You are on page 1of 10

Kata pengantar.

Bismillahirahmanirahim
Pertama-tama mari kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, Dan tidak
lupa pula kita hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah SAW,
Nabi yang telah mengukur tingkat kebatila dan menghamparkan pemadani-permadani di
atas panji-panji Nur ilahi yaitu Minasyulumati Ilannur.
Dan tidak lupa pula terimakasi sebesar-besarnya kepada saudara saya yang telah
membantu dalam merangkung makalah ini yaitu saudara Edi Indrawan dan juga kepada
kanda-kanda yang telah membantu saya terutama kanda Wandi SH.
Adapun isi dari makalah ini sifatnya terbatas dikarenakan atas problematika,
Inilah yang coba saya sebagai seorang mahasiswa hukum untuk sedikit belajar menulis
dan mengorek sedikit tentang penegakan hukum kita yang sudah setengah abad lebih
berada dalam keterpurukan dan hidup dalam labirin ketidakpastian serta terombang
ambing dalam badai hukum yang tidak jelas. Melihat realita tersebut saya sebagai
seorang mahasisawa hukum merasa tertantang dan terpanggil untuk menuangkan
beberapa goresan-goresan tangan amatir ini untuk menyusun makalah sederhana ini.
Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan sabar
dan ikhlas telah membantu saya.

Makassar, 08 Januari 2009.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A.I. Tinjauan umun

II. Tanggapan para pakar hokum klasik

III. Pembagian system hokum

B.I. Prioritas utama Penegakan Hukum di Indonesia

II. prioritas utama dalam penegakan hokum

III. Pokok-pokok dalam penegakan hokum

C.I. Penegakan Hukum dan Pemulihan ekonomi

D . Pembahasan

E . Penutup

Dafstar Pustaka
A.I. TINJAUAN UMUM

Setelah rezim silih berganti, justru penegakan hukum di Indonesia semakin


terpuruk dan suka atau tidak suka keterpurukan hukum menimbulkan dan membawa
dampak negatif terhadap sektor kehidupan lain, terutamanya sektor perekonomian
bangsa, semaksimal apapun yang di upayakan dalam sektor ekonomi oleh para pakar
ekonomi kita, tetapi sepanjang bangsa ini belum mampu menemukan solusi dan keluar
dari keterpurukan hukum semua upaya tadi akan sia – sia belaka.
Seperti hal yang terjadi, selama tahun 2008 yaitu banyak terjadi pelanggaran
hokum baik anak bangsa sendiri maupun bangsa luar itu sendiri, terutama dalam hal
korupsi, narkotika dan mutilasi atau pembunuhan.

II. Tanggapan para pakar hokum klasik.


Dalam proses penegakan hukum, berangkat dari konsep Lawrence Meir Friedman
(1975, 1998) tentang tiga unsur system hukum ( Three Elements Of Legal System ).
Ketiga unsur sistem hukum tersebut adalah sebagai berikut :
a. Legal Srtuktur (Srtucture).
b. Legal Substansi (Substance).
c. Legal Kultur (Culture).
Persoalan yang maha berat yang kita di Indonesia hadapi sekarang adalah
keterpurukan dalam ketiga unsur hukum tersebut.
Menurut Friedman (1975: 14) ; the structure of a system is its skeletal framework;
it is the permanent shape, the institutional body of the system, the tough, rigit bones that
keep the process flowing within bounds…”. Jadi, struktur adalah kerangka atau
rangkanya, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberi semacam bentuk dan
batasan terhadap keseluruhan (2001 : 7). Di Indonesia jika berbicara tentang struktur
sistem hukum Indonesia, maka termasuk di dalamnya srtuktur institusi – institusi penegak
hukum, seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Misalnya kita berbicara tentang
hierarki peradilan umum di Indonesia, mulai dari yang terendah adalah pengadilan negeri
hingga yang terpuncak adalah Mahkama Agung republic Indonesia. Jelasnya, struktur
bagaikan foto diam yang menghentikan gerak (a kind of still photograph, which freezes
the action).
Selanjutnya, menurut Friedman (1998: 20), the substance is composed of
substantive rules and rules about how institutions should be have. Jadi, yang di maksud
dengan substansi adalah aturan, norma, pola prilaku nyata manusia yang berada dalam
sistem itu. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam
sistem hukum tersebut, mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang
mereka susun. Substansi juga mencakup living law (hukum yang hidup), bukan hanya
aturan yang ada zdalam kitab undang – undang atau law books.
Akhirnya, menurut Friedman (1998: 20) tentang the legal culture, system their
beliefs, values, ideas, and expectations. Jadi, kultur hukum menurut Friedman adalah
sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan, nilai, pemikiran, serta
harapannya. “Legal culture refers, then, to those parts of general culture-costums,
opinions, ways of doing and thinking that bend social forces to ward or away from the
law and in particular ways”. Pemikiran dan pendapat ini sedikit banyak menjadi penentu
jalannya proses hukum. Jadi, dengan kata lain, kultur hukum adalah suasana pemikiran
sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau
disalahgunakan. Tampa kultur hukum, maka sistim hukum itu sendiri tidak akan berdaya
dan berjalan dengan sebagaimana mestinya, seperti ikan mati yang terkapar di keranjang,
bukan seperti ikan hidup yang berenang di laut.

