Professional Documents
Culture Documents
(Revisi Bagian I)
Ditulis : Abu Umar Ahmad bin Umar Bazemul
(Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu Karimah Askary)
Rasulullah ملسو يلع للا ىلصmenjelaskan bahwa seorang pemimpin yang adil
adalah seorang yang mengikuti perintah Allah dengan meletakkan sesuatu pada
tempatnya tanpa berlebihan dan tidak pula meremehkan, maka dialah yang
termasuk diantara yang mendapatkan perlindungan Allah pada hari kiamat pada
hari yang tiada naungan kecuali naungannya, dan bahwa dia termasuk diantara
ahli syurga, sebagaimana yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam shohihnya
dari hadits Abu Hurairoh Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ملسو يلع للا ىلص
bersabda:
ٌلِداَع ٌماَمِإ ُُّلِظ اَّلِإ َّلِظ اَل َمْوَي ِِّلِظ يِف ِةَماَيِقْلا َمْوَي َُّللا ُمُُّلِظُي ٌةَعْبَس
ُاَنْيَع ْتَضاَفَف ٍءاَلَخ يِف ََّللا َرَكَذ ٌلُجَرَو َِّللا ِةَداَبِع يِف َأَشَن ٌّباَشَو
ٌةَأَرْما ُْتَعَد ٌلُجَرَو َِّللا يِف اَّباَحَت ِناَلُجَرَو ِدِجْسَمْلا يِف ٌقَّلَعُم ُُبْلَق ٌلُجَرَو
ٍةَقَدَصِب َقَّدَصَت ٌلُجَرَو ََّللا ُفاَخَأ يِّنِإ َلاَق اَِسْفَن ىَلِإ ٍلاَمَجَو ٍبِصْنَم ُتاَذ
" ُُنيِمَي ْتَعَنَص اَم ُُلاَمِش َمَلْعَت اَل ىَّتَح اَاَفْخَأَف.
”Ada tujuh golongan yang Allah beri naungan pada hari kiamat di bawah
naungan-Nya dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: seorang
pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada
Allah, seorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri lalu berlinang
air matanya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang
yang saling mencintai karena Allah, seorang lelaki yang dirayu oleh seorang
wanita berkedudukan dan berparas cantik lalu ia berkata: sesungguhnya aku
takut kepada Allah, seorang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya
sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh tangan
kanannya.”
Dan dikeluarkan pula oleh Imam Muslim dalam shohihnya dari ‘Iyyadh bin Himar
al-mujasyi’i bahwa Rasululullah ملسو يلع للا ىلصbersabda:
:" ُقيِقَر ٌميِحَر ٌلُجَرَو ٌقَّفَوُم ٌقِّدَصَتُم ٌطِسْقُم ٍناَطْلُس وُذ ٌةَثاَلَث ِةَّنَجْلا ُلَْأ
" ٍلاَيِع وُذ ٌفِّفَعَتُم ٌفيِفَعَو ٍمِلْسُمَو ىَبْرُق يِذ ِّلُكِل ِبْلَقْلا
“Penduduk syurga ada tiga golongan: penguasa yang adil, bersedekah dan
mendapat taufik, dan seorang yang pengasih, berhati lembut kepada setiap
kerabat dan setiap muslim, seorang yang miskin dan memelihara
kehormatannya (merasa cukup dengan apa yang ada),dan memiliki tanggungan
keluarga.”
" " ِِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَمَو ٍعاَر ُماَمِإْلا ِِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُكَو ٍعاَر ْمُكُّلُك
“Kalian semua adalah pemelihara, dan kalian semua akan ditanya tentang
peliharaannya, seorang pemimpin akan ditanya tentang rakyatnya.”
“ Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai
kalian, kalian mendo’akan mereka dan mereka mendo’akan kalian.”
