You are on page 1of 58

LAPORAN SURVEI

PENYALAHGUNAAN
NARKOBA DI INDONESIA:
Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial
Akibat Narkoba, tahun 2008

Badan Narkotika Nasional


bekerjasama dengan

Pusat Penelitian Kesehatan


Universitas Indonesia

Halaman | 2

KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji dan syukur atas rahmat dan kekuatan dari-Nya sehingga
laporan hasil survei penyalahgunaan narkoba di Indonesia, tahun 2009 telah
dapat diselesaikan. Rancangan studi seperti rancangan studi sebelumnya,
yang dilaksanakan tahun 2004, dengan tiga tahapan analisis (Godfrey dkk,
2002). Pertama, memperkirakan jumlah pengguna narkoba menurut tingkatan,
seperti coba-pakai, teratur-pakai, dan pecandu (suntik & bukan suntik) dan
menurut jenis narkoba yang dipakai per provinsi. Kedua, medapatkan angka
probabilitas perilaku berisiko penyalahguna dan rata-rata biaya satuan (unit
cost) per orang per tahun. Terakhir, mengkalkulasi hasil perhitungan point 1
dengan point 2 diatas. Hasil survei tahun 2008 ini lebih detail hasilnya sampai
ke tingkat provinsi, baik dari sisi estimasi jumlah penyalahguna dan kerugian
biaya ekonomi akibat narkoba.
Studi ini melibatkan banyak pihak mulai dari tim ahli BNN, informan, mitra
lokal, kontak person, koordinator penelitian, asisten dan peneliti lapangan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Brigjen Pol. Drs.
J. Salean SH., Dra. Endang Mulyani, MSc., Drs. Mufti Djusnir Apt. Msi., Drs.
Hendrajit P. Widigdo, Drs. Sumirat Dwiyanto,. Siti Nurlela, Sri Lestari, dan
Ibnu atas bantuan dan kerjasamanya pada setiap tahapan studi ini, mulai dari
proses pengembangan instrumen sampai penulisan laporan.
Akhirnya kami berharap studi ini akan dapat memberikan kontribusi yang
berguna dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan dan penyempurnaan
program pencegahan dan penanggulangan narkoba di Indonesia umumnya dan
tingkat Provinsi khususnya.

Tim Peneliti
Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia
Depok, 2009

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 3

Abstrak
Pendahuluan. Dampak sosial dan eknomi perdagangan dan penyalahgunaan narkoba sangat
mengkhawatirkan dunia. Di Indonesia, kerugian diperkirakan Rp.23,6 trilyun atau $2,6 milyar
pada tahun 2004 (BNN & Puslitkes UI, 2005). Dalam periode tahun 2001 sampai 2006,
penyalahgunaan narkoba meningkat, baik dari jumlah sitaan barang bukti maupun jumlah
tersangka. Angka-angka yang dilaporkan ini hanya puncak gunung es dari masalah narkoba
yang jauh lebih besar.
Tujuan. Tujuan studi ini adalah: 1) memperkirakan besaran angka penyalah-gunaan narkoba
menurut tingkat penggunaan coba pakai, teratur pakai, dan pecandu (suntik dan bukan
suntik); 2) menentukan probabilitas perilaku berisiko penyalahgunaan narkoba dan biaya
satuan konsekuensi akibat narkoba; 3) mempelajari pola peredaran narkoba; 4) menilai
besaran biaya ekonomi dan sosial penyalah-gunaan narkoba.
Metodologi. Lokasi studi di 17 provinsi, yaitu Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan
Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Bali, Jawa Timur,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara & Papua. Rancangan studi seperti rancangan studi sebelumnya, yang
dilaksanakan tahun 2004, dengan tiga tahapan analisis (Godfrey dkk, 2002). Pertama,
memperkirakan jumlah pengguna narkoba menurut tingkatan, seperti coba-pakai, teraturpakai, dan pecandu (suntik & bukan suntik) dan menurut jenis narkoba yang dipakai per
provinsi. Kedua, medapatkan angka probabilitas perilaku berisiko penyalahguna dan ratarata biaya satuan (unit cost) per orang per tahun. Terakhir, mengkalkulasi hasil perhitungan
point 1 dengan point 2 diatas. Data dikumpulkan melalui survei dikalangan penyalahguna
narkoba, pengamatan prospektif penyalahguna, serta studi kualitatif ke berbagai sumber
seperti penyalahguna/mantan, keluarga penyalahguna, kepolisian, bandar, LSM, panti
rehabilitasi, dan lembaga pemasyarakatan.
Hasil. Diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba sebanyak 3,1 juta sampai 3,6 juta orang
atau sekitar 1,99% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar narkoba di
tahun 2008. Dari sejumlah penyalahguna tersebut, terdistribusi atas 26% coba pakai, 27%
teratur pakai, 40% pecandu bukan suntik, dan 7% pecandu suntik. Penyalahgunaan narkoba
pada kelompok bukan pelajar/mahasiswa (60%) lebih tinggi dibandingkan kelompok
pelajar/mahasiswa (40%). Menurut jenis kelamin, laki-laki (88%) jauh lebih besar dari
perempuan (12%). Estimasi kerugian biaya ekonomi akibat narkoba tahun 2008 lebih tinggi
sekitar 37% dibandingkan tahun 2004. Dengan total kerugian biaya sekitar Rp.32,4 trilyun
(2008) terdiri atas Rp. 26,5 trilyun kerugian biaya individual (private) dan Rp. 5,9 trilyun
adalah biaya sosial. Pada biaya private, sebagian besar (58%) untuk biaya konsumsi narkoba.
Sedangkan pada biaya sosial sebagian besar (66%) diperuntukan untuk kerugian biaya akibat
kematian karena narkoba (premature death). Hasil proyeksi menunjukan kerugian biaya
ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba akan meningkat dari Rp.32,4 trilyun di tahun 2008
menjadi Rp.57,0 trilyun di tahun 2013. Bila pemerintah tidak segera bertindak secara serius,
maka dampak dan kerugian biaya yang ditimbulkan akan jauh lebih besar lagi. Fakta bahwa
sebagian besar penyalahguna merupakan remaja dan berpendidikan tinggi yang merupakan
modal bangsa yang tidak ternilai, besaran biaya yang sesungguhnya jauh lebih besar dari
biaya hitungan studi ini. Dampak ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba yang yang
sangat besar ini menggarisbawahi upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba sebagai
upaya yang sangat mendesak.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 4

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Singkatan
1. Pendahuluan ..................................................................................................................... 7
2. Tujuan................................................................................................................................ 7
3. Tinjauan Pustaka Singkat .................................................................................................. 8
3.1. Kriteria Penyalahgunaan Narkoba ............................................................................ 8
3.2. Pengertian biaya penyalahgunaan narkoba ............................................................. 9
4. Metodologi ....................................................................................................................... 9
4.1. Desain Studi .............................................................................................................. 9
4.2. Lokasi Studi ............................................................................................................. 10
4.3. Definisi Operasional ................................................................................................. 10
4.4. Keterbatasan Studi.................................................................................................. 11
5. Hasil ................................................................................................................................ 11
5.1. Perkiraan jumlah penyalahguna narkoba tahun 2008............................................ 11
5.2. Karateristik penyalahguna ...................................................................................... 13
5.3. Perilaku dan konsekuensi akibat narkoba .............................................................. 14
5.4. Biaya satuan konsekuensi penyalahgunaan narkoba ............................................. 20
5.5. Biaya ekonomi penyalahgunaan narkoba ............................................................... 22
6. Proyeksi Jumlah Penyalahguna dan Kerugian Ekonomi Akibat Narkoba sampai 2013 .. 24
6.1. Proyeksi jumlah penyalahguna narkoba sampai 2013 ........................................... 24
6.2. Proyeksi kerugian biaya ekonomi akibat narkoba .................................................. 26
7. Peredaran Gelap Narkoba dan Upaya Penegakan Hukum ............................................. 27
7.1. Peredaran gelap narkoba ........................................................................................ 27
7.2. Pembenahan aparat penegak hukum .................................................................... 30
8. Implikasi Kebijakan Terhadap Program Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba ..... 33
9. Kesimpulan & Rekomendasi .......................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA:............................................................................................................... 42
Lampiran
Ucapan Terima Kasih

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 5

DAFTAR TABEL
Tabel 1.

Cutting points dan kriteria tingkat ketergantungan dari berbagai sumber

10

Tabel 2.

Perkiraan
jumlah
penyalahguna
narkoba
penyalahgunaan narkoba di Indonesia, tahun 2008

14

Tabel 3.

Rata-rata harga pasaran jenis narkoba (dalam rupiah)

21

Tabel 4.

Total biaya satuan konsumsi narkoba per orang per tahun menurut jenis
penyalahguna dan narkoba, 2009 (median)

24

Tabel 5.

Total Kerugian ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba di Indonesia.


2009

26

Tabel 6.

Proyeksi angka prevalensi penyalahguna narkoba per tahun menurut


jenis penyalahguna dan kelompok penyalahguna narkoba di Indonesia.
2008-2013

27

Tabel 7.

Proyeksi jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia. 2008-2013

28

Tabel 8.

Hasil perhitungan jumlah penyalahguna dengan metode yang sama antara


tahun 2004 dan 2008

35

Tabel 9.

Perbandingan penyalahguna menurut Jenisnya dengan menggunakan


nilai tengah antara tahun 2004, 2008, dan 2013

36

Tabel 10.

Perbandingan hasil kalkulasi konsumsi narkoba dari hasil survei versus


hasil tangkapan kasus narkoba oleh Dit/IV narkoba, tahun 2008

37

Tabel 11.

Pola konsumsi narkoba menurut ever used dan current users di tahun 2004
dan 2008

38

menurut

tingkat

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.

Angka absolut dan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba menurut


provinsi, 2008

13

Gambar 2

Kecenderungan total kerugian biaya ekonomi akibat narkoba tahun 2004


dan 2008

23

Gambar 3.

Proyeksi Biaya Kerugian Ekonomi Akibat Penyalahgunaan Narkoba di


Indonesia, 2008-2013

26

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 6

DAFTAR SINGKATAN
AIDS
ATS
BMJ
BNN
BNP
BNK
BPS
CBA
CEA
COI
DALYs
DSM IV TR
GDP
HIV
IDU
LSD
LSM
NAPZA
NARKOBA
NSDUH
NTB
OD
ONDCP
PHK
Puslitkes UI
PSK
Pemda
QALYs
RDS
RP
RT
RW
SAMSHA
SLTA
SMU
SLTP
SD
TB
THC
TV
UN
UNODC

Acquired Immune Deficiency Syndrome


Amphetamine Type Stimulants
British Medical Journal
Badan Narkotika Nasional
Badan Narkotika Provinsi
Badan Narkotika Kabupaten
Biro Pusat Statistik
Cost-Benefit Analysis
Cost-Effectiveness Analysis
Cost-of-Illness
Disability Adjusted Life Years
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision
Gross Domestic Product
Humman Immunodeficiency Virus
Injecting Drug User
Lysergic Acid Diethylamide
Lembaga Swadaya Masyarakat
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Narkotika Psikotropika dan Bahan Adiktif Lain
National Survey on Drug Use and Health
Nusa Tenggara Barat
Over Dosis
Office of National Drug and Policy
Pemutusan Hubungan Kerja
Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
Pekerja Seks Komersial
Pemerintah Daerah
Quality Adjusted life Years
Respondent Driven Sampling
Rupiah
Rukun Tetangga
Rukun Warga
Substance Abuse and Mental Health Services Administration
Sekolah Lanjut Tingkat Atas
Sekolah Menengah Umum
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Sekolah Dasar
Tuberculosis
tetra-hidro-kanabinol
Televisi
United Nation
United Nations Office on Drugs and Crime

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 7

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

1. Pendahuluan
Dampak sosial dan eknomi perdagangan dan penyalahgunaan narkoba sangat
mengkhawatirkan dunia. Di Amerika Serikat kerugian biaya ekonomi dan sosial
akibat narkoba mencapai $181 milyar (UNDCP, 2004), sedangkan di Canada $8,2
milyar pada tahun 2002 (Rehm, 2006). Di Australia kerugian mencapai sekitar $8,190
juta pada tahun 2004/2005 (Collins, 2008). Perbandingan kerugian biaya narkoba
terhadap gross domestic product (GDP) di Amerika Serikat sebesar 1,7%, Canada
0,98%, Australia 0,88% dan Perancis 0,16% (UNDCP, 2004). Di Indonesia, kerugian
diperkirakan Rp.23,6 trilyun atau $2,6 milyar pada tahun 2004 (BNN & Puslitkes UI,
2005).
Di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir penyalahgunaan narkoba meningkat
pesat, baik dari jumlah sitaan barang bukti maupun jumlah tersangka. Hasil sitaan
barang bukti, misalkan ekstasi meningkat dari 90.523 butir (2001) menjadi 1,3 juta
butir (2006), Sabu dari 48,8 kg (2001) menjadi 1.241,2 kg (2006). Jumlah tersangka
meningkat dari 4.924 orang tahun 2001 menjadi 31.635 orang tahun 2006 (Mabes
Polri, 2007). Angka-angka yang dilaporkan ini hanya puncak gunung es dari masalah
narkoba yang jauh lebih besar.
Dengan latar-belakang di atas, Badan Narkotika Nasional bekerja-sama dengan Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia melakukan pemutakhiran data studi
biaya ekonomi dan sosial penyalah-gunaan narkoba di Indonesia untuk tahun 2008.

2. Tujuan
Tujuan studi ini adalah:
1) memperkirakan besaran angka penyalah-gunaan narkoba menurut tingkat
penggunaan
coba pakai, teratur pakai, dan pecandu (suntik dan bukan
suntik);
2) menentukan probabilitas perilaku berisiko penyalahgunaan narkoba dan
biaya satuan konsekuensi akibat narkoba
3) mempelajari pola peredaran narkoba;
4) menilai besaran biaya ekonomi dan sosial penyalah-gunaan narkoba.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 8

3. Tinjauan Pustaka Singkat


3.1. Kriteria Penyalahgunaan Narkoba
Banyak konsep dan definisi operasional penyalahgunaan narkoba. Menurut Ritter &
Anthony (1991) coba pakai (new initiation) didefiniskan apabila frekuensi
penggunaan per tahun 6 kali atau kurang. Sedangkan Todorov et al. (2006)
menetapkan 5 kali atau kurang sebagai mencoba, lebih dari 5 kali per tahun sebagai
lebih dari mencoba, disebut pengguna teratur bila memakai setiap hari selama
minimal 2 minggu. Menurut Meyer (1975), penggunaan narkoba lebih dari satu kali
sehari dalam periode 10 sampai 14 hari atau lebih termasuk kategori ketergantungan
obat. SAMHSA (2008) membagi perilaku pakai atas tiga kategori yaitu 1)
penyalahguna seumur hidup (lifetime use), minimal sekali pakai narkoba dalam
seumur hidup, termasuk penyalahgunaan 30 hari atau 12 bulan lalu. 2)
penyalahguna tahun lalu (past year use), waktu pakai narkoba terakhir kali dalam 12
bulan lalu termasuk 30 hari lalu sebelum wawancara, 3) penyalahguna bulan lalu
(past month use), waktu pakai narkoba terakhir dalam 30 hari lalu sebelum
wawancara.
Secara garis besar cutting points dan kriteria tingkat ketergantungan dimulai dari
bukan penyalahguna hingga coba pakai (eksperimetal), menengah (moderate),
penyalahguna berat (heavy use). Tinjauan atas beberapa penelitian dilakukan oleh
Elinson (1974) seperti yang ditelusuri oleh Kandel (1975), menghasilkan beberapa
definisi dan kriteria yang digunakan untuk menggambarkan pola penyalahgunaan
atau tingkat ketergantungan dengan lebih rinci (Tabel 1).
Tabel 1. Cutting points dan kriteria tingkat ketergantungan dari berbagai sumber
Experimental

Occasional

Casual

1-2 kali
(Mizner, 1973)

3-9 kali
(Mizner)

1-20 kali
(Stanton)

1-2 kali
(Josephson,
1973)

3-59 kali
(Josephson,
1973)

1-9 kali
(Josephson,
1972)
< 1 kali dlm 1
bulan
(Johnson)

10-59 kali
(Josephson,
1972)
10 kali satu
tahun
terakhir
(Hochman&
Brill, 1973)
min 1 kali/
bulan
(Johnson)

Moderate
use
10-29 kali
(Mizner)

Satu atau
lebih dari 1
bulan
(Johnson)

Regular

Heavy users

Habitual, cronic

Minimal 1
kali
per
minggu
(Johnson)

21-199 kali
(Stanton)

> 200 kali


(Stanton)

>30 kali
(Mizner)

> 60 kali
(Josephon)
3 kali per
minggu atau
> 1 bln pakai
(Robins)

Sumber : Kandel, 1975

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

3 kali seminggu dalam 3


tahun atau lebih atau
pakai tiap hari selama 2
tahun
(Hochman $ Brill, 1973)

Halaman | 9

Ada pula yang mengembangkan kombinasi pengukuran diatas, untuk mengetahui


tingkat ketergantungan (dependesi) melalui kriteria DSM-IVTR (Todorov et al., 2006)
dan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (SAMSHA, 2008).

3.2. Pengertian biaya penyalahgunaan narkoba


Markandya dan Pearce (1989) mendefinisikan biaya total penyalahgunaan narkoba
adalah private cost ditambah biaya sosial. Biaya private adalah biaya terkait
konsumsi dan produksi narkoba, sedangkan biaya lain yang terkait dengan narkoba
dan dibebankan bukan pada penyalahguna tetapi pada masyarakat dikategorikan
sebagai biaya sosial. Schauffler (2001), Collins & Lapsley (2004) mengakui pendapat
para ahli ekonomi yang membedakan biaya akibat narkoba. Studi biaya narkoba
banyak yang memasukkan tiga jenis biaya utama yaitu biaya pelayanan kesehatan,
biaya produktivitas, biaya terkait hukum dan pengadilan (Single et al, 2001).
Beberapa negara maju membuat estimasi biaya penyalahgunaan narkoba mengacu
pada The International Guidelines (Single et al, 2001). Namun metodologi tersebut
sangat sulit diaplikasikan pada negara-negara berkembang karena keterbatasan dan
ketersedian infrastuktur datanya, misalkan tidak tersedia angka incidence dan
prevalence narkoba, kematian & kesakitan, kriminalitas, kesehatan, dan sebagainya
(Single et al. 2001).

4. Metodologi
4.1. Desain Studi
Rancangan studi seperti rancangan studi sebelumnya, yang dilaksanakan tahun 2004,
dengan tiga tahapan analisis (Godfrey dkk, 2002). Pertama, memperkirakan jumlah
pengguna narkoba menurut tingkatan, seperti coba-pakai, teratur-pakai, dan
pecandu (suntik & bukan suntik) dan menurut jenis narkoba yang dipakai per
provinsi. Kedua, medapatkan angka probabilitas perilaku berisiko penyalahguna dan
rata-rata biaya satuan (unit cost) per orang per tahun. Terakhir, mengkalkulasi hasil
perhitungan point 1 dengan point 2 diatas.
Jumlah penyalahguna narkoba diperoleh dengan mengalikan angka prevalensi
penyalahguna narkoba dengan populasi berisiko, yaitu penduduk yang berumur 10
sampai 59 tahun. Angka prevalensi diperoleh dari hasil survei narkoba berskala
nasional yang telah dilaksanakan BNN, seperti survei penyalahgunaan narkoba di
kelompok pelajar & mahasiswa tahun 2006 dan di kelompok rumah tangga tahun
2005. Untuk memperkuat analisis estimasi dilakukan penelusuran pustaka dari
berbagai literatur.
Untuk mendapatkan angka probabilitas perilaku berisiko dan biaya satuan per orang
akibat narkoba, maka dilakukan survei dikalangan penyalahguna narkoba. Cara
pengambilan sampel dengan memodifikasi metode respondent driven sampling

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 10

(RDS), serta wawancara dengan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel penyalahguna


terpilih sebanyak 2.143 orang (teratur & pecandu). Survei tambahan dilakukan pada
kelompok coba pakai dengan metode purposive sampling untuk 403 orang di semua
lokasi. Dan studi observasi selama 1 bulan ke depan terhadap 108 orang di 10
provinsi.
Terakhir, mengkalkulasi hasil perhitungan antara hasil point 1 dengan point 2 diatas
untuk mendapatkan perkiraan biaya kerugian penyalahgunaan narkoba di tahun
2008. Setelah diperoleh nilainya, lalu nilai tersebut di proyeksikan untuk periode
tahun 2008-2013 dengan menggunakan berbagai asumsi.
Pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam ke berbagai informan (216
orang), terdiri atas: kepolisian (23), penyalahguna/mantan (42), keluarga
penyalahguna (39), panti rehabilitasi (28), lembaga swadaya masyarakat (30),
petugas lapas (24), dan bandar narkoba (30). Selain itu, dilakukan studi costing di
rumah sakit untuk mendapatkan biaya perawatan dan pengobatan bila ada IDU yang
sakit karena HIV/AIDS dengan sampel sebanyak 98 pasien.
4.2. Lokasi Studi
Lokasi studi di 17 provinsi di Indonesia, yaitu: Kalimantan Barat, Sumatera Utara,
Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan
Timur, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara & Papua. Lokasi di seluruh provinsi
tersebut berada di ibukota tiap provinsi. Periode pengumpulan data bulan Agustus
sampai Oktober 2008.
4.3. Definisi Operasional
Definisi operasional penyalahguna narkoba dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu coba
pakai, teratur pakai, dan pecandu. Pecandu dipilah menurut faktor risiko, yaitu
pecandu bukan suntik dan pecandu suntik.
Definisi penyalahguna coba pakai adalah mereka pernah mengkonsumsi jenis
narkoba apapun maksimal sebanyak 5 kali dalam seumur hidupnya. Penyalahguna
teratur pakai adalah mereka yang pernah pakai narkoba jenis apapun (selain cara
suntik) dimana frekuensi atau jumlah pakai narkoba kurang dari 49 kali dalam 12
bulan lalu sebelum wawancara. Penyalahguna pecandu adalah mereka yang pernah
pakai narkoba jenis apapun dengan frekuensi atau jumlah pakai narkoba lebih dari
49 kali dalam 12 bulan lalu sebelum wawancara (pecandu bukan suntik) dan atau
pernah menggunakan narkoba dengan cara suntik dalam 12 bulan lalu sebelum
wawancara (pecandu suntik).

