Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
a. Biostratigrafi
1
b. Paleoekologi dan Paleobiogeografi
c. Eksplorasi Minyak
2
Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak
spesies foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang
pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada
lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi
dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan yang diperoleh selama pengeboron
sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat
batuan tersebut terben-uk.
Selain ketiga hal tersebut dia atas foraminifera juga memiliki kegunaan
dalam analisa struktur yang terjadi pada lapisan batuan. Sehingga sangatlah
penting untuk mempelajari foraminifera secara lengkap.
2.1. Pengantar
3
Paleontology adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari kehidupan
masa lampau yang didasarkan atas fosil tanaman atau hewan.yang terbagi atas:
1. Pellagic (mengambang)
a. Nektonic (bergerak aktif)
b. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya
1. Benthonic (pada dasar laut)
4
a. Secile (mikro fosil yang menambat/menepel)
b. Vagile (merayap pada dasar laut)
Dari dua bagian itu digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari kedua
fosil itu identik dengan hidrokarbon yang terdapat pada trap (jebakan). Dalam
geologi struktur dimana dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya sesar,
kekar serta lipatana.
5
Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai penunjuk lingkungan
sedimentasi. Contohnya : Radiolaria sebagai penciri lingkungan laut dalam.
5. Fosil iklim
Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk iklim pada saat itu.
Contohnya : Globigerina Pachyderma penciri iklim dingin.
1.3.Makna dan Tata Nama Penamaan Fosil
Seorang sarjana Swedia Carl Von Line (1707-1778) yang kemudian
melatinkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang
dikenal dengan LAW OF PRIORITY, 1958 yang pada pokoknya menyebutkan
bahwa nama yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan
untuk individu yang lain.
Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata sedangkan
tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkat subspesies terdiri dari tiga kata.
Nama-nama kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang menemukannya.
Contoh penamaan fosil sebagai berikut:
– Globorotalia menardi exilis Blow, 1998
Arti dari penamaan adalah fosil hingga subspesies diketemukan oleh BLOW
pada tahun 1969
– Globorotalia ruber elogatus (D Orbigny), 1826
Arti dari n. sp adalah spesies baru.
– Pleurotoma carinata GRAY, Var Woodwardi MARTIN
Arti dari penamaan adalah GRAY memberikan nama spesies sedangkan
MARTIN memberikan nama varietas.
– Globorotalia acostaensis pseudopima n sbsp BLOW, 1969
Arti dari n.sbsp adalah subspecies.
– Dentalium (s.str) ruteni MARTIN
Arti dari penamaan adalah fosil tersebut sinonim dengan dentalium rutteni
yang diketemukan MARTIN.
– Globorotalia of tumda
Arti dari penamaan ini adalah penemu tidak yakin apakah bentuk tersebut betul
Globorotalia tumida tetapi dapat dibandingkan dengan spesies ini.
6
– Spaeroidinella aff dehiscens
Arti dari penamaan tersebut adalah fosil ini berdekatan (berfamily) dengan
sphaeroidinella dehiscens. (aff = affiliation)
– Ammobaculites spp
Artinya mempunyai bermacam-macam spesies
– Recurvoides sp
Artinya spesies (nama spesies belum dijelaskan)
1.3.Teknik Penyajian Fosil
– Pengambilan sampel
Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya dengan
memperhatikan tujuan yang akan dicapai. Untuk mendapatkan sampel yang
baik diperhatikan interval jarak tertentu terutama untuk menyusun
biostratigrafi.
Kriteria-kriteria pengambilan sampel:
a. Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena
dikhawatirkan fosilnya sudah terdisplaced atau tidak insitu.
b. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung
fosil, karena batuan yang berbutir kasal tidak dapat mengawetkan fosil.
Batuan yang dapat mengawetkan fosil antara lain lempung (clay), serpih
(shale), napal (marl), tufa napalan (marly tuff), batu gamping bioklastik,
batu gamping dengan campuran batu pasir sangat halus.
c. Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.
d. Jika endapan turbidit diambil pada endapan berbutir halus, yang
diperkirakan merupakan endapan suspense yang juga mencerminkan
kondisi normal.
