You are on page 1of 11

PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU

Oleh : H. Sy Abubakar Al Qadrie, S. IKom dkk


PPG QUR’AN HADITS IAIN ANTASARI BANJARMASIN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas guru Indonesia
bukan persoalan mudah dan jangka pendek, melainkan persoalan pelik dan
jangka panjang. Oleh karenaitu, baik guru maupun masyarakat dan
pemerintah harus bersinergi dan berkomitmen untuk mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesionalitas guru (wiyono, 2005). Hal ini harus
dilakukan secara berkelanjutan, tidak boleh hanya sekali jadi, karena
profesionalitas guru terus berkembang, tidak pernah mengenal kata berhenti.
Tanpa profesionalitas, guru tidak mungkin diharapkan menjadi pemicu utama
peningkatan mutu pendidikan khususnya pembelajaran.
Rendahnya mutu pendidikan khususnya pembelajaran Indonesia
merupakan cerminan rendah atau kurangnya mutu profesionalitas guru dalam
melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pembelajaran. Rendahnya
mutu profesionalitas guru-guru di Indonesia menurut Rasio (2006) disebabkan
antara lain:
1. Masih cukup banyak guru Indonesia baik yang bertugas di SD/MI maupun
di SLTP/MTs dan SMA/MA yang tidak berlatar belakang pendidikan sesuai
dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya.
2. Masih sangat banyak guru Indonesia yang memiliki kompetisis rendah dan
memprihatinkan.
3. Masih banyak guru di Indonesia yang kurang terpacu dan termotivasi untuk
memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri atau
memutakhirkan pengetahuan mereka secara terus-menerus dan
berkelanjutan, meskipun cukup banyak guru Indonesia yang sangat rajin
menaikkan pangkat mereka dan sangat rajin pula mengikuti program-
program pendidikan kilat atau jalan pintas yang dilakukan oleh berbagai
lembaga pendidikan.

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 1


4. Masih sangat banyak guru Indonesia yang kurang terpacu, terdorong, dan
tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai
guru.
Pendidikan nasional mempunyai tiga fungsi dasar yaitu; (a) untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, (b) untuk mempersiapkan tenaga kerja
terampil dan ahli yang diperlukan dalam proses industrialisasi, (c) membina
dan mengembangkan penguasaan berbagai cabang keahlian ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kehadiran guru bagi peserta didik ibarat sebuah lilin yang menjadi
penerang tanpa batas tanpa membedakan siapa yang diterangi nya demikian
pulan terhadap peserta didik. Tetapi, dalam mengemban amanah sebagai
seorang guru, perlu kiranya tampil sebagai sosok profesional. Sosok yang
memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan, sosok yang dapat memberi contoh
teladan dan sosok yang selalu berusaha untuk maju, terdepan dan
mengembangkan diri untuk mendapatkan inovasi yang bermanfaat sebagai
bahan pengajaran kepada anak didik.
Pendidikan sangat bergantung pada hubungan triangulasi antara
kurikulum, tenaga pendidik, dan peserta didik. Keterpautan tiga komponen
tersebut akan mengindikasikan kualitas outcome yang merupakan refleksi dari
sistem pendidikan. Sistem pendidikan pada dasarnya adalah mesin cetak yang
akan membentuk mental bangsa di masa mendatang. Lantas apa jadinya bila
kita merenungi kemampuan anak didik kita dibandingkan dengan prestasi anak
didik negara lain.
Pendidikan di Abad Pengetahuan Para ahli mengatakan bahwa abad
21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan
utama segala aspek kehidupan. Menurut Naisbit (1995) ada 10 kecenderungan
besar yang akan terjadi pada pendidikan di abad 21 yaitu; (1) dari masyarakat
industri ke masyarakat informasi, (2) dari teknologi yang dipaksakan ke
teknologi tinggi, (3) dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia, (4) dari
perencanaan jangka pendek ke perencanaan jangka panjang, (5) dari
sentralisasi kedesentralisasi, (6) dari bantuan institusional ke bantuan diri, (7)
dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris,(8) dari hierarki-hierarki
ke penjaringan, (9) dari utara ke selatan, dan (10) dari atau/ ke pilihan
majemuk. Berbagai implikasi kecenderungan di atas berdampak terhadap