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 11

4.4. Keterbatasan Studi


Berikut adalah keterbatasan dalam studi ini:
Perspektif perhitungan biaya studi dari sisi penyalahguna narkoba (klien),
bukan dari perspektif pemerintah. Sehingga biaya-biaya dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan narkoba yang dikeluarkan pemerintah tidak
dihitung dalam studi ini. Misalkan, biaya adanya Badan Narkotika Nasional,
biaya penyediaan penjara, biaya pengungkapan kasus pihak kepolisian, dan
sebagainya.

Biaya ekonomi yang dihitung dalam studi ini pada periode 12 bulan lalu
sebelum wawancara, yaitu September 2007 sampai Agustus 2008. Sehingga
biaya-biaya yang dihabiskan dan dikeluarkan diluar periode waktu tersebut
tidak dihitung. Misalkan pernah melakukan tindakan kriminalitas, pernah
dirawat di rumah sakit, atau detoks/rehab dua tahun yang lalu maka tidak
dihitung dalam studi ini.

Survei penyalahgunan narkoba dilakukan di 17 provinsi untuk mendapatkan


probabilitas perilaku dan biaya satuannya setiap konsekuensi narkoba.
Sedangkan laporan studi ini mencerminkan seluruh provinsi (33) di Indonesia.
Untuk itu, provinsi yang tidak di survei menggunakan asumsi data dari
provinsi terdekat yang di survei sebagai masukan datanya.

5. Hasil
5.1. Perkiraan jumlah penyalahguna narkoba tahun 2008
Perkiraan besaran angka penyalahgunaan narkoba diperoleh dari perhitungan model
matematis dengan formulasi berikut: angka prevalensi penyalahgunaan narkoba
dikalikan dengan populasi penduduk berisiko (usia 10-59 tahun). Dimana angka
prevalensi penyalahguna dipilah menurut kelompok pelajar/mahasiswa dan
kelompok bukan pelajar/mahasiswa per provinsi. Angka prevalensi tersebut
diperoleh dari hasil survei narkoba di kelompok pelajar/mahasiswa tahun 2006 dan
survei narkoba di rumah tangga tahun 2005. Angka prevalensi dipilah menjadi 3
kategori menurut jenis penyalahgunaan narkoba yaitu coba pakai, teratur pakai, dan
pecandu. Di kelompok pecandu dipilah lagi menjadi pecandu suntik dan pecandu
bukan suntik. Pengkategorian kelompok tersebut berdasarkan jumlah frekuensi
pemakaian dan cara pakainya.
Sumber data populasi pelajar diperoleh dari buku saku yang dikeluarkan
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006). Sedangkan sumber data
populasi penduduk diperoleh dari website yang dikembangkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) bekerjasama dengan Australia Nasional University (ANU)1.
1

www.datastatistik-indonesia.com

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 12

Dari hasil kalkulasi diperkirakan jumlah penyalahguna sebanyak 3,1 juta sampai 3,6
juta orang atau sekitar 1,99% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko
terpapar narkoba di tahun 2008. Dari sejumlah penyalahguna tersebut, terdistribusi
atas 26% coba pakai, 27% teratur pakai, 40% pecandu bukan suntik, dan 7% pecandu
suntik.
Penyalahgunaan narkoba pada kelompok bukan pelajar/mahasiswa (60%) lebih
tinggi dibandingkan kelompok pelajar/mahasiswa (40%). Menurut jenis kelamin, lakilaki (88%) jauh lebih besar dari perempuan (12%). Penyalahguna coba pakai lebih
banyak di kelompok pelajar (90%), sedangkan pada teratur pakai dan pecandu lebih
banyak terjadi di bukan pelajar/mahasiswa.
Coba pakai. Jumlah penyalahguna narkoba coba pakai diperkirakan 807ribu
938ribu orang yang sebagian besar adalah laki-laki (85%). Mereka kebanyakan
berasal dari kelompok pelajar (90%), terutama laki-laki. Provinsi yang memiliki kasus
terbesar berada di Jawa Timur (15%), Jawa Tengah (15%), Jawa Barat (14%), dan
Jakarta (10%).
Tabel 2. Perkiraan jumlah penyalahguna narkoba menurut tingkat penyalahgunaan
narkoba di Indonesia, tahun 2008
Jenis
Penyalahguna

Pelajar

Bukan Pelajar

Keseluruhan

Laki

Perempuan

Laki

Perempuan

Laki

Perempuan

Total

minimal

611,898

114,197

70,772

10,950

682,669

125,148

807,817

maksimal

710,538

132,607

82,180

12,716

792,719

145,322

938,041

minimal

294,988

35,281

446,461

53,085

741,448

88,366

829,814

maksimal
Pecandu
Bukan Suntik

340,971

40,781

516,056

61,359

857,026

102,140

959,166

minimal

133,635

19,578

990,866

113,943

1,124,502

133,520

1,258,022

maksimal
Pecandu
Suntik

155,075

22,718

1,149,833

132,223

1,304,908

154,941

1,459,850

minimal

39,858

5,422

145,577

27,724

185,435

33,146

218,581

maksimal

46,274

6,294

169,008

32,186

215,282

38,480

253,762

minimal

1,080,379

174,478

1,653,676

205,702

2,734,055

380,180

3,114,234

maksimal

1,252,857

202,400

1,917,078

238,484

3,169,935

440,884

3,610,819

Coba pakai

Teratur pakai

Total Lahgun

Teratur pakai. Jumlah penyalahguna teratur pakai sekitar 829ribu 959ribu orang
yang sebagian besar didominasi oleh laki-laki (89%). Penyalahguna teratur pakai
kebanyakan berada pada kelompok bukan pelajar (60%). Penyalahguna teratur
pakai paling banyak berada di Jawa Barat (23%), Jawa Timur (18%), dan Jawa Tengah
(14%).
Pecandu bukan suntik. Pada kelompok pecandu narkoba terdiri atas 2 jenis, yaitu
pecandu bukan suntik dan pecandu suntik. Jumlah pecandu bukan suntik

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 13

diperkirakan sebanyak 1,25 juta sampai 1,45 juta orang. Kelompok bukan
pelajar/mahasiswa semakin besar proporsinya pada jenis penyalahguna ini mencapai
88%. Dimana pecandu bukan suntik kebanyakan berada di provinsi Jawa Barat (19%)
dan Jawa Timur (16%).
Pecandu suntik. Pecandu suntik diperkirakan sebanyak 218ribu sampai 253ribu
orang. Kejadian pada kelompok bukan pelajar/mahasiswa (79%) lebih tinggi
dibandingkan pada pelajar/mahasiswa (21%). Populasi pecandu suntik paling banyak
di provinsi DKI Jakarta (14%), Jawa Barat (14%) dan Jawa Timur (13%).
Penyalahgunaan narkoba di tingkat provinsi. Ada variasi yang lebar jumlah
penyalahguna di tingkat provinsi, dengan kisaran antara 8.700 sampai 604 ribu.
Diperkirakan jumlah penyalahguna terbanyak ada di Jawa Barat (18%), Jawa Timur (16%),
Jawa Tengah (13%), dan DKI Jakarta (9%). Namun, bila angka penyalahguna tersebut
dibagi dengan total populasi penduduk, maka diperoleh angka prevalensi
penyalahgunaan narkoba. Angka ini mencerminkan risiko setiap orang untuk terpapar
penyalahgunaan narkoba.
Gambar 1. Angka absolut dan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba menurut provinsi, 2008
700

4.5

Absolut
600

prevalensi

4
3.5

500

400

2.5

300

Prevalensi

Absolut

1.5
200
1
100

0.5
0

al
te
B ng
a
K be
al l
ba
N r
S TB
ul
P ba
ap r
K ua
al
se
S NA l
um D
se
S Ba l
um li
ba
N r
T
R T
S ia u
ul
Ja se
t l
K e ng
al
ti
S m
u
Irj lut
B ab
B an a r
en te
gk n
u
J a lu
ba
Ja r
S ti
La umm
m u
pu t
K ng
e
S pr
S ultr i
ul a
te
G Ja ng
or m
on bi
t
M alo
M alu
al t
uk
u
D
IY
D
K
I

Ada perbedaan pola antara hasil angka absolut dengan angka prevalensi. Pada angka
absolut didominasi oleh provinsi-provinsi yang berada di pulau Jawa, karena jumlah
populasi penduduknya jauh lebih besar. Namun, bila dilihat risiko keterpaparannya tidak
demikian, kecuali DKI Jakarta. Berikut adalah urutan angka prevalensi terbesar, yaitu DKI
Jakarta (4,1%), DI Yogyakarta (2,7%), Maluku (2,6%), Maluku Utara (2,3%), Gorontalo
(2,2%), dan Jambi (2,1%). Penduduk yang tinggal di provinsi ini memiliki tingkat
keterpaparan terhadap penyalahgunaan narkoba jauh lebih tinggi dibandingkan provinsi
lainnya.

5.2. Karateristik penyalahguna


Dari hasil survei dikalangan penyalahguna narkoba, diketahui lebih dari separuh
responden berada pada kelompok umur 20-29 tahun (68%). Sebagian besar

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 14

penyalahguna adalah laki-laki, hanya 9% dari penyalahguna adalah perempuan,


terutama di teratur pakai (12%). Sebagian besar telah menyelesaikan jenjang
pendidikan tinggi (80%), yaitu minimal telah tamat SLTA ke atas, terutama para
pecandu suntik. Sekitar seperempat responden berstatus menikah, dimana proporsi
terbesar berada di kelompok pecandu suntik.
Sekitar seperempat responden tidak bekerja. Mereka yang berstatus
mahasiswa/pelajar sebanyak 28%, sedangkan yang mengaku bekerja kebanyakan
adalah pegawai swasta (15%) dan wiraswasta/ pedagang (12%). Pecandu suntik
kebanyakan berstatus tidak bekerja (34%). Sedangkan pada teratur pakai dan
pecandu bukan suntik kebanyakan mahasiswa (32% dan 24%).
Lebih dari separuh responden mengaku masih tinggal bersama orangtuanya (58%)
dan sekitar seperempatnya tinggal di rumah kost atau kontrakan. Pecandu suntik
lebih banyak yang tinggal bersama orangtuanya (64%) dibandingkan jenis
penyalahguna lainnya.

5.3. Perilaku dan konsekuensi akibat narkoba


Dari hasil survei dikalangan penyalahguna diketahui beberapa perilaku penyalahguna
sebagai berikut:
Merokok dan alkohol. Hampir seluruh responden pernah merokok (99%), dan
mereka yang masih aktif merokok dalam setahun terakhir sebanyak 95%. Demikian
pula dengan minum alkohol. Ada sekitar 93% dari responden yang pernah minum
alkohol. Dalam setahun terakhir, mereka yang masih minum alkohol sebanyak 81%.
Riwayat dan pola konsumsi narkoba. Umur pertama kali pakai narkoba kebanyakan
usia 16-18 tahun (41%) atau setara dengan mereka yang sedang menempuh
pendidikan di jenjang SLTA. Ganja (66%) dan obat penenang/barbiturat (21%) adalah
jenis narkoba yang paling banyak dipakai pertama kali oleh responden. Alasan yang
diungkapkan pakai narkoba karena ingin coba-coba, pengaruh pergaulan, kurangnya
informasi tentang narkoba dan kurangnya pengawasan orang tua.
...pertamanya pergaulan sih.. orang kalo ga kenal gituan ga keren tuh.. ga macho, ga
laki kata orang kan.. jadi coba-coba, ee ternyata enak.. fly, stokun, pokoknya cocok
ni..namanya pil BK itu, kan nambah metal tu, jadi berani, berani abis...(PN-9.3.05.2.P1).
Kurangnya perhatian, tapi dalam tanda kutip perhatian dah cukup, cuma saya sibuk
kerja, awalnya gitu aja deh.. rumah tangga saya gak harmonis sama suami. Suami di
Bandung, saya di Jakarta. Bisa kumpul sebagai 1 keluarga itu gak ada. Jadi saya sibuk
kerja, Feri butuh uang saya kasih, jadi pengawasan saya kurang, terus pergaulan, nah itu
lah akhirnya jadi begitu (KPN-1.1.03.2.P2).

Ganja (92%), Shabu (64%), Ekstasi (54%), obat penenang/barbiturat (52%), dan putau
bubuk (32%) adalah jenis narkoba yang paling populer dipakai dikalangan responden.
Jika dilihat dari jenis penyalahguna, ada perbedaan jenis narkoba yang populer
dikalangan mereka, kecuali ganja. Misalkan, di pecandu suntik adalah putau bubuk,
Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:
Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 15

di pecandu bukan suntik & teratur pakai adalah shabu. Sekitar 83% dari responden
pernah memakai lebih dari satu jenis narkoba (poly drugs). Para pecandu suntik
(98%) lebih tinggi yang melakukan poly drugs, dibandingkan pecandu bukan suntik
dan teratur pakai (78%).
Ganja (71%) masih tetap paling banyak disebut dalam pemakaian narkoba setahun
terakhir. Jenis narkoba lainnya adalah shabu (38%), ekstasi (30%), obat penenang
(28%), putau bubuk (15%) dan methadon (13%). Sayangnya, lebih dari separuh (61%)
responden masih mempraktekan penggunaan narkoba lebih dari satu jenis (poly
drugs), terutama para pecandu suntik (87%) dalam setahun terakhir.
...jenis narkoba yang pernah dipakai pil hypnoril, lexotan, ganja, putaw, shabu.
Menurutku yang paling mahal shabu, tapi efeknya paling enak putaw (PN-1.1.10.2.P3).
Obat-obatan seperti Sanax, Camlet, Cimeng, Putaw, Subutex. Semua masih dipake saat
ini. Dari semua yang pernah dipake paling enak putaw Duh enak banget, susah euy, heueuh, enak banget aja deh kayak di surga (BD-1.3.08.2.P1).

Ada perbedaan banyaknya jumlah konsumsi narkoba, dimana pecandu suntik paling
banyak frekuensi pakai narkobanya. Lihat, perbandingkan median frekuensi pakai
antara pecandu suntik (720 kali pemakaian) dengan teratur pakai (20 kali
pemakaian) dalam setahun terakhir.
Lebih dari separuh penyalahguna telah diketahui statusnya sebagai penyalahguna
narkoba oleh pihak keluarga (53%). Bahkan, 80% dari pecandu suntik telah diketahui
oleh keluarganya, namun tidak untuk kelompok teratur pakai (36%). Tidak hanya itu,
ternyata ada sekitar sepertiga (33%) dari anggota keluarga responden juga
penyalahguna narkoba.
Dari hasil identifikasi pada kelompok pecandu suntik, pada umumnya keluarga
mereka baru mengetahui ada anggota keluarganya yang menyalahgunakan narkoba
setelah ada kejadian tertentu seperti tertangkap polisi, over dosis, dan sakit.
Informasi tersebut bagi pihak anggota keluarga sebenarnya sudah terlambat karena
rata-rata mereka sudah pakai narkoba lebih dari 5 tahun. Bahkan ada sebagian dari
informan yang menyatakan bahwa mereka baru tahu anaknya pakai setelah
teridentifikasi mengidap HIV/AIDS.
Saya mulai tahu dia pake narkoba sekitar tahun 2004..karena dia pada saat itu dia
ketangkep.. ternyata emang sudah target, sebagai pemakai di sekitar sini... (KPN7.3.05.2.P2).
Saya tidak tahu pasti, tapi saya mengetahuinya pada saat dia sedang sakit di RS
itu.Waktu diambil sampel darahnya utk keperluan pemeriksaan golongan darah,dari
situlah saya baru mengetahui jika dia adlh pemakai (KPN-4.3.01.2.P4).

Seks dan Narkoba. Sekitar 85% dari responden pernah melakukan hubungan seks,
dengan median usia pertama kali umur 17 tahun. Pecandu suntik (92%) lebih banyak
yang pernah melakukan hubungan seks dibandingkan kelompok lainnya. Dalam
setahun terakhir, mereka yang pernah berhubungan seks sekitar 73%.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 16

Dari mereka yang pernah berhubungan seks, sekitar 1 dari 10 orang pernah
melakukan hubungan seks demi mendapatkan narkoba, dimana kebanyakan
dilakukan oleh laki-laki (80%), terutama para pecandu suntik. Sayangnya hampir
separuh dari responden ketika berhubungan seks tidak pernah pakai kondom dalam
setahun terakhir. Hanya sekitar 9% saja yang selalu pakai kondom.
Narkoba dianggap dapat meningkatkan libido untuk berhubungan seks. Paling tidak
ada 3 jenis narkoba yang banyak disebut terkait dengan hal itu, yaitu shabu (40%),
ganja (36%) dan ekstasi (32%).
Penyalahguna narkoba suntik. Ada sekitar sepertiga dari responden yang mengaku
sebagai pecandu suntik. Prevalensi yang pernah pakai narkoba suntik lebih tinggi
pada laki-laki (35%) dibandingkan perempuan (26%).
Tidak ada perbedaan median umur pertama kali pakai narkoba suntik antara laki-laki
dan perempuan, yaitu 19 tahun. Namun, laki-laki lebih lama sebagai penyalahguna
narkoba suntik yang digunakan secara teratur, dengan nilai median 60 bulan,
sedangkan perempuan 42 bulan.
Saat ini ada dua jenis zat/narkoba yang paling banyak disuntikan ke dalam tubuh,
yaitu putau bubuk dan subutek. Tidak ada perbedaan jenis narkoba yang disuntikan
antara laki-laki dan perempuan.
Angka prevalensi pakai narkoba suntik pada perempuan (69%) lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (62%) dalam setahun terakhir. Dengan median frekuensi
pemakaian narkoba suntik sama besar, yaitu 1 kali dalam sehari. Dengan frekuensi
pemakaian jarum suntik baru pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan,
dengan median jumlah jarum suntik baru sebanyak 15 dan 10 buah per bulan.
Kejadian penyakit dikalangan penyalahguna. Sekitar tiga per empat responden
(76%) mengaku punya keluhan masalah kesehatan. Ada 5 keluhan yang banyak
diungkapkan, yaitu: rasa mual (45%), selera makan berkurang (48%), rasa sesak pada
dada (43%), rasa sakit pada ulu hati (36%), dan rasa lelah (fatigue) berkepanjangan
(35%).
Dari mereka yang punya keluhan, sekitar 37% melakukan pengobatan sendiri dengan
cara membeli obat medis/modern (71%). Selain itu, ada sebanyak 24% yang
melakukan rawat jalan dan 3% yang harus menjalani rawat inap. Mereka yang
melakukan rawat jalan, kebanyakan pergi ke praktek dokter (43%), rumah sakit
pemerintah (27%), dan puskesmas (22%). Sedangkan mereka yang dirawat inap,
kebanyakan di RS pemerintah.
Para informan pergi berobat ke dokter setelah merasakan gejala penyakitnya
bertambah parah. Hampir sebagian besar informan menyatakan seringkali mereka
kurang memperhatikan gejala-gejala penyakit yang dirasakan dan malas untuk
berobat ke dokter. Bagi penyalahguna lebih memilih uangnya untuk membeli
narkoba dari pada untuk biaya pengobatan.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 17

Gua sering demam-demam tapi gua biarin aja. Gua pernah satu hari, kuku kuning dan
badan gua kuning semua. Gua biarin cuma berobat ke HERNA tapi belum dibilang itu HEP
C. Karena udah kronis, akhirnya gue jalan aja udah ga bisa, kalau jalan maunya pipis
terus. Akhirnya september tahun 2000 , Bokap jemput kekosan gua, dia bawa gua
kesalah satu dokterH. Selanjutnya, gua dibawa kepanti rehabilitasi, trus malamnya gua
dibawa konseling, trus gua langsung masuk herna, trus gua langsung detoksikasi.
Pertengahan bulan gua dipanggil lagi sama dokter dan ada orang tua. Gua dikasih tahu
untuk saat ini tidak ada virus HIV, tapi HEP C ada, dan itu sudah bisa dibilang stadium
tinggi,dan nyokap gua nangis... (PN-5.1.02.6.P13).
....jadi sejak tahu status, gue dibantu LSM. Setelah positif dua tahun kemudian minum
ARV. Ambilnya di klinik Teratai di RSHS. Kebetulan anak gue juga uda minum ARV. Kalau
untuk orang dewasa Rp.20 ribu, kalau anak-anak Rp.80 ribu tiap bulan (PN-1.1.08.6.P13).

Hampir separuh dari responden yang menanggung biaya pengobatan tersebut


adalah pihak keluarga (49%) dan pihak responden sendiri (48%). Ditemukan ada
sebanyak 9% biaya pengobatan ditanggung oleh kartu/SKTM/Jamkesmas, terutama
para pecandu suntik (15%). Lebih dari separuh responden (60%) menyatakan diantar
oleh orang lain ketika berobat rawat jalan, tetapi orang lain yang menemani
responden saat dirawat inap lebih rendah (13%).
Kejadian overdosis. Ada sekitar 1 dari 10 responden penyalahguna pernah
mengalami overdosis. Bahkan di kelompok pecandu suntik kejadian overdosis jauh
lebih tinggi, yaitu 1 dari 4 responden (28%). Namun, mereka yang pernah mengalami
kejadian overdosis dalam setahun terakhir sangat rendah (2%). Ketika terjadi
overdosis, lebih dari separuh responden menyatakan tindakan yang dilakukan adalah
ditolong atau dirawat oleh teman (55%). Namun, ada sekitar 20% yang menyatakan
didiamkan saja, terutama di kelompok teratur dan pecandu bukan suntik. Separuh
responden pecandu suntik menyatakan tindakan yang dilakukan adalah perawatan
medis (52%).
Detoksifikasi & Rehabilitasi. Ada sekitar 8% dari responden yang pernah minimal
melakukan satu kali tindakan detoksifikasi ataupun rehabilitasi, dan hanya 2% yang
pernah melakukannya sebanyak 2 kali. Secara detail, mereka yang pernah
detoksifikasi sebanyak 5%, dan 0,7% dilakukan setahun terakhir. Sedangkan mereka
yang pernah rehabilitasi sebanyak 8%, dan 2% dilakukan setahun terakhir.
Sedangkan yang pernah melakukan tindakan keduanya sebanyak 2%. Data ini
memperlihatkan masih sangat rendahnya akses layanan untuk detoksifikasi maupun
rehabilitasi, yang disebabkan ketiadaan akses layanan, ketidaktahuan dari responden,
ataupun ketidakmampuan membayar layanan tersebut.
Upaya pengobatan sendiri untuk bebas dari ketergantungan narkoba. Dalam
upaya berhenti dari kecanduan narkoba, para responden telah berupaya melakukan
pengobatan sendiri, misalkan pasang badan, membeli obat bebas, dan sebagainya.
Hampir sepertiga dari responden pernah melakukan upaya tersebut, dan
kebanyakan dilakukan oleh para pecandu suntik (61%). Bahkan masih ada sekitar
15% yang melakukan upaya tersebut dengan frekuensi sebanyak 6 kali pada tahun
lalu. Bagi sebagian penyalahguna menganggap dengan pasang badan bisa lebih
efektif untuk lepas dari ketergantungan narkoba dibanding jenis pengobatan lainnya,
karena dalam upaya tersebut didasari atas kesadaran sendiri.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 18

waduh.. lo bayangin, gua itu berhentinya mendadak.. karena bini aku udah bunting 4
bulan.. aku ga pengen anak aku ini cacat kan.. jadi terpaksa aku berhenti total.. pake
ganja tuh berhentinya tu.. kaya yang tadi gua ceritain kan.. itu waktu orang kedinginan
gua kepanasan.. janm 12-1 malam gua mandi, berak ampe keluar darah..mimisan..
bayangin orang kepanasan jam 12 siang gua kedinginan.. ngegigill.. urat-urat ini kaya di
isi jarum kalo mo tahu.. saaakit badan gua.. kalo bisa milih, enakan digebuki orang dari
pada gua nahan sakau.. tuh, nah, kalo ga nge-boti pala gua migraine.. itu aja.. (PN9.3.05.2.P1).