III. Pembagian system Hukum.


Secara singkat, cara lain untuk menggambarkan ketiga unsur sistem hukum
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sruktur diibaratkan sebagai mesin.
b. Substansi adalah apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh mesin tersebut.
c. Kultur hukum adalah apa saja dan siapa saja yang memutuskan untuk
menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana mesin itu
berkerja dan digunakan.
Yang sangat menyedihkan adalah fakta bahwa ketiga unsur sistem huku Indonesia
mengalami keterpurukan yang sangat luar biasa. Setelah puluhan tahun supremasi hukum
dan keadilan yang didambakan masyarakat tidak jua kunjung datang, bahkan
keterpurukan hukum di Indonesia semakin menjadi – jadi. Kepercayaan warga
masyarakat terhadap law enforcement semakin memburuk, sehingga mayarakat Indonesia
tidak sekedar termasuk bad trust society, tetapi sudah tiba pada kualifikasi worst trust
society.
Oleh karena itu, muncul syair bagi para penegak hukum yang juga bernada
menggerenalisasi yang bunyinya : “Mereka tak memperhatikan hukum, tetapi mereka
hanya bersembunyi dibelakangnya. Mereka menggunakannya sebagai palu untuk
melindungi para koruptor dan pelanggar HAM yang punya duit besar dan kekuasaan
besar. Mereka tak tertarik pada hukum, tetapi hanya mau menang, sebab kemenangan di
pengadilan memuaskan ego mereka dan mengisi kantong mereka. Demi uang, mereka
serahkan integritas mereka dan demi uang mereka membuat keadilan menjadi frustasi…”

B.I. PRIORITAS UTAMA PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.


Banyaknya masalah-masalah hokum yang terjadi dalam tahun 2008 yang lalu
telah memberikan banyak pelajaran kepada para penegak hokum itu sendiri dalam
pengembangan atau dalam profesionalitas dalan menjalangkan hokum.tetapi bagaimana
para oknum-oknum yang melakukan penggaran hokum aitu sendiri apakah mereka dapat
menuntaskan permasalah-pemasalahan yang seperti itu?.itu menjadi pertanyaan besar
yang harus dijawab oleh para penegak hokum itu sendiri.

II. Prioritas utama dalam penegakan hokum.


Ada tiga prioritas utama penegakan hukum di Indonesia untuk saat ini, yaitu
penuntasan kasus – kasus :
a. Korupsi.
b. Penyalahgunaan Narkoba dan Psikotropika.
c. Pelanggaran HAM “berat”.
Sejak serangan yang menghancurkan gedung World Trade Center di New York
Amerika dan gedung Pentagon, tingkat rasa keterancaman terhadap bahaya terorisme
meningkat. Teror memang mampu membuat kerusakan fisik yang cukup berat, termasuk
tentunya kerugian secara ekonomis. Namun selain bahaya “terror” masih ada bahaya lain
yang tidak kurang daya rusaknya, bahkan mungkin secara tidak langsung dapat
menimbulksan bahaya yang lebih besar, yang dimaksud adalah bahaya Korupsi. Akibat
perilaku korup dari sosok-sosok tertentu termasuk sosok penegak hukum tertentu) selama
puluhan tahun di indonesi, puluhan juta rakya Indonesia masih tetap berada dibawah
garis kemiskinan. Cukup banyak korban yang jatuh akibat kemiskinan itu, diantaranya
adalah semakin meningkatnya kriminalitas yang berarti juga semakin meningkatnya
korban kriminalitas. Oleh karena itu, satu di antara tiga prioritas utama dalam penegakan
hukum di Indonesia adalah penuntasan kasus – kasus korupsi.
Bahaya penggunaan narkoba dan psikotropika, juga merupakan bahaya yang
sangat buruk dampaknya, bukan saja bagi bangsa Indonesia, tetapi juga umat manusia.
Korban – korban penyalahgunaan Narkoba dan psikotropikaini sebagian besar dari
generasi muda, yang berarti dampak negative penyalahgunaan narkoba dan psikotropika
sangat serius, karne secara langsung merusak generasi harapan bangsa di masa yang akan
datang. Konon di Negara ASEAN Indonesia-lah yang penegak hukumnya paling
“berbaik hati” terhadap para pelaku Penyalahgunaan narkoba dan psikotropika.
Kasus – kasus pelanggaran HAM “berat” di tanjung priok, peristiwa 27 juli,
Timor timor, dan lain lain yang belum dituntaskan, selain akan merusak citra bangsa
Indonesia di mata dunia Internasional, juga terus menjadi “duri dalam daging” yang tak
selesai – selesainya dipersoalkan dan yang tentu saja secara tidak langsung menggoyang
kepercayaan terhadap Law enforcement.
Apa boleh buat, hingga saat ini ada kesan bahwa penegak hukum belum secara
optimal melakukan upaya-upaya dalam penuntasan berbagai kasus korupsi,
Penyalahgunaan narkoba dan psikotropika, serta pelanggaran HAM. Akibat paling
premature adalah hilangnya kepercayaan warga masyarakat terhadap Law enforcement
dan selanjutnya mengakibatkan tindakan main hakim sendiri (to exercise unlawful
actions towards someone else guilty of something).

