You are on page 1of 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan


sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta
proses-prosesnya (Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan,
1994).
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
umumnya penyakit menular yang penyebarannya lewat hubungan seksual.
Penyebaran penyakit-penyakit ini akan lebih mudah menjadi luas jika banyak
orang berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual. Tindakan
kuratif dan rehabilitatif memang dapat dilakukan kepada masing-masing
individual pasien untuk mengobati penyakit-penyakit ini,namun alangkah lebih
baiknya jika dilakukan tindakan promotif dan preventif untuk mencegah agen-
agen penyakit ini tidak masuk ke dalam tubuh. Misal, dengan setia pada pasangan
seksual, menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi. Pengetahuan seperti
ini sudah seharusnya dibagikan pada masyarakat agar mereka danpat menjaga
kesehatan tubuhnya, terutama organ reproduksinya sendiri.
Selain masalah penyakit menular, keluhan gangguan hormonal juga
sering menjadi masalah utama pada beberapa wanita. Misal, masalah keputihan.
Keputihan bisa saja terjadi karena proses fisiologis normal wanita, namun banyak
juga keputihan yang diinduksi oleh beberapa faktor, seperti stress, proses infeksi,
kurang bersihnya daerah kewanitaan, sampai gejala penyakit keganasan. Contoh
berikutnya adalah Menopause. Pada dasarnya, hal ini merupakan proses penuaan
normal pada setiap wanita,hampir semua wanita akan mengalaminya. Namun bagi
beberapa wanita, mereka mengkhawatirkan proses menopause ini yang memang
gejalanya kadang mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. Premenopause

1
merupakan bagian proses penuaan alami wanita, yang ditandai oleh penurunan
produksi estrogen ovarium, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 50 tahunan
(Speroff et al., 1999; Casper,1997). Penurunan kadar estrogen seringkali
menimbulkan berbagai sindrom menopause, seperti hot flushes, night sweats,
mood swings, dryness vaginal, daya ingat menurun, insomnia, depresi, fatigue,
penurunan libido, incontinence urinary, dan dyspareunia (Patten et al., 2002;
Prior, 1998). Gejala hot flushes dialami oleh 50-75% wanita perimenopause
(Prior, 1998). Simtom yang lain adalah insomnia dan depresi, sebagai akibat hot
flushes yang bervariasi, sehingga mengalami gangguan susah tidur (insomnia).
Berikutnya adalah masalah keganasan. Suatu keganasan akan muncul
jika terdapat faktor inisiasi dan faktor promosi. Artinya, harus ada pencetus dan
pemicu timbulnya keganasan. Seperti, ada faktor genetik sabagai bakal
tumbuhnya kanker, dan ada pemicu, seperti bahan-bahan karsinogenik dan stress
terus-menerus yang terpapar pada seseorang yang memiliki gen menjadi kanker.
Kanker serviks, kanker pembunuh nomor satu bagi perempuan di
Indonesia, adalah kanker pada leher rahim yang diduga disebabkan oleh Human
Papilloma Virus (HPV). Sedangkan kanker payudara di Indonesia menempati
urutan ke dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995).
Penyuluhan yang telah dilakukan oleh kelompok PBL D4 berisi tentang
bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi, terutama wanita, serta langkah-
langkah deteksi dini keganasan, seperti pap smear untuk kanker serviks dan
periksa payudara sendiri (SADARI) untuk kanker payudara.
Setelah dilakukan penyuluhan pada PBL I maka kami bermaksud
melakukan survei untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tersebut terhadap
pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan reproduksi wanita di wilayah
kerja Puskesmas Sambung Macan I, Kabupaten Sragen.

B. Perumusan Masalah

2
Apakah penyuluhan yang diberikan dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap kesehatan reproduksi
wanita di wilayah kerja Puskesmas Sambung Macan I, Kabupaten Sragen?

C. Tujuan
1. Umum
Untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan PBL I dengan
peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap kesehatan
reproduksi wanita di wilayah kerja Puskesmas Sambung Macan I dan
Kabupaten Sragen pada umumnya.
2. Khusus
Untuk mengetahui faktor yang memepengaruhi pengetahuan,
sikap, dan perilaku tentang kesehatan reproduksi wanita pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sambung Macan I, kabupaten
Sragen.

B. Manfaat

1. Manfaat teoritis
Mahasiswa memperoleh pengalaman survei kesehatan masyarakat
sebagai bekal untuk menjadi dokter.

2. Manfaat praktis
Mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
wanita sebagai hasil penyuluhan PBL I.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. PBL (Pengalaman Belajar Lapangan)


PBL atau Pengalaman Belajar Lapangan adalah suatu
program mata kuliah yang diajarkan di Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang terbagi atas tiga (3)
tahap PBL I , PBL II , PBL III.
Mata Kuliah PBL adalah mata kuliah yang memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk berhubungan langsung
dengan masyarakat , dan memberikan sumbangan nyata kepada
masyarakat dalam bentuk antara lain tambahan pengetahuan ,
melalui kegiatan survei (PBL II).
Untuk program preklinik , mahasiswa akan melakukan PBL I
dan II masing – masing sebesar I SKS ( Satuan Kredit Semester )
Menurut kurikulum pendidikan dokter Indonesia, 80% menerapkan
evidence Based Learning (belajar berdasarkan masalah).
Pola PBL menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Konsorsium Ilmu Kesehatan I
Oktober 1983:
a. Sasaran
Mahasiswa mendapatkan Pengalaman Belajar untuk menopang
upaya pencapaian kemampuan yang tercantum dalam Kurikulum
Inti Pendidikan Dokter Indonesia II dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat dan lingkungan.

b. Pengelompokan Kegiatan

1
Mengingat bahwa kegiatan PBL, sedemikian banyak (baik jumlah
maupun jenis) dipandang perlu mengelompokan berbagai kegiatan
PBL.
Pengelompokan ini berdasarkan :
1) Tingkat kemampuan mahasiswa yang makin tinggi dan
majemuk dengan lama proses pendidikan.
2) Urutan pelaksanaan kegiatan yang wajar dan wajib.
3) Keseluruhan kegiatan PBL tidak hanya pada semester atau
tingkat tertentu.
Kegiatan PBL terdiri dari :
a. Kelompok kegiatan I
b. Kelompok kegiatan II
c. Kelompok kegiatan III
Hal-hal yang dikerjakan oleh mahasiswa sebagai langkah-
langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan PBL II adalah:

a. Mencari serta mengumpulkan data-data di daerah baik data primer


maupun data sekunder.
b. Melakukan pengolahan data yang telah didapat.
c. Menentukan masalah utama ( prioritas masalah kesehatan )
berdasarkan data yang diperoleh.
Kegiatan yang harus dilakukan oleh para mahasiswa semester
VI dalam kelompok PBL II ini adalah survei.

Mahasiswa melalui sistem belajar mengajar di kampus sesuai


kurikulum yang ditempuh, telah dibekali materi kuliah tentang
metodologi penelitian yang dalam kaitannya dengan PBL II sangat
dibutuhkan pengetahuan tentang metodologi tersebut. Sebab
metodologi Penelitian merupakan sarana atau alat bantu bagi
mahasiswa untuk membuat laporan survei serta untuk menganalisa
data kesehatan masyarakat.

Tujuan Khusus PBL II :

1
a. Menetapkan taraf kesehatan masyarakat berdasarkan analisa data,
statistik, kehidupan, survei kesehatan, atau tehnik epidemiologi.
b. Menerapkan prinsip lingkaran pemecahan masalah yang berupa
mengumpulkan data, merencanakan dan melaksanakan program
serta mengevaluasi keberhasilan program dan semua
komponennya.
c. Melaksanakan pengelolaan suatu organisasi dengan perencanaan
dan pembuatan program, pemberian wewenang dan tanggung
jawab serta komunikasi dalam organisasi.
d. Memperhitungkan berbagai faktor yang mungkin menimbulkan
masalah yang timbul melalui kerja sama dengan instansi yang
berwenang.
e. Merencanakan tindakan penanggulangan terhadap berbagai faktor
dan masalah yang timbul melalui kerjasama dengan instansi yang
berwenang.
f. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi, termasuk hak dan
kewajiban serta kewenangan.
g. Menetapkan ruang lingkup Penelitian bidang kesehatan di
Indonesia (lokasi, metodologi, responden).
h. Bertindak sesuai dengan etik kedokteran dalam hubungan dokter
dengan perorangan dan atau masyarakat.
i. Mempertimbangkan tindakan dokter berdasarkan etik kedokteran .
j. Bertindak sebagai pemimpin formal dan tidak formal, untuk
meningkatkan motivasi masyarakat.

Kegiatan yang dijalankan oleh mahasiswa dalam pelaksanaan


PBL II berupa survei tentang hasil penyuluhan kesehatan pada
masyarakat yang telah dilakukan pada PBL I. Kegiatan ini dibagi
dalam tiga tahap:

1. Tahap persiapan

2. Tahap pelaksanaan

1
3. Tahap penyelesaian

1. Kesehatan Reproduksi Wanita


Organ reproduksi yang tampak dari luar :
1. Vulva
2. Labia Majora dan Rambut Pubis
3. Payudara dan Papilla Mammae
Organ reproduksi bagian dalam :
1. Labia Minora
2. Hymen
3. Vagina
4. Uterus (Rahim)
5. Tuba uterina
6. Ovarium
7. Payudara/ kelenjar mama
HORMON PADA WANITA
Reproduksi wanita dipengaruhi oleh 3 macam hormon yaitu :
1. Gonodotropin Releasing Hormon (GnRH)
2. Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutein Hormon (LH)
3. Estrogen dan Progesteron
Adanya pengaruh hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya siklus
haid. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada siklus haid adalah :
1. Menstruasi, yaitu perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (desquamasi) endometrium. Secara normal, panjang siklus
menstruasi adalah 28 hari ± 1 hari, rata-rata 21-40 hari. Beberapa wanita
mengalami PMS (Pre Menstrual Syndrom) dengan gejala-gejala :
payudara mengeras, merasa kembung, nafsu makan berubah, sakit kepala,
jerawat atau kemerahan pada kulit, sulit buang air besar atau diare, kram
perut, merasa sedih,lelah, dan mudah tersinggung. Pada saat menstruasi,
sebagian wanita mengalami dismenore, payudara melunak, putting
payudara nyeri, bengkak, kram dan emosi yang tidak stabil (Wiknjosastro
et al; 1999).

