Professional Documents
Culture Documents
S K R I P SI
OLEH
FARID ASWAN
040 401 0986
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2009
1
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan......................................................................... 2
1.3. Hipotesis............................................................................................ 3
2
4.2.6 Bobot 100 biji........................................................................... 22
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 24
5.2 saran................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25
LAMPIRAN....................................................................................................... 26
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR LAMPIRAN
1. Denah Percobaan............................................................................................. 33
2.a. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pengamatan I....................................... 34
2.b. Analisis varians tinggi tanaman pengamatan I............................................. 34
5
BAB I
PENDAHULUAN
Kacang tunggak yang dikenal pula sebagai kacang tolo atau kacang dadap
Indonesia, tetapi belum dibudidayakan secara luas dan belum dijadikan komoditas
komersial oleh petani (Rukmana dan Oesman, 2000). Tanaman ini mampu
tumbuh dan berproduksi pada kisaran lingkungan yang luas, yaitu dari daerah
dalam skala kecil atau hanya sebagai tanaman sampingan, umumnya ditanam
sangat sesuai dengan karakteristik agroklimat yang ada. Sifat-sifat unggul kacang
hama penyakit, dan dapat digunakan sebagai pemenuh kebutuhan akan kacang-
Kondisi NTT yang sebagian besar adalah daerah lahan kering sehingga
6
Tanaman sangat memerlukan air yang cukup pada periode perkecambahan biji,
pembungaan dan pembesaran buah. Kadar air tanah tidak boleh kurang dari 50%.
Penyiraman merupakan salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dan
Kandungan air tanah yang akan diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh
penyiraman air dan selang waktu penyiraman sangat mempengaruhi kualitas hasil
itu penyiraman dengan selang waktu yang berbeda penting untuk diterapkan di
bagi pertumbuhan dan hasil kacang tunggak masih sangat kurang, sehingga perlu
mendapatkan pemberian air yang memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik dari
kacang tunggak.
7
1.3 Hipotesis
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tunggak dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Saat ini penanaman kacang tunggak
Penampilan visual kacang tunggak hampir sama dengan tanaman kacang panjang,
namun beberapa dijumpai tidak merambat. Batangnya lebih pendek dan berbuku-
buku. Daunnya agak kasar, melekat pada tangkai daun yang agak panjang, dengan
posisi daun bersusun tiga. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu, terletak pada
ujung tangkai yang panjang. Buah kacang tunggak berukuran lebih kurang 10 cm,
berbentuk polong berwarna hijau, dan kaku. Biji kacang tunggak berbentuk
30 cm - 60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat
9
bersimbiosis dengan bakteri rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas (N2)
Menurut Rukmana dan Oesman (2000), bahwa hasil penelitian para ahli pertanian
setara dengan 440 kg urea. Menanam kacang tunggak dapat memberikan dua
manfaat bagi tanah yaitu sebagai penutup tanah (vegetasi) tanah pengendali erosi
dan penghasil nodulu akar sebagai sumber nitrogen penyubur tanah. Penelitian
unggul, yaitu varietas yang memiliki daya hasil tinggi, berumur pendek (genjah),
dan toleran terhadap penyakit bercak daun serta virus CMMV (Cowpea Mild
lingkungan tumbuh. Tanaman kacang tunggak dapat tumbuh dan berproduksi baik
atas permukaan laut (dpl). Meski demikian, daerah yang paling cocok untuk
produksi kacang tunggak adalah yang mempunyai suhu udara 200 C-250 C,
kelembaban udara 50%-80%, curah hujan antara 600 mm-1.500 mm/tahun, dan
10
Tanaman kacang tunggak tahan terhadap kekeringan, sehingga cocok
memiliki kelebihan, yaitu dapat tumbuh diberbagi jenis tanah, termasuk tanah
yang asam dan kering. namun, kondisi tanah yang paling ideal bagi pertumbuhan
kacang tunggak adalah tanah yang porus, banyak mengandung bahan organik
(humus), dapat menahan kelembapan tanah, dan mempunyai pH tanah 5,5 - 6,5
penting di Afrika dan disajikan sebagai sayuran hijau seperti bayam. Polong
tunggak yang berwarna hijau biasa direbus sebagai sayuran segar, atau juga dapat
dikemas dalam kaleng atau dibekukan. Biji kering yang telah matang pun dapat
3,7 g karbon, 104 mg kalsium dan nutrisi lainnya. Energi yang dihasilkannya
sekitarnya sekitar 1420 kj/100 g. Pada biji yang masih muda dalam 100 g
mengandung 88,3 air, 3 g protein, 0,2 g lemak, 7,9 g karbohidrat, 1,6 vitamin, 0,6
karbon, dan energi yang dihasilkannya sekitar 155 kj/100 g (Van der Maesen dan
Somaatmaja, 1993).
