Professional Documents
Culture Documents
A. Saat ini, Ilmu-ilmu social tengah mendapat pengaruh mainstream pemikiran ekonomi,
sehingga menimbulkan bias pendekatan yang sentralistik di semua sector pembangunan.
Selain itu, bergulirnya reformasi mendorong terjadinya pergeseran pandangan untuk
mengatasi bias tersebut, yakni dengan cara mengganti pendekatan yang ada dengan cara
berpikir kualitatif. Deddy Mulyana (2003) menyebut dua factor yang mendorong
terjadinya pergeseran pandangan, yakni (1) gugatan para ilmuwan perihal daya
aksplanatori pendekatan kuantitatif-positivistik terhadap objek kajian, dan (2)laju
perubahan social yang begitu cepat memerlukan pendekatan dan model studi yang lebih
kontekstual dan handal. Selain itu kajian kualitatif juga dianggap menghasilkan
mispresentasi terhadap subjek-subjek kajianya . sekalipun tidak sedikit ditemukan kasus-
kasus serupa dalam studi-studi kualitatif. Namun pergeseran minat tidak serta merta
menempatkan pendekatan kualitatif ke posisi yang semula didiuki positivisme-kuantitativ
bahkas sebaliknya paradikma kualitativ masih saja disebut tidak valid
B. Sebagai suatu alternative, pendekatan kulaitatif semestinya memiliki cirri-ciri unik yang
membedakannya dari pendekatan kuantitatif. Cirri-ciri inilah yang nantinya akan
membangun konsep dan definisi pendekatan kualitatif. Dibandingkan dengan penelitian
kuantitatif, penelitian kualitatif memilki karakteristik sebagai berikut : (1)dat penelitian
diperoleh secara langsung dari lapangan, (2) penggalian data dilakukan secara alamiah,
(3) untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori jawaban. Menimbang berbagai
kerancuan yang mi=ungkin muncul, mak cara yang lebih bijaksana untuk memahami
penelitian kualtatif adalah dengan mendudukan penelitian kualitatif sebagai bagian
integral dari bangunan paradigma keilmuan yang selama ini berkrmbang. Secara umum
dalam ilmu social terdapat dua paradigm besar, yakni paradigma positivistic dan
paradigma interpretif (Poerwandari, 1994 : 13). Beberapa cirri penelitian kualitatif ; studi
dalam situasi alamiah, analisis deduktif, kontak personal langsung, perspektif holistic,
perspektif dinamis, orientasi pada kasus unik, netralis empatik, fleksibilitas desain,
periset sebagia instrument kunci.
C. Dalam penelitian kulaitatif, tidak ada istilah sampel, namun sementara sampel tetap
digunakan sebagai penunjuk adanya subjek sebagaimana dalam penelitian kuanatitatif.
Pengambilan sampel dalam studi kualitatif lebih ditekankan pada kualitas dan bukan pada
kuantitas. Secar umum, prosedur pengambilan sampel, (1) tidak diarahkan pada jumlah
ayng besar; (2) tidak ditentukan secara kaku dari awal. Dalam studi kualitatif digunakan
pengambilan sampel model purposive (sesuai tujuan).
D. Obseravasi dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama, dalah pemilihan setting.
Dalam studi kulaitataif digunakan observasi melibat. Persoalan dalam observasi adalah
adanya validitas temuan, untuk mengurangi hal ini dapat dialkuakn dengan cara
memperpanjang tempo pengamatan. Untuk menghindarai adanya bias interpretasi periset,
laporan harus ditulis dalam gaya deskriptif dan bukan interpretative.
E. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Dari sisi
struktur wawancara dapat dibedakan menjadi (1)wawancara alamiah-informal;
(2)wawancara dengan pedoman umum;(3)wawancaea dengan pedoman terstandar
terbuka; (4) wawancara tidak langsung. Bias dan hambatan yang ditemui umumnya
berasala dari keterbatasan etnik, ketidaksamaan budaya, perbedaan agama, perbedaan
kelas ssoia, dan perebedaan usia. Oleh karena itu, hal terpenting yang harus dimiliki
periset kulalitatif adalakah ketrampilan, fleksibel, objektif dan bersedia menjadi
pendengar baik.
F. Pada penelitian kulaitatif, biasanya digunakan dengan mengambil jalan tengah, yakni
instrument tambahan sepanjang hal tersebut tidak mempengaruhi sisi alamiah dari
aktivitas penggalian data.
G. Terdapat 4 konsepsi validitas dalam penelitian kualitatif, yakni validitas kumulatif,
validitas komunikatif, validitas argumentative, dan validitas ekologis.
