Professional Documents
Culture Documents
ALPUKAT / AVOKAD
( Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth )
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket
(Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak),
advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill
Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:
Hal. 1/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan
ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang
berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan.
Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek,
kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai
kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.
2) Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian
sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi
sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran
yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras,
mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah
berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga,
dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang
sedang.
1) Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama
dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah
berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta
kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian
telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo
bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.
b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo
bundar bulat panjang dengan tepi berombak.
c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan
kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan
kesuburan lahan.
d. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg
Hal. 2/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
e. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar
lonjong (oblong).
f. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar
enak, gurih, agak kering.
g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo
bundar 7,5 cm.
h. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo
bundar 9 cm.
i. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo
bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).
2) Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat
di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah
bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin,
ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.
3. MANFAAT TANAMAN
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai
makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa
dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah
dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan
dasar kosmetik.
Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat
tradisional (obat batu ginjal, rematik).
4. SENTRA PENANAMAN
Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida,
California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke
tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
Hal. 3/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah
tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak
mengandung bahan organik.
2) Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung
berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan
(aluvial loam).
3) Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH
sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan
menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup
banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe,
Mg, dan Zn akan berkurang.
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran
tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang
memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko
dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 m dpl.,
sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.
Hal. 4/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
2) Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji)
dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi).
Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena
tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan
berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih
cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang
sama dengan induknya.
Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah
berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal
dari biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm/kurang,
dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai
cabang sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda dan
berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai
dengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm,
kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yang
diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik,
rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan
serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok.
Hal. 5/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan
kelthane.
Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan,
dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan
Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon
pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di
atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat.
Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon
pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan,
kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat
dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang paling
baik adalah pada saat permulaan musim hujan.
Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus bersih dari
pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang
mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul halus
2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga
penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.
Hal. 6/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Pola Penanaman
a) Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm.
Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
b) Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
c) Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian
atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke
dalam lubang.
d) Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan
mengingat letak lubang tanam.
3) Cara Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada
dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan
adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah
sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun
hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah
bibit.
b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar
gumpalan tanah tetap utuh.
c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi
leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
Hal. 7/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara
langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat
miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi
sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.
1) Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat
zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga
merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi
(dicabut) secara rutin.
2) Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di
dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap
unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan
dengan hati-hati agar akar tidak putus.
3) Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu
dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari,
dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
4) Pemangkasan Tanaman
5) Pemupukan
Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program
pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl
Hal. 8/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
(60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan
KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83
kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan
KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon.
Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun.
Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhi
rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala. Gejala: Daun-daun tidak
utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama
sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan.
Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif
monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3 cc/liter
atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.
Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini
mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga
daun menjadi hitam dan semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tanaman
terganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin.
Pengendalian: Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat,
misalnya Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.
Hal. 9/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye,
tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh
dengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di bagian pantatnya. Gejala:
Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai
bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massa
berwarna putih, dan lama kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan
insektisida yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau
karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari
konsentrasi fomula.
Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah-
buahan pada malam hari. Gejala: Terdapat bagian buah yang berlubang bekas
gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakan
adalah daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot menggunakan
Hal. 10/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Ciri: Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua dan
berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm. Gejala:
Terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting.
Terowongan itu dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan
ke daun, kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut
mati. Pengendalian: Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar.
Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang
terkandung dalam Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan
Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.
1) Antraknosa
Hal. 11/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Busuk buah
Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka
pada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung
tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang
kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan
kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80
WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan musim
berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di
Hal. 12/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen
dapat terjadi setiap bulan.
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik dapat
mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan dari
setiap pohon berkisar 50 kg.
9. PASCAPANEN
9.1. Pencucian
9.2. Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan
memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2. Cukup tua tapi belum matang.
3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah
atau berbobot maksimal 400 g.
4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.
Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah alpukat
yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.
Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan
ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah
cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus
diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman
karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk sampai di
tempat tujuan.
Hal. 13/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan
memasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah
itu karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih.
Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik
sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut
dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan
cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari.
Perkiraan analisis budidaya tanaman alpukat dengan luas lahan 1 hektar selama 10
tahun di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.
1) Biaya produksi
1. Bibit okulasi: 121 batang @ Rp.10.000,- Rp. 1.210.000,-
2. Pupuk
- Pupuk kandang 3 ton@ Rp. 150.000,-/ton Rp. 450.000,-
- Urea
Tahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 2.904.000,-
Tahun ke-5-10, 9.801 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 14.701.500,-
- TSP
Tahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 3.097.600,-
Tahun ke-5-10, 9.317 kg @ Rp.1.600,- Rp. 14.907.200,-
- KCl
Tahun ke-1-4, 1.694 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 2.795.100,-
Tahun ke-5-10, 11.616 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 19.166.400,-
4. Pestisida dan fungisida Rp. 240.000,-
5. Peralatan
- Cangkul Rp. 70.000,-
- Sprayer Rp. 250.000,-
Hal. 14/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. Tenaga kerja
- Pembajakan lahan dan pupuk dasar (borongan) Rp. 400.000,-
- Penyiraman 15 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 105.000,-
- Pemangkasan 4 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 28.000,-
- Pembuatan lubang tanam 15 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 105.000,-
- Penanaman 7 HOK @ RP. 7.000,- Rp. 49.500,-
- Penyiangan 20 HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 1.400.000,-
- Pemupukan 10 HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 700.000,-
- Perlindungan tanaman 4HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 280.000,-
7. Panen dan pascapanen
Tahun ke-4, 18 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 126.000,-
Tahun ke-5, 22 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 154.000,-
Tahun ke-6, 35 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 245.000,-
Tahun ke-7, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Tahun ke-8, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Tahun ke-9, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Tahun ke-10, 48HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Jumlah biaya produksi dalam 10 tahun Rp. 64.841.300,-
2) Pendapatan
1. Tahun ke-4, 3.300 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 11.550.000,-
2. Tahun ke-5, 6.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 22.750.000,-
3. Tahun ke-6, 9.800 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 34.300.000,-
4. Tahun ke-7, 12.000 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 42.000.000,-
5. Tahun ke-8, 12.200 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 42.700.000,-
6. Tahun ke-9, 12.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 43.750.000,-
7. Tahun ke-10, 12.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 43.750.000,-
Jumlah pendapatan dalam 10 tahun Rp.240.800.000,-
Tanaman alpukat yang berasal dari bibit okulasi atau sambung akan mulai berbuah
pada umur 4 tahun dengan produksi 3.300 kg/ha. Produksi ini akan terus bertambah
hingga mencapai kestabilan pada tahun ke-7 (panen keempat) dengan jumlah
produksi rata-rata 12.000 kg/ha. Keuntungan baru dapat diperoleh pada panen
kedua (tahun ke-5) dan akan stabil pada panen keempat (tahun ke-7). Namun
analisis tersebut belum termasuk biaya sewa tanah.
Hal. 15/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan oleh
para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir.
Alpukat merupakan salah satu jenis buah bergizi tinggi yang semakin banyak
diminati. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan alpukat di pasaran. Sebagai
contoh, seorang grosir membutuhkan alpukat 12-20 ton/minggu untuk pedagang
pengecer di Bogor.
Selain di pasar lokal, pasar luar negeri pun berhasil ditembusnya. Mula-mula hanya
Singapura dan Belanda, kemudian menyusul Saudi Arabia, Perancis, dan Brunei
Darussalam. Impor Perancis pada tahun 1989 sebanyak 3.790 kg dengan nilai 379
US$, dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 5.749 kg dengan nilai 10.876 US$.
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Alpukat adaalah buah tanaman apaokat (Persea Americana MILL) dalam keadaan
cukup tua, utuh, segar dan bersih.
Hal. 16/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian
dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali
sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
a) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang
diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang
diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang
diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang
diambil 10.
e) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang
diambil 15.
11.6. Pengemasan
Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjang
bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dengan
anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi
kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg.
Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang,
golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat
bersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.
Hal. 17/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 18/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
ANGGREK
1. SEJARAH SINGKAT
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah.
Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai
dibudidayakan secara luas di Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain:
Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna
ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis,
anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek
Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun
glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.
Hal. 1/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman
lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi
seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
3) Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek
mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai
campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Asia adalah
Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Sumatra ataupun di Irian Jaya.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
anggrek.
2) Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahaya
berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.
3) Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C. Jika suhu
udara malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah tersebut tidak
dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).
4) Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi
menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.
Hal. 2/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3
macam yaitu:
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul mempunyai beberapa ciri, yaitu: bentuk
batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan indah.
Hal. 3/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Penyebaran Biji
Bibit anggrek berasal dari biji yang disemaikan. Adapun penyebaran biji anggrek
sebagai berikut:
a) Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.
b) Mensterilkan biji
Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram kaporit dilarutkan
dalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji
dimasukan dalam botol dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula kuning
kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang dan
diganti dengan aquades, digojog berulang kali (2–3 kali).
c) Penyebaran biji anggrek
Botol-botol yang telah disterilkan dapat digunakan untuk menyebaran biji
anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan di atas lampu spritus
untuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan biji anggrek ke dalam botol
digunakan pipet yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan di atas lampu
spritus sampai merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol yang telah
terbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan keseluruh permukaan alas
makanan yang telah disediakan. Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi di
atas spritus kemudian ditutup kembali.
a) Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek, yang kosong
berwarna putih dan yang isi kuning coklat/warna lain.
b) Mempersiapkan botol yang bermulut lebar bersih dan tidak berwarna agar
dapat meneruskan cahaya matahari yang dibutuhkan dan mudah dilihat.
c) Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung diikat tali untuk
memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong potong. Kerapatan
tutup botol menjaga agar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak terinfeksi
atau terkontaminasi.
d) Mempersiapkan lemari kaca (ent-kas) yang bersih dari bakteri/jamur dengan
kain yang sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan dengan kapas
dipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).
e) Pembuatan sterilsasi alas makanan dan untuk membuat alas makanan anggrek
biasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:
1. Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram
2. KH2PO4 : 0,25 gram
3. MgSO47H2O : 0,25 gram
4. (NH4)2SO4 : 0,25 gram
5. Saccharose : 20 gram
6. FeSO4 4H2O : 0,25 gram
7. MnSO4 : 0,0075 gram
8. Agar-agar : 15–17,5 gram
9. Aquadest : 1000 cc
Hal. 4/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemindahan Bibit
Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar, tumbuh akar.
Dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam pot penyemaian yang
berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yang berlubang.
Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna coklat, di potong dengan panjang
5–30 mm sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum dipakai
terlebih dulu dicuci bersih dan biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci,
direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa:
a) Urea atau ZA : 0,50 mg
b) DS, TS atau ES : 0,25 mg
c) Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg
d) Air : 1000 cc
Alaternatif lain sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk buatan campuran
unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan pupuk kandang
yang telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis: pupuk kandang = 4:1.
Selain itu dapat digunakan kulit Pinus yang di potong kecil sebesar biji kacang
tanah, yang telah direndam dalam alas makanan seperti akar pakis selama 24
jam. Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang kayu bakar/serabut kelapa
yang dipotong-potong sebesar ibu jari.
Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah, kemudian isi
remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah (tidak perlu
dipadatkan).
Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman dipindahkan
ke pot biasa yang berdiamater 4–6 cm, yang berisi potongan genting/batu bata
Hal. 5/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah direndam dalam alas makanan
sampai 1 cm di bawah tepi pot.
2) Penyiangan
Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di dalam botol
kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah disediakan sesuai jenis
anggrek.
Hal. 6/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Pemupukan
Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang meliputi: C, H,
O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro
dan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau air dan
garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau,
kambing, ayam dan lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selain
mengandung bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga
sangat membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau.
Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak bateri yang
mengandung jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih dahulu untuk
menghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan tanaman lebih baik
dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul 5.00 sore.
Hal. 7/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui sifat-sifat dari isian
pot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk menyiram. Adapun macam isian
pot dan sifat diuraikan sebagai berkut:
a) Pecahan genting/pecahan batu merah, yang mana mudah menguapkan air dan
sifat anggrek yang tidak begitu senang dengan air sehingga tidak mudah untuk
lumutan. Untuk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih banyak dan
untuk siraman lebih sedikit.
b) Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik untuk digunakan
di daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau penggunaan di daerah
dingin tidak menguntungkan karena mudah busuk.
c) Remukan akar pakis yang hitam, keras dan baru tidak mudah untuk menyerap
air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis yang coklat dan
lunak lebih mudah menyerap dan menahan air.
d) Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali untuk penyerapan air,
mudah terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan kecil dan jika
potongan kecil penyerapan air lebih banyak.
Bagi tanaman yang sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali musim
hujan dan 1-3 hari sekali pada musim hujan.
Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih baik pada sore
hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman anggrek sehat, dilakukan rutin
kurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi tanaman anggrek terserang hama
perlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dengan jangka waktu tertentu (untuk kutu)
daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida dan dosis yang digunakan untuk
hama antara lain:
a) Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daun
b) Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun
c) Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu
d) Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu
Hal. 8/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
e) Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan
bekicot air
f) Falidol E.605 dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong
dan bekicot air
1) Tungau/kutu perisai
Gejala: menempel pada pelepah daun; berwarna kemerahan jumlahnya banyak;
bekas serangan berupa bercak hitam dan merusak daun. Pengendalian: digosok
dengan kapas dan air sabun; apabila serangan sudah parah, harus disemprot oleh
insektisida dengan dosis 2 cc/liter.
2) Semut
Gejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan.
Pengendalian: pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan bersih di sekitar
rak/sebaiknya pot digantung.
3) Belelang
Gejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak beraturan. Untuk jenis
belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat. Pengendalian: segera
semprotkan insektisida yang bersifat racun kontak/yang sistematik; bila jumlahnya
sedikit bisa langsung dimusnahkan/dibunuh.
4) Trips
Gejala: menempel pada buku-buku batang dan daun muda; menimbulkan bercak
abu-abu dipermukaan daun dan merusak bunga hingga bentuk bunga tidak
menarik. Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek disemprot
insektisida.
5) Kutu babi
Gejala: kerusakan yang ditimbulkan seperti akibat semut; tapi tidak menyerang
tunas daun. Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari pot
anggrek.
Hal. 9/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6) Keong
Gejala: menyerang lembaran daun anggrek. Pengendalian: dalam jumlah sedikit
cukup diambil/dibunuh; bila jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebak
dengan bubuk prusi.
7) Red Spinder
Gejala: bercak putih di bagian bawah daun; permukaan atas menjadi kuning dan
lama kelamaan daun mati. Pengendalian: bila sedikit cukup diambil dengan
menggunakan isolatip lalu dibakar/menggosok daun dengan alkohol; apabila
banyak maka perlu menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon, dicofol.
8) Kumbang
Gejala: yang terserang akan berlubang-lubang khusus kumbang penggerek
batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan tidak nampak dari luar;
Larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek. Pengendalian:
menyemprotkan tanaman yang diserang dengan menggunakan insektisida
sistemik secara rutin; bersihkan pot dari kepompong dan telur kumbang dengan
jalan memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang baru pula.
9) Ulat daun
Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yang sedang
mekar. Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat dibunuh dengan
tangan; bila banyak dapat menggunakan insektisida sistemik; tanaman yang telah
diserang sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang masih sehat.
10) Kepik
Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga menyebabkan bintik
putih/kuning; tanaman yang diserang lama kelamaan akan gundul dan tidak
berhijau daun lagi. Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama seperti untuk
membasmi serangga lainnya, seperti ulat, kumbang dan trips.
7.2. Penyakit
1) Penyakit buluk
Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa oleh biji
anggrek karena tutup botol tidak steril. Gejala: biji anggrek tidak mampu
berkecambah dan persemaian dalam botol akan gagal; kecambah yang telah
tumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu. Pengendalian: pada awal
serangan media agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali, dilakukan
dengan steriil; kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera dikeluarkan dari
botol dan dicuci dengan fungisida lalu kecambah ditanam dalam pot.
Hal. 10/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6) Penyakit layu
Penyebab: cendawan Fusarium Oxyporium. Gejala: mirip serangan penyakit
busuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis, atau lingkaran berwarna
ungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan
pada umbi batang, tanaman sangat tidak sehat. Pengendalian: bagian yang
terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman segera
dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakan
terdapat aliran udara yang lancar di sekitar tanaman.
7) Penyakit busuk
Penyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi. Gejala: terdapat bintil-bintil kecil berwarna
coklat pada bagian tanaman yang terkena penyakit. Pengendalian: bagian
tanaman yang sakit dipotong dan dibuang. Media tanaman dan seluruh pot
Hal. 11/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Hal. 12/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Untuk panen bunga anggrek perlu diperhatikan, pemotongan dilakukan pada jarak 2
cm dari pangkal tangkai bunga dengan menggunakan alat potong yang bersih.
Bibit anggrek yang sudah dewasa dan sesudah 2 bulan tangkai bunga akan
menghasilkan 2 tangkai dengan jumlah kuntum 20-25 kuntum/tangkai.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Tanaman muda untuk bibit biasa dijual dalam bentuk pot kecil, sedangkan tanaman
dewasa biasanya tanaman sudah berbunga. Untuk bunga potong dipilih tangkai
yang kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1–3 kuntum).
Bunga dipilih yang bagus, tidak kena penyakit ataupun luka. Selanjutnya bunga
dikelompokan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tingkat kesegaran atau ukuran
bunga dengan maksud untuk mempertahanankan nilai jual sehingga bunga yang
bagus tidak turun harganya.
9.3. Penyimpanan
Agar bunga tetap segar perlu adanya pengawetan dengan tujuan agar penurunan
mutu lebih lambat bunga tetap segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan dengan
cara penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air hangat (38–43 derajat C)
selama 2 jam. Larutan bahan pengawet tersebut antara lain:
Hal. 13/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pengawetan untuk bunga yang dikirim jauh adalah dengan merendam tangkainya
dalam larutan gula dengan kadar 6–8 % selama 24 jam atau dimasukan dalam
kantong plastik dan kadar karbon dioksida (CO2) dinaikkan dengan menggunakan es
kering atau disimpan pada ruangan dengan kondisi udara antara 0–5 derajat C.
Perkiraan analisis budidaya bunga anggrek Dendrobium dengan luas lahan 1,25 m x
12 m; Untuk satu pohon/pot dapat menghasilkan bunga sebanyak 2–3 tangkai bunga
dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan menjadi bunga
potong pada umur 6–7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali. Pada panen ke 2
s.d. ke 4 di atas umur 8 bulan; dalam satu tangkai bunga terdapat 10-15 kuntum
bunga. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. Harga 1 kuntum bunga
mencapai harga Rp. 750,- sampai Rp. 1000,-.
1) Biaya produksi
1. Bibit
- Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,- Rp. 320.000,-
- Akar pakis: 5 ikat (42 lempeng /ikat) Rp. 75.000,-
2. Perlengkapan
- Arang: 80 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 100.000,-
- Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,- Rp. 4.500.000,-
Hal. 14/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Dalam usaha anggrek ini sangat visibel dan modal akan kembali dalam waktu kurang
lebih 8 bulan sejak penaman dan apabila penjualan dimulai dari sejak dalam botol,
maka akan dapat mengurangi biaya operasional.
Selain dari segi biaya modal, kebutuhan bunga potong dalam negeri per tahun untuk
berbagai jenis anggrek diperkirakan sekitar 5 juta tangkai. Jumlah tersebut diluar
adanya permintaan akan kebutuhan komoditi ekspor.
Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat
penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu bunga angrek potong ini di Indonesia tercantum dalam SNI 01–3171–
1992.
Bunga angrek potongan antara lain terdiri dari 3 jenis “Arathera James Storie” yang
digolongkan dalam empat jenis mutu, “Arachin Maggie Oie” dan “Oncidium Golden
Shower” yang masing-masing digolongkan dalam tiga jenis mutu.
Hal. 15/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=6; mutu III=6; cara uji dengan
organoleptik.
3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji dengan
organoleptik.
4. Minimum jumlah cabang: mutu I=3; mutu II=2; mutu III=1 ; cara uji dengan
organoleptik.
5. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap; mutu
III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.
6. Bunga rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada; mutu II=tidak
ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan contoh
dengan rincian sebagai berikut:
a) Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1 – 3.
b) Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4 – 25.
c) Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26 – 50.
d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51 – 100.
e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101 – 150.
f) Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151 – 200.
g) Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201 – lebih.
Hal. 16/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.5. Pengemasan
1) Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga angrek potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan
pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong
plastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang
sesuai.
2) Pemberian merek
Pada bagian luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas anggrek.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau kode produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara/tempat tujuan.
6. Produksi Indonesia.
KEMBALI KE MENU
Hal. 17/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
ANGGUR
( Vitis )
1. SEJARAH SINGKAT
Anggur merupakan tanaman buah berupa perrdu yang merambat. Anggur berasal
dari Armenia, tetapi budidaya anggur sudah dikembangkan di Timur Tengah sejak
4000 SM. Sedangkan teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali
dikembangkan orang Mesir pada 2500 SM. Dari Mesir budidaya dan teknologi
pengolahan anggur masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai
Spanyol, Jerman, Prancis dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus anggur
dari asalnya ini mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika selatan, Asia
termasuk Indonesia dan Australia. Penyebaran ini juga menjadikan Anggur punya
beberapa sebutan seperti Grape di Eropa dan Amerika, orang China menyebut Pu
tao dan di Indonesia disebut anggur.
2. JENIS TANAMAN
Anggur termasuk tanaman marga Vitis. Tidak semua jenis dari marga ini dapat
dimakan, yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca.
Hal. 1 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
c) Termasuk jenis ini adalah Gros Colman, Probolinggo Biru dan Putih, Situbondo
Kuning, Alphonso Lavalle dan Golden Champion.
Dari kedua jenis ini yang banyak dikembangkan di Indonesia dan direkomendasi oleh
Departemen Pertanian sebagai jenis unggul adalah jenis Vitis vinifera dari varietas
Anggur Probolinggo Biru dan Alphonso Lavalle. Namun ada juga yang dianjurkan
ditanam antara lain Gross Collman, Probolinggo Putih, Isabella, Delaware, Chifung
dan Australia.
3. MANFAAT TANAMAN
Anggur dimanfaatkan sebagai buah segar maupun untuk diolah sebagai jadi produk
lain seperti minuman fermentasi hasil perasan anggur yang mengandung alkohol
biasa disebut Wine, dikeringkan menjadi kismis dan untuk keperluan industri selai
dan jeli.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia sentra anggur terdapat di Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan,
Situbondo), Bali dan Kupang (NTT).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanaman anggur dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah, terutama di tepi-
tepi pantai, dengan musim kemarau panjang berkisar 4-7 bulan.
2) Angin yang terlalu kencang kurang baik bagi anggur.
3) Curah hujan rata-rata 800 mm per tahun. Dan keadaan hujan yang terus menerus
dapat merusak premordia/ bakal perbungaan yaitu tengah berlangsung serta
dapat menimbulkan serangan hama dan penyakit.
4) Sebaiknya sinar matahari yang banyak/udara kering sangat baik bagi
pertumbuhan vegetatif dan pembuahannya.
5) Suhu rata-rata maksimal siang hari 31 derajat C dan suhu rata-rata minimal
malam hari 23 derajat C dengan kelembaban udara 75-80 %.
Hal. 2 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Tanah yang baik untuk tanaman anggur adalah mengandung pasir, lempung
berpasir, subur dan gembur, banyak mengandung humus dan hara yang
dibutuhkan.
2) Derajat keasaman tanah yang cocok untuk budidaya anggur adalah 7 (netral).
Anggur akan tumbuh baik bila ditanam antara 5-1000 m dpl atau di daerah dataran
rendah. Perbedaan ketinggian akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Jenis Vitis vinifera menghendaki ketinggian 1-300 m dpl.
Jenis Vitis labrusca menghendaki ketinggian 1-800 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Pengadaan Benih
Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) dan vegetatif
(cangkok, stek cabang, stek mata, penyambungan).
Cara generatif bibit disemai di tempat yang telah disediakan. Cara vegetatif (stek)
yaitu :
a) Pembibitan dikerjakan dengan menyemaikan lebih dulu dalam pot /keranjang
sempai kira-kira selama 5 hari
b) Setelah itu dipindah ke media semai berupa campuran tanah, pupuk kandang
dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Media semai ini berupa
polybag/keranjang yang lebih besar dari tempat awal.
Hal. 3 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
4) Pemindahan Bibit
a) Sekitar 2 bulan tersebut bibit sudah tumbuh dan berakar banyak siap untuk
dipindah ke lapangan dengan memilih yang segar dan sehat kondisinya.
b) Penanaman dilakukan di awal musim kemarau/saat panas tertinggi.
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan dibersihkan dan tidak terlindung dari sinar matahari.
Pencangkulan untuk pembuatan lubang tanam dilakukan setelah ada pengaturan
jarak tanam yang sesuai dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Lubang dibiarkan
terkena sinar matahari selama 2-4 minggu.
3) Pengapuran
4) Pemupukan
Setelah 2-4 minggu lubang tanam diisi pupuk kandang, pasir dan tanah dengan
perbandingan 2:1:1.
Hal. 4 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Cara Penanaman
Penanaman bibit anggur terbaik pada saat musim kemarau, sekitar Juni dan Juli.
Setiap tanaman perlu lahan 20 m² termasuk para-paranya yang harus
dipersiapkan sebelum tanamannya tumbuh. Para-para ini berguna untuk
merayapkan batang dan cabangnya secara mendatar pada ketinggian 2 m. Setiap
tanaman juga diberi ajir bambu untuk titian setelah bibit ditanam, agar
pertumbuhannya dapat menjalar ke atas menuju para-para.
Penjarangan buah sangat penting karena buah yang terlalu rapat justru merusak
perkembangan buah dan menurunkan kualitas buah. Dalam penjarangan buah-
buah yang perlu dibuang adalah: (1) yang bertangkai panjang; (2) tidak sempurna
bentuknya; (3) buah yang ada di sebelah dalam; (4) buah yang terbentuk tanpa
adanya persarian.
Penjarangan dilakukan dalam dua tahap, tahap satu saat umur satu bulan setelah
pembungaan dan buah masih pentil, tahap dua dilakukan dua minggu setelah
tahap satu dan buah sebesar biji jagung. Untuk menjaga kualitas buah, juga perlu
dilakukan pembrongsongan (pembungkusan) buah. Pembungkusan dilakukan bila
dalam satu dompol buah sudah ada dua atau tiga buah yang masak. Bahan yang
umum dipakai bungkus adal kertas semen dan kertas koran.
2) Penyiangan
Hal. 5 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Perempalan
a) Perempalan bentuk pada anggur dilakukan mulai tanam sampai umur 1 tahun,
bertujuan untuk mendapat pertumbuhan yang baik, dengan cara membuang
tunas yang tidak perlu dan membiarkan satu tunas yang baik sebagai batang
pokok.
b) Perempalan untuk pembuahan dilakukan setelah anggur berumur 1 tahun.
Sebelum perempalan diperiksa dahulu dengan memotong ujung salah satu
cabang, bila meneteskan air perempalan dilaksanakan, tetapi bila tidak harus
ditunda. Perempalan dilakukan dengan memotong ranting-ranting, dengan
meninggalkan 2-4 mata tunas dan semua daun dibuang sehingga tanaman jadi
gundul. Dalam 1 tahun dilakukan 3 kali perempalan:
1. Tahap I : Maret-April, 90-110 hari
2. Tahap II : Juli-Agustus, 90-110 hari
3. Tahap III : Nov-Des, tahap ini sering gagal
Perempalan antara bulan November-Desember, tidak memperoleh hasil.
Tujuannya hanya untuk memelihara tingkat kesuburan tanaman sampai musim
hujan berakhir dan tanaman tidak rusak.
4) Pemupukan
Hal. 6 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Setelah masa pemangkasan, 2-3 hari sebelumnya diberi air kembali sampai
ujung ranting mengeluarkan air.
e) Pemberian dilakukan sampai buahnya hampir masak, setelah mulai tua
pemberian air dihentikan supaya buah tidak pecah dan busuk.
7) Pengaturan Bunga
Setelah dua minggu pemangkasan pembuahan, cabang tersier yang baru tumbuh
mengeluarkan sulur-sulur pembentukan bunga yang keluar dari mata ke 3, 4 dan
5. Bila ada cabang tersier yang tidak mengeluarkan sulur dapat diadakan
pemotongan dengan meninggalkan 3 mata bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan sulur. Cabang tersier yang baru muncul disisakan satu sulur saja,
agar menghasilkan dompol bunga yang besar dan buahnya bisa bermutu tinggi.
1) Phylloxera Vitifolia
Menyerang tanaman anggur baik muda maupun tua berakibat anggur jadi kering
dan mati. Yang diserang adalah daun dan akar tanaman secara langsung. Gejala
umum pada daun terbentuk bisul-bisul kecil dan akar membengkak seperti kutil.
Hama ini menetap di bawah kulit batang yang terkelupas dan dalam jaringan akar.
Bentuk kumbang kecil dan warna hitam mengkilat. Menyerang daun anggur pada
malam hari dan kumbang ini mudah tertarik oleh sinar lampu.
3) Wereng daun
4) Kutu putih
Hal. 7 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Ulat daun
6) Rayap
Serangan yang paling parah bila menggerogoti akar tanaman yang masih muda
sehingga membuat jadi layu dan akhirnya mati.
7.2. Penyakit
2) Powdery Mildew
Pada permukaan daun terdapat bedak tipis putih kelabu. Menyerang pucuk,
bunga dan buah muda bahkan dapat merusak ranting sehingga jadi kerdil dan
rusak.
4) Phakospora Vitis
Daun sebelah bawah tertutup tepung berwarna orange (massa sporanya).
5) Peronospora
Bila udara terlalu lembab jamur ini menyerang daun anggur dan dapat dikenali
karena spora berwarna kuning di bawah daun.
Hal. 8 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen anggur tergantung jenis yang ditanam, iklim dan tinggi tempat. Untuk
daerah rendah umur buah 90-100 hari setelah pangkas, daerah dataran tinggi umur
buah antara 105–110 hari. Tingkat kemasakan buah yang baik untuk dipanen adalah
warna dalam satu tandan telah rata, butir buah mudah lepas dari tandan dan
keadaan buah kenyal serta lunak.
Cara panen dilakukan dalam cuaca yang cerah dan di pagi hari dengan pemetikan
yang hati-hati (jangan sampai bedak hilang). Hasil pemetikan dimasukkan
keranjang/dos karton diusahakan penempatannya tidak menumpuk, agar buah yang
terletak di bawah tidak rusak dan pecah.
Dari areal tanaman anggur 1 ha dengan rasio jarak tanam 4 x 5, jumlah tanaman 500
batang dengan hasil panen per tahun rata-rata 7.500 kg anggur.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Penyortiran dilakukan dengan menyingkirkan buah yang rusak dan buah yang masih
terlalu muda dalam satu dompolan. Kemudian anggur digolongkan menurut ukuran
dompolan dan keseragaman besar buah.
Hal. 9 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9.3. Penyimpanan
Cara menggunakan keranjang bambu dilapisi kertas koran. cara ini kurang baik
karena banyak buah yang rusak. Cara terbaik dengan menggunakan kotak kayu
yang diisi dengan serbuk gergaji sehingga kerusakan buah dapat ditekan saat
pengangkutan.
Analisis biaya budidaya anggur dengan rasio jarak tanam 4 x 5 luas (500 pohon) dan
luas lahan 1 ha di daerah Malang tahun 1999.
Hal. 10 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Keuntungan
1. Keuntungan dalam 5 tahun Rp. 89.103.000,-
2. Keuntungan/tahun Rp. 17.820.600,-
Catatan :
- Dalam kenyataan produksi 1 pohon dapat mencapai 20–30 kg dan dalam 1 tahun
bisa 3 kali panen.
- Umur tanaman anggur semakin lama semakin produktif dan dapat mencapai 25–
30 tahun.
Jenis buah import yang telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia antara
lain anggur. Produk anggur dalam negeri belum mengimbangi permintaan pasar
(konsumen) domestik, sehingga tiap tahun masih mengimpor. Berdasarkan data
BPS (Badan Pusat Statistik) Impor anggur Indonesia tahun 1991-1995 mencapai
26.501.977 kg senilai US $ 36.527.300 atau rata-rata pertahun sebesar 5.300.395,4
kg senilai US $ 7.305.406.
Dengan kondisi tersebut maka pada masa kini dan yang akan datang budidaya
anggur sangat menjanjikan bagi para produsen. Sehingga saat ini telah mulai
dikembangkan budidaya anggur dengan skala besar dan pengolahan yang intensif.
Standar mutu anggur di Indonesia masih belum, namun ditingkat petani sudah ada
standar mutu berdasar dompolan, ukuran buah dan rasa.
11.2. Diskripsi
Banyaknya buah dalam dompolan menjadi ukuran mutu yang menunjukkan tingginya
produksi. Sedang ukuran buah yang seragam dan rasa akan menaikkan nilai jual
dalam pemasaran.
Hal. 12 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.5. Pengemasan
Standar pengemasan anggur adalah buah dalam baik saat pengangkutan sampai ke
tempat tujuan. Pengemasan terbaik dengan menggunakan kotak kayu yang diisi
serbuk gergaji sehingga anggur tetap terjaga keutuhannya.
KEMBALI KE MENU
Hal. 13 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
APEL
( Malus sylvestris Mill )
1. SEJARAH SINGKAT
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat
dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga
saat ini.
2. JENIS TANAMAN
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
1) Divisio : Spermatophyta
2) Subdivisio : Angiospermae
3) Klas : Dicotyledonae
4) Ordo : Rosales
5) Famili : Rosaceae
6) Genus : Malus
7) Spesies : Malus sylvestris Mill
Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang
memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara
lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.
Hal. 1/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. MANFAAT TANAMAN
Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan
para pelaku diet sebagai makanan substitusi.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra
produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan
(Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan
berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang
banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa
Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150
hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan
kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan
bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap
harinya, terutama pada saat pembungaan.
3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.
1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai
lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai
aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen,
pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan
kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang
cukup.
5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga
bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
Hal. 2/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl.
dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Syarat batang bawah: merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentuk
pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas
adalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat dan memilki sifat-sifat
unggul.
2) Penyiapan Benih
a) Anakan / siwilan
1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit
batang kecoklatan.
2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara
menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara
berlahan-lahan dan hati-hati.
3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu
ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.
b) Rundukan (layering)
1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:
- Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkan
melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah;
penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat
dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.
Hal. 3/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
c) Stek
Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus),
sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F untuk
merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan
ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1
cm dan perakaran cukup cukup kuat.
3) Teknik Pembiitan
a) Penempelan
1. Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan,
diameter batang ± 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.
2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon
apel varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah
dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm
(Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati
agar matanya tidak rusak
3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cm
dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel.
Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.
4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel
dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian
tempelan.
5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres
dengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna
hijau segar dan melekat.
6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan
posisi milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang.
Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu
pertumbuhan mata tunas.
b) Penyambungan
1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 cm dari leher akar.
3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang
2-5 cm.
Hal. 4/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemeliharaan pembibitan
5) Pemindahan Bibit
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
3) Pembentukan Bedengan
Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur
penanaman.
Hal. 5/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pengapuran
5) Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak
20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan
selama 2 minggu.
Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan
menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi
udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.
Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas
Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome
Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
3. Cara Penanaman
Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah).
Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.
Hal. 6/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan
tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat
ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma
yang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami apel
dengan jarak tanam yang rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan
karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidak
dapat tumbuh.
3) Pembubunan
4) Perempalan/Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas
yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6
mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit
dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun
yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat
bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).
5) Pemupukan
Hal. 7/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7) Penyemprotan Pestisida
Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat
beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama
tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama dan
penyakit.
8) Pemeliharaan Lain
a) Perompesan
Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di
darah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerah
iklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah
panen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel
5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).
Hal. 8/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Pelengkungan cabang
Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas
lateral dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah.
Tunas lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu
terbentuknya buah.
c) Penjarangan buah
Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam,
kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal
(terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik
satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.
d) Pembelongsongan buah
Dilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak
berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya
berlubang. Tujuan buah terhindar dari serangan burung dan kelelawar dan
menjaga warna buah mulus.
Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8
mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna
hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari.
Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan sel-
sel daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas
muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu
yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam
(embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga,
buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek. Pengendalian: (1) sanitasi
kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami
coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation)
dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air
dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a.
Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/ha
air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikan
sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas ke bawah. Penyemprotan
Hal. 9/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah
bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.
Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau menyerang
daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat
menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah
menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1) dengan
musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC
sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per
hektar dengan interval 2 minggu.
3) Trips
Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuning-
kuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila
tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun,
kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintik-
bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal;
(3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan
bekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan
membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk
terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a.
Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan
dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan
pembentukan buah.
Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen
sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau
setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan
rambut halus berwarna coklat muda. Gejala: menyerang daun, mengakibatkan
lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Pengendalian: (1) secara
mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan
penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW
(b.a. Monocrotofos).
Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang
HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran
kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8
mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum. Gejala:
menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun
muda, tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel; daun yang
Hal. 10/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah
kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang
merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua
sisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm. Gejala:
menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daun-
daunnya dengan kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balik
daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur yang
biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron
20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.
Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera
memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur
pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-benjol.
Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2)
membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak
0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas
tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang
digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang
dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.
7.2. Penyakit
Hal. 11/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih
tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun
tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian: (1) jarak tanam
tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar; (2) disemprot
fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari
setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX
200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes
dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.
Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange.
Pengendalian: tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan
Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.
Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu
daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu
membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas
lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar,
tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar
Hal. 12/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah
bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih
tinggi, umur buah lebih panjang.
Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak
fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk
menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran
buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan
bila ditekan terasa kres.
Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara
serempak untuk setiap kebun.
Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang
telah dilakukan.
Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel
adalah 6-15 kg/pohon.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar
matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yang
tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan
jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang
untuk diseleksi.
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit
dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah
yang dipanen yang dapat menurunkan mutu produk.
Hal. 13/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9.3. Penyimpanan
Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain, misal
Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127-
141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu
minus 6-0 derajat C dengan precooling 2,2 derajat C.
Perkiraan analisis budidaya apel skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun di
daerah Jawa Timur tahun 1999.
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 10 tahun @ Rp. 1.000.000,- Rp. 10.000.000,-
2. Bibit 400 tanaman @ Rp. 3.500,- Rp. 1.400.000,-
3. Pupuk kandang
- Tahun ke-1, 67 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.005.000,-
- Tahun ke-2, 83 m3 Rp. 1.245.000,-
- Tahun ke-3, 100 m3 Rp. 1.500.000,-
- Tahun ke-4, 125 m3 Rp. 1.875.000,-
- Tahun ke-5, 150 m3 Rp. 2.250.000,-
- Tahun ke-6, 175 m3 Rp. 2.625.000,-
4. Pupuk Urea
- Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 112.800,-
- Tahun ke-2, 100 kg Rp. 141.000,-
- Tahun ke-3, 145 kg Rp. 204.450,-
- Tahun ke-4, 152 kg Rp. 214.320,-
- Tahun ke-5, 222 kg Rp. 313.020,-
- Tahun ke-6, 333 kg Rp. 469.530,-
5. Pupuk SP 36
- Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 133.575,-
- Tahun ke-2, 85 kg Rp. 174.675,-
- Tahun ke-3, 100 kg Rp. 205.500,-
- Tahun ke-4, 100 kg Rp. 205.500,-
- Tahun ke-5, 111 kg Rp. 228.105,-
- Tahun ke-6, 166 kg Rp. 341.130,-
Hal. 14/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. Pupuk KCl
- Tahun ke-1, 26 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 66.300,-
- Tahun ke-2, 50 kg Rp. 127.500,-
- Tahun ke-3, 73 kg Rp. 186.150,-
- Tahun ke-4, 152 kg Rp. 387.600,-
- Tahun ke-5, 333 kg Rp. 849.150,-
- Tahun ke-6, 500 kg Rp. 1.275.000,-
7. Pupuk daun
- Tahun ke-1, 3 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 162.000,-
- Tahun ke-2, 6 liter Rp. 324.000,-
- Tahun ke-3, 8 liter Rp. 432.000,-
- Tahun ke-4, 10 liter Rp. 540.000,-
- Tahun ke-5, 10 liter Rp. 540.000,-
- Tahun ke-6, 10 liter Rp. 540.000,-
8. Obat dan Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)
- Tahun ke-1 Rp. 3.000.000,-
- Tahun ke-2 Rp. 4.400.000,-
- Tahun ke-3 Rp. 4.840.000,-
- Tahun ke-4 Rp. 5.668.000,-
- Tahun ke-5 Rp. 8.400.000,-
- Tahun ke-6 Rp. 11.104.000,-
9. Peralatan
- Cangkul 20 buah @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
- Sprayer 3 buah @ Rp. 300.000,- Rp. 900.000,-
- Gunting Pangkas 5 buah @ Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-
10. Tenaga kerja
- Tenaga tetap 1 orang Rp. 960.000,- Rp. 5.760.000,-
- Pengolahan lahan tahun ke-1 15 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-
- Pengolahan lahan tahun ke-2-6, 40 HOK @ Rp. 200.000,- Rp. 1.000.000,-
- Buat lubang tanam 70 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 350.000,-
- Penanaman 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Penyiangan 20 HOK/thn @ Rp. 100.000,- Rp. 600.000,-
- Pemupukan
- Tahun ke-1 dan ke-2, 30 HOK @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-
- Tahun ke-3 40 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 200.000,-
- Tahun ke-4, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke 5, 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-
- Tahun ke-6, 75 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-
- Pengendalian HPT
- Tahun ke-1, 24 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 120.000,-
- Tahun ke-2, 36 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-
- Tahun ke-3, 48 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 240.000,-
- Penyemprotan Hama
- Tahun Ke-1, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke-2, 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-
- Tahun ke-3, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
- Penyemprotan penyakit
Hal. 15/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Menurut analisis Pudji Santoso dkk (1988) dalam Bambang Sularso menunjukan
bahwa BEP usaha tani apel pada tanah sawah Rp. 33.916.000 dan untuk tanah tegal
Rp. 45.034.000 dapat dicapai pada skala minimum seluas 0,164 ha (sawah) dan
0,39 ha (tegal). Hal ini berarti bahwa bila petani menanam apel lebih dari skala
minimum tersebut, petani telah mendapatkan keuntungan.
Dari segi agribisnis, apel tergolong tanaman yang sangat komersial. Hal ini didukung
oleh beberapa alasan yaitu:
1) Iklim: Apel merupakan tanaman yang selektif. Artinya apel merupakan tanaman
yang hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah-daerah
tertentu yang iklimnya menunjang. Di dunia tanaman apel banyak diproduksi oleh
negara-negara empat musim, sedangkan didaerah tropis hanya beberapa daerah
yang berhasil misalnya Malang.
Hal. 16/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pasar apel Indonesia; selama ini pasar apel Indonesia dipenuhi melalui impor dari
negara-negara Eropa dan Australia. Sejak bekembangnya apel di Indonesia pasar
ini sedikit demi sedikit diambil alih oleh produksi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat
data BPS yang menunjukkan peningkatan produksi apel nasional 7.303.372 ton
(1984) menjadi 9.046.276 ton (1988) atau meningkat 17,5%. Target akhir adalah
pemenuhan konsumsi nasional dan ekspor.
3) Faktor lain; yaitu pengembangan apel sebagai komoditi agrowisata dan
pengembangan makanan olahan dari apel seperti jenang apel dan jelli apel.
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari
setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai
diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil
7.
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15
(minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
Hal. 17/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.5. Pengemasan
Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih
maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:
nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,
negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
KEMBALI KE MENU
Hal. 18/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
DAHLIA
( Dahlia spp. L. )
1. SEJARAH SINGKAT
Dahlia merupakan tanaman bunga hias berupa tumbuhan tahunan yang tegak.
Tanaman ini berasal dari pegunungan Meksiko. Dahlia termasuk tanaman hias yang
terlambat dibudidayakan. Di Eropa budidaya dimulai tahun 1789, dari Royal
Botanical Garden di Madrid, Spanyol dan menyebar ke seluruh Eropa Barat.
Walaupun perkembangannya sangat lambat, pada tahun 1841 sudah terdapat 1.200
varietas. Dahlia didatangkan ke Jawa Barat dari negeri Belanda pada masa
penjajahan di abad ke 19.
Saat ini dahlia menjadi komoditi bunga potong/bunga pot yang penting di berbagai
belahan dunia. Di luar negeri, bunga ini mempunyai prospektif sehingga dibentuk
kelompok pemerhati bunga dahlia seperti Dahlia Society of India, National Dahlia
Society of United kingdom dan American Dahlia Society.
Hal. 1/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman dahlia adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Compositae
Genus : Dahlia
Spesies : Dahlia spp. L.
Tanaman Dahlia yang dibudidayakan terdiri atas Dahlia pohon yang tingginya bisa
mencapai beberapa meter dan berupa tanaman perdu (tanaman berkayu namun
tetap rendah). Bunga dahlia memiliki warna : putih, kuning, jingga, violet, merah,
ungu atau campurannya. Diameter bunga terkecil sekitar 5 cm sedangkan yang
terbesar sekitar 30 cm. Spesies dahlia yang ada saat ini adalah D. pinnata, D.
variabilis, D. coccinea, D. juarezii.
3. MANFAAT TANAMAN
Bunga dahlia kaktus yang berwarna putih selalu diperdagangkan karena merupakan
jenis bunga yang banyak dipakai untuk merangkai bunga dukacita. Jenis Dahlia lain
yang kaya warna (dahlia besar dan dahlia kecil) dijual di dalam polibag untuk
digunakan sebagai tanaman di luar rumah.
Dahlia adalah tanaman berubi. Ubi dahlia mengandung hampir 70 prosen pati dalam
bentuk inulin. Inulin murni hasil ekstraksi dari ubi dahlia dimanfaatkan di bidang
kedokteran. Jika inulin difermentasi oleh enzim tertentu atau oleh jamur tanah, inulin
akan berubah menjadi fruktosa, suatu gula yang banyak digunakan dalam
pengawetan makanan atau pembuatan sirup. Karena itu, pemanfaatan inulin dari
dahlia melalui biokonversi menjadi gula fruktosa.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia untuk tujuan komersil, dahlia dibudidayakan di dataran tinggi Lembang
dan Cianjur (Jawa Barat).
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
Hal. 2/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tanaman dapat tumbuh baik pada daratan tinggi dengan ketinggian optimum 700-
1.000 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Hal. 3/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
padi dan pupuk kandang (6:1) dan dipelihara sampai siap jual tanpa
dipindahtanam selama 3 hari.
c) Perbanyakan vegetatif dari ubi
Dilakukan pada dahlia kaktus dan semi kaktus. Ubi diambil dari tanaman
berumur 7 bulan. Untuk mendapatkan ubi, batang tanaman yang telah habis
masa berbunga pertamanya dipotong sampai 10 cm dari permukaan tanah.
Tanah digali dan ubi diangkat bersama dengan batang utamanya.
2) Pemeliharaan Penyemaian
a) Tanaman di Persemaian
Selama persemaian tanaman disiram satu hari sekali dan tidak diberi pupuk
karena makanan sudah cukup banyak didapatkan dari bedengan. Penyiangan
gulma harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak bibit yang
masih mudah rusak.
b) Tanaman di dalam polibag
Tanaman disiram 1-2 hari sekali (pagi-sore) kecuali jika hari hujan. Gulma
jarang tumbuh, jika ada disiangi dengan cara dicabut atau diambil dengan
cangkul kecil Untuk mencegah hama/penyakit, tanaman disemprot dengan
pestisida antracol/Basudin 2 minggu sekali di saat pergantian musim kemarau-
hujan dan musim hujan. Pupuk daun Gandasil dan 1 gram NPK diberikan 1
minggu sekali.
a) Media tanam berupa sekam dan pupuk kandang (6:1) dicampur merata.
b) Masukkan media ke dalam polybag 30 x 20 cm sampai mengisi 90 prosen
volume.
c) Buat lubang tanam ditengah media, tambahkan 1 gram pupuk NPK.
d) Masukkan bibit dari polybag kecil dan padatkan media di sekitar batang. Siram
sampai lembab.
e) Selanjutnya tanaman diberi pupuk NPK sebanyak 1 gram setiap dua minggu.
Penyemprotan dengan pestisida Antracol dan Basudin dilakukan jika terlihat
gejala serangan penyakit.
f) Pemangkasan daun perlu dilakukan agar bunga yang dihasilkan berkualitas
baik. penjarangan bunga bertujuan untuk mendapatkan bunga dengan ukuran
maksimal. Kriteria penjarangan bunga adalah:
1. Di setiap pucuk lateral hanya terdapat 6 kuntum bunga dihitung sampai buku
ke tiga untuk tanaman Dahlia mini.
2. Di setiap pucuk utama dan pucuk lateral hanya terdiri atas 3 kuntum bunga
untuk tanaman Dahlia yang besar.
Hal. 4/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat dengan lebar 70 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai dengan
kondisi lahan dan jarak antar bedengan 55 cm. Setelah bedengan terbentuk,
tanah diolah sedalam 45 cm beberapa kali dengan cangkul. Tambahkan pupuk
kandang setebal 15 cm (10-15 ton/ha) dan campur dengan 45 cm tanah
bedengan. Haluskan tanah bedengan sampai kedalaman 15 cm. Rapikan kembali
bedengan.
Ubi diletakkan mendatar di dasar lubang dan tutup dengan tanah setebal 5 cm.
Dari tunas yang tumbuh hanya satu atau dua yang dibiarkan tetap tumbuh.
2) Penyiangan
Dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma dan pada saat pemupukan sert
pembumbunan. Pencegahan tumbuhnya gulma dapat dilakukan dengan
menghamparkan mulsa organik di antara tanaman. Ketika tanaman mencapai 1
m, tanaman dibumbun dan disangga dengan 2 batang bambu agar tidak rebah.
3) Pemupukan
Dilakukan setiap 10 hari dengan urea, SP-36 dan KCl masing-masing 2 gram atau
NPK sebanyak 5 gram. Pemberian pertama 10 hari setelah pindah tanam. Pupuk
diberikan di dalam larikan sejauh 15 cm dari pangkal batang. Tutup pupuk dengan
tanah.
Hal. 5/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
2) Virus
Penyebab: jenis virus CMV, TSV, TSWV dan DMV. Gejala: pertumbuhan
tanaman abnormal sehingga tanaman kerdil. Pengendalian: mengendalikan
perkembangan vektor serangga seperti aphid atau trips, merendam benih dalam
air panas, menghancurkan tanaman terinfeksi dan menyemprotkan insektisida.
Metode yang lebih baik untuk mengeliminasi virus adalah menggunakan bibit dari
kultur jaringan dan mendeteksi keberadaan virus dengan test ELISA.
8. PANEN
Panen tanaman dahlia dapat berupa bunga dan ubi Ubi yang dijadikan bahan
pemanis diambil dari dahlia besar, dahlia kaktus atau semi kaktus.
Hal. 6/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Bunga: tiga bulan setelah tanam, bunga pertama dapat dipetik 2 kali seminggu
sampai 4 bulan kemudian. Bunga yang siap dipetik telah mekar penuh dengan
diameter 10 cm.
2) Ubi: ubi dipanen pada waktu tanaman berumur 7 bulan setelah tanam.
1) Bunga: bunga dahlia kaktus (ungu muda) dipetik dengan cara memotong tangkai
bunga sepanjang 20 cm dari dasar bunga. Bunga dahlia semi kaktus dipanen
dengan cara memotong tangkai bunga sepanjang 50 cm dari dasar bunga.
2) Ubi: seluruh tanaman dibiarkan tumbuh beberapa hara supaya sisa-sisa makanan
di dalam batang utama dapat diserap oleh umbi. Batang dipotong sampai
ketinggian 10 cm dari pangkal batang, tanah di sekitar batang digali dan ubi
diangkat bersama-sama dengan batangnya.
1) Bunga: untuk areal tanam 1 tumbak (14 m2), dihasilkan bunga sebanyak 1500
kuntum setiap minggu selama 4 bulan panen.
2) Ubi: besar ubi dan produksi ubi per batang tergantung dari jenis dahlia. Dahlia
kaktus menghasilkan ubi yang besar dan dapat mencapai 2 kg/tanaman. Dalam
10 tumbak (140 m2) dihasilkan 400 kg ubi.
9. PASCAPANEN
1) Bunga
Setiap 50 tangkai diikat dan dibungkus daun pisang, biasanya bunga langsung
dijual ke pasar bunga (konsumen).
2) Ubi
Untuk mendapatkan gula fruktosa dari ubi dahlia dilakukan perlakuan sebagai
berikut:
1. Ubi dicuci bersih, dikupas dan dipotong-potong setebal 1 cm.
2. Potongan ubi digodog dengan air selama 20 menit.
Perkiraan analisis budidaya dahlia didasarkan pada luas lahan 30 tumbak (420 m2)
pada tahun 1999 di Lembang, Jawa Barat.
Hal. 7/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Biaya produksi
1. Sewa lahan 420 m2 untuk 1 musim tanam Rp. 100.000,-
2. Bibit: 2000 @ Rp. 1.000,- Rp. 2.000.000,-
3. Pupuk
- Pupuk kandang Rp. 45.000,-
- Pupuk buatan Rp. 525.000,-
4. Pestisida Rp. 750.000,-
5. Alat (polibag, sekam dll) Rp. 2.750.000,-
6. Tenaga kerja Rp. 2.625.000,-
7. Lain-lain Rp. 500.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 9.295.000,-
2) Pendapatan: 25.000 kuntum x 16 minggu @ Rp.35,- Rp. 14.000.000,-
3) Keuntungan Rp. 4.705.000,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. rasio output/input = 1,506
Harga dahlia mini di dalam polibag antara Rp. 600,- sampai Rp. 1.000,- dan dahlia
besar di dalam polibag antara Rp.1.000,- sampai Rp.1.500,-. Tanaman dijual di
kebun dan selalu habis sebelum bunganya mekar. Dengan biaya produksi termasuk
buruh sekitar Rp. 350,- sampai Rp. 400,- per polibag, penjualan dahlia sebagai
tanaman pot atau tanaman di luar rumah akan menguntungkan.
Dahlia adalah tanaman hias yang sangat digemari di manca negara tetapi di
Indonesia belum terlalu populer. Berbagai festival Dahlia sering dilaksanakan di
Inggris, Amerika atau India. Masa depan bunga ini di Indonesia akan lebih baik
seiring dengan minat masyarakat untuk menjadikan bunga sebagai salah satu
kebutuhan.
Standar produksi meliputi: klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh
dan pengemasan.
Hal. 8/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.2. Deskripsi
Dari satu partai atau lot bunga dahlia yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan,
contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut dalam data di atas:
a) Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.
b) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai
6–100.
c) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai
101–300.
d) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai
301–500.
e) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai
501–1001.
Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya
tiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai,
diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secara
acak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambil
contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan
diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.
11.5. Pengemasan
1) Pangkal tangkai bunga dahlia potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan
pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong
plastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang
sesuai.
2) Satu ikatan terdiri dari 20 tangkai bunga dan dibungkus dengan pembungkus dari
kertas khusus Sleeves. Kuntum tidak tertutup seludang, pangkal bunga diberi
kapas basah.
3) Pengepakan dilakukan dalam kotak kardus dengan kapasitas 10 ikatan. Pada
bagian luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau kode produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara tujuan.
Hal. 9/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pengangkutan dilakukan dengan alat angkut bersuhu udara 7-8 derajat C dengan
kelembaban udara 60-65 %.
KEMBALI KE MENU
Hal. 10/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
DUKU
( Lansium domesticum Corr. )
1. SEJARAH
Duku (Lansium domesticum Corr) merupakan tanaman buah berupa pohon yang
berasal dari Indonesia. Sekarang populasi duku sudah tersebar secara luas di
seluruh pelosok nusantara. Selain itu ada yang menyebutkan duku berasal dari Asia
Tenggara bagian Barat, Semenanjung Thailand di sebelah Barat sampai Kalimantan
di sebelah Timur. Jenis ini masih dijumpai tumbuh liar/meliar kembali di wilayah
tersebut dan merupakan salah satu buah-buahan budidaya utama.
2. JENIS TANAMAN
Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti duku
komering, duku metesih dan duku condet.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman duku sebagai makanan buah segar atau makanan olahan
lainnya. Bagian lain yang bermanfaat adalah kayunya yang berwarna coklat muda
keras dan tahan lama, digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan dan
sebagainya. Kulit buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan sebagai obat anti diare
dan obat menyembuhkan demam. Sedangkan kulit kayunya yang rasanya sepet
Hal. 1/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
digunakan untuk mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu digunakan untuk
menyembuhkan bekas gigitan kalajengking.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia duku terutama ditanam di daerah Jawa (Surakarta), Sumatera
(Komering, Sumatera Selatan) dan Jakarta (Condet).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Angin tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman duku tetapi tidak
dapat tumbuh optimal di daerah yang kecepatan anginnya tinggi.
2) Tanaman duku umumnya dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi dan
merata sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah dengan
iklim basah sampai agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun.
3) Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi.
4) Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah dengan suhu
rata-rata 19 derajat C.
5) Kelembaban udara yang tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman
duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah dapat menghambat pertumbuhan
tanaman duku.
1) Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak mengandung
bahan organik, subur dan mempunyai aerasi tanah yang baik. Sebaliknya pada
tanah yang agak sarang/tanah yang banyak mengandung pasir, tanaman duku
tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan pengairan yang
cukup.
2) Derajat keasaman tanah (pH) yang baik untuk tanaman duku adalah 6–7,
walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam.
3) Di daerah yang agak basah, tanaman duku akan tumbuh dan berproduksi dengan
baik asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang dari 150 m di bawah
permukaan tanah (air tanah tipe a dan tipe b). Tetapi tanaman duku tidak
menghendaki air tanah yang menggenang karena dapat menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman.
4) Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng karena tanaman duku
tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang tergenang. Sehingga jika
tempatnya agak lereng, air hujan akan terus mengalir dan tidak membentuk suatu
genangan air.
Hal. 2/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Umumnya tanaman duku menghendaki lahan yang memiliki ketinggian tidak lebih
dari 650 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Kualitas bibit tanaman duku yang akan ditanam sangat menentukan produksi
duku. Oleh sebab itu bibit duku harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Bebas dari hama dan penyakit
b) Bibit mempunyai sifat genjah
c) Tingkat keseragaman penampakan fisik seperti warna, bentuk dan ukuran lebih
seragam dari bibit lain yang sejenis
d) Bibit cepat tumbuh.
2) Penyiapan Benih
Pertumbuhan awal semai itu lambat sekali, dengan pemilihan yang intensif
diperlukan waktu 10–18 bulan agar batang duku berdiameter sebesar pensil, yaitu
ukuran yang cocok untuk usaha penyambungan atau penanaman di lapangan,
tetapi di kebanyakan pembibitan untuk sampai pada ukuran tersebut diperlukan
waktu 2 kali lebih lama. Perbanyakan dengan stek dimungkinkan dengan
menggunakan kayu yang masih hijau, namun memerlukan perawatan yang teliti.
Terkadang cabang yang besar dicangkok, sebab pohon ynag diperbanyak dengan
cangkokan ini dapat berbuah setelah beberapa tahun saja, tetapi kematian setelah
cangkokan dipisahkan dari pohon induknya cenderung tinggi presentasenya.
Waktu penyemaian benih sebaiknya pada musim hujan agar diperoleh keadaan
yang selalu lembab dan basah.
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Bibit duku tidak memerlukan perawatan khusus kecuali pemberian air yang cukup
terutama pada musim kemarau. Selama 2 atau 3 minggu sejak bibit duku ditanam
perlu dilakukan penyiraman dua kali setiap hari yaitu pagi dan sore hari, terutama
pada saat tidak turun hujan. Selanjutnya cukup disiram satu kali setiap hari. Kalau
pertumbuhannya sudah benar-benar kokoh, penyiraman cukup dilakukan
penyiraman secukupnya jika media penyemaian kering.
Penyulaman pada bibit diperlukan jika ada bibit yang mati maupun bibit yang
pertumbuhannya terhambat. Rumput liar yang mengganggu pertumbuhan bibit
juga hrus dihilangkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit perlu diberi pupuk
baik pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos maupun pupuk anorganik
berupa pupuk TSP dan ZK sesuai dengan dosis dan kadar yang dianjurkan.
5) Pemindahan Bibit
Umur bibit yang siap tanam adalah sekitar 2-3 bulan dengan tinggi bibit 30-40 cm.
Kegiatan pemindahan bibit harus memperhatikan kondisi fisik bibit waktu yang
tepat
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Pembentukan Bedengan
4) Pengapuran
Kegiatan pengapuran sangat diperlukan jika kondisi pH tanah tidak sesuai dengan
persyaratan pH tanah untuk tanaman duku. Cara pengapuran dapat dilakukan
dengan penyiraman di sekitar tanaman duku. Jumlah dan dosis pengapuran harus
sesuai dengan kadar yang dianjurkan.
Variasi jarak tanam yang lain adalah ukuran 7x8 m, 8x9 m, 9x9 m, 9x10 m.
Namun hal yang perlu diperhatikan adalah jarak tanam harus cukup lebar, karena
jika tanamannya sudah dewasa tajuknya membutuhkan ruangan yang cukup luas.
Salah satu variasi tersebut dapat diterapkan tergantung kondisi tanah terutama
tingkat kesuburannya. Seandainya diterapkan jarak tanam 10x10 m, berarti untuk
lahan yang luasnya satu hektar akan dapat ditanami bibit duku sebanyak 100
pohon.
3) Cara Penanaman
Penanaman bibit duku sebaiknya menunggu sampai tanah galian memadat atau
tampak turun dari permukaan tanah sekitarnya. Sebelum penanaman dilakukan,
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
maka tanah pada lubang tanam digali terlebih dahulu dengan ukuran kira-kira
sebesar kantung yang dibuat untuk membungkus bibit. Setelah itu pembungkus
bibit dibuka dan tanaman dimasukkan dlam lubang tanam. Hal yang perlu
diperhatikan adalah posisi akar tidak boleh terbelit sehingga nantinya tidak
mengganggu proses pertumbuhan. Pada saat penanaman bibit, kondisi tanah
harus basah/disiram dahulu.
Penanaman bibit duku jangan terlalu dangkal. Selain itu permukaan tanah yang
dibawa oleh bibit dari kantung pembungkus harus tetap terlihat. Setelah bibit
tanam, maka tanah yang ada disekitarnya dipadatkan dan disiram dengan air
secukupnya. Disekitar permukaan atas lubang tanam dapat diberi bonggol pisang,
jerami, atau rumput-rumputan kering untuk menjaga kelembaban dan menghindari
pengerasan tanah.
Penyulaman tanaman duku juga perlu dilakukan jika ada tanaman duku yang mati.
Tumbuhan liar atau gulma juga harus dibersihkan secara rutin. Radius 1-2 meter
dari tanaman duku harus bersih.
2) Penyiangan
3) Pemupukan
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pemupukan duku dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar tanaman duku
sedalam 30-50 cm dengan lebar yang sama. Lubang pupuk tersebut dibuat
melingkar yang letaknya tepat disekeliling tajuk tanaman.
Tanaman duku hanya memerlukan pemberian air yang cukup terutama pada
musim kemarau. Selain itu juga tanaman duku sudah cukup kuat dan kokoh maka
penyiraman dilakukan seperlunya saja. Di sekitar lubang tanam sebaiknya dibuat
saluran air untuk mencegah air yang tergenang baik yang berasal dari hujan
maupun air penyiraman.
1) Kelelawar
Buah duku yang diincar kelelawar adalah buah duku yang matang dan siap
dipanen. Pengendalian: untuk mencegah gangguan kelelawar ini adalah dengan
membungkus buah duku sejak buah itu berukuran kecil. Bahan pembungkus
dapat berupa ijuk tanaman aren, kain bekas, bongsang yang terbuat dari anyaman
bambu.
Hama ini menyerang daun dan batang duku. Pengendalian: (1) dengan cara
pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin; (2) menggunakan
insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya.
Gejala: menyerang buah duku yang sudah matang, sehingga buah duku
berlubang dan busuk bila air hujan masuk ke dalamnya. Pengendalian: sama kutu
perisai.
Hama yang menutupi kuncup daun dan daun muda buah duku. Pengendalian:
sama kutu perisai.
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
Merupakan penyakit yang berbahaya karena menyerang pohon dan buah duku.
Pengendalian: (1) dengan pemeliharaan tanaman yang baik; (2) disemprot
dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
7.3. Gulma
Adanya gulma seperti rumput liar dan alang-alang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman duku. Gulma ini harus dihilangkan dengan cara penyiangan dan untuk
mencegah gulma ini dapat digunakan obat-obatan kimia.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur tanaman duku dapat mencapai 300 tahun atau lebih, tergantung dari sifat atau
jenisnya, cara pemeliharaan dan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Produktivitas
buahnya yang siap panen juga sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Buah
duku yang siap dipanen biasanya kulit buah berwarna kuning kehijau-hijauan bersih
dan bahkan telah menjadi kuning keputih-putihan serta buah agak lunak. Tanda-
tanda lainnya adalah getah pada kulit buahnya sudah tampak berkurang atau tidak
ada getah sama sekali pada kulit buah duku, jika buah masih berwarna hijau berarti
buah belum matang dan tidak siap dipanen.
Tanaman duku yang diperbanyak dengan biji, biasanya mulai berbunga sekaligus
berbuah pada umur tanaman 12 tahun bahkan lebih. Sedangkan untuk tanaman
Hal. 8/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Buah duku biasanya dipanen dengan cara dipanjat pohonnya dan dipotongi tandan–
tandan buahnya yang matang dengan pisau atau gunting pangkas. Hendaklah
berhati-hati agar tidak melukai bagian batang tempat menempelnya gagang tandan,
sebab perbungaan berikutnya juga akan muncul disitu juga.
Pada umumnya, tanaman duku mulai berbunga sekitar bulan September dan
Oktober setiap tahunnya dan buahnya yang masak mulai dapat dipungut setelah 6
bulan kemudian sejak keluarnya bunga, yaitu sekitar bulan Februari atau Maret.
Penyerbukan bunga duku biasanya terjadi secara silang oleh perantaraan serangga
seperti lebah madu, walupun penyerbukan sendiri sering pula terjadi. Masa
keluarnya bunga duku yang pertama tergantung pada kondisi lingkungan dan
sifat/jenis dari tanaman duku tersebut.
Musim panen duku pendek sekali, buah langsat matang sedikit lebih awal dari buah
duku. Di daerah tertentu tipe buah duku-langsat menghasilkan 2 kali panen pertahun
(walupun tidak jelas apakah masing-masing pohon berbuah lebih dari sekali setiap
tahunnya), dan waktu panen itu juga bervariasi untuk berbagai daerah, sehingga di
pasar-pasar induk buah duku dapat diperoleh selama 4 bulan (di Thailand dan
Filiphina pada bulan Juli sampai Oktober) sampai 8 bulan (di Semenanjung Malaysia
pada bulan Juni sampai Februari).
Hasil Panen buah duku agak bervariasi. Suatu kecenderungan adanya 2 kali
berbuah telah dilaporkan di Filiphina. Pohon duku yang berumur 10 tahun dapat
menghasilkan 40-50 kg, buah duku meningkat menjadi 80–150 kg pada umur pohon
30 tahun, hasil maksimumnya menurut laporan yang ada mencapai 300 kg per
pohon. Angka-angka mengenai luasan lahan dan produksi tersebut di atas jika
dihitung menjadi hasil rata-rata akan diperoleh angka 2,5 ton per hektar untuk negara
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Filiphina dibandingkan dengan 3,6 ton per hektar untuk langsat dan 5,6 ton per
hektar untuk duku di Thailand.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah buah dipanen, maka buah duku tersebut dikumpulkan disuatu tempat yang
kering dan tidak berair.
Dalam skala usaha komersial, buah duku yang sudah dipanen sudah barang tentu
harus disortir terlebih dahulu. Sortasi terutama dilakukan berdasarkan ukuran besar
kecilnya buah duku, sekaligus membuang buah yang busuk atau cacat dan
menyingkirkan tandannya. Buah duku tidak biasa dijual bersama dengan tandannya,
karena ada orang yang senang membeli buah duku tanpa disertai tandannya.
9.3. Penyimpanan
Duku merupakan buah yang sangat mudah rusak karena kulit buahnya akan
berubah menjadi coklat dalam 4 atau 5 hari setelah dipanen. Buah dapat dibiarkan
dipohonnya selama beberapa hari menunggu sampai tandan-tandan lainnya juga
matang, tetapi walau masih berada dipohonnya buah-buah itu tetap berubah menjadi
coklat dan dalam waktu yang pendek tidak akan laku dijual di pasar. Sehingga
diperlukan adanya proses penyimpanan dalam kamar pendingin dengan suhu 150 C
dan kelembaban nisbi 85-90 % dapat memungkinkan buah bertahan sampai 2
minggu, jika buah-buah itu direndam dulu dalam larutan Benomil.
Buah duku mudah sekali mengalami kerusakan yang tidak berbeda dengan buah-
buahan lain pada umumnya. Untuk mengatasi kemungkinan adanya kerusakan pada
buah duku, terutama kerusakan pada waktu perjalanan, maka buah duku itu harus
dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan kemasan yang kuat. Jenis kemasan
yang paling baik untuk buah duku adalah peti kayu. Ukuran kemasan jangan terlalu
kecil atau besar, tetapi sebaiknya berukuran lebih kurang 30 x 30 x 50 cm yang
dapat memuat buah duku sekitar 20 kg per peti. Setelah buah duku dikemas dalam
kemasan yang baik maka kemasan itu dikumpulkan pada suatu tempat atau gudang
untuk kemudian diangkut dengan alat transportasi.
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Prospek agrobisnis tanaman duku masih sangat cerah. Untuk pasaran dalam negeri
biasanya para pedagang musiman yang menjajakan buah duku bermunculan di kota-
kota besar pada musim panen hanya terjadi sekali setahun. Hal ini membuktikan
bahwa duku sangat digemari oleh masyarakat yang tentu saja mengundang minat
banyak orang untuk menjadi penjualnya. Selain itu penjualan buah duku dapat
mendatangkan keuntungan lumayan sekaligus dapat menjadi sumber usaha bagi
pedagang musiman yang sifatnya hanya sementara itu. Tingginya minat masyarakat
untuk membeli buah duku merupakan indikasi bahwa masa depan buah duku
mempunyai peluang pasar yang prospektif. Oleh karena itu pemasran buah duku
bisa menjadi salah satu andalan sebagai sumber lapangan kerja bagi mereka yang
berjiwa bisnis tetapi tidak memiliki jenis usaha yang tetap, yaitu menjadi pedagang
musiman.
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian
dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali
sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
1) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang
diambil 5.
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang
diambil 7.
3) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang
diambil 9.
4) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang
diambil 10.
5) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang
diambil 15.
11.5. Pengemasan
Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjang
bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dengan
anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi
kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg.
Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang,
golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat
bersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 13/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
GLADIOL
(Gladiolus hybridus)
1. SEJARAH SINGKAT
Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba
termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang
berarti pedang kecil, seperti bentuk daunnya. Berasal dari Afrika Selatan dan
menyebar di Asia sejak 2000 tahun. Tahun 1730 mulai memasuki daratan Eropa dan
berkembang di Belanda.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman gladiol adalah sebagai berikut:
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Klas : Angiospermae
Subklas : Monocotyledoneae
Ordo : Iridales
Famili : Iridaceae
Genus : Gladiolus
Spesies : Gladiolus hybridus
Hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol dari Belanda
kemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai Penelitian Hortikultura
Cipanas. Tiga varietas diantaranya memiliki penampilan yang paling indah, (warna
dan bentuknya berbeda dengan gladiol lama), yaitu: White godness (putih),
Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla (putih). Ragam jenis bunga gladiol adalah :
a) Gladiolus gandavensis, berukuran besar, susunan bunga terlihat bertumpang
tindih, panjang 90-150 cm.
b) Gladiolus primulinus. berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai halus tetapi
kuat dan panjangnya mencapai 90 cm.
c) Gladiolus ramosus. Panjang tangkai bunga 100-300 cm.
d) Gladiolus nanus. Tangkai bunga melengkung, dan panjang hanya 35 cm.
Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Beberapa kultivar bunga gladiol lainnya yang telah di uji di Indonesia adalah: Red
Majesty, Priscilla, Oscar, Rose Supreme, Sanclere, Dr. Mansoer, Albino, Salem,
Marah Api, Queen Occer, Ceker dan lain sebagainya
3. MANFAAT TANAMAN
Gladiol di produksi sebagai bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi. Dan
memiliki nilai estetika. Bunga potong juga merupakan sarana peralatan tradisional,
agama, upacara kenegaraan dan keperluan ritual lainnya.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra produksi bunga gladiol di Indonesia untuk daerah Jawa Barat terdapat di
Parongpong (Bandung), Salabintana (Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di Jawa
tengah terdapat di daerah Bandungan (Semarang) sedangkan di Jawa Timur berada
di daerah Batu (Malang).
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Jenis tanah yang cocok untuk tanaman gladiol adalah andosol dan latosol yang
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Tanaman bunga gladiol dapat tumbuh subur diatas tanah yang memiliki pH 5,5-
5,9.
Tanaman gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah ketinggian 500-1500 m dpl
dan beriklim sejuk.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Bibit dapat berasal dari pembiakan generatif, vegetatif, dan kultur jaringan.
Umumnya, pembibitan yang berasal dari vegetatif dan kultur jaringan lebih cepat
dapat dipetik hasilnya dari pada pembibitan dengan cara generatif.
1) Persyaratan Benih
Bibit dari subang bibit yang baik menghasilkan bunga berdiameter minimum 2,5
cm, kecuali untuk kultivar Golden Boy yang cukup berdiameter 1 cm. Bibit harus
dipilih yang sehat, tidak cacat. Bibit vegetatif yang baik yang mempunyai daya
kecambah lebih dari 90%. Bibit generatif harus berasal dari induk dengan
pertumbuhan baik dan cukup umur.
2) Penyiapan Benih
Subang dan anak subang yang akan dijadikan bibit tidak dapat segera tumbuh bila
ditanam meskipun pada lingkungan tumbuh yang cocok dan optimal, karena
memerlukan masa dormansi. Selama masa dormansi subang dan anak subang
yang telah kering disimpan ditempat yang beraliran udara baik dan terhindar dari
cahaya matahari langsung. Subang yang telah dipisahkan dari batangnya
disimpan selama ± 2 minggu.
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Biji gladiol dapat langsung disemai, tanpa mengalami masa dormansi, biji akan
berkecambah setelah 7-12 hari. Daun yang tumbuh dari biji hanya berjumlah 1-2
helai. Tanaman tumbuh sampai kira-kira 5 bulan dan menghasilkan anak subang
yang berdiameter kurang dari 1 cm. Anak subang ini kemudian memasuki masa
dormansi.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Penanaman gladiol dengan bibit anak subang yang baru muncul dari stolon yang
menghubungkan subang induk dengan subang baru. Perbanyakan dengan
menggunakan anak subang yang berdiameter sekitar 1,0 cm memerlukan 2 kali
penanaman untuk mencapai ukuran subang yang dapat menghasilkan bunga.
Penanaman pertama dari anak subang tersebut memerlukan waktu sekitar 4
bulan hingga panen subang kecil.
Subang kecil hasil panen pertama akan berdiameter sekitar 2 cm. Subang kecil
setelah dipanen akan mengalami masa dormansi minimal 3,5 bulan. Setelah masa
dormansi terlewati, subang kecil dapat ditanam kembali. Waktu yang diperlukan
untuk penanaman kedua kira-kira sama dengan waktu penanaman pertama.
Subang dari panenan kedua akan berdiameter 3 cm dan merupakan bibit yang
siap berbunga. Untuk rata-rata setiap kultivar gladiol, anak subang yang
berdiameter sekitar 1 cm akan menjadi subang bibit yang siap berbunga dalam
waktu 16 bulan.
5) Pemindahan Bibit
Bibit gladiol siap ditanam bila sudah melewati masa dormansinya dengan ciri
munculnya akar berupa tonjolan kecil berwarna putih melingkar dibagian bawah
subang. Pecahnya dormansi juga ditandai dengan munculnya mata tunas. Bila
tunas mencapai tinggi 1 cm, maka subang siap ditanam. Penanaman yang
terlambat menyebabkan tunas semakin tinggi dan akar semakin panjang,
sehingga akan terjadi kerusakan akar pada waktu penanaman,
1) Persiapan
Lahan yang akan di tanami gladiol perlu di ukur pH tanahnya. Bila sesuai dengan
pH tanah yang disyaratkan, lakukan pengukuran luas lahan yang akan ditanami.
Kemudian analisa jenis tanah, apa bila lahan tersebut sebelumnya pernah
ditanami gladiol sebaiknya tanah didiamkan minimal selama satu tahun.
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pembukaan Lahan
Lahan yang telah dianalisa, diukur dan dibersihkan dari gulma, batu-batuan, serta
tanaman liar lain, kemudian bajak dan dicangkul sampai gembur. Pengolahan
lahan sebaiknya dilakukan 2 minggu sebelum tanam.
3) Pembentukan Bedengan
Bila pemanenan bunga dilakukan setiap saat, maka lahan yang digunakan
sebaiknya dibuat beberapa petak. Pemetakan lahan dimaksudkan agar dapat
diatur mana untuk lahan yang akan diolah, ditanami, dan dipanen. Pada setiap
petakan dibuat selokan (saluran air), agar drainase baik dan tanaman dapat
tumbuh dengan subur. Lahan selanjutnya diberi pupuk dasar agar tanah tidak
kekurangan unsur haranya. Luas arel petakan dibuat sesuai dengan kebutuhan,
Bila kebutuhan pasar sebanyak 1.000 tangkai setiap dua minggu, maka
dibutuhkan lahan seluas 600 m2. Lahan dibuat menjadi 7 petak dengan luas setiap
petak 72 m2.
4) Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada tanah yang memiliki derajat kemasaman tanah (pH)
kurang dari 5,5.
5) Pemupukan
Pemberian pupuk dasar dilakukan pada saat tanam. Pupuk yang diberikan adalah
yang mengandung unsur N, K, Ca dan P, yang diberikan sesuai dosis yang
dianjurkan.
Tanaman gladiol dapat ditanam dengan sistem guludan atau tanpa guludan. Jika
pengairan menggunakan cara leb, maka penanaman sebaiknya dengan guludan
agar air irigasi tidak merusak struktur tanah. Beberapa hal yang perlu diketahui
dalam cara penanaman adalah tempat dan waktu penanaman serta jarak dan
kedalaman tanaman. Tempat penanaman gladiol harus terkena cahaya matahari
langsung. Atap plastik yang tembus cahaya dan bersih digunakan untuk
menghindari kerusakan akibat hujan. Jadwal penanaman disesuaikan dengan
kebutuhan berkisar antara 60-80 hari, karena umur tanaman tergantung pada
kultivarnya.
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Lubang tanam dibuat dengan mencangkul lahan sedalam 10-15 cm, untuk subang
berdiameter ≥ 2,5 cm.
3) Cara Penanaman
Subang ditanam setelah masa dormansi sekitar 3,5 bulan. Cara penanaman
dengan guludan, yang disesuaikan dengan kedalaman tanam subang gladiol. Bila
kedalaman 10-15 cm, maka tinggi guludan dibuat ≥ 15 cm dengan anggapan
bahwa lapisan tanah atas lambat laun akan menurun. Bila dilakukan tanpa
guludan maka sering kali tanaman rebah atau tangkai bunga bengkok yang
menyebabkan turunnya kualitas bunga.
4) Pemberian Ajir
Pemberian ajir pada tanaman bunga gladiol dilakukan apabila tanaman rebah atau
tangkai bunga bengkok yang menyebabkan turunnya kualitas bunga. Hal ini dapat
terjadi bila penanaman bunga dilakukan tanpa menggunakan guludan.
1) Penyiangan
Penyiangan gulma pada pertanaman anak subang penting karena gulma dapat
menutupi pertumbuhan anak subang sehingga pertumbuhan terhambat dan
menyulitkan dalam pemanenan. Penyiangan biasa dilakukan sebelum pemberian
pupuk N (saat berumur sekitar 25 hari setelah tanam) dan dilakukan tiga kali
dalam satu siklus tanaman.
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pembubunan
3) Pemupukan
Kerusakan tanaman gladiol dapat disebabkan oleh hama atau penyakit, yang
dapat diatasi dengan pestisida yang tepat. Penanggulangan serangan hama
digunakan pestisida padat (Aldikarb), dengan dosis 300 gram/100 m2 air.
Digunakan pestisida cair (Permetrin dan deltametrin) dosis 5 cc per 100 m2.
Pemberantasan penyakit digunakan pestisida Procymidon, dosis 5 gram/100 m2,
atau Kaptofol, dosis 400 gram/100 liter air. Pemberian pestisida sebaiknya setelah
tanaman berumur 50 hari.
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hama ini sering dijumpai disetiap area pertanaman gladiol di seluruh dunia, yang
dapat menimbulkan kerusakan berat (di lapangan). Gejala: bercak-bercak
berwarna keperak-perakan pada permukaan daun, merusak jaringan daun/bunga
dan mengisap cairan yang keluar dari bagian tanaman dengan menggunakan alat
mulutnya. Tanaman yang terserang hama ini akan timbul bercak-bercak putih dan
akhirnya menjadi coklat dan mati. Serangga muda (nimfa) berwarna kuning pucat
dan lebih suka makan pada bagian bunga dan kuncup. Panjang tubuh hama
dewasa ± 2,5 mm, berbentuk ramping, pipih, berwarna coklat tua atau hitam.
Pengendalian: dapat dilakukan dengan penyiangan gulma atau dengan
menggunakan insektisida yang mengandung dimetoat, endusolfan, formothion,
karbaril, merkaptodimetur dan metomil.
7.2. Penyakit
2) Busuk kering
Penyebab: cendawan Botrytis cinerea atau B. gladiolorum. Gejala: bunga
berbintik-bintik, berkembang menjadi bercak-bercak, subang yang terserang
busuk daun bintik-bintik agak kelabu, kemudian berkembang menjadi bercak-
bercak berwarna hitam keabu-abuan. Pengendalian: menganginkan
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
(mengeringkan) subang yang dipanen sebelum disimpan pada tempat yang kering
atau dengan menyemprotkan fungisida captan, zineb atau nabam.
3) Busuk keras
Penyebab: Septoria gladioli, Gejala: sama dengan gejala busuk kering, tetapi
berbeda pada tubuh buah patogennya. Bintik-bintik kecil coklat tampak pada
permukaan bagian bawah/bagian atas daun yang terserang patogen.
Tanaman/bibit yang terserang patogen tersebut umumnya berasal dari anak
subang, sedang yang berasal dari subang jarang terserang. Pengendalian: sama
seperti untuk busuk kering.
5) Hawar bakteri
Penyebab: Xanthomonas gummisudan. Yang berkembang dengan cepat pada
keadaan lingkungan yang basah atau drainase kurang baik. Gejala: ada bercak-
bercak horizontal cekung berair berwarna hijau tua yang berubah menjadi coklat
dan berkembang sampai menutupi hampir seluruh permukaan daun sampai daun
kering. Patogen ditularkan melalui subang atau percikan air hujan. Pengendalian:
memilih subang yang sehat dan merendam subang tanpa kulit selama 2 jam
dalam suspensi larutan bakterisida.
8. PANEN
Budidaya bunga gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen dapat
dilakukan setiap minggu. Biasanya budidaya tanaman gladiol dilakukan berdasarkan
pesanan pasar, sehingga panen dapat terus dilakukan pada waktu yang telah
ditentukan.
Tanaman gladiol berbunga pada umur 60 - 80 hari setelah tanam, tergantung pada
kultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10 hari setelah primordia bunga
muncul.
Bunga dapat dipetik setelah warna dari 1 atau 2 floret terbawah telah dapat dilihat
dengan jelas tetapi belum mekar. Jika kuncup bunga dibiarkan sampai mekar penuh,
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pemanenan dilakukan secara hati-hati dengan menyertakan 2-3 daun pada tangkai
bunga dan menyisakan daun-daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum 4
daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih supaya terhindar
dari kontaminasi jasad renik Jika menggunakan pisau tumpul, terjadi luka lebih lebar
pada permukaan dasar tangkai bunga, memungkinkan terjadi infeksi.
Bunga gladiol tergolong bunga yang mudah kehilangan air. Sebaiknya panen bunga
dilakukan pagi hari, karena saat tersebut bunga gladiol berturgor optimum.
Kandungan karbohidrat yang rendah dapat diperbaiki dengan larutan pengawet yang
mengandung gula.
Panen bunga tidak dianjurkan pada saat suhu udara tinggi (siang hari) atau pada
turgor rendah, bunga basah oleh embun, hujan atau sebab lain. Bunga yang basah
akan mudah terserang oleh cendawan Botrytis gladiolorum (blight), walaupun pada
kondisi suhu udara yang rendah.
Untuk seluas 1 hektar akan menghasikan panen bunga ± sebanyak 200.000 potong.
Budidaya bunga potong gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen bunga
(pemanenan terbanyak) dilakukan setiap minggu. Secara teknis dapat diatur dengan
pemetakan lahan, sehingga dalam satu saat terdapat lahan siap olah, siap tanam,
dan siap panen.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Bunga gladiol sangat peka terhadap kekuatan gaya berat dan akan selalu cenderung
melengkung pada suhu udara tinggi, sehingga berakibat terjadinya perubahan
bentuk dan penurunan kualitas. Oleh karena itu bunga potong gladiol yang dipanen
dikumpulkan dan diletakan tegak lurus diruangan pada suhu udara rendah (selama
penyimpanan/pengangkutan).
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bunga dipilih yang bagus bentuknya, tidak terkena penyakit atau luka, dikelompokan
sesuai dengan kebutuhan, (berdasarkan tingkat kesegaran/ukuran bunga).
Penggolongan ini dimaksudkan untuk mempertahankan nilai jual sehingga bunga
yang bagus tidak turun harganya akibat tercampur dengan yang bunga gladiol yang
berkualitas rendah.
9.3. Penyimpanan
Dalam tahap ini, bunga dikondisikan agar tetap segar, karena bunga potong sangat
sensitif terhadap dehidrasi maka air yang hilang harus diimbangi dengan larutan
perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan. Penyimpanan
berkaitan erat dengan suhu udara. Makin rendah suhu udara, makin lambat terjadi
penurunan mutu. Suhu udara penyimpanan bunga yang berasal dari daerah tropika
relatif lebih tinggi, umumnya berkisar antara 0-5 derajat C.
Mengingat sifat bunga yang selalu dikonsumsi dalam keadaan segar dan bagus
berpenampilan maka dituntut sistem pengangkutan yang bisa bergerak cepat. Faktor
yang perlu diperhatikan yaitu suhu udara selama pengangkutan dan susunan
kemasan agar tidak terlalu tinggi serta tahan goncangan. Sarana pengangkutan
biasa menggunakan mobil box yang dilengkapi alat pengatur suhu udara.
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Perkiraan analisis budidaya gladiol luas lahan 1 ha dalam 1 musim tanam yang
dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi:
1. Bibit: umbi bibit (subang) 190.000 bh @ Rp. 50,- Rp. 9.500.000,-
2. Pupuk
- Pupuk buatan NPK: 100 kg @ Rp. 2000,- Rp. 200.000,-
- (Urea, TSP, KCL): 834 kg @ Rp. 4.500,- Rp. 3.753.000,-
3. Tenaga kerja
- Tenaga kerja sewa 120 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 1.200.000,-
- Tenaga kerja keluarga 120 OH @ Rp. 15.000,- Rp. 1.800.000,-
4. Pestisida: 15 kg @ Rp. 75.000,- Rp. 1.125.000,-
5. Sewa lahan/ha Rp. 1.500.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 19.078.000,-
2) Pendapatan: bunga potong (tangkai) 214.000 @ Rp. 100,- Rp. 21.400.000,-
3) Keuntungan Rp. 2.322.000,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio output/input = 1,122
Usaha tani gladiol merupakan usaha komersial karena sebagian besar produksinya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar atau konsumen. Berdasarkan hal
tersebut, pengkajian aspek Agro Ekonomi usaha tani gladiol mencakup kegiatan
produksi, konsumsi dan pemasaran.
Kebanyakan usaha tani gladiol dilakukan di daerah dataran tinggi sesudah tanaman
sayuran, tanaman padi dan tanaman hias lainnya (Warsito dan Sutater, 1889).
Produksi per hektar bunga potong gladiol di tingkat petani baru mencapai 169.189
tangkai dan produksi bibit (subang) mencapai 136.406 umbi (Ameriana, dkk., 1991).
Volume permintaan dalam negeri 127.200 tangkai per minggu (BCI dan Nehem,
1987), terdapat kecenderungan bahwa permintaan terus meningkat. Untuk
mengimbangi permintaan konsumen, rumpang hasil produksi bunga harus
ditingkatkan demikian juga mutu bunga potongnya. Sampai saat ini DKI Jakarta
masih merupakan pasar bunga potong terbesar dengan volume penjualan
perminggu mencapai 54.700 tangkai dibandingkan dengan kota lainnya. Hal ini
sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, pembangunan, komplek
perumahan, perkotaan, dan perkembangan pariwisata (Sutater dan Asandhi, 1991).
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pasar bunga potong asal Indonesia akhir-akhir ini cukup menggembirakan. Tim
Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1988) mencatat bahwa peringkat ekspor bunga
ke Eropa adalah bunga potong (43,38%), tanaman hias (38,65%), dan umbi bunga
(12,26%). Dalam artikel “Indonesia Belum Tanggapi Dunia akan Permintaan Bunga
Potong Tropis” (1992) dicatat bahwa konsumsi bunga potong untuk kota-kota besar
hingga kini masih didominasi oleh Jakarta, menyerap 60% dari total produksi bunga
nasional. Bisnis bunga mencapai Rp. 2,15 milyar per bulan atau 25,8 milyar per
tahun di Jakarta terdapat 327 florist dan 227 kios penjual bunga. Dalam artikel “Dari
Bisnis Asalan Menuju Industri Bunga “ (1993) dilaporkan bahwa konsumsi bunga
potong 1992 di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang,
Denpasar, Semarang, dan Ujung Pandang 1.928.000 tangkai, 1.283.250 tangkai
untuk Jakarta, karena hotel-hotel di Jakarta sebulan menghabiskan biaya sebesar
Rp. 75.000 - Rp. 85 juta untuk pembelian bunga.
Standar produksi meliputi: klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh
dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu bunga gladiol potong di Indonesia tercantum dalam standar Nasional
Indonesia SNI 01–4479–1998
Berdasarkan panjang tangkainya, bunga gladiol dikelompokan dalam lima kelas yaitu
Super, Panjang, Medium, Pendek dan Mini.
a) Kelas super: panjang tangkai > 95 cm
b) Kelas panjang: panjang tangkai 76–94 cm
c) Kelas medium: panjang tangkai 61–75 cm
d) Kelas pendek: panjang tangkai 51–60 cm
e) Kelas mini: panjang tangkai 30–50 cm
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Warna spesifik (%): kelas AA=100; kelas A=95; kelas B=95; kelas C<95.
e) Bebas hama/penyakit (proses): kelas AA=100; kelas A=95; kelas B=95; kelas
C<95.
f) Kelurusan tangkai: kelas AA lurus; kelas A lurus; kelas B sedang; kelas C kurang.
g) Jumlah floret mulai mekar: kelas AA=1-2; kelas A=1–2; kelas B=2-3; kelas C=2–3.
h) Kerusakan mekanis (%): kelas AA=0; kelas A=5; kelas B=10; kelas C>10.
i) Benda asing/kotoran (%): kelas AA=0; kelas A=1; kelas B=2; kelas C=3.
Untuk mendapatkan jenis dan mutu yang sesuai dengan standar maka harus
dilakukan pengujian yang meliputi:
a) Penetapan panjang tangkai bunga
Hitung jumlah seluruh bunga contoh, ukur satu persatu bunga contoh, kemudian
pisahkan bunga yang panjangnya tidak memenuhi syarat kelas yang disebutkan
dalam kemasan. Hitung jumlah seluruh bunga contoh yang panjangnya memenuhi
syarat. Hitung presentase bunga yang panjangnya memenuhi syarat terhadap
seluruh bunga contoh.
b) Penetapan jumlah floret per tangkai, jumlah floret mulai mekar, kerusakan
mekanik
Hitung jumlah seluruh bunga contoh, hitung satu persatu jumlah floret per tangkai
dari seluruh bunga contoh kemudian pisahkan tangkai bunga yang jumlah
floretnya tidak memenuhi syarat kelas yang disebutkan dalam kemasan. Hitung
jumlah seluruh bunga contoh yang jumlah floret per tangkainya memenuhi syarat.
Hitung prosentase bunga yang memenuhi syarat terhadap jumlah seluruh bunga
contoh.
c) Penetapan keseragaman, warna spesifik dan bebas hama
Hitung jumlah seluruh bunga contoh, amati satu per satu bunga contoh, lalu
pisahkan bunga yang tampak tidak seragam. Hitung jumlah bunga seragam dan
hitung prosentase bunga yang seragam terhadap jumlah seluruh bunga contoh.
d) Penetapan kelurusan tangkai
Letakan bunga gladiol yang diuji diatas meja kerja yang telah diberi garis lurus
sepanjang 1 meter atau lebih. Bagian pangkal tangkai yang lurus diletakan pada
garis lurus tersebut, sementara itu bagian ujung tangkai yang melengkung akan
menjauhi garis lurus tadi. Ukur jarak ujung tangkai bunga terhadap garis lurus
diatas meja menggunakan mistar yang tersedia. Deviasi atau kurvaktur maksimal
7,5 cm tergantung kelas.
e) Penetapan benda asing
Pisahkan dan kumpulkan benda asing yang dijumpai pada bunga atau dalam
kemasan bunga contoh. Selanjurtya timbang benda asing tersebut dan juga
seluruh bunga contoh. Hitung presentase berat benda asing terhadap berat
seluruh bunga contoh.
Dari satu partai atau lot bunga gladiol yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan,
contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut berikut ini:
a) Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya
tiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai,
diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secara
acak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambil
contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan
diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.
11.5. Pengemasan
Untuk pasar lokal, bunga gladiol boleh tidak dikemas, bunga diletakkan berdiri dalam
ember plastik yang diberi air perendam tangkai. Kedalam air perendam seyogyanya
ditambahkan bahan pengawet bunga. Untuk pasar jarak jauh, bunga gladiol
sebaiknya dikemas dengan keranjang bambu yang diberi lapisan daun pisang,
lembaran plastik atau kertas. Untuk eksport bunga gladiol harus dikemas dengan
kotak karton yang sesuai dengan diberi lapisan plastik tipis atau kertas dibagian
dalamnya. Ujung tangkai bunga diberi kapas yang dibasahi dengan larutan
pengawet kemudian ditutup plastik. Jumlah bunga dalam tiap kemasan disesuaikan
dengan permintaan pasar.
Label atau gantungan (tag) yang menyertai setiap kemasan harus mudah
dilihat/diambil dan berisi informasi.
a) Produksi Indonesia.
b) Nama perusahaan/eksportir.
c) Nama kultivar.
d) Kelas mutu.
e) Jumlah bunga dalam kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Identitas pembelian ditempat tujuan.
i) Tanggal panen dan perkiraan daya tanah.
j) Petunjuk penanganan (suhu udara, kelembaban) yang dianjurkan.
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
GERBERA / HEBRAS
( Gerbera jamensonii )
1. SEJARAH SINGKAT
Gerbera merupakan tanaman bunga hias berupa herba tidak berbatang. Masyarakat
Indonesia menyebut gerbera sebagai gebras atau hebras. Tanaman ini merupakan
salah satu tanaman hias pendatang dari luar negri (introduksi) dan diduga berasal
dari Afrika Selatan, Afrika Utara dan Rusia. Penemu tanaman gerbera adalah Traug
Gerber, seorang naturalis berkebangsaan Jerman yang melakukan ekspedisi ke
Afrika Selatan. Selanjutnya diketemukan gerbera hibrida oleh Jamenson. Berawal
dari kedua penemu tersebut, tanaman gerbera dikukuhkan dengan nama Gerbera
jamessonii Bolus. Tanaman hias ini masuk ke Indonesia sekitar abad XIX bersamaan
dengan lintas perdagangan komoditi pertanian.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman hias gerbera adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Famili : Compositae/Asteraceae
Genus : Gerbera
Hal. 1/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Dari keragaman bentuk bunga, terutama struktur helai mahkota bunganya dikenal
empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu:
a) Gerbara berbunga selapis: helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya
berwarna merah, kuning dan merah jambu.
b) Gerbera berbunga dua: helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu. Lapis
helai mahkota bagian luar nampak sekali perbedaan susunannya. Contoh
berbunga lapis dua yaitu Gerbera jamensonii Fantasi Double Purple yang
berwarna merah.
c) Gerbera berbunga tiga lapis: contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera
jamensonii Fantasi Triple Red yang berbunga dominan merah, kemudian
bervariasi kuning atau hijau kekuningan.
d) Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, dengan
ukuran yang lebih besar dari ke tiga jenis di atas. Varitas yang ditanam adalah
Gerbara yustika (pink merah), Orange Jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua).
3. MANFAAT TANAMAN
Selain sebagai bunga potong yang dapat tahan sampai 3 minggu, Tanaman hias
gerbera merupakan salah satu penghasil minyak atsiri untuk bahan baku industri
minyak wangi, sabun dan kosmetik.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra penanaman bunga potong tanaman gerbera di Indonesia yaitu di daerah
Kaban Jahe, Barus Jahe, dan Simpang Empat (Sumatra Utara, Brastagi), Cipanas,
Lembang dan Sukabumi (Jabar), Bandungan (Jateng), Batu dan Pujon (Malang
Jatim). Sentra produksi tanaman gerbera di dunia adalah negara Belanda dan
Thailand.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara
1.900-2.800 mm/tahun.
2) Daerah yang paling baik adalah daerah yang beriklim sejuk dengan suhu udara
minimum 13,7-18 derajat C dan maksimum 19,5-30 derajat C. Suhu udara ideal di
awal pertumbuhan 22 derajat C. Jika melebihi 35 derajat C, perkecambahan benih
akan terganggu.
Hal. 2/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Tanah yang baik untuk tanaman hias gerbera yaitu tanah lempung yang berpasir,
subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus.
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya hebras berkisar
5,5-6,0.
Di Indonesia di tanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian
tempat antara 560-1.400 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Tanaman diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Benih diseleksi dari
biji yang memiliki daya kecambah atau daya tumbuh yang tinggi dan
berpenampilan bernas. Jika bibit dibeli dari toko, perhatikan tanggal
kadaluarsanya.
Bibit anakan didapatkan dari rumpun tanaman gerbera yang anakannya banyak,
induknya produktif berbunga, tumbuhnya normal, sehat dan berasal dari tanaman
jenis unggul. Keperluan bibit anakan untuk ditanam di lahan terbuka 1 ha sekitar
80.000-90.000 bila jarak tanam 25 x 40 cm.
2) Penyiapan Benih
Bibit yang didapat dari kultur jaringan yaitu mata tunas yang diambil dari jenis
unggul segera dimasukan ke dalam wadah yang mengandung bahan sterilisasi
Hal. 3/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bibit yang dari anakan dipisahkan dari rumpun gerbera yang sudah dibersihkan
dari tanah, sebagian akar tangkai dan daun tua dibuang. Tiap bagian minimal satu
anakan.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Pesemaian
Siram setiap hari 1 atau 2 kali tergantung cuaca. Pemupukan dilakukan 3 minggu
setelah semai. Larutan pupuk terdiri dari 5-10 gram NPK dalam larutan air 10 liter,
sedangkan pupuk daun konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran.
Penjarangan setelah umur 5-6 minggu.
Hal. 4/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Pemindahan Bibit
Bibit yang berasal biji siap dipindahtanamkan setelah tanaman berdaun 3-5 helai.
Bibit yang berasal dari kultur jaringan siap tanam apabila ukurannya cukup besar,
sedangkan bibit yang dari anakan siap dipindahtanamkan setelah bibit cukup kuat
.
1) Persiapan
Tentukan lahan yang strategis dan serasi, bersihkan dari gulma, kemudian olah
tanah cukup dalam 30 cm hingga struktur tanah gembur. Biarkan tanah selama
10-15 hari.
2) Pembukaan Lahan
Tanah diolah dengan teknik yang sama dengan persiapan di atas. Pasang tiang
setinggi 100-150 cm di sisi timur dan 80-100 cm di sisi barat. Naungi dengan
plastik bening.
3) Pembentukan Bedengan
Bentuk bedengan selebar 60-80 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara bedengan 40-
60 cm. Buat parit keliling untuk saluran pembuangan kelebihan air dan sekaligus
sebagai saluran irigasi waktu mengairi tanaman.
Naungan juga dapat dibuat sekaligus untuk 2 bedengan dengan tinggi sisi timur
dan barat yang sama dengan naungan 1 bedengan. Di antara bedengan dipasang
tiang setinggi 150-200 m sehingga atap berbentuk segi tiga.
4) Pengapuran
Pada tanah yang kemasaman tanahnya rendah (di bawah 5) perlu ditambahkan
kapur pertanian seperti dolomit, kalsit, atau Zeagro. Dosis kapur pertanian
berkisar 1-4 ton/ha tergantung pH dan jenis tanahnya.
5) Pemupukan
Hal. 5/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Media pertumbuhan adalah campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang atau
sekam padi (1:1:1). Siapkan polybag berdiameter 15, 20, 25 dan 30 cm untuk
menanam bibit sesuai dengan ukuran dan umurnya. Isi dasar polybag dengan
selapis pecahan bata merah/sekam, lalu diisi dengan media sampai 90 %. Pupuk
dasar berupa NPK yang diberikan sebanyak 2-4 gram/tanaman pada saat tanam.
Lubang tanam selebar dan sedalam daun cangkul pada jarak tanam 20-25 Cm
dalam barisan dan 35-40 cm antar barisan. Waktu yang terbaik di pagi hari antara
jam 06.00-09.00 atau sore antara 15.00-17.00.
2) Cara Penanaman
Basahi lubang tanam sampai lembab, tanamkan bibit secara tegak ditengah-
tengah lubang tanam, sambil memadatkan tanah di sekitar pangkal tanaman.
Siramlah bedengan sampai cukup basah.
Jika ada tanaman yang mati/rusak seawal mungkin segera disulam atau diganti
dengan tanaman yang baik pada lubang yang sama. Periode penyulaman
sebaiknya tidak melebihi umur 30 hari setelah tanam. Waktu penyulaman yang
baik pagi/sore hari .
2) Penyiangan
3) Perempalan
4) Pemupukan
Dilakukan secara rutin sebulan sekali. Jenis pupuk yang dianjurkan NPK serta
unsur mikro lainnya. Jumlah pupuk NPK diberikan 2-4 gram/tanaman dengan
periode 1 kali dalam sebulan, sehingga untuk setiap hektarnya antara 200-400 kg.
Cara pemberiannya dengan cara dibenamkan dalam larikan atau lubang diantara
Hal. 6/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
tanaman. Pupuk NPK dapat diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi
10 gram/10 liter air dan diberikan sebanyak 200-250 cc/tanaman dengan periode
pemberian 10 hari sekali. Pupuk daun dapat diberikan sesuai anjuran.
Pada fase awal pertumbuhan tanaman gerbera penyiraman dilakukan 1-2 kali.
Pemberian air selanjutnya berangsur-angsur berkurang.
7.2. Penyakit
1) Bercak daun
Penyebab: jamur Cercospora gerberae Chuup et Viegas). Gejala: timbul bercak-
bercak berwarna coklat, terbentuk bulat/tidak beraturan. Pengendalian:
memotong/memangkas bagian-bagian yang terkena penyakit, memelihara sanitasi
kebun dan penyemprotan dengan fungisida seperti Dithane M-45, Antracol 70 WP
dan Daconil 75 WP.
3) Penyakit tepung
Penyebab: jamur Erysiphe cichoracearum DC). Gejala: daun gerbera diliputi oleh
lapisan tepung, daun mengering dan gugur. Pengendalian: sama dengan
penyakit bercak daun.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Bunga gerbera yang siap dipanen adalah kuntum bunganya telah mekar penuh atau
ketika bunga setengah sampai ¾ mekar. Pemanenan sekitar umur 6-8 bulan setelah
tanam bibit asal dari biji, atau 3-5 bulan bila bibitnya berasal dari anakan.
Hal. 7/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pada pertanaman gerbera yang baik dan jenisnya unggul, tiap rumpun gerbera dapat
menghasilkan 5-15 kuntum atau sekitar 140 kuntum bunga per meter luas lahan per
tahun.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah bunga gerbera dipanen, dimasukkan ke dalam ember berisi air. Kemudian
disimpan di tempat yang teduh untuk melakukan sortasi.
Sortasi dilakukan pada tangkai bunga yang ukurannya abnormal dipisahkan secara
sendiri. Ikat tangkai bunga dengan karet/tali lentur. Tiap ikatan 10-15 tangkai bunga
atau menurut permintaan pasar maupun mempertimbangkan segi praktisnya dalam
pengangkutan serta penyimpanan.
Kemas ikatan bunga dalam wadah kotak karton ataupun keranjang plastik dan tutup
luka bekas potongan dengan kapas untuk mempertahankan kesegaran. Simpan
dikontainer dan siap untuk diangkut.
Perkiraan budidaya bunga gerbera seluas 1.000 m2 yang dilakukan pada tahun 1999
di daerah Bandung.
1) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1.000 m2 selama 1 tahun Rp. 150.000,-
2. Bangunan dengan naungan Rp. 3.000.000,-
3. Bibit
- Bibit anakan 10.000 tanaman Rp. 2.500.000,-
4. Pupuk
- Pupuk kandang 2.000 kg @ Rp. 100,- Rp. 200.000,-
- NPK 400 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 800.000,-
- Pupuk daun dan bunga Rp. 400.000,-
Hal. 8/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. Tenaga kerja
- Pengolahan tanah dan pemupukan kandang 20 HKP Rp. 200.000,-
- Pembuatan bangunan naungan 20 HKP Rp. 200.000,-
- Penanaman 5 HKW Rp. 37.500,-
- Pemeliharan tanaman 1 tahun 50 HKW + 5 HKP Rp. 425.000,-
- Panen dan pasca panen 20 HKW + 5 HKP Rp. 200.000,-
6. Biaya cadangan Rp. 1.000.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 9.112.500,-
2) Pendapatan 8.000 tangkai, 10 bunga/th.x Rp.200,- Rp. 16.000.000,-
3) Keuntungan per bulan Rp. 573.950,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio output/input = 1,756
Tanaman ini juga dapat menjadi komoditas ekspor, selain sebagai bunga potong,
bahan baku industri minyak wangi, sabun dan kosmetik.
Standar meliputi klasifikasi , syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat
penandaan dan pengemasan.
11.2. Deskripsi
Hal. 9/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Dari satu partai atau lot bunga gerbera yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan,
contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut dalam data di atas:
a) Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.
b) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai
6–100.
c) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai
101–300.
d) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai
301–500.
e) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai
501–1001.
Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya
tiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai,
diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secara
acak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambil
contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan
diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.
11.5. Pengemasan
Ikatan bunga diselubungi dengan kertas khusus sleeves yang menutupi seluruh
bagian bunga kecuali kuntum bunga bagian atas. Pangkal tangkai bunga diremdam
dalam larutan pengawet misalnya larutan gula 6%. Tempat perendaman bersuhu
udara dingin yaitu sekitar 14-25 derajat C selama 4 jam.
Hal. 10/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 11/ 11
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
JAGUNG
( Zea mays L. )
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika
melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang
Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda
menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
2. JENIS TANAMAN
Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Hal. 1/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan
penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas.
Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo,
Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida
Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu,
Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di
Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah
padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan
ke 3 setelah gandum dan padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan
sebagai makanan pokok.
Hal. 2/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
g) Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,
bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku
industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah,
Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan Madura,
budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan
iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan
yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi
tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki
beberapa persyaratan.
5.1. Iklim
a) Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-
daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah.
Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40
derajat LS.
b) Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah
hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan
dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya
jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
c) Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman
jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
d) Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat
C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 derajat C.
e) Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil.
Hal. 3/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
a) Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat
tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
b) Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung
berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat
(grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan
pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.
b) Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah
pH antara 5,6 - 7,5.
c) Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam
kondisi baik.
d) Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan
tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan
ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik
maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak
tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama
dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih
bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada
kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih.
Hal. 4/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit,
Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan
adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2
(semuanya jenis Hibrida).
2) Penyiapan Benih
Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman
jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang
tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot,
dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik pada saat lewat fase
matang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun
menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih
akan disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan
disimpan dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil
biji bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkal
tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika
kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan adalah
sebanyak 20-30 kg untuk setiap hektar.
3) Pemindahan Benih
1) Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar
diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan
ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.
Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
Hal. 5/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya
dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan
tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat
terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang
diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian
dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan
tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha
per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.
5) Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup
maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat
bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis
rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.
Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan
saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup
tanah;
b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan
setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam
sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola
tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan
Hal. 6/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar
benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm,
dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.
3) Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga
digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman.
Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air
berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir
berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia
selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah
dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi
dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang
tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat
lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan
Hal. 7/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang
dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan
3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang
dimasukkan 2 butir benih per lubang.
4) Lain-lain
Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah
tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal
musim hujan dan akhir musim hujan.
6.4. Pemeliharaan
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai
dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan
yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting
yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung
tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan
tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta
perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman
hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling
lambat dua minggu setelah tanam.
2) Penyiangan
3) Pembumbunan
Hal. 8/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-
100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama
(pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap
kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4
minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan
setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah
lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar
tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan
lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.
Hal. 9/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC,
Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis
penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.
b) Ulat pemotong
Gejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas
permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya,
akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab:
beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura,
penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung
(Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) bertanam secara serentak pada areal
yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari dan
membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum
lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
7.2. Penyakit
Hal. 10/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari
tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga
dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak
kering/masak mati.
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh.
Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar,
dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila
Hal. 11/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk
makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan
lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun
dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat
kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit
dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol
berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung.
Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin
pemetikan.
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat
menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah
pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluan
sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga.
Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggu
sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4 minggu setelah tanaman berbunga
atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur
panen jagung masak mati.
Produksi jagung di suatu negara sering mengalami pasang surut. Hal ini dapat terjadi
sebagai akibat perubahan areal penanaman jagung. Namun demikian dengan
ditemukannya varietas-varietas unggul sebagai imbangan berkurangnya lahan, maka
totalitas produksi tidak akan terlalu berubah. Irigasi dan pemupukan sangat penting
untuk mendapatkan produksi yang baik. Walaupun potensi hasil cukup tinggi, cara
untuk mendapatkan produksi pada tingkat optimal yang dilakukan oleh petani, baru
memberikan hasil 17 ton/ha.
9. PASCAPANEN
Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan
serangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau
dipasarkan.
Hal. 12/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9.1. Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan
selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol
dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji
atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau
memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati
sebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas.
9.2. Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional
jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 %.
Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan
di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.
Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga
manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan,
tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas
pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %.
Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu
sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.
9.3. Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan
atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya “memipil”
jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji
dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan
tongkol perlu dipisahkan.
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran
atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung.
Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah,
biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini
sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama
selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran
udara.
Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk
penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk
dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi
penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan
Hal. 13/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada
proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.
Perkiraan analisis budidaya dengan luas lahan penanaman 1 ha, jenis jagung
Hibrida C1 pada tahun 1999 per musim tanam (3 bulan) di daerah Jawa Barat:
a) Biaya produksi
1. Sewa 1 hektar per musim tanam Rp. 375.000,-
2. Bibit: benih jagung 20 kg @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
3. Pupuk
- Urea: 300 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 450.000,-
- SP 36: 100 kg @ Rp.1.900,- Rp. 190.000,-
- KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 82.500,-
4. Pestisida
- Insektisida: 2 liter @ Rp. 50.000,- Rp. 100.000,-
5. Tenaga kerja
- Pengolahan lahan Rp. 450.000,-
- Penanaman: 20 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 200.000,-
- Penyiangan dan pembumbunan (borongan) Rp. 50.000,-
- Pemupukan: 20 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 200.000,-
- Pemeliharaan lain Rp. 50.000,-
6. Panen Rp. 150.000,-
7. Biaya lain-lain Rp. 100.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.697.500,-
Berdasarkan statistik yang ada permintaan produk jagung nasional belum dapat
memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. Impor jagung jumlahnya sudah cukup
besar terutama dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yang
sedang berkembang dewasa ini.
Hal. 14/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar klasifikasi, syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
11.2. Diskripsi
Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI
01-03920-1995.
a) Syarat Umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.
b) Syarat Khusus
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=14; mutu II=14; mutu III=15; mutu IV=17.
2. Butir rusak maksimum (%): mutu I=2; mutu II=4; mutu III=6; mutu IV=8.
3. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=7; mutu IV=10.
4. Butir pecah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3; mutu IV=3.
5. Kotoran maksimum (%): mutu I=1; mutu II=1; mutu III=2; mutu IV=2.
Hal. 15/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
c) Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic atau “Air
Oven Methode” (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin
adalah racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini
adalah jumlah semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah.
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung
maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil
contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga
merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini
disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
11.5 Pengemasan
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman
yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produce of Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
Hal. 16/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 17/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
JAHE
( Zingiber Officinale )
1. SEJARAH SINGKAT
Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak
Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan
Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
2.2 Deskripsi
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong
berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15
mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun
memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak
berbulu.
Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat
atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang
malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu,
panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah,
berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu,
panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik,
bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm,
lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya
agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5
mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna
putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang
9 mm ; tangkai putik 2
1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi
baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar
maupun jahe olahan.
2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih
besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping
seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk
diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3) Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil.
sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga
memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga
cocok untuk ramuan obat-obatan.
3. MANFAAT TANAMAN
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan
rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai
minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi,
industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap,
bandrek, sekoteng dan sirup.
Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami.
Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan
awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri
dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai
bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan
lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif
(peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh
darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik,
anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah
empedu.
4. SENTRA PENANAMAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan
banyak mengandung humus.
2) Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah
laterik.
3) Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.
Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu
fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud
dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh
karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka
atau lecet.
3) Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan
cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam
larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah
ditanam.
1) Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-
syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang
ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe,
maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm
dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau
remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah
dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit
dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan
tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan
pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan
sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
3) Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk
encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi
bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm,
sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
4) Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara
didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak
tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi
media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp
dan pythium sp.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat
diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu,
merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah
dan merangsang pembentukan biji.
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
3) Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara
rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
4) Perioda Tanam
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar
bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman
muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
1) Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat
rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman
agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman
lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan
yang benar.
2) Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu
kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi
tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7
bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur
tersebut rimpangnya mulai besar.
3) Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat
berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu
tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang
muncul ke atas permukaan tanah.
Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di
sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya
dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk
gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk
menyalurkan kelebihan air.
Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe
berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya
pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun
tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia
termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara
organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk
kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan
pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan
pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk
dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur
tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga
dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal
pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan
selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10
bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman.
Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan
penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi
pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk
dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan
tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20
gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O
(112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga
dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan
K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K
diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis)
diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk
diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau
dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman
5) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk
pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan
penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
7.1. Hama
7.2. Penyakit
7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara
lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar
lainnya.
8. PANEN
Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat
garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka.
Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang
dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau
daun pisang kira-kira selama 1 minggu.
Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya
jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25
ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara
10-15 ton/hektar.
