You are on page 1of 10

BAB II

PEMBAHASAN
Tentang
INTERAKSI DESA DENGAN KOTA

2.1. Pola Keruangan Desa


2.1.1. Pengertian Desa
Pengertian desa dan perdesaan sering dikaitkan dengan pengertian rural
dan village, dan sering pula dibandingkan dengan kota (town/city) dan
perkotaan (urban). Perdesaan (rural) menurut S. Wojowasito dan W.J.S
Poerwodarminto (1972) diartikan seperti desa atau seperti di desa” dan
perkotaan (urban) diartikan “seperti kota atau seperti di kota”.
Berdasarkan batasan tersebut, perdesaan dan perkotaan mengacu kepada
karakteristik masyarakat, sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu
satuan wilayah administrasi atau teritorial. Dalam kaitan ini suatu daerah
perdesaan dapat mencakup beberapa desa.

Menurut Roucek & Warren (1962), masyarakat desa memiliki


karakteristik sebagai berikut: (1) peranan kelompok primer sangat besar;
(2) faktor geografik sangat menentukan pembentukan kelompok
masyarakat; (3) hubungan lebih bersifat intim dan awet; (4) struktur
masyarakat bersifat homogen; (5) tingkat mobilitas sosial rendah; (6)
keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi; (7) proporsi
jumlah anak cukup besar dalam struktur kependudukan.

Pitinn A. Sorokin dan Carle C. Zimmerman (dalam T. L. Smith & P.E.


Zop, 1970) mengemukakan sejumlah faktor yang menjadi dasar dalam
menentukan karakteristik desa dan kota, yaitu mata pencaharian, ukuran
komunitas, tingkat kepadatan penduduk, lingkungan, differensiasi sosial,
stratifikasi sosial, interaksi sosial dan solidaritas sosial.

Egon E. Bergel (1995) mendefinisikan desa sebagai setiap permukiman


para petani. Sedangkan Koentjaraningrat (1977) mendefinisikan desa
sebagai komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat.

1
Paul H. Landis (1948) mendefinisikan desa menjadi tiga menurut tujuan
analisis, yaitu: (1) analisis statistik; desa didefinisikan sebagai suatu
lingkungan dengan penduduk kurang dari 2.500 orang (2) analisis
sosial-psikologik; desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang
penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan bersifat informal
diantara sesama warganya, dan (3) analisis ekonomi; desa didefinisikan
sebagai suatu lingkungan dengan penduduknya tergantung kepada
pertanian.

Berbagai pengertian tersebut tidak dapat diterapkan secara universal


untuk desa-desa di Indonesia karena kondisi yang sangat beragam antara
satu dengan yang lainnya. Bagi daerah yang lebih maju khususnya di
Pulau Jawa dan Pulau Bali, antara desa dan kota tidak lagi terdapat
perbedaan yang jelas sehingga pengertian dan karakteristik tersebut
menjadi tidak berlaku. Namun, bagi daerah yang belum berkembang
khususnya desa-desa di luar Pulau Jawa dan Pulau Bali, pengertian
tersebut masih cukup relevan.

2.1.2. Unsur-Unsur Desa


• Wilayah
Wilayah atau daerah merupakan tempat bagi manusia untuk dapat
melakukan berbagai aktivitas, baik sosial ekonomi, maupun budaya.
Pemilihan daerah atau wilayah sebagai tempat berbagai aktivitas
tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti iklim,
topografi, keadaan tanah, dan air. Adanya perbedaan kondisi
fisikantar wilayah menyebabkan terjadi perbedaan perkembangan
wilayah.
• Penduduk
Penduduk merupakan salah satu unsur penting dalam suatu wilayah.
Di dalam upaya mengembangkan wilayah penduduk akan bertindak
sebagai tenaga kerja,perencana, atau pelaksana sekaligus yang akan
memanfaatkan segala potensi yang ada. Hal-hal yang berkaitan
dengan kependudukan dalam suatu wilayah antara lain jumlah,

2
pertumbuhan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian
penduduk.
• Perilaku
Perilaku kehidupan masyarakat pedesaan meliputi pola tata
pergaulan dan ikatan-ikatan yang melatarbelakangi masyarakat desa.
Perilaku masyarakat desa ditunjukan oleh adanya ikatan antar warga
yang sangat erat. Hal itu dapat dilihat dengan adanya sikap gotong
royong yang mengutamakan kepentingan bersama daripada
kepentingan peribadi.