" َةَقْبِر َعَلَخ ْدَقَف َُّلِذُي ْنَأ َداَرَأ ْنَمَف ُوُّلِذُت اَلَف ٌناَطْلُس يِدْعَب ٌنِئاَك َُّنِإ
" ِِقُنُع ْنِم ِماَلْسِإْلا
“Sesungguhnya akan muncul setelahku penguasa, maka janganlah engkau
menghinakannya, barangsiapa yang ingin menghinakannya maka sungguh dia
telah melepaskan tali kekang Islam dari lehernya.”(5)
Yang dimaksud ribqoh adalah tali yang diletakkan dileher hewan, dan yang
dimaksud adalah perjanjian. Berkata Ibnul Atsir: ribqoh asalnya adalah ikatan tali
yang diletakkan pada leher binatang ternak atau ditangannya sehingga
menahannya, maka digunakan istilah ini kepada Islam, yaitu apa yang seorang
muslim mengikat dirinya dengannya berupa ikatan tali Islam, berupa batasan-
batasannya, hukum-hukumnya, perintah dan larangannya.”(6)
Telah diketahui secara pasti dalam Islam bahwa tidak ada agama kecuali
dengan jama’ah, dan tidak ada jama’ah kecuali dengan imamah, dan tidak ada
imamah kecuali dengan mendengar dan taat, dan keluar dari ketaatan kepada
waliyyul amri termasuk diantara sebab terbesar munculnya kerusakan diberbagai
negara, rusaknya para hamba dan penyimpangan dari jalan hidayah dan
petunjuk.”(11)
Berkata Al Imam Al Hasan Al Bashri Rahimahullah Ta’ala:
رثكأ مب للا حلصي امل للا و اوملظ و اوراج نإ و رمألا ةالوب الإ نيدلا ميقتسي ال للا و
نودسفي امم
“Demi Allah, tidaklah tegak agama kecuali dengan penguasa, walaupun mereka
berbuat kedzaliman, demi Allah apa yang mereka perbaiki lebih banyak daripada
kerusakan mereka.”(12)
TAAT KEPADA PENGUASA BERARTI TAAT KEPADA RASUL يلع للا ىلص
ملسو
Telah dijelaskan oleh Nabi ملسو يلع للا ىلصbahwa mentaati penguasa
merupakan bentuk ketaatan kepadanya ملسو يلع للا ىلص, sebagaimana yang
dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari
Nabi ملسو يلع للا ىلصbersabda:
َريِمَأْلا ِعِطُي ْنَمَو ََّللا ىَصَع ْدَقَف يِنِصْعَي ْنَمَو ََّللا َعاَطَأ ْدَقَف يِنَعاَطَأ ْنَم
يِناَصَع ْدَقَف َريِمَأْلا ِصْعَي ْنَمَو يِنَعاَطَأ ْدَقَف
“Barangsiapa yang taat kepadaku maka sungguh dia telah taat kepada Allah dan
barangsiapa yang durhaka kepadaku maka sungguh dia telah durhaka
(bermaksiat) kepada Allah, dan barangsiapa yang mentaati pemimpin maka
sungguh dia telah mentaatiku, dan barangsiapa yang durhaka kepada pemimpin
maka sungguh dia telah durhaka kepadaku.”
WASIAT NABI ملسو يلع للا ىلصAGAR MENDENGAR DAN TAAT KEPADA
PEMIMPIN
Bahkan Nabi ملسو يلع للا ىلصmenjadikan kewajiban mendengar dan taat
kepada pemimpin sebagai wasiat Beliau setelah wasiat taqwa kepada Allah azza
wajalla, sebagaimana yang diriwayatkan Ad-Darimi dalam sunan-nya dari Irbadh
bin Sariyah Radhiyallahu’anhu berkata: Rasulullah ملسو يلع للا ىلصtelah
menasehati kami dengan nasehat yang sangat menyentuh, yang menyebabkan
berlinang air mata kami, dan bergetar hati-hati kami, maka seseorang berkata:
wahai Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat orang yang hendak
berpisah, maka berikanlah kepada kami wasiat, maka Rasulullah يلع للا ىلص
ملسوbersabda :
" اًّيِشَبَح اًدْبَع َناَك ْنِإَو ِةَعاَّطلاَو ِعْمَّسلاَو َِّللا ىَوْقَتِب ْمُكيِصوُأ
“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat
(kepada pemimpin) walaupun dia seorang budak dari habsyi.”(15)
Dan dikeluarkan Imam Muslim dalam shohihnya dari Abu Dzar
Radhiyallahu’anhu berkata:
" ِفاَرْطَأْلا َعَّدَجُم اًدْبَع َناَك ْنِإَو َعيِطُأَو َعَمْسَأ ْنَأ يِناَصْوَأ:" يِليِلَخ َّنِإ
“Sesungguhnya kekasihku shallallahu alaihi wasallam telah mewasiatkan
kepadaku agar aku mendengar dan taat walaupun dia seorang budak yang
terpotong bagian-bagian tubuhnya.”