Tindak Kriminalitas. Berdasarkan pengakuan, tidak seluruh responden pernah


melakukan tindak kriminalitas, misalkan mencuri ataupun merampok. Hanya 38%
yang pernah melakukan tindak kriminal tersebut. Kebanyakan yang pernah
melakukan tindakan tersebut para pecandu suntik (58%), bandingkan dengan teratur
pakai hanya 15%. Tindak kriminalitas tersebut masih terus dilakukan dalam setahun
terakhir (13%).
...pernah, ngebobol brangkas bokap.. ngambil duit 325 juta. (PN-8.3.05.4.P9).
Kalau jual motor diem- diem kalau pekarangan ibu sudah meninggal dapat tiga tahun
ada surat- suratnya saya bilang kebapak ini pekarangan pingin saya jual tapi sempet
kurang boleh tapi karena dibawah pengaruh obat itu jadi nekat aja udah hilang langsung
laku (PN-10.1.11.4.P9).

Kebanyakan tindak kriminalitas tersebut dilakukan di tingkat keluarga (66%),


terutama pada kelompok teratur pakai (80%). Namun, tindak kriminalitas pada orang
lain lebih banyak dilakukan oleh para pecandu suntik (28%).
Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas. Lebih dari sepertiga responden (35%) pernah
mengalami kecelakaan lalu lintas, terutama dikalangan pecandu. Namun mereka
yang mengalami kejadian tersebut sekitar 17% dengan median jumlah kecelakaan
sebanyak 1 kali pada tahun lalu.
Penangkapan Oleh Pihak Kepolisian. Satu dari 5 penyalahguna pernah ditangkap
pihak kepolisian terkait urusan narkoba. Hampir separuh responden tersebut adalah
para pecandu suntik (47%). Dalam tahun lalu, hanya ada 1 dari 20 penyalahguna
yang tertangkap pihak kepolisian, dengan median frekuensi tertangkap sebanyak 1
kali.
Pengalaman di Penjara. Ada satu dari 10 penyalahguna (13%) yang pernah dipenjara
terkait dengan narkoba. Hampir sepertiganya (31%) adalah pecandu suntik. Pada
tahun lalu, masih ada sebanyak 3% dari penyalahguna yang dipenjara.
Aktivitas Pribadi Terganggu. Penyalahguna mengakui ada aktivitas yang terganggu
akibat mengkonsumsi narkoba, misalkan tidak sekolah atau bekerja. Mereka yang
mengakui hal ini ada sebanyak 41%, terutama di pecandu suntik. Ditemukan masih
ada 26% dari responden yang merasa aktivitasnya terganggu setelah mengkonsumsi
narkoba dalam tahun lalu.
Ya mengganggu! jadi banyak yang terbengkelai, males bangun tidur, proyek (order)
pada mundur. Tanggung jawab jadi kurang, terus meremehkan (PN-8.2.09.3.P7).

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 19

Dulu otomatis mbak. Jadi malesan. Karena beda, saat aku ada dilingkungan mereka, di
luar lingkungan sekolah.... eh... ngaruh banget mbak. Jadi dulu aku SMP itu selalu
ranking. Ranking 2, Ranking 3, Aku kelas 2 pindah sekolah udah kenal itu. Langsung...
Ranking juga 2 dan 3 juga, tapi dari belakang. Ngaruh banget.. (PN-3.1.10.3.P7).

Teman responden yang pakai dan mati karena narkoba. Jejaring penyalahguna
narkoba perlu diketahui, salah satunya dengan menanyakan jumlah teman sesama
pemakai narkoba. Nilai median jumlah teman sesama pengguna yang masih hidup
sebanyak 10 orang. Teman pecandu suntik lebih sedikit dibandingkan pecandu
lainnya. Ditanyakan pula teman sesama penyalahguna yang meninggal dunia terkait
narkoba dalam tahun lalu. Jumlah median teman narkoba yang meninggal ada
sebanyak 3 orang. Teman yang meninggal tersebut kebanyakan laki-laki (93%),
dengan median umur 27 tahun. Dengan informasi data tersebut, diketahui angka
kematian akibat penyalahgunaan narkoba diperkirakan sebesar 5% per tahun.
Dengan tingkat kematian teman dikalangan pecandu suntik sebesar 15%, sedangkan
dikelompok pecandu bukan suntik 3% dan teratur pakai 1%. Dengan menggunakan
angka persentase tersebut per provinsi, diperkirakan jumlah penyalahguna yang mati
ada sebanyak 14.894 orang pada tahun lalu.
Penyebarluasan narkoba & harga pasaran. Hampir sepertiga (31%) dari responden
pernah menjual narkoba, terutama para pecandu suntik (46%). Namun, mereka yang
mempraktekan menjual narkoba dalam setahun terakhir telah jauh berkurang hanya
8%. Selain itu, ada 1 dari 10 responden (11%) pernah mempraktekan sebagai kurir
narkoba, terutama para penyalahguna suntik. Dalam upaya mencari penyalahguna
baru, sekitar separuh responden (52%) pernah menawarkan narkoba ke orang lain,
terutama para pecandu bukan suntik (57%).
Frekuensi makai putaw 3-4 kali sehari. Biasanya beli 1 gram untuk 3 hari. Beli segitu sekaligus
jualin kalau ada teman yang mau, lumayan buat nambahin beli (PN-1.2.08.2.P1).

Tabel 3. Rata-rata harga pasaran jenis narkoba


(dalam rupiah)

Harga pasaran narkoba bervariasi


antar daerah, misalkan ganja di
Jenis Narkoba
Satuan
Harga pasaran (Rp)
Medan 1 paket Rp.5000, sedangkan
Ganja
1 paket
15,000
di Bali Rp. 50.000. Harga pasaran
Hasish
1 paket
37,500
secara rerata dapat dilihat pada tabel
Kokain
1 paket
200,000
3. Peredaran narkoba tidak lagi
Shabu
1 paket
200,000
terfokus di tempat-tempat hiburan
Ekstasi
1 butir
137,500
tetapi sudah bergeser ke tempat lain
Heroin
1 paket
100,000
seperti
perkampungan,
rumah
Putau bubuk
1 paket
100,000
Putai cair
1 paket
150,000
penduduk, tempat kos dan lokasi lain
Methadon
1 gelas
5,000
yang kurang mendapat perhatian dari
Subutex
2 mili
26,250
pihak kepolisian. Di beberapa kota
studi mulai terlihat peredaran narkoba di pemukiman kumuh. Tempat transaksi
sering kali di tempat ramai atau di jalanan umum. Ada juga yang memanfaatkan
tempat orang hajatan, terutama bila ada acara organ tunggal yang memutar house
music. Selain itu, apotik/toko obat dapat dijadikan sumber mendapatkan narkoba
racikan, seperti pengakuan salah seorang bandar.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 20

Sama di sini nich di daerah X ada Apotik Y. Apotik itu nakal. Tidak dengan resep
dokter aja bisa keluar. Tapi saya pernah dengar issue, hal itu sengaja dibiarkan saja (BD2.2.10.3.P3).

5.4. Biaya satuan konsekuensi penyalahgunaan narkoba


5.4.1. Biaya satuan konsekuensi narkoba per orang per tahun
Biaya satuan (unit cost) dari konsekuensi narkoba per orang per tahun diperoleh dari
hasil wawancara dengan para penyalahguna narkoba. Gambaran hasilnya adalah
sebagai berikut:
Biaya pengobatan dipilah menjadi rawat jalan dan rawat inap. Hasil studi costing di
salah satu rumah sakit pemerintah di Jawa Timur menemukan bahwa secara rerata,
median biaya pengobatan rawat inap sekitar Rp.4,2 juta per orang, dengan rentang
antara Rp.1 juta sampai Rp.15,9 juta per orang. Semakin banyak gejala yang dialami
oleh ODHA maka beban biaya pengobatannya semakin mahal. Bandingkan, mereka
yang punya 1-3 gejala hanya sekitar Rp.3,7 juta sedangkan yang memiliki lebih dari 5
gejala sebesar Rp.5,5 juta per orang. Demikian juga dengan lama hari perawatan,
semakin lama tinggal di rumah sakit maka beban biaya yang harus ditanggung
semakin mahal. Sedangkan median biaya pasien rawat jalan sekitar Rp.380ribu per
orang per tahun, dengan rentang biaya antara Rp.73ribu sampai Rp.763ribu per
tahun. Sumber pembiayaan selama di rumah sakit sekitar 48% berasal dari
pemerintah melalui program Askeskin.
Hasil survei dikalangan penyalahguna, menemukan rerata besar biaya untuk rawat
jalan sebesar Rp. 1,4 juta dan rawat inap sebesar Rp 5,1 juta . Biaya rawat jalan
pecandu suntik lebih besar dibandingkan penyalahguna lainnya. Demikian juga
dengan biaya rawat inap.
Biaya satuan penanganan overdosis sekitar Rp.500ribu per orang per tahun. Para
pecandu narkoba suntik lebih banyak mengeluarkan biaya overdosis dibandingkan
penyalahguna lainnya.
Biaya detoksifikasi & rehabilitasi lebih mahal dibandingkan overdosis. Biaya detoks
dan rehab memiliki kisaran sekitar Rp.3,8 juta sampai Rp.5,7 juta per orang per
tahun. Sedangkan biaya pengobatan sendiri agar terbebas dari narkoba sekitar
Rp.98ribu per orang per tahun. Biaya untuk pengobatan sendiri untuk pecandu
suntik lebih mahal.
Biaya satuan kejadian akibat kecelakaan sekitar Rp.2,8 juta per tahun per orang,
terutama dikalangan pecandu suntik mencapai Rp.10,8 juta, sedangkan teratur pakai
hanya Rp.514 ribu per orang per tahun.
Biaya satuan terkait urusan dengan pihak kepolisian akibat tertangkap diperkirakan
sebesar Rp.8,3 juta per orang. Pecandu bukan suntik harus mengeluarkan biaya yang
lebih besar dibandingkan kelompok penyalahguna lainnya.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 21

Namun, bila urusan telah sampai ke tingkat penjara maka biaya yang harus
dikeluarkan menjadi lebih besar lagi. Dibutuhkan paling tidak sebanyak Rp.16,7 juta
per orang per tahun terkait dengan urusan penjara ini. Pecandu bukan suntik harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan pecandu suntik.
Akibat pemakaian narkoba, diakui ada aktivitas yang seharusnya dipergunakan untuk
kegiatan produktif menjadi tidak. Akibatnya, kerugian biaya yang ditimbulkan sekitar
Rp.362 ribu per orang per tahun. Pecandu suntik mengakui lebih banyak terganggu
aktivitasnya dibandingkan penyalahguna lainnya.
Biaya kerugian akibat waktu produktivitas yang hilang (loss productivity) akibat
hilangnya waktu yang seharusnya digunakan untuk kegiatan produktif menjadi tidak.
Biaya ini diukur dari orang lain yang menenami responden karena sakit,
detoks/rehab, kecelakaan, urusan dengan kepolisian, dan penjara. Nilai waktu yang
hilang dikonversi menjadi biaya kerugian dengan asumsi upah minimum regional per
provinsi.
Kerugian biaya produktivitas akibat sakit terdiri atas rawat jalan sebesar Rp.203 ribu
dan rawat inap Rp.2,8 juta, terutama dikalangan penyalahguna suntik. Kerugian
biaya akibat overdosis jauh lebih kecil dibandingkan biaya detoksifikasi. Kerugian
biaya satuan detoksifikasi sekitar Rp.2,4 juta per orang. Sedangkan biaya kerugian
akibat tindakan kriminalitas lebih tinggi terjadi di keluarga sendiri dibandingkan
kejadian di orang lain. Mereka yang melakukan tindakan kriminalitas di pecandu
suntik lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya, terutama barang yang
diambil/dicuri di keluarganya.
Kerugian akibat kecelakaan lalu lintas mencapai Rp.14 juta per orang per tahun.
Kerugian kecelakaan jauh lebih besar terjadi di kelompok pecandu dibandingkan
teratur pakai. Demikian pula, terkait urusan dengan aparat penegak hukum. Biaya
yang dikeluarkan lebih besar ketika kejadiannya telah sampai di penjara
dibandingkan ketika masih ditingkat kepolisian, dimana biaya yang harus dikeluarkan
hampir 6 kali lipatnya.
5.4.2. Biaya konsumsi narkoba per orang per tahun
Biaya satuan median konsumsi narkoba diperkirakan sebesar Rp.5,1 juta per orang
per tahun. Semakin berat tingkat kecanduan narkoba, maka biaya satuan konsumsi
semakin besar, dimana pecandu suntik menghabiskan median biaya Rp.20,4 juta per
orang per tahun, dibandingkan kelompok lainnya (teratur Rp.950ribu; pecandu
bukan suntik Rp.5,2juta).
Pada kelompok teratur pakai biaya terbesar dihabiskan untuk membeli putau bubuk
(Rp.2juta) dan shabu sebesar Rp.1,9 juta per orang per tahun. Shabu hampir
ditemukan di lokasi studi yang disurvei, kecuali papua.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 22

Tabel 4. Total biaya satuan konsumsi narkoba per orang per tahun
menurut jenis penyalahguna dan narkoba, 2009 (median)
Jenis narkoba
GANJA
HASHIS
KOKAIN
SHABU
EKSTASI
HEROIN
PUTAU
BUBUK
PUTAU CAIR
METHADON
SUBUTEK
BARBITURAT
LSD
KECUBUNG
INHALAN

Teratur
180.000
37.500
1.920.000
1.470.000
50.000

Pecandu
non Suntik
1.800.000
600.000
360.000
5.100.000
5.100.000
3.742.500

Pecandu
Suntik
1.500.000
2.400.000
1.440.000
3.600.000
1.860.000
7.668.750

Pecandu
1.800.000
1.200.000
606.154
5.100.000
3.600.000
6.885.000

2.000.004
60.000
110.000
100.000
24.000

8.330.009
1.800.000
9.225.000
1.800.000
400.000
100.000
28.800

18.000.000
1.800.000
1.800.000
9.450.000
1.800.000
840.000
600.000
28.800

18.000.000
1.800.000
1.800.000
9.450.000
1.800.000
624.000
102.000
28.800

Pada
kelompok
pecandu bukan suntik
biaya
konsumsi
narkoba kebanyakan
dihabiskan
untuk
membeli
subutek.
mencapai Rp.9,2 juta
per tahun per orang.
Konsumsi
subutek
tertinggi ditemukan di
Jawa Timur. Jenis
narkoba yang juga
banyak dibeli adalah
putau bubuk, shabu,
dan ekstasi.

Putau bubuk banyak dikonsumsi oleh para pecandu suntik, dengan nilai median
konsumsi Rp.18 juta per orang per tahun. Penyalahguna di Bali paling banyak
mengeluarkan biaya pembelian putau bubuk dibandingkan provinsi lainnya.
Sedangkan jenis narkoba lain tidak terlalu besar transaksinya, kecuali subutek, shabu,
dan heroin murni.

5.5. Biaya ekonomi penyalahgunaan narkoba


Dalam konteks penghitungan estimasi kerugian biaya ini, istilah yang dipakai adalah
biaya ekonomi. Biaya ekonomi yang dimaksud adalah biaya individual (private) dan
biaya sosial. Biaya individual adalah beban biaya yang melekat pada penyalahguna
narkoba, termasuk biaya konsumsi narkoba. Biaya sosial adalah beban biaya akibat
konsekuensi penyalahgunaan narkoba yang secara tidak langsung berdampak pada
masyarakat. Definisi tersebut lebih merujuk pada definisi yang dibuat oleh
Markandya dan Pearce (1989).
Estimasi kerugian biaya ekonomi akibat narkoba tahun 2008 lebih tinggi sekitar 37%
dibandingkan tahun 2004 (gambar 2). Total kerugian biaya ekonomi akibat
penyalahgunaan narkoba ditaksir sekitar Rp.32,4 trilyun pada tahun 2008. yang
terdiri dari Rp. 26,5 trilyun kerugian biaya pribadi (private) dan Rp. 5,9 trilyun adalah
biaya sosial. Pada biaya private, sebagian besar (58%) digunakan untuk biaya
konsumsi narkoba. Sedangkan pada biaya sosial sebagian besar (66%) diperuntukan
untuk kerugian biaya akibat kematian karena narkoba (premature death).
Provinsi Jawa Timur memiliki kerugian biaya ekonomi akibat narkoba terbesar,
mencapai Rp.5,95 trilyun, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Barat di tahun 2008.
Sedangkan kerugian biaya ekonomi terendah di provinsi Irian Jaya Barat, sekitar

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 23

Rp.45,9 milyar. Detail besar kerugian ekonomi tiap provinsi dapat dilihat pada
lampiran.
Biaya individual (private). Biaya
individual adalah beban biaya
yang melekat pada penyalahguna
35.0
32.4
narkoba. Yang termasuk biaya ini
30.0
adalah konsumsi narkoba, biaya
23.6
25.0
perawatan & pengobatan karena
sakit akibat narkoba, biaya bila
20.0
2004
terjadi
overdosis,
biaya
2008
15.0
melakukan
detoksifikasi
&
10.0
rehabilitasi,
biaya
untuk
5.0
melakukan pengobatan sendiri
dalam
upaya
penghentian
0.0
2004
2008
narkoba, biaya yang terjadi akibat
Tahun
kecelakaan lalu-lintas, biaya yang
diperlukan terkait urusan ketika
tertangkap pihak kepolisian karena narkoba, biaya yang dikeluarkan karena
dipenjara, biaya produktivitas yang hilang akibat pemakaian narkoba sehingga
responden tidak bisa bekerja/sekolah.
Total biaya (dalam Trilyun Rp)

Gambar 2. Kecenderungan total kerugian biaya ekonomi


akibat narkoba tahun 2004 dan 2008

Total kerugian biaya individual akibat penyalahgunaan narkoba sekitar Rp.26,5


trilyun pada tahun 2008. Dari semua komponen biaya prvate, kontribusi terbesar
berasal dari biaya konsumsi narkoba, yaitu sekitar Rp.15,4 trilyun. Angka ini lebih
tinggi dibandingkan tahun 2004 (Rp.11,3 trilyun). Jenis narkoba yang banyak
diperjualbelikan dikalangan penyalahguna narkoba adalah shabu-shabu (36%), ganja
(15%), putau bubuk (15%), dan ekstasi (13%). Potensial peredaran narkoba terbesar
berada di Jawa Timur, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Biaya sosial. Biaya sosial adalah beban biaya akibat konsekuensi penyalahgunaan
narkoba yang secara tidak langsung berdampak pada masyarakat. Dikarenakan studi
ini menggunakan pendekatan perspektif klien, maka sebagian besar biaya yang
dikalkulasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh orang lain yang terkait dengan
responden, yaitu dengan mengukur tingkat biaya produktivitas yang hilang (loss
productivity) dari waktu & biaya dari orang lain tersebut akibat menemani atau
menunggu responden. Untuk menghitung biaya satuannya digunakan pendekatan
upah minimum regional (UMR) per provinsi.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 24

Tabel 5. Total Kerugian ekonomi akibat


penyalahgunaan narkoba di Indonesia. 2008
Komponen kerugian
Konsumsi Narkoba
Pengobatan sakit
Overdosis
detoks & rehab
pengobatan sendiri
Kecelakaan
tertangkap polisi
Penjara
aktivitas terganggu
Total biaya private

Total (Rp)
15.376.071.393.974
7.743.243.229.912
22.123.798.254
1.094.518.714.023
19.688.477.665
323.219.574.063
882.602.464.266
839.813.127.416
188.704.874.626
26.489.985.654.199

%
47.4
23.9
0.1
3.4
0.1
1.0
2.7
2.6
0.6
81.6

Loss productivity
Pengobatan sakit
Overdosis
detoks & rehab
Kecelakaan
tertangkap polisi
Penjara
premature death
tindak kriminalitas
Total biaya sosial
Total kerugian ekonomi

227.450.165.997
8.453.721.275
59.035.729.799
722.714.663.998
680.423.715.620
45.734.532.068
3.957.060.471.813
252.656.682.237
5.953.529.682.806
32.443.515.337.005

0.7
0.0
0.2
2.2
2.1
0.1
12.2
0.8
18.4
100

Secara detail komponen biaya


sosial
terdiri
dari
biaya
produktivitas yang hilang karena
menunggu responden sakit,
ketika
overdosis,
ketika
detoksifikasi
&
rehabilitasi,
ketika terjadi kecelakaan ketika
berurusan
dengan
pihak
kepolisian, ketika berurusan
dengan pihak penjara, ketika
terjadi kematian akibat narkoba
(premature death) dan tindakan
kriminalitas.

Biaya sosial secara garis besar


dapat dipilah menjadi 3 bagian,
yaitu biaya kriminalitas, biaya
hilangnya waktu produktivitas,
dan biaya kematian karena
narkoba. Total kerugian biaya
sosial diperkirakan sekitar Rp.5,9
trilyun di tahun 2008. Kontribusi
biaya terbesar akibat kematian karena narkoba (premature death) sebesar 48%. Dari
aspek kerugian hilangnya waktu produktivitas proporsi terbesar akibat kecelakaan
lalu lintas.