2.1.3. Ciri-ciri Desa


Secara umum perdesaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• Kehidupan masyarakatnya sangat erat dengan alam,
• Pertanian sangat bergantung pada musim,
• Desa merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja,
• Struktur perekonomian bersifat agraris,
• Hubungan antar masyarakat desa berdasarkan ikatan
kekeluargan yang erat,
• Perkembangan sosial relatif lambat dan sosial kontrol
ditentukan oleh moral dan hukum informal, dan
• Norma agama dan hukum adat masih kuat.

2.1.4. Perkembangan Desa

Tingkat perkembangan desa merupakan keadaan tertentu yang dicapai


oleh penduduknya dalam menyelenggarakan kehidupan dan mengelola
sumber daya yang ada. Tingkat perkembangan desa dinilai berdasarkan
tiga faktor yakni faktor ekonomi, sosio kultural, dan faktor prasarana.

Faktor ekonomi meliputi mata pencaharian penduduk dan produksi desa.


Faktor sosio kultural meliputi adat istiadat, kelembagaan, pendidikan,
dan gotong royong. Faktor prasarana meliputi prasarana perhubungan,
pemasaran, dan sosial.

3
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tingkat perkembangan desa dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu desa swadaya, desa swakarya, dan desa
swasembada. Desa swadaya adalah desa yang masih bersifat tradisional.
Desa swakarya adalah desa yang sedang mengalami transisi. Desa
swasembada adalah desa yang lebih maju.

2.2. Pola Keruangan Kota

2.2.1. Pengertian Kota

Pengertian kota dan daerah perkotaan dapat dibedakan dalam dua

pengertian yaitu kota untuk city dan daerah perkotaan untuk ‘’urban”.

Pengertian city diidentikkan dengan kota,sedangkan urban berupa suatu

daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern,

dapat disebut daerah perkotaan.

Keadaan geografi sebuah kota bukan hanya merupakan pertimbangan

yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi

dan bentuk fisiknya. Para pendiri kota memiliki maksud untuk

mengembangkan kegiatan niaga kelautan didalam pemukimannya ,yaitu

sebagai tempat pertukaran barang antara daerah daratan dengan lautan.

Sebaliknya.kota- kota didunia keadaanya beragam ada berpenduduk

jarang dan padat. Kota-kota yang mengalami kehidupan dengan kondisi

sosial politik,keagamaan,dan budaya yang berbeda-beda mempunyai

beberapa unsur eksternal yang menonjol sehingga mempengaruhi

perkembangan kota.

Salah satu permasalahan di kota –kota besar di Indonesia adalah

tingginya urbanisasi. Pertambahan urbanisasi ini dapat diindikasikan

4
dengan adanya laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Hal ini

mempunyai implikasi terhadap pertambahan jumlah angkatan kerja

sebagai awal terjadinya proses urbanisasi.

2.2.2. Klasifikasi Kota


Berdasarkan fungsinya yang dominan kota-kota dapat dibedakan
menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut :
1) Kota sebagai pusat kebudayaan
Kota yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan mempunyai potensi
budaya yang lebih dominan dibandingkan dengan potensi yang lain.
2) Kota sebagai pusat perdagangan
Secara umum setiap kota memiliki pusat perdagangan. Namun tidak
semua kota mempunyai aktivitas yang dominan dibidang
perdagangan. Kota-kota perdagangan yang besar biasanya
merupakan kota pelabuhan.