" ٍةَرَثَأَو َكَِرْكَمَو َكِطَشْنَمَو َكِرْسُيَو َكِرْسُع يِف َةَعاَّطلاَو َعْمَّسلا َكْيَلَع
" َكْيَلَع
“Wajib atas kalian mendengar dan taat dalam keadaan sulitmu dan mudahmu,
dalam keadaan rajinmu dan terpaksamu, dan mereka merampas hak-hakmu.”
Makna “mansyat” adalah disaat engkau rajin, dan makna “makroh” adalah disaat
engkau benci,dan yang dimaksud adalah disaat engkau senang dan marah, sulit
dan mudah.
Nabi ملسو يلع للا ىلصmenjelaskan bahwa mendengar dan taat kepada
penguasa adalah wajib selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Jika
mereka memerintahkan untuk bermaksiat maka tidak boleh didengar dan ditaat
dalam kemaksiatan tersebut secara khusus, adapun perintah yang lainnya maka
tetap wajib didengar dan ditaati, sebagaimana yang dikeluarkan Imam Bukhari
dalam shohihnya dari Abdullah radhiallahu anhu dari Nabi ملسو يلع للا ىلص
bersabda:
" ْرَمْؤُي ْمَل اَم َِرَكَو َّبَحَأ اَميِف ِمِلْسُمْلا ِءْرَمْلا ىَلَع ٌّقَح ُةَعاَّطلاَو ُعْمَّسلا
" َةَعاَط اَلَو َعْمَس اَلَف ٍةَيِصْعَمِب َرِمُأ اَذِإَف ٍةَيِصْعَمِب
“Mendengar dan taat adalah kewajiban atas setiap muslim terhadap apa yang
dia senangi dan yang dia benci, selama tidak diperintah untuk berbuat
kemaksiatan, maka jika diperintah untuk bermaksiat maka tidak boleh
mendengar dan taat.”
Berkata para Ulama: maknanya adalah: wajib mentaati penguasa disaat sulit dan
tidak disukai oleh jiwa, dan selainnya selama dalam perkara yang bukan
kemaksiatan. Jika berupa kemaksiatan maka tidak boleh mendengar dan taat.
Sedangkan makna: “tidak boleh mendengar dan taat” adalah dalam perkara
yang diperintahkan berbuat maksiat saja, jika diperintah untuk mengerjakan yang
haram, maka wajib untuk tidak mentaatinya dalam perkara tersebut, maka
jangan dia menurutinya, sebab taat kepada Allah lebih wajib. Dan jangan
difahami bahwa jika diperintah berbuat maksiat maka tidak boleh mendengar dan
taat secara mutlak dalam setiap perintahnya, namun dia tetap mendengar dan
taat secara mutlak, kecuali dalam kemaksiatan maka tidak boleh mendengar dan
taat.(16)
Berkata Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah:
“Jika penguasa memerintahkan dengan suatu perintah, maka tidak terlepas dari
tiga keadaan:
Pertama: bahwa itu termasuk yang Allah perintahkan, maka wajib bagi kita
mematuhinya, karena adanya perintah Allah terhadapnya, dan perintah mereka
pula. Maka jika mereka mengatakan: tegakkanlah sholat, maka wajib atas kita
menegakkannya karena mematuhi perintah Allah dan mematuhi perintah
mereka. Allah Ta’ala berfirman:
{} ْمُكْنِم ِرْمَأْلا يِلوُأَو َلوُسَّرلا اوُعيِطَأَو ََّللا اوُعيِطَأ اوُنَم َنيِذَّلا اَُّيَأ اَي
“Wahai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya dan ulil
amri diantara kalian.”(QS.An-Nisaa: 59).
Diantara manusia ada yang mengatakan: tidak boleh mendengar dan taat
kepada pemerintah dengan alasan bahwa hadits-hadits yang disebutkan tentang
mendengar dan taat hanyalah pada imam yang menyeluruh (khalifah) bukan
yang khusus, dan ini sudah tentu perkataan yang batil yang menyelisishi ijma’
para ahli ilmu.
Diantara manusia ada yang mengatakan: seseorang punya hak untuk keluar dari
aturan umum yang telah diatur oleh pemerintah, dan tidak wajib terikat
dengannya, dan tidak wajib mentaatinya, seperti tanda lalu lintas, pengurusan
surat-surat paspor, dan yang lainnya. Dengan alasan bahwa itu tidak dibangun
diatas pondasi syari’at, dan mentaati penguasa hanyalah dalam perkara-perkara
syari’at saja, adapun dalam perkara yang mubah dan mandub (disukai) maka
tidak wajib !!!
