Professional Documents
Culture Documents
Dari uraian tersebut dapat dilihat dasar pemikiran Descrates untk menghilangkan
keraguan untuk mendapatkan kebenaran. Didalam pendekatan epistemologis yang
menjadi masalah ialah akar/kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan
tersebut berusaha mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek
yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang
disebut ilmu pendidikan. Didalam usaha tersebut dikaji mengenai peranan pendidikan
dan kemungkinan-kemungkinan pendidikan.
Dari sudut pandang ini :
1. Pendidikan dilihat sebagai suatu proses yang inheren dalam konsep manusia
artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
2. Proses pendidikan berkenaan objek dari proses tersebut ialah peserta-didik.
Tingkah laku proses pendewasaan peserta-didik merupakan objek dari ilmu
pendidikan.
3. Selanjutnya ada pula yang melihat hakekat pendidikan di dalam adanya pola
struktur hubungan antara subyek dan obyek yaitu antara pendidik dan peserta
didik.
Kelemahan pendekatan epistemologis mengenai hakekat pendidikan terletak pada
lahirnya atau perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pendekatan Ontologi/metafisik menekankan pada hakekat keberadaan pendidikan itu
sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan manusia. Dalam
pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik terlepas dari makna keberadaan
manusia itu sendiri. Pendekatan ini didasari pada tulisan seorang filsuf ahli Metafisik
Aristoteles dalam bukunya Metaphysics.
"Since we are seeking this knowledge, we must inquire of what kind are the causes
and the principles, the knowledge of which is Wisdom. If one were to take the notions
we have about the wise man, this might perhaps make the answer more evident. We
suppose first, then, that the wise man knows all things, as far as possible, although he
has not knowledge of each of them in detail; secondly, that he who can learn things
that are difficult, and not easy for man to know, is wise (sense-perception is common
to all, and therefore easy and no mark of Wisdom); again, that he who is more exact
and more capable of teaching the causes is wiser, in every branch of knowledge; and
that of the sciences, also, that which is desirable on its own account and for the sake
of knowing it is more of the nature of Wisdom than that which is desirable on account
of its results, and the superior
science is more of the nature of Wisdom than the ancillary; for the wise man must not
be ordered but must order, and he must not obey another, but the less wise must obey
him. ( dari http://classics.mit.edu//Aristotle/metaphysics.html )
Kedua jenis pendekatan mengenai hakekat pendidikan baik pendekatan ontologis
maupun pendekatan metafisik keduanya mempunyai kebenaran masing-masing. Ilmu
pendidikan sebagai ilmu tentunya mempunyai objek, metodologi serta analisis proses
pendidikan itu. Namun demikian objek ilmu pendidikan atau subjek ilmu pendidikan
adalah anak manusia sehingga tidak terlepas dari pertanyaan mengenai hakikat
manusia.
Pendekatan-pendekatan mengenai hakekat pendidikan telah melahirkan berbagai
jenis teori mengenai apakah sebenarnya pendidikan itu. Untuk menelusuri berbagai
teori tersebut perlu kita sepakati, seperti yang telah diuraikan tadibahwa pendidikan
itu bukan hanya suatu kata benda (noun) tetapi juga merupakan suatu proses atau kata
kerja (verb). Pengertian bahwa pendidikan merupakan suatu sekaligus hasil (noun)
dan suatu proses (verb) adalah penting sekali untuk mengerti hakekat pendidikan
tersebut.
Berbagai pendekatan mengenai hakikat pendidikan digolongkan atas dua kelompok
besar yaitu :
1. Pendekatan reduksionisme
2. Pendekatan holistic integrative
Pengelompokan ini tidak bersifat hitam-putih tetapi sekedar menekankan garis besar
dari teri-teori tersebut dan saling berdekatan, mengisi dan melengkapi. Oleh sebab itu,
berbagai teori tersebut mempunyai kesamaan di dalam memberikan jawaban terhadap
hakikat pendidikan ialah bahwa pendidikan tidak dapat dikucilkan dari proses
pemanusiaan. Tidak ada suatu masyarakatpun yang dapat eksis tanpa pendidikan.