11
2.4 Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
sifat genetiknya dan faktor lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Faktor
dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik dapat dibagi
atas beberapa faktor, yaitu : suhu, air, cahaya, tanah dan atmosfir (Ismal,1979).
Air merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan
dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk
sedang tumbuh) adalah air. Air merupakan reagen yang penting dalam proses-
proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik serta pelarut dari garam-
melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas,
menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada
gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan
perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1981).
12
Air tanah harus tersedia pada saat tanaman memerlukannya, karena air
dalam tanah berfungsi sebagai pelarut dalam mengangkut unsur hara bagi tubuh
Tanaman akan mampu tumbuh dengan baik bila kebutuhan airnya dapat
terpenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta unsur hara, CO 2, temperatur
dan sinar matahari yang tersedia mencukupi. Jika tanaman kekurangan air, maka
maksimal. Fase vegetatif sangat menentukan hasil panen yang akan dicapai,
transisi, dan memasuki fase generatif. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pola tumbuh, kondisi iklim dan tuntutan terhadap kebutuhan air (Rita, 1998).
tanaman tersebut akhirnya akan mati, tetapi jika memperoleh air kembali sebelum
mencapai titik layu permanen, maka tanaman masih mungkin dapat melanjutkan
13
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tunggak
lokal, Pestisida (Furadan 3G, Curacron dan BayCarb) air, pupuk kandang, pupuk
cangkul, ember, gembor, alat tugal, tali rafia, meteran, knapsack, timbangan
(RAK) yang merupakan perlakuan yang dikaji dalam paket pemberian air.
14
A3 = Penyiraman setiap tiga hari sekali
dikelompokkan ke dalam lima kelompok atas dasar arah datangnya sinar matahari,
Yij = µ + σi + ßj + εij
Keterangan :
ke-j
perlakuan. Jika ada pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji
15
3.4 Pelaksanaan Penelitian
lokasi penanaman yang diikuti dengan pembuatan bedeng dengan ukuran 0,75 cm
x 4 m dengan jumlah bedeng sebanyak 25 unit. Jarak antara petak satu dengan
3.4.2 Penanaman
yang diteliti merupakan tanaman asal pulau Timor yang belum diteliti secara
lanjut. Pada setiap petak terdiri dari 20 lubang tanam. Benih kacang tunggak
ditanam dengan cara ditugal sedalam 3-4 cm, jumlah benih tiap lubang tanam 2-3
biji, sebelum biji ditanam terlebih dahulu lubang tanam diberi furadan 3G. Jarak
3.4.3 Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan volume air pada setiap petak
adalah dua gembor atau setara dengan 16 liter/petak pada masa pertumbuhan.
menjadi empat gembor atau setara dengan 32 liter/petak hingga mencapai fase
akhir. Adapun penyiramannya yaitu : setiap hari (kontrol), setiap dua hari sekali,
setiap tiga hari sekali, setiap empat hari sekali dan setiap lima hari sekali..
16
2. Pemupukan
ton/ha atau setara dengan 1,5 kg/petak dan pupuk anorganik dengan dosis pupuk
urea 50 kg/ha atau setara 15 g/petak, SP-36 100 kg/ha atau setara 30 g/petak dan
KCl 100 kg/ha setara dengan 30 g/petak. Pemupukan diberikan pada saat 14 hari
setelah tanam (HST). Pemberian pupuk Urea, SP-36 dan KCl dilakukan sesuai
dosis yang dibutuhkan oleh tanaman dengan cara di benamkan dalam larikan
3. Penyulaman
dengan melihat kondisi tanaman yang mati ataupun tanaman kurang subur/sehat.