– Penguraian/pencucian
Langkah-langkah proses pencucian batuan adalah sebagi berikut :
a. Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga
berukuran dengan diameter 3-6 mm.
b. Larutkan dalam larutan H2O2 (hydrogen peroksida) 50% diaduk dan
dipanaskan.
7
c. Diamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24 jam) jika fosil
masih nampak kotor dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan
air sabun, lalu dibilas dengan air sampai bersih.
d. Keringkan dengan terik matahari dan fosil siap untuk diayak.
– Pemisahan fosil
Cara memisahkn fosil-fosil dari kotoran adalah dengan menggunakan
jarum dari cawan tempat contoh batuan, untuk memudahkan dalam
pengambilan fosilnya perlu disediakan air (jarum dicelupkan ke air terlebih
dahulu sebelum pengambilan)
Alat-alat yang dibutuhkan dalam pemisahan fosil antara laian adalah :
1. Cawan untuk tempat contoh batuan
2. Jarum untuk mengambil batuan
3. Kwas bulu halus
4. Cawan tempat air
5. Lem untuk merekatkan fosil
6. Kertas untuk memberi nama fosil
7. Tempat fosil
8. Mikroskop
Fosil yang telah dipisahkan diletakkan pada plate (tempat fosil).
8
➢ Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:
Pulleniatina.
9
Gambar 2.2. Saccammina
➢ Berbentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan subfamily
proteonaniae. Contoh: Lagena.
10
➢ Planispiral pada awalnya kemudian terputar tak teratur.
Contoh : Orthovertella, Psammaphis.
11
Gambar 2.9. Dendrophyra crecta
➢ Radiate. Contohnya : Astroshizalimi colasandhal.
12
Gambar 2.13. Flabellina rugosa
➢ Dishotomously branched.
➢ Milioline
➢ Close coliled.
➢ Seperti kerucut. Contohnya : Textularia cretoa.
13
Polythalamus merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir
kamar foraminifera yang memiliki lebih dari satu kamar. Misalnya
uniserial saja atau biserial saja. Macam-macam polythalamus antara lain :
➢ Uniformed yang terbagi menjadi:
1. Uniserial yang terbagi lagi mejadi:
✔ Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri atas
kamr-kamar bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atau
neck. Contohnya : Siphonogerina, Nodogerina.
14
✔ Curvilinier/uniserial arcuate yaitu test uniserial tetapi sedikit
melengkung dan garis batas kamar satu dengan yang lain atau
suture membentuk sudut terhadap sumbu panjang.
Contohnya: Dentalina.
15
Gambar 2.22. Nonion
Rotaloid test merupakan test yang terputar tidak pada
satu bidang dengan posisi pada dorsal seluruh putaran
terlihat, sedangkn pada ventral hanya putaran terakhir
terlihat. Contoh : Rotalia.
16
2. Teriserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar yang
terletak berselang-seling. Contoh : Uvigerina, Bulmina.
17
➢ Tabular (berbentuk tabung), contohnya Bathyspiral rerufescens
➢ Bifurcating (bentuk cabang), contohnya Rhabdammina abyssorum.
➢ Radiate (bentuk radial), contohnya Astrorizalimicola sandhal.
➢ Arborescent (bentuk pohon), contohnya Dendrophrya crecta.
➢ Irregular (bentuk tak teratur), contohnya Planorbulinoides sp.
➢ Hemispherical (bentuk setengah bola), contohnya Pyrgo murrhina.
➢ Zig-zag (bentuk berbelok-belok), contohnya Lenticulina.
➢ Lancealate (bentuk seperti gada), contohnya Guttulina sp.
➢ Conical (bentuk kerucut), contohnya Textularilla cretos.
➢ Spherical (bentuk bola), contohnya Orbulina universa.
➢ Discoidal (bentuk cakram), contoh Cycloloculina miocenica.