1
2. Menarche, yaitu masa pertama kali seorang wanita mengalami menstruasi.
Fase ini terjadi antara umur 10-16 tahun, rata-rata 12,5 tahun. Statistik
menunjukkan bahwa menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi
dan kesehatan umum. Menarche terjadi pada pertengahan masa pubertas,
yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. (Wiknjosastro et al;
1999).
4. Menopause (mati haid) adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih
dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel telur. Pramenopouse
adalah masa 4-5 tahun sebelum menopouse dan pascamenopause adalah 3-
5 tahun setelah menopause. Sedangkan ooporopause adalah terhentinya
fungsi ovarium , berarti terhentinya produksi estrogen, estron yang terjadi
pada usia 55 – 56 tahun (medicastore.com, 2002).

Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh


setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan
suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena
penurunan produksi hormon Estrogen yang dihasilkan Ovarium (indung
telur). Seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila siklus
menstruasinya telah berhenti selama ± 12 bulan. Berhentinya haid tersebut
akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun
psikis. Berdasarkan data, kata Hardi, wanita Indonesia yang memasuki
masa menopause saat ini sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut
diperkirakan meningkat menjadi 11% pada 2005. Kemudian, naik lagi
sebesar 14% pada 2015. Meningkatnya jumlah itu, lanjutnya, sebagai
akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia
harapan hidup dibarengi membaiknya derajat kesehatan masyarakat.

Wanita yang memasuki menopause tentu mengalami problem


kesehatan, karena berkurangnya hormon estrogen dalam darah. Timbulnya
efek itu sebagai dampak menurunnya fungsi ovarium (indung telur).
Berkurangnya hormon estrogen membuat mereka mengalami beberapa
kelainan, baik yang terjadi dalam jangka pendek maupun panjang.
Manifestasi gangguannya bukan cuma fisik, tetapi juga mental.

1
PENYEBAB MENOPAUSE

Pada masa menopause, hormon diproduksi secara tidak teratur


karena sedang terjadi penyesuaian keseimbangan pada kelenjar endokrin.
Dalam keadaan seimbang, hormon-hormon tersebut akan bekerja sama
secara teratur untuk membantu fungsi tubuh. Dalam keadaan berkurangnya
salah satu hormon, hormon lain pada kelenjar ini akan ikut terpengaruh.
Ketidak tetapan produksi hormon bisa terjadi bukan saja pada indung telur,
tapi juga pada payudara, pituitary, thyroid, dan hypothalamus. Hormon
estrogen kemudian mengatur persediaan dirinya hingga mencapai suatu
tingkatan yang tetap. Beberapa ahli mengatakan bahwa proses ini bisa
berlangsung sampai usia 70-an.

Persediaan hormon progesterone akan menciut pada saat hormon


ini tidak lagi melakukan fungsinya. Fungsi tersebut adalah untuk
menyediakan tempat di dalam rahim bagi telur yang telah dibuahi, atau
untuk menghancurkan dinding uterus sehingga menimbulkan perdarahan
pada waktu menstruasi. Jadi, jika kita tidak menstruasi, tubuh kita tidak
perlu lagi memproduksi hormon progesterone untuk menghancurkan
jaringan di dalam rahim. Pengurangan ini merupakan proses yang terjadi
secara perlahan-lahan dan diimbangi dengan kadar estrogen yang terus
diproduksi meskipun dalam jumlah yang sedikit. Mengingat bahwa
hormon progesterone baru muncul pada pertengahan siklus menstruasi,
sebenarnya hormon ini tidaklah sepenting hormon estrogen.

MERAWAT ORGAN REPRODUKSI WANITA

Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk memelihara kebersihan.


Sayangnya, kebersihan organ seksual tak pernah dibicarakan. Padahal,
memelihara kebersihan area rahasia itu sangat penting.

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ


seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan
kita. Apalagi kita tinggal di daerah tropis yang panas dan bikin kita
berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembap, terutama pada organ
seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Di wilayah tubuh seperti

2
itulah bakteri mudah berkembang biak hingga menimbulkan bau tak sedap
dan penyakit. Karena itu kita harus menjaganya, antara lain dengan cara
• Mandi dua kali sehari.
• Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah buang air kecil dan
besar.
• Mencuci bagian luar organ-organ seksual kita dengan air dan sabun,
terutama setiap selesai buang air kecil dan besar.
• Tidak menggunakan air kotor untuk mencuci wilayah sensitif itu karena
potensial mengundang bakteri dan kuman.
• Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari.
• Hindari celana ketat karena dapat menyebabkan permukaan organ
reproduksi kita jadi mudah berkeringat. Akibat pada cowok adalah dapat
membuat fungsi organ seksual kita tak lagi maksimal.
• Sebaiknya kenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun karena
bahan ini dapat menyerap keringat dengan baik.
• Hindari bertukar pakaian dalam dan handuk dengan orang lain karena
hal ini potensial menularkan penyakit.
• Dianjurkan untuk mencukur/merapikan rambut kemaluan. Jika tidak,
maka wilayah rahasia kita berpotensial ditumbuhi sejenis jamur atau
kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal.
1. Menjaga Kebersihan Area Wanita

Setiap kali mandi dan sehabis buang air kecil atau besar, bersihkan vagina
dengan membasuh bagian luarnya secara hati-hati dengan air bersih dan
sabun yang lembut. Jika kita alergi dengan sabun yang lembut, bisa juga
cukup basuh dengan air hangat. Cara membasuh yang benar adalah dari
arah depan ke belakang, jangan sebaliknya. Hal ini akan mencegah
masuknya kuman-kuman penyakit.
 Gunakan air bersih, lebih baik lagi air hangat. Setelah itu keringkan
dengan baik.
 Rajin-rajinlah mengganti pakaian dalam/panty liners (pembalut
tipis sekali pakai) jika sudah terasa lembap yang berlebihan.

2
 Hati-hati menggunakan deodoran, sabun antiseptik yang keras, atau
cairan pewangi (parfum) untuk menghilangkan bau di daerah
kecewekan karena bisa berbahaya untuk kesehatan. Terlalu sering
membasuhnya dengan cairan kimia (douching) dan penggunaan
deodoran dan parfum akan merusak keseimbangan yang ada
sehingga memungkinkan terjadinya infeksi.
2. Menjaga kebersihan saat menstruasi.

Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena
infeksi. Oleh karena itu kebersihan wilayah cewek kita harus lebih dijaga
lantaran kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit
pada saluran reproduksi. Untuk menjaga kebersihan gantilah pembalut
secara teratur 4-5 kali sehari atau setelah buang air kecil dan mandi untuk
menghindari pertumbuhan bakteri. Sebaiknya pilih pembalut yang
berbahan lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan
yang bikin alergi (misalnya parfum atau gel), dan merekat dengan baik
pada pakaian dalam.

3. Memilih pakaian dalam.

Selain harus sering ganti secara teratur, kita juga perlu memilih
pakaian dalam yang baik. Pakaian dalam (celana dalam dan BH) yang baik
adalah yang berbahan alami (katun) karena dapat menyerap keringat.
Bahan sintetis seperti nilon akan membuat kita kegerahan dan membuat
vagina menjadi lembap sehingga bakteri dan jamur mudah berkembang
biak.Ukuran celana dalam juga perlu jadi pertimbangan. Jangan pilih
celana dalam yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Untuk BH, sama saja,
pilih yang terbuat dari bahan yang nyaman dan ukurannya sesuai dengan
ukuran payudara kita-ada yang pakai kawat (wire bra) yang bisa
menyangga payudara atau dengan lapisan busa yang tebal agar
payudaranya tampak lebih berisi dan baju yang dipakai tampak lebih rapi.
Tapi ada juga yang malah terganggu dengan adanya kawat ini atau gerah
karena busanya terlalu tebal.

1
KEPUTIHAN (LEUKORRHEA)

Keputihan dapat dibagi menjadi dua macam, yakni keputihan


fisiologis yang adalah respon tubuh normal dan patologis yang adalah
bukan respon tubuh secara normal. Dalam keadaan normal, vagina
memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna,
jumlahnya tak berlebihan dan tidak disertai gatal. Cairan ini berfungsi
sebagai alat perlindungan alami, mengurangi gesekan dinding vagina saat
berjalan dan saat melakukan hubungan seksual.