4. Penyiangan
yang disesuaikan dengan hama dan patogen yang menyerang tanaman kacang
tunggak. Pestisida yang digunakan antara lain Curacron, Bay Carb digunakan
untuk mengendalikan hama aphys yang menyerang tanaman kacang tunggak dan
3.4.4 Pemanenan
Pemanenan kacang tunggak dilakukan pada saat polong tanaman telah matang
17
3.4.5 Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan dimulai pada saat tanaman berumur 25 hari setelah
tanam (HST) yang berlangsung sampai umur berbunga yaitu 54 HST. Pengamatan
jumlah polong, bobot biji per petak dan bobot 100 biji per petak diamati saat
Adapun yang menjadi variabel pengamatan pada penelitian kacang tunggak ini
meliputi:
minggu sekali.
Menghitung jumlah daun dari setiap tanaman. Saat pengukuran dan inreval
c) Jumlah cabang
Menghitung jumlah cabang dari setiap tanaman. Saat pengukuran dan inreval
petak.
18
Menghitung bobot 100 biji kering dari setiap petak
Analisis tanah awal dan analisis tanah akhir merupakan analisis kandungan
hara tanah (N,P,K) yang dilakukan sebelum penelitian dan sesudah penelitian.
Tanah tersebut diambil secara komposit lalu dianalisis pada laboratorium kimia
BAB IV
19
4.1 Pengamatan umum
Benih kacang tunggak yang ditanam mulai tumbuh secara merata ke
permukaan tanah pada umur 4 hari setelah benih di tanam (HST). Setelah berumur
Benih kacang tunggak yang tidak tumbuh ataupun yang tumbuh tidak
normal dilakukan penyulaman yang dilakukan pada interval waktu dua minggu
terbaik.
dan normal, namum pada saat tanaman berumur 30 HST dan 42 HST terserang
hama kutu hitam (Aphis carccivora), untuk mengatasinya diberi pestisida berupa
Curacron sesuai dengan dosis anjuran 10 cc untuk 15 liter air sebanyak 2 kali
hama kutu hitam semakin merajalela, sehingga diberi lagi pestisida Bay-Carb 12
cc untuk 15 liter air sebanyak 1 kali penyemprotan, hingga akhir panen tidak ada
lagi gangguan hama yang sangat berarti pada tanaman kacang tunggak.
dengan munculnya bunga dengan persentase 60%. Pada umur 56 HST tanaman
kacang tunggak telah berbunga 100%. Pemanenan mulai dilakukan pada umur 77
HST.
20
4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)
tanaman kacang tunggak pengamatan I (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 2b,
pengamatan II (35 HST) pada lampiran 3b dan pengamatan III (49 HST) pada
HST dan 49 HST berpengaruh nyata. Rata-rata hasil pengamatan tinggi tanaman
pengaruh yang nyata pada umur 21 HST disebabkan karena pada masa
sehingga tidak membutuhkan suplai air dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan air
yang diberikan dalam jumlah yang banyak hanya akan mengakibatkan terjadinya
evaporasi yang tinggi. Keadaan tersebut nampak terlihat pada perlakuan kontrol
21
penyiraman setiap lima hari sekali terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada
umur 21 HST.
besar tanaman, maka semakin besar pula kebutuhan air dalam proses pertambahan
kacang tunggak pada umur 35 HST dan 49 HST. Perlakuan penyiraman lima hari
sekali pada pengamatan 35 HST dan 49 HST memberikan pengaruh paling kecil,
walaupun tidak berbeda dengan penyiraman empat hari sekali, Harjadi (1979)
kacang tunggak pengamatan pertama (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 5b,
pengamatan kedua (35 HST) pada lampiran 6b dan pengamatan ketiga (49 HST)
tanaman secara nyata pada pengamatan 21 HST dan 35 HST, sedangkan pada
22
21 HST 35 HST 49 HST
Kontrol 2,40 a 12,20 a 28,80 b
Penyiraman 2 hari sekali 2,30 a 8,80 a 26,60 b
Penyiraman 3 hari sekali 2,30 a 9,80 a 23,80 b
Penyiraman 4 hari sekali 2,18 a 7,60 a 12,40 a
Penyiraman 5 hari sekali 1,86 a 7,22 a 11,40 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda
tidak nyata pada uji DMRT 0.05
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada umur 21 HST dan 35 HST tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun kacang tunggak. Hal ini
pada masa pertumbuhan umur 21 HST dan 35 HST dalam proses pembentukan
air yang banyak pada masa awal pertumbuhan dalam pembentukan helaian daun.