➢ Fusiform (bentuk gabungan), contohnya Vaginulina leguman.
➢ Biumbilicate (mempunyai dua umbilicus), contohnya Anomalinella
rostrata.
➢ Biconvex (bentuk cembung di kedua sisi), contohya Robulus
nayaroensis.
➢ Flaring (bentuk seperti obor), Goesella rotundeta.
➢ Spiroconvex (bentuk cembung di sisi dorsal), contohnya Cibicides
refulgens.
➢ Umbilicoconvex (bentuk cembung di sisi ventral), contohnya
Pulvinulinella pacivica.
➢ Lenticular biumbilicate (bentuk lensa), contohnya Cassidulina laevigata.
➢ Palmate (bentuk daun), contohnya Flabellina frugosa.
Macam-macam bentuk kamar antara lain :
➢ Spherical, contohnya Ellipsobulimina sp
➢ Pyriform, contohnya Ellipsoglandulina velascoensis.
➢ Tabular, contohnya Pleurostomella subhodosa.
18
Gambar 2.29. Bentuk-bentuk test foraminifera
19
➢ Globular, contohnya Globigerina bulloides.
➢ Ovate, contohnya Guttlina problema.
➢ Angular truncate, contohnya Virgulina gunteri.
➢ Hemispherical, contohnya Pulleniatina obliquiloculata.
➢ Angular rhomboid, yaitu Globorotalia tumida.
➢ Radial elongate, contohnya Clavulina insignis.
➢ Clavate, contohnya Hastigerinella bermudezi.
➢ Tubulospinate, contohnya Hantkeninaalabamensis.
➢ Cyclical, contohya Cycloloculina miocenica.
➢ Flatulose, contohnya Pleurostamella clavata.
➢ Semicircular, contohnya Pavonina flabelliformis.
1.6.2. Septa dan suture
Septa adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan
lainnya, biasanya terdapat lubang-lubang halus yang disebut foramen. Septa tidak
dapat terlihat dari luar test, sedangkan yang tampak pada dinding luar test hanya
berupa garis yang disebut suture.
Suture merupakan garis yang terlihat pada dinding luar test, merupakan
perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam pengklasifikasian
foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture yang khas.
Macam-macam bentuk suture :
➢ Tertekan (melekuk), rata atau muncul dipermukaan test. Contohnya:
Chilostomella colina.
20
➢ Lurus, melengkung lemah, sedang atau kuat. Contoh: Orthomorphina
challegeriana
21
Gambar 2.33. Formar perhitungan kamar foraminifera
1.6.3. Aperture
➢ Aperture foraminifera plankton
Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada
kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton mempunyai bentu aperture
maupun variasinya lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture
utama interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) kamar terakhir (septal
face) dan melekuk kedalam, terdapat pada bagian ventral (perut).
Macam-macam aperture yang dikenal pada foraminifera plankton :
1. Primary aperture interiomarginal, yaitu :
➢ Primary aperture interiomarginal umbilical adalah aperture utama
interiomarginal yang terletak pada daerah umbilical atau pusat putaran.
Contoh : Globigerina.
22
➢ Primary aperture interiomarginal umbilical extra umbilical yaitu aperture
utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus melebar
sampai peri-peri. Contohnya : Globorotalia.
➢ Primary aperture interiomarginal equatorial yaitu aperture utama
interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan cirri-ciri dari
samping terlihat simetri dan hanya dijumpai pada susunan kamar
planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan putaran
sebelumnya pada peri-peri. Contohnya : Hestigerina.
1. Secondary aperture/supplementary aperture
Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau
lubang tambahan dari aperture utama.contoh : Globigerinoides.
2. Accessory aperture
Yaitu aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory
atau aperture tambahan. Contohnya : Catapsydrax.
➢ Aperture foraminifera benthos
Golongan benthos memiliki bentuk aperture yang bervariasi dan
aperture itu sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera, karena
merupakan lubang yang protoplasma organisme tersebut bergerak keluar dan
masuk. Macam-macam aperture foraminifera benthos antara laian :
1. Simple aperture
✔ Open end of tube/at end of tabular chamber.
