Professional Documents
Culture Documents
Dewasa ini jumlah perguran tinggi di Indonesia sudah mencapai lebih dari 2.700 buah
baik berupa universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, maupun akademi yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat. Jumlah tersebut menggambarkan
cukup besarnya upaya pembinaan dan pengembangannya.
Ke depan perguruan tinggi dihadapkan kepada tantangan yang besar: bagaimana upaya
meningkatkan dirinya dalam bidang manajerial, menata dirinya menjadi perguruan tinggi
yang sehat dan memiliki daya saing tinggi. Dalam rangka penataan perguruan tinggi
secara menyeluruh, pemerintah telah memberikan kebijakan otonomi dan sudah 7
perguruan tinggi berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Bahkan,
pemerintah besama DPR sedang merampungkan Undang-Undang BHP. Artinya,
diharapkan seluruh perguruan tinggi pada saatnya nanti akan berubah status menjadi
BHP.
Pada kenyataannya perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat relatif lebih
banyak menghadapi berbagai permasalahan baik internal maupun eksternal. Konflik
yayasan pengelola cukup dominan dan persaingan kualitas justru membuka peluang
untuk terjadinya pelanggaran norma penyelenggaraan pendidikan tinggi disebabkan oleh
semakin tingginya kesadaran masyarakat pendidikan khususnya bagi calon mahasiswa
untuk menentukan pilihan perguruan tinggi. Sementara itu, pemerintah dalam hal ini
Ditjen Pendidikan Tinggi untuk sementara tidak membuka perguruan tinggi baru
terkecuali politeknik.
Dalam upaya pembinaan dan regulasi peningkatan kualitas sistem dan hasil pendidikan
tinggi disusunlah program-program dengan tujuan:
Kegiatan ini diarahkan pada seluruh perguruan tinggi yang berada di bawah naungan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan Nasional, yang meliputi
perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Masyarakat, yang berbentuk
Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik dan Akademi.
Konflik ditubuh yayasan maupun konflik di perguruan tingi masih sering terjadi. Bahkan
penanganannya sampai ke pengadilan. Dengan demikian Ditjen Pendidikan Tinggi
terlibat dalam posisinya sebagai saksi ahli akan tetapi juga sebagai tergugat.
1. Koordinasi dengan instansi terkait seperti Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas,
Inspektorat Jendral Depdiknas, Kopertis, perguruan tinggi dan instansi terkait
lainnya.
2. Kajian dan telaah masalah mengacu kepada peraturan perundang-undangan,
3. Melakukan penelitian lapangan berupa supervisi dan klarifikasi langsung,
4. Menjadi saksi ahli baik dalam proses BAP Kepolisian dan persidangan
5. Proses administratif penataan kelembagaan perguruan tinggi
6. Pencatatan dan pengolahan data kelembagaan perguruan tinggi.
7. Pedoman pendampingan untuk penerapan organisasi Badan Hukum Pendidikan di
lingkungan perguruan tinggi. Waktu pelaksanaan serangkaian rencana program di
atas dilaksanakan sepanjang tahun
• UKM Bela Negara atau Menwa (Resimen Mahasiswa) mempunyai salah satu
kegiatan, yaitu “Napak Tilas Jejak Pejuang”. Kegiatan ini dilakukan dengan
berjalan kaki menelusuri jejak pejuang jaman dulu dengan menempuh jarak
berkilo-kilo meter yang seolah-olah para mahasiswa seperti melakukan gerilya
untuk memerangi penjajah. Selain itu di setiap daerah terpencil dilakukan dialog
dengan tokoh masyarakat pedesaan untuk berdiskusi tentang nilai-nilai persatuan
dan kesatuan Negara Republik Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengingatkan kepada generasi muda, khususnya mahasiswa agar menghargai
semangat pejuang dalam membela bangsa demi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Oleh karena itu kegiatan ini perlu didukung dan
dikembangkan, karena kegiatan ini dapat membentuk mahasiswa mempunyai
nasionalisme yang tinggi. Pada tahun 2007 kegiatan tersebut telah dilaksanakan di
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dan Perguruan Tinggi pelaksana pada
tahun 2008 akan ditentukan pada Rakornas Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang
Kemahasiswaan yang akan datang.
Dampak Globalisasi dan arus informasi yang sangat pesat telah membawa konsekuensi
terhadap pembangunan manusia di seluruh dunia. Segala upaya telah dipersiapkan oleh
manusia dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan, diantaranya manusia
senantiasa berupaya meningkatkan potensi dirinya agar menjadi manusia bersumber daya
yang berkualitas. Kualitas SDM Indonesia bukan saja berada dalam taraf yang rendah,
namun juga mengalami penurunan, Hal ini dapat disimak dari laporan World
Competitiveness Yearbook (2004) tentang tingkatan daya saing. Di lingkungan regional,
daya saing SDM Indonesia berada pada urutan paling rendah dibandingkan dengan
Singapura (peringkat 2), Malaysia (peringkat 16), Thailand (peringkat 29) dan Philipina
(peringkat 52). Bila kondisi demikian dipertahankan, maka dalam jangka panjang dapat
diduga bahwa cita-cita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat akan menjadi sekedar
impian belaka.
Persaingan dalam dunia kerja juga semakin ketat, dan pada umumnya para pengguna jasa
(Stakeholders) menginginkan pekerjanya selain memiliki kemampuan kognitif (IPK yang
tinggi) juga memilikii soft skills yang dibutuhkan, seperti motivasi yang tinggi,
kemampuan beradaptasi dengan perubahan, kompetensi interpersonal, dan orientasi nilai
yang menunjukkan kinerja yang efektif. Fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian
NACE (National Association of Colleges and Employers) pada tahun 2005 yang
menyebutkan bahwa pada umumnya pengguna tenaga kerja membutuhkan keahlian kerja
berupa 82% soft skills dan 18% hard skills.
Perguruan Tinggi yang berperan sebagai sarana bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia diharapkan memainkan peran sentral dalam peningkatan daya saing bangsa.
Oleh karena itu sistem pembinanan kemahasiswaan di Perguruan Tinggi diharapkan
menjadi wahana untuk mengubah pola pikir, pola sikap mahasiswa untuk menuju
terwujudnya lulusan yang handal.
Olahraga antar mahasiswa pada tingkat internasional telah dikelola oleh organisasi yang
bernama FISU (Federation Internationale du Sport Universitaire). Oleh karena itu
penyertaan mahasiswa Indonesia dalam mengikuti event internasional harus melalui
organisasi Bapomi (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia) yang dibentuk oleh
Direktorat Kelembagaan Ditjen Pendidikan Tinggi. Sebagai contoh event olahraga
internasional yang pernah diikuti Bapomi, antara lain (1) Pada tahun 2006, Bapomi
mengikuti ASEAN University Games XIII di Vietnam, dan Indonesia dapat meraih
urutan ke tiga setelah Vietnam (tuan rumah) dan Thailand, (2) Pada tahun 2007
mengikuti olahraga tingkat dunia, yaitu Universiade XXIV di Bangkok, dan Indonesia
mendapatkan 3 medali perunggu, yaitu 1 medali perunggu dari cabang olahraga
Badminton beregu putra, 1 medali perunggu dari cabang olahraga Tennis tunggal putri,
dan 1 medali perunggu dari cabang olahraga Tennis beregu putra. Pada tahun 2008
Indonesia akan mengikuti ASEAN University XIV di Kuala Lumpur - Malaysia, pada
tanggal 11 s.d. 21 Desember 2008.