Selain cairan tersebut, di dalam vagina juga hidup kuman pelindung


yang disebut sebagai flora doderleins yang dalam keadaan normal,
berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Pada kondisi tertentu
keseimbangan itu dapat terganggu, misalnya, saat stres sehingga daya
tahan tubuh rendah, menjelang dan setelah haid, kelelahan, diabetes, saat
terangsang, hamil, atau mengonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB.
Gangguan ini mengakibatkan cairan vagina yang keluar sedikit berlebih.
Inilah yang disebut keputihan (leukorre atau flour albus). Tapi keputihan
yang diakibatkan oleh hal – hal yang telah disebutkan di atas biasanya
masih dalam taraf normal karena tidak ada perubahan warna, bau, atau
rasa gatal. Wanita yang mengalami keputihan ini tidak perlu melakukan
pengobatan. Perawatan cukup dengan air rebusan daun sirih atau sabun –
sabun pembersih vagina yang banyak dijual di pasaran. Akan tetapi,
penggunaan sabun ini tidak boleh berlebihan karena dapat mematikan flora
doderleins yang berguna untuk menjaga tingkat keasaman di dalam
vagina.

Keputihan yang harus diwaspadai adalah keputihan yang bukan


respon tubuh normal, dengan kata lain, patologis. Keputihan ini berupa
cairan berwarna kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya banyak bahkan
bisa sampai keluar dari celana dalam, kental, lengket, berbau tidak sedap
atau busuk, terasa sangat gatal atau panas, dan menimbulkan luka di
daerah mulut vagina. Keputihan jenis ini harus diwaspadai mengingat
dapat menjadi salah satu indikasi gejala adanya kanker leher rahim. Oleh

2
karena itu, keputihan patologis harus dicari penyebabnya dan diobati
secara adekuat sejak dini.

1. Jamur Candida atau Monilia.

2. Parasit Trichomonas Vaginalis.

3. Bakteri Gardnella.

4. Virus

5. Reaksi alergi

Keputihan tidak menyebabkan kanker. Keputihan hanyalah salah


satu gejala yang ditimbulkan oleh kanker, misalnya kanker leher rahim.
Keputihan yang ditimbulkan oleh kanker leher rahim memberikan gejala
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau
hitam serta berbau busuk. Keputihan akibat infeksi yang dibiarkan tidak
diobati dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kemandulan.
Hal ini dikarenakan infeksi meluas ke rongga rahim, ke saluran telur dan
kemudian sampai ke indung telur dan bisa menyebar sampai ke dalam
rongga panggul. Beberapa langkah yang dapat dilakukan apabila ternyata
menderita keputihan adalah sebgai berikut:

 Berkonsultasilah ke dokter kandungan

Dokter akan memberi obat sesuai keluhan dan penyebab. Umumnya


keputihan yang disebabkan oleh infeksi diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida
dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral yang berupa tablet atau kapsul,
topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung
ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan

3
seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan
untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.

 Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan.

 Jika masih belum sembuh juga, lakukan uji resistensi obat dan mengganti
dengan obat lain. Ada kemungkinan bahwa kuman ternyata resisten
terhadap obat yang diberikan.

 Bagi yang sudah menikah, lakukan pap smear. Apalagi jika sudah berumur
› 35 tahun dan keluhan keputihan diikuti dengan adanya sesuatu yang
mencurigakan di mulut rahim karena dikhawatirkan adalah virus yang
dapat memicu kanker. Idealnya, pap smear dilakukan setahun sekali.

 Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan mulut


rahim dengan menggunakan alat pembesar yang diletakkan di luar bibir
vagina. Sebagai penunjang, lakukan pula tes urin dan tes darah.

 Yang paling penting adalah jagalah kebersihan daerah vagina anda dan
cobalah untuk membiasakan pola hidup yang sehat agar daya tahan tubuh
baik untuk mendukung pengobatan yang sempurna.

GEJALA MENOPAUSE

Haid adalah peristiwa yang terjadi secara khas pada individu, baik
dalam awal pertama kali terjadi, dalam siklus, jumlah darah yang keluar,
maupun dalam gejala-gejala yang menyertainya. Demikian pula ketika
terjadi menopause akan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda pada tiap
orang. Meskipun demikian, dapatlah dikatakan bahwa gejala-gejala
menopause dapat berupa insomnia, rasa panas (hot flash), banyak
berkeringat, depresi, berkurangnya daya ingat, sulit menahan dorongan
untuk kencing (inkontinensia), dsb. Karena sifat gejala yang berbeda-beda
pada tiap orang itu maka ada baiknya jika Anda mencatat tanggal-tanggal

2
haid Anda serta gejala-gejala “yang tidak biasa” yang mungkin terjadi,
setelah Anda mencapai atau melampaui usia 40 tahun.

Sebenarnya “menopause” juga terjadi pada laki-laki. Studi


endokrinologi menunjukkan bahwa sejak usia 35 tahun, produksi hormon
seksual pada pria mulai menurun. Proses penurunan ini kian meningkat
dengan bertambahnya usia. Tetapi, pengaruhnya pada perubahan mental
dan kesehatan fisik kaum laki-laki belum banyak diketahui. Belum lama
ini, sebuah penelitian mengenai topik ini dilakukan oleh seorang ahli
fisiologi, Prof. Anette Degenhardt dari Universitas Frankfrut. Penelitian
tersebut melibatkan 400 laki-laki berprofesi di Jerman. Mereka ditanyai
tentang gejala-gejala yang dialami berkaitan dengan menopause. Diketahui
gejala yang paling sering adalah kelelahan (69%), sakit punggung (66%),
berkurangnya daya ingat (64%), dan berkurangnya konsentrasi (63%).
Penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan antara persepsi subyektif
gejala menopause dengan keperkasaan fisik pada laki-laki usia 45 hingga
54 tahun.

1. Rasa Panas (Hot Flash)

Hal pertama yang harus diketahui mengenai hot flash atau rasa
panas yang datang secara ialah bahwa hal ini tidaklah berbahaya. Ia akan
lekas hilang dan tidak perlu ditakuti. Sesungguhnya, ada beberapa jenis
pengalaman dengan rasa panas yang berbeda ukuran, bentuk, maupun
intensitasnya. Biasanya, hot flash berlangsung hanya selama 15 detik
sampai 1 menit. Sama sulitnya seperti kita menggambarkan menopause,
demikian pula halnya dengan upaya menjelaskan pengalaman dengan
upaya arus panas.

Rasa panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang
dan mulai berlangsung sampai saat haid benar-benar berhenti. Sebagian
besar perempuan yang mengalaminya menyatkan tidak terlalu terganggu
karena arus panas terasa ringan saja. Hanya sebagian kecil yang merasa
terganggu karena ada rasa tergelitik pada jari-jari, kaki dan tangan, atau
kepala, atau mulai dari jari kaki dan merayap ke kepala. Arus panas

2
kadang timbul pada bagian tertentu saja dan kadang dialami secara lebih
menyeluruh. Frekuensi timbulnya hot flash sebenarnya tidak dapat diduga
sebelumnya, mungkin hanya sekali dalam beberapa jam, atau bahkan
selama 15 menit selama berjam-jam.

Ada perempuan yang mengalami arus panas hanya sebagai


keringat yang melebihi biasanya. Ini termasuk gejala yang sangat ringan
dan sama sekali tidak tampak oleh orang lain. Ada juga yang
mengalaminya sebagai peningkatan suhu badan secara tiba-tiba yang
menyebabkan wajah menjadi kemerahan dan keringat mengucur di seluruh
tubuh. Berkeringat pada wakut malam disebut keringat malam dan
mungkin saja diikuti atau tidak diikuti rasa panas. Rasa panas ini tidak
membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya hanyalah rasa tidak
nyaman, tanpa disertai rasa sakit.

Cara Mengatasi “Hot Flash”

Rosetta, seroang pemerhati masalah menopause, menyarankan


bahwa salah satu cara yang terbaik untuk mengatasi hot flash adalah
dengan membicarakannya. Tak perlu merasa malu untuk bercerita tentang
keadaan ini. Semakin sering kita membicarakannya, semakin mudah pula
kita mengatasinya. Ceritakan pengalaman kita pada orang di sekitar kita:
keluarga, teman, atau rekan sekerja. Satu hal yang perlu diperhatikan,
terimalah menopause dan rasa panas tersebut sebagai kenyataan biasa.
Semua itu merupakan bagian dari hidup kita.

Hal yang Sebaiknya Dicegah

Apa yang harus kita cegah jika mengalami hot flash? Kepanikan!.
Arus yang menyebabkan rasa panas itu merupakan fenomena normal bagi
perempuan setengah baya. Duduk, diam, dan tenangkan diri Anda. Itulah
nasihat yang paling bermanfaat. Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan
secara perlahan-lahan. Jika mungkin, lepaskan sepatu dan bukalah pakaian
dan aksesori yang menyesakkan. Selalu diingat bahwa rasa panas ini akan
berlalu dengan cepat.

2
Hindari penggunaan baju yang tidak dapat menyerap keringat.
Sebagai upaya untuk berjaga-jaga, selalulah membawa baju ganti karena
kadang-kadang keringat mengucur dengan deras sehingga Anda
membutuhkan baju untuk ganti. Selalu tersedia handuk kecil, saputangan
atau tissu. Hindari penggunaan make up atau bahan kimia yang justru
menutup pori-pori kulit.

Perempuan yang memperhatikan gizi makanannya dan olah raga secara


teratur, lebih mudah mengatasi rasa panas ini. Sangat mungkin masih ada
hubungan yang nyata antara badan yang sehat dan pengalaman dengan
menopause yang lebih ringan.

2. Perdarahan
Perdarahan disini adalah perdarahan yang keluar dari vagina. Tidak
seperti menstruasi yang datangnya teratur, perdarahan yang terjadi pada
wanita menopause tidak teratur. Gejala ini terutama muncul pada saat
permulaan menopause. Perdarahan akan muncul beberapa kali dalam
rentang beberapa bulan untuk kemudian berhenti sama sekali. Karena
munculnya pada masa awal menopause, gejala ini sering disebut gejala
peralihan.