6. Proyeksi Jumlah Penyalahguna dan Kerugian Ekonomi Akibat


Narkoba sampai 2013
6.1. Proyeksi jumlah penyalahguna narkoba sampai 2013
Dalam melakukan proyeksi untuk angka prevalensi. maka mempertimbangkan dua
asumsi, yaitu perkiraan pertumbuhan penduduk per tahunnya dan perkiraan
kenaikan angka prevalensi penyalahguna per tahunnya. Periode proyeksi dilakukan
untuk 5 tahun ke depan, dari 2008 sampai 2013.
Perkiraan jumlah populasi penyalahguna narkoba. Perkiraan jumlah populasi
penduduk per tahun diperoleh dari pihak BPS & ANU yang dipublikasikan dalam
www.datastatistik-indonesia.com. Data populasi yang dianalisis adalah populasi
berisiko penyalahguna narkoba diasumsikan mereka berada pada kelompok umur
10-59 tahun. Selanjutnya, data populasi tersebut dipilah menurut kelompok
pelajar/mahasiswa dan kelompok bukan pelajar/mahasiswa. Data populasi
pelajar/mahsiswa diperoleh dari Depdiknas (2006). Untuk proyeksi, populasi
pelajar/mahasiswa dilakukan analisis regresi linier dengan persamaan y = -17,47 +
0,46x (dimana x, adalah tahun).

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 25

Angka prevalensi penyalahguna narkoba. Di setiap kelompok populasi, angka


prevalensi penyalahguna dibagi menurut jenis penyalahguna, yaitu coba pakai,
teratur pakai, dan pecandu (bukan suntik dan suntik). Asumsi proyeksi angka
prevalensi untuk tahun-tahun berikutnya mempertimbangkan tingkat kenaikan
angka penyalahguna per tahun menurut tiap kelompok dikurangi angka kematian. Di
kelompok pelajar/mahasiswa, angka kenaikan diperoleh dengan melihat selisih
kenaikan persentase angka hasil survei pelajar/mahasiswa tahun 2003 (3,9%) dengan
angka survei pelajar/mahasiswa tahun 2006 (5,3%). Dengan demikian, diperkirakan
angka kenaikan narkoba dikalangan pelajar/mahasiswa per tahun sebesar 0,47 per
tahun. Hasil proyeksi angka prevalensi penyalahguna narkoba pada tabel 6.
Di kelompok bukan Tabel 6. Proyeksi angka prevalensi penyalahguna narkoba per tahun
menurut jenis penyalahguna dan kelompok penyalahguna narkoba
pelajar/mahasiswa
di Indonesia. 2008-2013
untuk kenaikan angka
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
prevalensi per tahun Kelompok pelajar/mahasiswa
coba pakai
3.74
4.01
4.28
4.55
4.82
5.09
dengan
cara
teratur
1.70
1.82
1.94
2.06
2.19
2.31
membandingkan dua
pecandu
1.02
1.10
1.17
1.24
1.32
1.39
buah laporan World
pecandu bukan suntik
0.79
0.85
0.90
0.96
1.02
1.07
pecandu
suntik
0.23
0.25
0.27
0.28
0.30
0.32
Drugs Report (WDR)
total
6.46
6.93
7.39
7.86
8.33
8.79
antara
tahun Kelompok Bukan pelajar/mahasiswa
2005/2006
(yang
coba pakai
0.06
0.06
0.06
0.07
0.07
0.07
teratur
0.36
0.38
0.39
0.41
0.42
0.44
dipublikasikan tahun
pecandu
0.93
0.97
1.01
1.05
1.09
1.13
2007) dengan WDR
pecandu bukan suntik
0.80
0.84
0.87
0.91
0.94
0.98
tahun
2006/2007
pecandu suntik
0.13
0.13
0.14
0.14
0.15
0.15
total
1.35
1.41
1.46
1.52
1.58
1.65
(dipublikasikan 2008)
yang dibuat oleh UNODC. Angka yang dibandingkan adalah angka penyalahguna
setahun terakhir (current users). Diperkirakan jumlah current users diseluruh dunia
tahun 2005/2006 ada sebanyak 200 juta orang, sedangkan di tahun 2006/2007
meningkat menjadi sekitar 208 juta orang. Dengan fakta ini, maka diperkirakan
tingkat pertumbuhan penyalahguna narkoba ada sebanyak 0,04 per tahun. Detail
hasil proyeksi angka penyalahguna narkoba dilihat pada tabel 7.
Hasil perhitungan ditingkat populasi penyalahguna narkoba. Selanjutnya angka
prevalensi tersebut di kalkulasikan terhadap populasi penduduk menurut
kelompoknya. Dari hasil perhitungan tersebut dengan menggunakan nilai tengah
maka jumlah penyalahguna narkoba ditaksir sekitar 3,3 juta orang di tahun 2008,
dan akan meningkat menjadi 4,5 juta orang di tahun 2013. Demikian pula, dengan
angka prevalensi penyalahguna narkoba di tingkat populasi akan terjadi kenaikan
sekitar 28% dalam 5 tahun ke depan, Detail hasil perhitungan dapat dilihat pada
tabel 7.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 26

Tabel 7. Proyeksi nilai tengan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia, 2008-2013


Perkiraan jumlah pelajar/mahasiswa
coba pakai
teratur
pecandu
pecandu bukan suntik
pecandu suntik
total
Perkiraan jumlah bukan pelajar/mahasiswa
coba pakai
teratur
pecandu
pecandu bukan suntik
pecandu suntik
total
Total seluruh penyalahguna narkoba
coba pakai
teratur
pecandu
pecandu bukan suntik
pecandu suntik
total
% terhadap total populasi berisiko

2,008

2,009

Tahun
2,010

2,011

2,012

2,013

784,620
356,011
214,426
165,503
48,923
1,355,057

855,959
388,380
233,922
180,551
53,372
1,478,261

929,272
421,644
253,958
196,015
57,943
1,604,874

1,004,559
455,805
274,532
211,895
62,637
1,734,896

1,081,819
490,861
295,647
228,192
67,455
1,868,327

1,161,054
526,812
317,300
244,905
72,395
2,005,166

88,309
538,480
1,380,681
1,193,433
187,248
2,007,469

92,929
566,654
1,452,921
1,255,875
197,045
2,112,503

97,750
596,052
1,528,298
1,321,030
207,268
2,222,100

102,766
626,636
1,606,718
1,388,814
217,903
2,336,120

107,997
658,535
1,688,507
1,459,512
228,996
2,455,039

113,429
691,658
1,773,436
1,532,923
240,514
2,578,524

872,929
894,490
1,595,107
1,358,936
236,172
3,362,527
1.99

948,888
955,034
1,686,843
1,436,426
250,417
3,590,765
2.10

1,027,022
1,017,696
1,782,255
1,517,045
265,211
3,826,974
2.21

1,107,325
1,082,441
1,881,250
1,600,710
280,541
4,071,016
2.32

1,189,817
1,149,396
1,984,154
1,687,704
296,450
4,323,366
2.44

1,274,483
1,218,470
2,090,737
1,777,828
312,909
4,583,690
2.56

6.2. Proyeksi kerugian biaya ekonomi akibat narkoba


Perkiraan biaya satuan per setiap konsekuensi. Proyeksi biaya satuan untuk lima
tahun ke depan mempertimbangkan tingkat inflasi, sebesar 6% per tahun. Angka
inflasi ini diaplikasikan terhadap seluruh biaya satuan setiap konsekuensi narkoba
menurut provinsi. Selanjutnya, dari hasil perhitungan tersebut lalu dikalikan dengan
jumlah populasi per provinsi per tahun (tabel 7).

Gambar 3. Proyeksi Biaya Kerugian Ekonomi Akibat


Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, 2008 -2013
60.0

Kerugian Ekonomi (Trilyun Rp)

Biaya sosial
50.0

8.8

Biaya individual

8.1
7.5

40.0

7.0
6.4

30.0

6.0

20.0
26.5

30.6

38.6

34.3

43.2

48.3

10.0
0.0
2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Hasil proyeksi kerugian biaya


ekonomi untuk 2008-2013.
Berdasarkan hasil kalkulasi
diperkirakan kerugian biaya
ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba meningkat dari
Rp.32,4 trilyun di tahun 2008
menjadi Rp.57,0 trilyun di tahun
2013 (harga berlaku). Provinsi
Jawa
Timur
diperkirakan
memiliki potensial kerugian
terbesar dibandingkan provinsi
lainnya di Indonesia. Sedangkan
Irian Jaya Barat merupakan
provinsi yang paling rendah

tingkat potensial kerugian biaya ekonominya.


Proyeksi ini menggunakan asumsi data normal. Bila pemerintah tidak serius dalam
upaya penangangan dan penanggulangan narkoba ini maka potensial kerugian
ekonomi yang terjadi akan jauh lebih besar lagi. Ini dapat disinyalir dari begitu
Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:
Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 27

maraknya ditemukan berbagai pabrik racikan narkoba dalam beberapa tahun


terakhir, tidak hanya berskala besar2, tetapi juga mereka berani membuat pabrik
narkoba di kompleks perumahan. Dengan nilai omzet harga sitaan narkoba mencapai
milyaran rupiah.
Di beberapa provinsi terlihat juga potensial kerugian ekonomi yang relatif besar,
seperti sebagian besar provinsi di Jawa, Kalimanta Timur, Sumatera Selatan, dan
Sulawesi Selatan. Kiranya perlu ada upaya intervensi program yang lebih serius pada
provinsi-provinsi tersebut, baik dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

7. Peredaran Gelap Narkoba dan Upaya Penegakan Hukum


7.1. Peredaran gelap narkoba
Peredaran gelap narkoba akan terus berlanjut dan tidak akan pernah berhenti. Hal ini
disebabkan oleh nilai keuntungan yang tinggi dari perdagangan narkoba. Sehingga banyak
pihak yang berminat dan mau terjun di bisnis ini.
Sasaran utama peredaran dan modus operasinya. Sasaran utama peredaran narkoba
adalah kelompok pelajar dan mahasiswa. Dengan populasi yang cukup besar, yaitu sekitar
16,9 juta orang (2008) dan meningkat menjadi 22,3 juta orang (2013). Tentu mereka pasar
yang amat potensial untuk digarap secara serius oleh para bandar/pengedar narkoba,
apalagi kondisi perkembangan jiwa dari kelompok ini juga sangat mendukung (ingin
tahu/coba yang tinggi, penemuan jati diri, serta ke-ego-an) , ditambah tekanan faktor
lingkungan dan teman (peer group) yang amat besar. Menjadi pintu masuk yang cocok untuk
peredaran gelap narkoba.
Diperkirakan ada sekitar 90% dari kelompok coba pakai narkoba berasal dari kelompok
pelajar/mahasiswa. Bahkan hasil studi menemukan usia usia pertama kali pakai narkoba

pada usia 16-18 tahun (41%) atau setara dengan mereka yang sedang duduk di
bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Tidak hanya para bandar/pengedar narkoba,
mereka yang telah pakai narkoba secara sadar maupun tidak sadar terus berupaya
memperluas jaringan sesama pemakai narkoba. Dari total responden, ada sebanyak
52% yang mengaku pernah menawarkan narkoba kepada orang lain, bahkan 31%
pernah menjual narkoba. Sedikitnya 1 dari 10 penyalahguna pernah menjadi kurir
narkoba. Penasun adalah kelompok penyalahguna yang paling berisiko menjadi
pengedar narkoba, karena hampir separuh (45%) penasun pernah menjual narkoba
pada orang lain.
Modus operandi peredaran narkoba semakin canggih dengan memanfaatkan
teknologi modern. Dahulu transaksi narkoba dengan cara bertemu langsung antara
penjual dan pembeli, ada uang ada barang. Sekarang peredaran narkoba dapat
melalui telepon dan kurir. Sehingga kasus yang terungkap seringkali hanya

Salah satu pabrik narkoba yang berhasil dibongkar diperkirakan nomor 3 terbesar di dunia untuk
shabu dan ekstasi.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 28

kurir/pengedar kelas kecil saja, sedangkan para bandar atau pengedar kelas kakap
seringkali tidak diketahui keberadaannya.
Kalau selama itu teman, paling dengan memberikan alamat. Modelnya nanti saya
nongkrong di alamat tersebut. Trus tinggal saya kode barangnya disimpan dimana, sms
untuk ambil barangnya.Tapi kalau orang lain, setelah saya terima uangnya. Dia akan
saya sms. Hanya tinggal saya beli kartu perdana baru. SMS dengan no HP baru. Di sms BR
ada dimana. Saya tidak kenal orang itu, Orang itu tidak kenal saya. Modelnya seperti itu
(BD-2.2.10.3.P3).

Adanya kantong peredaran narkoba. Tidak dapat dipungkiri bahwa narkoba dapat
tumbuh subur pada masyarakat di suatu wilayah kota tertentu. Adanya wilayah
kantong-kantong peredaran narkoba tersebut sudah diketahui secara luas oleh
masyarakat, termasuk pihak kepolisian, misalnya kampung B di Jakarta, kampung
F di Bali, daerah B di Pontianak, dsb. Di wilayah semacam itu sudah terbentuk
jaringan peredaran narkoba yang kuat. Bahkan para bandar/pengedar sudah bisa
diterima keberadaannya oleh masyarakat setempat, seolah telah terbentuk
kerjasama saling menguntungkan. Masyarakat membela dan melindungi para
bandar/pengedar dari petugas, sedangkan bandar/pengedar memberikan bantuan
uang kepada masyarakat setempat. Dengan kondisi demikian seringkali petugas
mengalami kesulitan untuk menangkap bandar/pengedar. Di tempat itu,
penyalahguna lebih nyaman dan aman untuk membeli dan memakai langsung
narkobanya.
Pemakai tinggal datang ke B. Juga disediakan tempat untuk mengkonsumsinya agar
pembeli tidak perlu pulang dengan membawa barang bukti,waktu pulang pun pemakai
juga dijaga. Ada beberapa yg memilih untuk membawa pulang, tapi hanya sedikit saja
(BD-3.3.01.6.P12).

Pendapat senada disampaikan informan dari kepolisian, di daerah-daerah semacam


itu sangat sulit dilakukan razia narkoba. Sering terjadi perlawanan dari masyarakat
setempat terhadap beberapa aparat yang ingin melakukan razia. Berbagai tanda
atau kode akan mereka bunyikan sehingga semua bandar/pengedar dan
penyalahguna sudah bisa mengantisipasi kedatangan petugas.
Kampung B dikenal sebagai kampung narkoba karena banyak transaksi yang
dilakukan secara rapi. Daerah ini mempunyai banyak sungai dan rumah2 yang dibangun
diatas sungai, sehingga jika polisi melakukan razia mereka akan menceburkan diri ke
sungai sebagai usaha untuk melarikan diri dari kejaran polisi. Mereka juga menggunakan
kentongan yang terletak disetiap sudut tiang listrik sebagai penanda datangnya polisi.
Kadang-kadang mereka cukup berkumpul dan berteriak maling untuk mengusir polisi
secara beramai-ramai (Pol-2.3.01.3.P5).

Pabrikan narkoba telah berada dilingkungan perumahan. Menarik jika mengkaji


pengungkapan kasus narkoba akhir-akhir ini oleh pihak kepolisian. Pabrik shabu dan
ekstasi ternyata sudah berada di lingkungan perumahan, yaitu di apartemen
Mediterania, Jakarta Barat (Kompas, 28/10/2008), Perumahan Taman Ratu, Jakarta
Barat (Kompas, 22/11/2008), dan di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat (Kompas
Online, 12/01/2009). Padahal sebelumnya, pabrik ekstasi/shabu yang diungkap
kasusnya dibangun di daerah pinggir kota (Bogor, Tangerang, dan Serang). Ini
mengindikasikan bahwa para bandar berupaya mendekatkan akses dan mencoba

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 29

menyingkirkan pola yang ada, sehingga pihak kepolisian atau masyarakat sekitar
tidak menyadari keberadaan pabrik shabu/ekstasi tersebut.
Bahkan salah satu pabrik shabu dapat memproduksi 100 kilogram shabu-shabu
dengan teknik produksi terbaru dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih
membahayakan bagi manusia (Kompas Online, 22/11/2008). Demikian juga pabrik
ekstasi yang berhasil digerebek di salah satu apartemen dengan nilai sekitar Rp.18,3
miliar (Kompas Online, 28/11/2008). Dengan fakta-fakta tersebut memberikan
gambaran bahwa peredaran dan perdagangan narkoba di Indonesia sangat marak.
Narkoba di Penjara. Penjara tidak lepas dari peredaran narkoba. Akses narkoba di
dalam penjara sangat mungkin, karena letak lapas rata-rata di dalam kota dan tidak
terpapar langsung oleh petugas kepolisian. Alasan lain, di lapas narkoba seringkali
napi mengalami sakaw. Kondisi itu menimbulkan permintaan (demand) terhadap
narkoba menjadi tinggi di lapas, apalagi sebagian besar napi diperbolehkan
memegang uang. Lapas yang sering terjadi kasus peredaran narkoba bila jumlah
napinya sudah melebihi kapasitas yang ada. Selain itu, keterlibatan petugas lapas
dalam peredaran narkoba di dalam penjara masih sangat mungkin.
Banyak cara menyelundupkan narkoba ke dalam lapas. Beberapa tahun lalu, modus
operasinya dengan cara di lempar ke dalam lapas melalui media bola tenis atau
dibungkus dengan kantong plastik. Ada juga melalui keluarga atau teman yang
mengunjungi napi ataupun diselundupkan melalui petugas lapas sendiri. Pola
pendistribusian barang kemungkinan bisa antar blok, tetapi yang paling mudah
adalah antar kamar melalui petugas kebersihan lapas yang bisa dijadikan
perantara/kurir.
Tapi bukti yang kemarin itu masuk lewat lempar. Dan pegawai saya menangkap
dia. Berarti ini suatu model cara lain untuk mereka masukan narkoba itu lewat
pegawai tidak ada lagi, tidak mungkin lagi (LP-2.1.10.4.P11).

Modus operasi sekarang ada beberapa cara seperti dimasukkan ke dalam bra, softex,
sandal, atau sepatu yang sudah dimodifikasi, bahkan ada juga yang dimasukkan ke
dalam vagina. Cara tersebut bisa lolos dari pemeriksaan petugas lapas karena sampai
saat ini sistem pemeriksaan masih manual, belum semua lapas punya alat detektor
sehingga banyak narkoba yang tidak bisa teridentifikasi oleh petugas.
Tidak menutup kemungkinan yang mengendalikan perputaran bisnis narkoba
dari balik jeruji besi, dengan menggunakan handphone atau bertemu langsung
saat menjenguk. Semua perintah transaksi diatur dari penjara, misalkan dengan
cara menggunakan rekening pacarnya untuk menampung uang-uang haram hasil
penjualan narkoba (Kompas online, 25/02/2008) atau menyuruh kurir narkoba
dari balik penjara (Kompas online, 13/12/2008). Akses komunikasi melalui
handphone sangat mudah diperoleh di penjara. Bahkan, saat pengambilan data
di lapangan terlihat jelas bahwa beberapa orang napi bebas memakai
handphone di dalam lapas. Bahkan sempat diperoleh informasi ada sebagian
petugas lapas yang menyewakan pemakaian handphone kepada napi di dalam
lapas.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 30

Kalau putaw gua dikirim sih, paling sedikit tuh 11 gram. Itu dari anak dalem juga, di sel.
Dari dulu sampe sekarang masih seperti itu dapat putaw. Harga gram tahun sekarang
300.000, kalau paketan kecil jadi 7 paket masing-masing dijual Rp 100.000 (BD1.3.08.3.P8).

Sistem pengamanan dan upaya preventif yang dilakukan di dalam lapas dalam
mencegah peredaran narkoba seringkali terkendala tindak lanjutnya. Menurut
informan, terkadang sudah dilakukan razia di dalam lapas dan terbukti ditemukan
beberapa barang bukti tetapi tidak ada proses lebih lanjut. Satu hal yang sangat
mengecewakan, karena alasan situasi dan kondisi tertentu kasus yang sempat
diungkap sepertinya dilupakan dan barang bukti yang ditemukan juga hilang begitu
saja.
Saya pengalaman beberapa kali nangkap kadang-kadang diterusin mungkin tiga atau
satu segala macam diterusin sampai ditindaklanjutin. saya baru pertama kali datang
kesini tanggal 17 maret saya razia dapat barang bukti macam-macam sudah dapat eh
sampai sekarang tidak ada beritanya... (LP-4.3.06.4.P10).
Tahun 2006 pernah dilakukan razia oleh Sat Brimob dan Kepolisian. Pernah diketemukan
usaha penyelundupan narkoba melalui bantal dan kue, ditemukan 19 paket shabu (LP3.2.01.4.P10).

7.2. Pembenahan aparat penegak hukum


Ditengah upaya pemerintah dalam melakukan pencegahan dan penanggulan
narkoba, tidak jarang terjadi kasus kolusi dan nepotisme dalam penanganan kasus
oleh oknum penegak hukum. Beberapa fakta di lapangan menunjukkan tidak sedikit
aparat penegak hukum terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran narkoba.
Penyalahguna narkoba ada yang membayar aparat penegak hukum. Sangsi hukum

tentang penyalahgunaan narkoba dan psikotropika di Indonesia cukup berat, yaitu


bagi seseorang yang memproduksi, mengolah atau menyediakan narkotika golongan
satu bisa dihukum mati atau dengan pidana penjara seumur hidup yang diatur dalam
UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika dan UU No. 5 tahun 1997 tentang
psikotropika. Dengan kenyataan hukum yang sedemikian berat, tidak jarang seorang
tersangka lebih memilih melakukan kolusi dengan penegak hukum agar bisa terlepas
dari jeratan hukum atau mengurangi masa hukumannya.
Hasil survei menunjukkan sebanyak 6% penyalahguna yang pernah tertangkap polisi,
dimana lebih dari separuhnya (67%) mengaku mengeluarkan sejumlah uang kepada
polisi supaya terbebas dari kasus yang menjeratnya. Demikian halnya dengan
penyalahguna yang pernah dipenjara dalam setahun terakhir (3%), harus
mengeluarkan sejumlah uang untuk menyelesaikan urusan di penjara.
Oknum aparat penegak hukum ada yang mem-backing bandar. Menurut informan di

lapangan ada oknum penegak hukum terlibat sebagai backing dan juga sebagau
penyalahguna narkoba. Biasanya para oknum sebagai backing tempat hiburan
malam seperti di diskotik, cafe, pub, karaoke, dsb. Indikasi bahwa tempat tersebut

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 31

ada yang membacking adalah bila setiap akan ada razia oleh aparat keamanan tidak
diketemukan peredaran narkoba di tempat tersebut, karena informasi akan adanya
razia sudah diberitahukan terlebih dahulu ke pihak tempat hiburan.
kalau diskotik itu pasti ada backing-nya... yang ngebeking dia bisa kuat, misal ada
pengrebekan..bakal terjadi ni, sudah dicalling duluan, sebentar lagi ada yang mau
grebek.. setengah jam dari itu sudah kosong (BD-4.2.05.3.P7).

