) saat membimbing mahasiswa skripsi atau susah di hubungi
atau bisa jadi karena memang benar-benar sangat disayangi oleh dosen pembimbing
skripsi. hohoow.... Keempat, betah di kampus karena "Cinta", Upss... misal : nunggu
lulus bareng pacar yang satu atau dua angkatan dibawahnya. Kelima, betah di kampus
karena masih merasa perlu menggali potensi sebagai mahasiswa sebelum memasuki
dunia kerja atau masih butuh banyak pengalaman dalam dunia mahasiswa. Tapi
biasanya, kriteria alasan yang kelima ini sudah jarang ditemui, walau masih ada
beberapa. hheu...
Kembali ke judul yang saya tuliskan di atas, LULUS CEPAT ATAU LULUS
TEPAT adalah sebuah pilihan bagi setiap mahasiswa. Ketika orientasinya ingin
LULUS CEPAT, ya monggo "autis" dengan kesibukan akademik, misal : kuliah
terus, nyatet semua yang di tampilin slide power point/OHP dosen, jangan pernah
membolos, mengerjakan semua tugas, pokoknya jangan pernah beralih ke kesibukan
lain selain kesibukan yang terkait dengan kuliah, kuliah dan kuliah. Sedangkan ketika
orientasinya adalah ingin LULUS TEPAT, konsekuensinya selain sibuk di akademik
juga harus sibuk atau mau mencari ilmu/pengalaman lain di luar akademik, misal :
kuliah sambil berorganisasi, kuliah sambil kerja, aktif di forum-forum diskusi
(lembaga kajian) atau kuliah sambil aktif di kegiatan-kegiatan sosial yang ada baik di
internal kampus maupun di luar kampus, tapi dengan catatan bagaimanapun caranya
akademik jangan sampai terbengkalai. Jadi, maksud saya begini. Ketika si Mahasiswa
itu aktif dalam organisasi atau kegiatan-kegiatan di luar akademik, mahasiswa itu juga
harus aktif di akademik juga, misal : jangan cuma baca-baca buku di luar perkuliahan,
tapi lahap juga buku-buku perkuliahan, aktif berdiskusi di kelas, tugas juga jangan
lupa di kerjakan. Nah, kalau misalnya ternyata pihak fakultas memberlakukan
kebijakan presensi mahasiswa minimal harus 75%, dalam satu semester, ya silahkan
bagaimana caranya terserah anda yang menjalankan. Intinya manfaatkan jatah 25%
yang boleh tidak hadir di kelas itu untuk kesibukan lain.
Dunia kerja saat ini memang banyak yang menuntut salah satu syarat bekerja,
adalah lulusan yang mempunyai IPK minimal 2,75 atau ada juga lembaga tertentu
yang hanya menerima lulusan yang mempunyai IPK minimal 3,00 atau bahkan
mungkin lembaga yang hanya menerima lulusan yang mempunyai IPK diatas 3,00,
sudah ada juga kali ya... Tapi kalau menurut saya, IPK tinggi tidak jaminan lulusan
tersebut mempunyai skill atau keahlian lain. Bisa jadi lulusan itu gaptek (gagap
teknologi), kurang pengalaman berorganisasi atau wacananya sempit (sekali lagi ;
maaf). Makanya bagi anda (mahasiswa belum lulus atau yang sudah lulus) yang
mempunyai IPK standar/biasa-biasa saja, jangan berkecil hati, tidak usah pake minder
segala, apalagi kalau sampai bunuh diri (lebay : mode on) karena yang penting anda
punya banyak skill, potensi atau keahlian lain, maka niscaya pasti banyak dunia kerja
yang sesuai dengan skill atau potensi anda, atau malah kalau mau bisa jadi anda malah
mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, misal : dengan membuat LSM, lembaga
penelitian atau mendirikan industri kecil lainnya.
Sebagai penutup, sudah dibaca semua kan tulisan dari atas sampai bawah?
Jadi, sekarang saya kembalikan ke anda lagi. Anda bebas menggunakan hak pilihnya,
hheu... Silahkan memilih! Mau LULUS CEPAT ATAU LULUS TEPAT?

You might also like