✔ At base of aperture face.
✔ In middle apertural face.
✔ Aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak
diujung sebuah test (terminal) lubangnya bulat. Contoh :
Lagena, Frondioularia.. Falmula.
✔ Aperture Virgulina/Loop shaped/comma shaped, mempunyai
koma/melengkung, tetapi tegak lurus pada permukaan
s eptum/septal face. Contoh: Virgulina, Bulim ina.
✔ With neck and phialine lip.
✔ Aperture Phyaline, merupakan sebuah lubang yang terletak di
ujung neck yang pendek tapi menyolok.
23
✔ Entosolenia tube.
✔ Aperture slit like, berbentuk lubang sempit yang
memanjang, umum dijumpai pada foraminifera yang
bertest hyaline. Contoh: Nonion, Fullenia, Nonionela,
Textularia.
✔ Lateral/Hooded, Subterminal.
✔ Cruciform.
✔ Aperture Crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda. Contoh:
Nodosarella.
1. Apertural teeth
✔ Sangle/With single tooth.
✔ Apertural flap/with valvular tooth.
✔ Pleurostomelline bifid /bifid tooth.
✔ Umbilical teeth.
✔ Modified tooth.
✔ Lateral flanges .
1. Supplementary aperture
✔ Sangle/With single tooth.
✔ Apertural flap/with valvular tooth.
✔ Pleurostomelline bifid /bifid tooth.
✔ Umbilical teeth.
✔ Modified tooth.
✔ Lateral flanges .
✔ Dendritik.
✔ Apertur yang memancar (radiate), terminal sangat umum
pada famili Nodosaridae dan ' Yolymorphinidae merupakan
sebuah lubang yang,bulat, tetapi mempunyai pematang yang
memancar dari pusat lubang. Contoh Nodosaria,
Folymorphina.
✔ Radiate with apertural chamberlet.
✔ Median and peripheral/peripheral and areal.
1. Multiple aperture
24
✔ M ultiple s utural, aperture yang terdiri dari banyak,
lubang, terletak di sepanjang suture.
✔ Multiple equatorial, Interiomarginal at base of apertural face.
✔ Aperture cribrate/areal, cribrate/inapertural face cribrate.
Bentuknya seperti saringan, lubang umumnya halus dan terdapat
pada permukaan kamar akhir. Contoh Cribostomun..
Hiliola., Ammomassilina.
✔ At base and in apertural face/areal multiple.
✔ Terminal.
✔ Areal supplementary.
✔ Sutural and umbilical canal openings
1. Primary aperture
✔ Umbilical.
✔ Interiomarginal'umbilical extra umbilical/simple aperture lip/ventral
and peripheral.
✔ Spilo umbilical/interiomarginal equatorial
25
Gambar 2.34. Macam-macam aperture foraminifera
26
1.6.2. Oranamen (hiasan) foraminifera
Ornament atau hiasan juga dapat dipakai sebagi penciri khas untuk genus
atau spesies tertentu contohnya pada genus Globoquadina yang memiliki hiasan
pada aperture yaitu flap.
Berdasarkan letak hiasannya dapat dibagi mejadi :
1. Pada suture antara lain
✔ Suture bridge (bentuk suture yang menyerupai jembatan), contohnya
Sphaeroidinella dehiscens
27
Gambar 2.37. Globotruncana calcarat.
1. Pada umbilicus, antara lain :
✔ Depply umbilicus (umbilicus yang berlubang dalam), contohnya
Globoquadrina dehiscens.
28
Gambar 2.41. Cibicides.
1. Pada peri-peri antara lain
✔ Keel (lapisan tipis dan bening), contohnya Globorotalia menardi.
29
Gambar 2.45. Globoquadrina dehiscens.
✔ Tooth (bentuk menyerupai gigi), contohnya Globorotalia nana.
30
Gambar 2.49. Pulleniatina primalis.