Dan tidaklah diragukan bahwa kesalahan ini muncul dari minimnya ilmu yang
dimilikinya. Berkata Imam Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah Ta’ala:
“Ini adalah suatu kebatilan dan kemungkaran, bahkan wajib hukumnya
mendengar dan taat dalam perkara-perkara tersebut yang tidak ada
kemungkaran padanya, Dimana penguasa telah mengaturnya demi
kemaslahatan kaum muslimin, wajib tunduk terhadapnya, mendengar dan taat
dalam perkara tersebut, sebab ini termasuk perkara yang ma’ruf yang memberi
manfa’at kepada kaum muslimin.”(22)
Berkata Al-Allamah Al-Mubarakfuri:
“seorang pemimpin jika memerintahkan kepada perkara yang mandub dan
mubah maka wajib (ditaati).”(23)
Jihad merupakan kekhususan yang paling agung dan yang terbesar dari
kekhususan yang dimiliki penguasa. Maka bila setiap individu boleh
menyerukannya maka akan membuat kekacauan. Maka kapan manusia, para
ulama, atau para penuntut ilmu diperkenankan menyeru kepada jihad ?
Jawabannya adalah apabila penguasa telah menyerukannya. Allah Ta’ala
berfirman:
{ } لاَتِقْلا ىَلَع َنيِنِمْؤُمْلا ِضِّرَح
“Berilah semangat kepada kaum mukminin untuk berperang.”(QS.al-anfal:65)
Maka kaum mukminin mengikuti penguasa dalam hal ini.(27)
Qunut merupakan hal yang dianjurkan dan bukan wajib hukumnya. Nabi ىلص
ملسو يلع للاmelakukan qunut dalam satu tragedi dan meninggalkan qunut
ketika terjadi tragedi yang lain. Dan madzhab ahlul hadits serta pendapat Imam
Ahmad dan yang dipilih oleh Syaikh Ibnu Utsaimin: bahwa qunut hanyalah bagi
penguasa tertinggi, dan wakil imam boleh qunut dengan idzinnya menurut salah
satu riwayat dari Imam Ahmad.
Dan Jumhur ulama berhujjah bahwa Nabi ملسو يلع للا ىلصhanyalah qunut
dimasjidnya yang paling besar dan masjid lain di Madinah tidak melakukan
qunut, demikian pula di masa Umar, beliau qunut dan masjid lain tidak
melakukannya.”(28)
Hal itu disebabkan karena penguasa adalah perisai dan pelindung bagi siapa
yang bersamanya, sebagaimana yang dikeluarkan Imam Al Bukhari dan Muslim
dalam shohih kedua nya dari Abu Hurairoh نع للا يضرbahwa Nabi للا ىلص
ملسو لو يلعbersabda:
:" َِّللا ىَوْقَتِب َرَمَأ ْنِإَف ِِب ىَقَّتُيَو ِِئاَرَو ْنِم ُلَتاَقُي ٌةَّنُج ُماَمِإْلا اَمَّنِإ
"ُْنِم ِْيَلَع َّنِإَف ِِرْيَغِب َلاَق ْنِإَو اًرْجَأ َكِلَذِب َُل َّنِإَف َلَدَعَو
“Sesungguhnya pemimpin itu adalah perisai, yang (suatu kaum) berperang
dibelakangnya dan membentengi diri dengannya, Maka jika dia memerintahkan
untuk bertaqwa kepada Allah dan berbuat adil, maka sesungguhnya dia
mendapatkan pahala atas perbuatannya itu, namun jika dia berbuat yang lain,
maka dia mendapat dosa.”
Telah dijelaskan oleh Nabi ملسو لو يلع للا ىلصbahwa penguasa adalah
pemelihara kita, dan kita merupakan peliharaannya, sebagaimana yang
dikeluarkan Imam Al Bukhari dalam shohihnya dari Ibnu Umar امنع للا يضر
bahwa Rasulullah ملسو لو يلع للا ىلصbersabda:
:" " ِِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَمَو ٍعاَر ُماَمِإْلا ِِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُكَو ٍعاَر ْمُكُّلُك
“setiap kalian adalah pemelihara, dan setiap kalian bertanggung jawab atas
peliharaannya, seorang Imam adalah pemelihara, dan bertanggung jawab atas
peliharaannya.”
Dan beliau ملسو لو يلع للا ىلص, menjelaskan bahwa siapa yang tidak
mempunyai wali, maka penguasa adalah walinya, sebagaimana yang
dikeluarkan Ibnu Majah dalam sunan-nya dari Aisyah انع للا يضرberkata:
bersabda Rasulullah ملسو لو يلع للا ىلص:
"" َُل َّيِلَو اَل ْنَم ُّيِلَو ُناَطْلُّسلا.