H. Proses analaisis data kulaitatif berlangsung selama dan pasca pengumpulan data. Proses
analisisi mengalir dari tahap awal hingga tahap penarika kesimpulan hasil studi.
Komponen analisis data secara interaktif asaling berhubungan selama dan sesudah
pengumpuklan data. Hal tersebut membuat penelitian kualitattif disebut pula model
interaktif.
I. Yang harus dimiliki periset dalam penulisa data adalah, kesediaan untuk berubah ketika
kenyataan di lapangan mengahdirkan fenomena yang sama sekali berbeda atau jauh dari
asumsi awal.
J. Pendekatan kualitatif sebagi kritik atas positivism di tanah air cukup menggembirakan.
Karena sudah semestinya kritik dan otokritik menjadi bagian tradisi bagi periset.
Keterbukaan menerima cara-cara berpikir alternative semestinya diperlakukan sebagai
cara untuk menambah warna yang alamiah dari bangunan peradaban manusia.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendahuluan
Imanuel Kant menyebutkan dua jenis realitas, yaitu dunia fenomena dan dunia noumena.
Kedua jenis realitas itu terpisah setelah ada batas yang harus disadarai oleh pikiran
manusia, bahwa ilmu pengetahuan adalah perspektif yang membuat periset menjadi peka
terhadap bagian dunia yang alami, yang fenomenal. Kesulitan untuk meneliti manusia
dalah karena sifatnya yang serba misterius. Di sisi lainnya, manusia juga merupakan
noumena, karena memiliki jiwa, setidaknya sebagian diri manusia memiliki kemauan
bebas. Sehubungan dengan dua sisi manusia yang berbeda, terdapat dua perspektif atau
pendekatan. Yang pertama, pendekatan objective, dan pendekatan subjective. Selama
revolusi metodologi terjadi pergeseran yang berarti sehingga bats-batas disiplin keilmuan
menjdi kabur. Revolusi kualitatif dalam bidang pendidikan, telah ada upaya Mengenal
metode penelitian kualitatif, menilai kemajuan yang telah ditempuh.
1. Periode Tradisional
Dimulai sejak tahun 1990-an hingga tahun 1927. Periode ini digambarkan sebagai
periode “Etnografer Kesepian” , karena para periset kualitatif merasakan pekerjaan
lapangan dengan sangat kesepian, frustasi dan terisolasi.
Dari kelima periode tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa masing-masing periode
masih bekerja hinga kini, penelitian kualitatif mendapatkan gangguan karena
sebelumnya tidak banyak paradigm yang harus dipilih, selain itu periset kualitatif
berada pada momen penemuan dan penemuan kembali seiring terjadinya perdebatan,
yang terakhir, kegotan penelitian kualitatif tidak bias lagi dilihat dari sudut pandang
yang netral, objektif, atau positivis.
A. Pendahuluan
Paradigma dapat di definisikan bermacam-macam, sebagian orang menyebut
paradigm sebagai citra fundamental dari pokok permasalahan di dalam suatu ilmu.
Namun secara umum pardigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau
keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-
hari.
1. Dikotomi muncul akaibat adanya asumsi bahwa “individu dapat membentuk atau
mengubah masyarakat”.
2. Dikotomi juga muncul akibat asumsi umum bahwa individu merupakakn produk
masyarakat.
3. Dikotomi kedua pendapat tersebut disintesiskan oleh Peter L. Berger dalam model
yang memilki perspektif yang berkaitan dengan hubungan antaranggota
masyarakat.
4. Transformasi kedua model itu menghasilkan gambaran yang menyambung.
b. Diskusi Kritis
Dalam diskusi kritis untuk mengetahui post-positivisme lebih jauh harus
menjawab 4 pertanyyan dasar.
b. Implikasi Paradigma
Pertama, fenomena interpretif yang dikembangkan bias menjadi alternatif
untuk menjelaskan fenomena relaitas yang ada. Kedua, munculnya paradigma
baru dalam melihat realitas sosial akan menambah khasanah paham dan
aliran. Ketiga, konstruktivisme memberi warna dan corak yang berbeda dalam
berbagai disiplin ilmu.
a. Implikasi Konseptual
Pertama, paradigma alternative dapat membuka pandangan yang lebih luas
dalam mengetahui eksistensi ilmu pengetahuan. Kedua, paradigma laternatif
dapat menghindarkan pandangan bahwa satu paradigma adalah mencukupi
dan tepat untuk semua masalah. Ketiga, munculnya pluralism pandangan
dalam dunia keilmuan dapat mengurangi kecenderungan dogmatic dalam
memahami dan mencari tahu realitas yang ada. Keempat, pluralism
pandangan tentang keilmuan dapat memperluas cakrawala pemikiran bahwa
pemikiran itu sendiri merupakan suatu pencapaian atau prestasi kultural.