✔ Punotate (permukaan bintik-bintik), contohnya Orbulina bilobata
31
✔ Spiral costae (permukaan dengan garis searah putaran kamar), contohnya
Lenticulina costata.
32
1. Dinding siliceous
Beberapa ahli (Brady, Hubler, Chusman, Jones) berpendapat bahwa
dinding silicon dihasilkan oleh organisme itu sendiri. Menurut Glessner
dinding silicon berasal dari zat primer (organisme itu sendiri)maupun zat
skunder. Tipe dinding ini jarang ditemukan, hanya dijumpai pada beberapa
golongan Ammodiscidae dan beberapa spesies dari Miliolidae.
2. Dinding calcareous/gampingan
Dinding yang terbuat dari zat gampingan dijumpai pada sebagian
besar foraminifera. Dinding gampingan dapat dikelompokkan menjadi :
✔ Gampingan porselen : adalah dinding gampingan yang tidak berpori,
mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar berwarna
putih opaque. Contohnya Quingueloculina, Pyrgo.
33
1. Genus Cribohantkenina
Cirri-ciri morphologi sama dengan hantkenina tetapi kamar akhir sangat
gemuk dan mempunyai “CRISRATE” yang terletak pada plular apertural
face. Contoh: Cribrohantkenina bermudesi (p16)
34
berbentuk parabol dan terletak didasar apertural face.Contoh: Cassigerinella
chipolensis (P18-N13).
35
Subgenus mencakup seluruh globorotalia yang tidak memiliki
keel. Membedakannya, maka subgenus turborotalia dalam penulisan
spesiesnya diberi kode :
Contoh : Globorotalia (ST) Siakensis (N2- N14)
1. Genus truncorotaloides
Cirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate , bentuk
kamar angular truncate. Susunan kamar umbilical convex trochospiral dengan
deeply umbilicus. Aperture terbuka lebar yang memanjang dari umbilicus ke
pinggir test. Cirri-ciri khasnya dari genus ini ialah terdapatnya sutural
supplementary aperture dan dinding test yang kasar (seperti berduri) yang
pada genus globorotalia hal ini tidak akan dijumpai. Subgenus ini tidak
dibahas lebih lanjut, karena terdapat pada lapisan tua Eosen Tengah.
Contoh: Truncorotaloides rahri (P13- P14)
2.7.1.1.Family Globigeriniidae
Family ini pada umumnya mempunyai bentuk test sperichal atau
hemispherical, bentuk kamar glubolar dan susunan kamar trochospiral rendah atau
tinggi. Apaerture pada umumnya terbuka lebar dengan posisi yang terletak pada
umbilicus dan juga pada sutura atau pada apertural face.
Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, bentuk aperture dan susunan
kamar maka family ini dapat dibagi atas 14 genus yaitu:
1. Genus Globigerina
Cirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical,
bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbuka lebar
dengan bentuk parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture ini disebut
umbilical aperture.
2. Genus Globigerinoides
Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai
supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
globigerinoides ini adalah Globigerina yang mempunyai supplementary
aperture. Contohnya: Globigerinoides primordius. (N4)
3. Genus globoquadina
36
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar
globural, dan susunan kamar trochoid. Aperture terbuka lebar dan terletak
pada umbilicus dengan segi empat yang kadang-kadang mempunyai bibir.
Contohya: Globoquadrina alrispira
4. Genus Globorotaloides
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Globorotalia tetapi umbilicusnya
tertutup oleh Bulla (bentuk segi enam yang tertutup).
5. Genus Pulleniatina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical,
bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral terpuntir. Aperture
terbuka lebar memanjang dari umbilicus ke arah dorsal dan terletak di dasar
apertural face. Contohnya: Pulleniatina obliquiloculate (N19 – N23)
6. Genus Sphaeroidinella
Cirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical atau
oval, bentuk kamar globural dengan jumlah kamar tiga buah yang saling
berangkuman (embracing). Aperture terbuka lebar dan memanjang didasar
sutura. Pada dorsal terdapat supplementary aperture.