“Penguasa adalah wali bagi orang yang tidak mempunyai wali.” (33)
Nabi ملسو لو يلع للا ىلصmenjelaskan bahwa penguasa adalah wajib
dimuliakan dan dihormati, dan diharamkan merendahkan dan menghinakannya.
Sebagaimana yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya dan
Tirmidzi dalam ”sunan” dari Ziyad bin Kusaib Al-Adawi berkata: aku pernah
bersama Abu Bakroh dibawah mimbar Ibnu Amir dalam keadaan beliau sedang
berkhutbah, memakai pakaian yang halus. Maka dia berkata Abi Bilal: lihatlah
pemimpin kita, dia memakai pakaian orang fasiq. Maka Abu Bakroh berkata:
diam kamu. Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah لو يلع للا ىلص
ملسوbersabda:
ِةَماَيِقْلا َمْوَي َُّللا َُمَرْكَأ اَيْنُّدلا يِف ىَلاَعَتَو َكَراَبَت َِّللا َناَطْلُس َمَرْكَأ ْنَم
"ِةَماَيِقْلا َمْوَي َُّللا َُناََأ اَيْنُّدلا يِف ىَلاَعَتَو َكَراَبَت َِّللا َناَطْلُس َناََأ ْنَمَو.
”Barangsiapa yang memuliakan penguasa Allah ىلاعتو كرابتdi dunia, maka
Allah akan memuliakannya pada hari kiamat, dan barangsiapa yang
menghinakan penguasa Allah ىلاعتو كرابتdidunia, maka Allah akan
menghinakannya pada hari kiamat.”(34)
Maka perhatikanlah, bagaimana Abu Bakroh نع للا يضرmenganggap sikap
mencela dan menjelekkan penguasa termasuk menghinakannya. Imam Adz-
Dzahabi rahimahullah mengomentari kisah ini dengan mengatakan: Abu Bilal ini
seorang khawarij, dan termasuk kejahilannya, dia menganggap pakaian halus
seseorang sebagai pakaian orang yang fasiq.(35)
Sebagaimana Nabi ملسو لو يلع للا ىلصmemerintahkan untuk bersabar dan
melarang dari melepaskan ketaatan (dalam perkara ma’ruf), walaupun dia
melihat penguasa tersebut melakukan kemaksiatan, sebagaimana yang
dikeluarkan Imam Muslim dalam shohihnya dari ‘Auf bin Malik berkata: telah
bersabda Rasulullah ملسو لو يلع للا ىلص:
:" يِتْأَي اَم َْرْكَيْلَف َِّللا ِةَيِصْعَم ْنِم اًئْيَش يِتْأَي َُرَف ٍلاَو ِْيَلَع َيِلَو ْنَم
" ٍةَعاَط ْنِم اًدَي َّنَعِزْنَي اَلَو َِّللا ِةَيِصْعَم ْنِم
“Barangsiapa yang memimpinnya, lalu dia melihat dia melakukan kemaksiatan
kepada Allah, maka hendaklah dia membenci apa yang dia kerjakan dari maksiat
kepada Allah dan jangan dia melepaskan diri dari ketaatan kepadanya (dalam
hal yang ma’ruf)”
Dan dikeluarkan Imam Muslim dalam shohihnya dari Ibnu Abbas امنع للا يضر
dari Nabi ملسو لو يلع للا ىلصbersabda:
َجَرَخ ِساَّنلا َنِم ٌدَحَأ َسْيَل َُّنِإَف ِْيَلَع ْرِبْصَيْلَف اًئْيَش ِِريِمَأ ْنِم َِرَك ْنَم
ًةَّيِلِاَج ًةَتيِم َتاَم اَّلِإ ِْيَلَع َتاَمَف اًرْبِش ِناَطْلُّسلا َنِم
“Barangsiapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang dibencinya, maka
hendaklah dia bersabar, karena tidaklah seseorang keluar dari penguasa
walapun sejengkal, melainkan dia mati seperti matinya kaum jahiliyyah.”