Dilapangan, ditemukan ada oknum penegak hukum yang bekerjasama menjalankan


bisnis narkoba dengan salah seorang informan (bandar). Menurut informan, alasan
oknum tersebut terlibat bisnis narkoba karena gaji bulanan yang diterimanya masih
belum mencukupi. Jenis narkoba yang diedarkan shabu dan ekstasi, dengan wilayah
peredaran di sekitar terminal induk dan juga menjadi penyuplai narkoba ke dalam
lapas dengan bekerja sama dengan seorang petugas lapas.
Dengan adanya kerjasama dengan oknum polisi membuat posisi bandar lebih aman
dibandingkan tidak ada backing. Bila akan ada operasi penangkapan terhadap
bandar, maka oknum polisi tersebut menyarankan kepada bandar agar mencari
kambing hitam sebagai ganti obyek penangkapan. Kondisi itu dilakukan, karena
separuh dari modal bisnis narkoba berasal dari oknum penegak hukum tersebut.
Peran oknum hanya di belakang layar, semua strategi peredaran narkoba
dikendalikan oleh bandar. Meskipun demikian oknum polisi tersebut selalu memantu
situasi dan kondisi dilapangan, pada waktu tertentu saja akan meminta setoran dan
laporan hasil bisnisnya.
.. kalau saya kira. tidak ada polisi yang menjadi bandar. tapi untuk backing itu
ada. ...dia tak semata-mata hanya backing. padahal modal juga mungkin bisa fifty-ffty
karena sekarang sistimnya kalau tidak di backing enggak akan jalan bandar itu karena
bisa ditangkap. Biasanya kalau mau ditangkap. polisinya yang menyarankan mencari
kambing hitam. Bandarnya tetap jalan. terjadi pemutaran disitu yang dinamakan
pemutaran Bandar.. (BD-8.2.11.3.P7).

Menurut beberapa bandar yang banyak ditangkap oleh polisi adalah para pembeli/
penyalahguna. Para bandar cenderung lebih aman karena mereka memberikan uang
setoran secara rutin dalam jumlah cukup besar kepada beberapa oknum polisi.
Namun, tidak semua bandar merasa nyaman mempunyai backing oknum polisi.
Salah
seorang
bandar
menyatakan
meskipun
selama
ini
sudah
membayar/memberikan setoran pada polisi, tetapi tetap saja masih menjadi target
operasi. Bahkan menurut informasi dari seorang polisi, saat ini informan telah
menjadi target tembak mati.
...jujur aja. ada sih...jadi kadang-kadang. mereka kasih informasi ke aku kalau aku harus
hati-hati karena sudah di incar polisi...aku itu mbak sudah target tembak dada...target
tembak mati...cuma karena waktu itu mungkin mukzizat Tuhan ya... kadang aku kesal
karena banyak polisi yang udah aku bayar. mereka masih ngancam aku.. (BD-6.3.15.3.P7).

Pernyataan bandar tersebut, diakui oleh informasi dari pihak kepolisian bahwa ada
oknum penegak hukum yang terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba. Menurut informan kepolisian sebagian besar oknum yang terlibat adalah
sebagai pemakai, bukan sebagai bandar. Oknum polisi yang ditangkap kasus narkoba

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 32

berdasarkan hasil tes urinenya positif. Untuk membuktikan seorang oknum sebagai
backing atau bandar sangat sulit, tanpa ada barang bukti yang ditemukan. Menurut
informan dari kepolisian, seringkali terjadi fitnah terhadap aparat penegak hukum
dikatakan terlibat sebagai backing atau bandar tetapi sulit untuk dibuktikan.
Kalau terbukti, gak main-main pimpinan kita, dari Kapolri sampai Kapolda
kebijaksanaan gak main-main. Kalau dia jadi backing, tapi belum punya bukti ya susah
juga kita buktikan, meskipun sudah banyak informasi, kita kan harus tes dulu dong, tes
urin nya, kita geledah rumahnya sesuai informasi itu pak ya. Kalau dia gak ada bukti ya
susah pak. Fitnah bisa saja pak, ga suka sama orang kan bisa saja. Kita kan semua kasus
harus ada bukti dan saksi. Kalau narkoba terutama buktinya pak. Kita nangkap orang ga
ada bukti, ya negatif, ya susah. Walaupun ada informasi dia di backingan sama anggota
polisi si A, ya kita periksa juga dia, tes urin. Di geledah dirumah atau di badan (Pol6.3.11.3.P9).

Telah ada upaya penegakan hukum secara serius. Menurut beberapa informan bandar

tidak sedikit oknum penegak hukum terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran
narkoba di Indonesia. Namun, beberapa tahun terakhir oknum yang terlibat semakin
berkurang. Menurut para bandar, hal ini dapat terjadi karena adanya program
intensif dari BNN dan kepolisian dalam melakukan razia narkoba di beberapa tempat.
Berbeda dengan era tahun sebelum tahun 1997, dimana para bandar dapat
mengidentifikasi banyak oknum yang terlibat. Diantara para informan ada yang
mengaku pernah mengambil barang/narkoba di Polda, bahkan ada juga oknum dari
Polda yang mengirim secara langsung barang tersebut kepada bandar.
Jumlah tangkapan kasus narkoba oleh aparat kepolisian dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Ini menunjukkan meningkatnya kinerja kepolisian dalam melakukan razia.
Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi para bandar untuk mengedarkan
narkoba. Peredaran narkoba dalam 5 tahun terakhir ini lebih sulit dibanding
beberapa tahun sebelumnya. Dahulu tindakan aparat kepolisian lebih longgar dan
tidak seketat tahun sekarang. Bahkan, penentuan tempat dan cara transaksi
sekarang perlu sangat hati-hati. Beberapa tahun lalu, cukup telepon lalu barang
langsung dikirim, tetapi sekarang selalu ada jeda waktu. Kondisi ini menyebabkan
harga narkoba menjadi jauh lebih mahal.
Lebih sulit Pertama itu barangnya yang dibutuhkan itu saling menyembunyikan untuk
menaikkan harga. yang kedua mereka takut sekali ketemu sama polisi dan polisi itu
langsung menangkap langsung diringkus (BD-5.3.14.5.P11).
Jelas ada banget mas, kalo dulu mudah untuk transaksi, kalo butuh barang tinggal
bilang sama yang diatas barang langsung dikirim. Sekarang agak susah ada tenggang
waktunya antara minta barang dengan datangnya barang. Apalagi jaman-jaman waktu
kapolri yang sekarang baru dilantik (Sutanto), susah banget. Ga segampang dulu (BD5.2.14.5.P11).

Bagi oknum penegak hukum yang terlibat kasus penyalahgunaan dan peredaran
narkoba akan ditindak tegas oleh masing-masing pimpinan. Penanganan kasus akan
diserahkan ke atasan masing-masing, demikian juga anggota TNI akan diproses oleh
POM sesuai matra. Penjatuhan sangsi hukuman disesuaikan dengan tingkat
kesalahan di lapangan. Bagi oknum yang sering terlibat kasus atau kasusnya berat
akan dilakukan pemecatan secara tidak hormat. Sampai akhir November 2008.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 33

Propam Mabes Polri telah mencatat dan menindak 49 anggotanya yang terlibat
narkoba. Jumlah ini terbilang sangat banyak bila dibandingkan tahun 2007 yang
mencapai 21 orang (Kompas, 1/12/2008).

8. Implikasi Kebijakan Terhadap Program Pencegahan dan


Penanggulangan Narkoba
8.1.

Angka penyalahgunaan narkoba dan Proyeksi ke Depannya

Adanya kecenderungan kenaikan penyalahguna narkoba dari tahun ke tahun


Pada tahun 2008, besaran penyalahguna narkoba diperkirakan sekitar 3,11 juta sampai
3,61 juta orang di Indonesia, dengan nilai tengah 3,36 juta orang. Angka ini lebih tingi
dibandingkan dengan estimasi tahun 2004, sebesar 3,2 juta orang. Namun perlu diingat,
ada perbedaan cara perhitungan metodologi antara tahun 2004 3 dan 2008. Bila
membandingkan angka absolutnya, seolah-olah tidak ada kenaikan jumlah
penyalahguna narkoba. Untuk itu, cara perhitungannya perlu disamakan, sehingga hasil
datanya dapat diperbandingkan.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metodologi yang telah disamakan, diperoleh
kisaran jumlah penyalahguna di tahun 2004 antara 2,66 juta sampai 2,94 juta orang
penyalahguna narkoba, dengan nilai tengah sebanyak 2,80 juta orang. Diperkirakan ada
kenaikan sebanyak 20% jumlah penyalahguna dari tahun 2004 ke 2008 (Tabel 1).
Tabel 8. Hasil perhitungan jumlah penyalahguna dengan metode yang sama antara tahun 2004 dan
2008
2004
Jenis penyalahguna

2008

min

maks

min

maks

coba pakai

628,998

695,209

807,817

938,041

Teratur

708,771

783,378

829,814

959,166

1,324,206

1,463,596

1,476,603

1,713,612

1,130,606

1,249,618

1,258,022

1,459,850

193,599

213,978

218,581

253,762

2,661,975

2,942,182

3,114,234

3,610,819

Pecandu
pecandu bukan suntik
pecandu suntik
Total

Kenaikan angka penyalahguna ini di dukung oleh beberapa fakta, seperti dari hasil survei
narkoba di kelompok pelajar/mahasiswa, diketahui angka prevalensi penyalahgunaan
narkoba naik dari 3,9% di tahun 2003 (BNN & Pranata UI, 2004) menjadi 5,3% di tahun
2006 (BNN & Puslitkes UI, 2007). UNODC juga memperkirakan terjadi kenaikan
penyalahgunaan narkoba di seluruh dunia dari 200 juta (2006) menjadi 208 juta orang di
tahun 2007 atau terjadi kenaikan sekitar 4%.
Data dari pihak kepolisian menunjukkan terjadinya peningkatan peredaran narkoba.
Terlihat dari hasil tangkapan dan pengungkapan kasus narkoba dari tahun 2001 sampai

Cara perhitungan yang dibuat tahun 2004 masih sangat kasar dan tidak bisa di rinci hasilnya per
provinsi

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 34

2006 yang menunjukan kecenderungan peningkatan setiap tahunnya. Ada beberapa


fakta tentang ini, pertama jumlah kasus pidana narkoba pada tahun 2001 sebanyak
3.478 orang, maka meningkat tajam menjadi 16.252 orang tahun 2006. Dalam 6 tahun
terakhir tersebut, kasus pidana terdistribusi atas masalah narkotika 54%, psikotripika
33%, dan bahan adiktif 13%. Kedua, Jumlah tersangka kasus narkoba juga meningkat
setiap tahun, dari sekitar 5.000 tersangka pada tahun 2001 menjadi sekitar 32.000
tersangka pada tahun 2006. Dalam kurun waktu 2001-2006 jumlah tersangka kasus
mencapai sekitar 85.000 orang. Sebagian besar tersangka adalah Warga Negara
Indonesia. Hanya 0,5% tersangka kasus yang Warga Negara Asing. Ketiga, besaran
barang bukti tangkapan narkotika, misalkan lahan ganja yang dihancurkan dari 23 hektar
(2001) menjadi 289.6 hektar (2006). Heroin dari 16.642 gram (2001) menjadi 21.872
gram (2003) dan terus turun menjadi 11.901 gram (2006). Demikian juga dengan
psikotropika terjadi peningkatan, misalkan ekstasi dari 90.523 tablet (2001) menjadi
466.907 tablet (2006), atau shabu dari 48.848 gram (2001) melonjak menjadi 1.241.200
gram (2006). Belum lagi pengungkapan beberapa labolatorium clandestine, jika tahun
2001 hanya 1 buah maka di tahun 2006 menjadi 16 buah. Bahkan tahun 2003 berhasil
diungkap labolatorium clandestein terbesar di dunia, dan tahun 2005 terbesar ke-2 di
dunia setelah Fiji (Dit IV/Narkoba, Desember 2006).

Kelompok Pelajar dan mahasiswa sasaran utama peredaran narkoba


Dengan semakin maraknya peredaran narkoba, diperkirakan jumlah penyalahguna
narkoba akan terus meningkat sampai tahun 2013. Terkait dengan hal itu, maka ada hal
yang perlu diwaspadai, yaitu 1) diperkirakan terjadi kenaikan proporsi jumlah
penyalahguna yang lebih tinggi pada periode tahun 2008-2013 dibandingkan 2004-2008.
Kedua, adanya peningkatan pola kenaikan proporsi penyalahguna coba pakai dari 24%
(2004) menjadi 28% (2013), detail lihat tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan penyalahguna menurut Jenisnya dengan menggunakan nilai tengah antara
tahun 2004, 2008, dan 2013
Jenis penyalahguna
Coba pakai
Teratur
Pecandu
pecandu bukan suntik
pecandu suntik
Total
% terhadap populasi berisiko

2004
662,104
746,074
1,393,901
1,190,112
203,789
2,802,079
1,75%

%
0.24
0.27
0.50
0.42
0.07

2008
872,929
894,490
1,595,107
1,358,936
236,172
3,362,527
1,99%

%
0.26
0.27
0.47
0.40
0.07

2013
1,274,483
1,218,470
2,090,737
1,777,828
312,909
4,583,690
2,56%

Fakta point ke-2 diatas, menunjukan ada upaya yang keras dan serius dari pihak
pengedar /Bandar untuk melakukan penetrasi pasar (mencari penyalahguna baru) pada
kelompok coba pakai. Di kelompok coba pakai sekitar 90%-nya adalah kelompok
pelajar/mahasiswa di tahun 2008. Secara keseluruhan, jumlah penyalahguna di
kelompok pelajar/mahasiswa diperkirakan 4,6% dari total jumlah pelajar/mahasiswa
(2008) dan akan mengalami peningkatan hampir dua kali lipatnya (8,8%) di tahun
2013.

Upaya memperluas jaringan penyalahguna narkoba seakan tiada henti. Dari hasil
survei, diketahui ada sebanyak 52% penyalahguna mengaku pernah menawarkan

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

%
0.28
0.27
0.46
0.39
0.07

Halaman | 35

narkoba kepada orang lain, bahkan 31% pernah menjual narkoba. Sedikitnya 1 dari
10 penyalahguna pernah menjadi kurir narkoba. Penasun adalah kelompok
penyalahguna yang paling berisiko menjadi pengedar narkoba, karena hampir
separuh (45%) penasun pernah menjual narkoba pada orang lain. Sehingga perang
terhadap narkoba tidak hanya pada pengedar/bandar saja, tetapi tekanan
lingkungan dan masa pertumbuhan dari pelajar/mahasiswa sendiri menjadi pemicu
suburnya peredaran gelap narkoba.
Perkiraan besaran jumlah peredaran narkoba versus jumlah pengungkapan kasus
narkoba di Indonesia. Permasalahan narkoba seperti fenomena gunung es, yang
bisa terungkap hanya yang berada di puncaknya. Hal ini disebabkan narkoba adalah
barang illegal di Indonesia. Untuk itu, coba dilakukan kalkulasi berdasarkan
kebutuhan konsumsi per jenis narkoba oleh semua penyalahguna narkoba dari hasil
survei tahun 2008.
Cara penghitungan dengan melihat kebutuhan rata-rata konsumsi per jenis narkoba
per hari oleh semua penyalahguna (angka median), kemudian dikalikan jumlah hari
dalam 1 tahun, lalu dikalikan dengan perkiraan angka penyalahguna narkoba
sehingga diperoleh perkiraan jumlah narkoba yang beredar pada tahun 2008.
Dari hasil jumlah tangkapan kasus narkoba oleh Dit/IV Narkoba tahun 2008, terlihat
jumlah sitaan ganja, ekstasi, obat penenang dan shabu jauh lebih tinggi dibandingkan
angka hasil estimasi survey di tahun 2008. Kemungkinan ini terjadi karena semua
jenis narkoba tersebut telah diproduksi di Indonesia, dimana pabrik atau pusat
produksi narkoba tersebut berhasil di bongkar oleh pihak kepolisian. Dengan
demikian, Indonesia bukan lagi sebagai tempat mengedarkan narkoba tetapi sudah
menjadi produsen narkoba (khususnya jenis ekstasi, shabu dan obat penenang).
Demikian halnya dengan ganja, dimana ladang ganja banyak ditemukan dan
dihancurkan pihak aparat penegak hukum, khususnya di NAD.
Tabel 10. Perbandingan hasil kalkulasi konsumsi narkoba dari hasil survei versus hasil tangkapan
kasus narkoba oleh Dit/IV narkoba, tahun 2008
Jenis Narkoba
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Ganja
Hasish
Kokain
Shabu
Ekstasi
Heroin/putaw
Obat penenang
LSD

Hasil Kalkulasi dari Hasil Survei


tahun 2008
459,5 - 562,1 kg
14,4 - 17,6 kg
2,4 -2,9 kg
251,1 - 306,9 kg
114.181 - 139.555 tablet
8.229,6 - 10.058,4 kg
1.344.763 - 1.643.599 tablet
21.415 - 26.173 lembar

Hasil Tangkapan Narkoba oleh


Dit/IV Narkoba tahun 2008
140.496,25 kg
0,03 kg
2,9 kg
679,7 kg
1.071.266 tablet
20,55 kg
6.485.246 tablet
-

Berbeda halnya dengan narkoba jenis kokain dan hasish yang diperkirakan
peredarannya hanya di kalangan tertentu saja di Indonesia sehingga permintaan
akan narkoba ini belum terlalu banyak dibandingkan jenis narkoba lainnya. Dari
estimasi hasil survey dengan jumlah tangkapan kasus pihak Dit/IV narkoba tidak jauh
berbeda, yaitu sekitar 2,9 Kg per tahun. Namun, untuk hasish jumlah yang terungkap
masih terlalu rendah (0,3 Kg) dibandingkan jumlah permintaannya (14-18 Kg).

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 36

Namun, untuk jenis heroin/putau karena tidak diproduksi di Indonesia maka dapat
dijadikan indikator kinerja dari pihak aparat penegak hukum dalam mengungkapkan
jaringan atau sindikat narkoba internasional. Dari hasil estimasi konsumsi,
diperkirakan jumlah peredaran heroin/putau ada sebanyak 8.230-10.059 Kg per
tahun di Indonesia. Sayangnya jumlah heroin/putau yang berhasil disita hanya 20,5
Kg (2008) atau hanya 0,25% saja. Bahkan kinerja pengungkapan heroin/putau dari
tahun 2005-2008 hanya mencapai 65,6 Kg saja atau sekitar 0.72%. Angka ini
mengindikasikan bahwa heroin/putau sangat mudah masuk ke Indonesia.
Pola penggunaan jenis narkoba di tahun 2004 dan 2008
Untuk melihat pola penggunaan jenis narkoba antara tahun 2004 dan 2008, maka
digunakan referensi waktu pernah pakai (ever used) dan pemakaian narkoba dalam
setahun terakhir (current users). Respoden penyalahguna narkoba di tahun 2008
yang pernah pakai narkoba (ever used) pada hampir semua jenis narkoba lebih tinggi
persentasenya dibandingkan responden tahun 2004. Misalkan pada ganja, kokain,
ekstasi, obat penenang, dan kecubung. Namun, untuk jenis shabu, dan heroin para
penyalahguna narkoba di tahun 2004 lebih tinggi dibandingkan 2008. Namun, jika
merujuk pada current users, maka persentase menurut semua jenis narkoba yang
dipakai di tahun 2008 lebih rendah dibandingkan di tahun 2004.
Tabel 11. Pola konsumsi narkoba menurut ever used dan current users di tahun 2004 dan 2008
2004

N
Jenis narkoba
Ganja (gele, cimeng, marijuana)
Hasish
Kokain
Shabu
Ekstasi (inex, I, XTC)
Heroin/putau
Metadhon *
Subutex *
Obat penenang (valium, lexo/lexotan, nipam,
BK, rohypnol)
LSD (acid)
Kecubung, jamur di kotoran Sapi (mushroom)
Lem (Aica,-Aibon,UHU)
Lainnya, sebutkan

2008

Pernah pakai
(ever used)
956

Setahun terakhir
(current users)
956

85.9

79.1

5.5
68.4
52.0
47.9
-

4.7
64.6
47.8

40.1
3.4
7.9
4.0
-

36.3
2.9
7.0
3.8

Pernah
pakai (ever
used)
2143

Setahun terakhir
(current users)
2143

91.7
10.0
7.2
64.5
53.8
36.4
9.8
17.9

71.5
1.5
0.7
38.2
30.0
17.6
7.3
13.0

51.9
4.9
16.8
4.8
5.1

27.6
0.5
4.2
0.8
2.8

43.8
-

* program substitusi dalam upaya pengurangan risiko (harm reduction) yang diimplementasikan oleh
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Ini mengindikasikan bahwa penyalahguna narkoba di tahun 2008 lebih banyak yang
pernah mencoba berbagai jenis narkoba (poly drugs), selanjutnya untuk pemakaian
rutin setahun terakhir (current users) lebih selektif atau tidak banyak yang
melakukan poly drugs seperti pola yang ditemukan di tahun 2004. Kedua, telah ada
upaya program intervensi substitusi yang menjangkau para penyalahguna narkoba di

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 37

tahun 2008, terlihat dari pemakaian jenis metadone dan subutex. Mereka yang telah
terjangkau oleh program pengurangan risiko diperkirakan hampir seperlimanya.
Mereka yang telah ikut program substitusi cenderung tidak ingin mengkonsumsi
jenis narkoba lainnya, apalagi heroin/putau karena rasanya tidak seenak sebelum
menkonsumsi subutex/methadon. Keempat, dapat mengindikasikan keberhasilam
upaya penegakkan hukum dalam menekan peredaran narkoba di tahun 2008,
sehingga supplai berbagai jenis narkoba agak sulit diperoleh. Kelima, harga narkoba
yang semakin mahal dibandingkan tahun 2004. Misalkan harga paket putau di tahun
2004 masih sekitar Rp.25.000,- maka di tahun 2008 minimal Rp.75.000,- Dengan
demikian, kemampuan daya beli para penyalahguna berkurang sehingga hanya
membatasi pada beberapa jenis narkoba saja.
Namun demikian, ada hal yang perlu diwaspadai dengan semakin meningkatnya
jumlah penyalahguna yang ikut program subsitusi. Peningkatan peserta program
terjadi karena program ini bersifat legal, dimana para penyalahguna dapat
mengakses program tanpa perlu takut ditangkap pihak kepolisian, dan efek obat
substitusi tidak jauh berbeda dengan narkoba. Kedua, adanya program
penjangkauan ke penyalahguna (outreach) sehingga sosialisasi program substitusi
akan terus berlanjut, terutama ke penyalahguna baru. Hal yang patut menjadi
catatan atas itu semua adalah kemungkinan adanya penyelewengan cara pakai
subutex atau methadon tersebut dengan cara disuntikkan. Jika itu terjadi maka
upaya untuk mengurangi risiko penularan berbagai penyakit, terutama HIV/AIDS
tidak terjadi. Lebih parah lagi, bila ada penyalahguna bukan heroin/putau dengan
cara suntik, lalu memakai subutex/methadon dengan cara suntik. Dari hasil survei
fenomena tersebut telah ada. Kedua, terjadinya penjualan secara bebas subutex
dikalangan penyalahguna narkoba. Hal ini terjadi karena tidak ada pengawasan yang
ketat, karena kartu berobat dari penyalahguna yang terdaftar dipakai untuk membeli
subutex oleh orang lain. Atau membeli subutex lebih dari dosis seharusnya untuk
dijual lagi ke teman-temannya.