Salah satu spesies yang termasuk genus ini beserta gambar dan keterangan.
Spaeroidinella dehiscens (N19 – N23)
Test trochospiral, equatorial peri-peri lobulate sangat ramping, sumbu peri-
peri membulat. Dinding berlubang kasar, permukaan licin. Kamar
subglobular menjadi bertambah melingkupi pada saat dewasa, tersusun dalam
tiga putaran, tiga kamar dari putaran terakhir bertambah ukurannya secara
cepat. Suture tidak jelas tertekan radial. Aperture primer interiomarginal
umbirical, atau 2 aperture skunder pada sisi belakang terdapat pada kamar
terakhir.
7. Genus Sphaeroidinellopsis
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Spaeroidinella tetapi tidak
mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Spaeroidiniellopsis itu adalah Spearoidinella yang tidak mempunyai
supplementary aperture.
8. Genus Orbulina
37
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test spherical,
serta aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini adalah akibat dari
terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh kamar terakhir.
Beberapa speies yang termasuk pada genus ini beserta gambar.
➢ Urbulina universa
➢ Orbulina bilobata
1. Genus Biorbulina
Cirri-ciri morphologi sama dengan genus orbulina, tetapi gandeng dua.
2. Genus Praeorbulina
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical atau agak
lonjong. Bentuk lonjong ini diakibatkan oleh kamar-kamar terakhir yang
menyelumbungi kamar-kamar sebelumnya. Aperture utama tidak terlihat lagi,
yang terlihat hanya supplementary aperture saja yang berbentuk strip-strip.
3. Genus Candeina
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar
globural. Jumlah kamar tiga buah dan di sepanjang sutura terdapat sutural
supplementary aperture. Contohnya: Candeina nitida
4. Genus Globigerinatheca
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, dan bentuk
kamar globular. Susunan kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian
berangkuman (embracing). Umbilicus tertutup dan terdapat secondary
aperture yang berbentuk parabol dan kadang-kadang tertutup bulla.
5. Genus Globigerinita
Cirri-ciri morphologi sama dengan genus globigerina tetapi dengan bulla.
6. Genus Globigerinatella
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan
kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman. Umbilicus
samar-samar karena tertutup bulla. Terdapat sutural secondary aperture bullae
dengan infralaminal aperture.
7. Genus Catapsydrax
Cirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical,
susunan kamar trochospiral. Memiliki hiasan pada aperture yaitu berupa
38
“bulla” pada catapsydrax dissimilis dan “tegilla” pada catapsydrax stainforthi.
Dengan memiliki accessory aperture yaitu “infralaminal accessory aperture”
pada tepi hiasan aperturenya. Contohnya: Catapsydrax dissimilis (N1 – N8)
2.7.1. Pengenalan genus dan spesies foraminifera benthonik
Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara
hidup secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang
digunakan untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat
yang semula sesile dan berkembang menjadi vagile serta hidup sampai kedalaman
3000 meter di bawah permukaan laut. Material penyusun test merupakan
agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan.
Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikator
paleoecology dan bathymetri, karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera
benthonic ini adalah :
➢ Kedalaman laut
➢ Suhu/temperature
➢ Salinitas dan kimia air
➢ Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis
➢ Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen)
➢ Makanan yang tersedia
➢ Tekanan hidrostatik dan lain-lain.
Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari
lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus biccarii
adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai. Lagoon
mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran antara air laut
dengan air sungai.
Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator lingkungan
laut secara umum (Tipsword 1966) adalah :
➢ Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius, banyak
dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina, Eggerella,
Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dinding cangkangnya dibuat dari
pasiran.
39
➢ Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides, Proteonina,
Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan Triloculina.
➢ Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna, Robulus,
Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan Textularia.