9. PASCAPANEN
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran
berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah
bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air
bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan
pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
plastik/ember.
9.2. Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi
bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan,
timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
9.3. Pengeringan
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan
cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah
atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya).
9.5. Pengemasan
9.6. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30o C
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
Perkiraan analisis usaha budidaya jahe seluas 1 ha; yang dilakukan petani
pada tahun 1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
2) Bibit: 2.000 bh @ Rp. 1.700,- = Rp. 3.400.000,-
b. Pupuk
§ Pupuk buatan:
Urea 165 kg @ Rp. 1.100, = Rp. 181.500,-
TSP 160 kg @ Rp. 1800,- = Rp. 288.000,-
KCl 160 kg @ Rp. 1.600,- = Rp. 256.000,-
§ Pupuk kandang 3.000 kg @ Rp. 150,- = Rp. 750.000,-
c. Obat 20 kg @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
d. Alat Rp. 180.000,
e. Bahan (mulsa) 20.000 m @ Rp. 150,- Rp. 3.000.000,-
f. Tenaga kerja 200 OH Rp. 2.000.000,-
g. Biaya Lain-lain Rp. 1.000.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 11.355.500,-
2) Penerimaan: 10.000 bh @ 1.500,-= Rp. 15.000.000,-
3) Keuntungan usaha tani Rp. 3.644.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C rasio = 1,321
Saat ini permintaan akan jahe oleh negara importir terus mengalami
peningkatan, akan tetapi permintaan tersebut belum semuanya dapat
dipenuhi mengingat produksi jahe masih terserap oleh kebutuhan dalam
negeri. Dilihat dari segi harga, dari tahun 1991 hingga saat ini fluktuasi harga
jahe basah maupun kering boleh dikatakan stabil. Dilihat dari segi
permintaan, stabilitas harga serta produksi jahe dalam negeri prosepek
agrobisnis jahe sangat cerah.
11.STANDAR PRODUKSI
Standar meliputi jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat
pengemasan.
1) Syarat umum
a. Kesegaran jahe: segar
b. Rimpang bertunas: tidak ada
c. Kenampakan irisan melintang: cerah
c. Bentuk rimpang: utuh
d. Serangga hidup: bebas
2) Syarat Khusus
a. Ukuran berat:
§ mutu I > 250 gram/rimpang;
§ mutu II 150-249 gram/rimpang;
§ mutu III dicantumkan sesuai hasil analisa <10%.
b. Rimpang yang terkelupas kulitnya (rimpang/jumlah rimpang):
§ mutu I=0 %;
§ mutu II=0 %;
§ mutu III<10 %.
c. Benda asing:
§ mutu I=0 %;
§ mutu II=0 %;
§ mutu III<3 %
d. Rimpang berkapang (rimpang/jumlah rimpang):
§ mutu I=0%;
§ mutu II=0%;
§ mutu III <10%
Untuk mendapatkan jenis jahe yang sesuai dengan standar mutu dilakukan
pengujian,yang meliputi:
Penyulingan dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes
bersama-sama air atau bila volume minyak dalam penampung tidak berubah
dalam beberapa waktu. Biasanya penyulingan ini memerlukan waktu lebih
kurang 6 jam. Rendamlah penampung beserta isinya kedalam air sehingga
cairan didalamnya mencapai suhu udara kamar dan ukurlah volume minyak
yang tertampung.
1) Pengambilan contoh
Dari jumlah kemasan dalam satu partai jahe segar siap ekspor diambil
sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum
berat tiap partai 20 ton.
a. Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
b. Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil
adalah 7
c. Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil
adalah 9
d. Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil
adalah 10
e. Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil
minimum 15.
11.5. Pengemasan
Jahe segar disajikan dalam bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik
yang kuat, dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas
dengan keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan anatara penjual
dan pembeli.
Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas
terbaca antara lain:
§ Produk asal Indonesia
§ Nama/kode perusahaan/eksportir
§ Nama barang
§ Negara tujuan
§ Berat kotor
§ Berat bersih
§ Nama pembeli
12.DAFTAR PUSTAKA
KEMBALI KE MENU
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
JAMBU AIR
( Eugenia aquea Burm )
1. SEJARAH SINGKAT
Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan
pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan
untuk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis menyegarkan,
tetapi memiliki keragaman dalam penampilan.
Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buah-buahan
potensial yang belum banyak disentuh pembudidayannya untuk tujuan komersial.
Sifatnya yang mudah busuk menjadi masalah penting yang perlu dipecahkan.
Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit, sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah
akan mempercepat busuk buah.
2. JENIS TANAMAN
Sistematika tanaman jambu air adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantarum
Sub Kingdom : Kormophyta
Super Divisio : Kormophyta biji
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Hal. 1/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Classis : Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Eugenia aquea
Selain itu juga terdapat 2 jenis jambu air yang banyak ditanam, tetapi keduanya tidak
begitu menyolok perbedaannya. Ke dua jenis tersebut adalah Syzygium quaeum
(jambu air kecil) dan Syzygium samarangense (jambu air besar). Varietas jambu air
besar yakni: jambu Semarang, Madura, Lilin (super manis), Apel dan Cincalo (merah
dan hijau/putih) dan Jenis-jenis jambu air lainnya adalah: Camplong (Bangkalan),
Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak, Neem, Lonceng
(super lebat), dan Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yang paling komersil
adalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari 2 macam (merah dan
putih).
3. MANFAAT TANAMAN
Pada umumnya jambu air dimakan segar, tetapi dapat juga dibuat puree, sirop, jeli,
jam/berbentuk awetan lainnya. Selain sebagai “buah meja” jambu air juga telah
menjadi santapan canggih dengan dibuat salada dan fruit coctail. Kandungan kimia
yang penting dari jambu air adalah gula dan vitamin C.
Buah jambu air masak yang manis rasanya, selain disajikan sebagai buah meja juga
untuk rujak dan asinan. Kadang-kadang kulit batangnya dapat digunakan sebagai
obat.
4. SENTRA PENANAMAN
Menurut data statistik dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Jawa Barat,
Kabupaten Karawang, Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut,
Cirebon, Subang dan Bekasi termasuk 10 besar sentra penanaman pohon jambu.
Jambu air Cincalo merah banyak terdapat di Karawang dan terkenal dengan jambu
Bolang yang bila matang benar berwarna merah tua kebiruan dengan rasa manis-
asam segar sedangkan Jambu air Semarang (merah dan putih) banyak terdapat di
Indramayu.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi dalam
membantu penyerbukan pada bunga.
Hal. 2/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah yang curah hujannya
rendah/kering sekitar 500–3.000 mm/tahun dan musim kemarau lebih dari 4 bulan.
Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan memberikan kualitas buah yang
baik dengan rasa lebih manis.
3) Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan.
Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40–
80 %.
4) Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 derajat C.
5) Kelembaban udara antara 50-80 %.
1) Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik.
2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai media tanam jambu air adalah
5,5–7,5.
3) Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air adalah 0-
50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm.
4) Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar.
Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang cukup besar di lingkungan tropis
dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih/Bibit
Biji berasal dari varietas unggul, berumur lebih dari 15 tahun, produktif dan
produksi stabil. Biji berasal dari buah masak pohon, yang besarnya normal dan
mulus. Biji dikeringanginkan selama 1-3 hari di tempat teduh. Biji-biji yang
memenuhi syarat adalah berukuran relatif besar, ukuran seragam, bernas dan
tidak cacat, dianjurkan dalam meggunakan bibit jambu air hasil
cangkokan/okulasi. Selain lebih mudah dilakukan, cara ini lebih cepat
menghasilkan buah.
2) Persiapan Benih
Hal. 3/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
sedangkan pucuk berasal dari pohon induk unggul. Setelah disambung bibit
dipelihara selama 2-3 bulan
b. Bibit Cangkok
Cabang yang akan dicangkok berada pada tanaman yang unggul dan produktif.
Cabang yang dipilih tidak telalu tua/muda, berwarna hijau keabu-
abuan/kecoklat-coklatan dengan diameter sedikitnya 1.5 cm. Setelah 2-2.5
bulan (sudah berakar), bibit segera dipotong dan ditanam dipolibag dengan
media campuran : pupuk kandang 1 : 1. Bibit dipelihara selama 1 bulan.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
5) Pemindahan Bibit
1) Persiapan
Calon tempat tumbuh tanaman jambu air harus dibersihkan dahulu dari berbagai
pengganggu seperti: rerumputan, semak/onak dan binatang. Lahan hanya diolah
Hal. 4/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
di lubang tanam dan dilaksanakan 15-30 m hari sebelum tanam. Jarak tanam
jambu air adalah 8 x 8 m dengan lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm.
2) Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk Tanaman jambu air dikerjakan semua
secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan
dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau
dicangkul sampai dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang akan ditanam.
Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi
bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkan
saluran air selebar 1 m dan kedalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah,
guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus
dan kurang humus/tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara
mengubur ranting-ranting dan dedaunan, dengan kondisi seperti ini dibiarkan
selama kurang lebih 1 tahun kemudian dilanjutkan pembuatan bedengan sesuai
dengan kebutuhan.
3) Pengapuran
4) Pemupukan
Penanaman jambu air dapat dilakukan di pot/di kebun, Jika yang digunakan adalah
bibit cangkokan maka penanaman batang lebih dalam agar pohon bisa tumbuh
secara kuat.
Bibit jambu air dikebun dapat ditanam dengan pola tanam/jarak tanam 8 x 8 m.
Hal. 5/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Cara Penanaman
Bibit jambu air ditanam ke dalam lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm. Perlu
memperhatikan kedalaman penanaman dan waktu penanaman sebaiknya
dilaksanakan persis pada awal musim hujan dan pada sore hari.
2) Penyiangan
3) Pemupukan
Pemupukan jambu air dapat diberikan sebelum berbuah dan sesudah berbuah,
sebaiknya setelah dilakukan penyiangan.
a) Tanaman belum berbuah
1. Pupuk kandang diberikan sekali gus pada awal musim hujan.
2. Pupuk urea diberikan 1/3 bersamaan dengan pupuk kandang.
3. 2 minggu setelah itu, sisa urea diberikan bersamaan dengan TSP dan KCl.
b) Tanaman sudah berbuah
1. Pupuk kandang diberikan sekaligus pada awal musim hujan.
2. Pupuk urea 2/3, TSP 1/2, KCl 1/3 diberikan pada saat tanaman belum
berbunga (bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dan saat hujan
pertama mulai turun).
3. Sisa pupuk diberikan setelah buah membesar (umur buah sekitar 1-2 bulan
sejak berbunga dan ukuran buah ± sebesar telur puyuh). Cara pemberian
pupuk tersebut sebaiknya dibenam dalam Rorak (got) sedalam 20-30 cm
mengelilingi tajuk pohon. Dosis pupuk bagi pohon jambu air umur ≥ 15 tahun.
4. Pupuk kandang: maksimal 30 kaleng minyak tanah.
5. Pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl (masing-masing) : 2500 gram.
Kenaikan takaran pupuk tersebut setiap tahun setelah jambu air berumur ≥ 10
tahun ialah:
a) Pupuk kandang: 2 kaleng minyak tanah.
b) Pupuk Urea: 100 gram.
c) Pupuk TSP: 50 gram.
d) Pupuk KCl: 50-100 gram.
Hal. 6/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tanaman jambu air yang hidup pada tanah dengan kedalaman air tanah 150-200
cm, pada musim kemarau sangat memerlukan penyiraman, agar tanah tetap
lembab. Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda perlu diairi
1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar dan perakarannya dalam, tanaman
disirami 10-12 kali sebulan.
6) Pemeliharaan Lain
Ciri: panjang 12 cm, warna hijau muda kebiru-biruan, bertubuh gemuk dan lunak,
tertutup lapisan lilin keputih-putihan. Telur-telurnya ditaruh di tepi daun, 2-3 butir
bersama-sama, warna merah muda. Kepompong berada di antara beberapa daun
atau di sebelah bawah daun. Ulat-ulat tersebut sangat rakus memakan daun.
Pengendalian: dengan cara mengumpulkan telur, ulat, dan kepompong untuk
dimusnahkan.
Hal. 7/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Ciri: panjang kutu 3-5 mm, warna hijau (kadang agak kemerahan). Melekat pada
bagian-bagian pohon yang hijau dan di bagian bawah daun. Menyebabkan
terjadinya cendawan hitam seperti jelaga. Pengendalian: cara alami dimakan oleh
beberapa macam kepik (merah tua, panjang 5 mm dan biru panjang 6 mm) dan
ulat (warna merah muda, panjang 13 mm). Kutu ini di musim penghujan bisa
musnah oleh serangan beberapa macam cendawan.
Buah dan daun yang terserang oleh ulat ini. Lalat ini meletakkan telurnya pada
daging buah, sehingga setelah menetas larvanya memakan buah jambu air.
Pengendalian: dengan insektisida Diazinon atau Bayrusil yang disemprotkan ke
pohon, daun dan buah yang masih pentil dengan dosis sesuai anjuran.
6) Penggerek batang
7.2. Penyakit
Pemupukan yang kurang hati-hati pada jambu air yang sedang berbuah dapat
menyebabkan akar tanaman luka, maka bunga atau buah jambu air bisa rontok.
Semua ini terjadi karena tanaman tidak mendapat suplai air dan zat makanan
sebagaimana mestinya akibat rusaknya akar tersebut. Selain itu tanah yang
berlebihan supali air juga dapat merontokkan bunga/buah, sebab sebab air yang
menggenang membuat akar susah bernafas dan mengundang cendawan yang
bisamembusukkan akar.
Hal. 8/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Penyebab: ulat (lalat) buah dan sejenis cendawan yang mengakibatkan buah
rontok, busuk. Serangga ini langsung menyerang buah dengan ciri noda berwarna
kecoklatan atau kehitaman pada permukaan buah. Pengendalian: (1) cara
membungkus buah sewaktu masih dipohon (2) dengan penyemprotan insektisida
thioda (2-3 cc/liter air) dan fungisida dithane (3 cc/liter air)
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman jambu air dapat berbuah setelah berumur 3-4 tahun, berbunga sebanyak 2
kali dalam setahun (Juli dan September) dan buahnya masak pada Agustus dan
Nopember. Ciri-ciri buah yang dapat dipanen dinilai dari tingkat kematangan
berdasarkan warna kulit buah, yaitu hijau muda, hijau tua, hijau sedikit merah hijau-
merah dan merah hijau. Keadaan fisik buah juga menjadi kriteria dalam panen yaitu
semakin terlihat matang buah yang nampak, maka semakin merah warna kulitnya
dan makin besar pula ukuran fisiknya.
Buah dipetik dari rangkaiaanya dengan hati hati jangan sampai rusak, apalagi jatuh.
Masa berbuah jambu air bisa lebih dari 1 kali dalam setahun, tergantung pada
keadaan lingkungan.
Buah jambu air jenis merah–hijau dapat dipanen bila warna merah pada buah jambu
lebih banyak dari pada warna hijaunya, Pada saat tersebut nisbah TPT/asam dan
Vitamin C-nya masing-masing adalah 80,8 dan 48 kg/100 gram
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Buah hasil panen dikumpulkan dimasukan kedalam keranjang plastik dan disimpan
sementara di ruangan yang sejuk. Buah dari jenis yang berbeda tidak disatukan
dengan jenis yang lain.
Hal. 9/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pisahkan buah yang cacat dari yang baik, kemudian klasifikasikan buah berdasarkan
ukurannya. Buah dicuci bersih dengan air mengalir atau dialiri air kemudian ditiriskan
di rak pengeringan.
9.3. Penyimpanan
Buah yang telah dikemas disimpan di daerah yang teduh kering dan sejuk.
Buah dikemas dalam keranjang plastik dan disusun rapi agar tidak berpindah tempat
selama dalam pengangkutan. Sebaiknya bauh disimpan dalam cold storage jika tidak
langsung diangkut ke pasar.
Perkiraan analisis budidaya jambu air seluas 1 hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m,
populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun 1999.
Hal. 10/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. Tenaga kerja
- Tenaga pemeliharaan 50 HKP+50 HKW Rp. 625.000,-
4. Alat Rp. 600.000,-
4) Pendapatan dari hasil produksi (15 tahun) : 73,32 ton Rp. 219.960.000,-
Panen dimulai pada tahun ke 5 dan keuntungan mulai diraih pada tahun ke enam.
Prospek komoditi jambu air cukup cerah, sebab permintaan terhadap komoditi ini
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam membudidayakan tanaman jambu
air perlu memilih jenis yang tepat, yakni yang banyak digemari masyarakat, seperti
cincalo.
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Hal. 11/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari
setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai
diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil
7.
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15
(minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
11.5. Pengemasan
Jambu air dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih
maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:
nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,
negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
KEMBALI KE MENU
Hal. 12/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1. SEJARAH SINGKAT
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris
disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar
ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah
dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut
juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan
persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya
mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan
tidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok karena proses terjadinya dari
Bangkok.
2. JENIS TANAMAN
Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari
orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi
diantaranya:
1) Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh
dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).
Hal. 1/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya
agak hambar). Setelah diadakan percampuran dengan jambu susu rasanya
berubah asam-asam manis.
3) Jambu merah.
4) Jambu pasar minggu.
5) Jambu sari.
6) Jmabu apel.
7) Jambu palembang.
8) Jambu merah getas.
3. MANFAAT TANAMAN
1) Sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan
mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu
biji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol.
2) Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias.
3) Daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional.
4) Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan
keras.
4. SENTRA PENANAMAN
Jambu biji dibudidayakan di negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia dan
lain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu
terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI
Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain adalah Sumatera dan
Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian
muncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun
angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga.
2) Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di
daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara
1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
3) Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal
pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat
menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim
berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-
Hal. 2/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.
2) Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak
mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat
dan sedikit pasir.
3) Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya,
yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan
pengapuran terlebih dahulu.
Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200
m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi,
walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung.
1) Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat
konsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik
antara lain yang berasal dari:
a) Buah yang sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya
persarian bersilang.
2) Penyiapan Benih
Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan fermentasi
biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam
(sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan
perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl)
Hal. 3/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan
disamping itu mudah diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah
sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari
rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya,
kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yang
berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan
lahan yang idel sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke
selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng
1 m, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk
kandang sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah matang dan benih siap
disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsung
ditunggalkan pada bedeng-bedang yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan
pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam
pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur
1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari
bedeng persemaian ke bedeng penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m,
kurang lebih telah berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulai
dengan mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yang
telah diberi pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik
yang telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan tali plastik
supaya menjaga petumbuhan akar tidak mengalami hambatan. Akar akan tumbuh
dengan cepat, sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan okulasi dengan mata tangkai
yang telah berumur 1 th, melalui cara Forkert yng disempurnakan, dengan lebar
0,8 cm setinggi 10 cm dari permukaan tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3
pada bagian bibir kulit dan setelah berumur 2-3 minggu tali dilepas jika kelihatan
mata tetap konndisi hijau, okulasi dianggap berhasil dan pohon pangkal diatas
okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata terebut
untuk berkembang dan setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil okulasi
dapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian dilakukan
pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih cepat berkebang.
Setelah itu baru dilakukan penanaman dalam lobang-lobang bedengan yang telah
dipersiapkan.
Hal. 4/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
5) Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun
diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada
media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, dan
pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak
maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk
menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong
separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi
dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat
lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dan dilakukan penyiraman secara rutin
tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.
1) Persiapan
Hal. 5/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara
bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang,
dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul
dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari
cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil
okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran
air selebar 1 m dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna
mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan
kurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara
mengubur ranting-ranting dan dedaunan dengan kondisi seperti ini dibiarkan
selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya. Kemudian dilakukan pemupukan
sebanyak 2 kaleng minyak tanah (4 kg) per meter persegi. Dilanjutkan pembuatan
bedengan sesuai dengan kebutuhan.
3) Pembentukan Bedengan
4) Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran
yang baru terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga
belum terlalu subur. Caranya dengan menggali lobang-lobang dengan ukuran 1 x
1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang, guna
menetralkan pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan
kapur diberi pupuk kandang.
5) Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang
ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama
Hal. 6/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
diberi NPK dengan dosis 12:24:81 ons/pohon, bulan kedua dilakukan sama
dengan bulan pertama, pada bulan ketiga diberi NPK dengan dosis 15:15:15
ons/pohon dan bulan ke 4 sampai tanaman berbuah, supaya jambu tetap bebuah
gunakan pupuk kandang yang sudah matang dan ditanamkan sejauh 30 cm dari
batang tanaman. Pemupukan merupakan bagian terpenting yang peggunaannya
tidak dapat sembarangan, terlebih-lebih kalau menggunakan pupuk buatan seperti
NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat dari
pupuk menjadi racun yang akan membahayakan tanaman itu sendiri.
Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah cukup umur ditempatan
pada bedeng-bedang yang telah siap. Juga penyiapan pohon pangkal sebaiknya
melalui proses perkecambahan kemudian ditanam dengan jarak 20 x 30 cm
setelah berkecambah dan berumur 1-2 bulan atau telah tumbuh daun sebanyak 2-
3 helai maka bibit/zaeling dapat dipindahkan pada bedeng ke dua yang telah
dibentuk selebar 3-4 m dengan jarak tanam 7-10 m dengan kedalaman sekitar 30-
40 cm, jarak antara bedeng selebar 1 m, didahului perataan tanah ditengah
bedengan guna pembuatan lubang-lubang penanaman. Untuk menghindari
sengatan sinar matahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih
tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari
secara penuh.
3) Cara Penanaman
Hal. 7/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Lain-lain
Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang rangkanya dibuat
dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agar
tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan
untuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman
dilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secara
alamiah.
Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu
diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebih
baik apabila keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yang diperhatikan
dengan baik akan memberikan imbalan hasil yang memuaskan.
Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembali
terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harus
disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak
tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan
apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman
dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.
2) Penyiangan
Selama 2 minggu setelah bibit yang berasal dari cangkokan/ okulasi ditanam di
lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat)
dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yang
ada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidak
diperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya.
Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3
buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh
cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsang
tunas bunga dan buah yang akan tumbuh.
3) Pembubunan
Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji
perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam
keadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggap
telah kuat betul.
Hal. 8/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Perempalan
Agar supaya tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah
tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada
ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang
juga berguna memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan mengatur
produksi agar tanaman tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukan
setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru
sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih
meningkat atau tetap stabil keberadaannya.
5) Pemupukan
Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu
diberikan pupuk secara berkala dengan aturan:
a) Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan
campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK
dengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali di
sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudian
masukkan campuran tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian
sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun.
b) Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah tanaman berbuah 2 kali.
Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250
gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini dilakukan setiap 3 bulan sekali
dengan TSP dan NPK dengan takaran sama.
c) Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas, Kalau pertumbuhan tanaman
kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasan
raning, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman
memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau
okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore.
Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali
sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi
penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukansaja.
Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak
tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air.
Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukan
penyiraman dengan menggunakan pompa air 3 PK untuk lahan seluas kurang
lebih 3000 m2 dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari.
Hal. 9/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8) Pemeliharaan Lain
Untuk memacu munculnya bunga Jambu biji diperlukan larutan KNO3 (Kalsium
Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan
juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan) jambu
biji pada setiap stadium (tahap perkembangan) dan juga mempercepat
pertumbuhan buah jambu biji, cara pemberian KNO3 dengan jalan
menyemprotkan pada pucuk-pucuk cabang dengan dosis antara 2-3 liter larutan
KNO3 untuk setiap 10 pucuk tanaman dengan ukuran larutan KNO3 adalah 10
gram yang dilarutkan dengan 1 liter pengencer teknis.
Hal. 10/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Ulat putih
Gejala: membuat kulit kayu dan mampu membuat lobang sepanjang 30 cm;
Pengendalian: sama dengan ulat putih.
Ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti tangkai daun berwarna cokelat dan
beruas-ruas Gejala: pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat
kuning. Pengendalian: sama dengan ulat putih.
7.2. Penyakit
Menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan. Gejala: adanya bercak-
bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang
merupakan kumpulan sporanya. Pengendalian: dengan menyempotakan
fungisida seperti Dlsene 200 MX.
2) Jamur Ceroospora psidil , Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil
Gejala: rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang
kena dikupas akan nampak warna kecoklatan. Pengendalian: dengan
menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.
7.3. Gulma
Hal. 11/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman, oleh sebab itu perlu dilakukan
penyiangan secara rutin.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda
dengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih
cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yang telah matang dengan
ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu biji yang ditanam dan juga
dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan merasakan jambu biji yang
sudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak,
dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat
menjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen.
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yang sudah
matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar
tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan ke
dalam keranjang yang dibawa oleh pemetik dan setelah penuh diturunkan dengan
tali yang telah disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan.
Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan
baik dengan harapan dapat cepat berbuah kembali.
Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dalam satu
rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan agar buah dapat berkembang
besar dan merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah dapat dilakukan
dua kali dalam setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan
dicari buah yang masak, dan yang belum masak supaya ditinggal dan kemudian
dipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tidak dipetik maka akan
berakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai dll.
Hal. 12/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
mencapai 53.200 ton dengan luas tanaman selebar 17.100 hektar. Harga jual
sekarang ke konsumen mencapai Rp. 650,- per ikat atau sampai Rp.750/ kg.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secara
baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai
pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam
keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalam
gudang/gubug.
Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yang bagus mempunyai
harga jualnya tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang
kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutu
sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan atau bijian dan perlu diingat bahwa
dalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukan
sesuai dengan jenis jambu biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain.
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji
tidak bisa terlalu lama dan sementara belum dapat dijual ke pasar ditampung dulu
dalam gubug-gubug atau gudang dengan menggunakan kantong PE, suhu sekitar
23-25 derajat C dan jambu dapat bertahan hingga 15 hari dalam kantong PE dan
ditambah 7 hari setelah dikeluarkan dari kantong PE, sehingga dapat meningkatkan
daya simpan 4,40 kali dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yang baik adalah -
1013 mbar dan dapat menghasilkan kondisi PE melengket dengan sempurna pada
permukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% dan kerusakan 13,33% setelah
penyimpanan dalam kantong PE. Jalan yang terbaik untuk penyimpanan buah jambu
dengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan atau
manisan dan dimasukkan dalam kaleng atau botol atau dapat juga dengan
menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga kesterilan dan ketahanan
sehingga dapat lama dalam penyimpanannya. Serta biasanya dibuat minuman atau
koktail.
Jambu biji dengan hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja, tetapi
pada kenampakan dan cara pengikatannya, apa bilaakan di jual tidak jauh dari lokasi
maka cukup dibawa dengan dimasukkan dalam keranjang dengan melalui sarana
sepeda atau kendaraan bermotor. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh
Hal. 13/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
(antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buah
jambu batu dilakukan dengan cara di pak dengan menggunakan peti yang berukuran
persegi panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yang panjang dengan jarak
1 cm, sisi yang pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2 lembar papan setebal 1cm,
karena sisi ini dalam pengangkutan akan diletakkan di bagian bawah, sebaiknya
pembuatan peti dilakukan jarang-jarang guna untuk memberi kebebasan udara untuk
keluar masuk dalam peti. Sebelumnya buah jambu dipilih dan di pak. Setelah itu
disusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi
dengan lumut/sabut kelapa, atau bahan halus dan lembut lainnya. Kemudian setelah
penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan
papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya penempatan
peti bagian yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.
Agar hasil penyimpanan dapat bernilai tinggi maka perlu dilakukan pengolahan
terlebih dulu. dan biasanya dengan cara pengawetan yang kemudian disimpan atau
dikemas dalam botol/kaleng atau juga dengan kantong plastik, guna menghambat
proses pembusukan buah didalam botol, dan dapat membuka peluang untuk
menikmati buah jambu biji pada setiap saat tanpa menunggu musim berbuah
berikutnya. Seperti berbentuk koktail jambu, manisan jambu dan jambu biji kalengan.
Dengan membuka peluang untuk dilakukan eksport buah olahan dari buah jambu
biji. Seperti jus jambu biji berbentuk cairan agak kental atau sirup.
Perkiraan analisis budidaya jambu biji seluas 1 hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m,
populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun 1999.
Hal. 14/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Panen dimulai pada tahun ke 6 dan keuntungan mulai diraih pada tahun ke enam.
Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnya
sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yang
didapatkan.
Prospek komoditi jambu biji cukup cerah, sebab permintaan terhadap komoditi ini
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam membudidayakan tanaman jambu
air perlu memilih jenis yang tepat, yakni yang banyak digemari masyarakat, seperti
jambu biji bangkok.
Hal. 15/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari
setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai
diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil
7.
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15
(minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
11.5. Pengemasan
Jambu biji dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih
maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:
nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,
negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
Hal. 16/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Ensiklopedi nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989. Jilid 7: hal 325.
KEMBALI KE MENU
Hal. 17/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
JAMBU METE
( Anacardium occidentale L. )
1. SEJARAH SINGKAT
Jambu mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil
Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu,
kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal,
Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan
Indonesia. Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India
merupakan negara pemasok utama jambu mete dunia.
Hal. 1/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2. JENIS TANAMAN
Jambu mete mempunyai puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih,
merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan dan hijau.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai
dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapat
digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete semu dapat diolah menjadi
beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai
mete, buah kalengan, dan jem jambu mete.
Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara,
cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk bahan tinta,
bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete
juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete
menghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnya
baik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku.
Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih
muda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua
dapat digunakan untuk obat luka bakar.
4. SENTRA PENANAMAN
Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), Jawa
Timur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan di
Yogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar Pulau Jawa, Jambu mete
banyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi Selatan (Kepulauan Pangkajene,
Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara
(Muna). dan NTB (Sumbawa Besar, Dompu, dan Bima).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman jambu
mete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak
akan berbuah bila dinaungi tanaman lain.
2) Suhu harian di sentra penghasil jambu mete minimun antara 15-25 derajat C dan
maksimun antara 25-35 derajat C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif
bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27 derajat C.
Hal. 2/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah berpasir,
tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir.
2) Jambu mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapi
masih sesuai pada pH antara 5,5 - 6,3.
Di Indonesia tanaman jambu mete dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl.
Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuan
rehabilitasi tanah kritis.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Budidaya jambu mete dapat diperbanyak secara generatif melalui biji dan secara
vegetatif dengan cara pencangkokan, okulasi, dan penyambungan.
Biji yang akan ditanam harus berasal dari pohon induk pilihan. Cara penanganan biji
mete untuk benih adalah :
a) Buah mete/calon bibit dipanen pada pertengahan musim panen.
b) Buah mete tersebut harus sudah matang dan tidak cacat.
c) Biji mete segera dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, kemudian disortir.
d) Biji mete dijemur sampai kadar air 8-10%.
e) Bila dikemas dalam kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan harus
lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.
f) Lama penyimpanan bibit ± 6 bulan, paling lama 8 bulan.
g) Sebelum ditanam, benih (biji mete) harus disemai dahulu.
Hal. 3/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Persiapan
Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu, pH harus 4-6, tanah tanaman
jambu mete sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, juga
terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun jambu mete
dapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat tanam jambu mete
adalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di musim kemarau.
2) Pembukaan lahan
Lahan yang akan ditanami jambu mete harus terbuka atau terkena sinar matahari
dan disiapkan sebaik-baiknya.Tanah dibajak/dicangkul sebelum musim hujan.
Batang-batang pohon disingkirkan dan dibakar, untuk tanah yang pembuangan
airnya kurang baik dibuatkan parit-parit drainase.
3) Pemupukan
Pada budi daya monokultur jarak tanam dianjurkan 12 x 12 m. Maka dalam setiap
satu ha lahan jumlah total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 69 batang. Jarak
tanam dapat dibuat dengan ukuran 6 X 6 m sehingga jumlah total tanaman yang
dibutuhkan adalah 276 batang/ha. Kerapatan tanaman kemudian dijarangkan
pada umur 6-10 tahun.
Hal. 4/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Cara Penanaman
Penanaman dapat dilakukan 4–6 minggu setelah lubang tanam disiapkan. Untuk
mengurangi keasaman tanah, pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan
pada musim kemarau.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Bibit yang akan ditanam dilepas dari polybag. Tanah yang melekat pada akar
dijaga jangan sampai berantakan agar perakaran bibit tidak rusak.
b) Penanaman dilakukan sampai sebatas leher akar atau sama dalamnya seperti
sewaktu masih dalam persemaian. Bila menggunakan bibit dari okulasi dan
sambung, diusahakan akar tunggangnya tetap lurus. Letak akar cabang
diusahakan tersebar kesegala arah. Ujung-ujungnya yang patah/rusak
sebaiknya dipotong.
c) Tanah disekitar batang dipadatkan dan diratakan agar tidak dapat terdapat
rongga-rongga udara diantara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanaman
perlu diberi penyangga dari bambu agar dapat tumbuh tegak.
1) Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perlu
disiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air
siraman jangan sampai menggenangi tanaman.
2) Penyulaman
Hal. 5/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bibit jambu mete mulai berdaun dan bertunas setelah 2-3 bulan ditanam.
Pembasmian gulma sebaiknya dilakukan sekali dalam 45 hari. Tanah yang
disiram setiap hari tentu semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit.
Akibatnya, akar tanaman tidak leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu tanah di
sekitar tanaman perlu digemburkan.
4) Pemupukan
Tanaman jambu mete dipupuk dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk
buatan. Pemberian pupuk kandang/ kompos dilakukan dengan cara menggali parit
melingkar, di luar tajuk sebanyak ± 2 blek minyak tanah (± 20 kg). Pupuk
dituangkan ke dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan berikutnya
dilakukan dengan pupuk buatan.
5) Pemangkasan
6) Penjarangan
Hama yang sering menyerang tanaman jambu mete adalah hama pengisap daun,
nyamuk daun, penggerek daun, penggulung daun, ulat kipat, ulat hijau, dan ulat
perusak bunga. Insektisida yang dianjurkan antara lain: Tamaron, Folidol, Lamnate,
Basudin dan Dimecron dengan dosis 2cc atau 2 gram/liter air.
Hal. 6/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
rambut putih. Telurnya berwarna putih, oval. Fase pupa berlangsung 4 minggu,
fase kepompong 3-5 minggu. Gejala: daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas
gigitan; pada serangan yang hebat, daun dapat habis sama sekali, tetapi tanaman
tidak mati; tanaman tidak akan menghasilkan buah, dan baru pulih setelah 18
bulan. Pengendalian: dengan menyemprotkan insektisida Symbush 50 EC atau
Pumicidin dengan dosis 1,0 - 1,5 ml/liter air.
2) Helopeltis sp.
Tubuh imago berwarna hitam, kecuali abdomen bagian belakang sebelah bawah
berwarna putih. Gejala: pada tunas-tunas daun muda, tangkai daun terdapat
bercak-bercak hitam tidak merata; daun dan ranting segera mengering dan diikuti
dengan gugurnya daun. Pengendalian: (1) melalui teknik bercocok tanam,
misalnya dengan mengurangi tanaman inang atau tanaman peneduh; (2) dengan
insektisida Agroline dengan dosis 0,2 % atau Thiodan dengan dosis 0,02 %.
Gejala: buah muda yang diserang hama ini akan berjatuhan dan kering, sedang
buah tua isinya belum penuh. Pengendalian: belum didapatkan cara yang tepat,
sebab larva instar yang jatuh terakhir dan menjadi pupa di tanah, maka hama
dapat diberantas secara mekanis atau kimiawi, yaitu dengan menggunakan
Karbaril 0,15%.
7.2. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang adalah penyakit busuk batang dan akar, penyakit
bunga dan putik, dan Antracnossis. Penyakit ini dapat dibasmi dengan Fungisida
Zinc Carmamate, Captacol dan Theophanatea.
1) Penyakit layu
Penyakit ini muncul bila tempat pembibitan terlalu lembab dan jenuh air.
Penyebab: jamur Phytophthora palmivora, Fusarium sp. dan Phytium sp. Gejala:
bila tanaman tiba-tiba menjadi layu. Pengendalian: (1) dengan memperbaiki
lingkungan pembibitan, seperti memperdalam parit pembuangan air dan
mengurangi naungan yang terlalu rapat; (2) dengan penyemprotan Dithane M 45
secara teratur dan terencana.
Hal. 7/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
(1) Penyebab: Colletrichum sp., Botryodiplodia sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit
buah hitam dan busuk. (2) Penyebab: Pestalotiopsis sp, Colletrichum sp,
Pestalotiopsis sp., Botryodiplodia sp., Fusarium sp. Gejala: permukaan kulit buah
& kulit biji, kering kecoklatan & pecah-pecah, bunga & tangkainya busuk. (3)
Penyebab : Botryodiplodia sp. , Fusarium sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit biji
busuk dan hitam. Pengendalian: (1) perlu dilakukan secara terpadu; (2) untuk
memberantas jamur parasit ini beberapa fungisida yang efektif adalah Dithane M-
45, Delsene MX 200, Difolan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah jambu mete yang sudah tua adalah sebagai berikut:
a) Warna kulit buah semu menjadi kuning, oranye, atau merah tergantung pada
jenisnya.
b) Ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati.
c) Tekstur daging semu lunak, rasanya asam agak manis, berair, dan aroma
buahnya mirip aroma stroberi.
d) Warna kulit bijinya menjadi putih keabu-abuan dan mengilat.
Ketepatan masa panen dan penanganan buah mete selama masa pemanenan
merupakan faktor penting. Tanaman jambu mete dapat dipanen untuk pertama kali
pada umur 3-4 tahun. Buah mete biasanya telah dapat dipetik pada umur 60-70 hari
sejak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu pada bulan
November sampai bulan Februari tahun berikutnya. Agar mutu gelondong/kacang
mete baik, buah yang dipetik harus telah tua.
Sampai saat ini ada dua cara panen yang lazim dilakukan di berbagai sentra jambu
mete di dunia, yaitu cara lelesan dan cara selektif.
Hal. 8/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
a) Cara lelesan
Dilakukan dengan membiarkan buah jambu mete yang telah tua tetap di pohon
dan jatuh sendiri atau para petani menggoyang-goyangkan pohon agar buah yang
tua berjatuhan.
b) Cara selektif
Dilakukan secara selektif (buah langsung dipilih dan dipetik dari pohon). Apabila
buah tidak memungkinkan dipetik secara langsung, pemanenan dapat dibantu
dengan galah dan tangga berkaki tiga.
Banyaknya hasil panen tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4
tahun dapat menghasilkan gelondong kering 2-3 kg/pohon. Hasil ini meningkat
menjadi 15-20 kg/pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu mete sebenarnya
masih dapat berproduksi sampai umur 50 tahun, tetapi masa paling produktifnya
adalah pada umur 25-30 tahun.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Mutu kacang mete di pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete tersebut
antara lain dipengaruhi oleh varietas tanaman jambu mete yang berbeda dan
perlakuan serta pengawasan selama proses pengolahan berlangsung. Banyaknya
varietas tanaman jambu mete yang ditanam oleh para petani indonesia
menyebabkan mutu mete yang dihasilkan sangat beragam baik mengenai ukuran
gelondong, warna, rasa, maupun rendamen kacang metenya.
Hal. 9/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Jambu mete mulai berbuah pada umur ± 5 tahun. Panen setiap tahun, hasilnya
meningkat mulai umur 8 - 10 tahun. Setelah itu berbuah lebat hingga lebih dari 20
tahun. Dengan menanam jambu mete, disamping menjaga kelestarian tanah dan air,
setiap hektar akan diperoleh 100 pohon x 5 kg/pohon x Rp. 500,- = Rp. 250.000,-
(tahun 1988)
Mutu kacang mete dinilai dari bentuk, ukuran biji, bobot biji dan warna. Selain itu juga
faktor rasa, bau, dan tekstur ikut mem-pengaruhi mutu kacang mete, terutama dalam
hubungannya dengan penerimaan konsumen. Rasa kacang mete dipengaruhi oleh
faktor intrinsik alami, varietas tanaman dan faktor ekstrinsik seperti tumbuhnya jamur
pada kacang dan proses pengolahannya.
11.2. Diskripsi
Biji Mete kupas (Cashew Kernels) adalah biji dari buah tanaman jambu mete yang
telah dikupas kulitnya dan telah dikeringkan. Standar mutu kacang mete di Indonesia
tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-2906-1992.
Jenis/kelas mutu kacang mete terbagi menjadi 4 kelas (I, II, III dan IV). Adapun
standar atau syarat mutu kacang mete dilihat dari:
a) Kulit ari
b) Biji terkena CNSL
c) Serangga
c) Biji berulat
d) Biji busuk
e) Biji bercendawan/jamur
f) Benda-benda asing
Hal. 10/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah peti/karton
dengan maksimum 30 peti/karton dari tiap partai barang, kemudian tiap peti/karton
diambil contoh kurang lebih 500 gram Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur
sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal.
Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 1000 gram
Contoh kemudian disegel dan diberi label.
11.5. Pengemasan
Kacang mete yang diekspor biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara
4-6%, yang dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan karbondioksida.
Kaleng kemasan yang digunakan sama dengan kaleng minyak tanah atau minyak
goreng, tetapi sebaiknya yang masih baru, bersih, kering, kedap udara dan tidak
bocor, serta harus bebas dari infeksi serangga dan jamur serta tidak karatan.
Bagian luar peti/karton pembungkus ditulis dengan cat yang tidak mudah luntur dan
jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang.
c) Nama perusahaan/eksportir.
d) Jenis mutu.
e) Nomor kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Negara/tempat tujuan.
Hal. 11/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 12/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
JERUK
( Citrus sp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu,
jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman
jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan
jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
2. JENIS TANAMAN
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus
reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas
Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan
C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang
terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang
Hal. 1 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C.
hystix ABC).
Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit.
Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan
purut.
3. MANFAAT TANAMAN
1) Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan,
dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
2) Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes,
alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk
membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
3) Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional
penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang
mata.
4. SENTRA PENANAMAN
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah.
Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan
angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
2) Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah
(musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah
agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air
yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
3) Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh
normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.
4) Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
5) Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
Hal. 2 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-
27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
2) Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
3) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–
6,5 dengan pH optimum 6.
4) Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan
tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman
jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
5) Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan
sekitar 300.
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah
sampai tinggi tergantung pada spesies:
1) Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
2) Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
3) Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
4) Jenis Siem: 1–700 m dpl.
5) Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
6) Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
7) Jenis Purut: 1–400 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa
penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip
dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan
batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki
sertifikasi penangkaran bibit.
2) Penyiapan Bibit
Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara
generatif dan vegetatif.
Hal. 3 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
a) Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji
dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya
hilang.
Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm
dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke
selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang
1 kg/m2.
Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram.
Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag
15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam
polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk
kandang, sekam, pasir (1:1:1).
b) Cara Vegetatif
Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di
suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari
tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk
dapat dilihat pada data berikut ini:
1) Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m
2) Manis : jarak tanam 7 x 7 m
3) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m
4) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m
5) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m
6) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m
Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu
sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas
tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk
kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan
(guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.
Hal. 4 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air
untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam,
perlu dilakukan:
1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
2) Pengurangan akar.
3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau
daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar
tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang.
1) Penyulaman
2) Penyiangan
3) Pembubunan
Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar
perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar
sudah mulai terlihat.
4) Pemangkasan
Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang
kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap
cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya.
Hal. 5 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah
penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol.
Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
5) Pemupukan
Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali
dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar
tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
7) Penjarangan Buah
Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan
supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas
buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena
sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu
tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama
terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.
Hal. 6 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.1. Hama
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala:
tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan insektisida bahan
aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC)
dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan
dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung
dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisida
dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion,
Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50
SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau
keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian:
semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC,
Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon
45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-
perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran),
Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).
Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida
Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC)
yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan
pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai
Hal. 7 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala:
bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah
muda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif
Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian
buang bagian yang diserang.
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun
menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam,
kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang
disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat
dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami.
Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite
(Omite) pada masa bertunas.
Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning,
mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl
(Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S),
Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat
memindahkan kutu.
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di
bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian:
gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC,
Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein
Hydrolisate.
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna kuning,
bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan
cabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisida
Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron
50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
Hal. 8 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati. Pengendalian: perbaiki
sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida
Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
7.2. Penyakit
1) CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri.
Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil,
lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian:
gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun
minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk
vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.
2) Tristeza
Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang
jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala: lekuk
batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang
terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau
Cascade.
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis
gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour
Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di
permukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan
perhatikan sanitasi lingkungan.
4) Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau
cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian
kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi
karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
Hal. 9 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Embun tepung
Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan
tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot
25 EC).
6) Kudis
7) Busuk buah
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang
diserang: buah dan bunga Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah
gugur. Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.
Hal. 10 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11) Kanker
8. PANEN
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36
minggu, tergantung jenis/varietasnya.
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang
sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di
bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang
mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan
diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah
dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat
terkecil.
Hal. 11 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9.3. Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan
temperatur ruangan 8-10 derajat C.
9.4. Pengemasan
Analisis budidaya jeruk manis (Jaffa) skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun di
daerah Batu (Malang) tahun 1999.
1) Biaya produksi
a. Sewa lahan 15 tahun @ Rp. 1.000.000,- Rp. 15.000.000,-
b. Bibit 400 tanaman @ Rp. 2.500,- Rp. 100.000,-
c. Pupuk kandang
- Tahun ke-1, 67 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.005.000,-
- Tahun ke-2, 83 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.245.000,-
- Tahun ke-3, 100 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.500.000,-
- Tahun ke-4, 125 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.875.000,-
- Tahun ke-5, 150 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 2.250.000,-
- Tahun ke-6, 175 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 2.625.000,-
d. Pupuk Urea
- Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 112.800,-
- Tahun ke-2, 100 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 141.000,-
- Tahun ke-3, 145 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 204.450,-
- Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 214.320,-
- Tahun ke-5, 222 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 313.020,-
- Tahun ke-6, 333 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 469.530,-
e. Pupuk SP 36
- Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 133.575,-
- Tahun ke-2, 85 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 174.675,-
- Tahun ke-3, 100 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 205.500,-
- Tahun ke-4, 100 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 205.500,-
- Tahun ke-5, 111 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 228.105,-
- Tahun ke-6, 166 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 341.130,-
f. Pupuk ZK
Hal. 12 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Catatan:
Dalam budidaya jeruk manis (Jaffa), tanaman mulai berproduksi pada tahun ke 3
dan keuntungan mulai didapat mulai tahun ke-4.
Di luar negeri jeruk merupakan komoditi buah-buahan yang sangat penting dengan
nilai ekonomi tinggi. Tendensi permintaan buah-buah internasional termasuk jeruk
akan meningkat, selain itu diperkiraan permintaan pasar dalam negeri akan
meningkat sebesar 10 % per tahun.
Konsumsi jeruk di Indonesia hanya 2,7 kg/orang/tahun, masih jauh dari konsumsi
ideal sebesar 6,4 kg/orang/tahun. Dengan konsumsi ideal, diperlukan 1,3 juta ton
jeruk/tahun, padahal produksi jeruk di tahun 1996 hanya 793.810 ton/tahun yang
Hal. 14 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
saat ini tidak bergerak banyak. Untuk itu masih diperlukan penambahan 50.129 ha
kebun jeruk.
Prospek agribisnis jeruk di Indonesia semakin baik karena lahan pertanian untuk
buah-buahan meliputi areal jutaan hektar dan potensi peningkatan produksi jeruk
juga tinggi karena selama ini kebun jeruk umumnya diusahakan secara tradisional.
Selain itu, jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang harganya relatif stabil.
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Jeruk keprok adalah buah dari tanaman jeruk keprok (Citrus reticulata LOUR) yang
berkulit mudah dikupas, dalam keadaan cukup tua, utuh segar dan bersih.
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari
setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai
diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
Hal. 15 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
2) Jumlah kemasan dalam partai (lot)101 sampai dengan 300, contoh yang diambil
7.
3) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
4) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
5) Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15
(minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah jeruk dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih
maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:
nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,
negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
KEMBALI KE MENU
Hal. 16 / 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KACANG TANAH
( Arachis hypogeae L.)
1. SEJARAH SINGKAT
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan
oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman
berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama
kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan
Portugis.
Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang
bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang
tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
2. JENIS TANAMAN
Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Klas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Leguminales
Hal. 1/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica
Chod & Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod &
Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachis
helodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae
Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth.
3. MANFAAT TANAMAN
Di bidang industri, digunakan sebagai bahan untuk membuat keju, mentega, sabun
dan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas
kacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi
jamur. Manfaat daunnya selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan
juga sebagai bahan pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan
pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein
(27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral
antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur.
4. SENTRA PENANAMAN
Di tingkat Internasional mula-mula kacang tanah terpusat di India, Cina, Nigeria,
Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacang
tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di
seluruh Indonesia.
Hal. 2/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300
mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak
terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan
kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b) Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara
minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32 derajat C. Bila suhunya di
bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat,
bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya
curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar
pertanaman.
d) Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang
tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
a) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang
gembur/bertekstur ringan dan subur.
b) Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH
antara 6,0–6,5.
c) Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada
disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan
yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang
tanah.
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada
ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada
ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Penyiapan Benih
1) Persiapan
Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih
yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan dengan
persyaratan tanaman kacang tanah.
2) Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam
gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan
pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan
menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun
dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau
oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam,
perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada
saat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata.
Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.
5) Pemupukan
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang
subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm
atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu
40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telah
ditentukan di atas.
3) Cara Penanaman
Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan
benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam
yang paling baik dilahan kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah
dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September
(palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi
rhizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian
benih langsung ditanam paling lambat 6 jam.
1) Penyulaman
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk
penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ±
3-7 hari setelah tanam).
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga agar
tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma) pada umur 5-7
hari.
3) Pembubunan
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu
Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua
dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang
tunggal.
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada
musim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan
penyiraman, karena dapat menggganggu penyerbukan.
7) Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, asalkan
tidak memerlukan biaya yang berarti, misalnya pemangkasan, perambatan,
pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar
menunjang kesehatan tanaman).
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
a) Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu
dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman
terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
b) Ulat berwarna
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian:
penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D.
c) Ulat grapyak
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok.
Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2)
penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
d) Ulat jengkal
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisida
Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
e) Sikada
Gejala: menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak,
pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500
EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
f) Kumbang daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga.
Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC,
Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.
7.2. Penyakit
a) Penyakit layu
Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan
0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Penyakit mozaik
Pengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10 hari sekali sejak
tanaman itu baru tumbuh.
e) Penyakit gapong
Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya, kemudian baru diberi
DD (Dichloropane Dichloropene 40-800 liter/ha per aplikasi.
f) Penyakit Sclertium
Pengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan.
g) Penyakit karat
Pengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta semua vektor
penularan harus dibasmi.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-
4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap
dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan
keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.
Pencabutan tanaman, lalu memetik polong (buahnya) terus bersihkan dan dijemur
matahari, memilih bila diperlukan untuk benih dan seterusnya dilakukan
penyimpanan, untuk konsumsi bisa di pasarkan langsung atau bisa langsung dibuat
berbagai jenis produk makanan.
Jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas
satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering.
Hal. 8/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Pilah-pilah polong yang tua dan polong yang muda untuk dipisahkan berdasarkan
derajat ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.
9.3. Penyimpanan
Untuk pengangkutan pada prinsipnya yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidak
rusak atau tidak berubah dari kualitas yang sudah disiapkan.
Perkiraan analisis usaha tani kacang tanah seluas 1 hektar per musim tanam (3
bulan) pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat dapat dirinci berikut ini:
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 500.000,-
2. Bibit: benih 200 kg @ Rp 4.000,- Rp. 800.000,-
3. Pupuk
- Urea: 100 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 150.000,-
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Pendapatan
1. Berupa polong kering 2.000 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 4.000.000,-
2. Berupa biji kering (rendemen 0,6): 2.000 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 4.800.000,-
c) Keuntungan bersih
1. Berupa polong kering Rp. 1.032.500,-
2. Berupa biji kering Rp. 1.832.500,-
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang
maksimum, meskipun bibit unggul yang berproduksi tinggi sudah diciptakan, namun
dalam praktek produksinya belum memenuhi harapan. Hal ini merupakan daya tarik
tersendiri bagi konsumen. Yang terjadi di lapangan, sebelum panen tiba, para
tengkulak mulai melakukan pembelian di areal pertanaman secara besar-besaran
(Jawa: ditebas) dan para tengkulak kemudian menjual ke pabrik-pabrik minyak
goreng.
Hal yang paling mendapat sorotan pemerintah, selama tahun 1969-1991, produksi
dan produktivitas kacang tanah nasional meningkat terus. Di Indonesia, angka
produksi kacang tanah diantara jenis kacang-kacangan lainnya, menempati urutan
ke-2 setelah kedelai.
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Standar produksi kacang tanam meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
11.2. Diskripsi
Kacang tanah digolongkan dalam 3 jenis mutu: mutu I, mutu II dan mutu III
a) Syarat umum
1. Bebas hama penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, apek dan bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.
Untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang sesuai dengan syarat, maka harus
dilakukan beberapa pengujian, yaitu:
a) Penentuan adanya hama dan penyakit, bau dilakukan dengan cara organoleptik
kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera penglihatan dan
penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperoleh.
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Penentuan adanya butir rusak, butir warna lain, kotoran dan butir belah dilakukan
dengan cara manual dengan pinset. Presentase butir warna lain, butir rusak, butir
belah, butir keriput, dan kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing
komponen dibandingkan dengan berat 100 %.
c) Penentuan diameter dengan menggunakan alat pengukur dial caliper.
d) Penentuan kadar air biji harus ditentukan dengan alat mouture tester electronic
yang telah dikalibrasi atau dengan distilasi dengan toulen (AOAC 9254). Untuk
mengukur kadar air, kacang tanah polong harus dikupas dahulu kulitnya,
selanjutnya biji kacang tanahnya diukur kadar airnya.
e) Penentuan suhu dengan alat termometer.
f) Penentuan kadar aflatoksin.
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung, dengan
maksimum 30 karung dari tiap partai barang. Kemudian dari tiap-tiap karung diambil
contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga
merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal, cara ini
dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini
disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa untuk kacang wose 100
gram dan kacang tanah gelondong 200 gram.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah
berpengalaman atau dilatih lebih dahulu, dan mempunyai ikatan dengan suatu badan
hukum dan mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang.
11.5. Pengemasan
Kacang tanah dikemas dalam karung goni atau dari bahan lain yang sesuai kuat dan
bersih dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung maksimum 75 kg, dan tahan
mengalami handing baik pada pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman
yang tidak luntur dengan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 13/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEDELAI
( Glycine max L )
1. SEJARAH SINGKAT
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai
jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai
yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo
(Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman
makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari
daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke
negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
2. JENIS TANAMAN
Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
Familia : Leguminosae
Subfamili : Papilionoidae
Genus : Glycine
Species : Glycine max L
Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis.
Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe
kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina.
Dasar-dasar penentuan varietas kedelai adalah menurut: umur, warna biji dan tipe
batang. Varietas kedelai yang dianjurkan yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317,
Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros, Economic Garden, Taichung 1290,
Hal. 1/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
TKG 1291, Clark 1293, Orba 1343, Galunggung, Lokon, Guntur, Wilis, Dempo,
Kerinci, Raung, Merbabu, Muria dan Tidar.
3. MANFAAT TANAMAN
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat dibagi
menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelai dan
minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan
industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging
nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas, cat cair, tinta
cetak dan tekstil.
Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri
makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan
sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk
pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam
bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insectisida dan
farmasi.
4. SENTRA PENANAMAN
Di salah satu negara bagian Amerika Serikat, terdapat areal pertumbuhan kedelai
yang sangat luas sehingga menghasilkan 57 % produksi kedelai dunia. Di Indonesia,
saat ini kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung
air, seperti di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara
(Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan
subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi
tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim
kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab.
b) Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar
100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman
kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.
c) Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C, akan tetapi suhu
optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
Hal. 2/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil.
a) Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi
air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai.
Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai.
b) Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan
tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun
kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan
menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis
tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik.
c) Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol.
Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak
pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan
pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.
d) Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri
Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang
panjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi
akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi
pemupukan awal.
e) Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik.
Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga
merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan
unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
f) Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untuk
pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakan
perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan
tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik
sangat penting artinya.
g) Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0
tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan
bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau
proses pembusukan) akan berjalan kurang baik.
h) Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi
tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-
300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak
lebih dari 500 m dpl.
Hal. 3/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus
yang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan
seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan
tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakan
varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahan
terhadap serangan hama penyakit. Beberapa varietas unggul kedelai adalah:
Ainggit (137), Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung, Guntur, Lakon,
Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter, Raung, Rinjani,
Shakti, Taichung, Tambora, Tidar, TK 5, Wilis.
2) Penyiapan Benih
Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus
dicampur dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang
ditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya
Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai
atau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini
akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari
udara.
Cara pemberian legin: (1) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar
10 cc; (2) legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar
seluruh kulit biji terbungkus dengan inokulum; (3) setelah diinokulasi, benih
dibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam. Dapat juga benih diangin-anginkan
terlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah:
kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya
kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji ≥ 13% dan
disimpan di ruangan bersuhu ≥ 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang ≥
80%.
Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat
diatasi dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan
memperpendek jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan
Hal. 4/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemindahan Bibit
1) Persiapan
2) Pembentukan Bedengan
3) Pengapuran
Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning,
harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur
dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur
sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum
musim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam
kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai
dengan yang diinginkan.
Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai
sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur
tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan
pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan
pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan
Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan
Hal. 5/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40
cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20
cm.
Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang
seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat
kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur,
jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat
dirapatkan.
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanaman
benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak
antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alur
ganda jarak tanam dibuat 20 cm.
3) Cara Penanaman
Hal. 6/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Waktu Tanam
Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda
tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang
dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam
menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih
mengandung cukup air.
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai
pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan
musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah
menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat
ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua
biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak
seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak
tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur
Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak
tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore
hari.
2) Penyiangan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6
minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan
pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara
mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas,
dapat juga dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida
seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.
