You are on page 1of 4

Juga disunnahkan dibaca pada saat hendak makan, berdasarkan

hadis dalam Sahih Muslim, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda


kepada Umar bin Abi Salamah: "Ucapkan 'bismillah', makanlah dengan
tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat darimu."

Meski demikian, di antara ulama ada yang mewjibkannya.


Disunnahkan pula membaca ketika hendak berijma' (melakukan
hubungan badan), berdasarkan hadis dalam kitab Sahih al-Bukhari dan
Muslim, dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda yang
artinya, "Seandainya seseorang di antara kalian apabila hendak
mencampuri istrinya membaca, 'Dengan nama Allah, jauhkanlah kami
dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau anugerahkan
kepada kami', jika Allah menakdirkan anak melalui hubungan keduanya,
maka anak itu tidak akan diganggu setan selamanya."

Kata "Allah" merupakan nama untuk Rabb. Dikatakan bahwa Allah


adalah al-ismul-a'zham (nama yang paling agung), karena nama itu
menyandang segala macam sifat, sebagaimana firman Allah yang
artinya, "Dialah Allah yang tiada ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia,
yang mengetahui yang gaib dan nyata. Dialah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang." (Al-Hasyr: 22).

Dengan demikian, semua nama-nama yang baik itu menjadi sifat-


Nya. Dalam kitab sahih al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw telah bersabda, "Sesungguhnya Allah
itu mempunyai 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa yang dapat
menguasainya, maka ia akan masuk surga."

Mengenai daftar nama yang sesuai dengan jumlah bilangan ini


diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Namun, antara kedua riwayat itu terdapat perbedaan tambahan dan
pengurangan. (Maksudnya disebutkan di dalam riwayat Tirmizi nama-
nama yang tidak disebutkan di dalam riwayat Ibnu Majah, demikian juga
sebaliknya, pent).

Nama Allah merupakan nama yang tidak diberikan kepada siapa


pun selain diri-Nya, yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Oleh karena itu,
dalam bahasa Arab tidak diketahui dari kata apa nama-Nya itu berasal.
Maka, di antara para ahli nahwu ada yang menyatakan bahwa nama itu
(Allah) adalah ismun jamid, yaitu nama yang tidak mempunyai kata
dasar.

Al-Qurthubi mengutip hal itu dari sejumlah ulama yang di


antaranya adalah Imam Syafi'i, al-Khathabi, Imamul Haramain, al-
Ghazali, dan lain-lain.

Dari al-Khalil dan Sibawaih diriwayatkan bahwa "alif" dan "lam"


dalam kata "Allah" merupakan suatu yang lazim (tak terpisahkan). Al-
Khathabi mengatakan, "Tidaklah anda menyadari bahwa anda dapat
menyerupakan 'ya Allah' dan tidak dapat menyerukan, 'ya ar-Rahman'."
Kalau hal itu bukan dari asal kata, maka tidak boleh memasukkan huruf
nida' (seruan) terhadap "alif" dan "lam". Ada juga yang berpendapat
bahwa kata Allah itu mempunyai kata dasar.

Ar-rahmanirrahim merupakan dua nama dalam bentuk


mubalaghah (bermakna lebih) yang berasal dari satu kata ar-rahmah. Ar-
rahman lebih menunjukkan makna yang lebih daripada kata ar-rahim.

Dalam pernyataan Ibnu Jarir, dapat dipahami adanya


kecenderungan mengenai hal ini. Sedangkan dalam tafsir sebagian
ulama salaf terdapat ungkapan yang menunjukkan hal tersebut.

Al-Qurthubi mengatakan, dalil yang menunjukkan bahwa nama ini


musytaq adalah hadis riwayat at-Tirmizi, dari Abdurrahman bin Auf ra,
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Allah Ta'ala
berfirman: 'Aku adalah ar-Rahman, Aku telah menciptakan rahim (rahm-
kerabat). Aku telah menjadikan untuknya nama dari nama-Ku.
Barangsiapa menyambungnya, maka Aku akan menyambungnya. Dan
barangsiapa memutuskannya maka Aku pun memutuskannya'."

Ini merupakan nash bahwa nama tersebut adalah musytaq, karena


itu tidak diterima pendapat yang menyalahi yang menentang.

Abu Ali al-Farisi mengatakan, ar-rahman merupakan nama yang


bersifat umum dalam segala macam bentuk rahmat, dikhususkan bagi
Allah SWT semata. Sedangkan ar-rahim, dimaksudkan bagi orang-orang
yang beriman. Berkenaan dengan hal ini, Allah SWT berfirman yang
artinya, "Dan Dialah yang Maha Penyanyang kepada orang-orang yang
beriman." (Al-Ahzab: 43).

Ibnu al-Mubarak mengatakan ar-Rahman yaitu jika dimintai, Dia


akan memberi. Sedangkan ar-Rahim yaitu jika permohonan tidak
diajukan kepada-Nya, Dia akan murka. Sebagaimana dalam hadis riwayat
at-Tirmizi dan Ibnu Majah dari Abu Shalih al-Farisi al-Khuzui, dari abu
Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang tidak
memohon kepada Allah, maka Dia akan murka kepadanya."

Nama "ar-Rahman" hanya dikhususkan untuk Allah semata, tidak


diberikan kepada selain diri-Nya, sebagaimana firman-Nya yang artinya,
"Katakanlah: 'Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang
mana saja kalian seru, Dia mempunyai al-Asma'ul-husna (nama-nama
yang terbaik)'." (Al-Israa': 110).

Oleh karena itu, ketika dengan sombongnya Musailamah al-


Kadzdzab menyebut dirinya dengan sebutan rahman al-yamamah, maka
Allah pun memakaikan padanya pakaian kebohongan dan
membongkarnya, sehingga ia tidak dipanggil melainkan dengan sebutan
Musailamah al-Kadzdzab (Musailamah si pendusta).

Sedangkan mengenai "ar-Rahim", Allah Ta'ala pernah


menyebutkan kata itu untuk selain diri-Nya, yang dalam firman-Nya Allah
menyebutkan yang artinya, "Sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu. Amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At-Taubah:
128).

Sebagaimana Dia juga pernah menyebut selain diri-Nya dengan


salah satu dari nama-nama-Nya, sebagaimana firman-Nya yang ertinya,
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari seteter air mani
yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan ia sami'an (mendengar) dan bashiran
(melihat)." Al-Insan: 2).

Dapat disimpulkan bahwa di antara nama-nama Allah itu ada yang


disebutkan untuk selain diri-Nya, tetapu ada juga yang tidak disebutkan
untuk selain dri-Nya, misalnya nama Allah, ar-Rahman, al-Khaliq, ar-
Razzaq, dan lain-lainya.

Oleh karena itu, Dia memulai dengan nama Allah, dan menyifati-
Nya dengan ar-Rahman, karena ar-Rahman itu lebih khusus daripada ar-
Rahim.

Sumber: Terjemahan Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu


Katsir), Tim Pustaka Imam as-Syafi'i

You might also like