sehingga pada fase tersebut tanaman membutuhkan suplai air yang cukup dalam
proses fotosintesis untuk membentuk helai-helaian daun yang baru. Hal ini terlihat
pada perbandingan antara perlakuan penyiraman setiap hari yaitu 28,80 helai yang
berbeda nyata dengan perlakuan penyiraman setiap empat hari (12,40 helai) dan
lima hari sekali (11,40 helai). Menurut Soemartono (1990) bahwa air sangat
cabang kacang tunggak pengamatan pertama (21 HST) dapat dilihat pada
23
lampiran 8b, dan pengamatan kedua (35 HST) pada lampiran 9b. Pengaruh
pada umur 21 HST, sedangkan pada umur 35 HST berpengaruh nyata. Rata-rata
hari sekali tidak memberikan pengaruh yang nyata. Disamping itu, kacang
yang relatif sedang sehingga kebutuhan akan air yang banyak dalam pembentukan
baru sehingga pada umur 35 HST sudah memberikan pengaruh yang nyata
24
penyiraman dua hari sekali dan penyiraman tiga hari sekali dimana jumlah cabang
cabang pada penyiraman lima hari sekali. Sedangkan pada perlakuan penyiraman
empat dan lima hari sekali persentase pertumbuhan jumlah daunnya sangat
Goldworthy dan Fisher (1996) bahwa semakin tinggi tanaman, makin besar pula
lebih banyak.
polong per tanaman kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 10b. Pengaruh
hari (kontrol) dan hasil terkecil pada perlakuan penyiraman lima hari sekali.. Rata-
rata hasil pengamatan jumlah polong per tanaman setiap perlakuan disajikan pada
tabel 4.
Kontrol 15.20 d
Penyiraman 2 hari sekali 10.00 c
Penyiraman 3 hari sekali 6.20 b
Penyiraman 4 hari sekali 4.60 ab
Penyiraman 5 hari sekali 3.00 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda
tidak nyata pada uji DMRT 0.05
25
perlakuan penyiraman dua hari sekali lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan
penyiraman setiap hari (kontrol). Hal ini terjadi karena jumlah polong yang
yang dilakukan setiap hari (kontrol) menyebabkan kandungan air tanah meningkat
sehingga terjadi peningkatan tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun yang
terbentuk dimana hal ini erat hubungannya dengan aktivitas pembelahan sel yang
cukup aktif karena air di dalam tanah cukup tersedia. Dengan adanya ketersediaan
air, maka penyerapan air menjadi baik sehingga meningkatkan laju fotosintesis.
karbohidrat yang dihasilkan tidak hanya untuk pertumbuhan batang dan daun
tetapi juga untuk perkembangan bunga, buah dan biji (Harjadi, 1998). Selain itu,
menyebabkan muncul bunga jantan dan bunga betina secara bersamaan dengan
demikian proses penyerbukan dapat berjalan dengan baik sehingga jumlah polong
sekali, empat hari sekali dan lima hari sekali mengakibatkan kurangnya
CO2 berkurang dan karbohidrat yang tebentuk semakin rendah pula. Pada kondisi
26
ini, ketersediaan air tanah kurang menjamin terselenggaranya semua proses
terhambat karena di saat bunga betina muncul, kemampuan serbuk sari untuk
kacang tunggak yang terbentuk menjadi berkurang. Hal ini dipertegas oleh
Harjadi (2002) yang menyatakan bahwa tanaman yang sedang tumbuh cepat
per petak kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 11b. Pengaruh frekuensi
penyiraman ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot biji per
petak. Rata-rata hasil pengamatan bobot biji per petak setiap perlakuan disajikan
pada tabel 5.