Dan Imam Al Bukhari mengeluarkan dalam tarikh-nya dari Wa’il bahwa dia
bertanya kepada Nabi ملسو لو يلع للا ىلص: bagaimana jika kami memiliki
pemimpin yang tidak mengamalkan ketaatan? Beliau ملسو لو يلع للا ىلص
menjawab:
“Mereka bertanggungjawab atas apa yang mereka pikul dan kalian pun
bertanggung jawab atas apa yang kalian pikul”
Dan Imam Muslim mengeluarkan dalam shohihnya dari Hudzaifah bin Yaman
نع للا يضرbahwa Rasulullah ملسو لو يلع للا ىلصbersabda:
:" ُموُقَيَسَو يِتَّنُسِب َنوُّنَتْسَي اَلَو َياَدُِب َنوُدَتَْي اَل ٌةَّمِئَأ يِدْعَب ُنوُكَي
ٍسْنِإ ِناَمْثُج يِف ِنيِطاَيَّشلا ُبوُلُق ْمُُبوُلُق ٌلاَجِر ْمِيِف
“Akan muncul setelahku para pemimpin yang tidak mengambil petunjuk dari
petunjukku dan tidak mengikuti sunnahku,dan akan tegak diantara mereka
orang-orang yang hatinya adalah hati syetan dalam jasad manusia.”Aku
bertanya, “apa yang akan aku lakukan wahai Rasulullah jika aku menemukan
yang demikian.” Beliau menjawab: ”engkau mendengar dan taat kepada
pemimpin walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka
dengar dan taatlah.”
Maka perhatikanlah hadits yang agung ini yang kebanyakan manusia lari
darinya,dimana Rasul ملسو لو يلع للا ىلصmemerintahkan untuk taat kepada
pemimpin walaupun pemimpin itu mendzaliminya dengan merampas harta dan
memukul punggung. Maka bagaimana keadaan manusia yang tidak punya
kesabaran dan ketaatan, pada mereka belum sampai kepada kondisi demikian
ini –Walhamdulillah- bahkan demi Allah mereka dalam keadaan mendapatkan
nikmat yang besar dan anugerah yang luar biasa.
“Dipasang bendera bagi setiap yang mengkhianati janji pada hari kiamat”
Dan sesungguhnya kita telah membaiat orang ini (maksudnya Yazid bin
Muawiyah,pen) diatas baiat Allah dan Rasul-Nya, dan sesungguhnya aku tidak
mengetahui pengkhianatan yang lebih besar dari seseorang yang telah dibaiat
diatas baiat Allah dan Rasul-Nya, lalu ditegakkan peperangan terhadapnya. Dan
sesungguhnya aku tidak mengetahui seorangpun dari kalian yang melepaskan
baiat dan tidak membaiat pemimpin ini melainkan itu adalah pemutus hubungan
antaraku dengan dia.
Berkata al-Hafidz Ibnu Hajar: “Dalam hadits ini menunjukkan wajibnya mentaati
pemimpin yang telah dtetapkan padanya baiat, dan larangan melakukan
pemberontakan terhadapnya walaupun dia dzalim dalam hukumnya, dan
sesungguhnya tidak terlepas (ketaatan) dengan sebab adanya kefasikan.”(45)
Nabi ملسو يلع للا ىلصmenjelaskan bahwa yang membaiat penguasa karena
dunia, jika diberi dia menyempurnakan baiatnya, dan jika tidak maka dia tidak
menyempurnakan baiatnya, maka Allah tidak akan berbicara dengannya, tidak
memperhatikannya, dan tidak mensucikannya, dan baginya adzab yang pedih.
Sebagaimana yang telah dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam shohih-nya dari
Abu Hurairoh Radhiyallahu ‘anhu berkata: telah bersabda Rasulullah للا ىلص
ملسو يلع:
ٌميِلَأ ٌباَذَع ْمَُلَو ْمِيِّكَزُي اَلَو ْمِْيَلِإ ُرُظْنَي اَلَو َُّللا ُمُُمِّلَكُي اَل ٌةَثاَلَث
اَل اًلُجَر َعَياَب ٌلُجَرَو ِليِبَّسلا َنْبا ُْنِم ُعَنْمَي ٍقيِرَطِب ٍءاَم ِلْضَف ىَلَع ٌلُجَر
ٌلُجَرَو َُل ِفَي ْمَل اَّلِإَو َُل ىَفَو ُديِرُي اَم ُاَطْعَأ ْنِإَف اَيْنُّدلِل اَّلِإ ُُعِياَبُي
اَذَكَو اَذَك اَِب ىَطْعَأ ْدَقَل َِّللاِب َفَلَحَف ِرْصَعْلا َدْعَب ٍةَعْلِسِب اًلُجَر َمَواَس
"اََذَخَأَف.