Bagaimana bila program tidak dijalankan secara serius dan efektif?


Dengan fakta dan data diatas, maka permasalahan narkoba semakin kompleks
dengan kerugian ekonomi dan sosial yang ditimbulkannya. Untuk itu, perlu upaya
yang serius dan terpadu dalam upaya penanggulangan dan pemberantasan narkoba
di Indonesia, baik oleh institusi terkait dan dukungan pihak seluruh lapisan
masyarakat. Bila program tidak dijalankan, maka:
Jumlah penyalahguna akan semakin meningkat, bahkan peningkatan yang terjadi
bisa 2 kali lipat dari angka yang diestimasi dalam laporan ini. Jumlah narkoba yang
beredar akan semakin banyak, bahkan dapat menjadi sumber bisnis yang paling
menguntungkan. Akibatnya, generasi muda Indonesia tidak mampu bersaing (loss
productivity) dan negara diambang kehancuran. Tingkat kriminalitas dan kejahatan
tinggi sehingga kenyamanan hidup masyarakat terganggu. Akibatnya, beban
kerugian ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akan sangat besar.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 38

Indikasi permasalahan narkoba semakin marak dan memicu terjadinya peningkatan


jumlah penyalahguna disebabkan beberapa fakta berikut:
Maraknya pabrik ekstasi dan shabu yang dibangun di berbagai tempat di Indonesia,
termasuk di pemukiman penduduk. Pabrik yang dibangun tidak hanya berskala kecil,
tetapi juga berskala sangat besar (pernah dibongkar pabrik terbesar ke-3 sedunia),
bahkan telah menggunakan teknologi yang semakin canggih. Pembangunan pabrik
ini mengindikasikan adanya permintaan narkoba yang semakin besar.
Letak Indonesia yang strategis, yaitu menghubungkan Asia dengan Australia sehingga
sebagai salah satu tempat transit bagi peredaran narkoba jaringan internasional.
Selain itu, Indonesia memiliki jumlah populasi penduduk Indonesia yang sangat besar,
tentu merupakan pasar potensial untuk digarap secara serius dalam peredaran
narkoba. Ditambah lagi secara ekonomi, tingkat pendapatan masyarakatnya cukup
tinggi dibandingkan negara tetangga, seperti Vietnam, Laos, Papua Nugini ataupun
Philipina.
Indonesia merupakan negara kepulauan, menjadikan Indonesia sasaran empuk
untuk dimasuki oleh jaringan sindikat narkoba internasional, terutama jenis
heroin/putau. Apalagi pintu masuk peredaran narkoba yang cukup banyak, baik
melalui darat, pantai, maupun bandara. Selain itu, Indonesia juga memiliki tanaman
ganja kualitas terbaik yang banyak tersebar di provinsi NAD. Bahkan sekarang ladang
ganja juga telah menyebar ke beberapa propisinsi lain, seperti Jambi. Dengan
dukungan teknologi, dan jejaring kaki-kaki peredaran narkoba yang semakin
kompleks, membuat upaya pemberantasan dan penanggulangan narkoba seolah
diam di tempat. Apalagi dengan terbatasnya sumberdaya yang ada tentu rentang
pengawasan dan pengendalian dalam upaya menekan peredaran narkoba semakin
berat ke depannya.
Adanya oknum aparat penegak hukum yang berupaya melindungi atau berbisnis
narkoba mengakibatkannya peredaran narkoba tumbuh sumbur. Apalagi tempat
hiburan malam semakin banyak berdiri, sampai ke tingkat kecamatan. Ditambah lagi
gempuran informasi dari tayangan televisi yang tanpa disadari memberikan
informasi yang kurang sesuai bagi masyarakat yang mampu memilahnya. Selain juga,
ketiadaan lapangan kerja bagi masyarakat, menjadikan mereka rela menjadi kurir
atau kaki-tangan dalam peredaran narkoba. Kondisi-kondisi tersebut membuat
situasi semakin kondusif bagi peredaran gelap narkoba. Untuk itu, perlu upaya yang
serius dan terintegrasi yang melibatkan semua sektor terkait serta melibatkan peran
serta seluruh lapisan masyarakat dalam upaya penangulangan dan peredaran
narkoba.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 39

9. Kesimpulan & Rekomendasi


Kesimpulan
Temuan studi menyimpulkan kenaikan jumlah penyalahguna dan kerugian biaya
ekonomi penyalahgunaan narkoba. Jumlah penyalahguna diperkirakan sekitar 3,1
juta sampai 3,6 juta orang di Indonesia tahun 2008. Dengan menggunakan nilai
tengah (3,3 juta), angka ini naik sedikit dibandingkan angka penyalahguna tahun
2004 (3,2 juta). Dari sejumlah penyalahguna tersebut, terdistribusi atas 26% coba
pakai, 27% teratur pakai, 40% pecandu bukan suntik, dan 7% pecandu suntik.
Sebagian besar adalah laki-laki (88%), dan hampir semua berada pada kelompok
umur 15-34 tahun sekitar 93%. Ganja (71%), shabu (38%), ekstasi (30%), obat
penenang/barbiturate (28%), dan putau bubuk (15%) adalah jenis narkoba yang
paling banyak dikonsumsi dalam setahun terakhir. Sekitar sepertiga dari responden
mengaku sebagai pecandu suntik. Narkoba yang banyak disuntikkan adalah putau
bubuk dan subutex. Kerugian biaya ekonomi diperkirakan sebesar Rp.32,4 trilyun
pada tahun 2008, dan diproyeksikan akan terus meningkat menjadi Rp.57 trilyun di
tahun 2013.
Jumlah kerugian ekonomi di atas sebenarnya lebih kecil dibanding jumlah
sesungguhnya karena perhitungan belum memasukkan semua komponen biaya,
termasuk biaya membesarkan anak penyalah-guna, biaya pendidikan, dan biaya
kerusakan failitas umum akibat penyalah-gunaan.
Gambaran ini menggambarkan masih belum efektifnya upaya pencegahan dan
penanggulangan yang dilakukan. Berbagai hambatan baik di tingkat legal dan
kebijakan, kelembagaan mapun pelayanan membuat upaya tersebut tersendat.
Dengan demikian perbaikan upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba perlu
dilakukan di berbagai tingkatan, mulai dari aspek legal dan kebijakan; kelembagaan,
termasuk kolaborasi dan koordinasi antar sektor dan lembaga swadaya masyarakat;
sampai akses, jangkauan dan kualitas pelayanan.
Rekomendasi
(1) Perbaikan aspek legal dan kebijakan
Melakukan kajian sistematik terhadap ketepatan atau relevansi dan kejelasan
undang-undang, kebijakan dan peraturan terkait, dan konsistensi kerangka legal
tersebut antara berbagai sektor, dan antara pusat dan daerah; dan kemudian
menindak-lanjuti hasil kajian dengan perbaikan kerangka legal dan kebijakan
penanggulangan narkoba. Undang-undang dan kebijakan penanggulangan narkoba
perlu komprehensif mempertimbangkan komplementasi tujuan terkait, termasuk
dalam menghentikan dan mengurangi peredaran narkoba, mengurangi demand di
masyarakat, dan mengurangi dampak buruk kesehatan dan sosial-ekonomi.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 40

(2) Menjamin kualitas pelaksanaan kebijakan


Mengembangkan dan menerapkan berbagai mekanisme yang dapat menjamin
kualitas pelaksanaan kebijakan penanggulangan narkoba. Mekanisme ini mencakup
pengembangan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program penanggulangan,
dan penguatan sumber-daya, termasuk sarana dan prasarana serta petugas dengan
jumlah dan kompetensi yang memadai.
2.1 Upaya menghentikan dan mengurangi peredaran narkoba
Perbaikan upaya menghentikan dan mengurangi penyediaan dan peredaran narkoba
perlu dilakukan serentak, mencakup antara lain dengan meningkatkan ketegasan
hukum, membedakan dengan kriteria yang lebih jelas dan sesuai antara penyalahguna sebagai korban dan mereka sebagai pengedar, memperbaiki kerja-sama antar
sektor dan juga dengan masyarakat, meningkatan advokasi dan penggalian sumber
dana potensial operasi lapangan, meningkatkan pengawasan internal dan eksternal
serta pembinaan pelaksanaan operasi lapangan. Pengawasan eksternal dapat
dilakukan melalui kotak pos pengaduan khusus masyarakat. Perlu inspeksi
mendadak untuk membongkar jaringan narkoba di masyarakat atau tempat khusus,
seperti di penjara. Bila perlu dibuat tim khusus yang mengawal setiap kasus narkoba
yang telah diungkap mulai tahap penangkapan sampai vonis di penjara, termasuk
monitoring di penjara.
2.2 Upaya mengurangi demand di masyarakat
Upaya pencegahan atau pengurangan demand di masyarakat perlu fokus pada
remaja, utamanya pelajar dan mahasiswa, melalui komunikasi, informasi dan edukasi
peningkatan pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba dan cara penularan HIV.
Bekerjasama dengan sektor terkait, kegiatan KIE dapat dilakukan melalui kegiatan
intra dan ekstra kurikuler di sekolah negeri dan agama, dari jenjang SLTP, SLTA,
sampai perguruan tinggi. Pendekatan KIE sebaiknya interaktif dengan penekanan
pada life skill education (LSE) dan materi dalam bentuk modul-modul praktis disertai
contoh-contoh.
2.3 Upaya mengurangi dampak buruk kesehatan dan sosial
Cakupan dan kualitas upaya mengurangi dampak buruk kesehatan, seperti
pertukaran jarum dan alat suntik steril dan terapi rumatan metadhon, perlu
ditingkatkan. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak buruk kesehatan
penyalah-gunaan narkoba, terutama narkoba suntik. Pengurangan dampak buruk ini
mencakup pengurangan risiko penularan HIV dan penyakit lain, seperti hepatitis B
dan C, yang ditularkan melalui penyuntikan dengan menggunakan jarum dan alat
suntik yang tidak steril. BNN perlu menggalang kerjasama yang lebih baik dengan
KPAN, Depkes, dan LSM dalam mengembangkan dan melaksanakan kebijakan yang
saling mendukung dalam penanggulangan narkoba dan HIV/AIDS.
Program substitusi penyuntikan heroin dengan subutex perlu dikaji kembali
sehubungan dengan fakta banyaknya subutex yang seharusnya digunakan sebagai

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 41

subtitusi oral ternyata digunakan sebagai narkoba suntik.


lokomotif dalam mengkaji ulang program tersebut.

BNN dapat menjadi

(3) Monitoring, evaluasi dan riset pelaksanaan kebijakan penanggulangan narkoba


Perlu dibangun suatu sistem informasi penanggulangan narkoba yang mampu
menyediakan secara teratur data dan informasi untuk memonitor kemajauan
pelaksanaan, dan mengevaluasi pencapaian program, termasuk cakupan dan
efektivitas penanggulangan. Riset diperlukan untuk memahami situasi lapangan dan
mengembangkan pendekatan-pendekatan inovatif yang efektif sekaligus mampu
laksana, sesuai dengan konteks nasional dan lokal.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 42

DAFTAR PUSTAKA:
Abdul-Quader, A.S., Heckathorn, D.D., McKnight, C., Bramson, H., Nemeth, C., Sabin, K.,
Gallagher, K. and Des Jarlais,,D.C. Effectiveness of Respondent-Driven Sampling for
Recruiting Drug Users in New York City: Findings from a Pilot Study.
Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, Vol. 83, No. 3
BNN & Puslitkes UI. Stuid Baiaya Ekonomi dan Sosial Penyalahgunaan Narkoba Di Indonesia Tahun 2004. Depok:
Puslitkes UI, 2004.
BNN & Puslitkes UI. Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Rumah
Tangga di Indonesia Tahun 2005. Depok: Puslitkes UI, 2005.
BNN & Puslitkes UI. Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia Tahun 2006. Depok: Puslitkes UI, 2006.
Broadhead, R. S., and Heckathorn, D. D. (1994). AIDS prevention outreach among injection
drug users: Agency problems and new approaches. Social Problems, 41, 473495.
Broadhead, R. S., Heckathorn, D. D., Weakliem, D. L., Anthony, D. L., Madray, H.,
Mills, R. J., et al. (1998). Harnessing peer networks as an instrument for AIDS prevention: Results from a
peer-driven intervention. Public Health Reports, 113(Suppl.1), 4257.
Collins And Lapsley (2004) Economic Costs Of Alcohol And Other Drugs In The Workplace,
Section 3: Translating Research Into Practice
Collins, D.J. & Lapsley, H.M. 2004. The Costs of Tobacco, Alcohol & Illicit Drug Abuse to
Australian Society 2004/2005
Collins, D.J. & Lapsley, H.M. 2004. The costs of tobacco, alcohol and illicit drug abuse to
Australian society in 2004/2005
Collins, D.J. and Lapsley, H.M. (1991). Estimating the economic costs of drug abuse.
National Campaign Against Drug Abuse Monograph Series No. 15.
Collins, D.J. and Lapsley, H.M. (1991). Estimating the economic costs of drug abuse.
National Campaign Against Drug Abuse Monograph Series No. 15.
Depkdiknas. Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan. 2006
DSM IV-TR. Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, fourth edition text revision.
http://www.psychiatryonline.com/resourceTOC.aspx?resourceID=1
Eisner. R. 2005. Marijuana Abuse: Age of Initiation, Pleasure of Response Foreshadow
Young Adult Outcomes in NIDA Research Findings vol. 19 no. 5.
Frost, S.D.W., Brouwer, K.C., Firestone Cruz, M.A., Ramos, R., Ramos, M.E., Lozada, R.M., Magis-Rodriguez, C.
and Strathdee, S.A. Respondent-Driven Sampling ofInjection Drug Users in Two U.S.Mexico Border
Cities: Recruitment Dynamics and Impact on Estimates of HIV and Syphilis Prevalence. Journal of Urban
Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, Vol. 83, No. 7
Gordon, L., Tinsley, L., Godfrey, C., Parott, S. 2006. The economic and social costs of
Class A drug use in England and Wales 2003/2004. Home Office Online Report 16/06
Heckathorn DD, Semaan S, Broadhead RS, Hughes JJ. Extensions of respondent-driven sampling:a new approach
to the study of injection drug users aged 1825. AIDS Behav.2002;6(1):5567.
Heckathorn DD. Respondent driven sampling, II. Deriving population estimates from
Chain-referral samples of hidden populations. Soc Probl. 2002;49:1134.
Heckathorn, D. D., Broadhead, R. S., Anthony, D. L., and Weakliem,D. L. (1999).
AIDS and social networks: Prevention through network mobilization. Sociological Focus, 32, 159179.
Heckathorn, D.D. 2007. Extensions of Respondent-Driven Sampling: Analyzing Continous Variables and
Controlling for Differential Recruitment. http://www.respondentdrivensampling.org
Heckathorn, D.D. Respondent-Driven Sampling: A New Approach to the Study of
Hidden Populations. Social Probl. 1997;Vol. 44 No.2.
Joewana, S. 2004. Gangguan Mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif:
penyalahgunaan napza/narkoba. Ed.2. Jakarta: EGC
Johnston, L.G., Khanam,R., Reza,M., Khan, S.I., Banu,S., Shah Alam, Rahman,M., Azim,T. The Effectiveness of
Respondent Driven Sampling for Recruiting Males Who have Sex with Males in Dhaka, Bangladesh. AIDS
Behav (2008) 12:294304
Johnston, L.G., Sabin, K., Hien, M.T. and Huong, P.T. Assessment of Respondent Driven Sampling for Recruiting
Female Sex Workers in Two Vietnamese Cities: Reaching the Unseen Sex Worker Journal of Urban

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 43

Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, Vol. 83, No. 7
Kandel, Denise, The Measurement of "Ever Use" and "Frequency-Quantity" (in Drug Use Surveys), pp. 27-35,
NIDA, Research Monograph Series 2, Operational Definition in Socio-behavioural Drug Use Research,
Rockville, MD: National Institute on Drug Abuse
Kopp, P. & Blanchard, N. 1997. Social costs of drug use in France.
Meyer Roger E Different Patterns of Drug Use, pp. 17-24, NIDA, Research Monograph Series 2, Operational
Definition in Socio-behavioural Drug Use Research, Rockville, MD:
National Institute on Drug Abuse
Office of National Drug Control Policy.2004. The Economic Costs of Drug Abuse in the United States, 1992-2002.
Washington, DC: Executive
Office of the
President
(Publication No. 207303).
http://www.whitehousedrugpolicy.gov
Predicting Heavy Drug Use: Results of a Longitudinal Study, Youth Characteristics Describing and Predicting
Heavy Drug Use by Adults. Published February 2004. Office of National Drug Control Policy.
www.whitehousedrugpolicy.gov/publications/predict_drug_use/intro.pdf
Ramirez-Valles, J., Heckathorn, D.D., Vazquez, R., Diaz, R.M. and Campbell, R.T.
From Networks to Populations: The Development and Application of Respondent-Driven Sampling
Among IDUs and Latino Gay Men. AIDS and Behavior, Vol. 9, No. 4, December 2005
Rehm, J., Baliunas, D., Brochu, S., Fischer, B., Gnam, W., Patra, J., Popova, S.,
Sarnocinska-Hart, A., Taylor, B. 2006. The Cost of Substance Abuse in Canada 2002
Ritter, C. & Anthony, J.C. 1991. Factors influencing initiation of cocaine use among adults :
Findings from the epidemiologic Caatchment Area Program.
In S. Schober & C. Shade (Eds.), The An Epidemiology of cocaine use and abuse
pp. 189-210, NIDA Research Monograph 110, DHHS Publication ADM 91-1787, Rockville, MD: National
Institute on Drug Abuse
Robson, L. & Single, E.1995. Literatur review on the economic costs of substance abuse.
A report of the Canadian Centre on Substance Abuse
Salganik MJ, Heckathorn DD. Sampling and estimation in hidden populations using
respondent-driven sampling. Sociol Methodol. 2004;34:193239.
Schauffler, Et All (2001). Medicaid Coverage For Tobacco-Dependence Treatments,
Health Affairs, 20(1).
Single, E., Collins, D., Easton, B., Harwood, H., Lapsley, H., Kopp, P. dan Wilson, E. 2001.
International Guidelines for Estimating the Costs of Substance Abuse2001 Edition
Substance Abuse and Mental Health Administration, National and State Estimates of the
Drug Abuse Treatment Gap: 2000 National Household Survey on Drug Abuse, Appendix A, DHHS, 2002.
Substance Abuse and Mental Health Services Administration. 2008. Results from the 2007
National Survey on Drug Use and Health: National Findings (Office of Applied Studies,
NSDUH Series H-34, DHHS Publication No. SMA 08-4343). Rockville, MD.
Todorov, AA., MT Lynskey, JD Grant, JF Scherrer, RD Todd, KK Bucholz (2006). Psyciatrich
comorbidity and progression in drug use in adult Male twins: implications for the design of genetic
association studies. Addictive Behaviour 31 (2006): 948-961
Wang J, Carlson RG, Falck RS, Siegal HA Rahman A, Li L. Respondent-driven sampling
to recruit MDMA users: a methodological assessment. Drug Alcohol Depend. 2005; 78:147157
What America's Users Spend on Illegal Drugs19882000. Published December 2001.
Office of National Drug Control Policy.
www.whitehousedrugpolicy.gov/publications/pdf/american_users_spend_2002.pdf
www.datastatistik-indonesia.com
www.nisn.diknas.go.id Data rekap nasional.
World drug report 2007. United Nations on Drugs and Crime.
http://www.unodc.org/pdf/gap/trs-6.ppt-2007-06-05
World Drug Report 2008. http://www.unodc.org

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 44

LAMPIRAN TABEL A. ESTIMASI PENYALAHGUNA NARKOBA DI INDONESIA


Tabel A1. Angka Estimasi Penyalahguna Narkoba di Indonesia, 2008
No

Provinsi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kep. Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
NTB
NTT
Papua
Irian Jaya Barat
Total

coba pakai
minimal
maksimal
77,548
84,335
113,594
131,211
34,259
39,365
122,114
142,463
20,065
22,987
124,493
143,295
11,155
13,888
52,252
61,857
10,526
12,935
14,401
16,811
2,964
3,412
10,506
12,075
22,715
27,230
1,636
2,071
7,129
8,312
24,164
27,905
9,093
11,264
5,269
6,550
7,830
9,323
9,398
11,157
9,798
11,495
3,986
4,563
10,174
11,626
29,854
35,197
2,093
2,567
11,383
13,229
7,547
8,576
4,334
4,966
11,171
13,364
14,953
18,383
12,385
14,781
6,127
7,469
2,902
3,376
807,817
938,041

teratur
minimal
maksimal
76,094
81,167
188,552
214,152
27,731
31,715
115,891
135,931
17,544
20,029
146,155
167,629
9,601
12,079
36,209
43,023
12,163
14,910
13,778
16,108
3,787
4,302
7,512
8,573
14,752
18,101
2,313
2,964
4,624
5,501
22,677
26,197
10,329
12,999
3,258
4,252
7,629
9,211
9,500
11,250
5,732
6,768
2,709
3,087
6,747
7,670
18,780
22,431
1,374
1,740
8,059
9,418
6,806
7,682
3,137
3,573
8,016
9,765
17,410
21,471
15,984
19,390
3,071
3,879
1,890
2,203
829,814
959,166

pecandu bukan suntik


minimal
maksimal
94,424
97,643
237,900
271,286
65,145
74,147
138,834
163,792
22,902
25,958
199,859
229,005
18,574
23,855
70,234
83,864
21,725
27,033
37,879
43,951
7,015
7,938
20,171
22,770
33,564
41,324
3,555
4,708
9,483
11,171
53,728
61,321
19,165
24,816
9,238
12,173
16,880
20,464
16,199
19,335
12,265
14,630
5,821
6,601
19,161
21,721
37,250
44,704
3,211
4,172
11,079
12,936
8,161
9,163
6,136
6,967
18,033
22,357
8,299
10,451
16,233
19,849
10,756
13,720
5,143
6,028
1,258,022
1,459,850

