You are on page 1of 4

Aliran Fluida Pada Shell & Tube Heat Exchanger

Rangkuman Diskusi KBK Proses


24 Januari 2007 – 26 Januari 2007
Milis Migas Indonesia : http://groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia
Migas Indonesia Online : http://www.migas-indonesia.com
Migas Indonesia Network : http://www.migas-indonesia.net

Editor :
ƒ Zulfan Adi Putra
ƒ Swastioko Budhi Suryanto
ƒ Moderator KBK Proses

Ahmed Syarif – Jurusan Teknik Gas & Petrokimia UI

Saya mahasiswa teknik kimia. Saya masih bingung tentang penentuan fluida yang dialirkan pada
shell jika menggunakan heat exchanger jenis shell and tube. Bisa minta penjelasannya tentang
penentuan kriteria dari dua jenis fluida yang akan ditransferkan panasnya dalam heat exchanger
jenis tersebut. Yang mana yang akan dialirkan di shell dan yang mana yang akan dialirkan di tube.

Terimakasih atas tanggapannya.

Muchlis Nugroho – Rekayasa Engineering

Beberapa pertimbangan fluida ditempatkan di shell atau di tube :


1. Potensi fouling, jika salah satu fluida memiliki potensi fouling/scaling (misalnya karena
punya komponen pengotor) maka sebaiknya ditempatkan di tube. Karena tube lebih mudah
dibersihkan/dirawat dengan mudah.
2. Kebutuhan jenis material, jika suatu fluida memerlukan peralatan dengan jenis material
khusus (misalnya harus alloy yang mahal) maka sebaiknya fluida itu di dalam tube. Karena
material tube itu tersedia dalam berbagai variasi, sedangkan material shell biasanya cuma
carbon steel.
3. Jenis fasa, jika dalam heat exchanger tersebut ada perubahan fasa maka sebaiknya
fluida yang berubah fasa tersebut berada di shell (misalnya evaporator chiller dan
surface condenser). Karena kalau di tube ada resiko hammering. Walaupun ada juga fluida
yang berubah fasa berada di tube dengan arrangement khusus tentunya (misalnya HP
boiler, dan air cooled condenser) karena pertimbangan perawatan, material, dsb.

Jadi pada intinya desain alat itu secara umum harus melalui pertimbangan maintainability,
operability, reliability, constructability, safety, dan economy.

Tapi ada cara lain yang lebih mudah (tapi kalau mahasiswa mungkin malah susah) untuk
menentukan fluida itu berada di shell atau di tube adalah dengan mencari tahu heat exchanger
sejenis yang sudah pernah dibuat dan beroperasi bagaimana arrangementnya, dan bagaimana
performancenya. Short cut saja lah.

Rangkuman Diskusi KBK Proses Milis Migas Indonesia Halaman 1 dari 4


Hasrat Magabe Harahap – Inti Karya Persada Teknik

Disamping yang sudah diuraikan mas Muchlis di atas, sederhananya sebagai "rule of thumb" nya
dengan basis true countercurrent flow adalah : Tube side untuk fluida yang bersifat corrosive,
fouling, scaling dan bertekanan lebih tinggi, Shell Side untuk fluida yang bersifat viscous dan
condense.

Enrico Yandie – Pertafenikki Engineering

I hope this rule of thumb can be useful hints for you.

Fluids to be passed through the shell :


• Fluids of which pressure drop should be low
• Highly viscous fluids
• Fluids which exhibit a low heat transfer rate
• Fluids which undergo the phase change

Fluids to be passed through the tube :


• Dirty fluids
• Fluids at higher pressure
• Corrosive fluids
• Fluids which contain solids
• Cooling water

Adhi Budhiarto – Pertamina Unit Pengolahan II Dumai

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida dalam shell side dan
tube side untuk shell and tube exchanger adalah (urut dari yang paling penting/prioritas utama) :

Korosi
Fluida korosif sebaiknya dialirkan di tube side untuk menghindari korosi pada kedua sisi, yaitu
pada permukaan dalam shell dan pada permukaan luar tube. Jika fluida korosif dialirkan di tube,
maka hanya permukaan tube bagian dalam saja yang mengalami korosi. Jika terjadi kebocoran
pada tube, maka prop saja pada tube yang bocor, trus heat exchanger bisa difungsikan lagi.
Jumlah tube yang di-prop maksimum 10 % atau tergantung kebutuhan heat exchange-nya.