Hal. 7/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak
merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang
berbahaya.
4) Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi
tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk
tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan
dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan
KCl=100 kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan
KCl=100 kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;
Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat
menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada
masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya.
kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan
kegagalan panen.
Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada
irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu
tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan
tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan
mencegah penguapan air secara berlebihan.
Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi.
Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi
setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh.
Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar
membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-
4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama
dilakukan pada saat musim hujan.
Hal. 8/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7) Pemeliharaan Lain
Hal. 9/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
Hal. 11/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi
bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna
dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan
tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan
merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong
retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur
akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya.
Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari,
tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang
akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan
untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-
betul sempurna dan merata.
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera
dapat dijemur.
a) Pemungutan dengan cara mencabut
Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada
tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara
pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam
Hal. 12/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus
dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila
tersentuh tangan.
b) Pemungutan dengan cara memotong
Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam,
sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan
alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah
buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara
memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil-
bintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal
di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut
sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.
Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang
belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara
bertahap, beberapa kali.
Produksi kedelai yang didasilkan para petani Indonesia rata-rata 600-700 kg/ha.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan dan Pengeringan
Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji
tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen
tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %.
Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00
siang.
Hal. 13/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya
dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan
kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung,
atau dirontokkan dengan alat pemotong padi.
Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi
agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji
yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang
sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.
Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji
kedelai sekitar 18,2 %.
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama.
Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini
ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah
atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan
sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.
Perkiraan analisis budidaya Kedelai di lahan pasang surut untuk luas lahan 1
hektar per musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah
sebagai berikut:
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam Rp. 400.000,-
2. Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6000,- Rp. 240.000,-
3. Pupuk dan kapur
- Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 35.000,-
- SP-36: 125 @ Rp. 1.900,- Rp. 125.000,-
- KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 100.000,-
- Kapur: 1.000 kg @ Rp. 300,- Rp. 300.000,-
4. Pestisida
- Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,- Rp. 200.000,-
- Legin Rp. 180.000,-
5. Tenaga kerja
- Pengolahan tanah 30 OH Rp. 300.000,-
Hal. 14/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Sedangkan perkiraan analisis budidaya kedelai di lahan kering beriklim basah per
hektar dalam 1 musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999
sebagai berikut:
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam Rp. 500.000,-
2. Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6.000,- Rp. 240.000,-
3. Pupuk dan kapur
- Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-
- SP-36: 125 @ Rp. 1.900,- Rp. 237.500,-
- Kapur: 1000 kg @ Rp. 300,- Rp. 300.000,-
4. Pestisida
- Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,- Rp. 200.000,-
- Legin Rp. 180.000,-
5. Tenaga kerja
- Pengolahan tanah 60 OH Rp. 600.000,-
- Penanaman 60 OH Rp. 600.000,-
- Pemeliharaan 50 OH Rp. 500.000,-
6. Panen dan pasca panen Rp. 450.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 3.882.500,-
Bila dibandingkan dengan produksi kedelai Amerika yang mencapai 1800 kg/ha,
produksi kedelai yang dihasilkan para petani Indonesia masih tergolong rendah yaitu
rata-rata 600-700 kg/ha. Hal ini dapat dipecahkan dengan cara menanam varietas
unggul secara intensif, yang dapat mencapai 20 kuintal/ha. Maka diharapkan
Hal. 15/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
produksi kedelai di Indonesia dapat ditingkatkan lagi, agar impor kacang kedelai
dapat dihentikan.
Di pasaran umum harga kedelai disesuaikan dengan warna dan besar kecilnya biji.
Harga kedelai putih lebih mahal sebab mudah dan baik sekali digunakan sebagai
bahan pembuat tempe dan tahu yang sudah memasyarakat di Indonesia, serta
bahan pembuat susu sari kedelai. Sebagai gambaran: pada saat harga kedelai putih
biji besar Rp 500,-/kg; kedelai putih biji sedang dan kecil Rp 400,-/kg; kedelai hitam
biji besar Rp 450,-/kg dan kedelai hitam biji sedang atau kecil Rp 375,- (tahun 1992).
Patokan harga kedelai ini bisa bertahan dalam jangka waktu relatif lama, jadi dapat
dikatakan harga kedelai agak stabil, jarang mengalami perubahan.
Di Indonesia, hasil panen kedelai dalam partai besar pada umumnya dijual melalui
KUD, meskipun sementara petani masih menjual produksinya kepada tengkulak
yang kemudian meneruskannya kepada pedagang besar (pengumpul) dan akhirnya
disalurkan ke pabrik-pabrik. Sedangkan partai kecil pada umumnya dijual sendiri di
pasar oleh para petani yang bersangkutan atau disalurkan ke industri rumah tangga
yang mengusahakan tahu dan tempe. Jadi pada hakekatnya pemasaran kedelai
tidak sulit, bahkan permintaan dari konsumen semakin meningkat.
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,cara
uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu kedelai di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI
01-3922-1995
a) Syarat umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
Hal. 16/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Syarat khusus
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=13; mutu II=14; mutu III=14 dan mutu IV=16.
2. Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3 dan mutu IV=5.
3. Butir rusak maksimum (%): mutu I=1; mutu II= 4; mutu III=3 dan mutu IV=5.
4. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=5 dan mutu
IV=10.
5. Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2 dan mutu IV =3
6. Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=3 dan mutu IV=5.
Untuk mendapatkan hasil produksi kedelai yang sesuai dengan yang telah
disyaratkan maka perlu dilakukan beberapa pengujian yang diantaranya:
a) Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik
kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan
penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
b) Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan
dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel.
Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan
berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh
analisa x 100 %.
c) Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic yang telah
dikalibrasiatau dengan Toluen AOAC 9254 dan Penentuan suhu dengan
termometer.
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung
maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil
contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga
merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini
disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
11.7 Pengemasan
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman
yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan /pengekspor.
Hal. 17/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
KEMBALI KE MENU
Hal. 18/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEDONDONG
(Spondias dulcis Forst.)
1. SEJARAH SINGKAT
Kedondong merupakan tanaman buah berupa pohon yang dalam bahasa inggris
disebut ambarella, otaheite apple, atau great hog plum. Sedang di Asia Tenggara
disebut : kedondong (Indonesia & Malaysia), hevi (Filipina), gway (Myanmar), mokah
(Kamboja), kook kvaan (Laos), makak farang (Thailand), dan co'c (Vietnam).
Kedondong berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini telah tersebar
ke seluruh daerah tropik.
2. JENIS TANAMAN
Kedondong merupakan tanaman buah yang berasal dari famili Anacardiaceae.
Jenis-jenis kedondong unggul yang potensial dan banyak ditanam oleh para petani
diantaranya adalah kedondong karimunjawa, kedondong bangkok, dan kedondong
kendeng. Kedondong karimunjawa merupakan kedondong yang buahnya berukuran
Hal. 1/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat buah kedondong manis kultivar unggul dimakan dalam keadaan segar,
tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yang
direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya
banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal
kedondong). Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan. Buah dan daunnya juga
dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat muda dan mudah mengambang,
tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dibuat perahu.
Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat obat dari buah, daun, dan kulit
batangnya, dan dari beberapa negara dilaporkan adanya pengobatan borok, kulit
perih, dan luka bakar. Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung
60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85-
3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan besi; buah yang
belum matang mengandung pektin sekitar 10%.
4. SENTRA PENANAMAN
Tanaman kedondong banyak ditanam di negara-negara Asia Tenggara. Salah satu
negara yang menjadi sentra penanaman kedondong ialah Filipina yang memiliki satu
jenis kedondong unggul yaitu jenis Spondias purpurea L. Di Indonesia daerah
penghasil kedondong salah satu diantaranya adalah Karimunjawa (Jepara, Jawa
Tengah).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
Hal. 2/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Tanaman kedondong mampu tumbuh sama baiknya pada tanah batu kapur dan
tanah pasir asam, asalkan tanah itu memiliki sistem pengaliran air yang baik.
Tanah yang disukai adalah tanah yang porous, gembur, dan mengandung bahan
organik.
2) Derajat Keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk tanaman kedondong ialah antara
5,5-6,2. Apabila tanah terlalu asam maka untuk menaikkan pH perlu dilakukan
pengapuran.
3) Tanaman kedondong tidak suka pada genangan air. Akan tetapi pohon ini juga
toleran terhadap kekeringan, dalam keadaan stres dedaunannya akan rontok
untuk sementara saja. Sistem pengairan yang baik akan menunjang pertumbuhan
kedondong sehingga produksinya melimpah. Permukaan air tanah yang dapat
dicapai oleh tanaman kedondong ialah antara 50-200 cm.
4) Kelerengan tidak terlalu mempengaruhi tanaman kedondong, namun tanaman
kedondong paling baik ditanam pada daerah yang datar dengan kelerengan
antara 0-10 derajat.
Tanaman kedondong tumbuh baik pada dataran rendah yang kering sampai
ketinggian 700 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
2) Penyiapan Benih
Hal. 3/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Benih dapat disemai terlebih dahulu pada tempat pesemaian khusus. Tempat
pesemaian ini biasanya dibuat dengan naungan dan pinggirnya ditutup dengan
jaring kawat untuk melindungi benih dari gangguan hewan. Penyemaian dilakukan
dengan menggunakan tanah humus atau tanah dicampur dengan kotoran hewan,
setelah tumbuh 4-5 daun dapat dipindahkan ke dalam polybag. Pemindahannya
dilakukan dengan hati-hati karena akar tanaman dapat rusak. Benih disemai pada
waktu 2-3 minggu sebelum tanam.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Semai sebaiknya disiram setiap pagi dan sore hari. Penyiraman menggunakan
gembor yang lubang-lubangnya kecil sehingga kucuran air tidak merusak tanah
pesemaian. Apabila biji yang tumbuh terlalu banyak dan rapat maka perlu
dijarangi. Apabila ada gejala-gejala benih yang terkena serangan hama maka
penyemprotan pestisida dapat dilakukan dengan dosis yang rendah.
5) Pemindahan Bibit
Setelah bibit sudah mencapai pertumbuhan yang baik dengan pertumbuhan daun
antara 10-15 helai maka bibit siap ditanam dilapangan. Waktu pemindahan bibit
dilakukan pada pagi hari/sore hari ketika udara masih sejuk. Setelah bibit
dipindahkan dapat dilakukan penyiraman.
1) Persiapan
Hal. 4/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pembukaan Lahan
3) Pembentukan Bedengan
4) Pengapuran
5) Pemupukan
Pada tanah yang kurang subur akibat kandungan humus hanya sedikit, atau tanah
itu padat, maka hendaklah tanah tersebut ditanami pupuk hijau terlebih dahulu.
Tanaman yang ditanam sebagai pupuk adalah tanaman yang dapat
mengahasilkan unsur hara nitrogen (N) dan unsur-unsur hara lainnya yang sangat
diperlukan tanaman kedondong. Pemakaian pupuk kimia seperti urea, TSP, ZA
dan lainnya juga dapat diberikan dengan dosis yang sesuai. Pemupukan
dilakukan pada setiap lubang tanam pada waktu pembuatan lubang.
6) Pemasangan Ajir
Setelah tanah selesai dikerjakan, maka mulailah dipasang ajir pada tempat-tempat
yang akan ditanami pohon kedondong. Kegunaan ajir tersebut ialah agar bibit
pohon yang ditanam dapat berjajar dengan teratur.
Jarak tanam untuk tanaman kedondong adalah 7,5-12 m. Jarak tanam untuk
tanaman kedondong memang harus cukup lebar, sebab tanaman ini memiliki tajuk
yang menyebar. Pola tanam ada dua macam, yaitu secara bujur sangkar atau segi
Hal. 5/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
tiga. Menurut aturan bujur sangkar, pohon ditanam pada tiap-tiap sudut bujur
sangkar, sedangkan menurut aturan segi tiga kedua pohon ditanam pada tiap-tiap
sudut segi tiga. Supaya kita dapat memasang dengan baik, maka dugunakanlah
alat yang dianamakan square atau boleh juga dipakai hoekspiegel. Kalau kedua
alat tersebut tidak ada, dapatlah dibuat alat sendiri.
Dua atau tiga minggu sebelum menanam pohon kedondong, lubang harus dibuat
terlebih dahulu di tempat ajir-ajir yang sudah dipasang. Ukurannya 1 X 1 X 0,50 m
atau 1,80 X 0,80 X 0,50 m pada kebun yang telah dibajak atau dicangkul.
Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggali lapisan tanah atas dan
dinaikkan ke depan atau kanan kiri lubang. Kemudian tanah lapisan bawah digali
dan dinaikkan ke belakang atau diratakan disekitar, maksudnya agar tanah bawah
itu tidak bercampur dengan tanah disekitarnya. Pada permulaan musim
penghujan, lebih kurang 15-30 hari sebelum menanam, lubang-lubang tanaman
harus sudah selesai ditutup. Tutup lubang sekali-kali tidak boleh dipadatkan,
biarkan saja supaya turun sendiri. Waktu menutup lubang, tanah galian dari
lapisan bawah sedapat mungkin jangan dikembalikan. Untuk menutup, pakailah
lapisan atas dan tanah di sekelilingnya. Akan lebih baik lagi kalau tanah itu
dicampur dengan pupuk organis dan pasir dengan perbandingan 2:1:1. Apabila
saat membuat lubang itu di dalamnya terdapat air, maka hal itu membuktikan
bahwa pembuangan air kurang lancar, sehingga perlu dibuat saluran-saluran
pembuangan lagi. Lubang tanam tidak perlu dibuat terlalu dalam, sebab akan
berakibat akar pohon itu terlalu dalam masuk ke dalam tanah dan yang menjalar
pada lapisan tanah sebelah atas menjadi kurang.
3) Cara Penanaman
Waktu terbaik untuk menanam pohon kedondong ialah pada permulaan musim
hujan, sebab selama musim hujan akan tumbuh banyak akar, sehingga dalam
musim kemarau tidak akan kekurangan air. Bibit yang berasal dari pesemaian
lebih baik dari pada yang berupa stump, sebab lekas tumbuh dan tidak mudah
dihinggapi penyakit. Bibit yang berasal dari semai, sebelum ditanam polybagnya
(dari keranjang bambu) harus dibuang; bila tidak maka akan mudah untuk menjadi
sarang rayap dan akar-akarnya terganggu menembusnya. Pada waktu menanam,
batas akar dengan batang harus setinggi permukaan tanah. Apabila tidak hujan
maka hendaklah disiram tiap-tiap hari selama 1 minggu.
Pohon yang terlihat lambat pertumbuhannya dapat disulam dan digantikan bibit
yang baru dan sehat. Penyulaman dilakukan pada 1-2 minggu setelah tanam.
Penyulaman dilakukan dengan menggali tanah disekelilingnya dan mencabutnya
Hal. 6/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
kemudian tanah bekas lubang tanam dibiarkan lagi seperti halnya ketika sebelum
penanaman dilakukan.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan setelah pohon berumur 2-4 minggu setelah tanam. Gulma
yang ada di sekeliling tanaman muda segera di cabut sampai akar-akarnya dan
dapat dimasukkan dalam lubang khusus untuk dibuat kompos. Pencabutan harus
hati-hati jangan sampai merusak akar pohon kedondong.
3) Pembubunan
4) Perempalan
Bagi pohon yang hanya untuk sementara ditanam, lebih baik kalau tidak dirempal
atau hanya sedikit yang dirempal, supaya lekas berbuah. Tetapi bagi tanaman
untuk jangka panjang, haruslah diadakan perempalan beberapa kali, supaya
pohon menjadi kuat dan bagus bentuknya. Pada saat pohon kedondong berbuah,
sekali-kali jangan dilakukan perempalan. Tujuan perempalan adalah untuk
membentuk pohon, pemeliharan, dan untuk mempermuda pohon. Perempalan
dahan yang besar hendaklah dilakukan dengan hati-hati; jagalah agar dahan
tersebut jangan sampai pecah. Luka bekas perempalan harus dilicinkan dengan
pisau, kemudian dilumasi dengan parafin supaya jangan kemasukan air atau
dihinggapi cendawan.
5) Pemupukan
Jika pohon ditanami pohon yang tetap, maka hanya tanah sekeliling pohon yang
dipupuk. Tetapi jika tanah yang terluang diantara pohon-pohon tersebut juga
ditanami dengan tanaman sela, maka tanah kebun itu harus dipupuk seluruhnya,
setelah setahun ditanami. Cara memupuk pohon kedondong yang tetap adalah
dengan menyebar pupuk di tanah sekeliling pohon itu. Luas lingkaran itu adalah
sebesar lingkaran mahkota daun. Lebih baik kalau lingkaran pupuk itu lebih besar
daripada lingkaran mahkota daun, sebab biasanya akar-akar yang mencari
makanan, panjangnya sampai melampaui lingkaran mahkota daun. Untuk pupuk
kandang lebih baik dibuat lubang sekeliling pohon dengan ukuran 40x40x30 cm.
Pupuk dimasukkan ke dalamnya dan kemudian ditutup kembali. Untuk menjaga
agar akar pohon tidak rusak, sebaiknya digali lubang yang mengelilingi pohon
kearah luar (sejajar akar pohon). Macam pupuk yang baik bagi pohon buah-
buahan ialah pupuk organis. Pupuk organis dapat berupa pupuk kandang,
kompos, sampah, pupuk hijau. Penggunaan pupuk kimia dianjurkan jenis N :
Hal. 7/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
P2O5 : K2O = 2:1:1 untuk tanah yang subur, sedangkan untuk tanah yang kurus
perbandingannya ialah 1:2:2.
Pengairan dilakukan pada saat musim kemarau. Apabila pengairannya sulit maka
dapat dilakukan penyiraman pada waktu pagi dan sore hari. Penyiraman dapat
dilakukan dengan menggunakan gembor atau menggunakan penyedot diesel bila
lokasi pengambilan air agak sulit.
8) Pengurangan Buah
Buah yang terlalu lebat dapat menurunkan kualitas buah itu sendiri. Selain
buahnya akan berukuran kecil-kecil tetapi juga bentuknya akan jelek dan dahan-
dahannya mudah patah. Sehingga penjarangan buah perlu dilakukan pada waktu
bunga menjadi buah, hendaknya sudah mulai dilakukan penjarangan. Pertama-
tama buah yang sakit dan rusak dibuang, kemudian yang dipandang perlu saja.
Buah yang akan dibuang digunting tangkainya dengan gunting kecil atau dirompes
(diuntir) dengan tangan.
Ciri: ulat yang berwarna hitam dengan bintik putih dan bulunya berwarna
berwarna putih, kepala dan perut berwarna merah-cerah. Panjang ulat sekitar 60
mm, dan pupanya berada di dalam kokon berwarna emas dan sering dijumpai
bergerombol pada daun. Kupu betina berwarna coklat dengan rentangan sayap
sekitar 75 mm. Telur berwarna putih keabu-abuan yang diletakkan secara
berderet pada tepi daun atau cabang. Pengendalian: secara alami populasinya
dan penyemprotan insektisida.
Ciri: kumbang berukuran besar, dengan kaki berwarna kuning. Sayapnya dengan
8 bintik gelap, panjang 10-12 mm. Pupa berada dalam tanah. Dewasanya bila
Hal. 8/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
Penyakit pada pohon kedondong sama seperti pada tanaman buah-buahan lainnya.
Jenis penyakit yang sering muncul ialah penyakit kulit (Phytopthora), Fusarium,
Diplodia, Gloeosporium, Phoma, dll yang disebabkan oleh cendawan, bakteri atau
virus. Penyakit biasanya menyerang bagian daun, buah, dan batang. Pengendalian:
menggunakan fungisida zat-zat aditif lainnya seperti bubur bordo dan bubur
belerang.
7.3. Gulma
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Buah kedondong siap panen ialah yang sudah masak dengan warna hijau
kekuningan dan berukuran cukup besar. Buahnya matang setelah 6-8 bulan setelah
bunga mekar. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari ketika buah masih segar.
Dalam pemanenan haruslah diketahui cara yang baik agar tidak merusak buah.
Untuk pohon kedondong pemanenan dilakukan dengan cara memanjat pohon dan
memasukkan buah yang dipetik ke dalam keranjang. Dan kalau terlalu jauh letaknya
dapat mempergunakan galah yang ujungnya diberi jaring. Buah dipetik dan
dimasukkan ke dalam keranjang yang alasnya diberi sabut atau lumut. Memanen
buah haruslah dipegang dalam telapak tangan, tidak di antara ujung jari. Sebab jika
buah terkena kuku dapat rusak; apalagi kalau jari-jarinya berkuku panjang.
Pemanenan dapat dilakukan secara bertahap dengan memetik buah yang matang,
sedangkan yang belum matang dan masih kecil tidak dipetik. Dengan cara ini buah
yang belum matang dan masih kecil akan bertambah besar. Pemanenan dapat
Hal. 9/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
dilakukan pada bulan Januari-April karena pembungaan biasanya pada bulan Juli -
Agustus.
Buah kedondong pada jenis karimunjawa beratnya dapat mencapai 1 kg. Sehingga
perkiraan produksi dalam satiap pohon dapat dihitung dengan rata-rata banyaknya
buah per pohon per hektar. Perhitungannnya kadang-kadang tidak merata untuk
setiap pohon, karena perbedaan jenis juga akan berbeda pula ukuran buahnya dan
jumlah buah yang dihasilkan.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
9.3. Penyimpanan
Buah kedondong dapat disimpan ditempat yang dingin dengan menggunakan alat
pendingin. Pendinginan dapat mengawetkan buah sampai beberapa minggu. Tempat
penyimpanan harus bersih dan buah yang akan disimpan juga dicuci terlebih dahulu
sampai bersih betul.
Hal. 10/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Di dalam negeri kedondong tetap menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buah
yang berkualitas tetap memiliki harga yang jauh lebih baik dan dapat menembus
pasar untuk kalangan menengah atas. Di luar negeri kedondong adalah buah eksotik
yang banyak penggemarnya dan termasuk buah impor yang mahal. Potensi
Indonesia untuk mengekspor kedondong begitu besar, tetapi pemanfaatannya tidak
maksimal. Untuk mensuplai kebutuhan kedondong luar negeri yang harus kontinyu
dan standard mutu tidak berubah, diperlukan pengembangan agribisnis kedondong
yang mencakup areal tanam luas dengan kultur teknis dan pasca panen yang
terkendali.
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara
uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Satu partai/lot kedondong terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil
secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:
a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101 – 300: contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301 – 500: contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501 – 1000: contoh yang diambil 10.
Hal. 11/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.5. Pengemasan
Pengemasan buah kedondong dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu
maksimum 25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang
diberi pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara,
susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak karton
maksimum 10 kg.
Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antara
lain :
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Tempat/negara tujuan.
KEMBALI KE MENU
Hal. 12/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
KINA
( Chinchona spp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika
Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela,
Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan-
hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke
Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh
dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari
Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon.
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Rubiaceae
Genus : Chinchona
Spesies : Chinchona spp.
2.2 Deskripsi
§ C. succirubra
Tanaman berupa pohon dengan tinggi hingga 17m, cabang berbentuk galah
yang bersegi 4 pada ujungnya, mula-mula berbulu padat dan pendek
kemudian agak gundul dan berwarna merah. Daun letaknya berhadapan dan
berbentuk elips, lama kelamaan menjadi lancip atau bundar, warna hijau
sampai kuning kehijauan, daun gugur berwarna merah. Tulang daun terdiri
dari 11 – 12 pasang, agak menjangat, berbentuk galah, daun penumpu
sebagian berwarna merah, sangat lebar. Ukuran daun panjang 24 – 25cm,
lebar 17 –19cm. Kelopak bunga berbentuk tabung, bundar, bentuk gasing,
bergigi lebar bentuk segitiga, lancip. Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai
gelendong.
§ C. calisaya
Letak daun berhadapan, bentuk bundar sungsang lonjong, panjang 8 –15cm,
lebar 3 – 6cm, permukaan bagian bawah berbulu halus seperti beludru
terutama pada daun yang masih muda, panjang tangkai 1 – 1.5cm. Daun
penumpu lebih panjang dari tangkai daun, bila sudah terbuka daun penumpu
akan gugur. Bunga bentuk malai, berbulu halus, bunga mengumpul di setiap
ujung perbungaan, kelopak bentuk tabung dan bergigi pada bagian atasnya.
Bunga bentuk bintang, berbau wangi dengan ukuran panjang 9mm, helaian
mahkota bunga bagian dalam berwarna merah menyala, berbulu rapat dan
pendek, panjang benang sari setengan bagian tabung bunga. Buah berwarna
kemerahan bila masak, bentuk seperti trelur panjang 4mm dan bersayap.
§ C. ledgeriana
Tinggi pohon antara 4 – 10m, cabang bentuk segi empat, berbulu halus atau
lokos. Daun elip sampai lanset, bagian pangkal lancip dan tirus, ujung daun
lancip dan jorong, helaian tipis, berwarna ungu terang tetapi daun muda
berwarna kemerahan, tangkai daun tidak berbulu, berwarna hijau atau
kemerahan, panjang tangkai 3 – 6mm. Ukuran daun panjang 25.5 – 28.5cm,
lebar 9 – 13cm, namun adakalanya panjang 7cm dan lebar 2cm. Daun
penumpu bundar sampai lonjong panjang 17 – 32mm dan tidak berbulu.
Mahkota bunga berwarna kuning agak putih dan berbau wangi, bentuk
melengkung dengan ukuran panjang 8 – 12mm. Panjang malai 7 – 18cm dan
gagang segi empat sangat pendek dan berbulu rapat. Kelopak bunga bentuk
limas sungsang 3 – 4mm, tabung tebal ditutupi bulu warna putih, tabung
mahkota bunga bagian luarnya berbulu pendek tapi bagian dalamnya gundul
dengan 5 sudut. Tangkai sari tidak ada. Buah lanset sampai bulat telur denga
ukuran panjang 8 – 12mm dan lebar 3 – 4mm. Biji lonjong sampai lanset
panjang 4 – 5mm.
3. MANFAAT TANAMAN
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra produksi kina di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Sumatra Barat.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Tanah yang cocok untuk tanaman kina adalah subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, tidak bercadas dan berbatu.
2) Derajat keasaman (pH) antara 4,6-6,5 dengan pH optimum 5,8.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pada kebun produksi, kina diperbanyak dengan cara vegetatif. Penyediaan
bahan tanaman dilaksanakan dengan semai sambung, stek sambung, semai
ledger, dan stek ledger. Di Indonesia penyiapan dilakukan dengan cara stek
sambung.
a. Batang bawah
Batang bawah adalah semai kina succi yang ditanam di kebun dan
batang atas entres kina ledger. Penyambungan dilaksanakan pada saat
bibit bawah berumur 8-12 bulan, tinggi 30-40 cm dan diameter batang
1 cm. Satu-dua minggu sebelum penyambungan daun semai succi
dirempel sampai ketinggian 20-25 cm dari permukaan tanah.
b. Entres batang atas
Didapat dari tanaman berumur 3-5 tahun dengan daya regenerasi
optimal. Setiap 5 tahun pohon induk entres dipangkas setinggi 1 m dari
permukaan tanah agar ranting entres selalu muda.
c. Penyambungan
Batang bawah, pada ketinggian 4-5 cm dari permukaan tanah, disayat
dari atas ke bawah sepanjang 1,5 cm. Siapkan entres kina ledger (1
cm) yang daunnya sudah dibuang dan runcingkan bagian bawah
entres. Selipkan entres ke sayatan di batang bawah, ikat dengan tali
bambu dan oleskan lilin sambungan penutup luka (lilin dicairkan dulu)
sampai tertutup rapat. Penyambungan dilakukan sekitar pukul 12.00,
jika cuaca tidak terik dapat dilakukan sampai pukul 14.00. Setelah
sambungan berumur 3 minggu tunas entres telah tumbuh, pucuk
batang bawah succi dipotong. Pada saat umur 7-8 minggu panjang
tunas 3-4 cm batang bawah dipotong setengahnya. Setelah berumur
12 minggu dan panjang tunas sambungan 12 cm, batang suci dipotong
kira-kira 1 cm dari sambungan.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan selama periode persemaian bibit ini
(disebut persemaian II) adalah penyiangan, pemberantasan hama-
penyakit dan pemupukan. Pupuk diberikan setiap 3 bulan dimulai pada
waktu bibit sambungan berumur 2 bulan dan berakhir 1 bulan sebelum
dicabut (dipindahtanam). Pupuk berupa 160-200 g Urea, 80-100 g TSP
dan 160-200 g KCl yang diberikan dalam larikan sedalam 2-3 cm di
antara barisan bibit setelah disiangi.
e. Pindah tanam
Bibit dipindahkan ke kebun produksi saat berumur 1 tahun di
persemaian II, tinggi 40 - 50 cm dan akar tunggang 50 cm. Seminggu
sebelum bibit dibongkar 2/3 bagian daun dibuang dan sehari sebelum
dibongkar tanah pembibitan disiram air sampai basah. 50 bibit diikat
menjadi satu.
a. Stek ledger
Setek ledger adalah bibit kina dari pucuk ledger. Tanaman kina ledger
umumnya sulit dikembangbiakan dengan stek. Bahan stek yang
digunakan adalah pucuk, dari pohon induk yang telah berumur 3-5
tahun, dan setiap 3-5 tahun harus dipangkas setinggi 25-30 cm dari
sambungan. Pohon induk ditanam dari bibit semai sambung dengan
jarak tanam 1,25x1,25 m. Bahan stek dipilih dari pucuk yang coklat
muda, masih berair tetapi sudah agak tua dengan panjang 20-25 cm
dan dipetik di pagi hari. Panjang stek 12-15 cm terdiri dari 3-4 ruas.
Sebelum ditanam daun dibuang /dirompes setengahnya.
b. Pembibitan
Persiapan pembibitan, media, bedengan, penanaman stek,
penyungkupan dan pemeliharaan sama dengan pembibitan stek
sambung. Bibit dipindahtanamkan ke lapangan umur 10-12 bulan,
tinggi rata-rata 40-50 cm.
2) Pengapuran
Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 4,5 dengan
dosis kapur yang sesuai dengan keperluan. Kapur berupa dolomit, kalsit,
dicampurkan merata 100gram/lubang.
3) Cara Penanaman
a. Bibit cabutan
Panjang akar bibit sekitar 30 cm, tinggi bibit 40-50 cm dan 2/3
daunnya dirompes. Masukkan bibit dengan tegak jangan miring. Tanah
timbunan dipadatkan dengan cara diinjak dengan kaki, kemudian
diratakan.
b. Bibit dalam Polibag
Polibag dibuka dengan cara menyobeknya lalu bibit ditanam bersama
medianya, disangga dengan belahan bambu, ditimbun dengan tanah.
Tanah di sekitar batang dipadatkan dan tanaman disiram.
c. Tanaman pelindung
Tanaman ini berfungsi sebagai penutup tanah dan memperbaiki iklim
mikro agar lebih segar. Tanaman berupa legum Crotalaria
atauTephrosia yang ditanam selama 3 tahun.
4) Perioda Tanam
Masa penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan yaitu pada
bulan September dan biasanya di saat kondisi tidak terlalu terik untuk
menghindari penguapan yang terlalu banyak dari bibit yang akan ditanam.
Dengan menentukan masa tanam secara tepat maka akan menentukan
keberhasilan pertumbuhan tanaman.
1) Penyulaman
Penyulaman dilakukan satu bulan setelah penanaman, dilakukan secara
terus-menerus sampai 3 bulan, menjelang kemarau. Penyulaman pada
tahun ke tiga tidak dianjurkan. Kebutuhan bibit sulaman maksimum 10%
dan pada tahun kedua 5%
2) Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan untuk penggemburan tanah sedalam 10 cm
dengan menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan 1,5–2 bulan sekali.
Kegiatan penyiangan sampai umur 2-3 tahun.
3) Pembubunan
Untuk pertanaman kina sebenarnya tidak diperlukan kegiatan
pembubunan karena memang tanaman ini merupakan tanaman pohon
yang berumur dalam. Namun demikian pada tanaman muda dapat
dilakukan kegiatan ini untuk menimbun kembali tanah di sekitar daerah
perakaran yang terbawa air dan dilakukan sekaligus pada saat pemberian
pupuk organic kompos setiap 3 – 4 bulan sekali agar pertumbuhan
perakarannya lebih baik.
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pemupukan secara organic dengan menggunakan pupuk kompos yang
merupakan pupuk organic komplek bias diberikan sbb:
Untuk tanaman muda dilakukan pemupukan secara rutin setiap 2 – 3
bulan sekali sebanyak 5 – 7 kg per tanaman. Sedangkan untuk
tanaman yang telah tua (diatas 3 tahun) bias dilakukan pemupukan
kompos organic setiap 6 bulan sekali sebanyak 10 – 12 kg
pertanaman.
Adapun pemberian pupuk di sekitar batang tanaman di daerah
perakaran dilakukan sekaligus dengan pekerjaan dangir dan
penyiangan.
b. Pemupukan Konvensional
o Tanaman muda
- 1 tahun: Urea 108 kg, TSP 62 kg, KCl 30 kg dan Kieserit 19 kg.
- 2 tahun: Urea 173 kg, TSP 83 kg, KCl 40 kg dan Kieserit 37 kg.
- 3 tahun: Urea 217 kg, TSP 124 kg, KCl 60 kg dan Kieserit 37 kg.
- 4 tahun: Urea 325 kg, TSP 165 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.
o Tanaman dewasa
- 5 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.
- 6 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.
- 7 tahun keatas: Urea 433 kg, TSP 207 kg, KCl 100 kg dan Kieserit
75 kg.
Catatan : Kieserit iberikan jika ada gejala kekurangan Mg.
7.1. Hama
1) Ulat
Ulat yang menyerang daun atau ranting muda adalah: (1) Ulat jeungkal
(Boarmia bhurmitra, Antitrygoides divisaria, Hyposidra talaca) dikendalikan
dengan insektisida Thiodan 35 EC; (2) Ulat sinanangkeup (Paralebeda
plagifera) dikendalikan dengan Dedevap 650 EC; (3) Ulat bugrug
(Metanastria hirtaca) dikendalikan dengan Lebaycid 550 EC; (4) Ulat badori
(Attacus atlas), dikendalikan dengan Baythroid 50 EC; (5) Ulat kaliki
(Samia cyntia) dikendalikan dengan Bayrusil 250 EC; (6) Ulat kenari
(Cricula trifenestrata) dikendalikan dengan Karphos 25 EC; (7) Ulat bajra
(Setora nitens) dikendalikan dengan Lannate L; (8) Ulat kantong (Clania
variegata) dikendalikan dengan Decis 2,5 EC, Thuricide, Ripcord 5 EC; (9)
Ulat merang (Euproctis flexuosa) dikendalikan dengan Lannate 25 WP;
Pengendalian mekanis:
dilakukan dengan mengumpulkan telur, kupu serta telur-telurnya,
kemudian dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.
7.2. Penyakit
1) Kanker batang
Penyebab:
jamur Phytophthora Sp. Terdapat tiga spesies jamur kanker batang yaitu:
(1) P. cinnamomi penyebab kanker garis, serangannya di Indonesia sangat
luas. (2) P. parasitica penyebab kanker gelang, serangannya relatif sedikit.
(3) P. citricola hanya menyerang tunas-tunas kina muda, serangannya juga
terbatas. Kanker garis membentuk jalur sempit yang mengendap pada kulit
batang.
Gejala:
berbeda-beda tergantung umur dan klon. Kanker gelang membentuk
warna karat pada permukaan kulit batang. Jika kulit luar dikupas tanpak
bahwa kulit bagian dalam membusuk. Pembusukan ini berkembang
melingkari batang yang dapat menyebabkan tanaman mati.
Pengendalian:
kulit yang sakit dikorek, jaringan busuk dipotong sampai ke bagian sehat
dan dilumasi Antimucin WBR 0,5% dan Difolatan 4F 3%. Setelah obat
mengering luka ditutupi dengan petrolatum 2295 A, Shell Tapflux atau
Shell Otina Compound. Permukaan kayu yang terbuka ditutup ter untuk
mencegah masuknya kumbang penggerek.
7.3. Gulma
8. PANEN
Bagian tanaman kina yang biasa diambil hasilnya adalah bagian kulit batang,
dahan, cabang dan ranting. Produk ranting dapat dimulai saat tanaman
berumur 6-7 tahun tahun (sebelum tebangan), dengan bagian yang terkecil
yang diambil adalah kulit cabang yang diameternya lebih 1 cm. Ranting yang
diameternya kurang dari 1 cm memiliki kadar kinin sulfat (SQ) yang rendah,
dan biaya pengambilannya relatif mahal. Umur tanaman yang siap panen
untuk panen cara tebangan adalah 9-11 tahun dan untuk panen cara
penjarangan adalah 3,5, 5, 6, 7, 8,12, 18 dan 24 tahun dengan jumlah
tanaman yang dicabut untuk masing-masing penjarangan adalah 12,5% dari
total tanaman.
1) Cara penebangan
Tanaman kina ditebang hati-hati dengan gergaji pada ketinggian 20-30 cm
dari sambungan, atau leher akar dengan kemiringan 45 derajat. Batang
kina dari batas ini dipotong sampai ketinggian 2 meter. Kulit kina
dilepaskan dari batang dengan cara dipukul-pukul. Panen tebangan
pertama disebut Stumping 1. Dari tunggul diharapkan tumbuh tunas-tunas
baru, dan dipelihara maksimum 4 tunas untuk dipanen berikutnya. Penen
berikutnya disebut stumping 2 dst. Setelah 4 kali stumping tanaman
dibongkar. Panen tebangan yang baik pada awal musim penghujan,
hindari terik matahari.
2) Cara penjarangan
Dilakukan dengan cabutan untuk memanen secara bertahap dalam
persentase yang telah direncanakan. Pemilihan tanaman yang akan
dibongkar tergantung persentase panenan setiap periode. Apabila tanaman
akan dibongkar adalah 10%, maka dari 10 tanaman diambil 1 tanaman
secara rata-rata.
Dari 1 batang utama kina (2 meter) didapatkan 1-1,5 kg kulit. Hasil kulit kina
diperhitungkan dalam kadar SQ7 maupun besarnya produksi kulit, sehingga
hasilnya diperhitungkan dari perkalian kadar SQ7 dengan berat kulit kering
dalam kg yang disebut potensi produksi. Pola produksi kulit kering dan kadar
kinine sulfat (SQ7) hasil panenan cara penjarangan dapat dilihat berikut ini:
9. PASCAPANEN
Batang yang akan diambil kulitnya dikumpulkan di suatu tempat yang teduh.
Cabang dan ranting dipotong tepat pada pertautan cabang dengan batang,
Cabang atau ranting yang ukuran garis tengahnya di atas 1 cm dibersihkan
dari ranting kecil dan daun-daun. Setelah itu batang tersebut dibersihkan,
kemudian dipotong sepanjang 40 - 50 cm untuk diambil kulitnya.
Pencucian pada kulit batang dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya
masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi Hindari
pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung
didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena
dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung
bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang
belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan,
setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
9.2. Pengeringan
9.4. Pengemasan
Setelah bersih, bahan yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan
kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong
plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang
menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
9.5. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC,
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
- -
11.2. Deskripsi
Kulit kina kering jemur dari batang utama di perkebunan kina Indonesia
mempunyai standar mutu yang memenuhi persyaratan Internasional yaitu
memiliki kadar kinin sulfat pada kelas SQ7. Kelas kualitas ini bahkan lebih
besar daripada yang dihasilkan di Afrika.
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung
maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung
diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut
diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian
diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai
contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa,
berat contoh analisa 100 gram.
11.5. Pengemasan
Kina dikemas dalam karung goni atau dari bahan lain yang sesuai kuat dan
bersih dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung maksimum 75 kg, dan
tahan mengalami handling baik pada pemuatan maupun pembongkaran. Di
bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang
aman yang tidak luntur dengan jelas terbaca antara lain:
§ Produk asal Indonesia
§ Nama/kode perusahaan/eksportir
§ Nama barang
§ Negara tujuan
§ Berat kotor
§ Berat bersih
§ Nama pembeli
KEMBALI KE MENU
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KRISAN
( C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy )
1. SEJARAH SINGKAT
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni
atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal
dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium
(ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai
membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol
kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis
tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di
Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17.
Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan
dikembangkan secara komersial.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Famili : Asteraceae
Hal. 1/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Genus : Chrysanthemum
Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari
Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:
a) Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka
dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan
siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum
berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas
(Cianjur).
b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini
adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis
(berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal
(berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
c) Krisan produk Indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan
Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
3. MANFAAT TANAMAN
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain
adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai
bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
a) Bunga pot
Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan
cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter
bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan),
Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih
kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari
Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot,
terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah
varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).
b) Bunga potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai
tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya
ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh
bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green
peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
Hal. 2/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4. SENTRA PENANAMAN
Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang
(Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap
terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi,
penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan
cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik
adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal
9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode
pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk
mendorong pembentukan bunga.
3) Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26
derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.
4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan
akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-
80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu
fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam
bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2,
hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
1) Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur,
gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
2) Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.
ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl.
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat,
bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
2) Penyiapan Bibit
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek
pucuk dan kultur jaringan.
a) Bibit asal anakan
b) Bibit asal stek pucuk
Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh
sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun
dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau
disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban
30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek
adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke
dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
c) Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata
tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan
air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil
penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:
1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter
ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar
eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26
hari.
2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter
ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak
merangsang pemunculan akar.
3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg
kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada
eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a) Stok tanaman induk
Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai
bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah
stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah
direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan
selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk.
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
a) Penyemaian di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm,
kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak
berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai
berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3
cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT).
Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.
b) Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril
dan bersungkup plastik tembus cahaya.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari,
pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila
tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari
dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.
5) Pemindahan Bibit
Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah
semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai
dan setinggi 7,5-10 cm.
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Pembentukan Bedengan
2) Pengapuran
Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian
misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan
dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH
5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada
permukaan bedengan.
Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi dengan
menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
a) Pengaturan dan Penambahan Cahaya
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi media
sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1). Untuk
memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu dengan
penyinaran 16 jam/hari.
Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga dari
setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga.
Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar
bersamaan.
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman
dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit
yang baru.
2) Penyiangan
Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan
kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan
dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah
basah.
Hal. 8/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
1) Karat/Rust
Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P
chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn. Gejala: pada sisi
bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan
mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila
serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian:
menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit,
memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
2) Tepung oidium
Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi. Gejala: permukaan daun tertutup dengan
lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering.
Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan
penyemprotan fungisida.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari
sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh tanaman. Umur tanaman
siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam.
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat
bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan:
tentukan tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril
sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari
permukaan tanah.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Kumpulkan bunga hasil panen, lalu ikat tangkai bunga berisi sekitar 50-1000 tangkai
simpan pada rak-rak.
Pisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu
bersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama. Buang daun-daun tua pada
pangkal tangkai.
Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat dan
bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu:
a) Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga
lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm.
b) Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi
massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal
tangkai bunga kurang dari 5 mm.
Tentukan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran dan
susunlah kemasan berisi bunga krisan secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam
bak atau box alat angkut.
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Perkiraan analisis budidaya tanaman krisan seluas 0,5 ha dengan jarak tanam 10 x
10 cm. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bandung.
1) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 tahun Rp. 1.500.000,-
2. Bibit : 500.000 batang @ Rp. 50,- Rp. 25.000.000,-
3. Pupuk dan kapur
- Pupuk kandang: 15.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 2.250.000,-
- Urea: 4.150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 6.225.000,-
- ZA: 4.600 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 5.750.000,-
- SP-36: 525 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 1.050.000,-
- KCl: 125 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 206.250,-
- KNO3: 2.375 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 9.500.000,-
- Kapur pertanian: 2000 kg @ Rp.200,- Rp. 400.000,-
4. Pestisida Rp. 1.500.000,-
5. Biaya tenaga kerja
- Penyiapan lahan 50 HKP @ Rp. 10.000,- Rp. 500.000,-
- Pemupukan 10 HKP + 20 HKW Rp. 250.000,-
- Penanaman 5 HKP + 50 HKW Rp. 425.000,-
- Pemeliharaan 5 HKP + 100 HKW Rp. 800.000,-
6. Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) Rp. 500.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 55.856.250,-
2) Pendapatan 400.000 tanaman @ Rp. 225,- Rp. 90.000.000,-
3) Keuntungan Rp. 34.143.750,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio Output/Input =1,611
Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek
budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena pasar potensial yang
dapat berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut adalah
Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, America Serikat, Swedia dsb.
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki
keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama, bunga krisan pot bahkan
dapat tetap segar selama 10 hari. Peluang untuk mengembangkan budidaya
tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negri agaknya
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
tetap terbuka. Seiring dengan permintaan bunga potong krisan yang semakin
meningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan.
Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat
penandaan dan pengemasan.
11.2. Deskripsi
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan contoh
dengan rincian sebagai berikut:
a) Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1–3.
b) Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4–25.
c) Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26–50.
d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51–100.
e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101–150.
f) Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151–200.
g) Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201–lebih.
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.5. Pengemasan
1) Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga krisan potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan
pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong
plastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang
sesuai.
2) Pemberian merek
Pada bagian luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas krisan.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau kode produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara tujuan.
6. Hasil Indonesia.
KEMBALI KE MENU
Hal. 13/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
KUMIS KUCING
( Orthosiphon spp. )
1. SEJARAH SINGKAT
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spp.
2.2 Deskripsi
Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak
tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak
beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul
pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya 7.5mm –
1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua
permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat
banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan
pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas
gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan
ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang
berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 –
10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari
tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna
coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.
3. MANFAAT TANAMAN
Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-
obatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang
memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk
mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat
tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan
sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan
radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis.
4. SENTRA PENANAMAN
Hingga saat ini, sentra penanaman kumis kucing banyak terdapat di Pulau
Jawa. Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari
3.000 mm/tahun.
2) Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan
menurunkan kadar ekstrak daun.
3) Keadaan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah
panas sampai sedang.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Penyiapan Bibit
Cara yang paling mudah dan biasa untuk mengembangkan kumis kucing
adalah perbanyakan vegetatif dengan stek batang/cabang. Bahan
tanaman diambil dari rumpun yang tumbuhnya normal, subur dan sehat.
a. Pilih batang/cabang yang tidak terlalu tua atau muda dan sudah
berkayu.
b. Potong batang dengan pisau tajam/gunting pangkas yang bersih.
c. Potong-potong batang menjadi stek berukuran 15–20 cm berbuku 2-3.
d. Buang sebagian daun untuk mengurangi penguapan air.
Adapun kebutuhan bibit untuk 1 hektar dengan jarak tanam 40 x 40 cm
diperlukan 50.000-62.500 stek/ha.
1) Persiapan
Tanah diolah 30-40 cm, gulma dan tanaman lain dibuang. Setelah diolah,
tanah dibiarkan 15 hari.
2) Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan tanah yang kedua
yaitu dengan menghancurkan bongkahan tanah pada pengolahan tanah
yang pertama hingga mendapatkan struktur tanah yang remah dan
gembur. Pada saat pengolahan tanah kedua ini juga dianjurkan
memberikan pupuk dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang
sebanyak 50 – 60 ton per hektar bersamaan pada saat pembuatan
bedengan. Bedengan dibuat selebar 100-120 cm tinggi 30 cm dan jarak
antar bedengan 40-50 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan
keperluan dan lahan
3) Cara Penanaman
a) Pilih bibit yang baik dari pembibitan.
b) Buat lubang kecil di tempat lubang tanam.
c) Tanamkan bibit/stek tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari
pangkal batang stek. Setiap lubang diisi 4-6 bibit/stek.
d) Padatkan tanah di sekitar bibit.
e) Sirami sampai cukup basah.
4) Perioda Tanam
Penanaman tanaman ini bias dilakukan sepanjang tahun yaitu dengan
membongkar tanaman tua yang telah mengeras berkayu dan tidak
produktif lagi atau daunnya jarang dan kecil-kecil, kemudian menanam
ulang dengan tanaman baru yang masih muda
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Dilakukan antara 1-15 hari setelah tanam untuk tetap menjaga
pertanaman pada jarak tanam yang telah ditentukan (40 x 40cm).
Penyulaman dilakukan terutama pada tanaman yang mati atau tumbuh
tidak normal dengan tanaman baru yang umurnya tidak berbeda jauh,
sehingga pertumbuhan selanjutnya akan tetap sama dan seragam.
2) Penyiangan
Gulma disiangi secara kontinyu untuk mengurangi persaingan unsur hara.
Penyiangan biasanya dilakukan agak sering saat tanaman masih muda
sehingga lahan di atara tanaman masih terbuka karena kanopi tanaman
belum tumbuh besar. Tetapi pada tanaman dewasa periode penyiangan
sudah agak jarang karena kanopi pada masing-masing tanaman akan
saling menutup permukaan tanah, sehingga akan menekan pertumbuhan
gulma di bawahnya.
3) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
b. Pemupukan Konvensional
Dosis pupuk anjuran adalah 75 kg/ha urea yang diberikan setiap 3 kali
panen atau 6-9 minggu sekali. Pupuk disebar di dalam larikan dangkal
antara baris tanaman dan segera ditutup tanah.
7.1. Hama
Selama ini tidak ada hama atau penyakit yang benar-benar merusak tanaman
kumis kucing. Hama yang sering ditemukan adalah kutu daun dan ulat daun.
7.2. Penyakit
7.3. Gulma
8. PANEN
Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul dan
tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat
karena akan mempengaruhi produksi.
Daun dipanen dengan cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian
merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10.
Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan
optimum dari daun. Saat panen yang tepat adalah pada saat awal
pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yang dimanfaatkan
adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya dirompes untuk dapat
memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
9. PASCAPANEN
Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dengan cara memisahkan daun
dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan
hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor
lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu
lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut
dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah
tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah
pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa
air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam
wadah plastik/ember.
9.2. Pengeringan
9.4. Pengemasan
Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan
kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong
plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang
menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
9.5. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC,
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun
1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
a. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 150.000,-
b. Bibit 6000 bh @ Rp. 100,- Rp. 600.000,-
c. Pupuk
- Pupuk kandang 4.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 600.000,-
- Pupuk buatan: Urea 25 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 27.500,-
d. Pestisida Rp. 100.000,-
e. Alat Rp. 60.000,-
f. Tenaga kerja Rp. 200.000,-
g. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,-
h. Lain-lain Rp. 100.000,-
Jumlah biaya produksi Rp.1.937.500,-
2) Pendapatan 700 kg @ Rp. 3.500,- Rp.2.450.000,-
3) Keuntungan Rp. 512.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. Rasio output/input = 1,265
Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh
dan syarat pengemasan.
11.2. Deskripsi
…
-----
11.4. Pengambilan Contoh
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah
berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan
suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Daun kering dimasukan ke dalam kotak kayu persegi empat dan dipadatkan.
Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat dengan panjang dan lebar
sedemikian rupa sehingga alat bisa tepat masuk ke dalam kotak. Setelah
pemadatan berat daun kering di dalam kemasan adalah 20-40 kg tergantung
dari ukuran kotak dan permintaan pasar. Dibagian luar dari tiap kemasan
ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain:
§ Produk asal Indonesia
§ Nama/kode perusahaan/eksportir
§ Nama barang
§ Negara tujuan
§ Berat kotor
§ Berat bersih
§ Nama pembeli
KEMBALI KE MENU
KUNYIT
( Curcuma domestica Val. )
1. SEJARAH SINGKAT
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
2.2 Deskripsi
3. MANFAAT TANAMAN
4. SENTRA PENANAMAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas
cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada
tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
b. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan
1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000
mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata
baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan
yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.
c. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 oC.
2) Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul
dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
3) Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik
tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit
basa.
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran
tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian
45 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih
mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang
tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar
dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah
berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki
kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup;
terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
2) Penyiapan Bibit
Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat
yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata
tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau
merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan
agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang
maksimum memiliki 1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan
panjang 3-7 cm.
4) Pemindahan Bibit
Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang
akan muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas
tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan
bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna
menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada
tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan
hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan
pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan
dengan lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan
segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah
bertunas jangan ditumpuk.
1) Persiapan Lahan
Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau
pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30
hari sebelum tanam.
2) Pembukaan Lahan
Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara
manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan
top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah.
Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan
selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap
dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.
3) Pembentukan Bedengan
Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm
dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.
3) Cara Penanaman
Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik
sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan
penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200
mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap
pembentukan rimpang kunyit.
4) Perioda Tanam
Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman
rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda
akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun
rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 – 8 bulan tetapi
pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.
1) Penyulaman
Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya
buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain
yang masih segar dan sehat.
2) Penyiangan
Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan
rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan
mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali
bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan
dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar
tumbuh besar dan tanah tetap gembur.
3) Pembubunan
Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan
pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran
dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk
memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang
akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya
dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara
rutin setiap 3 – 4 bulan sekali.
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
b. Pemupukan Konvensional
7) Pemulsaan
Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk
menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak
gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan.
Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang
tanaman.
7.1. Hama
7.2. Penyakit
7.2. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum
yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma
berdaun lebar lainnya.
8. PANEN
Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang terbaik
adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun
kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila
dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri
tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan
vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang
semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).
Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang
terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang
sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya.
9. PASCAPANEN
9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran
berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah
bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air
bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan
pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
plastik/ember.
9.2. Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi
bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan,
timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
9.3. Pengeringan
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan
cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah
atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya).
9.5. Pengemasan
9.6. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30o C
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun
1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
a. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 150.000,-
b. Bibit 50 kg @ Rp.
c. Pupuk
- Pupuk kandang 4.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 600.000,-
- Pupuk buatan: Urea 32 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 35.200,-
- TSP 16 kg @ Rp. 1800,- Rp. 28.800,-
- KCl 16 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 25.600,-
d. Pestisida Rp. 100.000,-
e. Alat Rp. 60.000,-
f. Tenaga kerja Rp. 200.000,-
g. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,-
h. Lain-lain Rp. 100.000,-
Jumlah biaya produksi Rp.1.399.600,-
2) Pendapatan 2.500 kg @ Rp. 750,- Rp.1.875.000,-
3) Keuntungan Rp. 475.400,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. Rasio output/input = 1,399
Usaha budidaya tanaman kunyit skala besar (komersial) atau yang dilakukan
secara intensif, di Indonesia belum ada dan sebagian besar petani cenderung
menanam tanaman ini sebagai tanaman sampingan saja.
Dewasa ini rata-rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik/
jamu tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5-6 ton/bulan. Tingkat
kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase
peningkatan 10-25% per tahunnya. Kebutuhan lebih tinggi pada saat
menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di atas
sebagian besar berasal dari pasokan para petani. Melihat dari kebutuhan rata-
rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam negeri, suplai dan
permintaan terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi memenuhi permintaan
pasar luar negeri. Sementara kebutuhan kunyit dunia hingga saat ini
mencapai ratusan ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari jumlah tersebut
dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, Cina, dan negara-negara lainnya.
Indonesia kini sudah selayaknya membudidayakan tanaman ini, terutama
dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih
cepat dan tinggi, agar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara
optimal. Walaupun di daerah Jawa Tengah kini sudah diupayakan sistem
penanaman tersebut, juga diperhitungkan dari sudut produktivitas dan jalur
tata niaganya, namun luas lahan tanam yang ada belum maksimal untuk
memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang mencapai ratusan ribu ton/ha-
nya.
Indonesia sebenarnya mulai mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara
lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan
Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Pada tahun 1987, nilai ekspor tanaman
kunyit Indonesia menyumbangkan devisa yang besar bagi negara. Namun
pada tahun berikutnya jumlah ekspor tersebut mulai mengalami penurunan
dan sempat terhenti pada tahun 1989. Negara India, Cina, Haiti, Srilanka, dan
Jamaika kini mulai membudidayakan tanaman kunyit secara besar-besaran
dan mereka sudah dapat mengestimasikan produksinya hingga +20 ton/ha.
Dari segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, karena dari petani
langsung disalurkan ke pedagang pengumpul, lalu ke pabrik/pedagang besar.
Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat pabrik,
dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12% marjin biaya
dan 18% merupakan marjin keuntungan. Berdasarkan kondisi ini, tata niaga
kunyit bisa ditingkatkan lagi, karena marjin terbesar berada pada keuntungan
pedagang. Peluang agribisnis kunyit di Indonesia dapat dikembangkan.
Kenyataan ini dilandaskan pada tingkat produktivitas, jalur tata niaga, dan
kebutuhan kunyit dari berbagai industri yang membutuhkannya.
Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh
dan syarat pengemasan.
11.2. Deskripsi
Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini:
1) Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
2) Aroma : khas wangi aromatis
3) Rasa : mirip rempah dan agak pahit
4) Kadar air maksimum : 12 %
5) Kadar abu : 3-7 %
6) Kadar pasir (kotoran) : 1 %
7) Kadar minyak atsiri (minimal) : 5 %
Dari jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil
sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat
tiap partai 20 ton.
1) Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
2) Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7
3) Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9
4) Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10
5) Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil
minimum 15
Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak
sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk
kemasan temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil
sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk
ditentukan mutunya. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu
orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai
ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Kunyit disajikan dalam bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik
yang kuat, dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas
dengan keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan anatara penjual
dan pembeli. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang
tidak luntur, jelas terbaca antara lain:
§ Produk asal Indonesia
§ Nama/kode perusahaan/eksportir
§ Nama barang
§ Negara tujuan
§ Berat kotor
§ Berat bersih
§ Nama pembeli
12.DAFTAR PUSTAKA
KEMBALI KE MENU
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
MANGGA
( Mangifera spp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara
India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk
Malaysia dan Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Anarcadiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera spp.
Jenis yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga arumanis,
golek, gedong, manalagi dan cengkir dan Mangifera foetida yaitu kemang dan kweni.
Hal. 1/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. MANFAAT TANAMAN
Buah mangga yang matang merupakan buah meja yang banyak digemari. Mangga
yang muda dapat diawetkan dengan kadar gula tinggi menjadi manisan baik dalam
bentuk basah atau kering.