27
Tabel diatas menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman setiap dua hari
maupun frekuensi penyiraman tiga, empat dan lima hari sekali. Hal ini diduga
karena penyiraman dengan frekuensi dua hari sekali merupakan kondisi ideal
kecukupan air untuk bobot biji kacang tunggak. Tingginya bobot biji kacang
tunggak pada perlakuan penyiraman dua hari sekali merupakan bukti bahwa untuk
mendapatkan hasil yang optimal air harus diberikan dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan tanaman artinya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit sehingga efisiensi pemberian air pada tanaman dapat berjalan dengan baik
dan tidak terjadi evaporasi yang dapat menyebabkan rendahnya bobot biji seperti
halnya yang terjadi pada perlakuan penyiraman setiap hari (kontrol) dan
kurangnya air pun akan menyebabkan rendahnya ketersediaan air tanah sehingga
dapat menurunkan bobot biji tanaman seperti pada perlakuan penyiraman tiga,
fotosintesis karena adanya penurunan proses perluasan daun dan terlalu awalnya
laju fotosintesis sehingga bobot biji tanaman kacang tunggak menjadi rendah.
28
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Pada gilirannya hal ini menyebabkan pengurangan dalam hal
potensial air di dalam larutan lebih rendah sehingga air yang masuk ke dalam
tanaman relatif sedikit, sedangkan air yang dibutuhkan harus cukup untuk proses
berkurang, dimana semakin sedikit jumlah polong maka bobot biji juga semakin
menurun, Harjadi (2002) menyatakan bahwa air juga diperlukan sebagai hara
biji kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 12b. Pengaruh frekuensi
penyiraman ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100
biji. Rata-rata hasil pengamatan bobot 100 biji setiap perlakuan disajikan pada
tabel 6.
29
Tabel 6 menunjukan bahwa pengaruh frekuensi penyiraman terhadap
bobot 100 biji memiliki rerata tertinggi yaitu 19,44 pada perlakuan penyiraman
dua hari sekali dan 19,12 pada perlakuan penyiraman setiap hari (kontrol). Hal ini
lima hari sekali (13,88), perlakuan penyiraman empat hari sekali (14,38) dan
perlakuan penyiraman tiga hari sekali (14,90). Hal ini terjadi karena relatif
rendahnya kadar air tanah pada tingkat pemberian air yang menyebabkan
yang lebih kecil yang berakibat kurangnya penyerapan cahaya oleh tanaman
100 biji mempunyai hubungan yang erat dengan peningkatan luas daun. Hal ini
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pertumbuhan dan hasil kacang tunggak yang telah dilaksanakan maka dapat
disimpulkan bahwa :
daun, jumlah cabang, bobot biji per petak dan bobot 100 biji tidak
berpengaruh nyata. Hal ini akibat dari dua faktor yang mempengaruhi
terbaik
31
5.2 Saran
untuk itu disarankan perlu kiranya diadakan penelitian lanjutan tentang frekuensi
DAFTAR PUSTAKA
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah
Mada University Press, yogyakarta.
32
Jumin, H. B., 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali, Jakarta.
Liubana, S. 2008. Uji Daya Hasil Beberapa Aksesi Kacang Tunggak Lokal Asal
Maumere Yang Ditumpangsarikan Dengan Jagung Di Tarus
Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta
Undana, Kupang.
Sutoro, Iskandar, S. dan Susanto, T. 1989. Pengaruh Cekaman Air dan Reaksi
Pemulihan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) dan Sorgum (Shorgum
bicolor L. ) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif. Penelitian Pertanian
Volume 9 No. 4. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
Van der Maesen, L, J, G. dan Somaatmadja S. 1993. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara I. Kacang-Kacangan, PROSEA. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
33
Lampiran 1 : Denah Percobaan
U
AC1 AD2 AE3 AA4 AB5
B T
AD1 AA2 AB3 AC4 AE5
S
AA1 AE2 AC3 AB4 AD5
Keterangan :
A = Perlakuan
34
B = Penyiraman dua hari sekali
Perlakua Kelompo
n k Total Rerata
I II III IV IV
A1 7.40 7.60 7.35 8.65 8.55 39.55 7.91
A2 7.20 7.95 7.75 8.10 9.50 40.50 8.10
A3 6.75 8.65 7.50 10.20 9.85 42.95 8.59
A4 7.20 8.95 12.40 6.20 10.20 44.95 8.99