“Tiga golongan yang Allah tidak berbicara dengan mereka, Allah tidak
memandang mereka, dan tidak mensucikan mereka, dan bagi mereka azab yang
pedih: seseorang memiliki kelebihan air di sebuah jalan, yang dia mencegah ibnu
sabil dari mengambilnya. Dan seseorang yang membaiat seorang (pemimpin),
dia tidak membaiatnya kecuali hanya karena dunia, jika dia diberi apa yang dia
inginkan maka dia menyempurnakan baiatnya, dan jika tidak maka dia tidak
menyempurnakannya. Dan seseorang yang menjual barang dagangannya
setelah ashar ,lalu dia bersumpah dengan nama Allah ,sungguh dia telah
memberi seharga demikian, maka dia pun mengambilnya.”
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahumullah : “Barangsiapa yang
taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menaati pemerintahnya karena Allah,
maka pahalanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak taat kepadanya kecuali
sebatas apa yang diperolehnya dari kekuasaan dan harta, jika mereka memberi
maka diapun mentaatinya, dan jika mereka enggan memberi maka dia pun
membangkang, maka dia tidak akan mendapat bagiannya di akhirat.”(46)
Nabi ملسو يلع للا ىلصtelah menjelaskan bahwa suatu saat nanti akan terjadi
atsaroh, yang artinya adalah memonopoli sesuatu terhadap sesuatu yang lain
yang memiliki hak padanya. Dan Nabi ملسو يلع للا ىلصtidak memerintahkan
kita untuk keluar dari ketaatan kepadanya atau membangkang dari perintahnya,
bahkan beliau memerintahkan untuk tetap menunaikan kewajibannya.
Sebagaimana yang dikeluarkan Imam Bukhari dalam shohihnya dari Abdullah
berkata: Rasulullah ملسو يلع للا ىلصberkata kepada kami:
َلوُسَر اَي اَنُرُمْأَت اَمَف اوُلاَق اََنوُرِكْنُت اًروُمُأَو ًةَرَثَأ يِدْعَب َنْوَرَتَس ْمُكَّنِإ
" ْمُكَّقَح ََّللا اوُلَسَو ْمَُّقَح ْمِْيَلِإ اوُّدَأ َلاَق َِّللا
“Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku atsaroh, dan perkara-perkara
yang kalian ingkari.” (para shahabat) bertanya: “Lalu apa yang engkau
perintahkan kepada kami wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Tunaikan
kewajiban kalian untuk mereka, dan mintalah kepada Allah hak kalian (yang
dirampas oleh mereka).”
Ucapan “perkara-perkara yang kalian ingkari”, maksudnya adalah dalam urusan
agama.
Berkata Imam Nawawi Rahimahullah: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk
senantiasa mendengar dan taat, walaupun pemimpin tersebut dzalim dan
melampaui batas, maka diberi haknya berupa ketaatan dan tidak keluar darinya,
dan tidak melepaskan (baiat) kepadanya, namun dia berdo’a kepada Allah agar
menghilangkan gangguannya dan menolak kejahatannya dan
memperbaikinya.”(47)
" ىو بحاص نأ ملعاف ناطلسلا ىلع وعدي لجرلا تيأر اذإ.ناطلسلل وعدي لجرلا تيأر اذإ و
" للا ءاش نإ ةنس بحاص نأ ملعاف حالصلاب
“Jika engkau melihat seseorang mendo’akan kejelekan atas penguasa maka
ketahuilah bahwa dia pengikut hawa nafsu, dan jika engkau melihat seseorang
mendo’akan kebaikan bagi penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah Ahlus
Sunnah insya Allah.”
Sebagian manusia ada yang mencegah diri dari mendo’akan penguasa. Dan
tidak diragukan lagi bahwa ini suatu kesalahan.
Berkata Al-Allamah Bin Baaz Rahimahullah tentang orang yang enggan
mendo’akan kebaikan bagi penguasa :
“Ini termasuk dari kejahilannya, dan tidak memiliki ilmu. Mendo’akan kebaikan
untuk penguasa termasuk diantara pendekatan diri kepada Allah yang paling
agung, dan amalan ketaatan yang paling afdhal, dan termasuk nasehat bagi
Allah dan hamba-hamba-Nya.”