4. SENTRA PENANAMAN
Pusat penanaman mangga di Pulau Jawa adalah Probolinggo, Indramayu, Cirebon.
Tahun 1994 jumlah tanaman yang menghasilkan adalah 8.901.309 tanaman dengan
produksi 668.048 ton.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering selama 3
bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam di
daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugur
bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan.
1) Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir dan
lempung dalam jumlah yang seimbang.
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5.5-7.5. Jika pH di bawah
5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit.
Mangga yang ditanam didataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 m
dpl menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada di
dataran tinggi.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
a) Biji dipilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya berkualitas. Biji
dikeringanginkan dan kulitnya dibuang.
Hal. 2/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Biji ditanam dengan perut ke arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selama
penyemaian, bibit tidak boleh kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan
berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satu
yang benar-benar kuat dan baik.
Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yang lemah dan tumbuh abnormal
dibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit telah berumur 6 bulan.
2) Okulasi
Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atas
yang buahnya berkualitas ke batang bawah yang struktur akar dan tanamannya
kuat). Batang bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yang sudah
berumur 9-12 bulan. Setelah penempelan, stump (tanaman hasil okulasi)
dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun. Okulasi dilakukan di musim kemarau
agar bagian yang ditempel tidak busuk.
3) Pencangkokan
Batang yang akan dicangkok memiliki diameter 2,5 cm dan berasal dari tanaman
berumur 1 tahun. Panjang sayatan cangkok adalah 5 cm. Setelah sayatan diberi
tanah dan pupuk kandang (1:1), lalu dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah
subur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diatur
dengan cara:
a) segi tiga sama kaki.
b) diagonal.
c) bujur sangkar (segi empat).
Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar dan kedalaman 100 cm. Pada waktu
penggalian, galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian dari
kedalaman 50-100 cm. Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupuk
kandang lalu dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian bagian atas,
diikuti tanah galian bagian bawah. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada
musim kemarau.
2) Cara Penanaman
Lubang tanam yang telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang dan
lebar 60 cm pada kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram.
Polibag bibit digunting sampai ke bawah, masukkan bibit beserta tanahnya dan
masukkan kembali tanah galian sampai membentuk guludan. Tekan tanah di
sekitar batang dan pasang kayu penyangga tanaman.
Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yang kuat. Jenis yang
biasa dipakai adalah pohon asam atau trembesi.
1) Penyiangan
2) Penggemburan/Pembubunan
Tanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu
digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun
mangga cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam.
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Perempelan/Pemangkasan
4) Pemupukan
a) Pupuk organik
1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.
2. Umur tanaman 2,5–8 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.
3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50
kg pupuk kandang, 15 kg abu.
4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15
kg abu.
Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan
tanah. Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam
setengah mata cangkul (5 cm).
b) Pupuk anorganik
1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.
2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.
3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080
gram/tanaman.
4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970
gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman.
5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940
gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman.
Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buah
yang dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan
polinator maru atau menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm
hormon giberelin. Dengan cara ini, persentase pembentukan buah yang dapat
dipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3%.
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelah
terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini. Pengendalian: memusnahkan buah
mangga yang jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus,
mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ke
tanah yang telah dicangkul.
Gejala: daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan
kemerahan. Pengendalian: penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord,
Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang
terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan
memperbaiki aerasi.
4) Lalat buah
Jenis wereng ini berbeda dengan yang menyerang padi. Wereng ini menyerang
daun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehingga
mengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yang
membeku menimbulkan jamur kerak hitam. Pengendalian dengan insektisida
Diazinon dan pengasapan seminggu empat kali.
Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yang
kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang
rangkaian bunga. Pengendalian dengan menyemprotkan tepung belerang,
insektisida Diazinon atau Basudin.
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7) Codot
7.2. Penyakit
1) Penyakit mangga
2) Penyakit diplodia
Penyebab: jamur Diplodia sp. Tumbuh di luka tanaman muda hasil okulasi.
Pengendalian: dengan bubur bordeaux. Luka diolesi/ditutup parafin-carbolineum.
3) Cendawan jelaga
5) Kudis buah
Menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun. Gejala: adanya bercak
kuning yang akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan tidak terjadi, bunga
berjatuhan. Pengendalian: fungisida Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kali
seminggu dan memangkas tangkai bunga yang terserang.
6) Penyakit Blendok
Penyebab: jamur Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat oleh
kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan getah yang akan berubah
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
warna menjadi coklat atau hitam. Pengendalian: memotong bagian yang sakit,
lubang ditutupi dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam insektisida dan
menyemprot pohon dengan bubur bordeaux.
7.3. Gulma
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur
5-6 tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10
jumlah buah dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di
bulan September-Oktober.
Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang
sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua
kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah
yang dipetik harus masih keras.
Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai
memar. Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan
galah yang diujungnya terdapat pisau dan keranjang penampung buah.
Di Indonesia pohon mangga berbunga satu tahun sekali sehingga panen dilakukan
satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan masak bersamaan
sehingga dilakukan beberapa kali panen.
Hal. 8/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Mangga yang rusak dipisahkan dengan mangga yang mulus. Setelah sortasi buah
mangga dilap untuk menghilangkan getah yang dapat menurunkan mutu terutama
jika buah akan dipasarkan ke pasar swalayan atau luar negeri.
Buah yang akan dipasarkan di dalam negeri dapat diperam untuk mempercepat
pemasakan. Sortasi didasarkan berat buah atau ukuran buah. Kelas berdasarkan
berat buah antara lain:
a) Kelas I: > 320 gram/buah
b) Kelas II: 270 - 320 gram/buah
c) Kelas III: 200 - 270 gram/buah
9.3. Penyimpanan
Buah mangga yang telah dipetik disimpan ditempat yang kering, teduh dan sejuk.
Analisis biaya budidaya tanaman mangga dengan luas lahan 1 hektar selama 10
tahun di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.
1) Biaya produksi
1. Sewa lahan kebun 10 tahun @ Rp. 1.500.000,- Rp. 15.000.000,-
2. Bibit 121 batang @ Rp.10.000,- Rp. 1.210.000,-
3. Pupuk
- Pupuk kandang 3 ton/tahun @ Rp. 60.000,- Rp. 1.800.000,-
- Urea 28 kg @ Rp. 1.115
Tahun ke 1 dan 2 @ Rp. 31.220,- Rp. 62.440,-
Tahun ke-3 Rp. 49.060,-
Tahun ke-4 Rp. 61.325,-
Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 92.545,- Rp. 555.270,-
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pendapatan
- Tahun ke-5: 5.500 buah @ Rp. 500,- Rp. 2.750.000,-
- Tahun ke-6: 8.800 buah @ Rp. 500,- Rp. 4.400.000,-
- Tahun ke-7: 12.100 buah @ Rp. 500,- Rp. 6.050.000,-
- Tahun ke-8: 15.400 buah @ Rp. 500,- Rp. 7.700.000,-
- Tahun ke-9: 18.700 buah @ Rp. 500,- Rp. 9.350.000,-
- Tahun ke-10: 20.900 buah @ Rp. 500,- Rp. 10.450.000,-
Jumlah Pendapatan Rp. 40.700.000,-
3) Keuntungan :
1. Dalam 10 tahun Rp. 8.220.325,-
Di dalam negeri mangga tetap menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buah yang
berkualitas tetap memiliki harga yang jauh lebih baik dan dapat menembus pasar
untuk kalangan menengah atas. Di luar negeri mangga adalah buah eksotik yang
banyak penggemarnya dan termasuk buah impor yang mahal. Potensi Indonesia
untuk mengekspor mangga begitu besar, tetapi pemanfaatannya tidak maksimal.
Untuk mensuplai kebutuhan mangga luar negeri yang harus kontinyu dan standard
mutu tidak berubah, diperlukan pengembangan agribisnis mangga yang mencakup
areal tanam luas dengan kultur teknis dan pasca panen yang terkendali.
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara
uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu mangga tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3164-
1992.
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Mangga digolongkan dalam 4 ukuran menurut kultifarnya yaitu besar sedang kecil
dan sangat kecil yang masing-masing digolongkan dalam 2 jenis mutu yaitu mutu I
dan mutu II
a) Arum manis: besar>400 gram, sedang 350-400 gram, kecil 300-349 gram, sangat
kecil 250-299 gram
b) Golek: besar>500 gram, sedang 450-500 gram, kecil 400-449 gram, sangat kecil
350-399 gram
c) Gedog: besar>250 gram, sedang 200-250 gram, kecil 150-199 gram, sangat kecil
100-149 gram
d) Manalagi: besar>400 gram, sedang 350-400 gram, kecil 300-349 gram, sangat
kecil 250-299 gram
Satu partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara
acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:
a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101 – 300: contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301 – 500: contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501 – 1000: contoh yang diambil 10.
11.5. Pengemasan
Pengemasan buah manga dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum
25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberi
pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara,
susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak karton
maksimum 10 kg.
Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antara
lain :
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
e) Produksi Indonesia.
f) Tempat/negara tujuan.
KEMBALI KE MENU
Hal. 13/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
MANGGIS
( Garcinia mangostana L. )
1. SEJARAH SINGKAT
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis
yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau
Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah
dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia
Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti
manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista
(Sumatera Barat).
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani pohon manggis adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
Hal. 1/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Klon yang dikembangkan adalah MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 dan
MBS 7.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat
sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan
luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air
rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai
bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.
4. SENTRA PENANAMAN
Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,
Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau,
Jawa Timur dan Sulawesi Utara.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur,
gembur, mengandung bahan organik.
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya manggis adalah 5–7.
3) Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik
dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m.
Hal. 2/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pohon manggis dapat diperbanyak dengan biji/bibit hasil penyambungan pucuk dan
susuan. Pohon yang ditanam dari biji baru berbunga pada umur 10-15 tahun
sedangkan yang ditanam dari bibit hasil sambungan dapat berbunga pada umur 5-7
tahun.
1) Persyaratan Benih
b) Untuk pembuatan bibit dengan cara sambungan diperlukan batang bawah dan
pucuk (entres) yang sehat. Batang bawah adalah bibit dari biji berumur lebih
dari dua tahun dengan diameter batang 0.5 cm dan kulitnya berwarna hijau
kecoklatan.
2) Penyiapan Benih
b) Pucuk untuk sambungan berupa pucuk (satu buku) yang masih berdaun muda
berasal dari pohon induk yang unggul dan sehat. Dua minggu sebelum
penyambungan bagian bidang sayatan batang bawah dan pucuk diolesi zat
pengatur tumbuh Adenin/Kinetin dengan konsentrasi 500 ppm untuk lebih
memacu pertumbuhan.
Hal. 3/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. Pilih satu cabang (entres) dari pohon induk untuk bahan cabang atas.
Diameter cabang lebih kecil atau sama dengan batang bawah.
4. Sayat batang bawah dengan kayunya kira-kira 1/3-1/2 diameter batang
sepanjang 5-8 cm.
5. Sayat pula cabang entres dengan cara yang sama.
6. Satukan bidang sayatan kedua batang dan balut dengan tali rafia.
7. Biarkan bibit susuan selama 5 - 6 bulan.
8. Pelihara pohon induk dan batang bawah di dalam polibag dengan intensif.
9. Susuan berhasil jika tumbuh tunas muda pada pucuk batang atas (entres)
dan ada pembengkakan (kalus) di tempat ikatan tali.
10. Bibit susuan yang baru dipotong segera disimpan di tempat teduh dengan
penyinaran 30% selama 3-6 bulan sampai tumbuh tunas baru. Pada saat ini
bibit siap dipindahtanamkan.
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah
subur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diatur
dengan cara:
a) segi tiga sama kaki.
b) diagonal.
c) bujur sangkar (segi empat).
4) Pemupukan
Bibit ditanam di musim hujan kecuali di daerah yang beririgasi sepanjang tahun.
Sebelum tanam taburkan campuran 500 gram ZA, 250 gram SP-36 dan 200 gram
KCl ke dalam lubang tanam dan tutup dengan tanah.
Hal. 5/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Jarak antar lubang 8 x 10 m atau 10 x 10 m dihitung dari titik tengah lubang. Untuk
lahan berlereng perlu dibuat teras, tanggul dan saluran drainase untuk mencegah
erosi.
2) Cara Penanaman
Dengan jarak tanam 10x 10 m atau 8 x 10 m diperlukan 100-125 bibit per hektar.
Cara menanam bibit yang benar adalah sebagai berikut:
a) Siram bibit di dalam polybag dengan air sampai polibag dapat dilepaskan
dengan mudah.
b) Buang sebagian akar yang terlalu panjang dengan pisau/gunting tajam.
c) Masukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam, timbun dengan tanah sampai
batas akar dan padatkan tanah perlahan-lahan.
d) Siram sampai tanah cukup lembab.
e) Beri naungan yang terbuat dari tiang-tiang bambu beratap jerami. Jika sudah
ada pepohonan di sekitarnya, pohon-pohon ini bisa berfungsi sebagai
pelindung alami. Pohon pelindung harus bersifat alami dan mengubah iklim
mikro, misalnya tanaman Albisia dan Lamtoro.
1) Penyiangan
2) Perempalan/Pemangkasan
Ranting-ranting yang tumbuh kembar dan sudah tidak berbuah perlu dipangkas
untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Gunakan gunting pangkas yang
bersih dan tajam untuk menghindari infeksi dan lapisi bekas pangkasan dengan
ter.
Hal. 6/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Pemupukan
Tanaman yang berumur di bawah lima tahun memerlukan ketersediaan air yang
cukup dan terus menerus sehingga harus disiram satu sampai dua hari sekali.
Sedangkan pada pohon manggis yang berumur lebih dari lima tahun, frekuensi
penyiraman berangsur-angsur dapat dikurangi. Penyiraman dilakukan pagi hari
dengan cara menggenangi saluran irigasi atau disiram.
5) Pemberian Mulsa
1) Ulat bulu
Hama ini melubangi daun. Pengendalian: (1) menjaga sanitasi lingkungan dan
pemeliharaan tanaman yang baik; (2) penyemprotan insektisida Bayrusil 250
EC/Cymbush 50 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
7.2. Penyakit
1) Bercak daun
Hal. 7/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Jamur upas
3) Hawar benang
4) Kanker batang
Penyebab: jamur Botryophaerisa ribis. Gejala: warna kulit batang dan cabang
berubah dan mengeluarkan getah. Pengendalian: (1) perbaikan drainase,
menjaga kebersihan kebun, pemotongan tanaman yang sakit; (2) penyemprotan
fungisida Benlate untuk kanker batang, Cobox atau Cupravit bagi penyakit lainnya.
5) Hawar rambut
6) Busuk buah
7) Busuk akar
Penyebab: jamur Fomes noxious Corner. Gejala: akar busuk dan berwarna
coklat. Pengendalian: sama dengan kanker batang.
Hal. 8/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis.
Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Umur panen dan
ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini :
a) Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter 55-60
mm.
b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter 55-
60 mm.
c) Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter 55-
60 mm.
d) Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter 55-
60 mm.
e) Panen 114 hari: warna kulit ungu merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65 mm.
Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM sedangkan untuk ekspor
pada umur 104-108 SBM.
Pohon manggis di Indonesia dipanen pada bulan November sampai Maret tahun
berikutnya.
Hal. 9/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Buah dikumpulkan di dalam wadah dan ditempatkan di lokasi yang teduh dan
nyaman.
Tempatkan buah yang baik dengan yang rusak dan yang busuk dalam wadah yang
berbeda. Lakukan penyortiran berdasarkan ukuran buah hasil pengelompokan dari
Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok yaitu besar, sedang dan kecil.
9.3. Penyimpanan
Pada ruangan dengan temperatur 4-6 derajat C buah dapat tetap segar selama 40
hari sedangkan pada 9-12 derajat C tahan sampai 33 hari.
Hal. 10/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pendapatan:
1. Panen perdana tahun ke 6, Hasil rata-rata 30 buah/pohon Rp. 562.500,-
2. Panen tahun ke 7 Hasil rata-rata 200 buah/pohon Rp. 3.750.000,-
3. Panen tahun ke 8 Hasil rata-rata 800 buah/pohon Rp. 15.000.000,-
4. Panen tahun ke 9 Hasil rata-rata 900 buah/pohon Rp. 16.875.000,-
5. Panen tahun ke 10 Hasil rata-rata 1.500 buah/pohon Rp. 28.125.000,-
6. Panen tahun ke 11 Hasil rata-rata1.750 buah/pohon Rp 32.812.000,-
7. Panen tahun ke 12 – 18 Hasil rata-rata 2.000 buah/pohon Rp. 37.500.000 -
8. Panen tahun ke 19 Hasil rata-rata 1.750 buah/pohon Rp. 10.500.000 -
9. Panen tahun ke 20 Hasil rata-rata 1.500 buah/pohon Rp. 32.812.000,-
10Produksi selama 20 th hasil dari 100 ph 2.243.000 buah Rp. 336.450.000 -
Hal. 11/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Keuntungan
1. Keuntungan selama 20 tahun Rp. 149.496.200 -
2. Keuntungan per tahun Rp. 7.474.810,-
Keterangan: HKP hari kerja pria, Keuntungan baru diraih tahun ke 11. Perkiraan
tanaman produktif adalah 100 pohon/tahun, Harga jual rata-rata Rp. 60/buah.
(tingkat petani, tahun 1999).
Masyarakat dunia mengenal manggis sebagai Queen of fruits karena rasanya yang
exotic yaitu manis, asam berpadu dengan sedikit sepat. Prospek pengembangan
agribisnis manggis sangat cerah meningkat perminat buah ini di luar negeri banyak
dan harganya relatif mahal.
Taiwan adalah pasar terbesar manggis Indonesia, selama tahun 1994, Taiwan
mengimpor manggis Indonesia sebanyak 2.235.177 kg atau 83% dari total ekspor
buah Indonesia. Negara lain yang mengimpor manggis adalah a.l. Jepang, Brunei,
Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swis, Amerika Serikat.
Peluang pasar luar negeri diperkirakan terus meningkat dengan penambahan
volume 10,7% per tahun.
Harga manggis di pasar tradisional relatif murah karena manggis yang dipasarkan di
dalam negeri adalah sisa ekspor, jadi mutunya sudah tidak baik. Jika produsen dapat
menghasilkan buah manggis dengan mutu yang merata dan konstan, sudah pasti
harga tersebut akan jauh meningkat.
Kendala agribisnis manggis adalah umur panen tanaman yang bisa mencapai 6
tahun, sehingga pengembalian modal tidak dapat berlangsung cepat. Karena itu
diperlukan para pemodal kuat yang tetap dapat bertahan sampai modal agribisnis
manggisnya kembali setelah menunggu 11 tahun sejak tanam.
Standar ini meliputi diskripsi,klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, syarat penandaan, cara pengemasan.
Hal. 12/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.2. Diskripsi
Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01–
3211-1992.
Terdiri dari 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II.
a) Keseragaman: mutu super=seragam; mutu I=seragam; mutu II=seragam.
b) Diameter: mutu super>65 mm; mutu I=55–56 mm; mutu II<55 mm.
c) Tingkat keseragaman: mutu super=segar; mutu I=segar; mutu=II segar.
d) Warna kulit: mutu super hijau; mutu I=kemerahan s/d merah; mutu II=muda
mengkilat
e) Buah cacat atau busuk (jumlah/jumlah): mutu super=0%; mutu I=0%; mutu II=0%
f) Tangkai dan atau kelopak: mutu super utuh, mutu I utuh, mutu II utuh
g) kadar kotoran (b/b): mutu super=0%; mutu I=0%; mutu II=0%
h) Serangga hidup dan atau mati :mutu super=tidak ada; mutu I=tidak ada; mutu=II
tidak ada.
i) Warna daging buah: mutu super=putih bersih; mutu I=khas manggis putih; mutu
II=bersih khas manggis
Hal. 13/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Penentuan kesegaran
Hitung jumlah seluruh contoh uji buah manggis segar, amati satu persatu buah
segar secara visual dan pisahkan buah yang dinyatakan tidak segar yaitu dengan
memperhatikan kondisi kulit buah. Hitung jumlah satuan buah yang dinilai kurang
segar dan hitung pula presentase jumlah satuan buah yang dinilai kurang segar
terhadap jumlah seluruh contoh uji.
e) Penentuan adanya serangga hidup atau mati
Amati secara visual adanya serangga hidup dan mati pada buah dan kemasan.
Suatu partai/lot buah manggis segar terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti pada data dibawah ini :
a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1–5: contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6–100: contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101–300: contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301–500: contoh yang diambil 10.
e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501–1000 : contoh yang diambil semua.
11.5. Pengemasan
Buah manggis segar dikemas dengan kotak karton baru/keranjang plastik yang
kokoh, baik, bersih dan kering, berventilasi, dengan berat bersih setiap kemasan
sebesar 2 kg untuk kemasan karton dan 10 kg untuk kemasan keranjang plastik. Dan
juga digunakan kemasan yang berat berdasarkan kesepakatan antara penjual dan
pembeli.
Hal. 14/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 15/ 15
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
MAWAR
( Rosa damascena Mill. )
1. SEJARAH SINGKAT
Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.
Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol atau
lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataran
Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di
daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).
2. JENIS TANAMAN
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Species : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dan
lain-lain.
Di Indonesia berkembang aneka jenis mawar hibrida yang berasal dari Holand
(Belanda). Mawar yang banyak peminatnya adalah tipe Hybrid Tea dan Medium,
Hal. 1/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
memiliki variasi warna bunga cukup banyak, mulai putih sampai merah padam dan
tingkat produktivitas tinggi: 120-280 kuntum bunga/m2 /tahun.
Varietas-varietas mawar hibrida (Hybrid Tea) yang telah ditanam di Indonesia oleh
PT. Perkebunan Mangkurajo adalah: Coctail, Diplomat, Idole, Jacaranda,
Laminuette, Osiana, Pareo, Samorai, Sonate de Meilland, Sonia, Sweet Sonia,
Tineke, Vivaldi, White Success dan Yonina. Sedangkan mawar tipe Medium antara
lain adalah Golden Times, Jaguar, Sissel, Laser, dan Kiss. Kelebihan varietas mawar
hibrida adalah tahan lama dan warna-warninya menarik. Mawar tipe Hybrid Tea
bertangkai bunga 80-120 cm, tipe Medium 40-60 cm.
3. MANFAAT TANAMAN
1) Tanaman hias di taman/halaman terbuka (out doors).
2) Tanaman hias dalam pot pengindah dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor.
3) Dijadikan bunga tabur pada upacara kenegaraan atau tradisi ritual.
4) Diekstraksi minyaknya sebagai bahan parfum atau obat-obatan (pada skala
penelitian di Puslitbangtri).
4. SENTRA PENANAMAN
Daerah pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India,
Afrika Utara dan Indonesia. Sentra penanaman bunga potong, tabur dan tanaman
pot di Indonesia dihasilkan dari daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Jakarta.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
Hal. 2/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif
berbunga di dataran rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Supaya biji tumbuh dengan baik, pilih biji yang sehat dengan memasukan ke
dalam air (yang baik akan tenggelam, yang mengapung dibuang).
Hal. 3/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Penyiapan Benih
a) Ambil (angkat) biji-biji mawar dari buah yang telah membusuk dalam media
semai.
b) Pilih biji-biji mawar yang baik, yaitu bernas yang tenggelam bila dimasukkan ke
dalam air
c) Cuci biji mawar dengan air bersih.
d) Tiriskan biji-biji mawar terpilih ditempat teduh untuk segera disemaikan pada
bak persemaian.
e) Semaikan biji mawar secara merata menurut barisan pada jarak antar-baris 5-
10 cm. Biji akan berkecambah pada umur empat minggu setelah semai.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
5) Pemindahan Bibit
Hal. 4/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tempat penanaman mawar dapat dilakukan di lahan kebun, taman dan dalam pot.
Tata cara penyiapan lahan untuk kebun mawar agak berbeda dengan dalam
pot/polybag.
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
3) Pembentukan Bedengan
Hal. 5/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, jarak
antar bedengan 30-40 cm, dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Bila akan
dirancang taman mawar yang asimetris, maka penyiapan lahannya dibuat bentuk-
bentuk yang diinginkan, misalnya lingkaran (bulat) atau guludan-guludan yang
serasi dengan lingkungan sekitarnya.
4) Pemupukan
Pupuk organik (pupuk kandang/kompos) 20-30 ton/hektar atau Super TW Plus 4-5
ton/hektar diberikan secara disebar dan dicampur merata bersama tanah sambil
merapikan lahan (bedengan). Pemberian pupuk organik dengan dimasukkan
(diisikan) ke dalam lubang tanam rata-rata 1-2 kg/tanaman.
Buat lubang tanam pada jarak 60×60 cm atau 70×70 cm, tergantung jenis mawar
dan kesuburan tanahnya.
Pada saat membuat lubang, tanah di permukaan (top soil), sub-soil dikumpulkan
terpisah, karena akan digunakan untuk menutup lubang kembali. Bila daerah itu
tertutup rumput, harus diambil dalam bentuk lempengan-lempengan dan
diletakkan di tempat teduh, untuk digunakan sebagai pupuk, dengan
memasukkannya ke dalam lubang. Lempengan rumput diletakkan terbalik. Top
soil dicampur dengan bahan organik (seperti kompos, pupuk hijau, pupuk kandang
dan sebagainya) perbandingan 4 bagian tanah dan 1 bagian bahan organik.
Lubang ditimbuni sub-soil dicampur dengan bahan organik (dalam jumlah lebih
banyak dari pada campuran untuk top soil) dan super fosfat (dapat juga dipakai
tepung tulang) 20%. Jumlah super fosfat 1,5-2 kg per 10 m2 tanah, tepung tulang
1,5-3 kg per 10 m2. Lubang diisi top soil dan bahan organik sampai membentuk
gundukan.
3) Cara Penanaman
Hal. 6/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Waktu tanam mawar adalah pada awal musim hujan (bila keadaan airnya
memadai dapat dilakukan sepanjang musim/tahun. Tanaman mawar yang
ditanam berupa bibit cabutan (tanpa tanah), dan bibit yang berasal dari polybag.
Penanaman bibit mawar dari polybag berbeda dengan penanaman bibit mawar
cabutan. Bibit mawar dari polybag dipindahtanamkan secara lengkap bersama
tanah dan akar-akarnya. Tata cara penanaman bibit mawar dari polybag adalah
sebagai berikut:
a) Siram media dalam polybag yang berisi bibit mawar hingga cukup basah.
b) Angkat polybag kemudian balikkan posisinya sambil ditekuk-tekuk bagian
dasarnya agar bibit mawar bersama tanah dan akar-akarnya terlepas (keluar)
dari polybag. Bila polybag berukuran besar, maka pengeluaran bibit mawar
dapat dengan cara menyobek atau menyayat polybag tersebut.
c) Tanamkan bibit mawar ke dalam lubang tanam yang telah disiapkan jauh hari
sebelumnya. Letak bibit mawar tepat di tengah-tengah lubang tanam, kemudian
urug dengan tanah sampai penuh sambil dipadatkan pelan-pelan
d) Siram tanah di sekeliling perakaran tanaman mawar hingga cukup basah. Bibit
mawar akan langsung segar dan tumbuh tanpa melalui pelayuan atau istirahat
dulu.
1) Penyiangan
Hal. 7/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pemupukan
Jenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman mawar adalah
pupuk NPK (5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila pertumbuhan tunas lambat
dipupuk NPK pada perbandingan 10:10:5, bila tangkainya lemah perbandingan
pupuk NPK 5:15:5.
Jenis dan dosis pupuk lain adalah campuran pupuk yang terdiri atas: 90–135 kg N
ditambah 400 kg P2O5 ditambah 120 kg K2O/ha/tahun atau setara dengan 200–
300 kg Urea ditambah 840 kg TSP ditambah 250 kg KCL/ha/tahun. Berdasarkan
hasil penelitian Balai Penelitian Hortikultura (Balitro), tanaman mawar perlu
dipupuk pupuk NPK 5 gram/pohon pada saat tanam atau 7–15 hari setelah tanam.
Pemupukan berikutnya secara kontinu tiap 3–4 bulan sekali, tergantung keadaan
pertumbuhan tanaman. Dosis dan jenis pupuk yang dianjurkan adalah campuran
pupuk Nitrogen 600 kg N ditambah Fosfat 1000 kg P2O5 ditambah Kalium 400 kg
K2O/ha/tahun atau setara dengan urea ± 1350 kg ditambah TSP 2100 kg
ditambah KCL 800 kg/ha/tahun. Tiap kali pemupukan diberikan 1/4 - 1/3 dosis
pupuk 337,5–450 kg Urea ditambah 525–700 kg TSP ditambah 100–133 kg KCl
per hektar.
Pemberian pupuk sebaiknya pada saat sebelum berbunga, sedang berbunga, dan
setelah kuntum bunga layu. Cara pemberian pupuk dengan ditabur dalam parit-
parit kecil dan dangkal diantara barisan tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman,
kemudian ditutup dengan tanah tipis dan segera disiram hingga cukup basah.
Hal. 8/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Kumbang
Tiga jenis kumbang penyerang tanaman mawar: kumbang Chafer (Macrodactylis
subspinosus), Fuller (Autoserica castanca) dan Curculio (Rhyncite bicolor).
Kumbang Chafer warna coklat kekuning-kuningan panjang tubuh sekitar 12 mm,
kumbang Fuller warna coklat keabu-abuan, panjang 10 mm. Kumbang Curculio
berwarna merah bergaris hitam ± 5 mm. Gejala: memakan daun, tangkai dan
kuntum bunga, sehingga bolong-bolong/rusak pada bagian yang diserang. Larva
sering memakan perakaran tanaman. Pengendalian: mengumpulkan dan
memusnahkan hama tersebut dan cara kimia disemprot dengan insektisida
Hostathion 40 EC, Decis 2,5 EC, Ambush 2 EC, Elsan 60 EC, dan lain-lain pada
konsentrasi yang dianjurkan.
3) Siput berbulu
Tubuh berwarna putih kehijau-hijauan, panjang ± 12 mm, ditutupi bulu-bulu kasar.
Gejala: pada stadium larva, menyerang tanaman dengan cara memakan daun
sebelah bawah yang menyebabkan daun berlubang tinggal tulang daun.
Pengendalian: merontokkan kepompong yang menempel pada tanaman, dan
disemprot dengan insektisida Brestan 60 (Moluskasida) pada konsentrasi yang
dianjurkan.
Hal. 9/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Thrips
Hama ini berukuran sangat kecil ± 1 mm, berwarna kuning-oranye/kuning
kecoklat-coklatan. Gejala: merusak/mengisap cairan sel tanaman, terutama
bunga, daun, dan cabang. Menyenangi mawar bunga berwarna kuning/terang
lainnya. Pengendalian: pemangkasan bagian tanaman yang terserang berat dan
disemprot dengan insektisida Mesurol 50 WP, Tokuthion 500 EC, Pegasus 500
SC, Decis 2,5 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
7) Hama-hama lain:
a. Ulat daun (Udea rubigalis), menyerang daun dan kuncup bunga sehingga
menjadi rusak/bolong-bolong. Pengendalian: disemprot insektisida Hostathion
40 EC, Decis 2,5 EC, Dekasulfan 350 EC, Nomolt 50 EC atau Confidor 70 WS
pada konsentrasi yang dianjurkan.
b. Serangga malam (Night feeding insect), menyerang daun dan bunga.
Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang digunakan pada
pengendalian ulat daun.
c. Serangga pengisap sel tanaman (Leaf hoppers), menyerang daun hingga
bintik-bintik putih membentuk lingkaran. Pengendalian: disemprot dengan
insektisida yang digunakan pada pengendalian ulat daun.
d. Lalat (Dasyncura rhodophaga), ukuran tubuh kecil 1,2 mm, warna coklat
kemerah-merahan/kekuning-kuningan. Telur diletakkan pada tunas baru,
setelah menjadi larva akan merusak/memakan tunas. Larva menjatuhkan diri ke
tanah, kemudian dalam waktu satu minggu berubah menjadi lalat.
Pengendalian: memusnahkan tanaman yang terserang berat dengan dibakar,
menjaga kebersihan kebun, dan penyemprotan insektisida Agrohion 50 EC,
Meothrin 50 EC atau Ofunack 40 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
e. Kutu batang (Aulacaspis rosae) dari famili Coccidae, berukuran kecil 3 mm,
Gejala: mengisap cairan sel tanaman, bagian daun dan batang. Bagian yang
terserang akan layu, lambat laun mengering (mati). Pengendalian: memangkas
bagian tanaman yang terserang untuk dimusnahkan/dibakar dan disemprot
dengan insektisida Decis 2,5 EC, Mitac 200 EC, Monitor 200 LC atau Orthene
75 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.
f. Kumbang kecil (Small carpenter bees), ukuran tubuh kecil panjang 8 mm,
warna hitam-metalik, Gejala: melubangi sekaligus merusak batang bagian
dalam. Tanaman yang diserang menjadi layu. Pengendalian: memangkas
bagian tanaman yang diserang untuk dibakar atau disemprot dengan
insektisida : Decis 2,5 EC, Atabron 50 EC, Buldok 25 EC atau Bassa 50 EC
pada konsentrasi yang dianjurkan.
Hal. 10/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
1) Bercak hitam
Penyebab: cendawan (jamur) Marsonina rosae (Lib.) Lind. (“Black spot”). Gejala:
daun bercak hitam-pekat yang tepinya bergerigi. Lambat laun bercak-bercak
berdiameter ± 1 cm menyatu, sehingga jaringan daun di sekitarnya menjadi
kuning. Dapat pula terjadi pada tangkai daun, batang, dasar bunga, kelopak dan
tajuk bunga. Daun yang terserang akan mudah berguguran. Pengendalian non-
kimiawi: memangkas bagian tanaman yang sakit dan menjaga kebersihan kebun
(sanitasi). Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif
Propineb dan Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan.
2) Karat daun
Penyebab: cendawan (jamur) Phragmidium mucronatum (Pers. ex Pr.) Schlecht.
Gejala: bintik-bintik warna jingga kemerah-merahan pada sisi bawah daun, pada
sisi daun atas terdapat bercak bersudut warna kemerah-merahan. Daun yang
terserang berat akan mudah gugur (rontok). Pengendalian non-kimiawi:
pemotongan/pemangkasan daun sakit kemudian dimusnahkan. Pengendalian
kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif Zineb atau Maneb pada
konsentrasi yang dianjurkan.
3) Tepung mildew
Penyebab: cendawan Oidium sp. Gejala: terdapat tepung/lapisan putih pada
permukaan daun sebelah bawah dan atas. Daun/bagian tanaman yang terserang
akan berubah warna dari hijau menjadi kemerah-merahan, lambat laun kekuning-
kuningan dan akhirnya daun-daun cepat rontok (gugur). Pengendalian non-
kimiawi: memetik daun yang terserang untuk dimusnahkan dan menjaga
kebersihan kebun (sanitasi). Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida
Belerang, atau mengandung bahan aktif Pirazifos.
5) Mosaik (belang-belang)
Penyebab: virus (Virus Mosaik Mawar) (Rose mosaic Virus). Gejala: daun
menguning dan belang-belang, tulang-tulang daunnya seperti jala. Pengendalian:
penanaman bibit yang sehat, pemeliharaan tanaman secara intensif,
penyemprotan insektisida untuk pengendalian serangga vektor, dan membongkar
Hal. 11/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
(eradikasi) tanaman yang sakit untuk dimusnahkan agar tidak menular kepada
tanaman yang lainnya.
6) Bercak daun
Penyebab: dua patogen, yaitu cendawan Cercospora rosicola Pass. dan
Alternaria sp. Gejala: serangan cercospora bercak-bercak coklat pada daun-daun
tua, sedangkan bercak alternaria berwarna kehitam-hitaman. Pengendalian non-
kimiawi: memotong/memetik daun yang sakit untuk dimusnahkan dan menjaga
kebersihan kebun (sanitasi). Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang
mengandung bahan aktif Tembaga (Cu).
7) Jamur upas
Penyebab: cendawan Corticium salmonicolor (Berk. et Br.) Tjokr. Gejala: terdapat
lapisan kerak berwarna merah pada batang, dan lambat laun batang akan
membusuk serta mati. Pengendalian non-kimiawi: mengelupaskan kulit dan
mengerok bagian tanaman yang sakit, kemudian diolesi cat/ter, dapat pula
sekaligus memotong bagian batang yang terinfeksi berat. Pengendalian kimiawi:
disemprot fungisida yang berbahan aktif Tridemorf.
8) Busuk bunga
Penyebab: cendawan Botrytis cinerea Pers. Fr. Gejala: kuntum bunga yang telah
membuka membusuk berwarna coklat, dan berbintil-bintil hitam. Pengendalian
non-kimiawi: membungkus bunga yang mulai mekar dengan kantong kertas
minyak/plastik dan penanganan pasca panen bunga sebaik mungkin.
Pengendalian kimiawi: penyemprotan fungisida yang berbahan aktif Benomil.
9) Penyakit Fisiologis
Penyebab: kekurangan unsur hara (defisiensi), kurang Nitrogen, Phosfor, dan
Kalium. Gejala: kekurangan nitrogen menyebabkan warna daun hujau-muda
(pucat) kekuning-kuningan dan pertumbuhan tanaman menjadi lambat (kerdil).
Kekurangan phosfor menyebabkan tanaman menjadi kurus dan kerdil, sedangkan
kurang kalium daun-daun menjadi mengering di sepanjang tepi/pinggirannya.
Pengendalian: pemberian pupuk berimbang, terutama unsur N, P2O5, dan K2O
ataupun disemprot pupuk daun yang kandungan unsur haranya tinggi sesuai
dengan gejala defisiensi.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai bunga potong :
kuntum bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal. Untuk tujuan bunga
tabur pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh.
Hal. 12/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Waktu panen yang ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan penguapan
air tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong melakukan
pemetikan bunga mawar pada malam hari.
Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong tangkai bunga pada bagian
dasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun. Alat pemotong
bunga mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang tajam, bersih dan
steril.
Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat dipanen pada
umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan kesuburan
pertumbuhannya. Pembuangan ini akan produktif bertahun-tahun berkisar 3-5 tahun.
Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas unggul dapat
menghasilkan 120.000–280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat produksi ini
tergantung pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan tingkat perawatan
tanaman selama di kebun.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
1) Sortir bunga yang rusak, layu dan busuk pisahkan secara tersendiri.
2) Klasifikasikan bunga berdasarkan jenis, ukuran bunga, panjang tangkai bunga dan
warna bunga yang seragam. Pengklasifikasian berdasarkan panjang tangkai
Hal. 13/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
bunga dipisahkan ke dalam dua grade. Grade A bunga dengan panjang tangkai
lebih dari 60 cm, grade B panjang tangkai kurang dari 60 cm.
9.3. Penyimpanan
1) Untuk bunga potong mawar, simpan bunga yang telah dikemas ke dalam ruang
penyimpanan bersuhu dingin (cold storage) dengan kelembaban relatif stabil 90
%.
2) Untuk bunga mawar tabur, simpan di tempat/ruangan teduh, dingin, lembab, dan
sirkulasi udara baik.
1) Ikat bunga yang telah diklasifikasikan dan disatukan menjadi suatu ikatan-ikatan.
Tiap ikatan berisi 20 tangkai bunga.
2) Kemas ikatan-ikatan bunga tadi ke dalam keranjang/dos karton dan sirkulasi
udara baik.
3) Angkut bunga mawar ke tempat sasaran pasar.
4) Alasi pangkai tangkai bunga dengan kapas basah atau masukkan ke dalam botol
plastik berisi air, terutama untuk tujuan pengiriman jarak jauh.
5) Tambahkan remukan es di sekitar wadah (kontainer) bunga mawar agar kondisi
ruangan alat angkut cukup dingin dan lembab.
Perkiraan analisis usaha budidaya mawar seluas 1100 m2 selama 1 tahun yang
dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. Produksi per m2/tahun minimal 50
kuntum bunga dan harga penjualan terendah Rp. 200,-/kuntum.
1) Biaya produksi
a. Sewa lahan Rp. 175.000,-
b. Bibit : ± 3300 batang Rp. 1.750.000,-
c. Pupuk
- Pupuk kandang 2.000 kg @ Rp.150,- Rp. 300.000,-
- Urea 30 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 45.000,-
- NPK 20 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 40.000,-
- TSP 100 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 180.000,-
- KCL 30 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 49.500,-
- Pupuk daun ± 5 liter @ Rp. 40.000,- Rp. 200.000,-
d. Pestisida
- Furadan 2 kg @ Rp. 16.000,- Rp. 32.000,-
- Insektisida 4 kg @ Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-
Hal. 14/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bunga mawar mempunyai potensi ekonomi dan sosial yang tinggi. Salah satu negara
produsen bunga-bungaan terbesar di dunia adalah Belanda. Diantara 10 jenis bunga
potong Belanda, ternyata mawar menempati urutan teratas dan paling besar dalam
peraihan (perolehan) devisa negara tersebut.
Peningkatan permintaan bunga potong dan tanaman hias terjadi di Indonesia, karena
selama periode tahun 1985–1991 ekspor komoditas ini meningkat dari 476 ton
menjadi 4.881 ton.Berarti prospek pengembangan budidaya mawar di negeri kita
diperkirakan sangat cerah. Mawar diperdagangkan sebagai bunga potong, tabur dan
tanaman pot.
Hal. 15/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
20.000 kuntum per hari hal ini memberikan gambaran cerah bagi kalangan
wirausahawan di berbagai daerah (wilayah) di Indonesia untuk mengelola agribisnis
bunga mawar, terutama yang lokasinya strategis dekat dengan kota-kota besar.
Standar mawar bunga potong meliputi ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi, syarat
mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu mawar bunga potong di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional
Indonesia SNI–01-4491-1998.
Adapun spesifikasi syarat dan mutu untuk mawar bunga potong adalah sebagai
berikut:
1) Panjang tangkai
a. Tipe standar (cm): mutu AA>65; mutu A=55-64; mutu B=40-54; mutu C=25-39
b. Type spray (cm): mutu AA>55; mutu A=46-55; mutu B=35-45; mutu C< 35
2) Diameter kuncup bunga 1/2 mekar
a. Type standar (cm): mutu AA>2.5; mutu A>2.5; mutu B>2.5; mutu C>2.0
b. Tipe spray (cm): mutu AA>1.5; mutu A>1.5; mutu B>1.5; mutu C>1.2
3) Jumlah Kuntum bunga ½ mekar per tangkai
a. Tipe spray (kuntum): mutu AA> 6; mutu A> 6; mutu B> 6; mutu C<6
4) Benda asing/kotoran (%):mutu AA=0; mutu A=0; mutu B=0; mutu C<5
5) Kesegaran bunga: mutu AA=segar toleransi 3; mutu A=idem; mutu B=idem; mutu
C=idem
6) Keseragaman kultivar: mutu AA=seragam; mutu A=idem; mutu B=idem; mutu
C=idem
7) Warna Bunga: mutu AA=seragam; mutu A=idem; mutu B=idem; mutu C=idem
Hal. 16/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Satu partai/lot bunga mawar segar terdiri atas maksimum 1.000 kemasan. Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan.
a) Jumlah kemasan dalam partai 1 – 5, contoh yang diambil semua.
b) Jumlah kemasan dalam partai 6 – 100, contoh yang diambil sekurang-kurangnya
5.
c) Jumlah kemasan dalam partai 101 – 300, contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 7.
d) Jumlah kemasan dalam partai 301 – 500, contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 9.
e) Jumlah kemasan dalam partai 501 – 1000, contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 10.
11.5. Pengemasan
Bunga mawar segar dikemas dengan kotak karton yang baru dan kokoh, baik, bersih
dan kering serta berventilasi. Jumlah tangkai sebanyak 15-20 tangkai diikat dan
dibungkus. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan karton. Kemasan lain dengan
bobot dan jumlah tangkai tertentu dapat digunakan atasdasar kesepakatan antara
pihak penjual dan pihak pembeli. Ujung tangkai bunga dimasukkan ke dalam
kantong plastik berisi kapas basah mengandung bahan pengawet.
Hal. 17/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 18/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
MELATI
( Jasmine officinalle )
1. SEJARAH SINGKAT
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup
menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut Spansish
Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris
dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de’
Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut,
Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.
2. JENIS TANAMAN
Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9
jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensial
untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan
karena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya. Tanaman melati termasuk
suku melati-melatian atau famili Oleaceae.
Hal. 1/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tanaman melati adalah sebagai
berikut:
a) Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa)
b) Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star Jasmine, J,.
pubescens willd).
c) Jasmine officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan J.
floribundum=Jasmine grandiflorum).
perdu setinggi 1, 5 meter.
d) Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine).
e) Jasmine parkeri Dunn (melati pot).
f) Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose).
g) Jasmine revolutum Sims (melati Italia)
h) Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)
i) Melati hibrida. Bunga pink dan harum.
Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:
a) Jasmine. Sambac (melati Putih), antara lain varietas: Maid of Orleans, Grand
Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikeke
b) Jasmine. multiflorum (Star Jasmine)
c) Jasmine officinale (melati Gambir)
3. MANFAAT TANAMAN
Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi,
kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau
pengharum teh.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia Pusat penyebaran tanaman melati terkonsentrasi di Jawa Tengah,
terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.
Hal. 2/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta mempunyai
iklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah.
2) Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajat
C,
3) Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
4) Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup
mendapat sinar matahari.
1) Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning
(PMK), latosol dan andosol.
2) Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dan
drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki.
3) Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah pH=5–7.
Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenis
melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melati
putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl,
sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik
hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, seperti di Kabupaten
Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di
dataran rendah sampai dataran menengah (0-700 m dpl).
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Tancapkan tiap stek pada medium semai 10–15 cm/sepertiga dari panjang stek.
Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan)
agar udara tetap lembab.
2) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Pembukaan Lahan
a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang
tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.
b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur,
kemudian biarkan kering angin selama 15 hari
2) Pembentukan Bedengan
Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng
40–60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
3) Pengapuran
4) Pemupukan
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun. Lahan
kebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2
gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubang
tanam (jarak tanam 1,0 m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg
TSP dan 120 kg KCI. Bersama pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan
“pembenah dan pemantap tanah “ misalnya Agrovit, stratos/asam humus Gro-
Mate .
Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubang
tanam ditanami satu bibit melati. Tanah dekat pangkal batang bibit melati
dipadatkan pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan air tanah.
3) Cara Penanaman
Jarak tanam dapat bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburan
tanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam
umumnya adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah 40 x 40 cm, 40 x 25
cm dan 100 x 40 cm.
2) Penyiangan
Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-
rumput liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam
pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Pemupukan
Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan dosis
pupuk yang digunakan terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI
100-300 kg/ha/tahun.
Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar merata dalam parit di
antara barisan tanaman/sekeliling tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudian
ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk ke
dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalah
sebelum melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada
saat pertumbuhan kurang prima.
Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk yang
kaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) dan
waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau sore
hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.
6) Lain-lain
Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati,
seperti varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi
pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati putih (J.sambac)
dapat di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.1. Hama
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6) Hama Lain.
Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri) dan kutu
tempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada cabang, ranting dan
pucuk tanaman melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel, sehingga
proses fotosintesis (metabolisme). Pengendalian dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida yang mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5
EC.
7.2. Penyakit
1) Hawar daun
Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn. Gejala: menyerang daun
yang letaknya dekat permukaan tanah.
4) Jamur upas
Penyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang dan
cabang tanaman melati yang berkayu. Gejala: terjadi pembusukan yang tertutup
oleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman terinfeksi
apnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan capnodium
adalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.
Hal. 8/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Bercak daun
Penyebab: jamur Pestaloita sp. Gejala: bercak-bercak berwarna coklat sampai
kehitam-hitaman pada daun.
7) Antraknosa
Penyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides. Gejala : terbentuk bintik-bintik
kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang
berwarna merah jambu, terutama pada bagian daun. Serangan berat dapat
menyebabkan mati ujung (die back).
8) Penyakit lain
Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematoda
Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus kerdil
penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman melati, belang-belang daun dan
kadang-kadang seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran kuntum bunga
sudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah mekar. Produksi bunga melati
di Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari.
Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam. Panen bunga
melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali sampai umur tanaman
antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tanaman melati umumnya berlangsung
selama 12 minggu (3 bulan).
Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni saat sinar
matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.
Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu. Selanjutnya,
produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada musim hujan, di Jawa Tengah,
panen bunga melati pada musim kemarau menghasilkan 5–10 kg/hektar, sedangkan
panen pada musim hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di
Indonesia berkisar 1,5–2 ton/ha/th pada musim hujan dan 0,7-1 ton/ha/th pada
musim kemarau.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
9.2. Lain-lain
Salah satu produk pengolahan pascapanen bunga melati adalah Jasmine Oil.
a) Minyak melati istimewa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan
pelarut ether minyak bumi, sebagai bahan baku minyak wangi mutu tinggi.
b) Minyak melati biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan
pelarut benzole, sebagai bahan baku minyak wangi mutu sedang.
c) Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang diperoleh dengan teknik enfleurage
bunga melati, sebagai bahan baku minyak rambut.
d) Minyak pomade biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati bekas
enfleurage, sebagai pewangi teknis.
Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi bunga melati dengan
teknik olesan adalah sebagai berikut:
a) Oleskan lemak muri pada permukaan kaca tipis.
b) Letakan bunga melati yang masih segar (baru petik) diatas permukaan kaca .
c) Simpan kaca tipis bersama bunga melati dalam rak-rak penyimpanan yang terbuat
dari plastik, kayu/logam tahan karat.
d) Biarkan bunga melati selama 3-4 hari sampai bunga tersebut layu.
e) Bunga melati yang telah layu segera dibuang untuk diganti dengan bunga-bunga
baru/masih segar.
f) Lakukan cara tadi secara berulang-ulang selama 2-3 bulan hingga lemak dipenuhi
minyak wangi bunga melati.
Teknik ekstraksi minyak melati dapat dilakukan dengan teknik tabung hampa.
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
a) Masukan bunga melati segar ke dalam tabung, kemudian alirkan bahan pelarut
(alkohol, ether, chlorofrom, ecetone, lemak murni, ether minyak bumi) secara
berkesinambungan.
b) Salurkan cairan ekstrak yang mengandung bahan pelarut dan unsur-unsur bunga
melati ke tabung hampa udara yang dipanaskan sekedarnya untuk menguapkan
bahan pelarut. Uap pelarut diallirkan kembali ke kondensor agar menjadi cairan.
c) Tambahkan ethanol ke dalam unsur bunga melati. Unsur bunga melati biasanya
berupa lilin padat (concrete) yang masih mengandung zat pewarna, damar dan
unsur lain yang tidak menguap.
d) Campurkan minyak tadi dengan alkohol kemudian saring kembali untuk
menghilangkan kandungan damar.
e) Lakukan penyulingan absolut dengan menggunakan sthlene glycol penyinaran
dengan sinar ultra violet untuk menghilangkan zat pewarna.
Perkiraan analisa budidaya tanaman melati seluas 0,5 ha yang dilakukan pada tahun
1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
1. Sewa lahan 0,5 ha Rp. 750.000,-
2. Bibit Rp. 190.000,-
3. Pupuk Rp. 325.000,-
4. Pestisida Rp. 50. 000,-
5. Tenaga kerja Rp. 6.425.000,-
6. Alat (penyusunan alat-alat) Rp. 50.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 7.790.000,-
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
kilogram bunga melati. Pasar potensial bunga melati adalah Jepang, Korea,
Thailand, Taiwan dan Hongkong. Nilai ekonomi bunga melati semakin dibutuhkan
dalam kehidupan maju (modern) untuk bahan baku industri minyak wangi, kosmetik,
pewangi, penyedap the, cat, tinta, pestisida, pewangi sabun dan industri tekstil.
Meski peluang pasar bunga melati di dalam dan luar negeri cukup besar, produksi
bunga melati Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 2% dari kebutuhan melati
pasar dunia. Penomena ini menunjukan peluang yang perlu dimanfaatkan dengan
baik di Indonesia karena potensi sumber daya lahan amat luas dan agroekologinya
cocok untuk tani melati.
Hasil studi agribisnis melati yang dilakukan oleh pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura di daerah setrum produksi Tegal (Jawa Tengah)
menunjukan bahwa usaha tani melati menguntungkan dan layak dikembangkan.
Standar melati meliputi ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi, syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Satu partai/lot bunga melati segar terdiri atas maksimum 1.000 kemasan. Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan.
a) Jumlah kemasan dalam partai 1 – 5, contoh yang diambil semua.
b) Jumlah kemasan dalam partai 6 – 100, contoh yang diambil sekurang-kurangnya
5.
c) Jumlah kemasan dalam partai 101 – 300, contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 7.
d) Jumlah kemasan dalam partai 301 – 500, contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 9.
e) Jumlah kemasan dalam partai 501 – 1000, contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 10.
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.5. Pengemasan
Bunga melati segar dikemas dengan kotak karton yang baru dan kokoh, baik, bersih
dan kering serta berventilasi. Jumlah tangkai sebanyak 15-20 tangkai diikat dan
dibungkus. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan karton. Kemasan lain dengan
bobot dan jumlah tangkai tertentu dapat digunakan atasdasar kesepakatan antara
pihak penjual dan pihak pembeli. Ujung tangkai bunga dimasukkan ke dalam
kantong plastik berisi kapas basah mengandung bahan pengawet.
KEMBALI KE MENU
Hal. 13/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
MELON
( Cucumis melo L.)
1. SEJARAH SINGKAT
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae,
banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau
daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa
dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa.
Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam
luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru
dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Jenis-jenis melon yang terkenal adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid
(1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem,
Hacken Sack dan Osage (1881–1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto
(1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939).
Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para ahli
mengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu:
Hal. 1/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Tipe Netted-Melon
a. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma
relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara
75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.
b. Varietas: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala dan
harum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan
harum.
2) Tipe Winter-Melon
a. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat
untuk masak antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untuk
disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman hias.
b. Varietas: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang
dengan diameter 2,5–7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaan
buah halus, buah memanjang antar 35–70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain,
ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman hias; (4) Cucumis melo var. chito,
ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah melon dimanfaatkan sebaga makanan buah segar dengan kandungan vitamin
C yang cukup tinggi.
4. SENTRA PENANAMAN
Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian
banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan
daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari
Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat
mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk
dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi
Hal. 2/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
patogen. Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula
dalam buah.
3) Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama
pertumbuhannya.
4) Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya.
Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon
tidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.
5) Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman
melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit.
1) Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang
banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon
berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.
2) Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2.
3) Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi,
sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.
Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter
dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan
optimal.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman
yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan
Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan
benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu
pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.
2) Penyiapan Benih
Hal. 3/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
c) Sumber benih
Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih
dahulu. Sebaiknya selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).
e) Kebutuhan benih
Benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk
cadangan penyulaman.
f) Perlakuan benih
Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan
dengan benih semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis
sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon
adalah pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.
Hal. 4/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan
perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan
menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan
karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media
semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus
mendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan
kekar.
b) Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat
dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum
penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam
dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana
disingkirkan dan tidak ditanam.
c) Pemupukan
Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk
daun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan
satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5
gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu
ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media
semai telah mencukupi.
Hal. 5/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Pemindahan Bibit
Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau
tanaman melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan
cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara
hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi
sebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air.
1) Persiapan
a) Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akan
di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang
berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.
b) Analisis Tanah
Berdasarkan fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagai
jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan
kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan
pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.
Hal. 6/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pembukaan Lahan
a) Pembajakan
Untuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya
sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang
dibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan
harinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup
dilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.
3) Pembentukan Bedengan
a) Cara Pembuatan
Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini
akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi
agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan
penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun
dan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering,
bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan
dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50
cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm.
b) Bentuk Bedengan
Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi
struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu
Hal. 7/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pengapuran
Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk
dinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3
MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan
kebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :
a) < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha
b) 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha
c) 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha
d) 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha
e) 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha
f) 6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha
Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian
atas dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak
pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis
menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi
serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti
Thirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas
sehingga suhu di perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan
akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari
menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh
(kecuali teki dan anak pisang).
Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik
agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis
pemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah
kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan
menggunakan pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua
ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah
mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan
Hal. 8/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi
mulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah selesai pemasangan, bedengan-
bedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum dibuat lubang
tanam. Tujuan agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk
tersedia sehingga dapat diserap tanaman.
Tanaman melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan pola
monokultur.
3) Cara Penanaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah
tanam bibit tidak menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta
akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan
pada sore hari agar tanaman muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan
barunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari,
karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang
perlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru
harus disiram air.
2) Penyiangan
Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang
tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan
Hal. 9/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Pembubunan
4) Perempalan
5) Pemupukan
a) Pengairan
Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi
tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan. Pengairan
dilakukan pada sore atau malam hari.
b) Penyiraman
Tanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai tanaman akan
dipetik buahnya. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun
Hal. 10/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah supaya
tanaman tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau
daun basah kuyup akan mengundang jamur sangat besar. Penyiraman
dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari. Oleh karena itu ada pengairan di
sekitar kebun besar sekali manfaatnya.
8) Pemeliharaan Lain
a) Pemasangan Ajir
Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat di
pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun.
Atau dapat juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah
mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus
terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah dengan
bobot kira-kira 2–3 kg. Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm
dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita
bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga
antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di
belakangnya.
b) Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk
memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat
rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari
tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering,
supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap
10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan
tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh lalu
dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika
ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.
Hal. 11/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari
kejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan
penanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan
yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun
tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun yang
dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma harus selalu dibersihkan agar tidak
menjadi inang hama; (2) tanaman yang terserang parah harus disemprot secara
serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate) dengan
konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter; (3) tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabut
dan dibakar (dimusnahkan).
Ciri: Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa
thirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman.
Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan
keturunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala:
daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya
kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah
secara normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus
yang dibawa hama thirps. Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3–4
hari sekali.
7.2. Penyakit
1) Layu bakteri
Hal. 12/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.3. Gulma
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
1) Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk
memperpanjang masa simpan buah.
2) Tangkai dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya agar tangkai buah utuh dan
kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.
3) Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-
benar telah siap dipanen.
4) Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir. Kerusakan
buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan
mengurangi harga jual terutama di swalayan.
Hal. 13/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat,
maka lahan bekas sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam.
Alasannya adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi
dari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini
disebabkan karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati
dengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai,
tanaman melon yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama
dan penyakit yang lebih rendah.
Untuk mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harus
melakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon diperkirakan
akan menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus dilakukan
secara bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas 2.000 m2, minggu II menanam
seluas 2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akan
tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.
9. PASCAPANEN
Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon
dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi
kwalitas/penampilan buah melon.
9.1. Pengumpulan
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera
disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar
fisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar
swalayan.
Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di
sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun
Hal. 14/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus
kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.
1) Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.
2) Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.
3) Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak
berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi
telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.
9.3. Penyimpanan
Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang
belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara
rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering
dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak
jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang
mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.
Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang
angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal,
kemudian melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotak
ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi.
Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip
jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi
dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih
terjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke
pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak
secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik.
Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar
buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.
Hal. 15/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Biaya produksi
1. Penyiapan lahan/pembentukan bedengan
- Sewa tanah 1 musim tanam (4 bulan) Rp. 850.000,-
- Pembukaan/pembersihan lahan 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-
- Pembentukan bedengan kasar 100 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 700.000,-
- Tenaga pengapuran 20 HKP @ Rp.7.000,- Rp. 140.000,-
- Penebaran pupuk kandang 45 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 315.000,-
- Penebaran pupuk kimia,pasang. mulsa 65 HKP @ Rp. 5.000,- Rp. 455.000,-
2. Benih dan mulsa PHP
- Benih melon 500 g Rp. 2.301.350,-
- Mulsa PHP 10 rol (200 kg) @ Rp. 5.725,- Rp. 1.145.000,-
3. Pupuk dan kapur pertanian
- Pupuk kandang 27 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 4.050.000,-
- ZA 630 kg @ Rp. 1.250,-,- Rp. 787.500,-
- Urea 450 kg @ Rp. 1.500,-,- Rp. 675.000,-
- TSP/SP-36 900 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 1.620.000,-
- KCl 720 kg @ Rp. 1.650,-,- Rp. 1.188.000,-
- Borate/Fertibor 18 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 90.000,-
- Kapur pertanian 1.800 kg @ Rp. 300,- Rp. 540.000,-
4. Penyiapan bibit dan penanaman
- Plastik semai polibag 5 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
- Plastik transparan 50 m @ Rp. 1.800,- Rp. 90.000,-
- Tenaga kerja semai 75 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-
- Penanaman 50 HKW @ Rp. 5.000,- + 30 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 460.000,-
5. Pestisida dan pupuk daun
- Karbofuran 36 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-
- Insektisida semprot 15 liter @ Rp. 80.000,- Rp. 1.200.000,-
- Fungisida 25 kg @ Rp. 50.000,- Rp. 1.250.000,-
- Pupuk daun 10 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
- Perekat-perata 10 liter @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
6. Pemeliharaan tanaman
- Tenaga semprot 60 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 420.000,-
- Pemupukan NPK/KNO3 80 kg @ Rp. 2.400,- Rp. 108.000,-
- Tenaga pemupukan kocoran & penyiangan 25 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 96.250,-
- Pemangkasan cabang 15 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-
7. Panen
- Tenaga panen 20 HKP @ Rp. 7.000,- + 10 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 190.000,-
8. Lain-lain
- Belanja peralatan (3 sprayer, embrat, drum, dsb) Rp. 900.000,-
- Gubuk tempat tinggal dan penyimpanan alat Rp. 375.100,-
- Tenaga keamanan (1 bulan) Rp. 150.000,-
Biaya tak terduga sebesar 5% Rp. 1.066.310,-
Jumlah biaya produksi Rp. 22.392.510,-
2) Penerimaan
1. Misalnya rata-rata produksi tanaman 2,25 kg (rata-rata dipelihara 1 buah) maka
produksi per 1.000 m2 ditaksir mencapai 6.750 kg.
Hal. 16/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Catatan: HKP = hari kerja pria (8 jam sehari), HKW = hari kerja wanita (6 jam sehari).
Agribisnis melon harus dilakukan secara cermat dan tetap selalu waspada. Walau
berdasarkan analisis budidaya agribisnis melon menunjukkan prospek yang
menjanjikan, tapi suatu ketika penyemprotan tertunda atau hal-hal sepele lainnya
tidak diperhatikan maka keuntungan yang sudah dapat dibayangkan akan menjadi
sirna seketika.
Di era perdagangan menuju pasar bebas, persaingan semakin ketat. Perlu dicarikan
pasar khusus untuk dapat mendongkrak harga jual. Buah yang berkualitas tinggi
yang ditawarkan akan layak mendapatkan harga jual yang tinggi pula. Informasi
harga pasar dicari sebanyak-banyaknya sebelum panen berlangsung. Rantai tata
niaga dipelajari seteliti mungkin. Diusahakan rantai teRp.endek untuk mendapatkan
harga jual tertinggi.
Hal. 17/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.2. Diskripsi
Berdasarkan uraian diatas, tanaman melon merupakan salah satu tanaman prioritas
utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura.
Buah melon mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman
hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau
pengusaha pertanian tanaman melon. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata
perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.
Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Melon yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada
buah;
2) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;
3) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi melon
harus dijaga;
4) Buah melon yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk
memberikan kepuasan pelanggan.
11.5. Pengemasan
Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga
menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan
benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.
Hal. 18/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Sudarsono dan Winata, Livy, Fakultas Pertanian IPB. Pemakaian Teknik Kultur
Jaringan Sebagai Perbanyakan Melon (Cucumis melo L.)
4) Tjahjadi, Nur, Ir.,Bertanam Melon, 24352, (Jakarta: Kanisius, 1987).
5) Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 1984. Karya Ilmiah Mahasiswa Jurusan Budidaya
Pertanian.
KEMBALI KE MENU
Hal. 19/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
NANAS
( Ananas comosus )
1. SEJARAH SINGKAT
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas
comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam
bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.
Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana
sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke
Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599).
Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas
dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini
dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman nanas adalah:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromiliaceae
Hal. 1/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr
Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa
dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A.
erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis
golongan nanas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen
(daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun
panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan
Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas
cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan
Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico,
Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini
ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor,
Subang dan Palembang.
3. MANFAAT TANAMAN
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya.
Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan
dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nanas manis
sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah
nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim
bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau
peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula
dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana.
Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit
sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah.
Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah
nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk
pakan ternak.
4. SENTRA PENANAMAN
Penanaman nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan,
Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas ditanam di
negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah
Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Pada masa
mendatang amat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan pengembangan
nanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya.
Hal. 2/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Luas panen nanas di Indonesia + 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panen
buah-buahan nasional (657.000 hektar). Beberapa tahun terakhir luas areal tanaman
nanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yang
dibudidayakan di Indonesia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering, baik
tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat
basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah
agak kering) dan F (daerah kering).
2) Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki
kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman
nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu.
3) Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-
71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000
jam.
4) Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 derajat C, tetapi
juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 derajat C.
1) Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok
untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang
mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta
kandungan kapur rendah.
2) Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak
mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan
klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan
penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum
dengan cepat.
3) Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan
unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam
tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus
diperhatian adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang
terendam akan sangat mudah terserang busuk akat.
4) Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas, namun
nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada
air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering.
Hal. 3/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nanas dapat
dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakan
adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Cara
generatif dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian, (jarang digunakan).
Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal,
sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
1) Persyaratan Benih
Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh
berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak,
pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk
bibit stek batang. Tunas batang dan stek batang.
2) Penyiapan Benih
Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena membutuhkan teknik
khusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dan
tidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara vegetatif (tunas akar)
mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di
dalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif sedikit, bentuk daun lebih
langsing, masa remaja tunas akar relatif pendek. Cara vegetatif lain (tunas
batang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh dari batang dan jumlah tunas per
rumpun relatif sedikit. Tunas batang mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh pada
tangkai buah di bawah tangkai buah dan di atas tunas batang, jumlah tunas buah
per tanaman relatif banyak hingga mencapai 10 tunas dan ukuran tunas yang
bervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman. Untuk cara vegetatif dengan
mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yang
non-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuan
khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak, seragam, dan mudah dalam
pengangkutan.
Penyiapan benih (bibit) untuk tanaman nanas dibedakan menjadi bibit tunas
batang dan bibit nanas dari stek. Penyiapan bibit tunas batang: memilih tunas
batang pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas batang
yang baik adalah panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal pohon dipotong
Hal. 4/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakuakan adalah
memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm,
kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas.
Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan dengan
tinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila bibit akan
diangkut dalam jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus lembab.
3) Teknik Penyemaian
Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian baru
yang medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan. Campuran media
berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan
pupuk kandang halus (1:1). Langkah terakhir adalah memindahtanamkan bibit
nanas dari persemaian perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.
4) Pemeliharan Pembibitan
5) Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atau
berumur 3-5 bulan.
Hal. 5/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Persiapan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu
persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah disaat waktu musim
kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan
tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan. Derajat keasaman tanah perlu
diperhatikan karena tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar
5,5. Jumlah bibit yang diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas,
tingkat kesuburan tanah dan ekologi pertumbuhannya.
2) Pembukaan Lahan
3) Pembentukan Bedengan
4) Pengapuran
Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5.
Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan
kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan
tanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis
kapur disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha.
Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar
kapur cepat melarut.
5) Pemupukan
Hal. 6/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman
dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanaman
nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu: sistem baris tunggal atau persegi
dengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cm
jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm. Sistem baris
rangkap dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri
dan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak
antar barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90
cm. Sistem baris rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuk
segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan
tanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelah
kiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm serta sisitem baris rangkap empat dengan
jarak 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan
tanaman 90 cm.
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan sistem
tanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanam
digunakan pacul, tugal atau alat lain.
3) Cara Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah yang
dilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem tanam
yang dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit pada
lubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam; (3) tanah
ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah roboh
dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah; (4) dilakukan
penyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman bibit nanas jangan
terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudah
busuk.
Hal. 7/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan tidak
berbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan, sebab ceding-ceding
bibit nanas tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit.
2) Penyiangan
Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari rumput liar dan
gulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar
matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktu
penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untuk
menghemat biaya penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pemupukan.
3) Pembubunan
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan.
Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman
berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:
a) Pupuk NPK tablet (Pamafert)
1. Komposisi kandungan N-P2O5-K2O-MgO-CaO adalah 17-8-12-0-2+mikro
2. Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet
3. Dosisi anjuran satu tablet tiap tanaman
b) Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl
1. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar.
Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.
2. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125
kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6 bulan
dipupuk kandang 10 ton/ha.
Hal. 8/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan
tanaman yang optimal diperlukan air yan cukup. Pengairan /penyiraman dilakukan
1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas
dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan
secara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu kering
dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu
pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakan
mesin penyemprot atau embrat.
Ciri: kupu-kupu berwarna coklat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada
permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian
tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus
pendek. Gejala: menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging
buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah,
kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.
Pengendalian: (1) non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta
membuang bagian tanaman yang terserang hama; (2) kimiawi dengan
menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC atau
Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
Ciri: Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah,
kemudian menjadi larva berwarna putih. Gejala: merusak/ memakan daging buah
Hal. 9/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Ciri: Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna
coklat, dan bermata besar. Gejala: menyerang tanaman dengan cara menghisap
cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat
serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.
Pengendalian: (1) secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang; (2) secara kimiawi
dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SP
pada konsentrasi yang dianjurkan.
Ciri: Serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm, bulat dan datar, berwarna
putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun, sehingga
menyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Pengendalian: dapat disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron
500 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
7) Hama lain: rayap, tikus, nematoda, bintil akar dan kutu tepung jeruk juga kadang-
kadang menyerang tanaman nanas.
7.2. Penyakit
Hal. 10/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Busuk pangkal
3) Penyakit Lain
Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh cendawan
Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu dan
bercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya.
Pengendalian: harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yang
sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan/pencabutan
dan pemusnahan tanaman yang sakit.
7.3. Gulma
Penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh banyak dan dominannya gulma
karena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari
jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada
umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang
berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar
setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:
a) Mahkota buah terbuka.
b) Tangkai ubah mengkerut.
c) Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
Hal. 11/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tata cara panen buah nanas: memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tanda
siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan pisau
tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar.
Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas
dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan
ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu
diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan
adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.
Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam pada
lahan yang baru.
Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif dapat
mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar, tergantung jenis
nanas dan sistem tanam.
9. PASCAPANEN
Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.
Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang
memadai.
9.1. Pengumpulan
Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau
mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah
berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat
kematangannya.
Hal. 12/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga naik
maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas
dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 derajat C.
Perkiraan analisis budidaya nanas dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Barat
pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya produksi
1. Nilai sewa tanah per tahun Rp. 2.500.000,-
2. Sprayer dan alat pertanian Rp. 600.000,-
3. Bibit 45.000 batang @ Rp. 150,- Rp. 6.750.000,-
4. Pupuk
- Pupuk kandang 20 ton @ RP. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
- ZA 300 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 375.000,-
- TSP (SP-36) 200 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-
- KCl 150 Kg @ Rp. 1.650,- Rp. 247.500,-
5. Pestisida Rp. 400.000,-
6. Pengolahan tanah borongan Rp. 1.500.000,-
7. Pemupukan & penanaman 10 HKP @ Rp.7.000,- +100 HKW Rp. 570.000,-
8. Pemeliharaan tanaman 200 HKW @ RP. 5.000,- +20 HKP Rp. 1.140.000,-
9. Panen dan pascapanen 100 HKW +10 HKP Rp. 570.000,-
10.Biaya lain-lain (tidak terduga 10%) Rp. 1.801.250,-
Jumlah biaya produksi Rp. 19.813.750,-
Hal. 13/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. Biaya produksi tanpa dihitung bibit & alat pertanian tahun ke-2 Rp. 12.463.750,-
6. Keuntungan ke-2 Rp. 7.350.000,-
Prospek komoditas buah nanas sangat besar, terutama bila nanas diolah menjadi
makanan kaleng seperti selai nanas, sirup buah nanas dan sirup kulit buah nanas.
Pabrik pengalengan buah nanas sudah banyak di bangun, diantarnya dilakukan oleh
PT Great Giant Pineapple di Lampung. Negara tujuan ekspor adalah Perancis,
Jerman, dan Amerika Serikat. Walaupun daerah penghasil nanas sudah menyebar
merata, Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja
dari kebutuhan dunia, 5%. Padahal menurut proyeksi, kebutuhan nanas dunia tahun
1996 akan naik sebesar 5% kebutuhan dunia saat ini. Sehingga untuk memenuhi
kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Tentu saja hal ini akan
menjadi prospek yang baik bagi Indonesia.
Hal yang perlu untuk dicermati adalah ekspor buah nanas Indonesia meningkat
dalam 10 tahun terakhir. Ekspor Indonesia tahun 1987 sebesar 26.952 ton
meningkat menjadi 83.997 ton pada tahun 1996. Dari segi nilai, Ekspor Indonesia
pada tahun 1987 sebesar US$ 60.766 ribu pada tahun 1996. Sedangkan untuk impor
nanas Indonesia mengalami peningkatan namun dalam jumlah kecil. Impor nanas
meningkat dari 0,16 ton pada tahun 1987, meningkat menjadi 10,36 ton pada tahun
1995.
Dalam era globalisasi ini, peluang pasar dunia semakin terbuka lebar untuk semua
komoditas. Demikian juga komoditi nanas cukup besar peluang untuk memasuki
pasar dunia baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk buah kaleng. Negara-
negara di Asia Tenggara merupakan eksportir utama buah nanas dunia. Thailand
merupakan negara eksportir terbesar pada tahun 1995, yaitu sekitar 39% dari ekspor
nanas dunia.
Standar ini meliputi syarat mutu, cara uji, cara pengambilan contoh dan cara
pengemasan nanas.
11.2. Diskripsi
Standar mutu buah nanas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 01-3166-
1992.
Hal. 14/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Nanas digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu mutu I dan II.
a) Kesamaan sifat varientas: mutu I=seragam; mutu II=seragam; cara uji
organoleptik.
b) Tingkat ketuaan: mutu I=tua, tidak terlalu matang dan tidak lunak; mutu II=tua,
tidak terlalu matang dan tidak lunak; cara uji organoleptik.
c) Kekerasan: mutu I=keras, mutu II=keras; cara uji organoleptik.
d) Ukuran: mutu I=seragam, diameter min. 9,5 cm; mutu II=kurang seragam; cara uji
SP-SMP-309-1981.
e) Gagang: mutu I=teropong rapi; mutu II=teropong rapi; cara uji organoleptik.
f) Mahkota: mutu I=satu, utuh rapi, ukuran normal; mutu II=tidak dipersyaratkan;
cara uji organoleptik.
g) Kerusakan (%): mutu I=maksimum 5; mutu II=maksimum 10; cara uji SP-SMP-
310-1981.
h) Busuk (%): mutu I=maksimum 1; mutu II=maksimum 2; cara uji SP-SMP-311-
1981.
i) Kadar total padatan terlarut (%): mutu I=minimum 12; mutu II=minimum 12; cara
uji SP-SMP-321-1981
j) Kotoran: mutu I=bebas kotoran; mutu II=bebas kotoran; cara uji organoleptik.
Hal. 15/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah
berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu
badan hukum.
11.5. Pengemasan
Nanas dikemas dalam keranjang bambu, peti kayu ataupun karton dengan atau
tanpa bahan penyakit dengan berat bersih maksimum 40 kg. Atau diikat dengan tali,
masing-masing ikatan terdiri dari maksimum 10 buah nanas.
Pemberian merek untuk nanas yang dikemas dalam kemasan pada bagian luar
kemasan diberi label yang bertuliskan:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
e) Jumlah nanas/kemasan.
f) Daerah asal.
g) Produksi Indonesia.
h) Tempat/negara tujuan.
Hal. 16/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 17/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
PADI
( Oryza Sativa )
1. SEJARAH SINGKAT
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian
kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai
pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar
Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal
padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies
yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi
dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi
dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur
(dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas
unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah
jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34,
PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).
3. MANFAAT TANAMAN
Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negara
Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika
mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia.
Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha
tani.
4. SENTRA PENANAMAN
Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi
mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa
Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.
Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi
areal panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi
gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah
mencapai 6-7 ton/ha.
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Padi gogo
1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup
mengandung air dan udara.
2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari
yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang
tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada
harus < 50%.
3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.
b) Padi sawah
1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki
lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.
3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan
mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur
dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami
penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung
oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan
tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
2) Penyiapan Benih
Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air
mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.
a) Padi sawah
Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis
padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas
persemaian kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahan
persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600
cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea
dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan
kerapatan 75 gram/meter persegi.
b) Padi Gogo
Benih langsung ditanam di ladang.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7
helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang
hama dan penyakit.
a) Bersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar.
b) Perbaiki pematang serta cangkul sudut petak sawah yang sukar dikerjakan
dengan bajak.
c) Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada
di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim tanam dan
dibiarkan 2-3 hari setelah itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh
pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam.
d) Ratakan permukaan tanah sawah, dan hancurkan gumpalan tanah dengan cara
menggaru. Permukaan tanah yang rata dapat dibuktikan dengan melihat
permukaan air di dalam petak sawah yang merata.
e) Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi
oleh pematang agar permukaan tanah merata.
Waktu yang tepat adalah di akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
a) Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki
pematang dan saluran drainase.
b) Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
c) Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak
20 ton/ha.
d) Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.
e) Tanah dibiarkan sampai hujan turun.
1) Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah
tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran
tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya setelah satu tahun
menanam padi.
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan setelah dua atau tiga kali turun
hujan di bulan Oktober-November. Penanaman dilakukan dengan cara:
a) Di dalam lubang tanam
Kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Satu lubang diisi
dengan 5-7 butir benih dan ditutup dengan pupuk kandang dan abu, debu atau
tanah halus.
b) Di dalam larikan
Terlebih dahulu dibuat alur tanam dengan bantuan kayu berujung runcing
dengan jarak antar aluran 60 cm dan kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan ke
dalam aluran.
Penyulaman tanaman yang mati dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam.
Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan pada
persemaian bibit.
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi
sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi
berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm.
Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada
waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.
Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua minggu sebelum tanam
pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkan
Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha dan KCl=50 kg/ha.
Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam.
Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari
sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2
kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.
Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu
tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.
a) Pupuk organik
Berasal dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria juncea yang berumur 4-6
bulan atau dari pupuk kandang yang telah matang. Pupuk organik dibenamkan
ke tanah dengan dosisi 10-30 ton/ha.
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Pupuk anorganik
Pupuk yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha
KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8
minggu setelah tanam.
a) Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng
padi berpunggung putih (Sogatella furcifera).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling
ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus. Gejala:
tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tnaman seperti
terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1)
bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami
seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemportan insektisida
Applaud 10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC.
b) Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N.
impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas hisapan
akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada
yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan.
Malai yang dihasilkan kecil.
e) Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza
innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu
(Sesamia inferens).
Dapat menimbulkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah daun.
Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut,
daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda
disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.
Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan
lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong
mati, membakar jerami; (2) menggunakan insektisida Curaterr 3G, Dharmafur 3G,
Furadan 3G, Karphos 25 EC, Opetrofur 3G, Tomafur 3G.
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.3. Penyakit
b) Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai
dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai
malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan
makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1)
membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani,
Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif
dan fase pembentukan bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC,
Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
e) Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda,
malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar
membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan
merkuri.
i) Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh serangga Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang
semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-
kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil.
Penyakit ini sangat merugikan. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan
dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada memberantas
vektor.
j) Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps. Gejala:
menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna,
daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda,
malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti
Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42.
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.4. Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tanaman padi adalah rumput-rumputan seperti rumput
teki (Cytorus rotundus) dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan cara
mekanis (mencabut, menyiangi), jarak tanam yang tepat dan penyemprotan
herbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G, DMA 6 dll.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian
bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau
rendah.
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong
pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper
binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan
Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.
9. PASCAPANEN
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beras
karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan
beras (huller).
Harga padi yang sangat ditentukan pemerintah menyebabkan petani sering kali
merugi karena modal dasar tidak seimbang dengan harga gabah. Keadaan ini
semakin memburuk dengan dihilangkannya subsidi pupuk. Petani menjual padi ke
Bulog dengan harga yang ditentukan pemerintah (saat ini seharga Rp. 2.100-
1.500/kg). Pada saat penen raya, bulog tidak memiliki cukup uang untuk membeli
padi rakyat sehingga menunggak pembayaran ke petani. Keadaan ini sangat
merugikan petani. Budidaya padi untuk mencapai keuntungan yang layak sulit
diwujudkan.
Perkiraan analisis budidaya padi (nasional) permusim panen dengan luas lahan 1
hektar masa tanam tahun 1999. (sumber: Departemen Pertanian)
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan Rp. 600.000,-
2. Bibit: benih 25 kg @ Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
3. Pupuk
- Urea: 200 kg @ Rp. 1.115,- Rp. 223.000,-
- ZA: 50 kg @ Rp. 1.000,- Rp. 50.000,-
- SP-35: 100 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 160.000,-
- KCl: 75 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 123.750,-
- PPC/ZPT Rp. 64.000,-
4. Pestisida Rp. 600.000,-
5. Tenaga kerja
- Persemaian 5 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 40.000,-
- Pengolahan tanah dgn mesin 15 HOK @ Rp. 15.000 Rp. 220.000,-
- Menanam 20 HOK @ Rp. 6.000,- Rp. 120.000,-
- Penyiangan 15 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 120.000,-
- Pemupukan 9 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 72.000,-
- Pemberantasan OPT 4 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 32.000,-
6. Panen dan pascapanen
- Merontok, keringkan, angkut 72 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 576.000,-
- Ongos angkut ke pasar Rp. 26.918,-
7. Bunga bank Rp. 148.037,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.994.705,-
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Beras adalah makanan pokok sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di
dunia. Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri
karena itu kita masih selalu mengimpor beras. Pemerintah, pada tahun 1998
mengimpor 3,1 juta ton beras untuk mengantisipasi kebutuhan beras masyarakat.
Dengan memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyak
para investor. Namun demikiaan, dilain pihak, harga beras sangat ditentukan
pemerintah dan tidak dinamis seperti halnya tanaman hortikultur atau perkebunan
sehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras
dan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak
banyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian.
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
a) Persyaratan kualitatif
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.
3. Bebas dari bahan-bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida
dan bahan kimia lainnya.
4. Gabah tidak boleh panas.
b) Persyaratan kuantitatif
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=14,0; mutu II=14,0; mutu III=14,0.
2. Gabah hampa maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=3,0.
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. Butir rusak dan butir kuning maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu
III=7,0.
4. Butir rusak dan gabah muda maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=5,0; mutu
III=10,0.
5. Butir merah maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=4,0.
6. Benda asing maksimum (%): mutu I tidak ada; mutu II=0,5; mutu III=1,0.
7. Gabah varientas lain maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu III=10,0.
Tingkat mutu gabah rendah (sample grade) adalah tingkat mutu gabah tidak
memenuhi persyaratan tingkat mutu I,II dan III tidak memenuhi persyaratan kualitatif.
Sedangkan untuk cara pengujian mutu dan pengambilan contoh terdapat dalam
“Petunjuk pengujian mutu dan pengambilan contoh “ yang disajikan tersendiri dalam
pelaksanaan standar (implementasi).
11.5. Pengemasan
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman
yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
KEMBALI KE MENU
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
PALA
( Myristica Fragan Haitt )
1. SEJARAH SINGKAT
Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli
Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala
menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang
melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala
terus meluas sampai Sumatera.
2. JENIS TANAMAN
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain: 1) Myristica fragrans Houtt, 2)
Myristica argentea Ware, 3) Myristica fattua Houtt, 4) Myristica specioga Ware, 5)
Myristica Sucedona BL, 6) Myristica malabarica Lam.
Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebab
jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul
jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristica
sucedona, dan Myristica malabarica produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnya
pun rendah pula.
3. MANFAAT TANAMAN
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil
minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan
kosmetik.
1) Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai
kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
2) Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti
anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak
dijual didalam negeri.
3) Biji pala
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-
rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa
nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan
usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-
muntah dan lain-lainya.
4) Daging buah pala
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah
diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala,
marmelade, selai pala, kKristal daging buah pala.
4. SENTRA PENANAMAN
Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di Indonesia sekitar 22.809
hektar dengan daerah penyebaran yang terpusat di Sulawesi, Irian Jaya. Aceh dan
Maluku.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang
tinggi dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara
teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan
terhadap musim kering selama beberapa bulan.
1) Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada
tanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala
tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan
bahan organis yang tinggi.
2) Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 – 6,5. Tanaman
ini peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus memiliki saluran
drainase yang baik.
3) Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidak
mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat
teras-teras melintang lereng.
Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 m
dpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman akan rendah.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
a) Pemilihan Biji
Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang
benar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih
hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat: (1) pohon
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
dewasa yang tumbuhnya sehat; (2) mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya
baik.
Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera
diambil bijinya, paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah
disemaikan. Hal ini disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya
dapat cepat menurun.
b) Penyemaian
Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan
melakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk
penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan
cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan
ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang
akan disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah
yang sudah diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi
(sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah
bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil
yang berfungsi sebagai saluran drainase.
Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit
pada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang berisi
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk
kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus
dilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.
Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yang
terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberi
atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan tumbuh
perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong dan
dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan.
Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itu
dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas (pada
penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi), tanaman
sudah dapat ditanam di lapangan.
Dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama
besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya adalah
sebagai berikut:
a) Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.
b) Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk
dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu.
c) Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan
tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengan
kuat tali rafia.
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5%
larutan hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya
pada umur 4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya.
Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak.
Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur.
Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah
terbentuk kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk kedua
kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampak
perakaran.
Kebun untuk tanaman pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masih
terdapat semak belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar menjadi
gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah) berjalan dengan baik.
Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau supaya proses
penggemburan tanah itu dapat lebih efektif.
Pengolahan tanah pada kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arah
melintang lereng. Pengolahan tanah dengan cara ini akan membentuk alur yang
dapat mencegah aliran permukaan tanah/menghindari erosi.
Pada tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan ukuran lebar
sekitar 2 m, dapat pula dibuat teras tersusun dengan penanaman sistem kountur,
yaitu dapat membentuk teras guludan, teras kredit/teras bangku.
Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar
bibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari biji dan
sudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah mampu beradaptasi dengan
kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat baik.
Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut: polybag
(kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubang
tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah
permukaan lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang
tanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadi
basah.
Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnya
harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat. Lubang
tanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal ini
dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman tersebut tidak roboh karena sistem
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar tunggang. Setelah bibit di tanam,
lubang tanam harus segera disiram supaya media tumbuhan menjadi basah.
Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti
menanam bibit-bibit pala yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan
satu bulan sebelum bibit ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan
menjadi dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim hujan,
lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis tanah ringan dan
ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat.
Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan
lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung unsur yang
berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di masukkan lebih
dahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan
pupuk kandang secukupnya.
Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9x10
m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9x9 m.
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat
mengalami kematian. Gejala: terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5–
1 cm, di mana didapat serbuk kayu. Pengendalian: (1) menutup lubang gerekan
dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya.
(2) memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron
199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakan
alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15–20 cc dan lubang tersebut segera
ditutup kembali.
2) Anai-Anai / Rayap
Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batang
dan akhirnya sampai ke dalam batang. Gejala: terjadinya bercak hitam pada
permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang
dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan. Pengendalian: menyemprotkan
larutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang,
insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalam
sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh anai-anai tersebut.
Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonnya
menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akan
menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan.
Pengendalian: mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya.
7.2. Penyakit
1) Kanker batang
2) Belah putih
Penyebab: cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah terbelah dan
gugur sebelum tua. Gejala: terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklat-
coklatan pada bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan
berwarna hitam. Pengendalian: (1) membuat saluran pembuangan air (drainase)
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
yang baik; (2) pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100
gram/tanaman.
3) Rumah Laba-Laba
Menyerang cabang, ranting dan daun. Gejala: daun mengering dan kemudian
diikuti mengeringnya ranting dan cabang. Pengendalian: memangkas cabang,
ranting dan daun yang terserang, kemudian dibakar.
Gejala: adanya buah muda yang gugur. Penyebab: penyakit ini belum diketahui
dengan jelas. Pengendalian: dengan mengkombinasikan (memadukan) antara
pemupukan dan pemberian fungisida.
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun
telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan
pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi
sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak
(tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda buah pala
yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah
(membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna
merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3
hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya
akan jatuh di tanah.
Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen
raya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan
panen kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujan
memberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling
tebal.
Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya
diberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat pula dilakukan dengan
memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah masak benar.
9. PASCAPANEN
9.1. Pemisahan Bagian Buah
Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan
antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut
ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu
disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu: (1) yang gemuk dan utuh; (2)
yang kurus atau keriput; dan (3) yang cacat.
Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindari
serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai
jemur/tempat lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang lebih
tinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandai
dengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadar
airnya sebesar 8–10 %.
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinya
pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya
tersebut disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi biji:
a) Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
b) Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir isi biji.
c) Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.
Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji pala
yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu:
a) Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak
besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur
dinding/tembok).
b) Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur
sampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur
menyentuh semua isi biji.
c) Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk diangin-
anginkan sampai kering.
Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan
fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH3 B1) atau karbon bisulfida
(CS2)
Fuli dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam,
kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering.
Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan
akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli
yang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun
tinggi pula.
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang
tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga,
waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis
dari isi biji juga lebih kecil.
Produksi pala (biji dan fuli) setiap tahun terus meningkat. Produksi pala pada tahun
1962 sebesar 3.200 ton meningkat menjadi 10.327 ton pada tahun 1971. Dalam
jangka waktu 10 tahun tersebut, kenaikan produksi pada rata-rata 22% pertahun luas
areal pala nasional pada tahun 1985 diperkirakan 70,192 hektar dengan jumlah
produksi sekitar 18.649 ton pertahun kenaikan produksi itu terutama disebabkan
untuk perluasan tanaman pala yang sekiatar 90% merupakan pertanaman rakyat.
Peranan ekspor pala itu cukup besar bagi petani, terutama di daerah-daerah Maluku,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Irian Jaya. Jawa Barat dan Aceh.
Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan dipasaran dunia karena memiliki aroma
yang khas dan memiliki rendaman minyak yang tinggi. Hanya sekitar 40% kebutuhan
pala dunia dipenuhi dari Granada, India dan beberapa negara penghasil pala lainya
sedangkan 60% kebutuhan pala dunia dipenuhi Indonesia, yakni berupa biji pala dan
selaput biji (fuli) kering yang dapat menghasilkan devisa cukup besar.
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Untuk menentukan kualitas dari inti biji pala yang dihasilkan, kriteria yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Pala kupas ABCD:
1. bji relatif berat
2. bentuknya sempurna dan tidak keriput
3. tidak diserang hama/penyakit
4. tidak pecah/rusak mekanis.
2) Pala kupas RIMPEL:
1. biji relatif berat
2. berkeriput
3. tidak pecah
4. tidak diserang hama/penyekit
3) Pala kupas B.W.P.
1. berkeriput
2. ada kerusakan mekanis
3. diserang hama dan penyakit
4. ringan
Dari hasil penyortiran kualitas biji tersebut, kita akan mendapatkan berat rata-rata
yang berbeda, yakni:
a) Pala kupas ABCD dalam satu sak berat (90 kg).
b) Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat (80 kg).
c) Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat (75 kg).
Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli didasarkan pada warna, bentuk serta
kematangan dari fuli. Kriteria kualitas fuli adalah:
a) Fuli I (moce one): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli utuh; warnanya bagus
(merah).
b) Fuli II (moce two): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli tidak utuh lagi;
c) Gruis I dan II: fuli hancur; lapuk dan mudah pecah; warnanya hitam.
Khusus untuk Gruise II digunakan mesin penghancur untuk lebih menghaluskan
fuli.
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian
dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali
sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
a) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang
diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang
diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang
diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang
diambil 10.
e) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang
diambil 15.
11.5. Pengemasan
Pengepakan biji dan fuli pala dilakukan secara sederhana. Pala yang telah disortir
dipak dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Rata-rata dari setiap kualitas
pala adalah sebagai berikut:
a) Pala kupas ABCD dalam satu sak berat 90 kg.
b) Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat 80 kg.
c) Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat 75 kg.
Khusus untuk pengepakan fuli biasanya dilakukan dalam peti kayu (triplek) dengan
berat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan
pengepakan adalah: fuli yang akan dipak harus difumigasi terlebih dahulu.
Pemberian fumigant pada biji pala dan fuli harus dilakukan di suatu ruang yang
tertutup rapat selama 2 x 24 jam. Fumigant yang biasa digunakan adalah Methyl
Bromida.
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
PEPAYA
(Cacarica papaya, L)
1. SEJARAH SINGKAT
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang
berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan
Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun
sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan
pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan
bergizi yang tinggi.
2. JENIS TANAMAN
1) Pepaya Jantan
Pohon pepaya ini memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan
bercabang-cabang. Bunga pertama terdapat pada pangkal tangkai. Ciri-ciri bunga
jantan ialah putih/bakal buah yang rundimeter yang tidak berkepala, benang sari
tersusun dengan sempurna.
2) Pepaya Betina
Pepaya ini memiliki bunga majemuk artinya pada satu tangkai bunga terdapat
beberapa bunga. Tangkai bunganya sangat pendek dan terdapat bunga betina
kecil dan besar. Bunga yang besar akan menjadi buah. Memiliki bakal buah yang
sempurna, tetapi tidak mempunyai benang sari, biasanya terus berbunga
sepanjang tahun.
Hal. 1 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Pepaya Sempurna
Memiliki bunga yang sempurna susunannya, bakal buah dan benang sari dapat
melakukan penyerbukan sendiri maka dapat ditanam sendirian. Terdapat 3 jenis
pepaya sempurna, yaitu:
1. Berbenang sari 5 dan bakal buah bulat.
2. Berbenang sari 10 dan bakal buah lonjong.
3. Berbenang sari 2 - 10 dan bakal buah mengkerut.
Pepaya sempurna mempunyai 2 golongan:
1. Yang dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun.
2. Yang berbuah musiman.
3. MANFAAT TANAMAN
1) Buah masak yang populer sebagai “buah meja”, selain untuk pencuci mulut juga
sebagai pensuplai nutrisi/gizi terutama vitamin A dan C. Buah pepaya masak yang
mudah rusak perlu diolah dijadikan makanan seperti sari pepaya, dodol pepaya.
Dalam industri makanan buah pepaya sering dijadikan bahan baku pembuatan
(pencampur) saus tomat yakni untuk penambah cita rasa, warna dan kadar
vitamin.
2) Dalam industri makanan, akarnya dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit
ginjal dan kandung kencing.
3) Daunnya sebagai obat penyembuh penyakit malaria, kejang perut dan sakit
panas. Bahkan daun mudanya enak dilalap dan untuk menambah nafsu makan,
serta dapat menyembuhkan penyakit beri-beri dan untuk menyusun ransum ayam.
4) Batang buah muda dan daunnya mengandung getah putih yang berisikan enzim
pemecah protein yang disebut “papaine” sehingga dapat melunakan daging untuk
bahan kosmetik dan digunakan pada industri minuman (penjernih), industri
farmasi dan textil.
5) Bunga pepaya yang berwarna putih dapat dirangkai dan digunakan sebagai
“bunga kalung” pengganti bunga melati atau sering dibuat urap. Batangnya dapat
dijadikan pencampur makanan ternak melalui proses pengirisan dan
pengeringanu.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman
perkarangan. Senrta penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa
barat (kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (kabupaten Malang), Pasar Induk Kramat
Hal. 2 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanah yang baik untuk tanaman pepaya adalah tanah ynag subur dan banyak
mengandung humus. Tanah itu harus banyak menahan air dan gembur.
2) Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7.
3) Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan tanaman
ini. Air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar hingga
tanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, nama tamanan akan kurus, daun,
bunga dan buah rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam daripada 50–150
cm dari permukaan tanah.
Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m–1000 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit/Benih
Sebagai bibit dipergunakan biji, meskipun pohon pepaya dapat di okulasi. Untuk
memperoleh biji bakal bibit yang baik dan murni dilakukan melalui pembijian
sendiri dengan jalan perkawinan buatan. Cara perkawinan buatan ada 2 yaitu:
a) Bunga-bunga dari tanaman betina ambil yang besar, dibungkus dengan kertas
plastik selama 2 hari, sebelumnya bunga-bunga betina membuka. Pada waktu
bunga-bunga itu membuka lakukan penyerbukan dengan bungan-bunga jantan
yang di kepyok-kepyokan di atas bunga betina. Perkawinan di lakukan hingga 3
kali.
Hal. 3 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Cari pepaya yang berbunga dan berbuah terus menerus pilihlah bunga
elongata yang terbesar yang hampir mekar dan terletak pada ujung tangkai.
Kemudian bunga tersebut dibungkus dengan kantung agar tidak diserbuki
secara alami oleh bunga lain selama 10 hari.
Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari buah-buah yang telah masak
benar dan berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk
diambil biji-bijinya. Biji yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang
menyelubungi biji terbuang lalu dikeringkan ditempat yang teduh.
Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah
terlalu masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.
2) Penyiapan Benih
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan (barisan ) dengan jarak 5-10
cm. Biji tidak boleh dibenam dalam-dalam, cukup sedalam biji, yakni 1 cm.
Dengan pemeliharaan yang baik, biji-biji akan tumbuh sesudah 3 minggu ditanam.
5) Pemindahan Bibit
Bibit-bibit yang sudah dewasa, siktar umur 2-3 bulan dapat dipindahkan pada
permulaan musim hujan.
Hal. 4 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Persiapan
2) Pembentukan Bedengan
Bentuk bedengan berukuran lebar 200-250 cm, tinggi 20-30 cm, panjang
secukupnya, jarak antar bedengan 60 cm. Buat lobang ukuran 50 x 50 x 40 cm di
atas bedengan, dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.
3) Pengapuran
Apabila tanah yang akan ditanami pepaya bersifat asam (pH kurang dari 5),
setelah diberi pupuk yang matang, perlu ditambah ± 1 kg dolomit dan biarkan 1-2
minggu.
4) Pemupukan
Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu
minggu, setelah itu tutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang
telah matang.
Untuk biji yang disemai, sebelum bibit ditanamkan bibit, terlebih dahulu harus
dibuatkan lubang tanaman. Lubang-lubang berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali
secara berbaris. Selama lubang-lubang dibiarkan kosong agar memperoleh cukup
sinar matahari. Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri
dengan pupuk kandang 2-3 blek. Lubang-lubang yang ditutupi gundukan tanah
yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru
lubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan
penanaman.
2) Cara Penanaman
Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat
dilihat tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin dua.
Hal. 5 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Penyiangan
3) Pembubunan
4) Pemupukan
Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang.
Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di
daerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat, maka harus dibuatkan parit-
parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus sering disirami.
Hal. 6 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Ciri: badan halus panjang 2-3 mm berwarna hijau, kuning atau hitam. Memiliki
sepasang tonjolan tabung pada bagian belakang perut, bersungut dan kaki
panjang. Kutu dewasa, ada yang bersayap dan tidak. Merusak tanaman dengan
cara menghisap cairan dengan pencucuk penghisap yang panjang di bagian
mulut. Pemberantasan: tungau tungau daun diberantas dengan penyemprotan
tepung derris atau tepung belerang.
7.2. Penyakit
Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkan
oleh jamur, virus mosaik, roboh semai, busuk buah,leher akar, pangkal batangdan
nematoda.
Nematoda. Apabila lahan telah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanam
pepaya kembali, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang
terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik
harus pada waktu buah itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah
mulai menguning. Tetapi masih banyak petani yang memetiknya pada waktu buah
belum terlalu matang.
Hal. 7 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Tiap pohon kira-kira dapat menghasilkan 30 buah, bahkan sampai 150 buah. Setelah
panen pertama, pohon pepaya akan terus menerus berbuah. Tetapi sebaiknya
sesudah 4 tahun kebun itu harus dibongkar.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dipanen buah diletakan disuatu tempat yang cukup, dekat dari lokasi dan
diberi alas plastik/ koran atau apa saja hingga buah terhindar dari kerusakan.
Pilihlah buah secara selektif, perhatikan bentuk, warna dan ukuran. Tempatkan buah
pada kelompoknya masing-masing, misalnya: kelompok A adalah buah yang belum
masak, kelompok B buah yang sudah siap dimasak, kelompok C buah yang cacat
dan seterusnya. Sehingga akan mempermudah mengklasifikasikan.
9.3. Penyimpanan
Supaya buah itu matang petani perlu melakukan pengemposan (buah disimpan
ditempat yang mempunyai suhu yang tinggi).
Biasanya buah dikemas dengan keranjang dalam jumlah banyak yang dilapisi
kertas/kantong bekas semen untuk menghindari luka pada buah /pada peti yang juga
dilapisi dengan kantong semen dan sejenisnya, setelah itu dimasukan kedalam truk
untuk diangkut.
Analisis budidaya pepaya selama masa tanam 4 tahun dengan luas lahan 1 hektar di
daerah Bogor tahun 1999.
Hal. 8 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 ha selama 4 tahun Rp. 8.000.000,-
2. Bibit 2.000 pohon @ Rp. 300,- Rp. 600.000,-
3. Pupuk
- Pupuk kandang 500 karung @ Rp. 1.500,-
Tahun ke-1 Rp. 750.000,-
Tahun ke-2 s/d ke-4 @ Rp. 3.000.000,- Rp. 9.000.000,-
- NPK 2000 pohon @ Rp. 4.000,-
Tahun ke-1 Rp. 240.000,-
Tahun ke-2 s/d ke-4 @ Rp. 8.000.000,- Rp. 24.000.000,-
- Tatal Tanduk 2.000 kg @ Rp. 400,-
Tahun ke-3 dan ke-4 @ Rp. 800.000,- Rp. 1.600.000,-
- Pengangkutan tahun ke 1 s/d ke-4 @ Rp. 70.000,- Rp.. 280.000,-
4. Pestisida
- Dithene 2 liter/tahun @ Rp. 88.600,- Rp. 708.800,-
5. Peralatan
- Cangkul 5 buah @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
- Koret 5 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-
- Arit 5 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-
6. Pemeliharaan
- Pemupukan 10 HKP/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 300.000,-
- Pengendalian HPT 4 HKP/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 120.000,-
- Penyiangan rumput 30 HKW /tahun @ Rp. 5000,- Rp. 600.000,-
- Pembubunan 50 HKP/tahun, @ Rp. 7.500,- (th ke-2s/d ke4) Rp. 1.125.000,-
7. Tenaga kerja
- Pengolahan lahan 30 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 225.000,-
- Pembuatan lubang tanam 200 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 1.500.000,-
- Penanaman 10 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 75.000,-
- Lain-lain 10 HKP/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 300.000,-
8. Panen dan pascapanen
- Panen 75 HKP. @ Rp. 7.500,-
Tahun Ke-1 Rp. 45.000,-
Tahun ke-2 s/d ke-4 @ Rp. 562.500,- Rp. 2.250.000,-
- Biaya lain @ Rp. 150.000,-/tahun Rp. 600.000,-
Total biaya produksi Rp. 52.418.800,-
2) Pendapatan
1. Tahun ke-1, 6.000 kg @ Rp. 700,- Rp. 4.200.000,-
2. Tahun ke-2, 45.000 kg @ Rp. 700,- Rp. 31.500.000,-
3. Tahun ke-3, 45.000 kg @ Rp. 700,- Rp. 31.500.000,-
4. Tahun ke-4, 45.000 kg @ Rp. 700,- Rp. 31.500.000,-
Total Pendapatan selama 4 tahun Rp. 98.700.000,-
3) Keuntungan
1. Keuntungan selama 4 tahun Rp. 46.281.200,-
2. Keuntungan rata-rata per tahun Rp. 11.570.300,-
Hal. 9 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Standar ini meliputi diskripsi, klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar buah pepaya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 01–4230–
1996.
Kriteria dalam menentukan jenis mutu buah pepaya Malang segar dinilai dari tingkat
ketuaan dimana jumlah strip berwarna jingga pada permukaan kulit buah yang
berwarna hijau botol saat dipanen, kebenaran kultivar. Keseragaman ukuran berat,
tingkat kerusakan, kebusukan dan kadar kotoran serta tingkat kesegaran.
a) Tingkat ketuaan warna kulit (jumlah strip warna jingga): Mutu I 3 strip, Mutu II 2-3
strip, Mutu III 1 strip.
b) Kebenaran kulrivar : mutu I benar 97%, mutu II benar 95% , Mutu III benar 90%
c) Keseragaman ukuran berat: mutu I seragam 97%, mutu II seragam 95%, mutu III
seragam 90%.
d) Keseragaman ukuran bentuk: mutu I seragam 97%, mutu II seragam 95%, mutu III
seragam 90%.
e) Buah cacat dan busuk : mutu I 0%, mutu II 0%, mutu III 0%
f) Kadar kotor: mutu I 0%, mutu II 0%, mutu III 0%
g) Serangga hidup/mati: mutu I 0%, mutu II 0%, mutu III 0%.
Hal. 10 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
h) Tingkat kesegaran: mutu I segar 100%, mutu II segar < 25%, mutu III segar > 25%
Satu partai buah Pepaya Malang Segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan, contoh
diambil secara acak.
a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5: contoh yang diambil semua
b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100: contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 5
c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300: contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 7
d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500: contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 9
e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000: contoh yang diambil sekurang-
kurangnya 10
Dari kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya 3 buah pepaya
kemudian dicampur. Dari jumlah buah yang terkumpul kemudian diambil secara acak
contoh sekurang-kurangnya 5 buah untuk diuji.
Petugas pengambil contoh adalah orang yang telah berpengalaman atau dilatih
terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Untuk pasaran lokal masing-masing buah pepaya malang segar dibungkus dengan
kertas koran mulai dari ujung tangkai dikemas dalam keranjang bambu atau plastik
dengan berat masing-masing 30 kg berisikan 12 s/d 20 buah Papaya Malang Segar.
Dapat juga digunakan peti kayu.
Hal. 11 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 12 / 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
PISANG
( Musa spp )
1. SEJARAH SINGKAT
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan
Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Hal. 1 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. MANFAAT TANAMAN
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral
dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan
tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus
berbagai macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang
yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak
ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput
tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri
dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat
sakit kencing dan penawar racun.
4. SENTRA PENANAMAN
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat
produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.
Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun
demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang
segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri
Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997
adalah ke Cina.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun
demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air,
pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi
produksinya tidak dapat diharapkan.
Hal. 2 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi
curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak
tergenang.
1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah
berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah
berhumus dengan pemupukan.
2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman
pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50
- 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150
cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang
yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah
yang mengandung garam 0,07%.
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon,
nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi
15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit
akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit
anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik
digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di
dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada
bibit dengan daun yang lebar.
2) Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri.
Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu
Hal. 3 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu
banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
1) Pembukaan Lahan
2) Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan
tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan
rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman
legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi,
pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah
datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi
dari landasan saluran itu sendiri.
Hal. 4 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama
memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara
tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau
tanaman pangan semusim.
3) Cara Penanaman
1) Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.
Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun
terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah
5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
2) Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan
juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan
penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak.
Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah
permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
3) Perempalan
Hal. 5 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang
memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur
sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan
yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam
setahun).
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya
terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air
yang berada di antara barisan tanaman pisang.
6) Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah.
Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma,
tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal
sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh
dipasang terus menerus.
7) Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong
agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang
sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung
plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25
cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa
sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah
ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat
beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan
sedalam 30 cm ke dalam tanah.
Hal. 6 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun g
dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida
yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk
rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan
bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan
dengan kadar lempung kecil.
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah
abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
7.2. Penyakit
1) Penyakit darah
2) Panama
Hal. 7 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan
gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan
menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux
(BB).
4) Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman
layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5) Daun pucuk
7.3. Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan,
tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya
Geophila repens.
3) Menutup tanah dengan plastik polietilen.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh
umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera.
Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah
yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan
pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan
sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya
buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
Hal. 8 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik
supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh
pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan
tunas.
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali
tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28
ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk
perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang
ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
9. PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk
mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan
kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan
dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan
dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke
dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di
ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada
tahun 1999.
Hal. 9 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Keuntungan
1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,-
2. Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga
memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish
dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%.
Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang
sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha.
Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung
penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin
dilakukan.
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan cara pengemasan.
Hal. 10 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.2. Diskripsi
a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang
meliputi :
a) Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang
segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai
dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak
sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang
dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang
bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai
pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang
sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser.
Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
c) Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut
lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata
sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah
secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik
berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalh
keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e) Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada,
pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah,
batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang
Hal. 11 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat
kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh
diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
11.5. Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg.
Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang.
Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus
dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan
plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
Hal. 12 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas Baik.
Trubus no. 341.
KEMBALI KE MENU
Hal. 13 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
RAMBUTAN
( Nephelium sp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Rambutan (Nephelium sp.) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon
dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya
disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar di
daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan
ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.
2. JENIS TANAMAN
Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal dari
galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur
yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat
buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari
sejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas rambutan yang digemari
orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya:
1) Rambutan Rapiah buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulit
berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, daging
buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan
daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik.
2) Rambutan Aceh Lebak bulus pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil
rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus,
Hal. 1/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok daya simpan 4 hari setelah
dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan.
3) Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat per
pohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan
agak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan.
4) Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia
dengan buah cukup besar, dengan kulit berwarna merah darah sampai merah tua
rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan asam sedikit,
hasilbuah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.
5) Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai
terutama orang Tionghoa, dengan batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warna
kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat,rasa
buah manisa sam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang
mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein
dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin
dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi ada pula
sementara masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung di
pekarangan, sebagai tanaman hias.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia yang menjadi sentra penanaman rambutan adalah di Jawa khususnya
yang sangat besar produksi buah rambutan antara lain di Bekasi, Kuningan, Malang,
Probolinggo, Lumajang dan di Garut.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
Hal. 2/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta sedikit
mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung
bahan organik ataui pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
2) Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda
dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau
kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
3) Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman pohon
rambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah.
4) Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi tanah,
karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman yang
benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan petunjuk yang ada.
Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30-
500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun tidak
begitu baik hasilnya.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat
konsumen antara lain: Rambutan Rapiah, Rambutan Aceh, Lebak bulus,
Rambutan Cimacan, Rambutan, Rambutan Sinyonya.
2) Penyiapan Benih
Persiapan benih biji yang dipergunakan sebagai pohon pangkal setelah buah
dikupas dan diambil bijinya dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2
hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam) dan biji siap
disemaikan. Disamping itu dapat pula direndamdengan larutan asam dengan
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl)
25% atau Asam Sulfat (H2S04) BJ = 1.84, caranya direndam selama 15 menit
kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang dengan
air yang mengalir selama 10 menit dan dianginkan selama 24 jam. Untuk
menghidari jamur biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP
atau fungisida lainnya.
Teknik penyemaian benih dipilih lahan yang gembur dan mudah mendapat
pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi seperti:
mencangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput,
batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya. Kemudian tanah
dihaluskan sehingga menjadi gembur dan buatkan bedang-bedeng yang
berukuran 1-1,5 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan
luas pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m,
dengan keadaan arah membujur dari Utara ke Selatan, supaya mendapatkan
banyak sinar matahari walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarak
antara bedeng 30 cm dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau,
kompos/pupuk kandang yang sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain
dengan melalui proses pengecambahan juga biji dapat langsung ditunggalkan
pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal
lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-
bedeng yang berjarak 10 X 10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1,5 bulan
dan sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari
bedeng persemaian ke bedeng penanaman.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah bibit berkecambang dan telah berumur 1-1,5 bulan disiram pagi sore,
setelah kecambah dipindah ke bedeng pembibitan penyiraman cukup 1 kali tiap
pagi hari sampai menjelang mata hari terbit, dengan menggunakan "gembor"
supaya merata dan tidak merusak bedengan dan diusahakan air dapat menembus
sedalam 3-4 cm dari permukaan. Kemudian dilakukan pendangiran bedengan
supaya tetap gembur dan dilakukan setiap 2-3 minggu sekali, rumput yang
tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama dan penyakit,
sampai umur kurang lebih 1 tahun persemaian yang dilakukan terhadap pohon
baru setelah itu dapat dilakukan pengokulasian yang ditentukan dengan sistem
Fokkert yang sudah disempurnakan yang sebelumnya daun-daun dirontokkan
pada pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya dan kemudian setelah disiapkan
tempat untuk penempelan mata kulit tersebut sampai mata kulit itu tumbuh tunas,
setelah itu tunas asli pada pohon induk yang telah ditempel dipangkas, kemudian
rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta membersihkan
rumput-rumput yang ada disiangi, kemudian dapat juga diberi pupuk urea 10 gram
untuk tiap 1 m² untuk 25 tanaman rambutan.
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Pemindahan Bibit
1) Persiapan
Pilihlah tanah yang subur, hindari daerah yang berkondisi tanahnya terlampau liat
dan tidak memiliki sirkulasi yang baik, meskipun pada daerah perbukitan tetapi
tanahnya subur dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yang
curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu dibajak atau cukup dicangkul
dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata.
2) Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun rambutan dikerjakan semua secara
bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang
dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak/dicangkul. Bila bibit
berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi kalau
dari hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkan
saluran air selebar 1 meter dan kedalam disesuaikan dengan kedalaman air
tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang
kurus dan kurang humus atau tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat
dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan dan kondisi ini dibiarkan
selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya.
3) Pembentukan Bedengan
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pengapuran
Pengapuran pada dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang baru
terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu
subur, setelah lobang-lobang itu digali dengan ukuran penanaman di pekarangan
dan dasarnya ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang guna
menetralkan pH tanah hingga mencapai 6-6,7 sebagai syarat tumbuhnya tanaman
rambutan, setelah 1 minggu dari penaburan kapur diberi pupuk kandang supaya
tanah menjadi subur.
5) Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 minggu dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang
ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang sebanyak 25 kg (kurang lebih 1
blek) dan setelah 1 minggu lahan baru siap untuk ditanami bibit rambutan yang
telah jadi.
3) Cara Penanaman
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Lain-lain
Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang rangkanya dibuat
dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah Timur, agar
tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan
untuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman
dilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secara
alamiah.
Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembali
terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harus
disiangi sampai radius 1-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak
tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan.
2) Perempalan
3) Pemupukan
Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman rambutan tetap stabil perlu
diberikan pupuk secara berkala dengan aturan:
a) Pada tahun ke 2 setelah penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan
campuran 30 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 germ ZK
dengan cara ditaburkan disekeliling pohon/dengan jalan menggali disekeliling
pohon sedalam 30 cm selebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan campuran
tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya.
b) Tahun berikutnya perlu dosis pemupukan perlu ditambah dengan komposisi 50
kg pupuk kandang, 60 kg TSP, 150 gr Urea dan 250 gr ZK dengan cara
pemupukan yang sama, apabila menggunakan pupuk NPK maka
perbandingannya 15:15:15 dengan ukuran diantara 75-125 kg untuk setiap ha,
dan bila ditabur dalam musim hujan dan dengan komposisi 250-350 kg apabila
dilakukan saat awal musim penghujan.
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi
ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan
minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari.
Apabila tanaman rambutan telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman
bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. Dan bila
turunterlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan
cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air.
