Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
sesungguhnya.
Kritik terhadap karya sastra yang menitikberatkan pada penciptaan mitos
adalah kritik mitopoik. Kritik ini adalah kritik yang paling baru dan ambisius
antara pendekatan-pendekatan kritik kontemporer. Kritik mitopoik dianggap
pendekatan paling pluralis sebab memasukkan hampir semua unsur kebudayaan,
seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi, agama, filsafat, dan kesenian
(Kuta Ratna, 2008 : 67).
Salah satu novel yang mengandung unsur mitos tersebut adalah novel Fatat
Qarut karya Sayyid Ahmad Abdullah Assegaf. Assegaf adalah sastrawan asal
Yaman yang pernah tinggal di Indonesia puluhan tahun. Kehidupannya di
Indonesia tercermin dalam novel Fatat Qarut.
Novel ini mengisahkan kehidupan Abdullah, seorang pria kelahiran
Hadramaut yang tinggal di Garut. Kecintaannya pada Garut membuat ia
memutuskan untuk menetap di Garut, tepatnya di desa Ranca Nasar. Abdullah
menempati tanah dan rumah warisan ayahnya, seorang saudagar kaya yang
memiliki tanah di Arab dan Singapura.
Di desa Ranca Nasar itu, Abdullah bertemu dengan Neng, seorang gadis
kelahiran Sunda yang lama tinggal di Arab. Pertemuan keduanya secara tidak
sengaja menimbulkan rasa cinta di hati Abdullah. Setelah pertemuan itu, Abdullah
terus menerus mencari Neng untuk mengutarakan isi hatinya. Pencarian pujaan
hati pun dipenuhi liku-liku dan tantangan.
Di tengah kegalauan dan kebingungan, Abdullah memutuskan untuk
menemui seorang dukun. Walaupun ia tidak percaya dengan hal-hal mistis
tersebut, namun keingintahuan Abdullah yang begitu besar terhadap keberadaan
Neng membuat ia harus mendatangi seorang dukun.
Kepercayaan masyarakat pada dukun merupakan salah satu wujud mitos.
Seperti yang dilakukan pemeran utama dalam novel ini, Abdullah yang
mendatangi dukun demi mencapai keinginannya. Oleh karena itu, novel ini
mengandung unsur-unsur mitos yang akan penulis teliti lebih mendalam.
3
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja unsur-unsur mitos yang terdapat dalam novel Fatat Qarut?
2. Apa jenis mitos-mitos yang terdapat dalam novel Fatat Qarut?
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui unsur-unsur mitos yang terdapat dalam novel Fatat Qarut.
2. Mengetahui jenis-jenis mitos-mitos yang terdapat dalam novel Fatat
Qarut.
Signifikansi penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kritik sastra.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca mengenai realitas kehidupan yang tercermin dalam novel ini.
Pembaca juga dapat mengetahui proses penciptaan mitos dalam karya
sastra dan menghubungkannya dengan realitas hidup bermasyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan pengamatan di perpustakaan UIN Sunan Gunung
Djati Bandung, terdapat beberapa karya ilmiah berbentuk skripsi yang meneliti
novel Fatat Qarut karya Sayyid Ahmad Abdullah Assegaf.
Pertama, skripsi berjudul “Shura al-Bathini al-Muhajiri al-Araby fii
Qishshati Fatat Qarut” (Konflik Batin yang Dialami Tokoh Arab dalam Novel
Fatat Qarut). Skripsi ini ditulis oleh Suhendi pada tahun 2003 di Jurusan Bahasa
dan Sastra Arab. Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan struktural,
dengan menganalis unsur-unsur instrinsik pada novel tersebut, terutama unsur
tokoh dan penokohannya. Namun, karena pendekatan skripsi adalah struktural,
maka penulis skripsi tersebut tidak menjelaskan konflik batin yang dialami
tokohnya secara mendalam, misalnya dengan dilihat aspek-aspek psikologisnya.
Kedua, skripsi berjudul “al-Madah wa al-Amanah fii Qishshati Fatat
Qarut” (Tema dan Amanat dalam Novel Fatat Qarut). Skripsi ini ditulis oleh
Aceng Numan Jaelani pada tahun 2001 di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
4
Tujuan mitos ini untuk melahirkan taat setia rakyat kepada raja.
Jesteru itu raja dikaitkan sebagai manusia yang istimewa. Mitos ini
menerangkan tentang sesuatu kejadian yang luar biasa.
5. Mitos Alegori/Sindiran
Dalam masyarakat Melayu lama, rakyat tidak boleh menderhaka
kepada raja dalam apa keadaan sekali pun.Oleh itu pengarang secara halus
telah menyindir raja/pemerintah melalui cerita mitos.