3. Rasa panas dan keringat malam.

Rasa panas sering dialami wanita yang memasuki masa


menopause. Perasaan ini sering dirasakan mulai dari wajah menyebar ke
seluruh tubuh. Rasa panas ini sering disertai dengan warna kemerahan
pada kulit dan berkeringat. Perasaan ini sering terjadi selama 30 detik
sampai dengan beberapa menit. Meskipun penjelasan tentang fenomena ini
belum diketahui dengan pasti namun diduga terjadi akibat dari fluktuasi
hormon estrogen. Seperti diketahui, pada saat menopause, kadar hormon
estrogen dalam darah akan anjlok secara tajam sehingga berpengaruh
terhadap beberapa fungsi tubuh yang dikendalikan oleh hormon ini.

Sampai saat ini belum ditemukan metode untuk memperkirakan


pada usia berapa penomena ini akan muncul dan kapan akan berakhir.

3
Rasa panas ini bahkan sudah terjadi sebelum seorang wanita memasuki
masa menopause. Gejala ini akan menghilang dalam 5 tahun pada sekitar
80% wanita, sisanya akan terus mengalaminya sampai dengan 10 tahun.

Di samping rasa panas dan kemerahan, penderitaan wanita yang


sedang menopause juga ditambah dengan keringatan di malam hari. Gejala
ini tentu akan menganggu tidur yang menyebabkan wanita yang
mengalaminya akan selalu kurang tidur.

4. Gejala pada vagina.

Gejala pada vagina muncul akibat dari perubahan yang terjadi pada
lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis akibat
dari penurunan kadar estrogen. Selain itu muncul pula rasa gatal pada
vagina dan yang lebih parah adalah rasa sakit saat berhubungan seksual.
Perubahan pada vagina ini juga mengakibatkan wanita menopause rentan
terhadap infeksi vagina.

5. Gejala perkemihan.

Perubahan yang terjadi pada lapisan vagina juga terjadi pada


saluran urethra. Urethra adalah saluran yang menyalurkan air seni dari
kandung kemih ke luar tubuh. Saluran urethra juga akan mengering,
menipis dan berkurang keelastisannya akibat dari penurunan kadar
estrogen. Perubahan ini akan menyebabkan wanita menopause rentan
terkena infeksi saluran kencing, selalu ingin kencing dan ngompol.

6. Gejala emosional dan kognitif.

Wanita yang akan memasuki masa menopause sering mengalami


gejala emosional dan kognitif yang bervariasi. Gejala ini antara lain,
kelelahan mental, masalah daya ingat, lekas marah, dan perubahan mood
yang berlangsung cepat. Sangat sulit untuk mengetahui gejala yang
manakah yang dipengaruhi oleh perubahan hormon. Perubahan emosional
ini terkadang tidak disadari oleh wanita yang sedang menopause sehingga
perlu pendekatan khusus untuk masalah ini. Pendekatan ini untuk

2
meyakinkan wanita tersebut atas apa yang sedang diderita. Keringat dingin
yang muncul juga memberi kesan kelelahan fisik akibat dari kurang tidur.

7. Perubahan fisik yang lain

Perubahan fisik lainnya antara lain perubahan distribusi lemak


tubuh yang mana pada wanita menopause lemak akan menumpuk pada
pinggul dan perut. Perubahan tekstur kulit, kerutan kulit, dan terkadang
disertai dengan jerawat.

8. Gejala Lainnya

Gejala lain yang menjadi tanda menopause adalah gangguan


sembelit, gangguan punggung, dan tulang belulang, bengkak, linu, serta
nyeri.

a) Sembelit

b) Gangguan Tulang

c) Sakit Kepala

d) Bengkak

e) Linu dan Rasa Nyeri

Pengaruh Menopause terhadap Hubungan Seksual Perempuan

Kehidupan seksual sesuadah menopause ternyata tidak mengalami


perubahan pada 60% perempuan. Dua puluh persen diantaranya
mengalami peningkatan keinginan seksual dan 20% lagi mengalami
pengurangan. Karena tidak ada lagi resiko kehamilan, banyak perempuan
mempunyai keinginan seksual yang lebih besar dan bahkan kadang
memperbaiki hubungan antara pasangan. Memang, dalam kenyataannya
nafsu seksual tidak ada hubungannya dengan produksi hormon pada saat
atau sesudah menopause.
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa perempuan masih tetap
mempunyai nafsu seksual sampai pada usia yang lebih tua dibanding kaum
laki-laki. Setiap tujuh diantara 10 pasangan di Amerika masih tetap
melakukan senggama sesudah usia 60 tahun. Alasan utama berhentinya

2
kegiatan seksual mereka biasanya disebabkan oleh adanya gangguan
kesehatan, yang biasanya terjadi pada pihak laki-laki. Kendati demikian,
sementara sebagian perempuan tidak mengalami perubahan pada
keinginannya untuk berhubungan seks, sebagian lainnya tidak peduli jika
ia tidak berhubungan dengan pasangannya selama berbulan-bulan.

FAKTOR RISIKO

1. Faktor Psikis

Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan


dengan kadar estrogen , gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga
dan gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik,
timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa
kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabar lagi dll.
Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan si wanita
untuk menyesuaikan diri.

2. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan


pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan mengurangi
beban fisiologis, psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai
faktor fisiologis.

3. Budaya dan lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat


mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri
dengan fase klimakterium dini.

4. Faktor Lain.

Wanita yang belum menikah, wanita karier baik yang sudah atau
belum berumah tangga, menarch yang terlambat berpengaruh terhadap
keluhan-keluhan klimakterium yang ringan

Memperlambat Datangnya Menopause

2
Datangnya menopause memang tidak dapat dihindari. Tapi ada
persiapan-persiapan yang bisa kita lakukan untuk memperlambat
kedatangannya. Menurut penelitian, usia menopause di Indonesia adalah
sekitar 50 tahun, relatif sama dengan perempuan di negara Barat.
Menjelang masa ini perempuan akan mengalami perubahan hormon dalam
tubuhnya, yaitu secara berangsur hormon estrogen akan berkurang
produksinya. Sebagaimana diketahui, estrogen (bersama progesterone)
adalah hormon yang dikeluarkan oleh kandung telur untuk mempersiapkan
sel telur yang siap dibuahi.

Selain itu, estrogen juga berfungsi membuat kulit perempuan jadi


halus, mulus, lembut, dan juga berfungsi untuk menjaga simpanan zat
kapur dalam tulang. Oleh karena itu menurunnya kadar estrogen akan
disertai pula perubahan pada organ-organ tubuh di atas. Kulit mulai tidak
selembut dan sehalus semula, demikian pula tulang-tulang mulai akan
kekurangan zat kapur. Keluhan-keluhan seperti haid tidak teratur, rasa
panas di muka, tiba-tiba berkeringat, sakit kepala, jantung berdebar,
perasaan gelisah, kulit berkeriput, rambut rontok atau nyeri sendi, kadang-
kadang merupakan gejala awal datangnya menopause.

Datangnya masa menopause tidak perlu membuat diri kita menjadi


cemas. Karena selain dapat diatasi dengan terapi hormon pengganti,
kehadiran menopause ternyata dapat diperlambat dengan mengatur dan
memulai kehidupan yang lebih sehat. Adapun persiapan-persiapan yang
dapat kita lakukan antara lain:

1. Berolah raga secara teratur.

Olah raga selain membantu mengurangi datangnya gejala awal


menopause, dapat pula meningkatkan kekuatan tulang. Mulailah dengan
olah raga seperti jalan kaki, jogging, meditasi, dan yoga.

2. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalsium.

Mengkonsumsi makanan seperti susu, keju, dan kacang-kacangan dapat


mengurangi kekeroposan tulang.

2
3. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah-buahan
dan sayuran.

4. Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda, dan alkohol.

5. Menghindari merokok.

Dengan cara ini, menopause yang kehadirannya tidak dapat dihindari


dapat dihadapi dengan lebih tenang dan aktivitas pun dapat terisi dengan
lebih baik. Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.

Kanker Leher Rahim


(Carcinoma Cervix)

Serviks atau leher rahim merupakan bagian bawah rahim yang


menonjol pada liang sanggama (vagina). Kanker Leher Rahim (Serviks)
atau Karsinoma Serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim.
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan
kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di
Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama.
Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses
terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia
berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian
berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS
dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma
in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi
karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun. Kanker serviks yang sudah masuk
ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
relatif cepat.

Penyebab

1
Sekitar 90-99 persen jenis kanker serviks disebabkan oleh human
papillomavirus (HPV). Virus ini bisa ditransfer melalui hubungan seksual
dan bisa hadir dalam berbagai variasi. Infeksi virus ini kadang tidak
menimbulakan gejala, sehingga terkadang sulit untuk dideteksi.

Gejala yang ditimbulkan


Pada kondisi prakanker, umumnya tidak ada gejala dan tak ada rasa nyeri.
Bila kanker ini sudah muncul, gejalanya dapat berupa :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
2. Nyeri pada saat bersanggama
3. Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
4. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
5. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
6. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

Penyebaran

Seperti layaknya kanker, jenis kanker ini juga dapat mengalami


penyebaran (metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga macam, yaitu
:

– Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening


lainnya

2
– Melalui pembuluh darah (hematogen)

– Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung


kencing dan rectum

Faktor Risiko

1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai
resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20
tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi
human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan
timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks
menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang
atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi
faktor pendamping.
3. Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin
dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen
infeksi virus.

4. Defisiensi Zat Gizi

1
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat
dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita
yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
5. Trauma kronis pada serviks, seperti infeksi, pascamelahirkan, dan iritasi
menahun
6. Melahirkan banyak anak

Deteksi Dini

Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar


penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Padahal,
dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit
ini dapat disembuhkan sampai hampir 100%. Malahan sebenarnya kanker
serviks ini sangat bisa dicegah.

