Professional Documents
Culture Documents
• Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu
hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara
lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian
perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
• Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak
dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda
berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda
berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang).
Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku
dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
tentang hak tanggungan.
• Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain
tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-
undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara
pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum
dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer,
khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.
• Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban subyek hukum
(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata
dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.
Sistematika yang ada pada KUHP tetap dipakai sebagai acuan oleh para ahli hukum dan masih
diajarkan pada fakultas-fakultas hukum di Indonesia.
Pada garis besarnya, buku ini berisikan penjelasan yang luas tentang tata cara (prosedur) beracara di
pengadilan perdata, yaitu sebelum, pada saat dan sesudah persidangan yang dituangkan dalam 14
(empat belas) bab besar. Bab pertama membahas tentang surat kuasa, mengenai pengertian, jenis dan
bentuknya.
Bab dua sampai bab empat mengkaji tentang surat gugatan termasuk gugatan perwakilan kelompok
(class action).
Bab lima tentang kekuasaan mengadili yang dimiliki hakim.
Bab enam tentang tata cara pemanggilan dan proses yang mendahulukannya.
Bab tujuh tentang putusan akta perdamaian dikaitkan dengan sistem perdamaian melalui mediasi.
Bab delapan tentang penyitaan meliputi sita atas kapal laut dan kapal terbang.
Bab sembilan tentang proses acara verstek.
Bab sepuluh tentang eksepsi dan bantahan.
Bab sebelas tentang gugatan rekonvensi. Bab dua belas tentang pembuktian.
Bab tiga belas tentang pemeriksaan setempat dan pendapat ahli, terakhir bab empat belas membahas
tentang putusan pengadilan.
Seusai membaca buku ini, para pembaca akan mengalami pengayaan wawasan dan pengetahuan
mengenai aspek-aspek hukum acara perdata secara menyeluruh. Semoga buku ini memberi manfaat
bagi para dosen/mahasiswa, praktisi hukum dan masyarakat umum pencari keadilan serta
perkembangan ilmu hukum acara perdata itu sendiri di tanah air.
Daftar Isi
BAB 8 PENYITAAN
A. Pengertian dan Tujuan Penyitaan
B. beberapa Prinsip Pokok Sita
C. Sita Revindikasiv D. Sita Jaminan (Conservatoir Beslag)
E. Sita Harta Bersama (Marital Beslag)
BAB 12 PEMBUKTIAN
A. Prinip Umum Pembuktian
B. Beban Pembuktian
C. batasa Minimal Pembuktian
D. Klasifikasi Kekuatan Pembuktian yang Melekat Pada Setiap Alat Bukti Dikaitkan Dengan Batas
Minimal Pembuktian
E. Alat-alat Bukti
F. Alat Bukti Tulisan
G. Pembuktian dengan Sanksi
H. Alat Bukti Persangkaan
I. Tentang PPengakuan
J. Tentang Sumpah di Muka Hakim
• Pada acara perdata inisiatif beracara dari pihak berkepentingan yang dirugikan.
• Pada acara pidana inisiatif beracara datang dari penuntut umum/ jaksa.