6) Pemeliharaan Lain
Hama tanaman rambutan berupa serangga seperti semut, kutu, kepik, kalong dan
bajing serta hama lainya seperti, keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor
lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. misal: ulat penggerek buah
(Dichocricic punetiferalis) warna kecoklat-coklatan dengan ciri-ciri buah menjadi
kering dan berwarna hitam, Ulat penggerek batang (Indrabela sp) membuat kulit
kayu dan mampu membuat lobang sepanjang 30 cm, Ulat pemakan daun (Ploneta
diducta/ulat keket) memakan daun-daun terutama pada musim kemarau. Ulat
Jengkal (Berta chrysolineate) pemakan daun muda sehingga penggiran daun
menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning.
Hal. 8/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
7.3. Gulma
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Buah rambutan yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikan
dengan jenis rambutan yang ada juga dengan mencium baunya serta yang terakhir
dengan merasakan rambutan yang sudah masak dibandingkan dengan rambutan
yang belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan sekitar bulan
Nopember sampai Februari, juga dapat dipengaruhi musim kemarau atau musim
penghujan.
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tungkalnya yang sudah matang
(hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak
menjadi rusak. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen agar dapat bertunas
kembali cepat berbuah apabila pemetikan tidak terjangkau dapat dilakukan dengan
menggunakan galah untuk mengkait tangkai buah rambutan secara benar.
Periode pemanenan buah rambutan dilakukan pada sekitar bulan Nopember sampai
dengan Februari (masa musim penghujan). Dengan dicari buah yang masak dan
yang belum masak supaya ditinggal dulu dan kemudian dipanen kembali
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah rambutan harus diikat secara baik,
biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan
secara keseluruhan.
Tujuan penyortiran buah rambutan yang bagus agar harga jualnya tinggi, biasanya
dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya dapat
dicampur dengan buah yang besar dengan sama mutunya, yang biasanya dijual
dalam bentuk ikatan dan perlu diingat bahwa dalam 1 ikatan diusahakan sama besar
dan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis rambutan, jangan
dicampur adukkan dengan jenis yang lain.
9.3. Penyimpanan
Hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja,tetapi pada kenampakandan
cara pengikatannya,apabilaakan dijual tidak jauh dari lokasi maka cukup diikat dan
kemudian di angkut dengan kendaraan/dimasukkan dalam karung. Untuk pengiriman
dengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari
lamanya perjalanan rambutan. Caranya di pak dengan menggunakan peti sebelum
dipilih dan di pak sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air sabun dan dibilas
kemudian dikeringkan, setelah dipisah dari tangkainya, apabila ada yang terkena
jamur sebaiknya direndam dulu dengan larutan soda 1,5% selama 3-5 menit
kemudian disikat dengan sikat yang lunak. Setelah itu disusun berderet berbentuk
sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/ sabut kelapa,
setelah itu dilapisi dengan kertas minyak. Setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
dengan kertas minyak dan dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan papan,
sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya penempatan peti
bagian yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.
Buah rambutan merupakan buah populer di kawasan ASEAN, khususnya di tanh air
dn di negara Jiran Malaysia tempat asal buah rambutan. Buah rambutan dapat
dikonsumsi langsung (buah segar) ataupun diolah menjadi buah kalen dan manisan
buah rambutan.
Rambutan selain sebagai buah segar yang digemari, hasil olahannya pun menjadi
komoditi primadona yang memiliki prospek cukup cerah di Asia dan di negara-negara
lainnya. Pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri masih merupakan lahan
pemasaran yang menjanjikan. Sehingga sangat tepat untuk membudidayakan buah
rambutan secara intensif dengan didukung kondisi alam yang ada.
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.2. Diskripsi
Buah rambutan segar adalah buah dari tanaman rambutan (Nephelium lappaceum
Linn) dalam tingkat ketuaan optimal, utuh, segar dan bersih. Standar buah rambutan
di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3210-1992.
Buah rambutan segar untuk masing-masing kultvar, digolongkan dalam 2 buah jenis,
yaitu: Mutu I dan Mutu II.
Satu partai/lot buah rambutan segar terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot.
a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5, contoh pengambilan semua
b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100, contoh pengambilan sekurang-
kurangnya 5
c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300, contoh pengambilan sekurang-
kurangnya 7
d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500, contoh pengambilan sekurang-
kurangnya 9
e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000, contoh pengambilan sekurang-
kurangnya 10
Petugas pengambil contoh harus orang yang memenuhi persyaratan yaitu orang
yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan
suatu badan hukum.
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.5. Pengemasan
Buah rambutan segar disajikan dalam bentuk ikatan atau lepas, dibungkus bahan
kertas, jaring plastik atau bahan laian yang sesuai, lalu dikemas dengan keranjang
bambu atau kotak karton/kayu/bahan lain yang sesuai dengan atau tanpa
penyangga, dengan berat bersih maksimum 10 kg.
Pada bagian luar kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain :
a) Dihasilkan di Indonesia.
b) Nama barang/kultivar.
c) Golongan ukuran.
d) Jenis mutu.
e) Nama perusahaan/eksportir.
f) Berat bersih/kotor.
KEMBALI KE MENU
Hal. 13/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
SAGU
( Metroxylon sp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Sagu diduga berasal dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini belum ada data yang
pasti yang mengungkapkan kapan awal mula sagu ini dikenal. Di wilayah Indonesia
Bagian Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian
penduduknya, terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi eksploitasi, budidaya
dan pengolahan sagu yang paling maju saat ini adalah di Malaysia.
Tanaman sagu dikenal dengan nama Kirai di Jawa Barat, bulung, kresula, bulu,
rembulung, atau resula di Jawa Tengah; lapia atau napia di Ambon; tumba di
Gorontalo; Pogalu atau tabaro di Toraja; rambiam atau rabi di kepulauan Aru.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman sagu:
Ordo : Spadiciflorae
Famili : Palmae
Di kawasan Indo Pasifik terdapat 5 marga (genus) Palmae yang zat tepungnya telah
dimanfaatkan, yaitu Metroxylon, Arenga, Corypha, Euqeissona, dan Caryota. Genus
Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga, karena kandungan acinya
cukup tinggi.
Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu:
yang berbunga/berbuah dua kali (Pleonanthic) dan berbunga/berbuah sekali
(Hapaxanthic) yang mempunyai nilai ekonomis penting, karena kandungan
karbohidratnya lebih banyak. Golongan ini terdiri dari 5 varietas penting, yaitu:
a) Metroxylon sagus, Rottbol atau sagu Molat.
b) Metroxylon rumphii, Martius atau sagu Tuni.
c) Metroxylon rumphii, Martius varietas Sylvestre Martius atau sagu Ihur.
d) Metroxylon rumphii, Martius varietas Longispinum Martius atau sagu Makanaru.
e) Metroxylon rumphii, Martius varietas Microcanthum Martius atau sagu Rotan.
Dari kelima varietas tersebut, yang memiliki arti ekonomis penting adalah Ihur, Tuni,
dan Molat.
3. MANFAAT TANAMAN
a) Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah.
b) Daunnya untuk atap.
c) Kulit atau batangnya merupakan kayu bakar yang bagus.
d) Aci sagu (bubuk yang dihasilkan dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau
empulur batang) dapat diolah menjadi berbagai makanan.
e) Sebagai makanan ternak.
f) Serat sagu dapat dibuat hardboard atau bricket bangunan bila dicampur semen.
g) Dapat dijadikan perekat (lem) untuk kayu lapis.
h) Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong menjadi 3-5 rantai glukosa (modifief
starch) dapat dipakai untuk menguatkan daya adhesive dari proses pewarnaan
kain pada industri tekstil.
i) Dapat diolah menjadi bahan bakar metanol-bensin.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra penanaman sagu di dunia adalah Indonesia dan Papua Nugini, yang
diperkirakan luasan budi daya penanamannya mencapai luas 114.000 ha dan 20.000
ha. Sedangkan luas penanaman sagu sebagai tanaman liar untuk kedua negara
tersebut diperkirakan mencapai 2.000.000 ha. Adapun sentra penanaman tanaman
sagu di Indonesia adalah Irian Jaya, Maluku, Riau, Sulawesi Tengah dan
Kalimantan.
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Jumlah curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan sagu antara 2000-4000
mm/tahun, yang tersebar merata sepanjang tahun.
b) Sagu dapat tumbuh baik di daerah 10 derajat LS – 15 derajat LU dan 90 – 180
derajat BT, yang menerima energi cahaya matahari sepanjang tahun.
c) Sagu dapat ditanam di daerah dengan kelembaban nisbi udara 40 prosen.
Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhannya adalah 60 prosen.
d) Suhu yang optimal bagi pertumbuhan sagu adalah rata-rata 24-30 derajat C.
a) Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang bergambut
dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau di hutan rawa
yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi. Tanah mineral di rawa-rawa air tawar
dengan kandungan tanah liat > 70 prosen dan bahan organik 30 prosen.
b) Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat kuning coklat atau
hitam dengan kadar bahan organis tinggi. Sagu dapat tumbuh pada tanah
vulkanik, latosol, andosol, podsolik merah kuning, alluvial, hidromorfik kelabu dan
tipe-tipe tanah lainnya.
c) Sagu mampu tumbuh pada lahan yang memiliki keasaman tinggi. Pertumbuhan
yang paling baik terjadi pada tanah yang kadar bahan organisnya tinggi dan
bereaksi sedikit asam pH =5,5-6,5.
d) Sagu paling baik bila ditanam pada tanah yang mempunyai pengaruh pasang
surut, terutama bila air pasang tersebut merupakan air segar. Lingkungan yang
paling baik untuk pertumbuhannya adalah daerah yang berlumpur, dimana akar
nafas tidak terendam. Pertumbuhan sagu juga dipengaruhi oleh adanya unsur
hara yang disuplai dari air tawar, terutama potasium, fosfat, kalsium, dan
magnesium.
Sagu dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl.
Ketinggian tempat yang optimal adalah 400 m dpl.
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih/Bibit
Syarat bibit untuk pembibitan cara generatif: biji yang digunakan sudah tua, tidak
cacat fisik, besarnya rata-rata dan bertunas.
Syarat bibit untuk pembibitan cara vegetatif: berasal dari tunas atau anakan yang
umurnya kurang dari 1 tahun, dengan diameter 10-13 cm dan berat 2-3 kg. Tinggi
anakan ±1 meter dan punya pucuk daun 3-4 lembar.
2) Penyiapan Benih/Bibit
a) Cara generatif
Biji yang digunakan berasal dari buah yang sudah tua dan jatuh/rontok dari pohon
induk yang baik, yaitu subur dan produksinya tinggi, tumbuh pada lahan yang wajar
serta produksi klon rata-rata tinggi. Biji/buah yang diambil tersebut adalah buah yang
tidak cacat fisik, besarnya rata-rata, dan bernas.
b) Cara vegetatif
Pembiakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupa
anakan yang melekat pada pangkal batang induknya yang disebut dangkel atau abut
(jangan yang berasal dari stolon). Adapun cara pengadaan dangkel adalah:
1. Pengambilan dangkel dipilih yang terletak di permukaan atas.
2. Pemotongan dilakukan di sisi kiri dan kanan sedalam 30 cm, tanpa membuang
akar serabutnya.
3. Dangkel yang telah dipotong, dibersihkan dari daun-daun dan ditempatkan
pada tempat yang mendapat cahaya matahari langsung dengan bagian permukaan
belahan tepat pada tempat di mana cahaya matahari jatuh, selama 1 jam.
4. Luka bekas irisan dangkel yang masih tertanam segera dilumuri dengan zat
penutup luka (seperti: TB-1982 atau Acid Free Coalteer) untuk mencegah hama dan
penyakit.
5. Bibit sagu direndam dalam air aerobik selama 3-4 minggu. Setelah itu bibit
ditanam.
6. Penyiapan dangkel sebaiknya dilakukan pada waktu menjelang sore hari,
kemudian pada sore hari dangkel dikumpulkan dan pada waktu malam hari dangkel
diangkut ke lahan, untuk menghindari kerusakan dangkel oleh cahaya matahari.
a) Cara generatif:
1. Perkecambahan tak langsung:
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemeliharaan Penyemaian
5) Pemindahan Bibit
a) Cara generatif:
Bibit yang berumur 6-12 bulan dapat dipindahkan atau ditanam. Cara
pengangkatannya ke kebun atau tempat penanaman mudah dan murah.
b) Cara vegetatif:
Setelah diambil dapat langsung ditanam.
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Vegetasi bawah dan ranting-ranting kecil tersebut dibakar dan abunya untuk
pupuk.
c) Pokok-pokok batang yang besar, yang sulit penggaliannya dapat ditinggalkan
begitu saja di lahan, kecuali pokok-pokok yang berada pada calon baris tanaman
harus dibersihkan.
3) Pembentukan Bedengan
4) Lain-lain
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1. Sagu Tuni 8x8 m atau 9x9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar
akan memuat 143 tanaman.
2. Sagu Ihur 9x9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar akan memuat
143 tanaman.
3. Sagu Molat 7x7 m, hubungan segi empat, sehingga 1 hektar akan memuat
2043 tanaman.
4. Jika ketiga varietas ditanam secara bersama-sama, maka ditanam secara
terpisah menurut blok.
3) Cara Penanaman
a) Dapat dilakukan setiap waktu, agar tidak terjadi kekosongan dalam areal.
Kesulitan penyulaman sering terjadi bila lahan kekurangan air sebab akan gagal.
b) Penyulaman menggunakan bibit cadangan yang sudah ditanam di lahan
bersamaan dengan waktu tanam, pada salah satu ujung barisan tanaman atau
dangkel.
c) Penyulaman dapat dilakukan sampai umur 3 tahun. Lebih dari 3 tahun hasilnya
kurang baik, sebab sulaman sudah akan dilindungi oleh canopy sagu yang sudah
mulai meluas, sehingga kesulitan untuk mendapatkan cahaya matahari.
d) Penjarangan idealnya dilakukan sekali dalam setahun.
e) Jumlah pohon yang disisakan tergantung dari jenis dan spesies sagu dan
tingkat pertumbuhan.
f) Jumlah tegakan(jumlah pohon dalam satu rumpun) yang ideal adalah sebagai
berikut:
1. Ihur: semai=3; sapihan=2-3; tiang=1-2; pohon=1; jumlah=7-9
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Penyiangan
a) Penyiangan dilakukan terhadap gulma dan dilakukan pada sagu muda (3-5
tahun), sebab rawan terhadap serangan hama. Gulma juga akan memperbesar
peluang kebun dilanda kebakaran.
b) Penyiangan dapat menggunakan tangan, sabit, parang, cangkul dan
sebagainya.
c) Hasilnya dipendam/dikomposkan. Bila gulma mengandung hama/vektor dan
kayu, dibakar dan abunya dijadikan pupuk.
3) Pemupukan
a) Unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman sagu, yaitu Kalsium,
Kalium dan Magnesium.
b) Macam dan dosis pupuk:
1. Umur 0: Urea=0; PA=300; TSP=0; KCl=0; KIES=0
2. Umur 1: Urea=100; PA=0; TSP=100; KCl=50; KIES=0
3. Umur 2: Urea=150; PA=0; TSP=150; KCl=100; KIES=0
4. Umur 3: Urea=200; PA=0; TSP=200; KCl=150; KIES=30
5. Umur 4: Urea=250; PA=250; TSP=0; KCl=250; KIES=40
6. Umur 5: Urea=300; PA=0; TSP=300; KCl=250; KIES=50
7. Umur 6: Urea=400; PA=400; TSP=0; KCl=400; KIES=80
8. Umur 7: Urea=500; PA=0; TSP=500; KCl=500; KIES=100
9. Umur 8: Urea=500; PA=500; TSP=0; KCl=600; KIES=120
10. Umur ≥ 9: Urea=500; PA=0; TSP=500; KCl=700; KIES=140
Keterangan: PA = Phosphat Alam ; KIES = Kieserite (mg)
c) Cara pemupukan:
1. Dibenamkan dalam tanah, agar tidak terbawa air sebelum terabsorbsi oleh akar
tanaman, terutama lahan yang berada di daerah rawa/dataran rendah dan pasang
surut yang sering terjadi luapan air.
2. Pemupukan dapat dilaksanakan secara lingkaran di sekeliling rumpun atau
secara lokal di dau sisi rumpun pada jarak sejauh pertengahan antara ujung tajuk
dengan pohon/rumpun sagu.
d) Waktu pemupukan:
1. Untuk sagu muda sampai 1 tahun menjelang panen, pemupukan dilakukan 1-2
kali setahun.
2. Pemupukan sekali setahun, dilakukan pada awal musim hujan.
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. Pemupukan dua kali setahun, dilakukan pada awal dan akhir musim hujan,
masing-masing dengan 1/2 dosis.
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Gejala: (1) tingkat serangan titik adalah ulat/larva yang baru menetas masuk
dalam jaringan daun dan memakan daging anak daun, bekas serangan ini dari
bawah tampak sebagai bintik-bintik kecil yang tidak tembus; (2) tingkat serangan
garis adalah ulat Artona yang lebih besar menyusup lebih meluas, sehingga bekas
serangga tampak seperti garis-garis; (3) tingkat serangan pinggir adalah yang
menggerek daun sagu adalah ulat Artona yang lebih besar/tua, berpindah tempat
ke bagian pinggir dan memakan bagian anak daun pinggir; (4) tingkat serangan
akhir adalah pada tingkatan ini daun-daun menjadi sobek-sobek. Daun yang
paling disenangi adalah daun tua. Daun bekas serangan seperti terbakar.
Pengendalian mekanis: daun-daun yang diserang Artona dipangkasi, serangan
Artona yang berat akan mengakibatkan pelepah daun tinggal memliki 2/3 daun
saja. Waktu pemangkasan daun-daun yang diserang Artona adalah bilamana
dalam 200-300 daun sagu yang diambil secara acak, mengandung lima atau lebih
stadium hidup Artona (telur, larva, kepompong, atau kupu-kupu). Pemangkasan
harus sudah dilakukan dua minggu sesudah Artona memiliki panjang 8 mm,
sehingga banyak Artona yang gagal menjadi kupu-kupu. Pengendalian biologis:
menggunakan parasit, antara lain: (1) taburkan (Apanteles artonae) yang biasanya
menyerang ulat Artona pada instar kedua; (2) Lalat Ptychomyia remota atau
Caudurcia leefmansii yang menyerang ulat Artona pada instar berikutnya.
Pengendalian kimiawi: menggunakan bahan kimia Arcotine D-25 - EC, dengan
dosis 4 kg/ha.
d) Babi hutan
Binatang ini merusak sagu tingkat semai dan sapihan (umur 1-3 tahun), memakan
umbut (pucuk batang yang masih muda). Pengendalian: memburu dan
membunuhnya agar populasi terkendali, sehingga kerusakan yang ditimbulkan
berkurang. Selain itu dengan umpan yang diberi racun fosfor sebanyak 2-5 gram.
7.2. Penyakit
a) Bercak kering
Penyebab: cendawan Cercospora. Gejala: daun berbercak-bercak coklat dan
dapat mengakibatkan seluruh daun berbercak-bercak kering atau berlubang-
lubang. Bila serangan cukup hebat, kanopi tanaman sagu nampak meranggas.
Pengendalian: belum ada secara khusus, hanya pemakaian fungisida dan
sanitasi lingkungan.
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.3. Gulma
Pengendalian gulma dapat diperjarang atau dihentikan sama sekali bila sagu sudah
berumur lima tahun ke atas. Pengendalian secara mekanis adalah gulma dibersihkan
dan dimatikan dengan sabit, parang, cangkul, dan sebagainya. Gulma hasil
penyiangan dijadikan pupuk kompos. Sedangkan secara kimiawi adalah dengan cara
penyemprotan herbisida yang dilakukan secara teratur, misalnya 2-4 minggu sekali,
disesuaikan dengan kondisi gulmanya. Herbisida yang dianjurkan adalah herbisida
kontak, seperti PARACOL.
Pengendalian secara kultur teknis dilakukan jika lahan tidak diganggu banjir dan
kondisi tanah tidak terlalu basah. Caranya dengan menanam tanaman penutup
tanah leguminosa (Leguminosa Ground Cover=LCG). Dengan penanaman LCG,
maka akan diperoleh manfaat ganda, yaitu pertumbuhan gulma dapat ditekan
semaksimal mungkin dan tanah mendapat perbaikan kondisi kimiawi, biologis, dan
fisis. LCG yang dapat digunakan adalah: Calopogonium sp.; Centrocema sp.; Vigna
husei.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Panen dapat dilakukan mulai umur 6-7 tahun, atau bila ujung batang mulai
membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih
terutama pada bagian luarnya. Tinggi pohon 10-15 m, diameter 60-70 cm, tebal kulit
luar 10 cm, dan tebal batang yang mengandung sagu 50-60 cm. Ciri pohon sagu
siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada daun, duri,
pucuk dan batang.
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
terbentuk. Fase ini merupakan saat yang paling tepat untuk memanen sagu jenis
Metroxylon longispium Martius.
Ciri-ciri pohon yang sagu yang siap dipanen menurut masyarakat Irian Jaya adalah:
a) Pelepah daun menjadi lebih pendek.
b) Kuncup bunga mulai tampak dan pucuk pohon mendatar bila dibandingkan
dengan pohon sagu yang lebih muda.
c) Batang sagu dilubangi kira-kira 1 m di atas tanah, kemudian diambil empulurnya
dan dikunyah serta diperas. Apabila air perasannya keruh berarti kandungan
acinya sudah cukup dan pohon siap dipanen.
Perkiraan hasil yang paling mendekati kenyataan pada kondisi liar dengan produksi
40-60 batang/ha/tahun dengan jumlah empulur 1 ton/batang, dengan kandungan aci
sagu 18,5 prosen, dapat diperkirakan hasil per hektar per tahun adalah 7-11 ton aci
sagu kering. Secara teoritis, dari satu batang pohon sagu dapat dihasilkan 100-600
kg aci sagu kering. Rendemen total untuk pengolahan yang ideal adalah 15 prosen.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
a) Cara Maluku:
1. Potongan pohon sagu dibelah dua.
2. Belahan pohon sagu ditokok dengan suatu alat yang disebut "nani". Caranya
empulur ditetak-tetak sedikit demi sedikit dari salah satu ujung sampai ke
pangkalnya. Empulur dijaga jangan sampai kering.
3. Hasil tokokan empulur yang disebut "ela", dikumpulkan, kemudian disaring.
4. Di tempat penyaringan, ela disiram dengan air bersih, maka aci akan keluar
bersamaan dengan air siraman, selanjutnya disaring dalam "goti".
5. Air siraman ela yang diperoleh, diendapkan. Hasil endapan dipisahkan dari air
yang sudah mulai jernih, sehingga diperoleh aci sagu basah.
6. Aci sagu dimasukkan dalam "tumang" atau "tappiri" (suatu wadah dari batang
sagu), untuk disimpan atau diproses lebih lanjut.
b) Cara Fabrikasi:
Semua pabrik pengambil empulur mengguankan pemarut silinder yang
disambungkan pada motor, sedangkan di Serawak digunakan pemarut Cakera
(dari Jerman) yang besar. Setelah diperoleh “ela”, lalu diproses menjadi zat
tepung seperti pengambilan pati yang dilakukan pabrik tapioka biasa, yaitu
dengan menggunakan sistem pemisah zat tepung dari ampas secara sentrifugal.
Kapasitas produksi pabrik tersebut berkisar antara 1-10 pokok/hari.
a) Dibuat larutan kaporit 3 prosen, caranya 300 gram kaorit dilarutkan dalam 10 liter
air bersih.
b) Aci sagu dimasukkan dalam larutan kaporit dengan perbandingan 1 bagian tepung
2 bagian larutan kaporit.
c) Larutan diaduk sampai homogen, kira-kira selama 1 menit, kemudian diendapkan
dan didiamkan selama 1/2 jam.
d) Cairan bening yang terdapat pada bagian atas tepung dikeluarkan dan ditampung
pada ember lain, cairan ini masih dapat digunakan untuk mencuci 2-3 kali lagi.
e) Netralkan aci sagu tersebut dengan memasukkan air bersih dalam aci lalu diaduk
sampai rata kira-kira selama 1 menit.
f) Sebelum larutan aci dalam ember tenang, larutan itu segera disaring lalu
diendapkan. Cairan bagian atas dibuang kemudian ditambah air lagi, diaduk,
diendapkan, cairan bening dibuang. Pekerjaan ini diulang 3-4 kali sampai bau
kaporit hilang.
g) Aci sagu yang sudah tampak putih dan tidak berbau kaporit segera dikeringkan
pada para-para yang dialasi plastik, sampai kering.
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pada pertengahan tahun 1989 didirikan industri pengolahan sagu oleh PT. Sagindo
Sari Lestari di Arandai, Bintuni, Manokwari, Irian Jaya dengan kapasitas produksi
berkisar antara 36-150 ribu ton/tahun
Propek pasar sagu sebenarnya cukup baik. Permintaan terus meningkat baik untuk
kebutuhan ekspor maupun domestik. Secara nasional permintaan diperkirakan
mencapai ±300.000 ton, sedangkan produksi hanya 48.822 ton pada tahun 1988 dan
70.000 ton pada tahun 1989. Permintaan pasar baik luar maupun dalam negeri terus
meningkat. Pasar ekspor yang potensial adalah Jepang, Kanada, Amerika Serikat,
Inggris, Thailand dan Singapura. Permintaan dalam negeri meningkat, karena
perkembangan industri makanan, farmasi, maupun industri lainnya.
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu tepung sagu di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia
SNI 01-3729-1995.
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Untuk mendapatkan mutu sagu yang sesuai dengan standar maka harus dilakukan
bebrapa pengujian mutu, yaitu:
a) Cara uji serangga: timbang lebih kurang 25 gram contoh kemudian tekan sampai
ketebalan 2-5 mm dengan menggunakan 2 lempeng kaca. Setelah itu diamkan
selama 24 jam dan amati permukaan kaca dengan menggunakan kaca pembesar,
apakah ada jejak-jejak bekas ulat. Larva, kepompong atau serangga dan
potongan-potongannya dengan mengayak contoh, sedang telurnya dilihat
mikroskop.
b) Cara uji jenis pati selain pati sagu (granula pati sagu): taburkan sedikit contoh
pada kaca obyek tambahkan sedikit air, kemudian ratakan, tutup dengan kaca
penutup dan amati dengan kaca mikroskop pada pembesaran tertentu.
Bandingkan bentuk granula pati contoh dengan standar bentuk granula pati sagu.
Adanya pati selain pati sagu menandakan tepung sagu tersebut dicampur dengan
tepung lainnya.
c) Sedangkan cara uji dengan benda asing, air, SO2, abu, serat kasar dan
kehalusan sesuai dengan cara uji makanan dan minuman SNI 01-289-1992; cara
uji derajat asam SNI 01-3555-1992; cara uji minyak dan lemak; cara uji cemaran
logam dirinci, cemaran logam, cemaran logam raksa (Hg) dan cemaran arsen
sesuai dengan SNI 19-2896-1992; cara uji cemaran logam dan cemaran mikroba
sesuai dengan SNI 19-2897-1992.
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.5. Pengemasan
Produk dikemas dalam wadah yang tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi,
selama penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan penandaan sesuai dengan
Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
KEMBALI KE MENU
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
SALAK
( Salacca edulis )
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai
prospek baik untuk diusahakan. Daerah asal nya tidak jelas, tetapi diduga dari
Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ada pula yang mengatakan bahwa tanaman salak
(Salacca edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan biji-biji salak
dibawa oleh para saudagar hingga menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan sampai
ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Muangthai.
2. JENIS TANAMAN
Di dunia ini dikenal salak liar, seperti Salacca dransfieldiana JP Mo-gea; S.
magnifera JP Mogea; S. minuta; S. multiflora dan S. romosiana. Selain salak liar itu,
masih dikenal salak liar lainnya seperti Salacca rumphili Wallich ex. Blume yang
juga disebut S. wallichiana, C. Martus yang disebut rakum/kumbar (populer di
Thailand) sebagai pembuat masam segar pada masakan. Kumbar ini tidak berduri,
bunganya berumah 2 (dioeciious). Salak termasuk famili: Palmae (palem-paleman),
Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yang
disebut lidi. Seluruh bagian daunnya berduri tajam Batangnya pendek, lama-
kelamaan meninggi sampai 3 m atau lebih, akhirnya roboh tidak mampu membawa
beban mahkota daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).
Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah
terasa manis, Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk
dikembangkan ialah: salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan
lain-lain. Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang
menyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir,
salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak
Padang Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salak
itu mempunyai nilai komersial yang tinggi.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah salak hanya dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini
manisan salak dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapat
digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai
buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau
telah dilepas (petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya
untuk dibuat manisan.
4. SENTRA PENANAMAN
Tanaman salak banyak terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Maluku, Bali, NTB dan Kalimantan Barat.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Tanaman ssalak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa bcd, Babc dan
Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahun
dan C : 5-7 bulan/tahun.
2) Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun
200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah
tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau
kelembaban yang tinggi.
3) Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup
50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi,
tetapi tidak tahan genangan air.
5.2. Tanah
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salak
adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan tanaman
tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam
pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan
memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan
kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah
tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak dapat
berasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif).
Pembibitan secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baik
diperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah,
berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman
baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang
kurang menguntungkan.
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) agak sulit diketahui apakah bibit yang dihasilkan jantan atau betina.
1) Persyaratan Bibit
Untuk mendapatkan bibit yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji yang
akan dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih :
a) Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi syarat.
b) Buah yang akan diambil bijinya harus di petik pada waktu cukup umur.
c) Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %.
d) Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat.
e) Biji sehat tidak terserang hama dan penyakit.
f) Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran lain.
2) Penyiapan Bibit
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Untuk pembibitan dari biji, media pembibitan adalah polybag dengan ukuran 20 x
25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
Setelah bibit atau kecambah berumur 20-30 hari baru bibit dipindahkan ke polibag.
5) Pemindahan Bibit
Untuk bibit dari biji, setelah bibit salak berumur 4 bulan baru dipindahkan ke lahan
pertanian. Untuk persemaian dari anakan, setelah 6 bulan bibit baru bisa
dipindahkan ke lapangan.
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
2) Cara Penanaman
Biji ditanam langsung dalam lubang sebanyak 3- 4 biji per lubang. Sebulan
kemudian biji mulai tumbuh
3) Lain-lain
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Setelah selesai ditanam, tanaman salak perlu dipelihara dengan benar dan teratur
sehingga diperoleh produksi kebin yang baik dan produktif. Pemeliharaan ini
dilakukan sampai berakhirnya masa produksi tanaman salak.
Untuk memperoleh buah yang berukuran besar, maka bila tandan sudah mulai
rapat perlu dilakukan penjarangan. Biasanya penjarangan dilakukan pada bulan
ke 4 atau ke 5.
Penyulaman dilakukan pada tanaman muda atau yang baru ditanam, tetapi mati
atau pertumbuhannya kurang bagus atau kerdil, atau misalnya terlalu banyak
tanaman betinanya. Untuk keperluan penyulaman kita perlu tanaman cadangan
(biasanya perlu disediakan 10%) dari jumlah keseluruhan, yang seumur dengan
tanaman lainnya. Awal musim hujan sangat tepat untuk melakukan penyulaman.
Tanaman cadangan dipindahkan dengan cara putaran, yaitu mengikutsertakan
sebagian tanah yang menutupi daerah perakarannya. Sewaktu membongkar
tanaman, bagian pangkal serta tanahnya kita bungkus dengan plastik agar akar-
akar di bagian dalam terlindung dari kerusakan, dilakukan dengan hati-hati.
2) Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit
ditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman
berumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali
atau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.
3) Pembubunan
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
tanaman salak pada tempatnya. Bumbunan jangan sampai merusak parit yang
ada.
Daun-daun yang sudah tua dan tidak bermanfaat harus dipangkas. Juga daun
yang terlalu rimbun atau rusak diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu banyak
harus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah (perempalan).
Dengan pemangkasan, rumpun tanaman salak tidak terlalu rimbun sehingga
kebun yang lembab serta pengap akibat sirkulasi udara yang kurang lancar
diperbaiki. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak hanya
ke daun atau bagian vegetatif saja, melainkan juga ke bunga, buah atau bagian
generatif secara seimbang.
Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan sekali, tetapi pada saat mendekati masa
berbunga atau berbuah pemangkasan kita lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1
kali.
Pemangkasan pada saat lewat panen harus tetap dilakuakan. Alat pangkas
sebaiknya menggunakan golok atau gergaji yang tajam. Pemangkasan yang
dilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat akan membantu tanaman tumbuh
baik dan optimal.
5) Pemupukan
Semua bahan yang diberikan pada tanaman dengan tujuan memberi tambahan
unsur hara untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman disebut
pupuk. Ada pupuk yang diberikan melalui daerah perakaran tanaman (pupuk
akar). Pupuk yang diberikan dengan cara penyemprotan lewat daun tanaman
(pupuk daun). Jenis pupuk ada 2 macam: pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, abu tanaman, tepung darah
dan sebagainya. Pupuk anorganik adalah: Ure, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil,
Gandasil, Super Fosfat, Bay folan, Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organik
yang sering diberikan ke tanaman salak adalah pupuk kandang.
Umur tanaman :
a) 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk kandang 1000, Urea 5 gram, TSP 5 gram, KCl
5 gram.
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Air hujan adalah siraman alami bagi tanaman, tetapi sulit untuk mengatur air hujan
agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan sebagian besar akan
hilang lewat penguapan, perkolasi dan aliran permukaan. Sebagian kecil saja
yang tertahan di daerah perakaran, air yang tersisa ini sering tidak memenuhi
kebutuhan tanaman. Dalam budidaya salak, selama pertumbuhan, kebutuhan
akan air harus tercukupi, untuk itu kita perlu memberi air dengan waktu, cara dan
jumlah yang sesuai.
7) Pemeliharaan Lain
Setelah ditanam di kebun kita buatkan penopang dari bambu atau kayu untuk
menjaga agar tanaman tidak roboh.
Menyerang ujung daun yang masih muda (paling muda), kemudian akan masuk
ke dalam batang. Hal ini tidak menyebabkan kematian tanaman, tetapi akan
tumbuh anakan yang banyak di dalam batang tersebut. Pengendalian: dimatikan
atau dengan cara meneteskan larutan insektisida (Diazenon) dengan dosis 2 cc
per liter pada ujung daun yang terserang atau dengan cara menyemprot. Dalam
hal ini diusahakan insektisida dapat masuk ke dalam bekas lubang yang digerek.
Memasukkan kawat yang ujungnya lancip ke dalam lubang yang dibuat kumbang
hingga mengenai hama.
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
berduri; (2) untuk memberantas Tikus, digunakan Zink phosphit, klerat dan lain-
lain; (3) untuk memberantas Luwak dan Tupai, dapat digunakan umpan buah
pisang yang dimasuki Furadan 3 G. Caranya: buah pisang dibelah, kurang lebih
0,5 gram Furadan dimasukkan ke dalamnya, kemudian buah pisang tersebut
dijahit dan dijadikan umpan.
7.2. Penyakit
Gejala: busuknya buah. Buah yang terserang penyakit ini kualitasnya jadi
menurun, karena warna kulit salak jadi tidak menarik. Pengendalian: mengurangi
kelembaban tanah, yaitu mengurangi pohon-pohon pelindung.
2) Noda hitam
7.3. Gulma
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat
kemasakan yang baik. Buah salak yang belum masak, bila dipungut akan terasa
sepet dan tidak manis. Maka pemanenan dilakukan dengancara petik pilih, disinilah
letak kesukarannya. Jadi kita harus benar-benar tahu buah salak yang sudah tua
tetapi belum masak.
Buah salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulan
setelah bunga mekar (anthesis). Hal ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit
buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit
buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda buah yang
sudah tua, menurut sumber lain adalah: warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik
mudah terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.
Cara memanen: karena buah salak masaknya tidak serempak, maka dilakukan petik
pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akan
disimpan lama atau segera dimakan. Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukan
pada saat buah salak tua (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah
salak yang masir tidak tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan
cara memotong tangkai tandannya.
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam
adalah 15 ton per hektar.
9. PASCAPANEN
Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama.
Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta
berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses
hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan
perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik). Sehingga
buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan
penanganan pascapanen.
9.1. Pengumpulan
Gudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat penerima buah salak yang berasal
dari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading
dan pengemasan.
Sortasi/pemilihan bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layak
ekspor. uga bertujuan untuk membersihkan buah-buah dari berbagai bahan yang
tidak berguna seperti tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong
dengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidak
menimbulkan kerusakan pada buah.
Penggolongan ini dapat berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak,
bebas dari penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam
kelas dan golongan sendiri-sendiri.
a. Salak mutu AA (betul-betul super, kekuningan, 1kg= 12 buah)
b. Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, dan sehat)
c. Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 - 30 buah)
d. Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang
telah dipastursasi sehingga semua mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim
dapat mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yang
dikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.
Prakiraan anilisis budidaya salak dengan luas lahan 1 ha selama masa produksi 5
tahun di daerah Jawa Barat tahun 1999.
1) Biaya produksi
1. Bibit
- Bibit salak 2.000 pohon/ha @ Rp 15.000,- Rp. 30.000.000,-
2. Pupuk
- Pupuk kandang 20 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
- Urea tahun ke-1, 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-
- Urea tahun ke-2, 150 kg Rp. 225.000,-
- Urea tahun ke-3, 150 kg Rp. 225.000,-
- Urea tahun ke-4, 100 kg Rp. 150.000,-
- Urea tahun ke-5, 100 kg Rp. 150.000,-
- TSP tahun ke-1, 150 kg @ Rp.1.800,- Rp. 270.000,-
- TSP tahun ke-2, 150 kg Rp. 270.000,-
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pendapatan
1. Produksi tahun ke-2 rata-rata 1 kg/pohon @ Rp. 4.250,- Rp. 8.500.000,-
2. Produksi tahun ke-3 rata-rata 1,5 kg/pohon Rp. 12.750.000,-
3. Produksi tahun ke-4 rata-rata 1,5 kg/pohon Rp. 12.750.000,-
4. Produksi tahun ke-2 rata-rata 2 kg/pohon Rp. 17.000,000,-
Jumlah pendapatan selama 5 tahun Rp. 51.000.000,-
3) Keuntungan
1. Keuntungan dalam 5 tahun Rp. 7.522.500,-
2. Keuntungan rata-rata per tahun Rp. 1.504.500,-
Sebagai tanaman asli Indonesia salak mempunyai masa depan yang cerah untuk
dikembangkan baik untuk memenuhi pasaran lokal ataupun pasaran luar negeri. Di
Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983-
1987. Bila di tahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun sedikit di tahun
1984 menjadi 46.456 ton, maka tahun-tahun berikutnya produksi buah salak
melonjak dengan sangat pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan tahun 1989
mengalami penurunan. Data pada tabel di bawah ini.
Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan
cara pengemasan salak.
11.2. Diskripsi
Salak adalah buah dari tanamn salak (Salacca adulia Reinw) dalam keadaan cukup
tua, utuh, segar dan bersih. Standar mutu salak di Indonesia tercantum dalam
Standar Nasional Indonesia SNI 01-3167-1992.
Jenis mutu salak dalam tiga ukuran, yaitu ukuran besar, sedang dan kecil.
Berdasarkan berat, masing-masing digolongkan menjadi dua jenis mutu yaitu Mutu I
dan Mutu II, ukuran besar, berat 61 gram atau lebih per buah, ukuran sedang, berat
33 – 60 gram per buah dan ukuran kecil, berat 32 gram atau kurang per buah.
a) Tingkat Ketuaan: mutu I seragam tua, mutu II tidak terlalu matang, cara uji
organoleptik
b) Kekerasan: mutu I keras, mutu II keras, cara uji organoleptik
c) Kerusakan Kulit Buah: mutu I kulit buah utuh, mutu II utuh , cara uji Organoleptik
d) Ukuran: mutu I seragam, mutu II seragam, cara uji SP-SMP-310-1981
e) Busuk (bobot/bobot) : mutu I 1%, mutu II 1 %, cara uji SP-SMP-311-1981
f) Kotoran: mutu I bebas, mutu II bebas, cara uji organoleptik
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat d bawah ini. Dari
setiap kemasan diambil contoh sebanyak 2 kg dari bagian atas,tengah dan
bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai
diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.
1. Jumlah kemasan dalam partai (lot): s/d100, contoh yang diambil 5.
2. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 101-300 contoh yang diambil 7.
3. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 301-500 contoh yang diambil 9.
4. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 501-1000 contoh yang diambil 10.
5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) >1000 contoh yang diambil min 15.
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Contoh diambil secara acak sesuai dengqan jumlah berat total seperti terlihat di
bawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil bagian atas, tengah, bawah serta
berbagai sudut dicampur, kemudian diacak bertingkat (stratified random sampling)
sampai diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.
1. Jumlah berat lot (kg): < 200, contoh yang diambil <10.
2. Jumlah berat lot (kg): 201–500, contoh yang diambil 20.
3. Jumlah berat lot (kg): 501–1000, contoh yang diambil 30.
4. Jumlah berat lot (kg): 1.001–5.000, contoh yang diambil 60.
5. Jumlah berat lot (kg): > 5.000, contoh yang diambil min. 100.
11.5. Pengemasan
Salak dikemas dalam besek, keranjang bambu, peti kayu ataupun kemasan lain
yang sesuai dengan berat bersih maksimum 40 kg. Daun kering, kertas atau bahan
lain dapat dipakai sebagai penyekat. Isi dari kemasan tidak melebihi tutupnya
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
SAWO
( Acrhras zapota. L )
1. SEJARAH SINGKAT
Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas adalah tanaman buah berupa yang
berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat. Namun di
Indonesia, tanaman sawo telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran
rendah sampai tempat dengan ketinggian 1200 m dpl, seperti di Jawa dan Madura.
2. JENIS TANAMAN
Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Achras atau Manilkara
Spesies : Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkara achras
Hal. 1/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Sawo Budidaya
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a. Sawo Manilas
Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal, banyak
mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompok sawo manila
antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat, sawo malaysia, sawo
maja dan sawo alkesa.
b. Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bulat telur mirip
buah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak. Termasuk
dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawo
Duren
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat tanaman sawo adalah sebagai makanan buah segar atau bahan makan
olahan seperti es krim, selai, sirup atau difermentasi menjadi anggur atau cuka.
Selain itu, manfaat lain tanaman sawo dalam kehidupan manusia adalah:
1) Tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis.
2) Tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga;
3) Tanaman penghasil buah yang bergizi tinggi; dan dapat dijual di dalam dan luar
negeri yang merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi keluarga dan negara;
4) Tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet;
5) Tanaman penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah
tangga.
4. SENTRA PENANAMAN
Pengembangan budidaya sawo sudah meluas hampir di seluruh Indonesia. Pada
tahun 1990 areal penanaman sawo terdapat di 22 propinsi, kecuali N.T.T, Maluku,
Irian Jaya, dan Timor Timur. Provinsi yang termasuk katagori lima besar sentra
produsen sawo pada tahun 1993 adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I.
Yogyakarta, dan Kalimantan Barat.
Hal. 2/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim basah sampai
kering.
2) Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan basah dengan
2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau 7 bulan basah
dengan 5 bulan kering dan 5 bulan basah dengan 7 bulan kering atau
membutuhkan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun.
3) Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup mendapat sinar matahari
namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan).
4) Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22-32 derajat C.
1) Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir
(latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik.
Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untuk
ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams (daerah
aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung).
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan tanaman
sawo adalah antara 6–7.
3) Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu
antara 50 cm sampai 200 cm.
Tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai
dengan ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah-daerah yang cocok sehingga
tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dari dataran
rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Saat ini tanaman sawo sudah dapat dikembangkan dalam dua tempat, yaitu di
kebun dan di dalam pot. Bibit yang dipilih sebaiknya bibit yang berasal dari
cangkok atau sambung, sebab bibit yang berasal dari biji lambat dalam
menghasilkan buah. Bibit dipilih yang sehat dengan daun yang kelihatan hijau
segar dan mengembang sempurna serta bebas hama dan penyakit. Bibit dari
cangkok dipilih yang memiliki cabang atau ranting yang bagus dan sehat.
Hal. 3/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Penyiapan Bibit
Untuk memperoleh bibit tanaman sawo ada beberapa cara, misalnya dari biji,
sambung, dan cangkok.
a) Pembenihan biji
Perbanyakan tanaman sawo secara generatif dengan biji memiliki keunggulan
dan kelemahan. Bibit yang berasal dari biji memiliki perakaran yang kuat dan
dalam. Akan tetapi perbanyakan secara generatif hampir selalu memberikan
keturunan yang berbeda dengan induknya karena ada pencampuran sifat
kedua tetua atau terjadi proses segregasi genetis. Tanaman sawo yang berasal
dari biji mulai berbuah pada umur ± 7 tahun. Teknik pembibitan tanaman sawo
dari biji melalui tahap tahap sebagai berikut:
1. Pemilihan buah
Pilih buah tua yang matang di pohon, sehat, bentuknya normal dan berasal
dari pohon induk varietas unggul yang telah berbuah.
2. Pengambilan biji
- Belah buah menjadi beberapa bagian.
- Ambil dan kumpulkan biji-biji sawo yang baik saja, kemudian tampung
dalam wadah.
- Cuci dalam air yang mengalir atau air yang disemprotkan sampai biji
benar-benar bersih.
- Keringkan biji selama 3 hari sampai 7 hari agar kadar air biji berkisar
antara 12-14%.
- Masukkan biji ke dalam wadah tertutup rapat untuk disimpan beberapa
waktu.
3. Pengecambahan benih
- Siapkan bak pengecambahan yang telah diisi media pasir bersih setebal
10–15 cm.
- Sebarkan biji sawo pada permukaan media, kemudian tutup dengan pasir
setebal 1–2 cm.
- Siram media dalam bak pengecambahan dengan air bersih hingga cukup
basah.
- Tutup permukaan bak pengecambahan dengan lembaran plastik bening
(tembus cahaya) untuk menjaga kestabilan kelembaban media.
- Biarkan biji berkecambah ditempat yang teduh selama 7 hari sampai 15
hari. Biji sawo yang telah berkecambah atau keluar akar sepanjang 2-5
mm dapat segera dipindahsemikan.
Hal. 4/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1. Persiapan
Siapkan alat dan bahan berupa pisau tajam, tali rafia atau lembar plastik,
gunting, kantong plastik bening, batang bawah melali atau bassia umur 3-6
bulan atau berdiameter batang 0,3–0,7 cm, dan cabang atau tunas entres.
2. Pelaksanaan sambung pucuk
- Potong ujung batang tanaman bassia pada ketinggian 15–20 cm dari
permukaan tanah.
- Sayat batang bawah membentuk celah atau huruf V sepanjang 3–5 cm.
- Sayat cabang entres sepanjang 4 cm membentuk baji seukuran sayatan
batang bawah dan buang sebagian daunnya.
- Masukkan pangkal cabang entres ke celah batang bawah hingga pas
benar.
- Ikat erat-erat hasil sambungan tadi dengan tali rafia atau lembaran plastik.
- Kerudungi hasil sambungan dengan kantong plastik bening selama 10-15
hari.
3. Pengakhiran
Hasil sambungan dapat diperiksa setelah 10 hari sampai 15 hari kemudian.
Caranya adalah dengan membuka kerudung kantong plastik, kemudian mata
entres atau bidang sambungan diperiksa. Jika mata entres berwarna hijau
dan segar berarti penyambungan berhasil. Sebaliknya, bila mata entres
berwarna coklat dan kering berarti penyambungan gagal.
c) Bibit Cangkok
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cangkok paling umum
dipraktekkan oleh pembibit tanaman tahunan, khususnya buah-buahan.
Kelemahan bibit cangkok adalah sistem perakaran kurang kuat karena tidak
memiliki akar tunggang. Keuntungan perbanyakan tanaman dengan cangkok,
antara lain adalah sebagai berikut: (1) cangkok mempercepat kemampuan
berbuah karena pada umur kurang dari satu tahun tanaman sudah mulai
berbunga atau berbuah; (2) cangkok memperoleh kepastian kelamin serta sifat
genetiknya sama dengan pohon induk; (3) Habitus tanaman pada umumnya
pendek (dwarfing) sehingga memudahkan pemeliharaan dan panen. Tata
laksana pembibitan tanaman sawo dengan cangkok adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Siapkan alat dan bahan yang terdiri dari pisau, sabut kelapa atau lembaran
plastik, tali pembalut, kotak alat, tali, media atau campuran tanah subur
dengan pupuk kandang (1:1), dan cabang yang cukup umur.
2. Pelaksanaan mencangkok
- Pilih cabang yang memenuhi persyaratan, yaitu berukuran cukup besar,
tidak terlalu muda ataupun tua, pertumbuhannya baik, sehat dan tidak
cacat, serta lurus.
- Tentukan tempat untuk keratan pada bagian cabang yang licin.
- Buat dua keratan (irisan) melingkar cabang dengan jarak antara 3–5 cm.
- Lepaskan kulit cabang bidang keratan tadi.
- Kerik kambium hingga tampak kering.
- Biarkan bekas keratan mengering antara 3 hari sampai 5 hari.
Hal. 5/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
- Olesi bidang sayatan dengan zat pengatur tumbuh akar, seperti Rootone
F.
- Ikat pembalut cangkok pada bagian bawah keratan.
- Letakkan media pada bidang karatan sambil dipadatkan membentuk
bulatan setebal ± 6 cm.
- Bungkus media dengan pembalut sabut kelapa atau lembaran plastik.
- Ikat ujung pembalut (pembungkus) di bagian ujung keratan.
- Ikat bagian tengah pembungkus cangkok, dan buat lubang-lubang kecil
dengan cara ditusuk-tusuk lidi.
3. Pemotongan bibit cangkok
Setelah bibit cangkok menunjukkan perakarannya (1,5–3,5 bulan dari
pencangkokan), potong bibit cangkok dari pohon tepat dibawah bidang
keratan.
4. Pendederan bibit cangkok
- Siapkan polybag berdiameter antara 15-25 cm atau sesuai dengan ukuran
bibit cangkok.
- Isi polybag dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang
matang (1:1) hingga mencapai setengah bagian polybag.
- Lepaskan (buka) pembalut bibit cangkok.
- pangkas sebagian dahan, ranting, dan daun yang berlebihan untuk
mengurangi penguapan.
- Tanamkan bibit cangkok tepat di tengah-tengah polybag sambil mengatur
perakarannya secara hati-hati.
- Penuhi polybag dengan media hingga cukup penuh sambil memadatkan
pelan-pelan pada bagian pangkal batang bibit cangkok.
- Siram media dalam polybag dengan air bersih hingga cukup basah.
- Simpan bibit cangkok di tempat yang teduh dan lembab.
- Biarkan dan pelihara bibit cangkok selama 1-1,5 bulan agar beradaptasi
dengan lingkungan setempat dan tumbuh tunas-tunas dan akar baru.
- Pindah tanamkan bibit cangkok yang sudah tumbuh cukup kuat ke kebun
atau dalam pot.
5. Pengakhiran
Berhasil tidaknya cangkok dapat diketahui setelah 1,5-3,5 bulan kemudian.
Berdasarkan pengalaman para pembibit tanaman buah-buahan,
pembungkus (pembalut) cangkok yang berupa lembaran plastik lebih cepat
menumbuhkan akar dibandingkan sabut kelapa.
Hal. 6/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Penyemaian
1. Semaikan biji sawo yang sudah berkecambah (7-15 hari setelah tahap
pengecambahan biji) pada bedengan penyemaian atau dalam polybag
sedalam 1-2 cm. Jarak semai antar biji yang disemai pada bedengan
penyemaian diatur 10 cm x 10 cm atau 15 cm x 15 cm. Penyemaian dalam
polybag cukup diisi satu butir biji sawo tiap polybag.
2. Siram media dengan air bersih hingga cukup basah.
3. Biarkan biji tumbuh menjadi bibit muda.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
5) Pemindahan Bibit
Bibit sawo yang telah siap dipindahkan adalah bibit yang telah mencapai
ketinggian 50-100 cm.
Hal. 7/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Persiapan
2) Pembukaan Lahan
Untuk tujuan mendapatkan buah yang banyak, menanam sawo di kebun memang
lebih tepat. Penanaman tidak hanya dilakukan dengan satu atau dua buah pohon,
tetapi dalam jumlah yang banyak.
Tanaman sawo di kebun dapat tumbuh besar dengan tajuk yang lebar. Mengingat
hal ini maka penanaman sawo harus dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu
rapat antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Jarak tanam untuk
sawo yang dianggap cukup adalah 12 m x 12 m. Dengan jarak tanam seperti ini,
antara tanaman sawo yang satu dengan yang lain tidak bersentuhan yang dapat
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan. Penanaman sebaiknya dilakukan
pada waktu musim penghujan.
Bila bibit telah siap, bisa langsung ditanam di lubang tanam. Tetapi bila bibit belum
siap tanam, maka tanah galian bagian bawah dikembalikan ke bawah dan tanah
galian atas dikembalikan ke bagian atas. Sebagai tanda bahwa di tempat itu ada
lubang tanam, dapat ditandai dengan kayu yang ditancapkan pada lubang
tersebut. Setelah bibit siap tanam maka lubang tanam digali lagi.
Hal. 8/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Cara Penanaman
1) Penyiangan
Setelah satu bulan sampai dua bulan tanam, perlu dilakukan penyiangan tanaman
sawo untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu. Jika tanaman
sudah tumbuh besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika tanaman masih
kecil akan sangat berarti karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman sawo.
Gangguan tumbuhan parasit seperti benalu juga harus diperhatikan. Jika kelihatan
pada ranting pohon sawo terdapat benalu atau parasit agar segera dibersihkan
dengan cara memotong ranting tempat benalu menempel. Pemotongan sebaiknya
dilakukan sebelum benalu berbunga. Perlu pula dilakukan pemberantasan benalu
pada pohon lain di dekat tanaman sawo untuk mencegah penularan.
2) Pembubunan
3) Pemupukan
Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun, dilakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang
kandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gram per pohon tiap
tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak
108 gram, 277 gram, dan 144 gram. Unsur P bagi tanaman berfungsi untuk
mempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga bunga
dan buah supaya tidak mudah gugur.
Hal. 9/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Cara pemberian pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam parit yang digali di
bawah pohon mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan kedalaman ± 10 cm.
Dapat juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon dengan ukuran 20
cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang.
4) Penyiraman
Kekurangan air pada waktu tanaman sawo sedang berbunga atau berbuah dapat
menyebabkan bunga atau buah mudah gugut. Pemberian air yang baik dan
teratur akan menghasilkan buah dengan jumlah dan kualitas yang baik.
Hal. 10/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6) Pemangkasan
Jika dibiarkan tumbuh secara alami, tanaman sawo dapat mencapai ketinggian 20
m. Pohon dengan ketinggian seperti itu akan menyulitkan dalam pemetikan buah.
Agar tanaman sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan.
Pemangkasan juga bertujuan membentuk sistem percabangan yang baik dan
kuat.
Ada dua tahap pemangkasan pada tanaman sawo, yaitu pemangkasan bentuk
dan pemangkasan pemeliharaan.
a) Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengatur tinggi rendah dan bentuk tajuk
untuk memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan terhadap hama
dan penyakit.
Pemangkasan pertama dilakukan ketika tanaman telah mencapai tinggi 100-
160 cm. Pemangkasan dilakukan pada musim penghujan dengan memotong
ujung batang hingga ketinggiannya tinggal 75-150 cm. Tempat pemangkasan
harus sedikit di atas ruas batang. Untuk mencegah penyakit, luka bekas
pangkasan dapat ditutup dengan cat meni atau parafin. Beberapa hari setelah
pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru. Tiga dari tunas yang tumbuh
sehat dan tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer dan tunas
lainnya dibuang.
Pemangkasan ke dua dilakukan pada awal musim penghujan berikutnya, tunas
yang telah berumur satu tahun dipangkas lagi hingga panjangnya tinggal 25-40
cm. Pemangkasan ini dilakukan tepat di atas mata tunas. Akibat pemangkasan
ini akan muncul tunas-tunas baru. Tiga sampai empat tunas yang sehat
dibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan tunas yang lain dipotong.
Pemangkasan ke tiga yang merupakan pemangkasan terakhir dilakukan pada
awal musim penghujan berikutnya, cabang-cabang sekunder dipotong untuk
membentuk cabang-cabang tersier. Pemotongan dilakukan sampai jumlah
cabang-cabang sekunder tinggal dua pertiganya. Setelah pemangkasan ini
akan muncul tunas-tunas baru. Dua atau tiga tunas dari masing-masing cabang
sekunder dibiarkan tumbuh, yang lainnya dibuang setelah tumbuh sepanjang
10 cm.
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan ditujukan untuk mencegah serangan penyakit,
menumbuhkan tunas baru untuk mengganti cabang tua yang tidak berproduktif
lagi, serta mengurangi kerimbunan sehingga sinar matahari dapat dimasukkan
ke mahkota tajuk.
Dalam pemangkasan ini yang perlu dipangkas adalah cabang-cabang air yaitu
cabang-cabang yang tumbuh lurus ke atas dengan kecepatan pertumbuhan
lebih besar dibandingkan cabang-cabang lain. Warna cabang air ini lebih muda
dengan jarak antar ruas cabang yang lebih panjang. Selain cabang air yang
perlu dihilangkan adalah cabang yang tumbuh liar, cabang yang sakit atau
Hal. 11/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
rusak, dan cabang yang terlalu rendah. Pemangkasan pemeliharaan ini dapat
dilakukan setiap saat jika diperlukan.
Gejala: terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaan
kulit, tetapi dagin buah sudah membusuk. Pengendalian: (1) membersihkan
(sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan kebun; (2) membungkus buah
sejak stadium muda; (3) memasang perangkap lalat buah yang mengandung
bahan metyl eugenol, misalnya M-Atraktan, dalam botol plastik bekas; (4)
menyemprotkan perangkap lalat buah, seperti Promar yang dicampur dengan
insektisida kontak atau sistemik; (5) menginfus akar tanaman dengan larutan
insektisida sistemik, seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fase
sebelum berbunga; (6) menyemprot tanaman dengan insektisida kontak, seperti
Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter air.
2) Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat(Saissetia nigra)
Menyerang ranting muda dan daun tanaman sawo dengan cara menghisap cairan
yang terdapat di dalamnya. Selain menghisap cairan, kutu-kutu ini juga
menghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan jelaga.
Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida, seperti Diasinon 60 EC dengan
dosis 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air yang
disemprotkan langsung ke kutu-kutu tersebut.
7.2. Penyakit
1) Jamur upas
Penyebab: jamur Corticium salmonocolor. Spora dari jamur ini menular kemana-
mana oleh hembusan angin. Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba, yaitu ditandai
dengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat seperti sutera atau perak.
pada stadium ini jamur belum masuk ke dalam kulit tanaman sawo; (2) Stadium
bongkol, yaitu stadium dimana jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa di
depan lentisel; (3) Stadium corticium, yaitu stadium dimana jamur membentuk
kerak berwarna merah muda yang berangsur-angsur berubah menjadi lebih muda
lalu menjadi putih. Kerak yang terbentuk terdiri dari lapisan basidium yang pada
setiap basidiumnya terdapat basidiospora. Kulit tanaman sawo yang terdapat di
bawah kerak tersebut akhirnya busuk; (4) Stadium necator, yaitu stadium dimana
jamur membentuk banyak piknidium yang berwarna merah. Piknidium ini terdapat
pada sisi cabang atau ranting yang lebih kering. Pengendalian: (1) Pada stadium
Hal. 12/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara menggosok tempat yang
terserang jamur sampai hilang. Bekas luka gosokan diolesi dengan cat meni, ter,
atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan fungisida yang mengandung
tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter air
setiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan lagi; (3)
Pemotongan pada bagian tanaman yang terserang apabila jamur sudah mencapai
stadium bongkol, corticium, atau necator. Pemotongan dilakukan pada bagian
yang sehat jauh dari batas bagian yang sakit. Bagian yang dipotong kemudian
diolesi dengan fungisida dan dibakar.
2) Jamur jelaga
Penyebab: jamur Capnodium sp. Gejala: serangan jamur ini berupa warna hitam
seperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo. Serangan lebih lanjut dapat
menutupi seluruh daun dan ranting tanaman sawo.Jika serangan jamur ini
berjumlah banyak, proses fotosintesa tanaman sawo akan terganggu sehingga
pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada saat tanaman berbunga
dapat mengakibatkan buah yang terbentuk hanya sedikit. Jika yang terserang
adalah buah, dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya kualitas buah.
Pengendalian: (1) melenyapkan serangga yang menghasilkan embun madu
terlebih dahulu dengan insektisida; (2) dilakukan penyemprotan dengan fungisida
seperti Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP
dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air.
3) Busuk buah
Hal. 13/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umumnya pohon sawo cukup tinggi, buahnya terdapat di ujung batang muda yang
jumlahnya hanya sedikit, sehingga untuk mengetahui buah yang cukup tua sangat
sulit. Oleh karena itu, pemanenan dilakukan dengan cara memanjat pohon. Apabila
belum mencapai buahnya, dapat disambung dengan galah. Namun penggunaan
galah ini sering menyebabkan buah jatuh dan pecah.
Pada buah yang jatuh tetapi tidak pecah, akan terjadi penggumpalan getah di sekitar
bijinya. Ada anggapan bahwa penggumpalan getah ini disebabkan karena buah
terserang penyakit. Walapun terdapat gumpalan getah di sekitar biji, tetapi tidak
mengurangi rasa manis buah sawo tersebut.
Untuk menjaga agar buah tidak pecah sewaktu dipetik, sebaiknya sebelum
pemetikan, pada bagian bawah pohon diberi jaring agar buah tidak langsung jatuh ke
tanah dan sebaiknya pemetikan dilakukan sebelum buah terlalu tua.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah semua buah yang sudah tua dipanen, kemudian dilakukan pengumpulan
buah-buah tersebut. Kumpulkan buah-buah tersebut dalam suatu wadah atau
tempat, setelah semua terkumpul, kemudian dilakukan pencucian untuk
menghilangkan kulit yang kasar atau kulit gabusnya.
Hal. 14/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Penyortiran dan penggolongan buah sawo hasil panen dilakukan untuk memisahkan
buah yang baik dari yang jelek dan memisahkan buah yang berukuran sama. Untuk
buah yang sudah sangat rusak, sebaiknya dibuang, tetapi buah yang rusak sedikit
dapat dipisahkan untuk dijual ketempat yang dekat dengan harga murah.
9.3. Penyimpanan
Buah sawo yang sudah diberi perlakuan (pencucian dan pengasapan) mempunyai
kulit yang sangat tipis sehingga mudah rusak dan tidak tahan lama dalam
penyimpanannya. Ada beberapa cara penyimpanan agar buah lebih tahan lama,
salah satunya dengan mengatur temperatur ruang penyimpanan.
Buah sawo yang masak bila disimpan dalam temperatur ruang hanya tahan 2 hari
sampai 3 hari, tetapi bila dalam ruangan yang mempunyai temperatur 0 derajat C,
buah sawo tetap dalam keadaan baik selama 12 hari sampai 14 hari. Kelembaban
(nisbi) yang dibutuhkan dalam ruang penyimpanan adalah 85-90%. Buah sawo yang
yang belum masak akan tahan disimpan selama 17 hari dalam ruangan yang
bertemperatur 15 derajat C.
1) Pengemasan
Pengemasan buah-buahan di Indonesia, masih menggunakan keranjang bambu.
Bentuk dan kapasitasnya bervariasi, biasanya kapasitas kemasan antara 40 kg
sampai 100 kg. Dalam pengemasan buah digunakan bahan-bahan pembantu,
misalnya daun kering, daun pisang, merang, dan kertas koran.
2) Pengangkutan
Umumnya, petani penghasil buah di Indonesia mengangkut hasil panennya
dengan kreativitas sendiri. Pengangkutan hasil ini dalam volume kecil, yaitu dari
ladang ke tempat penampungan, pembeli, atau ke pusat-pusat pengumpul
sehingga pemasaran tahap pertama dapat berlangsung.
Pengasapan dan pemeraman dilakukan agar buah cepat masak dan empuk. Tata
laksana pengasapan dan pemeraman adalah sebagai berikut:
1) Buat lubang pada tanah berbentuk segi empat. Ukuran lubang disesuaikan
dengan jumlah buah sawo.
2) Hamparkan dan gamal (Glyricidae) atau daun pisang di bagian dasar dan semua
sisi lubang.
3) Masukkan buah sawo secara teratur ke dalam lubang, kemudian tutup dengan
daun gamal atau daun pisang.
4) Masukkan potongan bambu gelondongan untuk menghembuskan asap ke dalam
lubang.
5) Timbun lubang tanah hingga cukup tebal.
Hal. 15/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Buah sawo dapat diawetkan dalam air gula atau dibuat selai untuk pengoles roti, dan
dapat juga dibuat serbat atau dicampur ke dalam es krim. Sari buah sawo dapat
digodok menjadi sirup dan difermentasikan menjadi anggur dan cuka.
Perkiraan analisis budidaya sawo dalam lima tahun pertama seluas 0,5 ha di daerah
Bogor pada tahun 1999.
Hal. 16/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Catatan:
Biaya perawatan setiap tahun kurang lebih sekitar = Rp 1.500.000,-
Pada tahun ke-6 keuntungan sudah dapat menutupi investasi yang dikeluarkan
Buah sawo di Indonesia sampai saat ini belum banyak diekspor ke luar negeri. Hasil
panennya hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saja. Sebenarnya
perkembangan produksi buah sawo cenderung mengalamai peningkatan, tetapi
semua itu belum dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan masyarakat. Dengan
demikian masih dibutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya untuk
perluasan tanaman sawo.
Peluang bisnis buah sawo sangat besar karena konsumsi buah-buahan berkembang
dengan pesatnya. Untuk penduduk DKI Jakarta saja, konsumsi buah pada tahun
1988 sebanyak 8.438 orang dan telah berkembang menjadi 13.745 orang pada
tahun 1993. Apalagi begitu mudahnya menanam sawo dan dapat menghasilkan
buah sepanjang tahun.
Hal. 17/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Standar mutu: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat
penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Satu Partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara
acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:
a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101–300: contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301–500: contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501–1000: contoh yang diambil 10.
11.5. Pengemasan
Pengemasan buah sawo dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum
25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberi
pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara,
susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak karton
maksimum 10 kg.
Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antara
lain:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Tempat/negara tujuan.
Hal. 18/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Rahardi, F. 1990. ‘Trend Baru Pohon Sawo dalam Pot’, Trubus (Agustus) No. 249
Th. XXI
3) Tim Penulis PS. 1993. Menanam Sawo di Pot dan di Kebun. Jakarta : PT.
Penebar Swadaya
4) Wudianto, Rini. 1987. Membuat Cangkok, Stek, dan Okulasi . Jakarta : PT.
Penebar Swadaya
KEMBALI KE MENU
Hal. 19/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
SEMANGKA
(Citrullus vulgaris)
1. SEJARAH SINGKAT
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang
dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan
subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti:
Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga
buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh
manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air,
sehingga penyebarannya menjadi cepat.
2. JENIS TANAMAN
Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya
beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas yang
cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka
hitam dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan
Semangka Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan
tersendiri. Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya:
benih Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.
Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi
ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur.
Semangka yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya, yang memiliki aroma dan
rasa tawar, bijinya diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai
masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar
seperti buah ketimun atau jenis labu-labuan lainnya.
4. SENTRA PENANAMAN
Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India dan
negera-negara sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa Tengah
(D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa Barat
(Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di Lampung,
dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah
40-50 mm/bulan.
2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai
tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran
waktu panen.
3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan
optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).
4) Suhu udara yang ideal bagipertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harian
rata-rata yang berkisar 20–30 mm.
5) Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal
penanaman, berarti udara kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok
untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah asalnya tanaman
semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering. Sebaliknya,
kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak
tanaman.
1) Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup
gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan
yang telah dikeringkan.
2) Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam)
maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman
tanah tersebut.
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang)
sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang terlalu mudah
membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.
Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah: 100-300 m
dpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah dekat pantai yang
mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan dengan ketinggian
lebih dari 300 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
2) Penyiapan Benih
Jenis benih Hibrida impor, terutama jenis bibit triploid setelah dipilih disiapkan alat
bantu untuk menyayat/merenggangkan sedikit karena tanpa direnggangkan biji
tersebut sulit untuk berkecambah, alat bantu tersebut berbentuk gunting kuku
yang mempunyai bentuk segitiga panjang berukuran kecil dan disediakan tempat
kecil yang mempunyai permukaan lebar. Jenis Haploid dengan mudah disemai
karena bijinya tidak keras sehingga mudah membelah pada waktu berkecambah.
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
5) Pemindahan Bibit
1) Persiapan
Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih
tumbuh. Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu
mudah dicangkul, kemudian diteliti pH tanahnya.
2) Pembukaan Lahan
3) Pembentukan Bedengan
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
4) Pengapuran
5) Pemupukan
Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk kandang
yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau dan
dipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk kandang berguna untuk
membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur, dengan dosis 2 kg/
bedengan. Caranya, ditaburkan disekeliling baris bedengan secara merata.
Pupuk tersebut terdiri atas: (a) Pupuk Makro yang terdiri dari unsur Nitrogen,
Phospor, Kalsium (dibuat dari pupuk ZA, TSP dan KCl); (b) Pupuk Mikro yang
terdiri dari Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Mangaan (Mn), Besi (Fe), Belerang (S),
Tembaga (Cu), Seng (Zn) Boron (Bo) dan Molibden (Mo). Pupuk tersebut, dijual
dengan beberapa merek seperti Mikroflex, Microsil dll. Penggunaannya, dicampur
1% obat anti hama penggerek batang.
6) Lain-lain
Tahap penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan pada
tempat penanaman semangka dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah,
sebagai landasan buah pada bedengan, diratakan dan diatas lapisan ini diberi
jerami kering untuk perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu
disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm dan plastik mulsa
dengan lebar plastik 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuh
tanaman liar. Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama,
sampai 8-12 bulan pada areal terbuka (2 - 3 kali periode penanaman). Plastik sisa
yang berwarna perak yang memantulkan sinar matahari dan secara tidak
langsung membantu tanaman banyak mendapat sinar matahari untuk
pertumbuhannya.
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Cara Penanaman
Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabila tumbuh
terlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti dengan bibit baru yang
telah disiapkan dari bibit cadangan. Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu
lebat dengan memangkas daun dan batang yang tidak diperlukan, karena
menghalangi sinar matahari yang membantu perkembangan tanaman.
2) Penyiangan
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang
tumbuh pada ruas yang ada buah ditebang karena mengganggu pertumbuhan
buah. Pengaturan cabang utama dan cabang primer agar semua daun pada tiap
cabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian sinar merata, yang
mempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya.
3) Pembubunan
4) Perempalan
5) Pemupukan
Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya
terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fase
pertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D),
pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan Topsis B
untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk daun
dicampur dengan insekstisida dan fungisida yang disemprotkan bersamaan
secara rutin. Adapun penyemprotan dilakukan sebagai berikut:
a) Pupuk daun diberikan pada saat 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah tanam;
b) Pupuk buah diberikan pada saat 45 dan 55 hari setelah tanam;
c) ZA dan NPK (perbandingan 1:1) dilakukan 21 hari setelah tanam sebanyak 300
ml, 25 hari setelah tanam sebanyak 400 ml dan 55 hari setelah tanam
sebanyak 400 ml.
Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran
diantara bedengan, frekuensi pemberian air pada musim kemarau 4-6 hari dengan
volume pengairan tidak berlebihan. Bila dengan pompa air sumur (diesel air)
penyiraman dilakukan dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehingga
lebih cepat. Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak
kekurangan air.
Selain pupuk daun, insktisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPZ (zat
perangsang tumbuhan); bahan perata dan perekat pupuk makro (Pm) berbentuk
cairan. Dosis ZPT: 7,5 cc, Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap 14-
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8) Pemeliharaan Lain
Seleksi calon buah merupakan pekerjaan yang penting untuk memperoleh kualitas
yang baik (berat buah cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran
tanaman), calon buah yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena umur
tanaman relatif muda (ukuran sebesar telur ayam dalam bentuk yang baik dan
tidak cacat). Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas.
Setiap calon buah ± 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik
akibat ketidak-merataan terkena sinar matahari, sehingga warna kurang menarik
dan menurunkan harga jual buah itu sendiri.
Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok: hama yang tahan
dan tidak tahan terhadap peptisida.
Hama yang tidak tahan terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu),
umumnya berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah
berkembang biak. Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya
terhambat. Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obat-
obatan. Hama kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus,
binatang piaraan (kucing, anjing dan ayam). Pengendallian: menjaga pematang
selalu bersih, mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat
yang menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga.
1) Thrips
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Tungau
4) Ulat tanah
7.2. Penyakit
1) Layu Fusarium
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Bercak daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang.
Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi
coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna
abu-abu/ungu. Pengendalian: (1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layu
fusarium; (2) tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri dari Dithane M 45
dosis 1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200 dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65
Wp dosis 2-3 gram/liter dan Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.
3) Antraknosa
4) Busuk semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna
coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian: benih direndam di
dalam obat Benlate 20 WP dosis 1-2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2
cc/liter air.
5) Busuk buah
6) Karat daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun
tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk,
tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama
seperti penyakit layu fusarium. Belum ditemukan obat yang tepat, sehingga
tanaman yang terlanjur terkena harus, supaya tidak menular pada tanaman sehat.
7.3. Gulma
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah terjadi
perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa
dipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis
triploid, maupun jenis buah berbiji).
Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca
cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya,
dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer.
Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.
Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah secara serempak dapat
dipanen secara sekaligus, tetapi apabila tidak bisa bersamaan dapat dilakukan 2 kali.
Pertama dipetik buah yang sudah tua, ke-dua semuanya sisanya dipetik semuanya
sekaligus. Ke-tiga setelah daun-daun sudah mulai kering karena buah sudah tidak
dapat berkembang lagi maka buah tersebut harus segera dipetik.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9.3. Penyimpanan
Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada tujuan
akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang secara benar dan
hati-hati.
1).Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah pengangkutan.
2).Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat dihindari.
3).Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat buah.
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai harga
dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakin
cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui
sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan
(seperti produsen, pengumpul, pengecer).
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Biaya produksi
1. Lahan
- Sewa lahan 1 ha per musim tanam Rp. 800.000,-
- Pembuatan bedengan 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-
- Pupuk kotoran ayam 9 ton @ Rp. 75.000,- Rp. 675.000,-
- Dolomit 500 kg @ Rp. 250 Rp. 125.000,-
- Mulsa plastik 100 kg @ Rp. 7.500,- Rp. 750.000,-
- Pupuk kandang dan dolomit 11 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 77.000,-
2. Persemaian
- Benih semangka biji 20 gr 2 pak @ Rp. 20.000,- Rp. 40.000,-
- Benih semangka tanpa biji 200 gram 10 pak Rp. 800.000,-
- Polybang semai 3 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 30.000,-
- Plastik transparan 20m @ Rp. 1.500,-,- Rp. 30.000,-
- Tenaga persemaian 12 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 60.000,-
3. Kebutuhan pupuk
- Urea 210 kg @ Rp.1.500,- Rp. 315.000,-
- ZA 520 kg @ Rp. 1.500,-,- Rp. 780.000,-
- TSP 140 kg @ Rp. 1.800,-,- Rp. 252.000,-
- KC1 455 kg @ Rp. 1.650,-,- Rp. 750.750,-
- Pupuk susulan NPK 60 kg @ Rp 2.400,- Rp. 144.000,-
4. Penanaman
- Penebaran pupuk dan mulsa plastik 40 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 280.000,-
- Furadan 10 kg @ Rp. 6.500,- Rp. 65.000,-
- Pindah tanam 23 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 161.500,-
5. Pemeliharaan
- Pengairan 14 HKP @ Rp. 7.000 Rp. 98.000,-
- Pengukuran ranting 9 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 63.000,-
- Pemupukan susulan dan penyemprotan 33 HKP @ Rp. 7.000 Rp. 231.000,-
- Penyerbukan 27 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 189.000,-
- Seleksi buah 8 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 56.000,-
- Pembalikan tanah 10 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000,-
- Pemangkasan ranting 12 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 84.000,-
6. Tenaga kerja
- Tenaga jaga kebun 10 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000,-
7. Pembuatan gubug 1 lokasi @ Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
8. Panen dan pascapanen 22 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 154.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 7.600.250,-
2) Pendapatan
1. Semangka tanpa biji (22.872 kg x Rp.525,-) Rp. 12.007.800,-
2. Semangka berbiji (2.977 kg x Rp. 475,-) Rp. 1.414.075,-
Jumlah pendapatan Rp. 13.421.875,-
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Berdasarkan analisis kelayakan usaha tani diperoleh B/C ration = 1,76 berarti
dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar 3.699.750 akan memperoleh
pendapatan 1,76 kali lipat.
Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnya
sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yang
didapatkan.
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
11.2. Diskripsi
Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Semangka yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker
pada buah;
b) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;
c) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi semangka
harus dijaga;
d) Buah semangka yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa
untuk memberikan kepuasan pelanggan.
11.5. Pengemasan
Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga
menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan
benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) WINARTI, M.G. (1992). Pengaruh Pupuk dan OST Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schrd)
4) Matarani, Jawaller. (1997). Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Kompos Terhadap
Pertumbuhan dan Produjsi Semangka. Media Unika.
KEMBALI KE MENU
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1. SEJARAH SINGKAT
Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi
kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari
negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika,
Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang
terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.
Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca,
Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2,
Malang 1, Malang 2, dan Andira 4
Hal. 1/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. MANFAAT TANAMAN
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras
dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein
cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya
bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai
kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon
dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain
itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
4. SENTRA PENANAMAN
Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara-
negara sentra ketela pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentra
utama ketela pohon di Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500
mm/tahun.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila
suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit
terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari
terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur
remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik.
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon
yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro
maupun mikronya.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol,
podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar
antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH
Hal. 2/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral
bagi suburnya tanaman ketela pohon.
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m
dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu
dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta
seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
2) Penyiapan Bibit
1) Persiapan
Hal. 3/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam
gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan
pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan
menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun
dengan mesin traktor.
Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan
yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap
untuk ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan
atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran
yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan
dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun
sehatnya pertumbuhan tanaman.
4) Pengapuran
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan
tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau
setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola
Hal. 4/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X
40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150
X 100 cm atau 300 X 150 cm.
2) Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon
kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek
tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam
dangkal saja.
1) Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara
mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda
yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha
mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang
baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk
ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak
terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua
setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah
penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara
tanaman pertama dan tanaman sulaman.
2) Penyiangan
3) Pembubunan
4) Perempelan/Pemangkasa
Hal. 5/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5) Pemupukan
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya
selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu
dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan
dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi
cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem
genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan.
Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk
seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
a) Uret (Xylenthropus)
Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda,
karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan
organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
Hal. 6/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
7.3. Gulma
Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas dengan cara
manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan
dilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan
herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus
dilakukan dengan hati-hati.
Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang
penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai
yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput
grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput
sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan
Hal. 7/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang.
Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela
pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk
varietas Dalam.
Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal
diambil dengan cangkul atau garpu tanah.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau
oleh angkutan.
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada
saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat
dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit
umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta
bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
9.3. Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon
tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka
atau daun ketela pohon itu sendiri.
Hal. 8/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
c) Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis
kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di
atas atau jerami.
d) Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang
permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini
cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan
selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan
dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap
segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela
pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan
selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai
ukuran, sesuai permintaan produsen.
Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk
gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun
modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.
Perkiraan analisis budidaya singkong seluas 1 hektar pola monokultur dalam satu
musim tanam (8 bulan), dengan jarak tanam 100 X 100 cm (populasi + 9.998
tanaman) untuk daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah:
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan per musim (lahan kering) Rp. 500.000,-
2. Bibit + 11.000 stek @ Rp 30,- Rp. 330.000,-
3. Pupuk
- Urea: 200 kg @ Rp 1.000,- Rp. 200.000,-
- TSP: 100 kg @ Rp 1.800,- Rp. 180.000,-
- KCl: 200 kg @ Rp 1.650,- Rp. 330.000,-
4. Pestisida: 2 kg (liter) @ Rp 50.000,- Rp. 100.000,-
5. Pajak dan peralatan Rp. 300.000,-
6. Tenaga kerja
- Pengolahan lahan 70 HKP @ Rp 10.000,- Rp. 700.000,-
- Penanaman 5 HKP + 10 HKW Rp. 125.000,-
- Pemupukan 10 HKP +25 HKW Rp. 287.500,-
- Penyiangan dan pembubunan 20 HKP + 20 HKW Rp. 350.000,-
7. Panen dan pasca panen Rp. 250.000,-
Hal. 9/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Di pasar Indonesia, produksi Ketela pohon rata-rata mencapai 8,24 ton/ha (data
tahun 1969-1978). Tahun 1983-1991 rata-rata mencapai 11,43 ton/ha.
Peningkatan produksi umbi ketela pohon kurun waktu 1988-1992 terjadi karena
adanya peningkatan rata-rata hasil per hektar. Walaupun demikian, rata-rata
produktivitas usaha tani ketela pohon ditingkat petani (3 ton/ha) masih lebih rendah
dibandingkan dengan potensi hasilnya (6-10 ton/ha). Luas panen komoditas ketela
pohon yang cenderung terus menurun selama kurun waktu tersebut ternyata tidak
berpengaruh terhadap produksi total. Sementara itu, sekitar 58% dari total luas
panen per tahun masih tersebar di Pulau Jawa.
Dari segi ekspor, selama periode 1990-1994 ekspor ketela pohon Indonesia
mengalami peningkatan yang cukup besar. Bila pada tahun 1990, ekspor ketela
pohon adalah sebanyak 100 ton, maka pada tahun 1994 jumlah tersebut sudah
menjadi 500 ton. Permintaan ketela pohon dalam bentuk tapioka maupun gaplek
pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini
merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk usaha agribisnis ketela pohon.
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara
uji, syarat penandaan, cara pengemasan dan rekomendasi untuk tapioka.
11.2. Diskripsi
Standar mutu ketela pohon (tepung tapioka) di Indonesia tercantum dalam Standar
Nasional Indonesia SNI 01-345-1994.
Hal. 10/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
b) Syarat Teknis
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=15; mutu II=15; mutu III=15.
2. Kadar abu maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu III=0,60.
3. Serat dan benda asing maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu
III=0,60.
4. Derajat putih minimum (BaSO4=100%) (%): mutu I=94,5; mutu II=92,0; mutu
III=92.
5. Kekentalan (Engler): mutu I=3-4; mutu II=2,5-3; mutu III<2,5.
6. Derajat asam maksimum (Ml IN Na): mutu I=3; mutu II=3; mutu III=3.
7. Cemaran logam: ** OH/100 gram
- Timbal (Pb) (mg/kg): mutu I=1,0; mutu II=1,0; mutu III=1,0.
- Tembaga (Cu) (mg/kg): mutu I=10,0; mutu II=10,0; mutu III=10,0.
- Seng (Zn) (mg/kg): mutu I=40; mutu II=40; mutu III=40.
- Raksa (Hg) (mg/kg): mutu I=0,05; mutu II=0,05; mutu III=0,05.
8. Arsen (AS) ** (mg/kg): mutu I=0,5; mutu II=0,5; mutu III=0,5.
9. Cemara Mikroba:**
- Angka lempeng total maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0 x100; mutu
I=1,0x100; mutu III=1,0x100.
- E. Coli maksimum(koloni/gram): mutu I=10; mutu II=10; mutu III=10.
- Kapang maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0x104 ; mutu II=1,0x104; mutu
III=1,0x104.
Keterangan:
** Dipersyaratkan bila dipergunakan sebagai bahan makanan.
1. Kadar air ialah jumlah kandungan air yang terdapat dalam ketela pohon
dinyatakan dalam persen dari berat bahan.
2. Kadar abu ialah banyaknya abu yang tersisa apabila tapioka dipijar pada suhu 500
derajat C yang dinyatakan dalam persen berat bahan.
3. Serat, ialah bagian dari tapioka dalam bentuk cellulosa dan dinyatakan dalam
persen berat bahan.
4. Benda asing ialah semua benda lain (pasir, kayu, kerikil, logam-logam kecil) yang
tercampur pada ketela pohon, dinyatakan dalam persen dari berat bahan.
5. Derajat putih, ialah tingkat atau derajat keputihan dari pada ketela pohon yang
dibandingkan dengan derajat putih BaSO4 = 100 % dinyatakan dalam angka.
6. Kekentalan ialah derajat kekentalanm dari pada larutan ketela pohon dinyatakan
dengan derajat Elger.
Hal. 11/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7. Derajat asam ialah derajat asam pada ketela pohon yang dinyatakan dalam
mililiter per gram.
Untuk mendapatkan mutu singkong yang sesuai dengan standar maka harus
dilakukan pengujian mutu singkong yang diantaranya adalah :
a) Kadar air: timbang dengan teliti kira-kira 5 gram contoh, tempatkan dalam cawan
porselen/silika/platina panaskan dalam oven dengan suhu 105 ± 1 derajat C
selama 5 jam. Dinginkan dalam eksikator sampai tercapai suhu kamar, lalu
timbang. Panaskan lagi 30 menit lalu dinginkan dalam eksikator. Ulangi
pengerjaan tersebut 3-4 kali sampai diperoleh berat antara 2 penimbangan
berturut-turut lebih kecil dari 0,001 gram.
b) Kadar abu: timbang 5 gram contoh kedalam cawan porselen,/silika/platina yang
sudah ditimbang beratnya. Pijarkan cawan berisi contoh diatas pembakar mecer
kira-kira 1 jam, mula-mula api kecil lalu api dibesarkan sampai terjadi perubahan
contoh menjadi arang. Sempurnakan pemijaran arang didalam tanur pada suhu
580-620 derajat C sampai menjadi abu. Pindahkan cawan dalam tanur kedalam
oven pada pada suhu sekitar 100 derajat C, selama 1 jam. Dinginkan cawan berisi
abu dalam eksikator sampai tercapai suhu kamar antara 15-30 derajat C, lalu
timbang. Ulangi pengerjaan pemijaran dan pendinginan, sehingga diperoleh
perbedaan berat antara dua pertimbangan berturut-turut lebih kecil daripada 0,001
gram.
c) Kadar serat dan benda asing: timbang kira-kira 2,5 gram contoh yang telah
dikeringkalalu dituangkan kedalam labu dengan ditambah asam sulfat encer
1,25% yang telah dididih sebanyak 200 ml, pasangkan segera labu dengan
pendingin balik yang dialiri air. Panaskan abu hingga mendidih selama 30 menit,
pada saat mendidih sesekali labu digoyangkan agar semua contoh terasam dan
tidak terjadi gosong pada dinding dalam labu. Tanggalkan labu, lalu saring dengan
kain halus 18 serat/cm yang dipasang pada corong penyaring. Cuci residu dengan
air mendidih sampai filtrat bersifat netral dan 200 ml larutan natrium hidroksida
lalu pindahkan residu di atas kain kedalam labu. Didihkan kembali labu selama 30
menit, lalu tanggalkan labu dan segera saring dengan kain saring kemudian cuci
residu dengan air mendidih sampai filtrat bersifat netral. Pindahkan residu
kedalam cawan Gooch yang telah dilapisi serat asbes dibantu pompa air, cuci
residu dengan air panas dan dibilas dengan 15 ml etil alkohol 95 %. Keringkan
cawan dan isinya pada suhu 104-106 derajat C dalam oven, kemudian dinginkan
hingga tercapai suhu kamar, lalu ditimbang. Ulangi pengeringan dan penurunan
suhu dalam eksikator 2-3 kali masing-masing 30 menit hingga mencapai bobot
tetap. Pijarkan cawan gooch dan isinya pada suhu 580–620 derajat C sampai
menjadi abu lalu tempatkan dalam oven (suhu ± 100 derajat C) selama 30 menit,
dinginkan dalam eksikator sampai suhu kamar, lalu timbang. Ulangi pengeringan
dan penurunan suhu dalam eksikator 2-3 kali, masing masing 30 menit hingga
diperoleh bobot tetap (W2).
d) Derajat Putih: tuangkan BaSO4 murni kedalam cuvet dan tentukan reflaktan pada
skala 100, lalu tuangkan contoh kedalam cuvet lainnya.
e) Derajat kekentalan Engler: timbang 10 gram bahan, tuangkan edalam gelas piala
(500 ml) lalu tambahkan 100 ml etanol 70 % yang sudah dinetralkan dengan
Hal. 12/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
indikator phenol ptalein, lalu kocok selama 1 jam pada alat penggosok mekanik
natrium hidroksida 0,1 N. Saring dengan cepat melalui kertas saring kering, pipet
50 ml saring, tuangkan kedalam erlenmeyer 500 ml dan titar saringan dengan
larutan natrium hidroksida 0,1 N dengan indikator phenol ptalein.
f) Cemaran logam: masukan contoh kedalam erlenmeyer 250 ml, 10 ml H2SO4, 0,5
gram KMn04 dan direfluks hingga mendidih serta warna violet hilang. Tamabah
0,2 gram KMn04 dan pemanas diteruskan hingga KMn04 1,5 gram. Didihkan
kembali selama 5 menit, dinginkan dan tambahkan Hydroxylamine Hydrochoride
samapi warna hilang, setelah itu tambahkan 1 ml Hydroxylamine hydrochoride dan
2 ml asam asetan, pindahkan larutan kedalam labu pemisah tambahkan 10 ml
larutan Dhitizone, kocok selama 2 menit. Pindahkan lapisan chloroform ke dalam
corong pemisah yang mengandung 25 ml NH40H kemudian kocok, cuci dengan
10 ml H2S04 IN dan buat larutan baku (larutkan 0,9155 grm Pb Ac2 3H20 dalam
air, tambahkan 5 ml HNO3 encerkan 500 ml dengan air), dari larutan ini diambil 1
ml diencerkan menjadi 100 ml.
Sedangkan cara uji tembaga dan seng, raksa, arsen, angka lempeng total, bakteri
coliform dan eschericia coli sesuai dengan SNI 01–3451–1994, tapioka.
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan
maksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali,
sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label.
Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih
dahulu.
11.5. Pengemasan
Tapioka dikemas dengan karung goni baru jenis ATWILL/Blacu yang baik, bersih,
cukup memenuhi syarat eksport, mulutnya dijahit dengan kuat. Isi paling banyak
untuk karung blacu 50 kg bersih, atau karung goni maksimum 100 kg/bersih.
Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca,
antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang atau jenis barang.
c) Nama perusahaan atau ekspiortir.
d) Berat bersih.
e) Berat kotor.
f) Negara/tempat tujuan.
Hal. 13/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 14/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
STROBERI
( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. )
1. SEJARAH SINGKAT
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di
Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L
menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain,
yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini
pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria spp.
Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari
persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L.
var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan
stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne.
Hal. 1/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. MANFAAT TANAMAN
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya.
Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam,
ataupun stup (compote) stroberi.
4. SENTRA PENANAMAN
Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati.
Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di
dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian di
mana petani sudah mulai banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwa
untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-
700 mm/tahun.
2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
adalah 8–10 jam setiap harinya.
3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran
tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 derajat C.
4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-
90%.
1) Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur,
gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun
adalah 5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5–7,0.
Hal. 2/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3) Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100
cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat
poros, mudah merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia.
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter
dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar
sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.
Hal. 3/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
b) Keringanginkan selama 15-30 hari.
c) Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan
dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60
cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40
x 60 cm.
d) Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan
bedengan/ guludan.
e) Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari.
f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.
a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
b) Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan
dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm,
lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak
antar bedengan 60 cm.
c) Keringanginkan 15 hari.
d) Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250
kg SP-36 dan 100 kg/ha KCl.
e) Siram hingga lembab.
f) Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan
kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
g) Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis.
Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam
menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.
h) Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.
3) Pengapuran
Hal. 4/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan
hati-hati.
2) Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
3) Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk
anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk
diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
4) Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.
1) Penyulaman
2) Penyiangan
3) Perempelan/Pemangkasan
4) Pemupukan
a) Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam
sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan
dangkal di antara barisan, kemudian ditutup tanah.
b) Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan
kurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan
dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc larutan pupuk.
Hal. 5/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan/ guludan
yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering setebal 3–5 cm
dihamparkan di permukaan bedengan/guludan dan antara barisan tanaman.
Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi
tiga dan telur kemerah-merahan. Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat,
keriting, mengering dan gugur. Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC,
Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC.
Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal.
Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5 EC.
Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman. Gejala: tanaman tumbuh
kerdil, tangkai daun kurus dan kurang berbulu. Pengendalian: dengan nematisida
Trimaton 370 AS, Rugby 10 G atau Nemacur 10 G.
Hal. 6/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
7.2. Penyakit
Gejala: bah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah
dipenuhi massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian: dengan fungisida
berbahan aktif tembaga seperti Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, Cupravit OB 21.
Gejala: (1) buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan
mengeluarkan cairan keruh; (2) di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan
tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam. Pengendalian:
membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik dan budidaya dengan mulsa
plastik.
Gejala: jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar,
kadang-kadang layu terutama siang hari.
Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti
tepung, bunga akan mengering dan gugur. Pengendalian: dengan fungisida
Benlate atau Rubigan 120 EC.
Gejala: Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungu
tua. Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70 WP.
7) Bercak daun
Hal. 7/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Gejala: noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudian
noda membentuk luka mirip huruf V. Pengendalian: dengan Dithane M-45,
Antracol 70 WP atau Daconil 75 WP.
10) Virus
Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau. Gejala: terjadi perubahan warna
daun dari hijau menjadi kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun atau totol-totol
(motle), daun jadi keriput, kaku, tanaman kerdil. Pengendalian: menggunakan
bibit bebas virus, menghancurkan tanaman terserang, menyemprot pestisida
untuk mengendalikan serangga pembawa virus.
8. PANEN
Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbung ketika berumur 2 bulan setelah
tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman berumur 4 bulan,
bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode pembungaan dan pembuahan dapat
berlangsung selama 2 tahun tanpa henti.
Hal. 8/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak memar, simpan di
tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan buah
di atas lantai beralas terpal/plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di
atas rak-rak penyimpanan.
Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah berdasarkan pada
varietas, warna, ukuran dan bentuk buah. Terdapat 3 kelas kualitas buah yaitu:
a) Kelas Ekstra: (1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; (2) warna
dan kematangan buah seragam.
b) Kelas I: (1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies; (2) bentuk dan
warna buah bervariasi.
c) Kelas II: (1) tidak ada batasan ukuran buah; (2) sisa seleksi kelas ekstra dan
kelas I yang masih dalam keadaan baik.
Buah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih kapasitas 0,25-0,5 kg
dan ditutup dengan plastik lembar polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalam
lemari pendingin 0-1 derajat C.
Hal. 9/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Perkiraan analisis budidaya 1 hektar stroberi selama 2 tahun dengan jarak tanam 50
x 40 cm mengunakan mulsa plastik hitam perak (MPHP) di daerah Jawa Barat pada
tahun 1999.
1) Biaya produksi
1. Sewa tanah selama 2 tahun Rp. 5.000.000,-
2. Bibit 50.000 anakan @ Rp. 1.000,- Rp. 50.000.000,-
3. Pupuk dan kapur
- Pupuk kandang 30 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 4.500.000,-
- Urea: 2 x 200 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 600.000,-
- SP-36: 2 x 250 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 900.000,-
- KCl: 2 x 100 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-
- Kapur: 4 ton @ Rp. 400.000 Rp. 1.600.000,-
- Pupuk daun: 20 kg @ Rp. 20.000 Rp. 400.000,-
4. Pestisida 20 kg Rp. 1.300.000,-
5. Peralatan dan bangunan
- Mulsa plastik 20 rol @ Rp. 300.000,- Rp. 6.000.000,-
- Alat pertanian Rp. 1.250.000,-
- Gubug 1 unit Rp. 1.000.000,-
6. Tenaga kerja
- Pengolahan tanah, buat bedeng: 150 HKP @ Rp.7.500,- Rp. 1.125.000,-
- Pupuk, kapur dan pasang mulsa 50 HKP Rp. 375.000,-
- Penanaman 10 HKP + 30 HKW (@ Rp. 5.000) Rp. 225.000,-
- Pemeliharaan 2 tahun 80 HKP + 100 HKW Rp. 1.100.000,-
- Gaji pekebun 2 orang selama 2 tahun Rp. 12.000.000,-
7. Panen dan pascapanen
- Panen dan pasca panen 100 HKP + 200 HKW Rp. 1.750.000,-
8. Lain-lain : Pajak dan iuran Rp. 500.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 89.985.000,-
Hal. 10/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Buah stroberi enak rasanya, harum dan sangat menarik dipandang, jadi pertanaman
stroberi bisa atau berpotensi dijadikan kawasan agrowisata dimana pengunjung
dapat memetik langsung buah di bawah pengawasan.
11.2. Diskripsi
Kualitas stroberi ditentukan oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit dan
luka mekanis akibat benturan atau hama-penyakit.
Satu partai/lot buah stroberi terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contoh diambil
secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot.
a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5, contoh pengambilan semua
b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100, contoh pengambilan sekurang-
kurangnya 5
c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300, contoh pengambilan sekurang-
kurangnya 7
d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500, contoh pengambilan sekurang-
kurangnya 9
e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000, contoh pengambilan sekurang-
kurangnya 10
Hal. 11/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Petugas pengambil contoh harus orang yang memenuhi persyaratan yaitu orang
yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan
suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah stroberi segar disajikan dalam bentuk lepasan, dibungkus bahan kertas, jaring
plastik atau bahan laian yang sesuai, lalu dikemas dengan keranjang bambu atau
kotak karton/kayu/bahan lain yang sesuai dengan atau tanpa penyangga, dengan
berat bersih maksimum 10 kg.
Pada bagian luar kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain :
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang/kultivar.
c) Golongan ukuran.
d) Jenis mutu.
e) Nama Pprusahaan/eksportir.
f) Berat bersih/kotor.
KEMBALI KE MENU
Hal. 12/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
TALAS
( Colocasia esculenta (L.) Schott )
1. SEJARAH SINGKAT
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam
suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan
merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa
nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa
negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi
(India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China).
Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalam
abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau
di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai
hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di
atas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.
2. JENIS TANAMAN
Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistim perakaran
serabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-macam. Umbi dapat
mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk selinder atau bulat, berukuran 30 cm x 15 cm,
berwarna coklat. Daunnya berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50 cm
Hal. 1/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Berbagai jenis talas terdapat di daerah Bogor adalah Talas Sutera, Talas Bentul dan
Talas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan dan berbulu
halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6 bulan. Umbinya kecoklatan yang dapat
berukuran sedang sampai besar. Talas Bentul memiliki umbinya lebih besar dengan
warna batang yang lebih ungu di banding Talas Sutera. Talas Bentul dapat dipanen
setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih
muda kekuning-kuningan. Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di
Bogor dikenal pula jenis talas yang disebut Talas Mentega (Talas Gambir/Talas
Hideung), karena batang dan daunnya berwarna unggu gelap.
Jenis talas lain biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal.
Contohnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar, banyak
digunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan ikan.
Sedang talas Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan batang dan daun yang
bertotol-totol.
3. MANFAAT TANAMAN
Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan.
Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin.
Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi
dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung
maupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan
pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang
agak berair sampai lahan kering.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia tempat pengembangan talas adalah Kota Bogor dan Malang yang
menghasilkan beberapa kultivar yang enak rasa umbinya. Tingkat produksi tanaman
talas tergantung pada kultivar, umur tanaman dan kondisi lingkungan tempat
tumbuh. Pada kondisi optimal produktivitas talas dapat memcapai 30 ton/hektar.
Hal. 2/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim sedang.
Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah hujan
tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada kecenderungan
bahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang beriklim rendah atau iklim
panas.
b) Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm pertahun.
Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuh
sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih.
c) Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaran
penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30
derajat C dan kelembaban tinggi.
a) Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan organik atau
humus.
b) Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah, misal tanah
lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah yang bebas air tanah,
tanah vulkanik,andosol, tanah latosol.
b) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di tanah
drainase baik dan PH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk talas
tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila PH nya di bawah 5,0.
c) Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila tidak
tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman
talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman ini ialah
menjelang musim hujan, sedang musim panen tergantung kepada kultivar yang di
tanam.
Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl. Di Indonesia sendiri talas dapat
tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000 m dpl,
meskipun sangat lama dalam memanennya.
Hal. 3/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Penyiapan Bibit
3) Pemindahan bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas yang telah
berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari umbi, yaitu
setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah
sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.
1) Penyiapan Lahan
Hal. 4/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pembentukan Bedengan
Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, sedangkan
panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan dengan jarak 45 cm
atau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau kombinasi yang lain.
3) Pengapuran
Talas dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan hasil tinggi,
tanah harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut sangat baik, tetapi harus
harus diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di bawah 5,0.
4) Pemupukan
Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk buatan
seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah pupuk yang
diberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk buatan) dan dua
genggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman. Setelah di pupuk, di
atasnya kemudian ditambahkan tanah yang dicampur dengan jerami.
2) Cara Penanaman
Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila curah
hujan merata sepanjang tahun. Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibit
talas tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan
tanah agar dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga lubang
tanam tidak seluruhnya tertutup oleh tanah.
Hal. 5/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Pemupukan
Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila tidak
tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman
talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman talas ini ialah
menjelang musim hujan, sedangkan musim panen bergantung kepada kultivar
yang di tanam.
Hal. 6/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
yang lebih besar akan tersebar dan masing-masing makan daun. Defoliasi yang di
sebabkan ulat yang besar mirip dengan kerusakan yang disebabkan oleh Agrius
convolvuli. Selain talas ulat juga menyerang tanaman jarak, tembakau, tomat,
jagung, ubi jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan. Diantara inang tersebut, daun
talas yang paling disukai, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media
pembiakan massal ulat tersebut untuk tujuan penelitan. Pengendalian: dengan
insektisida dilakukan apabila kerusakan telah mencapai 50 % dengan insektisida
carbaryl dan dichorvos. Selain itu monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan juga
efektif untuk mengendalikan S. litura. Pengendalian lebih efektif jika dilakukan
pada saat ulat masih kecil.
7.2. Penyakit
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang
memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5 bulan sudah
Hal. 8/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan
talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelah
berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda
dan kekuning-kunigan dan masih ada lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang
dipanen pada umur 5-6 bulan, yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat
berukuran sedang sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor
(talas mentega atau talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas dicabut
dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal umbi serta akarnya
dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.
Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu panen yang
tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang terlalu cepat akan
menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya jika panen terlambat
akan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat. Talas pada lahan sawah
dirotasikan dengan tanaman padi dan jenis sayuran lainnya. Tanaman padi ditanam
satu atau dua kali pada saat musim hujan yaitu sekitar bulan September sampai
Januari. Pada musim kemarau (bulan Februari sampai Mei) lahan sawah ditanami
sayuran kemudian talas sampai bulan Desember atau Januari.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau
oleh angkutan.
Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada saat
pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat dilakukan setelah
semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan
untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta
yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-
garis pada daging umbi.
Hal. 9/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Pengemasan umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama
dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan
dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap
segar.
Analisis biaya budidaya talas hasil wawancara ke lapangan usaha budidaya talas
(Bapak Enju, Balumbang Jaya - Bogor). Menurut Bapak Enju di desa Balumbang
Jaya RT. 01/IX Bogor:
a) Usaha budidaya talas sangat menguntungkan, karena tidak banyak pekerjaan
dalam mengurusi tanaman talas.
b) Tanah yang telah diolah, didiamkan selama beberapa hari, kemudian baru di
tanam talas.
c) Tanaman talas menpunyai jarak tanam 60 x 60 cm dan di buat bedengan.
d) Pemupukkannya menurut Bapak Enju dilakukan setelah talas berusia 3 bulan.
e) Penjualan tanaman talas dilakukan melalui tengkulak kebun tanpa menjualnya lagi
kepasar.
f) Dalam waktu 7 bulan talas berproduksi 1 kali, Rata-rata produksi 5000 batang.
Analisis usaha budidaya tanaman talas dengan luas lahan 400 m2 dalam satu musim
tanam (7 bulan) di daerah Bogor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan (400 m2) Rp. 200.000,-
2. Bibit: 5.000 batang @ Rp. 150,- Rp. 250.000,-
3. Pupuk
- Urea: 10 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 15.000,-
4. Pestisida
- Pembasmi serangga (Diodan) 1 botol Rp. 25.000,-
5. Peralatan
- cangkul Rp. 20.000,-
6. Tenaga kerja
- Mencangkul lahan 3 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 30.000,-
- Menanam bibit 2 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-
7. Panen dan pasca panen
- Panen 2 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 580.000,-
Hal. 10/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan
maksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali,
sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label.
Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih
dahulu.
11.5. Pengemasan
Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca,
antara lain:
a) Produksi Indonesia.
Hal. 11/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 12/ 12
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TEMULAWAK
( Curcuma xanthorrhiza ROXB. )
1. SEJARAH SINGKAT
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
2.2 Deskripsi
Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi
kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk
dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang
mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai
bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap,
panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun
termasuk helaian 43 – 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik
berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun
pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota
bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota
bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna
merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm
3. MANFAAT TANAMAN
4. SENTRA PENANAMAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12
bulan.
2) Penyiapan Bibit
Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel
pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
a. Bibit rimpang induk
Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3
mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut.
Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.
b. Bibit rimpang anak
Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap
selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula
dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat
teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai
keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong
menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam.
Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan.
Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak
berkurang akibat penyimpanan.
1) Persiapan Lahan
Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau
pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan
30 hari sebelum tanam.
2) Pembukaan Lahan
Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat
mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm
sampai tanah menjadi gembur.
3) Pembentukan Bedengan
Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar
bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga
dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit
pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan
ditanam di musim hujan.
3) Cara Penanaman
Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas
menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10
cm.
4) Perioda Tanam
Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen
musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini
memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang
memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
1) Penyulaman
Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan
bibit cadangan.
2) Penyiangan
Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas
bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan
dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat
bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya
penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk
mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan
kored/cangkul dengan hati-hati.
3) Pembubunan
Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-
rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik.
Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan
tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah
dilakukan penyiangan.
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia
termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara
organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organic atau pupuk
kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan
pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan
pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk
dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur
tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga
dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal
pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan
selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10
bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman.
Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan
penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan Konvensional
§ Pemupukan Awal
Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100
kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan
tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada
jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang
pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan
tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.
§ Pemupukan Susulan
Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk
kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea
dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur
tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis
masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan
merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang
tanaman lalu ditutup dengan tanah.
7) Pemulsaan
Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk
menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak
gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan.
Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang
tanaman.
7.1. Hama
7.2. Penyakit
1) Jamur Fusarium
Penyebab:
F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta bakteri Pseudomonas sp.
Berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di
kebun atau setelah panen.
Gejala:
Fusarium menyebabakan busuk akar rimpang dengan gejala daum
menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang
menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya
membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal
batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya
keseluruhan tanaman menjadi busuk.
Pengendalian:
melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam
tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat
dipakai adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan
konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
2) Penyakit layu
Penyebab:
Pseudomonas sp.
Gejala:
kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal
batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti
getah.
Pengendalian:
dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau
grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara
lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar
lainnya.
8. PANEN
Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman
yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah
menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning
kecoklatan.
Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim
kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas
tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau
tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun
berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang
dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif
karena lebih banyak kadar airnya.
9. PASCAPANEN
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran
berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah
bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air
bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan
pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
plastik/ember.
9.2. Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi
bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan,
timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
9.3. Pengeringan
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan
cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah
atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya).
9.5. Pengemasan
9.6. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30o C
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun
2000 di daerah Sumedang Jawa Barat.
1) Biaya produksi
a. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 100.000,-
b. Bibit 250 kg @ Rp. 700,- Rp. 175.000,-
c. Pupuk
d. Pupuk kandang 1.000 kg @ Rp. 100,- Rp. 100.000,-
- Pupuk buatan: Urea 13.5 kg @ Rp. 1.200,- Rp. 16.200,-
- SP-36 10 kg @ Rp. 1700,- Rp. 17.000,-
- KCl 12.5 kg @ Rp. 1700,- Rp. 21.250,-
e. Pestisida Rp. 7.000,-
f. Alat Rp. 20.000,-
g. Tenaga kerja Rp. 112.000,-
h. Panen dan pasca panen Rp. 42.000,-
i. Lain-lain (Pajak 15%) Rp. 91.567,-
Jumlah biaya produksi Rp. 702.017,-
2) Pendapatan 2.000 kg @ Rp. 500,- Rp.1.000.000,-
3) Keuntungan Rp. 297.983,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. Rasio output/input = 1,42
11.STANDAR PRODUKSI
Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh
dan syarat pengemasan.
11.2. Deskripsi
Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini:
1) Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
2) Aroma : khas wangi aromatis
3) Rasa : mirip rempah dan agak pahit
4) Kadar air maksimum : 12 %
5) Kadar abu : 3-7 %
6) Kadar pasir (kotoran) : 1 %
7) Kadar minyak atsiri (minimal) : 5 %
Dari jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil
sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat
tiap partai 20 ton.
1) Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
2) Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7
3) Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9
4) Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10
5) Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil
minimum 15
Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak
sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk
kemasan temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil
sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk
ditentukan mutunya. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu
orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai
ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Irisan temulawak kering dikemas dalam kardus karton yang dilapisi plastik
dengan kapasitas 20 kg. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan
bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain:
§ Produk asal Indonesia
§ Nama/kode perusahaan/eksportir
§ Nama barang
§ Negara tujuan
§ Berat kotor
§ Berat bersih
§ Nama pembeli
12.DAFTAR PUSTAKA
KEMBALI KE MENU
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1. SEJARAH SINGKAT
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika.
Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah
Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov,
seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi
jalar adalah Amerika Tengah.
Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika
pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia,
terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan
berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para
peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: International
Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia,
penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan
Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya
cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng,
gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan,
mendut, dan kalasan.
Varietas unggul ubi jalar yang dianjurkan adalah daya, prambanan, borobudur,
mendut, dan kalasan. Deskripsi masing-masing varietas unggul ubi jalar adalah
sebagai berikut:
a) Daya
1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatan
x jonggol.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 110 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.
5. Rasa ubi manis dan agak berair.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
b) Prambanan
1. Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 135 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
5. Rasa ubi enak dan manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
c) Borobudur
1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x philippina.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.
3. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
4. Umur panen 120 hari setelah tanam.
5. Ubi berasa manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
d) Mendut
1. Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria tahun
1984.
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
3. MANFAAT TANAMAN
Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan
makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan
diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi.
Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan
demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun
Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan.
Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat
berikut ini:
a) Daun: sayuran, pakan ternak
b) Batang: bahan tanam,pPakan ternak
c) Kulit ubi: pakan ternak
d) Ubi segar: bahan makanan
e) Tepung: makanan
f) Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat
4. SENTRA PENANAMAN
Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi di
Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor
empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah
yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27
derajat C.
b) Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang
disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar
tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu
tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang
pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
c) Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
a) Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis
tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung
bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah
kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama
penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek
atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar
kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
b) Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan
kelembaban tanah yang cukup.
c) Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi,
terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah
yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus
tersedia air yang memadai.
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Tanaman ubi
jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah
penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia yang beriklim tropik,
tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di
dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan
baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara
vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara
generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
1) Persyaratan Bibit
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan
stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek
batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b) Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c) Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat,
normal, tidak terlalu subur.
d) Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya
rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e) Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas
ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan
tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai
kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena
itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam
atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
2) Penyiapan Bibit
Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah
sebagai berikut:
a) Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan
pertumbuhannya sehat dan normal.
b) Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang
20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi
hari.
c) Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya
untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
d) Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang
teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
1) Persiapan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu
basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras.
Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1
minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan.
b) Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan.
2) Pembentukan Bedengan
Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama
jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau tanah yang
dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter.
Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim
hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah.
Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan
(pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40
cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran guludan adalah
lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Arah
guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan
disesuaikan dengan keadaan lahan.
Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman
padi. Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar adalah sebagai
berikut :
a) Penyiapan Lahan Tegalan
1. Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
2. Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil
membenamkan rumput-rumput liar
3. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
4. Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm,
jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan
keadaan lahan
5. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.
b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi
1. Babat jerami sebatas permukaan tanah
2. Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1
meter antar tumpukan
3. Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,
kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi
tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan
terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehinggga menyulitkan pada saat
panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan
terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan memudahkan serangan
hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang
sari dengan kacang tanah.
a) Sistem Monokultur
1. Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan
dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar
lubang 25-30 cm.
2. Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam
untuk tempat pupuk.
3. Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang
(setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat
pangkal setek (bibit).
4. Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah TSP seluruh
bagian ditambah KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau
larikan, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang
dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg
P2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Cara Penanaman
Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan. Bibit
dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian
disirami air.
Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.
Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul
di atas bedengan.
Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal
seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi
jalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau
awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu
tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu,
yakni pada awal musim kemarau.
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati
kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati
harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati,
kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian
pangkal setek ditimbun tanah.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar
matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
2) Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya
mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubi
jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar
matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatan
penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan,
kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.
3) Pembubunan
4) Pemupukan
Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu
terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (±
220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan bertujuan
menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan
tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di
daerah setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg
N/ha (100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah
50 kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha).
Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.
Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang
guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian
sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan
memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai tanam, tanah atau
guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga
tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan. Pengairan
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2
bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu
sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerah
yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu
sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah
menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak;
(7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih
berat.
7.2. Penyakit
b) Layu fusarium
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum f. batatas. Gejala: tanaman tampak lemas,
urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat
bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi
melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaan
bibit yang sehat (bebas penyakit); (2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di
suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; (3) penanaman jenis atau
varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium.
c) Virus
Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal
Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun
tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian
puncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat
serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1)
penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman
selama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus; (3)
pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
d) Penyakit Lain-lain
Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur
Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus
nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata
Schweinitz. Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur
teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang,
dan penggunaan pestisida selektif.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri
fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum,
ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak
serta tidak berair.
Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas
ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan
varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.
Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling
lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko
serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama
penyakit yang berarti (berat) dapat menghasilkan lebih dari 25 ton ubi basah per
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau
oleh angkutan.
Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saat
pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelah
semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan
untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta
yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-
garis pada daging umbi.
9.3. Penyimpanan
Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi
jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan
menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang
baru dipanen.
Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan
pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang)
penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu kamar) dengan
kelembapan udara antara 85-90 %.
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Perkiraan analisis budidaya ubi jalar dengan luas lahan 1 hektar per musim tanam (6
bulan) di daerah Bogor pada tahun 1999.
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 6 bulan Rp. 750.000,-
2. Bibit: 50.000 stek (500 kg) Rp. 100.000,-
3. Pupuk
- Urea: 200 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 220.000,-
- TSP: 50 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 90.000,-
- KCl: 100 g @ Rp. 1.650,- Rp. 165.000,-
4. Pestisida: 2 liter (kg) Rp. 100.000,-
5. Tenaga kerja
- Pengolahan tanah dan pengguludan 100 HKP Rp. 1.000.000,-
- Penyiapan bibit 4 HKP+8 HKW Rp. 100.000,-
- Penanaman 10 HKP+40 HKW Rp. 400.000,-
- Pembongkaran guludan dan penyiangan 20 HKP Rp. 200.000,-
- Pupuk, balik batang dan pengguludan 40 HKP Rp. 400.000,-
- Pengairan 2 kali (8 HKP) Rp. 80.000,-
- Pengendalian hama penyakit 4 HKP Rp. 40.000,-
6. Panen dan pasca panen 20 HKP+20 HKW Rp. 350.000,-
7. Alat dan penyusutan Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 4.145.000,-
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan
maksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali,
sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label.
Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih
dahulu.
11.5. Pengemasan
Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca,
antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang atau jenis barang.
c) Nama perusahaan atau ekspiortir.
d) Berat bersih.
e) Berat kotor.
f) Negara/tempat tujuan.
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
KEMBALI KE MENU
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id