Dalam Ensiklopedi Sastra Indonesia, mitos dibagi menjadi dua. Pertama,
mitos simbolis atau spekulatif. Mitos ini menafsirkan secara simbolis tata semesta
alam atau tata masyarakat. Kedua, mitos aetologis yang dalam bentuk cerita
menerangkan suatu praktik (larangan atau perintah, adat sebagainya).
Jalaluddin Rakhmat membagi mitos menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Mitos Deviant
Mitos ini berawal dari pandangan bahwa masyarakat itu stabil, statis,
dan tidak berubah-ubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka perubahan itu
adalah penyimpangan dari sesuatu yang stabil. Mitos ini berkembang dari
teori ilmu sosial yang disebut structural functionalism (fungsionalisme
struktual). Menurut teori ini, kalau mau melihat perubahan sosial, kita harus
mau melihat struktur dan fungsi masyarakat. Jadi kalau ada dinamika sosial,
maka harus ada statistika sosial.
2. Mitos Trauma
Perubahan mau tidak mau menimbulkan reaksi. Bisa berbentuk krisis
emosional dan stress mental. Perubahan juga berpotensi menimbulkan
disintegrasi pada awalnya. Bisa berbetuk disintegrasi sosial dan disintegrasi
individual.
Sedangkan ciri-ciri mitos adalah sebagai berikut.
1. Cerita tentang asal-usul sesuatu kejadian sama ada kejadian makhluk,
manusia, tempat, fenomena alam dan sebagainya.
2. Cerita menjadi kepercayaan di kalangan masyarakat Melayu lama.
Mereka menganggap cerita tersebut sebagai benar-benar berlaku,
malah dianggap suci dan kudus.
7
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer pada penelitian ini adalah novel Fatat
Qarut yang diterbitkan
Sumber primer lainnya adalah novel Gadis Garut yang merupakan
terjemahan dari novel Fatat Qarut yang diterbitkan oleh Penerbit
Lentera. Novel ini diterjemahkan oleh Ali Yahya. Novel ini
merupakan terjemahan dari dua juz versi aslinya, terdiri dari 20 bab
dengan tebal 370 halaman.
b. Jenis Data
Jenis data yang diteliti adalah teks dalam novel Fatat Qarut yang
mengandung unsur-unsur mitos.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Membaca dengan teliti novel Fatat Qarut dari awal hingga
akhir.
2) Menandai teks (kata, kalimat, atau paragraf) yang
mengandung unsur mitos.
3) Menganalisis jenis mitos yang terkandung dalam teks
tersebut.
d. Analisis Data
Penenelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan
pendekatan mitopoik. Pendekatan mitopoik menitikberatkan analisis
pada penciptaan mitos dan jenis-jenis mitos yang tercapat dalam karya
sastra.
e. Merumuskan Simpulan
Novel Fatat Qarut mengandung unsur-unsur mitos. Unsur mitos
dalam novel tersebut dicerminkan melalui perilaku tokoh. Tokoh
Abdullah yang awalnya tidak mempercayai dukun akhirnya
mendatangi dukun demi mencapai keinginannya bertemu dengan
Neng.
9
G. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab.
Bab pertama, yaitu pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang penelitian,
identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka berpikir, metode dan langkah-langkah penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab kedua, yaitu kerangka teori kritik sastra mitopoik. Bab ini berisi definisi
operasional dan penjelasan mengenai kritik sastra mitopoik.
Bab ketiga, yaitu Sayyid Ahmad Abdullah Assegaf dan novel Fatat Qarut.
Bab ini berisi biogarfi Sayyid Ahmad Abdullah Assegaf dan sinopsis novel Fatat
Qarut.
Bab keempat, yaitu unsur-unsur mitos dalam novel Fatat Qarut. Bab ini
berisi penjelasan mengenai mitos, analisis unsur-unsur mitos dalam novel Fatat
Qarut, dan makna simbolik di balik penciptaan mitos-mitos tersebut.
Bab kelima, yaitu penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi.
10
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG KRITIK MITOPOIK
A. Definisi Operasional
Unsur adalah adalah bagian terkecil dari suatu benda atau kelompok kecil
(Tim Penyusun, 2002 : 1248).
Mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlwan zaman dahulu,
mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa
tersebut mengandung arti yang mendalam yang diungkapkan dengan cara
gaib;sifat-sifat yang berkaitan dengan mitologi (Laelasari dan Nurlailah, 2006 :
161). Menurut Bacon dalam Danandjaya (2002 : 50), mitos adalah cerita prosa
rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang punya
cerita. Dalam Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007 : 524), definisi mitos adalah
kepercayaan atau keyakinan yang tidak terbukti tetapi yang diterima mentah-
mentah.
