Professional Documents
Culture Documents
Plasma
Plasma adalah zat keempat di samping zat klasik: padat, cair, dan gas. Zat plasma
ini bukanlah plasma seperti pada kata plasma darah, kata yang paling umum
digunakan berkaitan dengan plasma dalam bidang Biologi. Plasma zat keempat ini
ditemukan pada tahun 1928 oleh ilmuwan Amerika, Irving Langmuir (1881-1957)
dalam eksperimennya melalui lampu tungsten filament.
Plasma ini sangat mudah dibuat, caranya dengan pemanfaatan tegangan listrik.
Contoh, hadapkan dua electrode di udara bebas. Seperti kita ketahui udara adalah
isolator, materi yang tidak menghantarkan listrik. Namun, apabila pada dua
electrode tadi diberikan tegangan listrik yang cukup tinggi (10 kV<), sifat
konduktor akan muncul pada udara tersebut, yang bersamaan dengan itu pula arus
listrik mulai mengalir (electrical discharge), fenomena ini disebut eletrical
breakdown.
Mengalirnya arus listrik menunjukkan akan adanya ionisasi yang mengakibatkan
terbentuknya ion serta elektron pada udara di antara dua elektrode tadi. Semakin
besar tegangan listrik yang diberikan pada elektrode, semakin banyak jumlah ion
dan elektron yang terbentuk. Aksi-reaksi yang terjadi antara ion dan elektron
dalam jumlah banyak ini menimbulkan kondisi udara di antara dua electrode ini
netral, inilah plasma. Singkat kata plasma adalah kumpulan dari electron bebas,
ion dan atom bebas.
Polusi udara
Mengatasi polusi dengan plasma sebenarnya bukan sebuah hal yang baru. Pada
tahun 1907 Frederick Cottrell memperkenalkan electrostatic precipitator (EP)
untuk mengatasi polusi akibat aerosol (sampah udara) dari asap pabrik hasil
pembakaran. EP dapat digunakan untuk mengumpulkan aerosol. Prinsip kerja dari
EP adalah perpaduan dari medan electrostatic dan aliran ion yang dihasilkan oleh
corona discharge. Mekanisme kerjanya adalah partikel aerosol ditangkap atau
dikumpulkan oleh aliran ion, kemudian kumpulan partikel tadi diangkut oleh
medan electrostatic lalu dipisahkan. Sekarang EP banyak digunakan untuk
mengatasi aerosol dari asap pabrik termasuk di antaranya, di Indonesia.
Namun, asap hasil pembakaran dari pabrik maupun kendaraan bermotor tidak
hanya mengandung aerosol saja, tetapi didapati juga gas NOx, SOx, CO, dan
Dioxin yang diketahui sangat berbahaya pada kesehatan. Kita mengenal hujan
asam (HNO3 dan H2SO4) yang dapat mengakibatkan kanker. Juga gas CO yang
dapat mematikan apabila kita menghirupnya secara langsung. Kita juga dapat
merasakan bertambah suhu bumi akibat pertambahan CO2.
Baru-baru ini kita mendengar Dioxin yang muncul dari pembakaran sampah
plastik, yang walaupun kadarnya sedikit namun berbahaya bagi kesehatan kita.
Hal ini mendorong Dr Seiichi Masuda dari Tokyo University untuk mencari
teknologi yang dapat mengatasi gas beracun hasil pembakaran pabrik. Pada tahun
1986 Seiichi Masuda mempublikasikan teknologi plasma sebagai teknologi untuk
mengatasi kandungan gas NOx, SOx dari asap pembakaran pabrik.
Prinsip dari teknologi plasma dalam mengatasi kandungan gas NOx atau SOx
sangatlah mudah. Seperti di jelaskan pada penjelasan di atas, plasma terbentuk
dari kumpulan electron bebas, ion serta atom. Aksi-reaksi pada ion dan electron
dalam plasma seperti reaksi ionisasi, excitasi, dan dissociasi dengan udara bebas
disekitarnya berlanjut dengan terbentuk species aktif (ion, electron, molekul yang
mudah bereaksi) seperti Ozone, OH, O, NH3 yang memiliki sifat radikal sangat
mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa yang ada disekitarnya. Species aktif
yang terbentuk ini kemudian bereaksi dengan gas NOx atau SOx kemudian
mengubah serta menguraikannya.
Mengatasi polusi
Namun, limbah organik semakin banyak yang sulit untuk diuraikan dengan
microbiologi atau membran filtrasi, serta membahayakan keselamatan makhluk
hidup, meskipun dalam kandungan konsentrasi yang sangat kecil (ppm/ppb)
seperti, senyawa dioxin, furan, dan atrazine. Sehingga sistem pengolahan limbah
cair yang ada sekarang tidaklah cukup. Apabila hal ini kita biarkan, tanpa kita
sadari, air minum yang dipergunakan akan banyak mengandung senyawa organik,
yang selain membahayakan kesehatan manusia juga dapat merusak ekosistem
makhluk hidup lainnya.
Plasma dalam air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan
kimia, seperti sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2), serta
thermal proses.
Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang dihasilkan oleh plasma dalam air,
membuat teknologi ini dapat merangkum beberapa proses yang dibutuhkan dalam
pengolahan air limbah. Sinar ultraviolet yang dihasilkan mampu mengoksidasi
senyawa organik sekaligus membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah
cair. Shockwave yang ditimbulkan mampu menghasilkan proses super critical
water yang juga berperan dalam proses pengoksidasian senyawa organik. Dan,
yang paling penting banyak dihasilkan species aktif seperti OH, O, H, dan H2O2
yang merupakan beberapa oksidant kuat yang dapat mengoksidasi berbagai
senyawa organik sekaligus juga membunuh bakteri dalam limbah cair tersebut.
Dan, tidak ketinggalan panas yang dihasilkan oleh plasma ini pun berperan dalam
berbagai proses pengoksidasian.
Dari berbagai kelebihan proses yang dimilikinya, teknologi plasma dalam air
mulai mendapat perhatian khusus terutama untuk mengolah limbah organik yang
umumnya mengandung berbagai macam jenis senyawa organik. Dari berbagai
percobaan laboratorium, teknologi plasma dalam air sangat efektif untuk
menguraikan senyawa organik seperti TNT, phenol, trichloroethylene, atrazine,
dan berbagai jenis zat warna (dye).
Teknologi plasma untuk mengolah limbah cair baik dengan teknologi ozone
maupun dengan teknologi plasma dalam air memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan cara konvensional, microbiologi maupun membran filtrasi.
Di antaranya proses penguraian senyawa organik berlangsung sangat cepat,
pembuatan peralatan serta maintenance yang mudah, serta species aktif yang
dihasilkan dapat menguraikan hampir seluruh senyawa organik.
--------
Artikel ditulis oleh Anto Tri Sugiarto Peneliti KIM-LIPI, Sekjen ISTECS
(Institute for Science and Technology Studies) Chapter, Japan
Artikel dapat juga dibaca di http://www.plasmatech-indonesia.ws/)