A5 7.60 7.40 13.20 6.60 8.65 43.45 8.69
211.4
Total 36.15 40.55 48.20 39.75 46.75 0 8.46
Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekali
A3 = Penyiraman 3 hari sekali
A4 = Penyiraman 4 hari sekali
A5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 2b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan I
Sumber DB JK KT F hit
F tabel
Variasi 0.05 0.01
Kelompok 4 20.400 5.100
Perlakuan 4 3.914 0.978 0.35 tn 3.01 4.77
Galat 16 44.543 2.784
Total 24 68.857
35
Lampiran 3a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm)
pengamatan II
Lampiran 3b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak (cm)
pengamatan II
36
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 31.63 %
** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)
tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Perlakua
n Kelompok Total Rerata
I II III IV IV
A1 82.00 77.00 96.00 91.00 101.00 447.00 89.40
A2 60.00 55.00 56.00 47.00 63.00 281.00 56.20
A3 29.00 44.00 54.00 36.00 54.00 217.00 43.40
A4 21.00 26.00 49.00 26.00 51.00 173.00 34.60
A5 20.00 22.00 36.00 21.00 41.00 140.00 28.00
Total 212.00 224.00 291.00 221.00 310.00 1258.00 50.32
Lampiran 4b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan
(cm) III
37
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 11.85 %
** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)
tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Perlakua
n Kelompok Total Rerata
I II III IV IV
A1 2.0 2.0 2.5 3.0 2.5 12.0 2.40
A2 2.0 2.0 2.5 2.0 3.0 11.5 2.30
A3 2.0 2.0 2.0 2.5 3.0 11.5 2.30
A4 2.0 2.5 1.4 2.0 3.0 10.9 2.18
A5 1.0 2.0 1.0 2.3 3.0 9.3 1.86
Total 9.0 10.5 9.4 11.8 14.5 55.2 2.21
Lampiran 5b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan I
38
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 18.95 %
** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)
tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Kelompo
Pengamatan k Total Rerata
I II III IV IV
A1 7.0 8.0 6.0 18.0 22.0 61.0 12.20
A2 6.0 9.0 8.0 8.0 13.0 44.0 8.80
A3 6.0 9.0 11.0 7.0 16.0 49.0 9.80
A4 6.0 8.0 10.0 6.0 8.0 38.0 7.60
A5 6.0 6.5 7.6 7.0 9.0 36.1 7.22
Total 31.0 40.5 42.6 46.0 68.0 228.1 9.12
Lampiran 6b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan II
39
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 35.62 %
** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)
tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 7b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan III
40
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 27.25 %
** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)
tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
41
tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
42
tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
43
Lampiran 11a. Data pengamatan/pengukuran bobot biji kacang tunggak
pertanaman (g)
Rerat
Perlakuan Kelompok Total a
I II III IV IV
A1 82.4 104.0 150.8 116.4 342.8 796.4 159.28
A2 306.4 254.4 253.6 300.0 272.4 1386.8 277.36
A3 86.4 69.6 138.8 172.4 114.9 582.1 116.42
A4 57.2 124.8 106.0 168.0 249.2 705.2 141.04
A5 64.8 84.0 65.6 142.4 124.4 481.2 96.24
Total 597.2 636.8 714.8 899.2 1103.7 3951.7 158.07
Lampiran 11b. Analisis varians untuk bobot biji kacang tunggak per
petak
Sumber DB JK KT F hit
F tabel
Variasi 0.05 0.01
Kelompok 4 35325.77 8831.444
Perlakuan 4 100396.30 25099.076 9.05 ** 3.01 4.77
Galat 16 44380.22 2773.764
Total 24 180102.29
44
tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 12a. Data pengamatan/pengukuran bobot 100 biji kacang tunggak (g)
Perlakua
n Kelompok Total Rerata
I II III IV IV
A1 20.2 18.8 17.6 19.4 19.6 95.6 19.12
A2 17.2 18.5 17.0 19.4 25.1 97.2 19.44
A3 13.9 10.8 15.7 15.9 18.2 74.5 14.90
A4 5.1 20.6 20.9 7.0 18.3 71.9 14.38
A5 8.3 16.5 12.6 8.9 23.1 69.4 13.88
Total 64.7 85.2 83.8 70.6 104.3 408.6 16.34
Lampiran 12b. Analisis varians untuk bobot 100 biji kacang tunggak
Sumber DB JK KT F hit
F tabel
Variasi 0.05 0.01
Kelompok 4 187.926 46.981
Perlakuan 4 146.526 36.631 2.12 tn 3.01 4.77
Galat 16 276.790 17.299
Total 24 611.242
45
46