Kelima, pluralism pandangan dapat menyadarkan kita perihal intelegensi yang
majemuk.
b. Implikasi Praktis
Pertama, muatan kurikulum dan cara pengajaran menjadi bervariasi anata satu
sama lain. Kedua, cara pelaksanaan riset dan evaluasi di bidang pendidikan
juga akan berubah.
c. Implikasi Kebijaksanaan
Imlikasi dalam bidang pendidikan; (a) cara kurikulum disusun; (b) cara
rekrutmen. Sedang imlikasi dalam bidang lainnya hamper sama dengan dunia
pendidikan, yang jelas pluralitas paradigma akan menciptakan kemajemukan
kebijaksanaan.
BAB IV
KEDUDUKAN PARADIGMA DALAM KEGIATAN PENELITIAN
A. Pendahuluan
Dengan mendudukan diri pada pandangan paradigmatis, penelitian sosial akan
memperoleh ketajaman dan kejelasan yang konkret. Cara pandang yang dipilih
berimplikasi kuat pada corak pengembangan dalam penelitian yang dilakukan
seperti jenis persoalan empirik yang harus dihadapi dan rekonstruksi pandangan
periset yang harus di pilih, yang harus dipilih periset dalam masalah penelitian.
2. Validitas
Dalam penelitaian kulatatif diakui oleh berbagai kalangan bahwa peralatan yang
dipakai mengandung tingkat ketepatan yang sangat terbatas. Untuk memahami
maslah validitas penelitian kualitataif kiranya mensyaratkan penguasaan
pengetahuan mendasar tentang penggunaan atau penerapan teori penelitian
(mencakup cara berfikir paradigmatik) yang menjadi acuan utama dalam
membuat instrumen penelitaian. Luther menyebutkan ada 5 macama validitas
a. reflectif validty
b. ironic validty
c. Neo-pragmatic validty
d. Rhizomatic validity
e. Situated validity
Jadi kebenaran konsep reliabilitas dan validitas laksana dua sisi darai satu mata
uanag, keduanya tidak terpisahkan sat sama lain reliabilitas berhubungan dengan
tingkat kehandalan data dan validitas berhubungan dengan tingkat kesahihan data.
Dalam konteks ini hal terpenting dari setiap penelitian kualitatif adalah checking
the realibility yaitu bagaimana kekuatan data dapat menggambarkan keaslian dan
kesederhanaan nyata dari setiap inforasi.
BAB V
METODE-METODE DALAM PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendahuluan
Pada pembahasan di bab ini akan dibahas sepulum metode kualitatif yang
dihimpun dari berbagai pihak yang telah mempraktikan atau setidaknya menimba
pengetahuan tentangnya masing-masing metode tersebut adalah
Di antara sepuluh metode tersebut ada dua metode kualitataif yang terus menjadi
perbincangan kalangan ilmuan khususnya para sosiolog di dalam jurnal
internasional keduanya adalah 7. Historical social science (agus Salim) dan 9.
Clinical research (Sawa Suryana)
Penelitian kualitatif berkembang cukup pesat di mualai dari disiplin antropologi di eropa
kemudian berkembang ke amerika dan menyebar ke negara-negara berkembang.mkana dari
penelitian kkualitatif itu sendiri menurut lincoln dapa disimpulkan sebagai berikut penelitian
kualitatif itu mencakup dua ketegangan sekaligus di dalam waktu yang bersamaan. Di satu sisi,
menggambarkan secara luas aliran interpretiv postmoderen, feminis dan kritis yang amat peka
dan di sisi lainya menggambarkan bagian yang lebih bnayak dari aliran positivisme. Post
positivisme dan konsepsi naturalistik dari pengalaman manusiamenurut bruner ( dalam denzin
dan linclon 1994 ;576) kekuatan dari penelitian kualitatif bukan terletak dari objektivitas
metodenya melainkan tiga hal berikut
1. Parsietyang memeiliki kewenangan tersendiri untuk bebas mengadakan pengamatan dan
terbatas dari tekanan teks dan literatur yang ada
2. Parsiet kualitatif yang menyadari keterkaitan historis dan situasi lokal yang akan
mendekatkan pariset dengan kondidi kemanusiaan yanga ada
3. Pariset yang bersifat terbuka dalam menagartikan pluralisme budaya dan selalu terbuka
terhadap setiap kebijakan yang berlaku