Professional Documents
Culture Documents
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya
yang normal dianggap mengalami obesitas.
• Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5%
dari antara orang-orang yang gemuk).
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada
lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung
berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan
gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut,
sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu
yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak
seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah
mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki
risiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah
apel.
Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk
menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan
menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit,
sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran
pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki
rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau
pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperkirakan 30%
kasus penyakit kanker berhubungan dengan berat badan berlebih, obesitas dan kurangnya
aktivitas fisik.
"Faktor obesitas dan kekurangan aktivitas fisik menyumbang 30% risiko terjadinya kanker," kata
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan Yusharmen di Jakarta.
Kanker, yang ditandai dengan pertumbuhan sel secara tidak terkendali, merupakan
penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan menurut data WHO
sebanyak 10 juta kasus kanker baru muncul setiap tahun.
Penyebab penyakit tersebut hingga kini belum diketahui secara pasti namun kejadiannya
dipengaruhi sejumlah faktor risiko termasuk kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, dan
obesitas.
Di Indonesia, obesitas sudah mulai menjadi ancaman kesehatan. Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, prevalensi obesitas dan berat badan lebih pada anak
usia di atas 15 tahun sebesar 18,4%. Sementara prevalensi tumor dalam masyarakat, menurut
hasil riset yang sama, sebesar 4,3 per 1.000 penduduk.
Lebih lanjut Yusharmen menjelaskan, karena kanker merupakan penyakit yang dipicu oleh
perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat maka upaya pemerintah untuk mengendalikan penyakit
tersebut juga lebih ditujukan pada upaya pembudayaan perilaku hidup sehat.
Masyarakat pada umumnya mungkin bertanya, apa hubungan kegemukan dengan kanker?
Bukankah
Penderita kanker itu cenderung kurus? Pada tahun 2001, para ahlu menyimpulkan
bahwa kanker kolon, payudara (paska menopause), endometrium, ginjal dan esophagus,
berhubungan dengan obesitas. Obesitas dan aktivitas fisik yang rendah menyebabkan kurang
lebih 25 sampai 30% kanker utama seperti kanker kolon, payudara (paska menopause),
endometrium, ginjal dan kanker esophagus.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada pasien di atas 16 tahun dan non-
smokers, dengan jelas memperlihatkan bahwa baik pria dan wanita yang lebih obes pada awal
penelitian (dengan pemeriksaan-IMT), memiliki resiko lebih tinggi menderita kanker. Dalam
penelitian ini, peningkatan resiko kanker seperti kanker ginjal dan uterus pada wanita dan kanker
hati oada oria sangatlah mengejutkan. Hasil dari sebiuah penelitian lain menyatakan bahwa
obesitas adalah penyebab ke-2 kanker setelah merokok di Amerika Serikat.
Di dunia, angka kejadian obesitas makin meningkat dan merokok berkurang, sehingga
diperkirakan bahwa obesitas 1 dekade berikutnya akan menjadi faktor resiko pertama terjadinya
kanker di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian ini dipresentasikan oleh the American Institute
for Cancer Research and the World Cancer Research Fund International, dengan tema: Food,
Nutrition, Physical Activity, and the Prevention of Cancer: A Global Perspective. Kini
diperkirakan 2/3 dari penduduk di Amerika kelebihan berat badan.
Di seluruh dunia, angka kejadian kanker meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan
penduduk. Walaupun telah diketahui bahwa obesitas meningkatkan kejadian kanker, namun
resiko secara kuantitas dan kanker mana yang resikonya meningkat masih perlu evaluasi lebih
lanjut. The American Institute for Cancer Research and the World Cancer Research Fund
International telah mengumpulakn anggotanya untuk mengevaluasi resiko kanker. Data yang
dibahas adalah data dari 7000 penelitian yang telah dipublikasikan.
Para ahli mengatakan bahwa dokter perlu langsung mengatasi kelebihan berat badan yang
ditemukan para pasiennya, bahkan apabilabaru terlihat sedikit peningkatan berat badan. Dengan
pasien obes dan kelebihan berat badan, dokter perlu membiacarakn diet, aktifitas fisik dan oleh
raga. Setiap orang yang obes dan kelebihan berat badan dianjurkan untuk berdiskusi denan
dokter berhubungan dengan berat badannya dan rencana aktifitas fisik yang akan dilakukan
untuk mengurangi resiko kanker.
∞ Pada masa yang akan dating, obesitas kemungkinan akan menjadi penyebab utama
terjadinya kanker
∞ Obesitas, kurangnya aktifitas dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker.
∞ Dokter perlu melakukan tindakan perventif, dalam hal ini mengatasi kelebihan berat badan
pada pasien yang obes dan overweight dan berdiskusi dengan pasien mengenai diet dan
aktifitas fisik yang perlu dilakukan untuk ,emurunkan resiko terjadinya kanker.