You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN VI
ZAT ORGANIK

OLEH :

NAMA : AYU MAULIDA PUTRI


NIM : H1E107001
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : ETRI OKTORA

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2009
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN VI
ZAT ORGANIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan zat organik
pada sampel air.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang
atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan
lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri
dengan menggunakan oksigen terlarut (Admin,2008).
Bahan-bahan organik yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kualitas air
adalah sebagai berikut (Effendi,2003):
1. Karbohidrat (CHO). Bahan-bahan organik yang mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen misalnya glukosa (C6H12O6), kanji (starch), dan
selulosa.
2. Senyawa nitrogen (CHONS). Bahan organik yang mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang-kadang sulfur misalnya protein,
asam amino dan urea.
3. Lemak (lipids atau fats) (CHO), yakni bahan organik yang mengandung
karbon, hidrogen, dan sedikit oksigen. Lemak memiliki sifat kelarutan yang
buruk dalam air, akan tetapi larut dalam pelarut organik.
Penentuan masing-masing bahan organik tersebut cukup sulit karena sangat
kompleks. Oleh karena itu, ditentukan kandungan total bahan organik atau TOC
(Total Organik Carbon). Karbon, yang merupakan penyusun utama bahan
organik, merupakan elemen/ unsur yang melimpah pada semua makhluk hidup.
Senyawa karbon adalah sumber energi bagi semua organisme. Keberadaan
karbon anorganik dalam bentuk CO2, HCO3-, dan CO32- mengandung aktivitas
biologi di perairan (Effendi,2003).
Selain dengan pegukuran TOC, indikasi keberadaan bahan organik dapat
diukur dengan parameter lain, misalnya kebutuhan oksigen biokimiawi atau BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dan kebutuhan oksigen kimiawi atau COD
(Chemical oxygen Demand) (Effendi,2003).
1. Kandungan Karbon Oganik Total (TOC)
Total Organik Carbon (TOC) terdiri atas bahan organik terlarut atau DOC
(Dissolved Organik Carbon) dan partikulat atau POC (Particulate Organik
Carbon) dengan perbandingan 10 : 1. Bahan organik yang tercakup dalam
TOC misalnya asam amino dan kabohidrat (Effendi, 2003).
2. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD)
BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi
mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu
sekitar 20oC selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Effendi, 2003).
BOD hanya menggambarkan bahan organik yang dapat didekomposisi secara
biologis (biodegradable). Bahan organik ini dapat berupa lemak, protein,
kanji, glukosa, aldehida, ester, dsb. Perairan alami memiliki nilai BOD antara
0,5-7,0 mg/liter.
3. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis menjadi CO 2
dan H2O (Effendi, 2003).
4. Kandungan Bahan Organik Total (TOM)
Kalium permanganat (KMnO4) telah lama dipakai oksidator pada
penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang
dikenal sebagai parameter nilai permanganat sangat bervariasi, tergantung
pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air (Effendi, 2003).
Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah
tercemar oleh kotoran manusia ,hewan atau oleh sumber lain.zat organik
merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya. Makin
tinggi kandungan zat organik didalam air,maka semakin jelas bahwa air
tersebut telah tercemar (Sodik & Acun,2009).
Bilangan permanganat adalah jumlah mg KMnO4 yang diperlukan untuk
mengoksidasi zat organik yang terkandung didalam satu liter contoh air
dengan pendidihan selama 10 menit. Penentuan zat organik dengan cara
oksidasi dapat dilakukan dalam suasana asam atau basa (Sodik&Acun, 2009).
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Reagensia ini mudah
diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan
larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena
mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya
titrasi dilakukan dalam suasan asam karena akan lebih mudah mengamati titik
akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi
dalam suasana netral. Reaksi dalam suasana netral yaitu :
MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 + 2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan. Reaksi
dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 + 4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan
netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan
melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat
dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang
telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser (Alex, 2009).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi labu erlenmeyer, pipet,
buret, statip, gelas ukur, gelas beker, hot plate, batu didih.

B. BAHAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi sampel air, air kran,
larutan KMnO4 0,01 N, asam oxalate 0,01 N, H2SO4 4 N, akuades.