Novel Fatat Qarut adalah novel karya Sayyid Ahmad Abdullah Assegaf
yang mengisahkan seorang pria Arab bernama Abdullah. Abdullah memutuskan
untuk menetap di Garut karena kecintaannya pada daerah tempat tinggalnya, yaitu
desa Ranca Nasar. Di desa itu pula, Abdullah bertemu dengan pujaan hatinya,
yaitu Neng. Abdullah pun terus memperjuangkan cintanya. Ia banyak menemui
banyak tantangan dan rintangan untuk menemui Neng. Beragam cara ia tempuh
untuk dapat bertemu Neng, termasuk mendatangi dukun.
B. Kritik Sastra Mitopoik
Kritik mitopoik adalah jenis kritik yang ada sangkut pautnya dengan
penciptaan mitos dalam sebuah karya sastra. Mitos adalah cerita-cerita kuno yang
isinya dianggap bertuah dan dipercayai orang.
Kritik mitopoik adalah kritik yang paling baru dan ambisius antara
pendekatan-pendekatan kritik kontemporer. Kritik mitopoik dianggap pendekatan
paling pluralis sebab memasukkan hampir semua unsur kebudayaan, seperti
sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi, agama, filsafat, dan kesenian (Kuta
11
BAB III
SAYYID AHMAD ABDULLAH ASSEGAF
DAN NOVEL FATAT QARUT
Muhsin Assegaff, Habib Ahmad bin Hasan Alattas, Habib Muhammad bin Salim
As-Siri dan lain-lain.
Ustadz Ahmad Assegaff dikenal sangat gemar mengadakan perjalanan ke
berbagai negeri tetangga untuk menemui ulama-ulama dan mengadakan dialog
dengan para cendekiawan, sehingga ia sangat dikagumi oleh pusat-pusat ilmiah
pada masa itu.
Tahun 1333 H (1913 M), ia berlayar ke Singapura dan ke Indonesia untuk
mengunjungi saudaranya yang tertua, Sayid Muhammad bin Abdullah bin Muhsin
Assegaff di Pulau Bali. Ia tinggal di Pulau Dewata itu beberapa lama, sambil
berguru sekaligus berdakwah di sana.
Ia kemudian melanjutkan perjalanannya ke Surabaya, berjumpa dengan
beberapa perintis pergerakan Islam serta para cendekiawan. Mereka sering terlibat
diskusi membahas kebangkitan pergerakan keturunan Arab dan kaum muslimin di
masa mendatang.
Habib Ahmad saat itu terpilih menjadi direktur yang pertama dari Madrasah
Al-Khairiyah di Surabaya. Ia memimpin sekolah yang kebanyakan diikuti oleh
warga keturunan arab itu dengan sangat bijaksana dan mulai saat itu namanya
dikenal sebagai orang yang ahli dalam bidang pendidikan. Di kota Surabaya, ia
menikah dan mempunyai beberapa orang putra.
Kemudian, ia pindah ke Solo dan tetap bersemangat mencari ilmu
pengetahuan. Di kota batik inilah ia mempelajari ilmu psikologi dan manajemen
sekolah, kebetulan ia juga menjadi salah pengurus sekolah swasta. Selain
mengajar, ia juga berdagang sehingga ia sering pergi ke Jakarta untuk mengurus
perniagaannya. Usaha dagang semakin maju. Itu membuat Habib Ahmad pindah
ke Jakarta dan menjadi pimpinan sekolah Jami’at Kheir.
Berbagai perubahan demi kemajuan dalam pendidikan mulai ia rintis, di
antaranya dengan membuka kelas-kelas baru bagi para pelajar, menyusun tata
tertib bagi pelajar, mengarang buku-buku sekolah serta lagu-lagu untuk sekolah.
Buku-buku pelajaran yang ia susun diantaranya terdiri dari buku-buku
agama, sastra dan akhlaq. Keberhasilannya dalam memimpin sekolah dan
menciptakan sistem pendidikan, mengundang perhatian yang luas dari pemerhati
14
masalah pendidikan baik dalam maupun luar negeri, seperti dari Malaysia dan
Kesultanan Gaiti di Mukalla. Intinya, mereka meminta Habib Ahmad untuk
memimpin pengajaran sekolah di negeri mereka. Namun, permintaan tersebut
ditolak dengan halus, karena ia tengah merintis pembentukan Yayasan Arrabithah
Al-Alawiyyah.