Dan Nabi ملسو يلع للا ىلصtatkala dikatakan kepada beliau bahwa kabilah
Daus telah membangkang! Maka beliau berdo’a: “Ya Allah, berilah petunjuk
kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka.” Beliau mendo’akan kebaikan
untuk manusia. Dan penguasa lebih utama untuk dido’akan kebaikan, sebab
baiknya penguasa pertanda baiknya umat. Dan mendo’akannya termasuk do’a
yang terpenting.”(52)
----------------------------------------------------------------------------
1 Asy-syari’ah,Al-ajurri:1/371
2 Riwayat ini dilemahkan Al-Allamah Al-Albani dalam silsilah al-ahadits adh-
dho’ifah:jil:3, no: 1358. (penterjemah)
3 Sanadnya dho’if, dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama
Ziyad bin Kusaib Al-Adawi. Berkata Al-Hafidz: maqbul. (pent).
4 Hadits ini dishohihkan Al-Albani dalam shohih al-jami’:3253.(pent).
5 Hadits ini dilemahkan oleh Al-Albani rahimahullah Ta’ala dalam tahqiqnya
terhadap kitab As-sunnah, karangan Ibnu Abi Ashim:no: 1020. (pent.).
6 An-nihayah:2/190.
7 Majmu’ fatawa:35/16.
8 Tafsir Ibnu Katsir:1/530
9 Syarah Muslim,An-Nawawi:12/308.
10 Al-ma’lum: 7
11 Nasihah muhimmah:23
12 Jami’ al-‘ulum wal hikam:2/117
13 Jami’ al-‘ulum wal hikam:2/117
14 Lihat :an-nasihah al-muhimmah:29
15 Di shohihkan Al-Albani dalam silsilah al-ahadits as-shohihah,jil:6.No: 2735.
(penterjemah).
16 Mu’amalatul hukkam: 78.
17 Hadits ini dari Hudzaifah radhiallahu anhu, dishohihkan Al-Albani dalam
silsilah al-ahadits as-shohihah,jil: 6, no:2739. (pent.)
18 Dari kaset: taat kepada penguasa.
(tambahan penerjemah): adapun hadits yang disebutkan diriwayatkan At-
Thabrani dari Zaid bin Salamah Al-Ju’fi.dishohihkan Al-Albani dalam shohih al-
jami’: 4088.
19 Ad-duror as-saniyyah:7/239,dan mu’amalatul hukkam: 24
20 As-sail al-jarror:4/512.secara ringkas.
21 Al-minhaj: 1/115
22 Al-ma’lum:19
23 Tuhfatul ahwadzi: 5/365
24 Dari kaset: taat kepada penguasa.
25 Al-majmu’:35/9
26 Dari kaset: taat terhadap penguasa.
27 oleh alus syaikh, majalah dakwah, vol: 1816/16 sya’ban/ 1422 H (33).
28 Sholeh alus syaikh, majalah dakwah, vol: 1816/16 sya’ban/1422 H (14)
29 Nama tempat kosong tanpa penghuni.
30 Peranakan kuda,atau jenis kuda kecil
31 Maksudnya adalah pemerintah Sa’udi arabia
32 Dar kaset: taat kepada penguasa
33 Diriwayatkan oleh Ashabus sunan kecuali An-Nasaai dari hadits Aisyah
radhiallahu anha.Dishohihkan Al-Albani dalam irwa’ al-gholil: 6/1840.
(penerjemah).
34 Telah disebutkan sebelumnya bahwa sanadnya lemah. (penterjemah).
35 Siyaru a’laam an-nubala’:14/508
36 Majmu’ fatawa: 28/179.
37 idem
38 Al-ma’lum:9
39 Nasihatun muhimmah:30
40 Syubhat ini dijadikan hujjah kebanyakan mereka yang tidak bersabar atas
kedzaliman penguasa!!! Maka perhatikanlah jawaban Imam Ahmad rahimahullah
dengan baik,engkau mendapatinya sesuai dengan sunnah.
41 Lihat: mihnah Imam Ahmad: 70-72,al-majmu’:12/488,dan al-mu’amalah:7
42 Ad-duror as-saniyyah : 7/177
43 Bahkan Imam Muslim pun meriwayatkan hadits ini. (penterjemah).
44 Fathul bari(13/7),dan al-mu’amalah: 68.
45 Fathul bari:13\68.
46 Al-majmu’:35/16
47 Syarah Muslim: 12/322
48 At-tahdzir min at-tasarru’ fit takfir,karya al-Urayni,: 22.
49 Jami’ al-ulum wal-hikam:1/222
50 Al-ma’lum:20.
51 Syarhus sunnah: 114.
52 Al-ma’lum:21