Sediment/ Suspended Solid / Fouling


Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang menyebabkan fouling sebaiknya
dialirkan di tube sehingga dapat memudahkan waktu cleaning (jika keadaan memungkinkan, tube
bundle tidak perlu dicabut untuk cleaning, cukup dengan membuka channel cover terus tembak
deh pakai water jet/mechanical cleaning atau dibantu dengan chemical cleaning). Jika fluida yang
mengandung sediment dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada
stagnant zone di sekitar baffles, sehingga cleaning pada sisi shell menjadi tidak mungkin
dilakukan tanpa mencabut tube bundle.

Best practice fouling factor untuk Oil Refinery streams (dalam hr.ft2.oF/Btu) :
• Gas dan vapor di Crude dan Vacuum unit :
ƒ Atmospheric tower overhead vapours : 0,001

Rangkuman Diskusi KBK Proses Milis Migas Indonesia Halaman 2 dari 4


ƒ Lght naphtha : 0,001
ƒ Vacuum overhead vapours : 0,002
• Crude oil (0 s/d 232 oC)
ƒ velocity < 2 ft/s : 0,003
ƒ velocity 2 s/d 4 ft/s : 0,002
ƒ velocity > 4 ft/s : 0,002
• Gasoline : 0,002
• Naphtha/light distillate/kerosene/light gas oil : 0,002 - 0,003
• Heavy gas oil : 0,003 - 0,005
• Heavy fuel oil : 0,005 - 0,007
• Kerosene : 0,002 - 0,003

Viscosity
Koefisien heat transfer yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan menempatkan fluida yang lebih
viscous pada shell side sebagai hasil dari peningkatan turbulensi akibat aliran crossflow
(terutama karena pengaruh baffles). Biasanya fluida dengan viscosity > 2 cSt dialirkan di shell
side untuk mengurangi luas permukaan perpindahan panas yang diminta. Koefisien perpindahan
panas yang lebih tinggi terdapat pada shell side, karena aliran turbulen akan terjadi melintang
melalui sisi luar tube dan baffle.

Pressure
Kecuali dipengaruhi oleh faktor lain, maka fluida dengan pressure yang lebih tinggi sebaiknya
dialirkan di tube, sehingga shell dapat didesain untuk tekanan operasi yang lebih rendah dan heat
exchanger menjadi lebih murah. Jika fluida dengan pressure yang lebih tinggi dialirkan di shell
side, maka baik shell maupun tube bundle harus didesain untuk pressure yang tinggi. Sedangkan
jika fluida dengan pressure yang lebih tinggi ditempatkan pada tube side, maka bagian-bagian
yang harus didesain pada tekanan tinggi hanya channel, channel cover, dan tube bundle saja.
Alasan lain adalah karena tekanan kerja yang diberikan pada internal tube dua kali tekanan kerja
external tube.

Condensing vapours
Biasanya condensing vapours dialirkan di shell side untuk memfasilitasi penghilangan condensate.

Temperatur
Kecuali dipengaruhi oleh faktor lain, biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan
temperatur lebih tinggi pada tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya ke arah
permukaan luar tube/ke arah shell sehingga akan diserap sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di
shell. Jika fluida dengan temperatur lebih tinggi dialirkan pada shell side, maka transfer panas
tidak hanya dilakukan ke arah tube, tapi ada kemungkinan transfer panas juga terjadi ke arah
luar shell alias ke lingkungan (yah pengaruhnya kecil sih, makanya jadi prioritas terakhir untuk
dipertimbangkan).

Best practice penempatan fluida di shell atau di tube :


• Fluida yang mengalir pada shell :
ƒ Condensing vapours
ƒ Allowable pressure drop yang lebih rendah
ƒ Jumlah aliran yang lebih besar dengan sifat fisis yang sama dengan fluida di tube
ƒ Fluida viscous yang clean
ƒ Vaporizing

Rangkuman Diskusi KBK Proses Milis Migas Indonesia Halaman 3 dari 4


• Fluida yang mengalir pada tube :
ƒ Cooling water
ƒ Fluida tekanan tinggi
ƒ Fluida korosif/alloy construction

Khusus untuk cooling water, pertimbangkan penggunaannya jika temperatur proses tinggi, karena
temperatur proses yang tinggi dalam water-cooled exchanger dapat menyebabkan :
• Overheating cooling water pada tube wall (akan menyebabkan mineral scaling)
• Perbedaan temperatur yang tinggi antara shell dan tube (mechanical problem)

Best practice-nya, jangan gunakan cooling water jika fluida panas > 200 oC untuk mencegah
terjadinya fouling yang disebabkan oleh hardness salts dalam air. Selain itu, temperatur air
keluar dibatasi maksimum 50 oC.

Semoga bermanfaat.

Rangkuman Diskusi KBK Proses Milis Migas Indonesia Halaman 4 dari 4

You might also like