Pap Smear

Untuk melakukan deteksi dini Kanker Leher Rahim, diantaranya dengan


melakukan Papsmear. Papsmear merupakan pemeriksaan leher rahim
(serviks) menggunakan alat yang dinamakan speculum dan dilakukan oleh
bidan ataupun ahli kandungan. Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya
HPV ataupun sel karsinoma penyebab Kanker Serviks. Pap smear adalah
suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou
pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan
mikroskop.
Pemeriksaan ini murah, cepat dan dapat dilakukan di pelayanan kesehatan
terdekat seperti : Puskesmas, Rumah Bersalin, Rumah Sakit, Bidan,
Klinik, Praktek dokter, dll. Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja,
kecuali sedang haid atau sesuai petunjuk dokter. Papsmear sebaiknya
dilakukan 1 kali setahun oleh setiap wanita yang sudah menikah atau
pernah melakukan hubungan seksual.

Apabila hasil pemeriksaan papsmear positif, yaitu terdapat sel-sel yang


tidak normal, sebaiknya konsultasi kepada petugas kesehatan terdekat

2
untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut oleh ahli
kandungan. Lakukan Papsmear secara rutin agar Kanker Leher Rahim
lebih cepat ditemukan dan lebih besar kemungkinan sembuh.

Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan


ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang
tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan
ini.

Pencegahan

– tidak menikah atau melakukan hub sex pertama kali pada usia yang
masih muda
– setia pada pasangan
– menjaga kebersihan daerah kelamin
– batasi jumlah anak
– jangan mulai merokok dan segera berhenti merokok
– vaksinasi HPV

Vaksinasi HPV
Seperti diketahui, Human Papiloma Virus (HPV) memegang peranan
penting dalam hal terjadinya kanker leher rahim. Sekali seseorang
mengidap HPV, maka seumur hidup virus tersebut akan berada pada tubuh
orang tersebut.
Saat ini belum ada teknologi kedokteran, termasuk yang paling maju
sekalipun, yang bisa 'mengeluarkan/membunuh' virus tersebut sampai
tuntas pada tubuh seseorang. Oleh karena itu pencegahan terhadap
'masuk'nya virus ini sangatlah penting dalam hal mencegah terjadinya
kanker leher rahim atau menjadi penular kanker leher rahim (termasuk
juga bagi para pria). Virus ini hanya bisa berpindah pada saat melakukan
hubungan seksual.
HPV ditemui pada sekitar 90 – 96 % penderita Kanker Leher Rahim.
Tidak semua HPV itu menyebabkan Kanker Leher Rahim. Dari 70 tipe
HPV yang diketahui saat ini, hanya 13 tipe HPV yang erat kaitanya

2
dengan kanker leher rahim. Tipe yang dimaksud adalah tipe 16, 18, 31, 33,
36, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68.
Virus-virus ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Oleh sebab
itu meskipun tidak sepenuhnya tepat, bisa dikatakan kanker leher rahim
adalah penyakit yang 'menular' via virus.
Vaksin ini diperuntukkan bagi para wanita muda yang berusia 9 - 26
tahun. Saat mereka (para perempuan muda) secara teori belum terpapar
dengan virus tersebut. Vaksin diberikan dengan cara suntikan yang
dilakukan 3 kali. Selanjutnya, setelah 5-6 tahun, dibooster sesuai dengan
antibodi yang terbentuk.

KANKER PAYUDARA

PENGERTIAN
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker pada
jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita
kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun
kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Kanker payudara
sendiri merupakan suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma (http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm).
Golongan yang memiliki resiko tinggi kanker payudara antara lain:
1. Wanita diatas usia 30 tahun.
2. Pernah mempunyai riwayat kanker payudara.
3. Usia diatas 25 tahun yang keluarganya (Ibu, saudara perempuan ibu,
saudara perempuan satu ibu) pernah menderita kanker payudara.
4. Tidak menikah.
5. Menikah tetapi tidak pernah melahirkan anak.
6. Melahirkan anak pertama setelah berusia 35 tahun.
7. Tidak menyusui.
8. Mengalami trauma berulang kali pada payudara.
9. Menderita lesi fibrokistik yang gross.
10. Menarche pada usia yang sangat muda.

2
11. Mengalami radiasi sebelumnya pada payudara (pengobatan keloid).
12. Cenderung obesitas.
13. Pernah dioperasi payudara atau alat reproduksinya.
14. Pernah mendapat obat hormonal yang lama karena mandul.
15. Mengalami berbagai macam goncangan jiwa yang hebat dalam
kehidupannya (bercerai, tidak dapat menikah, dimadu dan sebagainya).

PENYEBAB
Pemicu kanker pada dasarnya belum diketahui secara pasti, namun
terdapat bahan-bahan yang diduga sebagai pemicu kanker. Bahan-bahan
yang dimaksud disebut karsinogenik.
Bahan-bahan yang masuk dalam kelompok karsinogen yaitu:
1. Senayawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccarin, asbestos, nikel,
chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi sinar -x, nuklir, dan radionukleide.
3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus,
adeno virus, herpes virus), EB virus.
4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
5. Kelemahan genetik sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya
kanker.

GEJALA
Gejala-gejala yang menandakan adanya serangan kanker yang umum
dapat dilihat dan dirasakan:
1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin
lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak
beraturan,umumnya tidak nyeri.
2. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah
3. Timbul benjolan kecil dibawah ketiak
4. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu

1
5. Kulit payudara berwarna merah atau kecoklat-coklatan sampai menjadi
oedema, hingga kulit mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange)
6. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam
(retraksi).
7. Timbul borok (ulkus) pada payudara yang makin lama makin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau
busuk dan mudah berdarah.
FAKTOR RISIKO
Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor, yaitu:
Faktor Genetik
• Riwayat keluarga.
• Mutasi gen
Faktor Hormon
• Riwayat kehamilan. Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia 30
tahun mempunyai risiko lebih rendah mengalami kanker payudara
dibanding perempuan yang melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak
memilki anak sama sekali.
• Riwayat menyusui. Risiko kanker payudara akan menurun jika perempuan
sering menyusui dan dalam jangka waktu yang lama.
• Riwayat haid. Perempuan yang pertama kali mengalami haid lebih awal
(sebelum usia 12 tahun) atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun
memiliki risiko tinggi.
• Penggunaan hormon estrogen eksternal seperti terapi sulih hormon, pil KB
yang mengandung estrogen saja. Faktor risiko akan meningkat jika
penggunaan dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama.
Faktor Diet
• Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara
meyakinkan kaitan diet dengan kejadian kanker payudara. Hanya saja diet
tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan faktor risiko kanker
payudara. Sedangkan diet yang mengandung omega 3 (ikan), buah, sayur,
makanan yang mengandung fitoestrogen (tahu, tempe), dan vitamin
antioksidan (vitamin A, C, E) dapat menurunkan faktor risiko.

1
• Alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor risiko melalui jalur
hormonal.
Faktor Lingkungan
• Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena pada usia
sebelum 40 tahun, misalnya pada penderita limfoma hodgkin yang
mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.
• Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau berada pada
lingkungan yang terpapar dengan medan elektromagnetik dengan kejadian
kanker payudara.

PEMERIKSAAN
a. Deteksi Dini Kanker Payudara
Langkah penting yang dapat dilakukan setiap perempuan untuk
menurunkan risiko kematian akibat adanya kanker payudara adalah
dengan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI). Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan pada 7-10
hari setelah haid selesai karena pada saat itu payudara terasa lunak. Tujuan
pemeriksaan payudara sendiri secara rutin adalah untuk merasakan dan
mengenal lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera
diketahui.

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI):


1. Lihat perubahan bentuk payudara di depan cermin. Mula-mula dengan
kedua lengan disamping badan, kemudian kedua lengan diangkat diatas
kepala, akhirnya dengan kedua lengan ditekan kuat diatas pinggul dan
tegangkan otot dada. Pada setiap posisi putar badan dari samping ke
samping dan perhatikan perubahan dalam bentuk dan besarnya payudara,
perubahan dari puting susu, perubahan dari kulit payudara.
2. Rasakan perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di bawah
bahu kanan. Letakkan lengan kanan kamu di bawah kepala. Gunakan
tangan kiri kamu untuk memeriksa payudara sebelah kanan. Ratakan jari-
jari kamu mendatar untuk merasakan adanya benjolan atau penebalan.