➢ Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai Listellera, Bulimina,
Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina
Macam-macam genus dari foraminifera benthos yang sering dijumpai :
✔ Genus Ammobaculites Chusman 1910
Termasuk famili Lituolidae, dengan cirri-ciri test pada awalnya terputar,
kemudian menjadi uniserial lurus, komposisi test pasiran, aperture bulat dan
terletak pada puncak kamar akhir. Muncul pada karbon resen.
✔ Genus Amondiscus Reuses 1861
Termasuk famili Ammodiscidae dan ciri – ciri test monothalamus, terputar
palnispiral, kompisisi test pasiran, aperture pada ujung lingkaran. Muncul
Silur – Resent.
✔ Genus Amphistegerina d’ Orbigny 1826
Famili berbentuk lensa, trochoid, terputar involut, pada ventral terlihat surture
bercabang tak teratur, komposisi test gampingan, berpori halus, aperture kecil
pada bagian ventral kecil pada bagian ventral
40
Termasuk famili Amonalidae, dengan cirri – cirri test planoconvex rotaloid,
bagian dari dorsal lebih rata, komposisi gampingan berpori kasar, aperture di
bagian ventral, pemukaan akhir sempit dan memanjang.
✔ Genus Decalina d’ Orbigny 1826
Termasuk famili Lageridae, dengan ciri – ciri test pilythalamus, uniserial,
curvilinier, suture menyudut, komposisi test gampingan berpori halus,
aperture memancar, terletak pada ujung kamar akhir.
✔ Genus Elphidium Monfort 1808
Termasuk famili Nonionidae dengan ciri – cirri test planispiral, bilateral
simetris, hampir seluruhnya involute, hiasan suture bridge dan umbilical,
komposisi test gampingan berpori, aperture merupakan sebuah lubang/lebih
pada dasar pemukaan kamar akhir.
✔ Genus Nodogerina Chusman 1927
Termasuk famili Heterolicidae, degan test memanjang, kamar tersusun
uniserial lurus, kompisi test gampingan berpori halus, aperture terletak di
puncak membulat mempunyai leher dan bibir. Muncul Kapur – Resen.
41
Termasuk famili Sacanidae degan test globular, komposisi test dari material
kasar, biasanya oleh khitin berwarna coklat, aperture di puncak umumnya
degan leher. Muncul Silur – Resent.
42
✔ Genus Cycloclypeus : kenampakan luar seperti lensa dan kamar sekunder
yang siku – siku terlihat dari luar.
✔ Genus Nummulites : kenampakan luar seperti lensa, terputar secara
planispiral, hanya putaran terluar yang terlihat, pada umumnya licin.
2.7.1.1.Famili Alveolinelliadae
✔ Genus Alveolina : kenampakan luar berbentuk telur/slllips (fusiform),
panjang kurang lebih 1 cm.
✔ Genus Alveolinella : bentuk sama degan Alveolina panjang sumbunya 0,5 –
1,5 cm serta ada suatu kanal (pre septa). Celah – celahnya tersusun menjadi 3
baris dan tersusun bergantian, tetapi sambung menyambung.
2.7.1.1.Famili Miogpsinidae
✔ Genus Miogypsian : kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong hingga
bulat, kadang seperti bintang/pligonal, permukaan papilliate, sering di jumpai
tongkak.
✔ Genus Miogypsinoides ; kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong dan
kulit luarnya datar.
2.7.1.1.Famili Calcarinidae
✔ Genus Biplanispira : kenampakan luar pipih hingga seperti lensa, discoidal,
hampir bilateral simetri dengan/tanpa tonggak.
✔ Genus Pellatispira : kenampakan luar seperti lensa (lentikuler) dan bulat
sering dijumpai tonggak.
2.7.1.1.Famili Orbitoididae
✔ Genus Lepidocyclina : kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih cembung,
discoidal, permukaan test papilate, halus reticulate, pinggirnya bisa bulat,
kadang seperti batang atau polygonal.