Pecandu suntik*
minimal
maksimal
30,384
31,395
30,649
35,502
11,267
12,886
19,394
23,116
3,970
4,506
27,798
31,893
3,247
4,202
13,473
16,135
4,371
5,432
5,560
6,510
3,656
4,132
3,572
4,075
7,732
9,494
1,761
2,276
2,182
2,578
6,711
7,801
3,675
4,776
2,488
3,261
4,658
5,626
6,364
7,528
1,850
2,188
865
981
1,655
1,878
8,869
10,613
722
917
993
1,152
1,256
1,413
1,042
1,183
3,551
4,392
752
912
3,070
3,724
700
885
344
401
218,581
253,762

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Total lahgun
minimal
maksimal
278,449
294,539
570,694
652,151
138,402
158,113
396,233
465,302
64,480
73,480
498,305
571,821
42,577
54,024
172,168
204,879
48,785
60,310
71,618
83,380
17,422
19,785
41,762
47,492
78,763
96,149
9,264
12,019
23,418
27,561
107,280
123,224
42,262
53,856
20,253
26,237
36,996
44,624
41,462
49,270
29,645
35,081
13,381
15,232
37,738
42,894
94,754
112,944
7,399
9,397
31,514
36,735
23,771
26,833
14,649
16,689
40,772
49,879
41,414
51,217
47,673
57,744
20,654
25,953
10,280
12,007
3,114,234
3,610,819

% thd
populasi
3.3
1.6
1.6
1.4
2.2
1.6
1.3
1.6
1.3
1.5
1.6
1.7
1.4
1.2
1.6
1.6
1.2
1.1
1.3
1.6
1.6
1.7
1.7
1.4
1.2
1.6
2.0
1.8
1.4
1.1
1.3
1.3
1.6
1.6

Halaman | 45

Tabel A2a. Proyeksi Jumlah Penyalahguna Narkoba Kelompok Coba Pakai (Nilai Tengah) menurut Propinsi, 2004-2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Propinsi
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Irian Jaya Barat
TOTAL

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

60,860
93,556
27,278
99,019
15,815
100,549
9,723
43,865
9,302
12,081
2,487
8,760
19,395
1,439
5,893
20,188
7,883
4,466
6,582
7,869
8,078
3,320
8,172
25,129
1,820
9,216
6,188
3,527
9,166
12,827
10,387
5,002
2,264
662,103

64,758
99,159
28,984
105,175
16,832
106,703
10,342
46,670
9,888
12,829
2,639
9,312
20,626
1,528
6,269
21,452
8,374
4,746
6,990
8,365
8,594
3,531
8,688
26,730
1,935
9,798
6,580
3,751
9,748
13,517
11,029
5,319
2,407
703,268

71,365
108,253
31,834
115,419
18,560
116,837
11,388
51,421
10,872
14,071
2,890
10,239
22,702
1,676
6,903
23,567
9,193
5,215
7,667
9,198
9,468
3,887
9,553
29,437
2,129
10,778
7,239
4,131
10,728
14,550
12,096
5,855
2,648
771,768

75,787
114,515
33,759
122,358
19,714
123,749
12,089
54,602
11,535
14,914
3,061
10,863
24,097
1,776
7,329
24,995
9,747
5,531
8,126
9,759
10,053
4,126
10,136
31,251
2,260
11,436
7,683
4,385
11,386
15,301
12,820
6,214
2,811
818,168

81,033
121,854
36,034
130,546
21,085
131,882
12,920
58,375
12,319
15,908
3,262
11,601
25,748
1,894
7,834
26,682
10,401
5,905
8,668
10,422
10,747
4,409
10,825
33,402
2,415
12,216
8,208
4,687
12,166
16,161
13,674
6,640
3,003
872,928

88,238
132,168
39,184
141,905
22,965
143,225
14,064
63,560
13,402
17,288
3,543
12,621
28,023
2,059
8,528
29,017
11,308
6,423
9,421
11,339
11,701
4,799
11,777
36,361
2,628
13,292
8,932
5,102
13,240
17,422
14,860
7,226
3,268
948,887

95,646
142,783
42,423
153,590
24,899
154,896
15,240
68,891
14,516
18,708
3,832
13,669
30,362
2,227
9,242
31,418
12,240
6,955
10,195
12,281
12,682
5,200
12,756
39,404
2,847
14,398
9,676
5,529
14,345
18,723
16,080
7,829
3,540
1,027,021

103,256
153,700
45,752
165,599
26,884
166,894
16,449
74,368
15,660
20,168
4,129
14,746
32,766
2,401
9,975
33,885
13,198
7,501
10,990
13,249
13,690
5,612
13,762
42,530
3,072
15,535
10,441
5,967
15,480
20,062
17,333
8,449
3,820
1,107,324

111,071
164,921
49,171
177,935
28,923
179,222
17,690
79,991
16,835
21,667
4,434
15,853
35,234
2,579
10,728
36,420
14,183
8,063
11,807
14,244
14,724
6,035
14,795
45,740
3,303
16,702
11,227
6,418
16,646
21,441
18,622
9,085
4,107
1,189,815

119,087
176,444
52,680
190,596
31,015
191,878
18,963
85,761
18,041
23,206
4,747
16,988
37,766
2,763
11,500
39,021
15,193
8,639
12,646
15,264
15,786
6,469
15,855
49,034
3,541
17,900
12,033
6,880
17,842
22,860
19,944
9,738
4,402
1,274,482

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 46

Tabel A2b. Proyeksi Jumlah Penyalahguna Narkoba Kelompok Teratur Pakai (Nilai Tengah) menurut Propinsi, 2004-2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Propinsi
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Irian Jaya Barat
TOTAL

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

62,181
165,036
24,992
107,164
14,909
133,741
8,891
32,909
11,419
12,921
3,431
6,854
14,108
2,148
4,267
20,467
9,610
3,221
7,218
8,318
5,339
2,503
6,262
17,894
1,369
7,259
6,014
2,787
7,198
16,059
14,817
3,023
1,747
746,076

65,603
172,043
26,107
111,648
15,738
139,288
9,349
34,564
12,016
13,497
3,590
7,159
14,761
2,257
4,473
21,435
10,080
3,351
7,544
8,736
5,593
2,622
6,538
18,747
1,432
7,562
6,298
2,924
7,540
16,708
15,505
3,149
1,828
779,682

70,822
180,226
27,492
116,782
17,011
145,559
10,008
36,901
12,888
14,211
3,798
7,535
15,608
2,410
4,751
22,720
10,726
3,490
7,955
9,325
5,932
2,780
6,876
19,889
1,513
7,905
6,673
3,114
7,996
17,414
16,402
3,294
1,932
821,937

74,568
187,313
28,639
121,294
17,921
151,121
10,500
38,670
13,533
14,803
3,964
7,848
16,288
2,525
4,968
23,735
11,224
3,618
8,292
9,771
6,199
2,905
7,159
20,785
1,578
8,209
6,971
3,259
8,355
18,058
17,120
3,421
2,016
856,631

78,882
194,893
29,887
126,092
18,971
157,017
11,057
40,662
14,267
15,446
4,147
8,188
17,037
2,656
5,209
24,860
11,781
3,752
8,660
10,274
6,496
3,043
7,465
21,781
1,650
8,531
7,300
3,423
8,754
18,733
17,911
3,556
2,108
894,489

85,145
207,450
31,893
134,117
20,489
166,935
11,891
43,672
15,355
16,482
4,435
8,736
18,216
2,852
5,582
26,611
12,634
3,983
9,248
11,033
6,956
3,259
7,961
23,325
1,763
9,072
7,813
3,672
9,373
19,890
19,155
3,782
2,253
955,032

91,601
220,464
33,971
142,438
22,053
177,220
12,751
46,779
16,478
17,554
4,733
9,304
19,436
3,055
5,966
28,422
13,515
4,222
9,856
11,817
7,431
3,481
8,475
24,921
1,881
9,633
8,344
3,929
10,013
21,091
20,441
4,016
2,404
1,017,695

98,248
233,928
36,117
151,048
23,663
187,865
13,637
49,984
17,636
18,662
5,040
9,890
20,696
3,265
6,364
30,291
14,424
4,470
10,484
12,626
7,922
3,710
9,006
26,568
2,002
10,213
8,891
4,194
10,673
22,335
21,769
4,259
2,559
1,082,439

105,091
247,871
38,338
159,968
25,321
198,897
14,551
53,289
18,829
19,809
5,358
10,496
21,998
3,481
6,774
32,222
15,362
4,727
11,134
13,460
8,429
3,947
9,556
28,269
2,128
10,814
9,457
4,468
11,355
23,624
23,142
4,510
2,720
1,149,394

112,128
262,273
40,629
169,184
27,025
210,296
15,491
56,692
20,056
20,992
5,686
11,122
23,340
3,703
7,196
34,212
16,328
4,993
11,804
14,319
8,951
4,192
10,123
30,023
2,257
11,435
10,040
4,750
12,058
24,957
24,557
4,770
2,886
1,218,469

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 47

Tabel A2c-i Proyeksi Jumlah Penyalahguna Narkoba Kelompok Pecandu Non Suntik dan Suntik (Nilai Tengah) menurut Propinsi, 2004-2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Propinsi
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Irian Jaya Barat
TOTAL

2004
Non Suntik
Suntik
85,546
28,254
214,232
27,338
63,959
10,864
132,908
17,789
21,191
3,597
184,183
24,329
18,640
3,255
68,383
13,111
21,822
4,284
36,638
5,221
6,780
3,463
19,065
3,379
33,910
7,600
3,628
1,780
9,270
2,028
50,702
6,404
19,749
3,813
9,394
2,517
16,984
4,662
15,250
5,950
11,942
1,703
5,630
797
18,286
1,457
38,543
8,746
3,468
716
10,153
843
7,210
1,070
5,845
973
17,979
3,426
7,717
665
15,665
2,779
10,611
667
4,830
309
1,190,112
203,788

2005
Non Suntik
Suntik
88,932
29,365
222,252
28,395
66,163
11,261
137,575
18,458
22,012
3,742
191,087
25,282
19,375
3,391
70,988
13,625
22,667
4,473
37,972
5,434
7,020
3,604
19,756
3,512
35,113
7,911
3,761
1,851
9,591
2,116
52,532
6,644
20,440
3,952
9,725
2,610
17,578
4,836
15,817
6,194
12,361
1,770
5,825
828
18,937
1,521
39,882
9,102
3,599
748
10,518
880
7,504
1,117
6,058
1,009
18,650
3,570
8,024
691
16,242
2,890
11,019
694
5,009
322
1,233,986
211,799

2006
Non Suntik
Suntik
92,498
30,522
229,928
29,465
67,936
11,625
141,496
19,104
22,845
3,901
197,710
26,270
20,145
3,548
73,562
14,156
23,526
4,703
39,183
5,670
7,226
3,761
20,376
3,651
36,147
8,254
3,885
1,929
9,854
2,221
54,162
6,874
21,017
4,077
10,004
2,697
18,074
5,001
16,354
6,467
12,711
1,839
5,983
859
19,500
1,599
40,980
9,492
3,725
787
10,840
927
7,828
1,177
6,251
1,045
19,288
3,737
8,351
717
16,778
3,009
11,427
724
5,180
335
1,274,773
220,144

2007
Non Suntik
Suntik
95,832
31,613
237,646
30,495
69,979
12,004
145,860
19,749
23,646
4,046
204,357
27,204
20,869
3,685
76,087
14,660
24,351
4,896
40,452
5,882
7,451
3,903
21,031
3,782
37,277
8,564
4,013
2,000
10,153
2,311
55,895
7,105
21,663
4,209
10,314
2,786
18,629
5,168
16,899
6,711
13,102
1,904
6,164
890
20,113
1,665
42,226
9,845
3,852
820
11,185
966
8,120
1,227
6,454
1,081
19,933
3,883
8,654
742
17,330
3,118
11,824
751
5,353
347
1,316,712
228,011

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

2008
Non Suntik
Suntik
99,301
32,745
245,475
31,556
71,962
12,383
150,143
20,405
24,471
4,198
211,104
28,172
21,620
3,831
78,670
15,181
25,201
5,105
41,721
6,106
7,673
4,052
21,685
3,918
38,392
8,890
4,141
2,075
10,444
2,407
57,621
7,339
22,296
4,341
10,618
2,875
19,173
5,336
17,450
6,969
13,485
1,972
6,340
921
20,719
1,736
43,441
10,217
3,980
855
11,527
1,009
8,428
1,280
6,656
1,117
20,586
4,038
8,970
769
17,885
3,233
12,231
779
5,528
360
1,358,935
236,172

Halaman | 48

Tabel A2c-ii. Proyeksi Jumlah Penyalahguna Narkoba Kelompok Pecandu Non Suntik dan Suntik (Nilai Tengah) menurut Propinsi, 2009-2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Propinsi
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Irian Jaya Barat
TOTAL

2009
Non
Suntik
Suntik
105,325
34,720
259,663
33,431
75,826
13,085
158,341
21,589
25,928
4,458
223,318
29,866
22,928
4,075
83,288
16,094
26,701
5,444
44,074
6,487
8,095
4,305
22,902
4,154
40,508
9,444
4,377
2,203
11,008
2,565
60,845
7,764
23,510
4,585
11,199
3,039
20,217
5,644
18,454
7,406
14,220
2,091
6,682
976
21,864
1,851
45,790
10,851
4,211
912
12,169
1,076
8,953
1,367
7,031
1,182
21,773
4,297
9,517
814
18,904
3,430
12,954
827
5,846
382
1,436,423
250,416

2010
Non
Suntik
Suntik
111,582
36,772
274,419
35,379
79,854
13,814
166,884
22,821
27,442
4,728
236,021
31,626
24,286
4,329
88,087
17,042
28,260
5,795
46,524
6,882
8,535
4,567
24,169
4,400
42,711
10,019
4,622
2,336
11,596
2,728
64,202
8,205
24,775
4,839
11,805
3,210
21,305
5,963
19,497
7,858
14,986
2,214
7,038
1,033
23,057
1,971
48,239
11,509
4,452
971
12,838
1,147
9,497
1,456
7,422
1,250
23,007
4,565
10,085
862
19,964
3,635
13,705
877
6,177
405
1,517,042
265,209

2011
Non
Suntik
Suntik
118,063
38,897
289,726
37,399
84,042
14,572
175,760
24,098
29,010
5,007
249,198
33,450
25,693
4,591
93,064
18,024
29,875
6,157
49,066
7,290
8,991
4,839
25,485
4,655
45,000
10,615
4,877
2,473
12,207
2,897
67,687
8,663
26,090
5,104
12,434
3,387
22,435
6,294
20,580
8,327
15,782
2,342
7,408
1,092
24,296
2,094
50,784
12,191
4,702
1,032
13,533
1,219
10,060
1,548
7,828
1,320
24,287
4,843
10,673
912
21,065
3,848
14,484
929
6,521
428
1,600,706
280,539

2012
Non
Suntik
Suntik
124,789
41,103
305,634
39,496
88,405
15,360
185,003
25,426
30,639
5,297
262,892
35,342
27,154
4,862
98,234
19,044
31,553
6,533
51,711
7,714
9,467
5,120
26,854
4,919
47,383
11,232
5,142
2,616
12,844
3,072
71,313
9,139
27,459
5,378
13,089
3,572
23,612
6,639
21,706
8,813
16,610
2,474
7,794
1,153
25,585
2,222
53,435
12,897
4,961
1,095
14,255
1,294
10,644
1,644
8,249
1,393
25,618
5,130
11,284
963
22,209
4,068
15,293
983
6,878
453
1,687,700
296,449

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

2013
Non
Suntik
Suntik
131,745
43,386
322,110
41,667
92,933
16,176
194,589
26,800
32,325
5,596
277,074
37,301
28,664
5,142
103,585
20,099
33,289
6,920
54,452
8,152
9,960
5,411
28,273
5,193
49,854
11,870
5,416
2,763
13,504
3,253
75,072
9,632
28,879
5,663
13,768
3,762
24,833
6,996
22,872
9,316
17,470
2,612
8,194
1,217
26,923
2,353
56,186
13,628
5,230
1,160
15,004
1,372
11,248
1,742
8,687
1,468
26,996
5,427
11,915
1,016
23,395
4,296
16,130
1,039
7,247
478
1,777,824
312,907

Halaman | 49

Tabel A3a. Estimasi Jumlah Penyalahguna Narkoba di Propinsi menurut Kelompok Pelajar dan Jenis Kelamin, 2004
No

Propinsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Irian Jaya Barat
TOTAL

Laki

Perempuan

Pelajar
Total

Laki

Perempuan

Bukan Pelajar
Total

Laki

Perempuan

Total Lahgun
Total

104,981
132,658
30,719
105,756
24,103
119,138
16,008
59,732
17,260
16,734
3,955
11,099
23,690
2,798
7,319
28,124
11,212
4,561
8,314
12,924
8,480
3,651
8,982
29,082
2,148
8,932
8,202
4,314
13,210
10,348
13,469
5,579
2,641
860,122

16,609
18,520
5,111
17,727
5,117
25,299
2,050
10,027
2,575
2,555
702
1,299
3,401
298
999
3,336
1,585
852
1,339
1,561
2,240
814
2,050
5,368
709
2,307
1,881
950
1,230
2,645
3,639
1,476
708
146,979

121,590
151,178
35,831
123,483
29,219
144,437
18,058
69,759
19,835
19,289
4,658
12,397
27,091
3,097
8,318
31,460
12,796
5,413
9,653
14,485
10,720
4,465
11,032
34,451
2,856
11,239
10,084
5,264
14,440
12,992
17,108
7,055
3,349
1,007,101

101,607
325,340
78,872
213,665
22,054
264,738
19,784
76,173
23,511
41,413
9,788
22,827
41,886
5,244
11,543
59,028
24,793
12,055
22,279
20,211
13,317
6,502
19,179
47,625
3,519
13,953
9,068
6,569
21,025
22,308
22,724
9,905
4,686
1,597,192

11,692
33,035
9,545
26,049
3,405
40,889
1,843
9,300
2,551
4,599
1,264
1,943
4,374
406
1,146
5,093
2,549
1,638
2,610
1,775
2,559
1,054
3,184
6,394
845
2,622
1,513
1,053
1,424
4,147
4,466
1,906
914
197,786

113,299
358,375
88,416
239,715
25,460
305,627
21,627
85,473
26,063
46,012
11,052
24,770
46,260
5,650
12,688
64,121
27,342
13,693
24,890
21,986
15,876
7,556
22,362
54,020
4,364
16,575
10,581
7,621
22,450
26,455
27,189
11,812
5,600
1,794,978

206,588
457,998
109,591
319,421
46,157
383,876
35,792
135,905
40,772
58,147
13,744
33,926
65,576
8,042
18,862
87,152
36,005
16,616
30,593
33,135
21,797
10,153
28,161
76,708
5,667
22,885
17,270
10,883
34,235
32,655
36,193
15,484
7,327
2,457,315

28,301
51,555
14,656
43,776
8,522
66,188
3,892
19,326
5,127
7,154
1,966
3,241
7,775
704
2,145
8,429
4,133
2,489
3,950
3,336
4,799
1,868
5,234
11,763
1,554
4,929
3,394
2,003
2,655
6,792
8,105
3,383
1,622
344,764

234,889
509,552
124,247
363,198
54,679
450,064
39,684
155,231
45,898
65,301
15,710
37,167
73,351
8,747
21,006
95,581
40,138
19,106
34,543
36,471
26,596
12,021
33,394
88,470
7,221
27,814
20,664
12,885
36,889
39,447
44,298
18,867
8,949
2,802,079

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 50

Tabel A3b. Estimasi Jumlah Penyalahguna Narkoba di Propinsi menurut Kelompok Pelajar dan Jenis Kelamin, 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Propinsi
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Irian Jaya Barat
TOTAL

Laki
141,252
178,492
41,333
142,295
32,430
160,300
21,539
80,370
23,224
22,516
5,322
14,933
31,875
3,765
9,848
37,841
15,085
6,137
11,186
17,389
11,410
4,913
12,085
39,130
2,890
12,018
11,036
5,804
17,773
13,923
18,122
7,506
3,553
1,157,296

Perempuan
22,347
24,918
6,877
23,852
6,884
34,040
2,758
13,491
3,465
3,438
945
1,747
4,576
401
1,344
4,489
2,132
1,146
1,802
2,100
3,014
1,095
2,758
7,223
954
3,104
2,531
1,279
1,655
3,558
4,897
1,986
953
197,760

Pelajar
Total
163,599
203,410
48,210
166,147
39,315
194,340
24,297
93,861
26,689
25,954
6,267
16,681
36,451
4,167
11,192
42,330
17,217
7,283
12,989
19,489
14,424
6,008
14,843
46,353
3,843
15,122
13,567
7,083
19,429
17,481
23,019
9,492
4,506
1,355,056

Laki
113,636
363,854
88,209
238,959
24,665
296,078
22,126
85,190
26,295
46,316
10,947
25,530
46,845
5,864
12,909
66,016
27,728
13,483
24,917
22,603
14,894
7,272
21,449
53,263
3,936
15,605
10,142
7,347
23,514
24,948
25,414
11,078
5,241
1,786,269

Perempuan
13,076
36,946
10,675
29,133
3,808
45,730
2,061
10,401
2,854
5,143
1,414
2,173
4,892
454
1,281
5,696
2,850
1,831
2,920
1,985
2,862
1,179
3,561
7,151
945
2,932
1,692
1,177
1,593
4,638
4,994
2,132
1,022
221,200

Bukan Pelajar
Total
126,712
400,799
98,883
268,092
28,473
341,807
24,187
95,591
29,148
51,459
12,361
27,702
51,736
6,319
14,190
71,712
30,579
15,314
27,836
24,589
17,755
8,451
25,010
60,415
4,881
18,537
11,833
8,524
25,107
29,586
30,408
13,210
6,263
2,007,469

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Laki
254,888
542,345
129,542
381,254
57,095
456,378
43,665
165,560
49,518
68,832
16,269
40,463
78,719
9,630
22,757
103,857
42,814
19,619
36,103
39,993
26,304
12,185
33,534
92,393
6,826
27,623
21,178
13,151
41,288
38,871
43,536
18,584
8,794
2,943,565