1
3. Perhatikan tanda-tanda pendarahan atau keluarnya cairan dari puting susu.
Perlahan-lahan pencet puting susu dan lihat apakah ada darah atau cairan
yang keluar.
4. Ulangi cara yang sama untuk payudara yang sebelah kiri. Kali ini bantal
harus dibawah bahu kiri, letakkan tangan kiri anda dibawah kepala dan
gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri.
b. Mammogram

Screening mammogram dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan


pada jaringan payudara yang asymptomatic (tidak menunjukkan gejala
klinis). Tidak perlu terlalu khawatir tentang sinar x yang digunakan dalam
aman. Bahkan jika mammogram ini dilakukan rutin sejak usia 40 tahun
sampai 90 tahun, total dosisnya pun masih jauh lebih kecil dibandingkan
dengan dosis yang harus diterima jika pasien harus menjalani radioterapi
untuk pengobatan kanker payudara. Bila sudah menopause lakukan
pemeriksaan payudara pada tanggal yang sama setiap bulan. Bila belum
menopause, waktu terbaik untuk untuk memeriksa payudara 7-10 hari
setelah terakhir haid.

c. Genetic Testing for BRCA Gene Mutations

Pada wanita wanita yang memiliki faktor resiko bisa melakukan genetic
testing yang dilakukan dengan mengambil sample darah pasien untuk
diperiksa di laboratorium. Tes ini tidak sembarangan bisa dilakukan
karena hasilnya (terutama jika hasilnya positif) bisa mempengaruhi
kehidupan psikologis pasien. Hasil positif tes akan membuat pasien
menjalani hidup dengan ketidakpastian dan ketakutan akan menderita
kanker di kemudian hari. Di satu sisi pasien akan bisa lebih berhati hati
menjaga gaya hidupnya, lebih teratur cek kesehatan, sehingga pengobatan
bisa sedini mungkin dilakukan, tapi di lain pihak pasien juga merasa
depresi dan cemas. Perlu berpikir masak masak dan perlu pendampingan
psikologis juga sebelum dan sesudah genetic testing ini.
PENCEGAHAN DAN SARAN

1
Kanker payudara dapat dicegah dengan cara:
Pencegahan dari segi medis:
1. Obat pencegah kanker payudara.
Perempuan dengan resiko tinggi bisa mendapatkan terapi Tamoksifen,
yang bekerja dengan cara memblokade efek pemicu tumor dari estrogen.
2. Mastektomi sebelum serangan kanker.
Untuk perempuan dari keluarga dengan resiko genetik yang sangat tinggi,
ada suatu mastektomi untuk pencegahan kanker payudara. Mastektomi ini
mengangkat jaringan payudara, tapi tidak seluruhnya, sehingga
kemungkinan terjadinya kanker masih ada.
Sedangkan pencegahan secara alami meliputi :
1. Berolah raga secara teratur.
2. Kurangi lemak.
3. Bila Anda mengkonsumsi daging, jangan dibakar terlalu matang.
Daging-daging yang dibakar/dipanggang menghasilkan senyawa
karsinogenik (amino heterosiklik). Semakin lama dibakar, semakin banyak
senyawa ini terbentuk. Amino heterosiklik paling banyak terdapat dalam
daging bakar yang lapisan luarnya (kulitnya) gosong dan hitam.
4. Makan lebih banyak buah dan sayuran.
Semakin banyak buah dan sayuran segar (buncis, daun singkong, kacang
panjang, daun pepaya) yang dimakan, semakin berkurang resiko untuk
semua kanker, termasuk kanker payudara.
5. Mengkonsumsi suplemen anti-oksidan.
6. Makan lebih banyak serat.
Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan sayuran juga mengandung
banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen dalam saluran
pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan berkurang.
7. Makan lebih banyak tahu dan makanan yang mengandung kedelai.
Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung estrogen
tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya tamoksifen, senyawa ini mirip
dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat pada

1
reseptor sel yang sama dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar dari sel
payudara sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara.
Selain menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel reseptor, makanan
berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
8. Hindari alkohol.
9. Perhatikan berat badan anda.
10. Hindari xeno-estrogens.
Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari luar tubuh.
11. Berjemur dibawah sinar matahari.
12. Jangan merokok.
Merokok akan meningkatkan resiko kanker payudara.
13. Menyusui/memberikan ASI kepada anak Anda
Untuk alasan yang masih belum jelas, menyusui berhubungan dengan
berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause.
14. Pertimbangkan kembali sebelum menggunakan terapi pengganti hormon
(Hormone Replacement Therapy = HRT).
Ada beberapa alasan bagus untuk melakukan HRT sesudah masa
menopause, yaitu mengurangi resiko penyakit jantung, osteoporosis dan
penyakit Alzheimer’s. Tetapi HRT akan menambah resiko kanker
payudara.
15. Atasi stress dengan baik, misalnya lewat relaksasi dan meditasi.
16. Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat dalam waktu lama.

Larangan atau Pantangan Penderita Kanker Payudara.


Jika sudah terserang kanker payudara, kita harus menghindari atau
mengurangi asupan konsumsi beberapa jenis makanan. Karena ada
kalanya makanan atau minuman tertentu akan memacu pertumbuhan sel
abnormal, termasuk kanker payudara. Ada diantaranya yang mengandung
zat tumbuh yang jika diasup akan merangsang pembesaran kanker. Ada
pula yang mengandung karsinogenik akibat proses pengawetan. Dan ada
pula yang jika dikonsumsi akan mengurangi efek kerja obat dalam tubuh.
Beberapa makanan dan minuman yang dianjurkan untuk dihindari atau

2
dikurangi konsumsinya: tauge, vetsin, tape, es, cabai, kurangi garam,
lengkeng, alkohol, nanas, sawi putih, daging merah, rokok, nangka, durian,
soft drink, kangkung, ikan asin.
Pil kontrasepsi oral yang merupakan gabungan estrogen dan progesteron
tidak banyak pengaruhnya pada resiko kanker payudara. Untuk wanita
diatas usia 35 tahun dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi oral
oleh karena dapat memperburuk tumor yang sudah ada pada payudara atau
alat reproduksi lainnya.

3. Hubungan Antara Penyuluhan dengan Perubahan Sikap Perilaku dan

Pengetahuan Masyarakat

a. Beberapa Definisi Tentang Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003:127).

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over

behaviour).

a) Proses Adopsi Perilaku (Notoatmodjo, 2003:128)

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

2
pengetahuan. Penelitian Roger (1974) dalam Notoatmodjo,

2003:128 mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi

proses berurutan yakni:

i. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu.

ii. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

iii. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

iv. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

v. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya

terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu

melewati tahap diatas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif (long

lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

2
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama (Notoatmodjo,

2003:128).

b) Tingkat Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003:128-130).

Pengetahuan yang dicakup dalam dominan kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu:

i. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

ii. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

iii. Aplikasi (application)

3
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi real (sebenarnya).

iv. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut.

v. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

vi. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi

atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang

telah ada.

2) Sikap

2
Beberapa pengertian tentang sikap adalah sebagai berikut:

a) Sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, melainkan

dapat berupa predisposisi tingkah laku (Allport, 1996: 24).

b) Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan

yang diatur melalui pengalaman yang memberikan

pengaruh dinamik atau terarah, respon individu pada

semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap

itu dinamis dan tidak statis (Notoatmodjo, 1993:96).

c) Sikap berperan sangat penting terhadap kesuksesan atau

kebahagiaan seseorang (Erwin, 2005:1)

d) Sejumlah ilmuwan dari universitas terkemuka di dunia

mengungkapkan bahwa manusia dapat menggali

potensinya secara lebih mendalam dan luas dengan sikap

yang positif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap ribuan

orang-orang yang sukses dan terpelajar, berhasil

disimpulkan bahwa 85% kesuksesan dari tiap-tiap individu

dipengaruhi oleh sikap. Sedangkan kemampuan atau

technical expertise hanya berperan pada 15% sisanya

(Erwin, 2005:2)

e) Sikap mempunyai peran yang lebih besar di bidang bisnis

jasa maupun bisnis pemasaran jaringan. Sikap berperan

pada 99%, jauh lebih besar dibandingkan peran keahlian

yang hanya 1%. Dapat dikatakan bahwa mencapai sukses

di bisnis jasa maupun bisnis pemasaran jaringan sangatlah

1
gampang, selama dilakukan dengan sikap yang positif.

Ada sebuah kata-kata bijak yang menyebutkan, “Your

attitude not aptitude determine your altitude – Sikap Anda

bukanlah bakat atau kecerdasan, tetapi menentukan tingkat

kesuksesan Anda” (Erwin, 2005:2).

f) Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

3) Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar. Skiner seorang ahli psikologi

mengemukakan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku

ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme

dan kemudian organisme tersebut merespon. Skiner

membedakan adanya dua respons, diantaranya adalah:

a) Respondent Respons, merupakan respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus)

tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation

karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

2
b) Operant Respons, merupakan respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing

stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons.

Seperti telah dijelaskan diatas, sebagian besar perilaku

manusia adalah operant response. Oleh sebab itu, untuk

membentuk jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya

suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning

menurut Skiner adalah sebagai berikut:

a) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan

penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards

bagi perilaku yang akan dibentuk.

b) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-

komponen kecil yang membentuk perilaku yang di

kehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut

disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada

terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c) Menggunakan secara urut komponen-komponen itu

sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi

reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen

tersebut.

1
d) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan

urutan komponen yang telah tersusun (Notoatmodjo,

2003).

Menurut teori Lawrence Green, mengemukakan bahwa

perilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor

perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-

behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan

atau terbentuk dari 3 faktor, diantaranya:

a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai dan lain-lain.

b) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang

terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,

jamban dan lain-lain.

c) Faktor-faktor pendorong (renforcing factor), yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau

petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat. (Notoatmodjo, 2003).

b. Hubungan Antara Penyuluhan dengan Perubahan Sikap Perilaku

dan Pengetahuan Masyarakat

1
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang

(stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku

tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap

psikomotor dan tindakan (ketrampilan).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua,

teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993),

pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan

terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari

penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam

koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami,

menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.

Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih

tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan

dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara

tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi

rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda,

orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993).

Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat

diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat

diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan

untuk menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala.

2
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (Notoatmojo

1993). Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan

pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap

merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar

dan dari dalam dirinya.

Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui

proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku

yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga

unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan

keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat

merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang,

sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern

dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu

faktor lingkungan.

Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa

sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara

individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh

berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh

sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap

tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu

mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa

3
seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan

sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya

tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta

tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

1) Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka

perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman,

serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan

usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu

perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.

i. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan

penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan

bilamana telah sembuh dari penyakit.

ii. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang

dalam keadaan sehat. perlu dijelaskan di sini, bahwa

kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari

itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya

4
mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal

mungkin.

iii. Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan

minuman dapat memelihara dan meningkatkan

kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan

minuman dapat menjadi penyebab menurunnya

kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan

penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku

orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

b) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku

pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit dan atau

kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

pengobatan ke luar negeri.

i. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespons

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial

budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan

tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. dengan

perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola

5
lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214)

membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan

ini.

ii. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan

dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

perilaku ini mencakup antara lain :

• Makan dengan menu seimbang (appropriate

diet). menu seimbang di sini dalam arti kualitas

(mengandung zat-zat gizi yang diperlukan

tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya

cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak

kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas

mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan

empat sehat lima sempurna.

• Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas

(gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan

waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan

sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari

usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

6
• Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek

yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.

Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di

Indonesia seolah-olah sudah membudaya.

Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa

merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian,

sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah

tantangan pendidikan kesehatan kita.

• Tidak minum-minuman keras dan narkoba.

Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi

narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya

lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1%

penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah

mempunyai kebiasaan minuman keras ini.

• Istirahat cukup. dengan meningkatnya

kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk

penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan

orang untuk bekerja keras dan berlebihan,

sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat

juga membahayakan kesehatan.

• Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada

siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi

kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari

tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di

1
atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada

setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka

yang penting agar stres tidak menyebabkan

gangguan kesehatan, kita harus dapat

mengendalikan atau mengelola stres dengan

kegiatan-kegiatan yang positif.

• Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi

kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti

pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian

diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya

iii. Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang

terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap

sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala

penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

iv. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien)

mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang

sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit

(obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui

oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama

keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku

peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini

meliputi :

2
• Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

• Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana

elayanan penyembuhan penyakit yang layak.

Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh

perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan,

dsb) dan kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang

lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan,

tidak menularkan penyakit kepada orang lain,

dan sebagainya).

Dari uraian diatas maka sikap, perilaku dan pengetahuan

masyarakat akan terus meneruh diperbaharui, dan menjadikan suatu

pola pikir yang baru, yang sebelumnya tidak dikenal. Terlebih pada

saat melakukan penyuluhan, yang biasanya dilakukan secara

berkelompok, maka antara anggota masyarakat yang satu dengan

masyarakat yang lain akan saling mengingatkan akan perilaku, sikap

dan pengatahuan yang telah diubah oleh penyuluhan tersebut.

Penyuluhan jika dilakukan secara terus menerus, dengan metode

dan pola yang tepat akan menjadikan tingkat kesehatan lebih baik

secara individu maupun secara kelompok. Penyuluhan dengan

berbagai metode dan cara yang diinginkan jika dilakukan dengan

berbagai metode yang tepat sasaran akan menghasilkan suatu tingkat

kesehatan yang lebih tinggi.

1
A. Kerangka Berpikir

Masyarakat
Penyuluhan
Usia, diKesehatan
kondisi Wilayah
sosio- Kerja
Reproduksi
Puskesmas
ekonomi, Wanita
Sambung
olehdan
keyakinan, Macan
kel. PBL
I
Kabupaten
D4 Sragen
tingkat pendidikan

1
Perubahan sikap, perilaku,
dan pengetahuan masyarakat
terhadap kesehatan
reproduksi

Tidak diteliti

B. Hipotesis

Pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita di wilayah kerja


Puskesmas Sambung Macan I, Kabupaten Sragen yang mendapat
penyuluhan kesehatan reproduksi wanita lebih baik daripada yang tidak
mendapat penyuluhan.

1
BAB III
METODOLOGI SURVEI

A. Metode Survei

Jenis penelitian ini adalah survei observasional dengan pendekatan


cross sectional

B. Lokasi Survei

Survei ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sambung Macan


I, Kabupaten Sragen.

C. Populasi Survei

Masyarakat yang pernah mendapat penyuluhan di wilayah kerja


Puskesmas Sambung Macan I, Kabupaten Sragen.

D. Teknik Sampling

Sampel diambil dengan menggunalkan cara purposive random


sampling, dimana sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan, yaitu:
1. Wanita usia 18-65 tahun
2. Wanita yang sudah menikah
Adapun besar sampel yang dibutuhkan dalam survei ini dihitung
menggunakan rumus :

Z 2 PQ
n0 =
d2

Keterangan :
Z = koefisien tingkat keyakinan
P = nilai proporsi taksiran subyek yang memiliki ciri yang diteliti
Q = 1- P
d = tingkat presisi yang ditetapkan peneliti
N = ukuran populasi

1
Pada survei ini akan menggunakan tingkat kepercayaan 95 %, nilai
proporsi tingkat pengetahuan yang baik tentang Kesehatan Reproduksi
Wanita 5 %, tingkat presisi 0,05 dan ukuran populasi sebanyak 2500
orang. Jadi besar sampel yang dibutuhkan dalam survei ini adalah :

(1,96) 2 (0,05)(0,95)
n0 = = 72,99
(0,05) 2

E. Desain Survei

Tidak
Mendapat
Kuisioner
Analisis
Wanita
Cluster
Mendapat
di
Data
Penyuluhan
Random
tentang
wilayah
Survei
Penyuluhan
kerja
menggunakan
KRW uji Chi Square untuk menilai
Puskesmas
Pengetahuan
perilaku
KRW
Sampling
pada
Sambung
dan
pada
PBL
dan
sikap.
PBL
I macan
ISerta uji
I T test untuk menilai pengetahuan.
Kesadaran akan
Kesehatan Reproduksi
Wanita

2
F. Identifikasi Variabel

1. Variabel terikat : Penyuluhan kesehatan reproduksi wanita pada


PBL I
2. Variabel bebas : Pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap
kesehatan reproduksi
3. Variabel luar : Usia, tingkat pendidikan, dan kondisi
sosio-ekonomi

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel terikat
Kegiatan penyuluhan dengan tema Kesehatan Reproduksi Wanita
kepada masyarakat, khususnya wanita usia reproduksi, di wilayah
kerja Puskesmas Sambung Macan I, Kabupaten Sragen pada saat
Pengalaman Belajar Lapangan I.
Kategori yang digunakan adalah kelompok wanita yang mendapat
penyuluhan dan kelompok wanita yang tidak mendapat penyuluhan.
Skala : Nominal (mendapat dan tidak mendapat penyuluhan)
2. Variabel bebas
Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap kesehatan organ
reproduksi. Diukur dengan nilai kuesioner.
Skala Pengetahuan: Rasio
Skala Sikap : Ordinal (baik dan buruk)
Skala Perilaku : Ordinal (baik dan buruk)

H. Alat Ukur Penelitian

Pengetahuan : diukur dengan kuesioner, menggunakan skala rasio.


Sikap : diukur dengan kuisioner, menggunakan skala ordinal.

Perilaku : diukur dengan kuisioner, menggunakan skala ordinal.

2
I. Teknik Analisis Data

Uji statistik yang akan digunakan untuk mengetahui hubungan


antara penyuluhan PBL I dengan perubahan sikap dan perilaku masyarakat
terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di wilayah kerja Puskesmas
Sambung Macan I Sragen adalah uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan
95 %. Sedangkan pengetahuan masyarakat akan diuji dengan t-test
menggunakan peranti lunak SPSS 16.0 for Windows.

3
BAB IV
HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Survei
Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sambung
Macan I, Kabupaten Sragen. Dari pengambilan data tersebut telah diperoleh 150
sampel yang terdiri dari wanita yang telah mendapat penyuluhan dan yang belum
mendapat penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi Wanita dari kelompok PBL
D4. Berikut ini merupakan hasil survei yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 1. Distribusi responden berdasar skor kuesioner sikap

Skor Kategori Jumlah Persentase (%)

0-2 Sikap kurang 124 82.67


3-5 Sikap baik 26 17.33
Total 150 100

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki
sikap yang baik terhadap kesehatan reproduksi hanya 17.33%.

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan skor kuisioner perilaku


Skor Kategori Jumlah Persentase (%)

0-2 Perilaku kurang 12 8

3-5 Perilaku baik 138 92

Total 150 100

1
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan alat reproduksi, dapat
dilihat dari besar persentase responden dengan perilaku baik mencapai 92%.
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan skor kuisioner pengetahuan

Persentase
Skor Kategori Jumlah
(%)
1-5 Pengetahuan kurang 25 16.67

6-10 Pengetahuan baik 125 83.33

Jumlah 150 100

Berdasarkan tabel 3 kita dapat mengetahui sebanyak 83.33% responden


memiliki pengetahuan yang baik tentang bagaimana menjaga kesehatan
reproduksinya.
Hubungan antara penyuluhan dengan sikap, perilaku, dan
pengetahuan wanita tentang kesehatan reproduksi

Tabel 4. Hubungan antara sikap dengan penyuluhan


Mendapat Tidak mendapat Jumlah
penyuluhan penyuluhan
Sikap baik 22 4 26
Sikap kurang 53 71 124
Jumlah 75 75 150

Dari tabel 4 tersebut diatas ternyata sikap responden yang mendapat


penyuluhan dan responden yang tidak mendapat penyuluhan mengalami
perubahan. Sikap baik responden yang tidak mendapat penyuluhan adalah
sebanyak 4 orang, dan sedangkan setelah mendapat penyuluhan terdapat
peningkatan responden yang mempunyai sikap yang baik yaitu mengalami
peningkatan sejumlah 18 responden, secara langsung hal tersebut juga
mengurangi sikap kurang dari responden yang sebelumnya sejumlah 71 orang
menjadi 53 orang. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penyuluhan yang
diberikan memberikan pengaruh terhadap sikap responden, dimana responden

1
menjadi lebih baik. Dengan kata lain bahwa penyuluhan yang dilakukan telah
berhasil.
Analisis data menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan
95% menggunakan peranti lunak SPSS 16.0 menunjukkan X2 hitung adalah
15.074 yaitu lebih besar daripada X2 tabel sebesar 3.841 sehingga didapatkan hasil
bahwa ada hubungan yang signifikan antara penyuluhan kesehatan reproduksi
wanita yang dilakukan oleh kelompok PBL D4 dengan sikap masyarakat dalam
menjaga kesehatan reproduksi wanita di wilayah kerja Puskesmas Sambung
Macan I Kabupaten Sragen.