2.8. Aplikasi Foraminifera
43
a. Mengenalisa fosil foraminifera palakton dari suatu batuan sampai ke tingkat
spesiesnya.
b. Mempergunakan acuan Blow (1969) dalam penetuan kisaran umum dari fosil
foram plankton yang telah diamati dan dianalisa.
c. Menetukan kisaran umur fosil foram plankton yang muncul akhir dan umur
yang punah awal.
d. Maka umur batuan yang didapatkan merupakan suatu range dari hasil nomor
C
BAB III
PEMBAHASAN
44
➢ Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak
sama.
➢ Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:
Pulleniatina
1. Bentuk test dan bentuk kamar
Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera,
sedangkan bentuk kamar merupakan bentuk masing-masing kamar
pembentuk test.
45
Suture merupakan garis yang terlihat pada dinding luar test,
merupakan perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam
pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture yang
khas
46
Foraminifera dapat digunakan untuk menentukan umur batuan serta untuk
mengetahui struktur geologi apa aja yang terjadi pada suatu daerah seperti sesar,
lipatan dan kekar. Berikut ini adalah contoh penggunaan foraminifera dalam
menetukan umur batuan.
Contoh :
Dari sampel batuan diperoleh fosil plankton sebagai berikut:
No Fosil N N N N N N Umur
1 2 3 4 5 6 N7 N8 N9 N10 N11 N12
1 a
2 b
3 c
Tabel 3.1. Penentuan umur satuan batuan batu pasir
Umur batuan adalah N6 – N7
B. Satuan batu lempung dengan kandungan fosil sebagai brerikut:
Fosil d N1 – N12
Fosil e N8 – N 10
Fosil f N6 – N9
No Fosil N N N N N N Umur
1 2 3 4 5 6 N7 N8 N9 N10 N11 N12
1 d
2 e
3 f
Tabel 3.2. Penentuan umur satuan batu lempung
Umur satuan batu lempung tersebut adalah N8 – N9
C. Satuan batu gamping dengan kandungan fosil sebagai brerikut:
47
Foisil g N8 – N10
Fosil h N7 – N15
Fosil i N9 – N14
No Fosil N N N N N NUmur
6 7 8 9 10 11 N12 N13 N14 N15 N16
1 g
2 h
3 i
Tabel 3.3. Penentuan umur satuan batu gamping
Umur satuan batu gamping tersebut adalah N9 – N10
Selaian menggunakan tabel diatas dalam menentukan umur batuan
dapat menggunakan cara umur fosil paling akhir mucul dan punah awal.
48
Nama Foraminifera Umur
NO
1 Clavigerinella jarvisi P13 – P15
2 Cribrohantkenina bermudesi P16
3 Hastigerina aequilateralis N14 – N23
4 Cassigerinella chipolensis P18 – N13
5 Globoratalia (G) tumida N18 – N23
6 Globoratalia (T) siakensis N2 – N14
7 Truncorotaloides rahri P13 – P14
8 Globigerinoides primordius N4
9 Pulleniatina obliquiloculate N19 – N23
10 Spaeroidinella dehiscens N19 – N23
11 Orbulina universa N9 – N23
12 Orbulina bilobata N9 – N23
13 Candeina nitida N17 – N23
14 Catapsydrax dissimilis N1 – N8
15 Genus Ammobaculites Chusman 1910 Karbon - resent
16 Genus Ammodicus Reuss 1861 Silur - resent
17 Genus Bathysiphon Sars 1972 Silur - resent
18 Genus Bolivina Kapur - resent
19 Genus Nodogerina Chusman 1927 Kapur - resen
20 Genus Nodosaria Lamark 1812 Karbon - resen
21 Genus Nonion Monfort 1888 Yura - resent
22 Genus Saccamina M. Sars Silur - resent
49
23 Genus Textularia Derance 1824 Devon - resent
24 Genus Uvigerina d’Orbigny 1826 Eosin - resent
BAB IV
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
50
1.1. Saran
Praktikum yang akan datang diharapkan lebih ditingkatkan lagi dalam
penyajian materi serta literatur yang disediakan agar mahasiswa lebih paham
sehingga tujun dari dilaksanaknnya prktikum dapat tercapai secara.
DAFTAR PUSTAKA
51