IV. CARA KERJA


4.1 Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik
1. Mengambil 50 ml air kran
2. Memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
3. Memasukkan batu didih
4. Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N
5. Menambahkan tetes demi tetes KMnO4 0,01 N hingga larutan berwarna
merah muda.
6. Memanaskan larutan hingga mendidih (+/- 10 menit). Apabila warna
merah muda selama pemanasan hilang, ditambahkan tetes demi tetes
KMnO4 0,01 N hingga warna cairan tidak berubah

4.2 Pengukuran Zat Oranik pada Sampel Air


1. Mengambil 50 ml sampel air dengan menggunakan gelas ukur
2. Memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer bebas zat organik
3. Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N
4. Memanaskan di atas hot plate hingga hampir mendidih
5. Menambahkan 5 ml KMnO4 0,01 N
6. Meneruskan pemanasan hingga 10 menit tepat
7. Menambahkan 5 ml asam oxalate ketika pemanasan selesai
8. Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N hingga warna menjadi merah muda
9. Mencatat ml KMnO4 yang digunakan
10. Mengulangi langkah untuk sampel air yang lain
IV.3 Faktor Ketelitian KMnO4
1. Mengambil 5 ml asam oxalate
2. Memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer bebas zat organik
3. Mentitrasi dengan KMnO4 hingga cairan berwarna merah muda
4. Mencatat ml KMnO4 yang digunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Tabel 1. Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik

No Langkah Percobaan Hasil


1 Mengambil 50 ml air kran, memasukkan ke Warna bening
dalam labu erlenmayer.
2 Memasukkan batu didih
3 Menambahkan 2,5 ml H2SO4

4 Menambahkan tetes demi tetes KMnO4 0,01


N hingga larutan berwarna merah muda 8 tetes = 0,4 ml

5 Memanaskan larutan hingga mendidih (+/-


10 menit). Apabila warna merah muda
selama pemanasan hilang, ditambahkan tetes
demi tetes KMnO4 0,01 N hingga warna
cairan tidak berubah.
Tambahan tetes KMnO4 10 tetes = 0,5 ml
Total KMnO4 18 tetes = 0,9 ml

Tabel 2. Pengukuran Zat Organik Pada Sampel Air


Langkah Air sumur
No
Percobaan Cempaka Loktabat Banjarbaru Martapura
1 Mengambil 50 50 ml 50 ml 50 ml 50 ml
ml Warna Warna Warna Warna
bening bening bening bening
2 Memasukan ke
dalam
erlenmeyer
bebas zat
organik

3 Menambahkan
2,5 ml H2SO4 4
N

4 Menambahkan
tetes demi tetes
KMnO4 hingga
cairan tetes 8 tetes tetes
10 tetes
berwarna
merah muda

5 Memanaskan
di atas Hot
Plate hingga
hampir
mendidih
6 Menambahkan Warna = Warna = Warna = Warna =
5 ml KMnO4 ungu ungu pekat ungu pekat ungu pekat
0,01 N pekat

7 Meneruskan
pemanasan
selama 10
menit tepat
8 Menambahkan Warna = Warna = Warna = Warna =
asam oxalate bening bening bening bening
2,5 ml setelah
pemanasan
9 Mengisi buret
dengan
KMnO4.
Mencatat
volume awal
buret.
Volume awal 27,5 ml 0 ml 30 ml 3 ml
9 Mentitrasi Warna = Warna = Warna = Warna =
dengan larutan merah merah merah muda merah
KMnO4 hingga muda muda muda
warna berubah
menjadi merah
muda
10 Mencatat
volume
KMnO4 yang
digunakan
Volume akhir 28,6 ml 1,5 ml 30,9 ml 4,8 ml
Volume titrasi 1,1 ml 1,5 ml 0,9 ml 1,8 ml