Tabel 5. Hubungan antara perilaku dengan penyuluhan


Mendapat Tidak mendapat Jumlah
penyuluhan penyuluhan
Perilaku baik 70 68 148
Perilaku kurang 5 7 12
Jumlah 75 75 150

Dari tabel 5 mengenai hubungan antara perilaku responden dengan


penyuluhan yang telah dilakukan didapat hasil bahwa perilaku responden yang
mendapat penyuluhan dan responden yang tidak mendapat penyuluhan mengalami
perubahan. Perilaku baik responden yang tidak mendapat penyuluhan adalah
sebanyak 68 orang, dan sedangkan setelah mendapat penyuluhan terdapat
peningkatan responden yang mempunyai sikap yang baik yaitu mengalami
peningkatan sejumlah 2 responden, secara langsung hal tersebut juga mengurangi
sikap kurang dari responden yang sebelumnya sejumlah 7 orang menjadi 5 orang.
Penyuluhan yang dilakukan ternyata membawa perubahan terhadap perilaku.
Kecilnya perubahan perilaku dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
tidakditeliti misalnya, waktu penyuluhan yang kurang tepat, metode penyuluhan
yang belum tepat, atau juga dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan, usia dan
faktor ekonomi. Ketiga faktor tersebut mempunyai pengaruh yang lebih besar
terhadap sikap baik responden.
Analisis data menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan
95% menggunakan peranti lunak SPSS 16.0 menunjukkan X2 hitung adalah 0.362

1
yaitu lebih kecil daripada X2 tabel sebesar 3.841 sehingga didapatkan hasil bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara penyuluhan kesehatan reproduksi
wanita yang dilakukan oleh kelompok PBL D4 dengan perilaku masyarakat dalam
menjaga kesehatan reproduksi wanita di wilayah kerja Puskesmas Sambung
Macan I Kabupaten Sragen. Hal ini bisa disebabkan oleh perilaku wanita dalam
menjaga kesehatan reproduksinya memang sudah baik sebelum dilakukan
penyuluhan.

Tabel 6. Rata-rata nilai responden


Penyuluhan Rata-rata nilai ± standar deviasi
Ya 8.7467 ± 0.823
Tidak 5.6800 ± 1.472

Rata-rata nilai masyarakat yang mendapat penyuluhan lebih tinggi


daripada rata-rata nilai masyarakat yang tidak mendapat penyuluhan. Hasil ini
menunjukkan bahwa masih minimnya pengetahuan masyarakat yang tidak
mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi wanita. Sedangkan
masyarakat yang disuluh menunjukkan angka yang lebih tinggi. Hal ini
dikarenakan materi penyuluhan yang menarik dan mudah diingat.

1
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Ada hubungan bermakna antara penyuluhan kesehatan reproduksi
wanita oleh kelompok PBL D4 dengan sikap masyarakat dalam menjaga
kesehatan reproduksi.
Tidak terlihat hubungan bermakna antara penyuluhan kesehatan
reproduksi wanita oleh kelompok PBL D4 dengan perilaku masyarakat dalam
menjaga kesehatan reproduksi. Hal ini mungkin disebabkan oleh perilaku
masyarakat yang memang sudah baik dalam menjaga kesehatan reproduksi
sebelum dilakukan penyuluhan.
Ada beda yang signifikan pada nilai pengetahuan masyarakat yang
telah mendapat penyuluhan dengan yang tidak.

B. Saran
Dari hasil survei, didapatkan beda antara pengetahuan masyarakat
yang disuluh dengan masyarakat yang tidak disuluh, sedangkan tidak ada
perbedaan perilaku antara masyarakat yang telah disuluh dengan yang
tidak. Ini menandakan meningkatkan pengetahuan lebih mudah daripada
mengubah perilaku. Mengubah perilaku membutuhkan waktu yang tidak
singkat.
Usaha-usaha yang mungkin dapat dilakukan untuk mengubah
perilaku masyarakat adalah dengan:
1. Meningkatkan akhlak, keyakinan, dan kerohanian
2. Bagi tenaga kesehatan, memberikan contoh perilaku yang baik dan
benar
3. Menyebarluaskan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
wanita

1
DAFTAR PUSTAKA

Asisten Anatomi FK UNS, 2003. Guidance to Anatomy II. Surakarta, Keluarga


Besar Asisten Anatomi FK UNS.

http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/

http://www.managingmenopause.org.au/content/view/29/70/ diakses 12 April


2009

http://www.promosikesehatan.com/?act=tips&id=363 diakses 12 April 2009

http://sejutatips.com/tips/tips/tips-menghadapi-menopause diakses 12 April 2009

http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/59-lanjut-usia/467-sekilas-mengenal-
menopause diakses 12 April 2009

http://images.google.co.id/imgres?
imgurl=http://2.bp.blogspot.com/_MCdLOttsqWw/SLjq-
Szuw7I/AAAAAAAABCY/5U7TMllCmkk/s320/sadari-
02.jpg&imgrefurl=http://cariobat.blogspot.com/2008/08/sadari-pemeriksaan-
payudara-
sendiri.html&usg=__WZ8dDFQdeTiYpxKxIdDrmjgDzL0=&h=256&w=320&sz
=19&hl=id&start=10&um=1&tbnid=xSto1TOoYbX-
4M:&tbnh=94&tbnw=118&prev=/images%3Fq%3DSADARI%26hl%3Did
%26sa%3DG%26um%3D1 diakses 12 April 2009

Ganong William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta,
EGC, pp : 417-421, 431-434
Guyton A.C. and Hall J.E., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan).
Jakarta, EGC, pp : 1283-1300.
Price Wilson, 1995. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

1
Rifai H, Putu S, Balqis, Anik L, Etty P, 2005. Hand Out Pengalaman Belajar
Lapangan.Surakarta. UNS Press. Surakarta.
Rifai Hartanto, 2005. Buku Pedoman Pengalaman Belajar Lapangan. Surakarta.
UNS Press. Surakarta.
Wignyosastro H., 1997, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, pp : 246-265. www. medicine.com
www.geocities.com/new_teknokrat/deteksikanker.jpg

www.magicbodyfashion.com/variation_images/000.

2
LAMPIRAN 1

KUISIONER KESEHATAN REPRODUKSI WANITA


KELOMPOK PBL D4

KUESIONER PERILAKU

1.Apakah Anda pernah melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri ) ?


a. Ya
b. Tidak
Alasannya...................................................................................................
....

2.Apakah Anda akan memeriksakan keputihan yang Anda alami ?


a. Ya
b. Tidak
Alasannya....................................................................................................
........

3.Apakah Anda pernah melakukan pap smear (pemeriksaan leher rahim ) ?


a. Ya
b. Tidak
Alasannya....................................................................................................
..........

4.Apakah Anda pernah melakukan pemeriksaan mammografi ?


a. Ya
b. Tidak
Alasannya.....................................................................................................
..........

5.Apakah Anda pernah mendapat vaksinasi HPV ?


a. Ya
b. Tidak
Alasannya.....................................................................................................
.............

3
KUESIONER SIKAP

1. Setujukah Anda bila olah raga secara teratur dapat mengurangi risiko
terjadinya kanker payudara ?
a. Ya
b. Tidak
2. Setujukah Anda bila berganti-ganti pasangan seksual akan meningkatkan
faktor risiko terjadinya kanker leher rahim ?
a. Ya
b. Tidak
3. Setujukah Anda bila arah cebok yang benar adalah dari arah depan (vagina
) ke arah belakang (anus ) ?
a. Ya
b. Tidak
4. Setujukah Anda bila keputihan yang berbau tidak sedap / busuk
merupakan tanda dari keputihan yang abnormal (patologis ) ?
a. Ya
b. Tidak
5. Setujukah Anda bila wanita yang telah mengalami menopouse dianjurkan
untuk mengurangi konsumsi teh dan kopi ?
a. Ya
b. Tidak

1
Kesehatan Reproduksi Wanita
No Pernyataan Benar Salah Tidak
Tahu
1 Keputihan yang gatal, berbau, dan
berwarna kekuningan merupakan
keputihan yang normal.
2 Menopouse adalah keadaan dimana
wanita sudah berhenti haid.
3 Seorang wanita tidak perlu menyusui
selama hidupnya.
4 Benjolan tidak normal yang terdapat
pada payudara harus dicurigai sebagai
kanker payudara.
5 Menopouse hanya terjadi pada wanita.
6 Pemeriksaan dini kanker payudara
tidak bias dilakukan sendiri.
7 Pemeriksaan pap smear dilakukan
untuk mendeteksi kanker leher rahim.
8 Daerah kewanitaan harus tetap dijaga
kering.
9 Haid dikatakan tidak normal jika
keluarnya lebih dari 14 hari.
10 Wanita yang memiliki banyak anak
lebih beresiko terhadap kanker leher
rahim.

You might also like