Melalui pergerakan Arrabithah Al-Alawiyyah pula, ia mempunyai pengaruh
yang sangat kuat di dalam memberikan petunjuk dan pentingnya persatuan di
kalangan umat Islam dalam menghadapi penjajahan. Semua itu dapat dilihat
dalam qasidah, syair serta nyanyian yang ia karang.
Salah satu kitab yang dikarang oleh Habib Ahmad adalah Kitab Khidmatul
Asyirah. Kitab itu dibuat sebagai ringkasan dari kitab Syams Azh-Zhahirah.
Dalam kitab ini Habib Ahmad menguraikan secara sistematis mengenai nasab dan
pentingnya setiap orang memelihara kesucian nasabnya dengan ahlak yang mulia.
Karena tidaklah mudah untuk menjaga nasab, sebagai ikatan penyambung
keturunan serta asal-usul kembalinya keturunan seseorang kepada leluhurnya.
Dalam kitab ini, riwayat seseorang ia diteliti dengan seksama supaya terjaga
kesucian nasabnya, dengan susunan yang tertib dari awal sampai akhir. Habib
Ahmad bekerja keras untuk menyempurnakan isi buku ini walaupun ia
mempunyai kesibukan yang luar biasa baik Rabithah Alawiyah maupun sebagai
pengajar di Jami’at Kheir. Segala rintangan dihadapinya dengan penuh ketegaran
dan semangat pantang mundur dengan satu tekad menyusun sejarah nasab
Alawiyin merupakan pekerjaan yang sangat mulia.
Habib Ahmad, dalam kitab Khidmatul Asyirah menambahkan catatan
beberapa orang yang terkemuka serta para ulama yang hidup sekitar tahun 1307-
1365 H, saat menulis kitab ini sekitar tahun 1363 Habib Ahmad menghitung
terdapat lebih dari 300 qabilah dan kitab ini pertama kali diterbitkan di Solo pada
Rabiul Awal 1365 H.
Dari sekitar 20 buah bukunya, Ahmad bin Abdullah Assagaf sempat
menulis sejarah Banten berjudul Al-Islam fi Banten (Islam di Banten).
Karangannya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Fatat
Garut (Gadis Garut) berupa roman kehidupan multietnik Indonesia di awal abad
15
ke-20 oleh penerbit Lentera pada tahun 1997 dan diterjemahkan oleh Drs. Ali bin
Yahya. Karya sastra ini sangat indah dan patut untuk dibaca karena banyak
mengandung budaya bangsa dan syair-syair.
Karya-karyanya yang lain banyak disebarluaskan di madrasah-madrasah
sebagai buku wajib pelajaran sekolah baik dalam mau pun di luar negeri.
Diantaranya adalah cerita-cerita yang berisi masalah pendidikan seperti Dhahaya
at-Tasahul, dan Ash-Shabr wa ats-Tsabat (berisi tentang cara hidup yang baik di
dalam masyarakat untuk mencapai kemulian dunia dan akhirat), buku-buku
pendidikan dan ilmu jiwa, Sejarah masuknya Islam di Indonesia dan lain-lain.
Keahlian Habib Ahmad didalam syair mendapat pengakuan dari banyak ahli
syair di negara Arab. Selain itu Habib Ahmad juga punya keahlian di bidang
kerajinan tangan dan elektronika dan pernah membuat sebuah alat musik yang
dinamakan Alarangan.
Saat tentara Jepang datang ke Indonesia pada tahun 1942 dan menyerbu
Hindia Belanda serta menyebabkan pertempuran yang sengit di Batavia
menyebabkan Habib Ahmad pindah ke Solo. Setelah pertempuran mereda, Habib
Ahmad kembali ke Jakarta dan mengajar di Kalibata.
Setelah 40 tahun menetap di Indonesia, pada 1950 ia berniat meninggalkan
Indonesia menuju ke Hadramaut.
Tepat pada hari Jumat, 22 Jumadil Awwal 1369 H ia berangkat dari Jakarta,
dengan mempergunakan kapal laut dari pelabuhan Batavia. Namun Allah SWT
telah menentukan umurnya, tepatnya Selasa 26 Jumadil Awal 1369 H ia
berpulang ke haribaan-Nya.
Setelah diadakan upacara keagamaan seperlunya di atas kapal, pada hari
Kamis, 28 Jumadil Awal 1369 H, jenazahnya kemudian dimakamkan di laut
lepas, sebelum memasuki pelabuhan Medan. Yang sangat disayangkan, banyak
karya Habib Ahmad yang belum sempat dibukukan juga ikut hilang dalam
perjalanan itu.
16
BAB IV
UNSUR-UNSUR MITOS DALAM NOVEL FATAT QARUT
KARYA ABDULLAH ASSEGAF