Professional Documents
Culture Documents
TRAKTUS URINARIUS
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai tuun ke PAP, keluhan sering kencing dan timbul lagi karena
kandung kencing mulai tertekan kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh
adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga
meningkat sampai 69%. Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk eksresi seperti urea,
uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan.
Traktus urinarius
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan progesteron.
Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60%-150%. Dinding saluran kemih dapat
tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis
sementara.Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap
normal.
Author: Bambang Widjanarko | Posted at: 08:32 | Filed Under: Fisiologi Maternal
Keluhan sering buang air kecil merupakan keluhan yang sering terjadi pada awal kehamilan dan berulang
lagi pada akhir kehamilan. Hal ini disebabkan oleh perubahan anatomi dan merupakan hal yang wajar
selama kehamilan.
Pada kehamilan dini : uterus membesar meski masih dalam panggul sehingga menimbulkan tekanan
pada kandung kemih dan akibatnya adalah pasien sering buang air kecil
Pada pertengahan kehamilan : uterus sudah keluar dari panggul sehingga proses miksi berlangsung
normal
Pada akhir kehamilan : Terjadi desensus kepala kedalam panggul ssehingga keluhan sering bang air kecil
terulang kembali.
Terjadi hidronefrosis dan hidroureter ringan. Keadaan ini disebabkan oleh penurunan tonus otot polos
akibat hormon progesteron yang diperberat oleh tekanan mekanis dari uterus pada pintu panggul
SISTEM RENAL
Output urine dengan asupan cairan normal cenderung semakin terbatas. Keadaan ini bertentangan
dengan meningkatnya aliran darah ginjal. Namun harus diingat bahwa terjadi peningkatan reabsorbsi air
dan elektrolit tubuler .
Glikosuria yang sering terjadi akibat peningkatan GFR – glomerular filtration rate berada di tubulus
dengan gula yang tak dapat diabsorbsi secara sempurna
Sebagai akibatnya, jumlah cairan yang di filtrasi dari plasma melalui glomerulus juga meningkat dan
beratus ratus liter cairan melintasi tubulus renalis setiap harinya. Meski demikian output urine tidak
bertambah dan hal ini jelas oleh karena adanya reabsorbsi oleh tubulus renalis. Diperkirakan terjadi
peningkatan cairan ekstraselusebanyak 6 – 7 liter selama kehamilan. Bersama dengan air, natrium dan
elektrolit lain mengalami reabsorbsi oleh tubulus untuk mempertahankan osmolaritas . Pasien hamil
meng eksresikan 80% dari dari bahan bahan yang dijumpai dalam urine ibu yang tidak hamil.
Glikosuria derajat rendah terjadi pada 35 – 50% ibu hamil. Kenaikan GFR menyebabkan meningkatnya
gula yang sampai di tubulus dan kemudian direabsorbsi kembali. Dengan demikian maka glikosuria
terjadi pada kadar gula yang rendah dibandingkan dengan yang dijumpai pada wanita tidak hamil.
Terjadi penurunan ambang batas renal.
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari
10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau
diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini
disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria
asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik
(Sarwono, 2005).
Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita hamil. Sekitar 15% wanita,
mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidupnya. Infeksi saluran kencing
dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi,
kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.2 Etiologi
Infeksi saluran kencing merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi sekitar 40% dari
seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya. (Burke dan Zavarsky, 1999). Organisme yang
menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan infeksi pada saluran kencing yaitu ginjal
(Pielonefritis), kandung kemih (Sistitis), atau urine (Bakteriuria). Salah satu penyebaran organismenya
dapat melalui penggunaan kateter dalam jangka pendek.. Resiko yang lebih besar lagi bisa terjadi pada
penggunaan kateter yang lebih lama, apabila urine dibiarkan mengalir ke tempat atau kantong
pengumpulan yang terbuka., seluruh pasien akan menyebarkan bakteri dalam 4 hari (dengan gejala atau
tanpa gejala).
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe, akan
tetapi yang terbanyak dan tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam kandung
kemih dan
saurian
Kemah yang labia atas.
Organisme penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain E.coli yang
menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping kemungkinan kuman-kuman lain Enterobacter
aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari
bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi
pada traktus urinarius atas.
2.3 Patogenesis
Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram-negatif, terutama Eskerisia koli,
spesies pseudomonas dan organisme yang berasal dari kelompok Enterobakter. Jumlah seluruhnya
mencapai lebih dari 80% kultur positif infeksi saluran kencing (Haley, 1985). Sementara kebanyakan
organisme organisme tersebut adalah Eskerisia koli, infeksi jamur, misalnya spesies kandida, yang
meningkat bersamaan dengan munculnya HIV/AIDS dan penyebarannya menggunakan antibiotika
berspektrum luas.
2.4 Klasifikasi
Tidak ada gejala yang timbul dihubungkan dengan infeksi ini, yang dialami 11% dalam kehamilan. Ada
peningkatan penderita bakteriuria tanpa gejala pada wanita yang pernah menderita infeksi saluran
kemih, diabetes dan wanita dengan gejala sel sabit. Bakteriuria asimptomatik diasosiasikan dengan
phielonefritis, melahirkan dini dan BBLR. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian
bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan prematur, gangguan
pertumbuhan janin dan pre eklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus
diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan
beberapa kali.