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 2


dunia pendidikan yang meliputi aspek kurikulum, manajemen pendidikan,
tenaga kependidikan, strategi dan metode pendidikan.
B. DEFINISI PROFESIONAL
Profersi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/ menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta
dedikasi tinggi. Kata profresionalitas tidak hanya digunakan untuk
pekerjaanyang telah diakui suatu profesi, melainkan hampir terhadap setiap
pekerjaan. Muncul suatu unngkapan misalnya “supir profesional” atau “tukang
profesional” bahkan yang sangat ekstrim lagi adanya istilah “penjahat
profesional”.
Menurut Drs. H. Alfian Khairani, M. Pd, pada “Pendidikan Profesi Guru
Tahun 2009” pengertian profesional dijabarkan sebagai berikut :
1. Tidak berganti-ganti pekerjaan
2. Memiliki bidang ilmu tertentu dan keterampilan dalam khalayak ramai.
3. Menggunakan hasil penelitian dari teori ke praktek.
4. Memerlukan pelatihan khusus dalam waktu yang panjang.
5. Profesi terkendali berdasarkan lisensi yang bakudan atau mempunyai
persyaratan tertentu.
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu.
7. Menerima terhadap keputusan yang diambil.
8. Memiliki komitmen
9. Menggunakan administrator untuk menggunakan proses profesinya.
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggotanya sendiri.
11. Asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mnegetahui keberhasilan
anggotanya.
12. Mempunyai kode etik.
13. Visi mempunyai kadar kepercayaan publik
14. Status sosial dan ekonomi yang tinggi.

Selain dari itu, beberapa istilah yang ada hubungan dengan profesi
perlu juga untuk dikenali dan dipahami seperti : (1) profesional, (2)
profesionalisme, (3) profesionalitas, (4) profesionalisasi. (Djam’an Satori,2005).
Profesional, merujuk pada dua hal, yaitu :
1) orang yang menyandang suatu profesi.

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 3


2) penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan profesinya.
Oleh karena itu istilah profesional sering dikontraskan dengan
“amatir”.
Profesionalisme, merujuk kepada komitmen para anggota suatu profesi
Untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus
menerus mengembangkan strategi-strategi yang
digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan profesinya.
Profesionalitas, pada satu sisi mengacu pada sikap para anggota profesi
terhadap profesinya. Di sisi lain mengandung arti derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka
melakukan pekerjaannya.
Profesionalisasi merujuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun
Kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria
yang standar dalam penampilannya sebagai suatu profesi.

BAB II
ELEMEN KOMPETENSI PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU
Pengembangan elemen-elemen kompetensi tidak dapat dilakukan
secara terpisah-pisah,akan tetapi musti dilakukan dalam bingkai utuh
kompetensi guru. Bahan ajar disusun dengan kerangka pikir bahwa
kompetensi guru merupakan bentuk integrasi yang bersenyawa dari berbagai
pengetahuan dan ketrampilan yang sisi-sisinya akan menampakkan beberapa
hal sebagai berikut :
 penguasaan dalam disiplin ilmu secara baik dan mendalam (kompetensi
profesional),
 penguasaan teori belajar dan pembelajaran serta mengenal peserta didik
secara mendalam (kompetensi Pedagogis),
 pengembangan pembelajaran, yang terdiri atas kemampuan menganalisis
isi dan mengorganisasi isi,merancang skenario pembelajaran,menyusun
perangkat pembelajaran, dan mengembangkan sistem evaluasi
(kompetensi pedagogis dan profesional),

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 4


 melaksanakan pembelajaran yang mendidik (kompetensi pedagogis dan
profesional), kinerja tersebut memerlukan dukungan
 penguasaan bidang-bidang lain yang diperlukan untuk meningkatkan
pembelajaran dan memutakhirkan pengetahuan dan ketrampilan pemdidik
(kompetensi sosial dan kepribadian),
 sikap,nilai, dan kebiasaan berfikir produktif,serta perilaku yang menunjang
tampilan kinerja pendidik (kompetensi sosial dan kepribadian).
Kompetensi Pengembangan Profesionalitas Guru yang tertuang dalam
PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, secara global tergambar
menjadi 4 komponen dasar yaitu :
 kompetensi pedagogis,
 kompetensi profesional (penguasaan bidang ilmu yang diajarkan),
 kompetensi sosial,
 kompetensi kepribadian
Keempat komponen dasar kompetensi dasar pengembangan
profesionalitas guru digambarkan dalam diagram sebagai berikut (Prof. DR. H.
Syafudin Sabda, M. Ag):

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 5


BAB III
PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU

Profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan


atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997)
mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi
dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme
lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi
memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh berbeda
dengan dengan guru-guru yang ada di negara lainnya, pengembangan
profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan
Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat standar standar
pengembangan profesi guru yaitu;
(1) Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi
untuk para guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan
melalui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri. Para guru dalam
sketsa ini melalui sebuah proses observasi fenomena alam, membuat
penjelasan-penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut
berdasarkan fenomena alam;
(2) Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi
untuk guru sains memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains,
pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan pengetahuan
tersebut ke pengajaran sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains
namun mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif
dapat memahami bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang
penting, konsep-konsep apa yang mampu dipahami siswa pada tahap-
tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan pengalaman, contoh dan
representasi apa yang bisa membantu siswa belajar;
(3) Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi
untuk para guru sains memerlukan pembentukan pemahaman dan
kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa. Guru yang baik
biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 6


berkomitmen untuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu
dihasilkan sehingga guru berkesempatan terus untuk belajar
(4) Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi
untuk guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini
dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan kesempatan-kesempatan
pengembangan profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan.

Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru


sebagaimana yang berlaku di pada negara maju, maka kualitas Sumber Daya
Manusia Indonesia semakin baik. Selain memiliki standar profesional guru
sebagaimana uraian di atas, pada negara yang telah maju pendidikannya
sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993 (dalam
Supriadi 1998) dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru
dituntut untuk memiliki lima hal: (1) Guru mempunyai komitmen pada siswa
dan proses belajarnya, (2) Guru menguasai secara mendalam bahan/mata
pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3) Guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara
evaluasi, (4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya
dan belajar dari pengalamannya, (5) Guru seyogyanya merupakan bagian dari
masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional


dipersyaratkan mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat sebagai
pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu
pengetahuan di abad 21; (2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset
dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan
hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang
terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya
diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia; (3) pengembangan
kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi
yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan
praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan
terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis
yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 7


Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya
paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di
abad ini yaitu :
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
2. penguasaan ilmu yang kuat;
3. keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan
teknologi;
4. pengembangan profesi secara berkesinambungan.

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak


dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi
perkembangan profesi guru yang profesional.
Dimensi lain dari pola pembinaan dan pengambangan profesionalitas
guru adalah (1) hubungan erat antara perguruan tinggi dengan pembinaan
SLTA/ MA; (2) meningkatkan bentuk rekrutmen calon guru; (3) program
penataran yang dikaitkan dengan praktik lapangan; (4) meningkatkan mutu
pendidikan calon pendidik; (5) pelaksanaan supervisi; (6) peningkatan mutu
manajemen pendidikan berdasarkan Total Quality Management (TQM); (7)
melibatkan peran serta masyarakat berdasarkan konsep linc and match; (8)
pemberdayaan buku teks dan alat-alat pendidikan penunjang; (9) pengakuan
masyarakat terhadap profesi guru; (10) perlunya pengukuhan program Akta
Mengajar melalui peraturan perundangan; dan (11) kompetisi profesional yang
positif dengan pemberian kesejahteraan yang layak.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan
mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan
dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa
pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru yang
semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam
menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning
environment. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi
fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator,
transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator, dan administrator
(Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000).

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 8


BAB IV
PENUTUP

Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor
determinan bagi keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan
profesi guru menjadi wacana yang sangat penting. Pendidikan di abad
pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan modern dan
profesional dengan bernuansa pendidikan.
Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh
kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa.
Profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau
kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalisme
bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan
sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan.
Salah satu aspek penting dalam pengembangan profesionalitas guru di
sini adalah terletak pada kemampuannya meningkatkan modal intelektual,
modal sosial, kredibilitas dan semangatnya dalam mengemban tugas sebagai
guru. Ada tiga tugas utama guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai
profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai-
nilai hidup. Mengajar dalam arti meneruskan dan mengembangkan IPTEK,
sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa di sekolah harus dapat
menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas
perkembangannya mulai dari sebagai makhluk bermain (homoludens), sebagai
makhluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai makhluk berpikir/dewasa
(homosapiens). Guru juga bertugas membantu peserta didik dalam
menstransformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan
mengidentifikasikan diri sebagai peserta didik.
Dari uraian diatas , dapat ditarik benang merah bahawa hasil yang
diharapkan dari pengembangan profesionalitas guru adalah

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 9


1. Guru mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan secara
terus menerus.
2. Guru memahami perkembangan pandangan (konsepsi),teori, dan
paradikama belajar dan pembelajaran.
3. Guru mampu mengembangkan teori belajar dan pembelajaran berdasarkan
pengalaman sehari-hari.
4. Guru mampu memahami karakteristik peserta didik dan menjadikan
pemahamannya sebagai pijakan pengambilan keputusan dalam
menetapkan strategi pembelajaran.
5. Guru mampu mengembangkan pembelajaran dengan model pembelajaran
yang inovatif.
6. Guru mampu menganalisis tujuan, isi pembelajaran, dan menetapkan
strategi pengorganisasian isi pembelajaran

7. Guru mampu memilih dan menetapkan sistem evaluasi pembelajaran.

8. Guru mampu mengimplementasikan rancangan pembelajaran

9. guru mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan

DAFTAR PUSTAKA

1. Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta:


Depdikbud.

2. Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi


Pendidikan Abad ke-21 Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998.

3. Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara


Pembaharuan. (Online) (http://www.suara
pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2.

4. Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi


Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas
Muham-madiyah Malang, 25-26 Juli 2001.

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 10


5. Prof. DR. H. Syaifuddin Sabda, M.Ag. 2009. TELAAH DAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM QUR`AN HADITS PADA MADRASAH
TSANAWIYAH. Banjarmasin : Bahan Ajar Telaah Kurikulum Qur’an Hadits

Banjarmasin, 21 Nopember 2009

Kelompok 6

1. Sayyid Abubakar, H. S. I.Kom

2. Nazim Fauzi, S. Pd. I

3. Hayaturrahman, S. Ag

Kelompok 6 : Pengembangan Profesionalitas Guru 11

You might also like