Tabel 3. Faktor Ketelitian KMnO4


No Langkah Percobaan Hasil
1 Mengambil 5 ml asam oxalate 0,01 N
2 Memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
bebas zat organik
3 Mengisi buret dengan larutan KMnO4 0,01
N. Membaca volume awal buret.
Volume awal 28,9 ml
4 Mentitrasi dengan KMnO4 hingga cairan
berwarna merah muda.
5 Mencatat volume KMnO4 yang digunakan.
Volume akhir 29 ml
Volume titrasi 0,1 ml

2. Perhitungan
2.1 Faktor Ketelitian
Diketahui : volume titrasi KMnO4 = 0,1 ml
Ditanya : faktor ketelitian ?
Jawab :
5
faktor ketelitian=
ml KMn O 4
5
=
0,1
= 50
2.2 Kandungan Zat Organik pada Sampel Air
a. Sampel air sumur cempaka
Diketahui : volume titrasi KMnO4 (a) = 1,1 ml
Faktor ketelitian (F) = 50
Berat ekivalen KMnO4 = 31,6
Ditanya : Kandungan zat Organik ?
Jawab :
1000
kandungan ZO= x [ {( 5+ a ) xF } −5 ] x 0,01 x 31,6
50
kandungan ZO=20 x [ {( 5+1,1 ) x 50 }−5 ] x 0,01 x 31,6

kandungan ZO=20 x [ {( 6,1 ) x 50 }−5 ] x 0,01 x 31,6


kandungan ZO=20 x [ 305−5 ] x 0,01 x 31,6
kandungan ZO=1896 mg/l KMnO4

b. Sampel air sumur Loktabat


Diketahui : volume titrasi KMnO4 (a) = 1,5 ml
Faktor ketelitian (F) = 50
Berat ekivalen KMnO4 = 31,6
Ditanya : Kandungan zat Organik ?
Jawab :
1000
kandungan ZO= x [ {( 5+ a ) xF } −5 ] x 0,01 x 31,6
50
kandungan ZO=20 x [ {( 5+1,5 ) x 50 }−5 ] x 0,01 x 31,6

kandungan ZO=20 x [ {( 6,5 ) x 50 }−5 ] x 0,01 x 31,6


kandungan ZO=20 x [ 325−5 ] x 0,01 x 31,6
kandungan ZO=2022,4 mg/l KMnO4

c. Sampel air sumur Banjarbaru


Diketahui : volume titrasi KMnO4 (a) = 0,9 ml
Faktor ketelitian (F) = 50
Berat ekivalen KMnO4 = 31,6
Ditanya : Kandungan zat Organik ?
Jawab :
1000
kandungan ZO= x [ {( 5+ a ) xF } −5 ] x 0,01 x 31,6
50
kandungan ZO=20 x [ {( 5+ 0,9 ) x 50 }−5 ] x 0,01 x 31,6