3) Kota sebagai pusat industri


Kota disebut juga sebagai pusat industri apabila kegiatan industri di
kota tersebut lebih dominan dibandingkan kegiatan-kegiatan lainnya.
Umumnya kegiatan industri suatu kota terdiri atas berbagai macam
jenis.
4) Kota sebagai pusat pemerintahan
Kota pusat pemerintahan dapat berkembang secara cepat karena
peranannya mengatur sistem pemerintahan. Kota pusat pemerintahan
umumnya memiliki hubungan yang luas dengan kota-kota yang
lainnya.
5) Kota sebagai pusat rekreasi dan kesehatan
Kota dapat berfungsi sebagai pusat rekreasi dan kesehatan apabila
kota tersebut mampu menarik pendatang, baik untuk tujuan rekreasi
maupun penyembuhan.

Berdasarkan jumlah penduduknya, kota dibedakan menjadi :


1) Kota kecamatan perkiraan jumlah penduduknya 3.000 – 20.000

5
2) Kota kecil perkiraan jumlah penduduknya 20.000 – 200.000
3) Kota sedang perkiraan jumlah penduduknya 200.000 – 500.000
4) Kota besar perkiraan jumlah penduduknya 500.000 – 1.000.000
5) Kota metropolitan perkiraan jumlah penduduknya > 1.000.000

2.2.3. Perkembangan Kota

Sebagai pusat berbagai macam kegiatan, kota akan selalu berkembang


sejalan dengan perkembangan aktivitas di dalamnya. Perkembangan
kota dengan segala permasalahan yang ditimbulkan tersebut dipengaruhi
oleh faktor budaya, alam, dan kependudukan.

Sehubungan dengan jumlah penduduknya, terdapat dua hal yang sangat


berpengaruh terhadap perkembangan kota, yaitu pertambahan alami dan
tingkat urbanisasi. Pertambahan penduduk alami dihitung dari
banyaknya kelahiran dikurangi banyaknya kematian penduduk kota.
Urbanisasi dapat diartikan sebagai proses persebaran atau distribusi,
difusi, perubahan, dan pola menurut waktu dan tempat.

Tujuan utamanya untuk tinggal menetap dikota. Mereka memiliki


harapan bahwa mutu hidup diperkotaan bakal lebih tinggi ketimbang di
tempat asalnya di desa . Fenomena ini sudah menjadi hal rutin di
sebagian besar Negara Negara sdang berkembang dan menjadi masalah
pelik penyebab pokoknya secara makro nasional adl terjadinya disparitas
atau ketimpangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan . ada 2
faktor utama terjadinya urbanisasi yakni factor penarik dan factor
pendorong.

Factor penarik : Ketersediaan sarana dan prasarana yang lebih lengkap.


Peluang melanjutkan pendidikan yg lebih besar. Jenis lapangan kerja
lebih banyak dan bervariasi. Sedangkan faktor pendorong : Lapangan
kerja yg terbatas. Kemiskinan. Keterbatasan sarana dan prasarana
transportasi, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Keterbatasan lahan
pertanian perpenduduk terutama di pulau jawa.

6
Isu tentang keterkaitan desa-kota sudah lama mendapat perhatian
kalangan analis pembangunan. Isu tersebut muncul sejalan dengan
kenyataan empiris akan ketidakterpisahannya keterkaitan antara desa
dan kota yang juga mencakup masalah urbanisasi. Keterkaitan tersebut
semakin meluas di berbagai level, baik antara desa dan kota itu sendiri,
maupun antara kota kecil dengan kota besar, antar desa, dan antar kota
yang merentang di dalam satu negara maupun antar negara. Keterkaitan
antara desa-kota antara lain terlihat dari realitas bahwa penduduk desa
menjadi konsumen barang dan jasa pelayanan perkotaan sementara
masyarakat kota juga menjadi konsumen jasa dan barang hasil produksi
perdesaan. Terlepas dari banyaknya kritikan atas pola keterkaitan yang
terbangun, interaksi antara desa-kota bersifat saling menguntungkan
dalam suatu iklim simbiosis mutualisme (Lo & Salih, 1978).

Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan


sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya akan tercermin
dalam komponen-komponen yang membentuk stuktur kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan
seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
1. Wisma : unsur ini merupakan bagian ruang kota yang
dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya,
serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga.
Unsure wisma ini menghadapkan
a.dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang
sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk untu masa
mendatang
b. memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang
telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang
layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan
menyenangkan
2. Karya : unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi
suatu kota, karena unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan
bermasyarakat.
3. Marga : unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi
untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan

7
tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan
kota lain atau daerah lainnya.
4. Suka : unsur ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi,
pertamanan, kebudayaan dan kesenian
5. Penyempurna : unsur ini merupakan bagian yang penting bagi
suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat
unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias
keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.

Kota secara internal pada hakekatnya merupakan suatu organisme, yakni


kesatuan integral dari tiga komponen meliputi penduduk, kegiatan usaha
dan wadah. Ketiganya saling terkait, pengaruh mempengaruhi, oleh
karenanya suatu pengembangan yang tidak seimbang antra ketiganya,
akan menimbulkan kondisi kota yang tidak positif, antara lain semakin
menurunnya kualitas hidup masyarakat kota. Dengan kata lain, suatu
perkembangan kota harus mengarah paa penyesuaian lingkungan fisik
ruang kota dengan perkembangan sosial dan kegiatan usaha masyarakat
kota.
Di pihak lain kota mempunyai juga peranan/fungsi eksternal, yakni
seberapa jauh fungsi dan peranan kota tersebut dalam kerangka wilayah
atau daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik dalam
skala regional maupun nasional. Dengan pengertian ini diharapkan
bahwa suatu pembangunan kota tidak mengarah pada suatu organ
tersendiri yang terpisah dengan daerah sekitarnya, karena keduanya
saling pengaruh mempengaruhi.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah kami gali, kaji, dan paparkan maka kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Yang dimaksud dengan desa menurut Sukardjo


Kartohadi adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemeritnahan sendiri. Menurut Bintaro desa merupakan
perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah dalam hubungannya danpengaruhnya secara
timbal-balik dengan daerah lain.. Menurut paul H.Landis : desa adalah
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut :
Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa,
Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan.
Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam sekitar seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

2. Kota secara internal pada hakekatnya merupakan


suatu organisme, yakni kesatuan integral dari tiga komponen meliputi
penduduk, kegiatan usaha dan wadah. Ketiganya saling terkait, pengaruh
mempengaruhi, oleh karenanya suatu pengembangan yang tidak seimbang
antra ketiganya, akan menimbulkan kondisi kota yang tidak positif, antara
lain semakin menurunnya kualitas hidup masyarakat kota. Dengan kata lain,
suatu perkembangan kota harus mengarah paa penyesuaian lingkungan fisik
ruang kota dengan perkembangan sosial dan kegiatan usaha masyarakat
kota. Di pihak lain kota mempunya juga peranan/fungsi
eksternal, yakni seberapa jauh fungsi dan peranan kota tersebut dalam
kerangka wilayah atau daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya,
baik dalam skala regional maupun nasional. Dengan pengertian ini
diharapkan bahwa suatu pembangunan kota tidak mengarah pada suatu

9
organ tersendiri yang terpisah dengan daerah sekitarnya, karena keduanya
saling pengaruh mempengaruhi.

3.2. Saran

Setelah kami gali, kaji, paparkan dan simpulkan maka kami dapat
memberikan saran bahwa kita selaku warga negara baik yang di desa maupun di
kota harus memperhatika pola-pola perkembangan desa maupun kota, hal ini
dapat membantu untuk peningkatan pembangunan baik di desa maupun di kota.

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita. Amien.

10

You might also like