III. Pokok-pokok dalam penegakan hokum.


Factor yang paling pokok yang menyebabkan Indonesia belum mampu
mengoptimalkan penegakan hukum, adalah faktor sosok penegak hukumnya. Contohnya,
bukan hanya dikalangan bawah yaitu kalangan rakyat kecil, tetapi dikalangan elit pun
mulai santer suara kekecewaan terhadap kinerja badan peradilan. Rakyat telah lebih dari
30 tahun menunggu gebrakan terhadap para koruptor kelas kakap, kembali kecewa berat
dmeskipun sempat terhibur selama 32 hari era jaksa agung Baharudin Lopa, almarhum.
Sikap tegas terhadap para koruptor dan pelanggar HAM berat mutlak di butuhkan,
sebab law as body on norms or rules that combine consensus and coercion. Law are
consensually valid in a group and are guaranteed through acoercive apparatus (hukum
merupakan kumpulan norma-norma atau aturan-aturan yang dikombinasikan dengan
konsensus dan penggunaan ,paksaan kekerasan. Hukum merupakan kesepakatan yang
valid dalam suatu kelompok tertentu dan merupakan jaminan melalui suatu perlengkapan
pemaksa).

C. PENEGAKAN HUKUM DAN PEMULIHAN EKONOMI.


Pengaruh keterpurukan hukum di Indonesia terhadap pemulihan ekonomi cukup
signifikan, paling tidak para investor asing akan lebih memilih untuk mencari pasar lai
diluar Indonesia jika kondisi hukum di Indonesia sama sekali belum mampu mewujudkan
kepastian kukum bagi pra pelaku ekonomi tersebut.
Demikian juga dalam suasana keterpurukan hukum, terdapat terdapat hubungan
sibernetik antara keterpurukan hukum dan keterpurukan ekonomi. Akibat keterpurukan
hukum, jelas tingkat kepercayaan warga masyarakat yang buruk terhadap Law
enforcement mau tak mau akan menimbulkan dampak negatif, seperti peningkatan
kriminalitas dan tindak kejahatan serta kekerasan lainnya, akibat keterpurukan ekonomi,
juga memaksa orang-orang yang terdesak dengan tuntutan kebutuhan hidup karena
kemiskinannya melakukan tindak pidana demi menyambung hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Achmad. 1996. Menguak Tabir Hukum;Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis,jakarta
Indonesia:Chandra Pratama.
--------------. 1999. Menjelajah Kajian Empiris Terhadap Hukum, Jakarta Indonesia, Yasr
Indogravika.
Aubert, Vihelm. 1075. Sociologi of law: Selected Reading. Penguin books.New york, US
Oxford University Press.
Friedman, Lawrence M. 1975. The Legal System: A Social Sciece Perspective. NewYork
Russell Sage Foundation.
----------------------------. 1978. Law and the BehavioralScience.seven Edition New York
USA, The Bobbs-Marrill Company.
Subekti. 1976. Law in Indonesia. Bandung, Indonesia : Karya Nusantara
D. Pembahasan

Banyaknya permasalahan hukum baik dalam penegakan atau dalam penyelessaian


hokum itu sendiri, Dan di pihak lain masyarakat menjadi tumbal dari ketidak pastian
hokum?
Pelanggaran hukum yang paling banyak dilakukan pada masa ini adalah
penyalah gunaan kekuasaan, Dengan melakukan korupsi besar-besaran, impasnyapun
masarakat yang durigikan.
pelaksana hokum tidak memberikan kepastian hokum, yang terjadi banyaknya
peredaran Narkotika dan psitropika, baik yang dilakukan oleh yang bermukim di Negara
sendiri maupun orang luar Negeri. Dan lebih mengherangkan lagi anak-anak bangsa
melakukan pemboman (Terorisme), lagi-lagi hokum di Negara ini dipertanyakan oleh
masyarakatnya, Apakah hokum masih memiliki Existensi sebagai pelaksana idiologi
Pancasila dan UUD 1945? Dan apakah penegakan hak asasi manusia dapat diberikan
Haknya sebagaimana mestinya?
E. Penutup
I. Setelah rezim silih berganti, justru penegakan hukum di Indonesia semakin terpuruk
dan suka atau tidak suka keterpurukan hukum menimbulkan dan membawa
dampak negatif terhadap sektor kehidupan dalam masyarakat, terutama sektor
perekonomian, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), penyalah gunaan wewenan,
yang kemudian terjadinya KORUPSI besar-besaran, begitupula NARKOTIKA dan
PSITROPIKA merajalela dan tidak luput pula masalah TERORISME yang terjadi
selama beberapa tahun.
II. Kepastian sistem hukumpun tidak dapat memberikan fungsi dari exsisitensi hukum
itu sendiri dalam menjalangkan Dasar-dasar Hukum. Hukum di ibaratkan lilin yang
suatu saat akan padam.

You might also like