Pemeriksaan Laboratorium :
Semua wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan Laboratorium urin secara mikroskopik, tampak
peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, Bakteri dan spesimen urine. Untuk menghindari
kontaminasi, spesimen urine diambil dari aliran tengah (mid-stream) setelah daerah genitalia eksterna
dicuci terlebih dahulu. Kultur bakteri dan tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan sebaiknya
diperiksa.
Penanganan :
1. Para ahli menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Beberapa kajian terapi antibiotika
untuk bakteriuria asimptomatik.
2. Terapi Antibiotika untuk pengobatan bakteriuria asimptomatik, biasanya diberikan untuk jangka 5-7
hari secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan, dapat dilakukan pemeriksaan ulangan biakan
bakteriologik air kemih.
Bakteriuria Simptomatik
a. Systitis
Sistitis merupakan peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian saluran kemih,
biasanya inflamasi akibat bakteri. Sistem ini sukup sering dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman
penyebab utamanya adalah E.coli, disamping dapat oleh kuman-kuman lain. Predisposisi lain adalah
karena uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal, disamping
penggunaan kateter untuk usaha pengeluaran urin pada pemeriksaan ginekologik atau pesalinan.
Penggunaan kateter ini dapat mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal untuk masuk ke
kandung kemih.
a. Hampir 95 % mengeluh nyeri pada derah supra simpisis atau nyeri saat berkemih.
b. Frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan
tuntas.
d. Air kencing berwarna lebih gelap dan pada serangan akut kadang-kadang berwarna kemerahan.
Pemeriksaan Laboratorium :
Secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, bakteri pada spesimen urin.
Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urin diambil dari aliran tengah setelah daerah genitalia
eksterna dicuci terlebih dahulu. Hasil biakan bakteriologis air kemih, umumnya memberikan hasil yang
positif. Seringkali dijumpai piuria atau hematuria (gross hematuria).
Penanganan :
1. Umumnya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum.
2. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu
berkemih (tetapi dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan
makin bertambah.
3. Hanya Ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria, memerlukan perawatan dan
observasi ketat.
4. Terapi antibiotika yang dipilih, mirip dengan pengobatan bakteriuria asimptomatik. Apabila antibiotika
tunggal kurang memberikan manfat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat berupa
jenis obatnya ataupun cara pemberiannya, misal: amoksillin 4x250 mg per oral., digabung dengan
Gentamisin 2x80 mg secara intramuskular selama 10-14 hari. Dua hingga 4 minggu kemudian dilakukan
penilaian laboratorium untuk evaluasi pengobatan.
5. Hampir 25% pasien pernah mengalami sistitis, akan mengalami infeksi ulangan sehingga perlu
diberikan konseling untuk upaya profilaksis dan kunjungan ulang apabila timbul kembali tanda sistitis.
Untuk pencegahan infeksi berulang berikan nitrofurantoin 100 mg/hari setiap malam sampai sesudah 2
minggu post partum.
6. Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan air kemih, sebagai langkah
antisipatif terhadap infeksi ulang.
b. Pielonefritis Akuta
Pielonefritis akuta merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai dalam kehamilan dan
frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada kehamilan terakhir dan permulaan masa nifas. Infeksi ini
biasanya disebabkan oleh Escherichia koli dan dapat pula oleh kuman-kuman lain seperti stafilokokkus
aureus, basillus proteus dan pseudomonas aerugenosa. Kuman dapat menyebar secara hematogen atau
limfogen, akan tetapi terbanyak dari kandung kemih.
Predisposisi
Penggunaan kateter untuk mengekuarkan urine waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang
tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan atau luka pada jalan lahir.
Sekitar 1%-2% wanita hamil, mengalami pielonefritis akuta. Kondisi ini merupakan masalah utama
saluran kemih pada wanita hamil. Duapertiga kasus pielonefritis akut, didahului oleh bakteriuria
asimptomatik. Pielonefritis sangat berkaitan dengan stasis aliran air kencing akibat perubahan-
perubahan sistem.
a. Pielonefritis akuta ditandai dengan gejala demam, menggigil, mual dan muntah, nyeri pada daerah
kostovertebra atau pnggang. Sekitar 85% kasus, suhu tubuh melebihi 38ºC dan sekitar 12%, suhu
tubuhnya mencapai 40ºC.
c. Kadang-kadang diare
e. Pemeriksaan air kemih menunjukan banyak sel-sel leukosit dan bakteri. Hasil biakan menunjukan
banyak koloni mikroorganisme patogen.
Penanganan :
1. wanita hamil dengan pielonefritis akut, harus dirawatinapkan. Karena penderita sering mengalami
mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan keadaan dehidrasi.
2. Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi syok tersebut.
Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda
vital dan diuresis secara berkala.
3. Bila terjadi ancaman partus prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti yang telah diuraikan di
atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
5. Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan merupakan pilihan utama
karena sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten terhadap antibiotika jenis ini.
6. Walaupun golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan
kemampuan ekskresi kreatinin karena pada pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal
secara temporer.
7. Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2 gram intravena setiap 6 jam
dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam. Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan
gentamisin 2x80 mg.
8. Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata debagian gejala masih ada,
pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis,
abses perinefrik atau obstruksi sekunder akibat kehamilan.
Prognosis
Bagi ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil
konsepsi sering kali menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.