You are on page 1of 4

Iodine Deficiency Disorders/IDD

(Gangguan Akibat Kekurangan Yodium /GAKY)

Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah besi yang dianggap
penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak
sebanyak zat-zat gizi lainnya. Dalam keadaan normal intake harian untuk orang
dewasa berkisar 100 – 150 µg perhari. Iodium diekskresikan melalui urin dan
dinyatakan dalam µg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi lebih kecil dari 50 µg/g
kreatinin sudah menjadi indikator kekurangan intake. Konsumsi iodium sangat
bervariasi antar berbagai wilayah di dunia, diperkirakan sekitar 500 µg per hari di USA
(sekitar 5 kali RDA). Adapun kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia
antara lain : 1) umur 0 sampai 9 tahun kebutuhannya sebesar 50 – 120 µg ; 2) umur
10 – 59 dan > 60 tahun sebesar 150 µg (Pria) ; 3) umur 10 – 59 dan > 60 tahun sebesar
150 µg ; 4) Wanita Hamil mendapat tambahan + 25 µg ; wanita laktasi 0 – 12 bulan
sebesar + 50 µg (Muhilal, dkk. 1998)

Selama ini sebagian besar dari kita hanya memahami


bahwa kekurangan yodium akan dapat mengakibatkan
penyakit Gondok saja. Sesungguhnya Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) jauh lebih berbahaya dari
sekedar gondok.
Kekurangan Yodium terutama bagi ibu hamil akan
menagkibatkan bayi atau janin yang dikandung akan
mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak
Gambar 1. Gondok
berkurang), gangguan perkembangan fetus dan pasca lahir,
kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian setelah bayi dilahirkan mempunyai
berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan pertumbuhan tengkorak serta
perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil akan mengalami gangguan
aktivitas kelenjar tiroid (gondok). Gambar 2 disebelah memperlihatkan anak kretin
(akibat kekurangan yodium), biasanya dari kasus ibu hamil yg kekurangan yodium.
Anak ini mengalami keterbelakangan pertumbuhan fisiknya dibandingkan anak-anak
normal lainnya

Singkatnya ibu hamil yang kurang


mengkonsumi yodium dapat
mengakibat kematian bayi yg
dikandungnya, bayinya bisa lahir
cacat, atau kretin (kuntet/cebol).
Sedangkan bayi yang lahir dgn
kondisi kekurangan yodium kemudian

Gambar3. Anak Kretin dalam pertumbuhannya juga kurang Gambar2. Bayi Kretin
mengkonsumsi yodium –ini yang
paling mengkhawatirkan- akan mengakibatkan anak tumbuh dengan keterbelakangan
mental yang jika dibiarkan akan membuat kita “kehilangan generasi” (lost generation).
Generasi mendatang kita bisa menjadi generasi yang loyo, mudah menyerah, tidak
punya semangat juang, tidak mampu berkompetisi karena sudah kalah sebelum
bertanding.

Meskipun dampak kekurangan Yodium bagi manusia cukup besar, terutama dalam
upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, karena dapat menurunkan sekitar
140 IQ poin dalam setahun, namun
pemanfaatan garam beryodium dalam
rumah tangga di Indonesia berdasarkan
survei tahun 2000 baru mencapai 64,5
persen.
Tahukah kita dibeberapa wilayah
Indonesia, terutama wilayah timur
Indonesia, tingkat konsumsi rumah
tangga terhadap garam yang
Gambar 4. Ladang garam rakyat mengandung cukup yodium sangatlah
rendah. Ini adalah karena garam rakyat
yang diproduksi di NTB, Sulsel dan
NTT langsung merembes ketingkat
konsumsi dipasar tanpa di Yodisasi
terlebih dahulu.

Memang petani garam kita adalah


salah satu kelompok yang ter-
marjinalkan kehidupannya, secara
ekonomi tanpa bantuan pihak ketiga
Gambar 5. Produksi garam rakyat
mereka tidak akan mampu jika harus
melakukan yodisasi terhadap garam produksinya.

Gambar 6. Membantu memberdayakan petani meyodisasi garamnya


Namun jika kita biarkan kondisi seperti ini maka bayangkan betapa besar potensi
generasi yang akan hilang, karena itu petani-petani tersebut harus kita bantu untuk
lebih berdaya baik secara sosial maupun ekenomi.

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium/GAKY atau Iodine iodine deficiency


disorders/IDD bukan sekedar gondok, tetapi ia merupakan masalah serius karena
dampaknya secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup
dan kualitas sumber daya manusia terutama terhadap kualitas generasi penerus
bangsa, Kita dapat berbuat sesuatu untuk mencegah dan menanggulanginya.

Rozy Afrial J,
National Program Officer IDD/USI
The Micronutrient Initiative-Indonesia
rjafar@micronutrient.org

See: www.micronutrient.org

You might also like