Perempuan
35,423
61,864
17,551
52,985
10,693
79,769
4,819
23,892
6,319
8,581
2,358
3,920
9,468
856
2,625
10,185
4,982
2,977
4,722
4,085
5,876
2,274
6,319
14,374
1,899
6,037
4,223
2,456
3,248
8,196
9,891
4,119
1,975
418,960

Total Lahgun
Total
290,311
604,209
147,093
434,239
67,788
536,147
48,484
189,451
55,837
77,413
18,627
44,383
88,187
10,485
25,382
114,042
47,796
22,597
40,825
44,078
32,180
14,458
39,853
106,768
8,724
33,659
25,401
15,606
44,536
47,067
53,427
22,702
10,768
3,362,525

Halaman | 51

Tabel A3c. Estimasi Jumlah Penyalahguna Narkoba di Propinsi menurut Kelompok Pelajar dan Jenis Kelamin, 2013
No

Propinsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Irian Jaya Barat
TOTAL

Laki

Perempuan

Pelajar
Total

Laki

Perempuan

Bukan Pelajar
Total

Laki

Perempuan

Total Lahgun
Total

209,020
264,126
61,163
210,564
47,989
237,206
31,873
118,928
34,365
33,319
7,875
22,098
47,167
5,572
14,573
55,996
22,323
9,081
16,553
25,732
16,884
7,269
17,883
57,904
4,276
17,783
16,331
8,589
26,301
20,602
26,817
11,107
5,258
1,712,528

33,068
36,873
10,176
35,295
10,187
50,371
4,081
19,963
5,127
5,087
1,398
2,586
6,772
594
1,989
6,643
3,155
1,696
2,667
3,107
4,460
1,620
4,081
10,689
1,411
4,594
3,745
1,892
2,450
5,266
7,246
2,939
1,410
292,639

242,088
300,999
71,340
245,859
58,177
287,577
35,954
138,892
39,493
38,406
9,273
24,683
53,939
6,166
16,562
62,638
25,478
10,776
19,220
28,840
21,344
8,890
21,965
68,592
5,687
22,377
20,077
10,481
28,750
25,868
34,063
14,047
6,668
2,005,166

145,961
467,357
113,301
306,935
31,682
380,302
28,420
109,424
33,775
59,491
14,061
32,792
60,170
7,533
16,581
84,795
35,616
17,318
32,005
29,033
19,130
9,341
27,551
68,415
5,056
20,044
13,027
9,436
30,203
32,045
32,643
14,229
6,731
2,294,400

16,796
47,455
13,711
37,421
4,892
58,738
2,647
13,360
3,665
6,606
1,816
2,791
6,283
584
1,646
7,316
3,661
2,352
3,750
2,550
3,676
1,514
4,573
9,186
1,214
3,766
2,173
1,512
2,046
5,957
6,415
2,739
1,313
284,123

162,757
514,813
127,012
344,355
36,573
439,040
31,067
122,783
37,440
66,097
15,877
35,583
66,453
8,116
18,227
92,111
39,277
19,670
35,755
31,583
22,806
10,855
32,124
77,600
6,269
23,810
15,199
10,948
32,249
38,003
39,058
16,968
8,044
2,578,524

354,981
731,483
174,464
517,498
79,671
617,508
60,293
228,352
68,140
92,809
21,936
54,890
107,337
13,104
31,154
140,791
57,939
26,398
48,558
54,765
36,014
16,610
45,434
126,318
9,331
37,828
29,358
18,025
56,504
52,648
59,460
25,336
11,989
4,006,928

49,864
84,329
23,887
72,715
15,079
109,109
6,728
33,323
8,793
11,693
3,214
5,376
13,055
1,177
3,635
13,959
6,816
4,048
6,417
5,658
8,136
3,135
8,655
19,874
2,625
8,360
5,918
3,404
4,496
11,223
13,661
5,678
2,722
576,762

404,845
815,812
198,351
590,214
94,750
726,617
67,021
261,675
76,933
104,503
25,150
60,266
120,392
14,282
34,789
154,750
64,755
30,447
54,975
60,423
44,151
19,745
54,088
146,192
11,956
46,188
35,276
21,429
61,000
63,870
73,121
31,014
14,712
4,583,690

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 52

LAMPIRAN TABEL B. ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA


Tabel B1. Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, 2008 (dalam 1.000.000 rupiah)
Komponen Kerugian Ekonomi

2008

Konsumsi Narkoba
Pengobatan sakit
Overdosis
Detok & Rehabilitasi
Pengobatan Sendiri
Kecelakaan
Tertangkap Polisi
Penjara
Aktivitas Terganggu
Total biaya private

15,376,071
7,743,243
22,124
1,094,519
19,688
323,220
882,602
839,813
188,705
26,489,986

Lossproductivity
Sakit
Overdosis
Detok & Rehabilitasi
Kecelakaan
Tertangkap Polisi
Penjara
Premature Death
Tindak Kriminal
Total biaya social

227,450
8,454
59,036
722,715
680,424
45,735
3,957,060
252,657
5,953,530

Total Biaya Ekonomi

32,443,515

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 53

Tabel B2a Biaya Private (dalam 1.000.000 rupiah)


No Propinsi

1 DKI Jakarta
2 Jawa Barat
3 Banten
4 Jawa Tengah
5 DI Yogyakarta
6 Jawa Timur
7 NAD
8 Sumatera Utara
9 Sumatera Barat
10 Riau
11 Kep. Riau
12 Jambi
13 Sumatera Selatan
14 Bangka Belitung
15 Bengkulu
16 Lampung
17 Kalimantan Barat
18 Kalimantan Tengah
19 Kalimantan Selatan
20 Kalimantan Timur
21 Sulawesi Utara
22 Gorontalo
23 Sulawesi Tengah
24 Sulawesi Selatan
25 Sulawesi Barat
26 Sulawesi Tenggara
27 Maluku
28 Maluku Utara
29 Bali
30 NTB
31 NTT
32 Papua
33 Irian Jaya Barat
total

Pengobatan sakit
Konsumsi Rawat jalan Rawat inap
Narkoba
1,153,948
435,404
301,542
822,912
134,953
2,202,263
438,806
133,501
270,959
1,254,374
149,244
1,849,701
613,609
15,847
210,850
3,855,694
85,638
2,872
150,395
1,573
17,047
557,676
5,996
63,394
219,639
9,587
23,475
321,772
13,511
65,485
132,793
10,224
9,020
284,841
36,792
76,472
795,149
70,732
56,369
86,829
14,258
13,846
152,167
21,860
28,889
630,499
94,551
559,455
230,302
34,631
51,414
177,612
9,046
17,335
317,749
16,292
30,808
449,802
3,666
19,294
292,901
30,186
58,907
100,843
7,919
11,183
141,183
4,742
6,051
933,620
54,079
180,490
63,968
5,255
8,532
188,302
14,250
16,986
217,407
16,424
28,851
165,070
12,489
23,036
370,013
50,668
0
67,977
6,130
6,622
136,435
10,326
15,102
35,284
4,607
0
16,499
2,103
505
15,376,071
1,516,486
6,226,757

overdosis

detok

7,060
4,364
1,660
930
2,327
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
73
15
27
0
337
40
0
280
35
46
128
106
3,183
283
1,155
51
23
22,124

27,638
0
3,612
43,142
886
271,706
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2,029
3,630
9,023
0
0
0
0
0
0
0
0
73
0
0
0
0
361,740

detoks & rehab


Rehab
detoks & pengobatan kecelakaan
rehab
sendiri
124,804
0
2,578
26,641
5,669
0
1,438
107,483
26,680
0
1,010
21,820
33,840
0
955
17,817
781
310
206
2,591
292,799
0
149
13,140
0
0
331
2,076
0
0
1,283
7,741
0
0
1,269
1,559
0
0
1,988
2,530
0
0
575
295
353
0
946
2,441
4,273
0
891
6,225
68
0
239
586
170
0
479
1,239
0
0
929
11,020
5,334
0
87
1,702
1,427
0
168
1,112
2,519
0
297
1,956
0
0
603
2,749
5,321
0
939
5,149
5,021
0
184
0
0
0
43
991
162,703
0
769
15,568
3,021
0
111
1,009
9,610
0
358
2,462
15,758
0
359
3,024
11,949
0
271
2,407
3,060
12,410
155
50,683
1,065
125
6
1,252
3,199
510
25
2,228
0
0
30
3,877
0
0
17
1,845
719,424
13,355
19,688
323,220

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

tertangkap
polisi
30,226
239,651
36,513
253,673
24,042
67,634
12,671
46,373
3,741
5,683
0
2,435
15,873
468
1,171
6,768
110
5,257
9,211
32,161
10,768
3,102
4,088
28,320
2,075
5,388
6,048
4,772
9,424
959
1,845
8,344
3,808
882,602

penjara
0
93,060
11,593
524,550
32,822
12,332
1,768
6,421
508
852
0
3,043
19,536
585
1,463
5,651
0
5,602
9,846
42,265
19,403
2,258
0
16,098
1,431
4,133
7,052
5,404
294
3,835
7,380
430
196
839,813

aktivitas
terganggu
5,950
46,431
7,539
44,830
916
16,218
700
2,556
1,222
1,845
526
3,299
8,926
996
1,762
11,871
4,049
1,310
2,356
1,430
3,483
814
1,165
4,617
485
1,721
1,874
1,219
1,425
1,586
2,666
1,939
979
188,705

total
2,115,791
3,658,226
953,692
4,173,056
905,188
4,618,182
186,561
691,439
261,001
413,666
153,434
410,622
977,974
117,875
209,201
1,320,744
327,702
220,913
394,691
560,993
427,395
131,365
158,263
1,396,545
85,921
243,256
296,925
226,724
501,388
89,841
180,871
54,562
25,975
26,489,986

Halaman | 54

Tabel B2b Biaya Sosial (dalam 1.000.000 rupiah)


No Propinsi
Rawat Jalan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kep. Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
NTB
NTT
Papua
Irian Jaya Barat
total

loss produc: sakit


Rawat Inap

4,924
7,043
2,505
6,433
564
12,045
1,088
936
833
1,174
642
877
664
243
481
2,187
181
98
187
384
320
159
101
3,161
105
295
411
300
1,405
426
720
344
157
51,392

2,410
48,660
2,210
35,780
6,043
3,386
1,396
5,230
0
0
0
1,059
159
0
509
14,559
203
94
167
122
1,886
0
222
46,645
0
2,480
0
2,283
258
101
194
0
0
176,058

Loss produc:
overdosis

2,254
2,285
485
125
0
2,172
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
83
17
31
0
39
13
0
424
12
15
42
35
298
24
99
0
0
8,454

loss: detoks & rehab


detok
Rehab

75
0
14
0
0
42,329
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
42,423

0
0
0
0
0
5,528
0
0
0
0
0
44
397
9
21
34
59
768
1,340
3,410
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,711
3,292
0
0
16,613

tindak kriminalitas
keluarga
orang lain

16,941
5,111
4,149
93,968
392
16,553
996
3,652
555
775
172
1,257
3,889
363
675
5,002
1,857
481
856
219
3,555
664
266
7,682
445
1,321
1,984
1,376
6,278
313
655
2,019
942
185,364

5,171
32,300
4,694
2,777
0
2,498
807
3,046
246
361
0
3
41
0
1
0
1,174
389
692
360
444
193
545
6,202
139
310
333
272
446
143
468
2,185
1,050
67,293

loss:
kecelakaan
39,904
111,269
25,416
255
7,357
146,957
1,054
3,944
705
1,132
101
7,630
41,285
1,947
3,872
8,972
3,498
1,826
3,193
3,076
3,745
3,552
5,179
64,316
2,538
5,746
7,512
6,046
163,572
3,814
7,135
24,833
11,333
722,715

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

loss: polisi loss: penjara

4,314
33,363
5,666
23,477
65,845
17,418
75,071
272,738
21,597
36,060
0
175
2,002
34
84
10
25
1,316
2,318
9,228
45,841
5,268
21
7,071
3,153
10,124
14,338
10,864
113
192
370
8,465
3,863
680,424

0
257
24
32,988
6,045
2,470
0
0
0
0
0
27
0
5
13
343
0
175
310
1,448
308
41
0
269
35
52
125
103
66
3
5
428
195
45,735

premature
death

total

804,893
289,136
136,933
90,408
24,425
1,087,785
93,396
254,373
42,121
59,271
10,362
28,862
85,616
17,073
16,926
68,651
51,189
26,678
51,409
23,877
33,683
16,265
1,947
407,052
18,305
22,057
38,300
31,923
102,798
2,981
10,835
5,122
2,410
3,957,060

880,887
529,424
182,095
286,211
110,672
1,339,142
173,809
543,919
66,057
98,774
11,277
39,934
134,052
19,674
22,583
99,757
58,268
31,843
60,503
42,122
89,822
26,155
8,280
542,823
24,732
42,400
63,046
53,203
275,235
9,709
23,777
43,397
19,950
5,953,530

Halaman | 55

Tabel B3. Proyeksi Kerugian Ekonomi akibat Penyalahgunaan Narkoba, 2008-2013 (dalam 1.000.000 rupiah)
Komponen Kerugian Ekonomi
Konsumsi Narkoba
Pengobatan sakit
Overdosis
Detok & Rehabilitasi
Pengobatan Sendiri
Kecelakaan
Tertangkap Polisi
Penjara
Aktivitas Terganggu
Total biaya private
Losproductivity
Sakit
Overdosis
Detok & Rehabilitasi
Kecelakaan
Tertangkap Polisi
Penjara
Premature Death
Tindak Kriminal
Total biaya sosial
Total Biaya Ekonomi

2008

2009

2010

2011

2012

2013

15,376,071
7,743,243
22,124
1,094,519
19,688
323,220
882,602
839,813
188,705
26,489,986

18,091,388
8,702,021
24,879
1,227,433
22,084
362,933
990,547
941,278
211,776
30,574,340

20,282,410
9,768,183
27,944
1,375,194
24,747
407,090
1,110,562
1,054,070
237,427
34,287,628

22,882,765
10,951,867
31,346
1,539,201
27,703
456,109
1,243,784
1,179,254
265,901
38,577,930

25,604,770
12,266,436
35,125
1,721,325
30,986
510,546
1,391,728
1,318,263
297,521
43,176,701

28,621,331
13,723,403
39,313
1,923,146
34,624
570,877
1,555,681
1,472,299
332,563
48,273,237

227,450
8,454
59,036
722,715
680,424
45,735
3,957,060
252,657
5,953,530

256,199
9,519
66,146
811,191
762,622
51,265
4,195,741
283,780
6,436,464

288,177
10,704
74,050
909,562
853,997
57,412
4,443,614
318,387
6,955,903

323,690
12,021
82,822
1,018,759
955,410
64,236
4,700,463
356,805
7,514,205

363,133
13,482
92,563
1,140,024
1,068,022
71,812
4,967,031
399,471
8,115,539

406,856
15,103
103,356
1,274,413
1,192,809
80,208
5,242,795
446,757
8,762,296

32,443,515

37,010,803

41,243,531

46,092,135

51,292,240

57,035,532

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 56

Tabel B4.

Proyeksi Kerugian Ekonomi akibat Penyalahgunaan Narkoba menurut Propinsi, 2008-2013 (dalam 1.000.000 rupiah)

No

Propinsi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NAD
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kep. Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Bali
NTB
NTT
Papua
Irian Jaya Barat
total

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,996,678
4,187,650
1,135,787
4,459,267
1,015,860
5,957,324
360,370
1,235,358
327,058
512,440
164,710
450,556
1,112,026
137,549
231,784
1,420,501
385,970
252,756
455,194
603,116
517,217
157,520
166,543
1,939,368
110,653
285,657
359,970
279,927
776,623
99,549
204,648
97,959
45,925

3,312,758
4,696,351
1,266,955
4,994,604
1,139,807
7,455,146
398,455
1,369,981
364,454
571,152
184,249
503,681
1,242,861
153,377
259,067
1,588,383
430,183
282,133
507,928
675,823
578,207
175,681
186,634
2,151,857
123,003
319,090
401,523
312,092
865,258
111,595
228,967
108,626
50,924

3,663,507
5,260,961
1,412,499
5,589,336
1,277,524
8,282,559
440,382
1,518,522
405,985
636,396
206,083
562,669
1,387,950
170,910
289,352
1,774,709
479,115
314,679
566,335
756,560
645,865
195,799
208,960
2,386,278
136,652
356,164
447,554
347,714
963,351
124,974
255,957
121,342
56,891

4,049,171
5,886,610
1,573,444
6,249,023
1,430,304
9,364,159
486,488
1,682,220
451,893
708,544
230,274
628,013
1,548,610
190,295
322,892
1,981,195
533,199
350,684
630,935
846,079
720,811
218,054
233,732
2,644,620
151,718
397,214
498,471
387,106
1,071,764
139,813
285,866
135,431
63,502

4,473,673
6,580,130
1,751,536
6,981,154
1,599,860
10,394,423
537,247
1,862,805
502,677
788,384
257,092
700,442
1,726,623
211,742
360,058
2,210,165
593,019
390,544
702,434
945,381
803,878
242,691
261,231
2,929,596
168,363
442,695
554,834
430,700
1,191,672
156,279
319,029
151,052
70,833

4,940,143
7,347,443
1,948,232
7,792,007
1,787,658
11,530,734
593,032
2,061,659
558,748
876,570
286,762
780,562
1,923,474
235,425
401,162
2,463,552
659,060
434,586
781,417
1,055,315
895,764
269,912
291,694
3,243,393
186,716
492,986
617,105
478,853
1,324,046
174,512
355,727
168,337
78,945

32,443,515

37,010,803

41,243,531

46,092,135

51,292,240

57,035,532

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 57

UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa survey Nasional Penyalahgunaan Narkoba 2008
terselenggara atas prakarsa Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) dan bekerja
sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia telah berjalan dengan lancar.
Kegiatan ini terlaksana salah satunya karena kerjasama semua tim yang telah terlibat mulai dari
perumusan ide, pembuatan kuesioner, try out kuesioner dan instrument penelitian, pelatihan,
setting lapangan, pengumpulan data, entry data dan analisis data.
Pastinya masih segar ingatan akan begitu banyak teman-teman yang berpartisipasi mengikuti
proses rekrutmen koordinator lapangan hingga akhirnya terpilih 17 kordinator lapangan dan
dibantu oleh 170 enumerator. Kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman atas
dedikasinya terhadap pelaksanaan pengumpulan data di 17 lokasi survey hingga proses editing
data. Semoga kita dapat terus melanjutkan kerjasama pada kegiatan-kegiatan seterusnya.
Berikut nama korlap dan lokasi survey Nasional Penyalahgunaan Narkoba 2008 BNN-Puslitkes
UI:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Nama Koordinator lapangan


Meyke C. Ramola
Hendri Hartati
Ardha Renzulli
Heru Susetyono
Heksa Sari Julianti
Haryono
Junedi
Zahid Iffahwan
Basuki Iman Hadi
Ferdinand P. Siagiaan
Sonny Wibisono
Bayu Fajar Wirawan
Rudi Zulkarnaen
Hari Moertopo
Nodivel
Ahmad Caesar
Wisnu Issantoso

Lokasi Survei
Manado
Surabaya
Bandar Lampung
Pontianak
Yogyakarta
Palu
Batam
Palembang
Medan
Bandung
Makassar
Samarinda
Mataram
Denpasar
Semarang
Jakarta
Papua

Survei ini juga tidak mungkin dapat berjalan dengan lancar tanpa bantuan teman-teman LSM
dan Mitra Lokal yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dengan tulus untuk
membantu kami terutama dalam hal menyediakan tempat basecamp, mengumpulkan
enumerator dan memberikan informasi gambaran penyalahgunaan narkoba di lokasi survei.
Bahkan beberapa rekan korlap juga sangat dibantu dengan teman mitra lokal/LSM yang
menenangkan responden yang merasa terusik dengan kehadiran orang asing bagi mereka.
Maka kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua mitra lokal dan teman-teman LSM
yang kami tidak bisa sebutkan satu persatu, namun tak mengurangi rasa hormat dan
terimakasih yang sangat besar bagi mereka. Semoga kita dapat melanjutkan hubungan baik
untuk bekerjasama di kegiatan-kegiatan berikutnya. Di bawah ini adalah mitra lokal dan LSM
untuk Survey Nasional Penyalahgunaan Narkoba 2008 BNN RI -Puslitkes UI :

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Halaman | 58

No
1
2

Wilayah
Kalimantan Barat
(Pontianak)
Sumut (Medan)

Kepri (Batam)

Sumsel (Palembang)

Bandar Lampung

Kaltim (Samarinda)

Bali (Denpasar)

Jatim (Surabaya)

Jateng (Semarang)

10
11

DI Yogyakarta
NTB

12

Sulsel (Makasar)

13

Sulut (Manado)

14

Sulteng (Palu)

15
16
17

Papua (Jayapura)
DKI Jakarta
Jabar (Bandung)

Mitra Lokal
Rizal/ Mia
Sabran
Eban Totonta Kaban, SE.
Indra K. Nasution
Efrizal , SE
Arlan Yulfar, SKM, Mkes
Erigana, SKM, M.Kes & Ali Chozin
Syahri
Suharni/ASA
Asmaripa Ainy, S.Si, M.Kes
Aji Vespa
Abdul Muthalib Tahar, SH.
Aslam

LSM/Yayasan
Yayasan Pontianak Plus
Univ. Tanjungpura
Yayasan Medan Plus
Univ. Sumatera Utara
YBTDB
Dinkes Batam
Dinkes Batam
Yayasan Intan Maharani
Yayasan Intan Maharani
Univ. Sriwijaya
Saburai Support G
Univ. Lampung
Yayasan Laras

Anak Agung Kresna


Ida Ayu Laksmi
Rudhy Sinyo
Eko Maryono
Muhamad N Arifin
Edy Herry Pryhantoro, Drs, M.Si
Yvonne
Joyo Nur Suryanto Gono, M.Si
Didik J. Nugroho
Ryan
Stella

Yayasan Mata Hati


Univ. Udayana
East Java Actions
Yayasan Bina Hati

Sophian
Shanti Riskiyani
Rodhi Lolong
Martin
Umar
Junaedi
Sri Nurrahma
Ester
Erfan, SSos.
Radit
Dadi Suhanda, S.Sos
Meilani, SSos.

Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia:


Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008

Univ. Airlangga
Yayasan Performa
Univ. Diponegoro
UGM
Forum Korban Napza
Univ. Mataram
Makasar Harm Reduction
Community (MHaRC)
Univ. Hassanudin
YMM
YMM
Univ. Tadaluako
YPPM
UI (Kessos)
Yayasan Rumah Cemara
Univ. Padjajaran
Univ. Padjajaran

You might also like