kandungan ZO=20 x [ {( 5,9 ) x 50 }−5 ] x 0,01 x 31,6


kandungan ZO=20 x [ 295−5 ] x 0,01 x 31,6
kandungan ZO=1832,8 mg/l KMnO4

d. Sampel air sumur Martapura


Diketahui : volume titrasi KMnO4 (a) = 1,8 ml
Faktor ketelitian (F) = 50
Berat ekivalen KMnO4 = 31,6
Ditanya : Kandungan zat Organik ?
Jawab :
1000
kandungan ZO= x [ {( 5+ a ) xF } −5 ] x 0,01 x 31,6
50
kandungan ZO=20 x [ {( 5+1,8 ) x 50 }−5 ] x 0,01 x 31,6
kandungan ZO=20 x [ 335 ] x 0,01 x 31,6
kandungan ZO=2117,2 mg/l KMnO4
3. Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan percobaan pengukuran kandungan zat
organik yang terdapat dalam sampel air. Sampel air yang digunakan adalah
sampel air sumur cempaka, sampel air sumur loktabat, sampel air sumur
banjarbaru, dan sampel air sumur martapura. Metode yang dilakukan dalam
pengukuran kandungan zat organik dalam sampel air sumur kali ini adalah
metode titrasi permanganometri. Pengukuran dengan menggunakan titrasi
permanganometri menggunakan larutan KMnO4 0,01 N.
3.1 Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik
Labu erlenmeyer yang digunakan dalam praktikum kali ini harus
bebas dari zat organik. Hal ini bertujuan agar zat organik yang akan
dihitung dalam sampel air nanti tidak terkontaminasi dari luar. Dalam
pembebasan labu Erlenmeyer ini menggunakan air kran sebanyak 50 ml
yang ditambahkan dengan 2,5 ml H2SO4 dan kemudian ditambahkan
dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai larutan berwarna meah muda.
Sebelumnya dimasukkan batu didih. Batu didih ini berfungsi untuk
mempercepat proses pemanasan pada saat larutan dipanaskan di atas hot
plate selama 10 menit. Pada saat proses pemanasan apabila warna
larutan tang berwarna merah muda hilang maka ditambahkan tetes demi
tetes larutan KMnO4 lagi hingga warna larutan tidak berubah. Setelah
dilakukan pemanasan hingga tidak terjadi perubahan warna, larutan
tersebut dibuang. Didapatkan KMnO4 yang terpakai untuk pembebasan
ini sebanyak 0,9 ml. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa labu
erlenmeyer tersebut telah bebas dari zat organik dan dapat digunakan
unruk pengukuran zat organik dalam sampel air.
3.2 Pemeriksaan Zat Organik pada Sampel Air
Praktikum kali ini menggunakan sampel air dari air sumur, yaitu air
sumur cempaka, air sumur loktabat, air sumur banjarbaru dan air sumur
martapura. Pemeriksaan zat organik dilakukan secara umum,
maksudnya pemeriksaan zat organik tanpa mengetahui kandungan zat
organik yang ada di dalam sampel air terdsebut. Jadi dalam percobaan
ini hanya untuk mengetahui seberapa besar kandungan zat organik dari
sampel air tanpa mengetahui zat organik apa saja yang ada di dalam
sampel air tersebut.
Pemeriksaan zat organik pada ampel air juga menggunakan larutan
KMnO4, selain itu pula digunakan labu Erlenmeyer yang telah bebas zat
organik. Dalam pemeriksaan zat organik kali ini menggunakan 50 ml
sampel air yang dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer bebas zat
organik. Selanjutnya pada sampel air ditambahkan 2,5 ml H 2SO4 4 N
dan tetes demi tetes larutan KMnO4 0,01 N hingga warna larutan
menjadi merah muda. Dilakukan pemanasan terhadap larutan tadi di
atas hot plate hingga hampir mendidih. Ketika larutan sudah hampir
mendidih ditambahkan 5 ml larutan KMnO4. Penambahan KMnO4 ini
menyebabkan larutan berwarna ungu pekat. Kemudian dilakukan
pemanasan lagi hingga tepat 10 menit. Setelah pemanasan selesai
ditambahkan larutan asam oxalate 0,01 N. Penambahan larutan asam
oxalate ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening. Titrasi
dengan KMnO4 dilakukan terhadap sampel air tersebut hingga larutan
berubah warna menjadi merah muda. Selanjutnya dicatat banyaknya
larutan KMnO4 yang digunakan. Banyaknya larutan KMnO4 yang
digunakan ini isebut dengan volume titrasi, dimana volume titrasi ini
akan digunakan untuk perhitungan pemeriksaan zat organik yang
terdapat pada sampel air.
Dari hasil percobaan didapatkan volume titrasi dari masing-masing
sampel air. Dimana untuk sampel air sumur cempaka volume titrasinya
sebesar 1,1 ml. sampel air sumur loktabat memiliki volume titrasi
sebanyak 1,5 ml. air sumur banjarbaru volume titrasinya sebesar 0,9 ml
dan air sumur martapura volume titrasinya sebesar 1,8 ml.
Sebelum dilakukan perhitungan untuk mengetahui kandungan zat
organik dalam sampel air pertama-tama harus ditentukan terlebih
dahulu nilai faktor ketelitiannya. Penentuan faktor ketelitian ini dengan
menambahkan larutan asam oxalat ke dalam labu erlenmeyer bebas zat
organik. Selanjutnya dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N. Volume
titrasi KMnO4 0,01 N didapat sebesar 0,1 ml. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa faktor ketelitian dari percobaan ini sebesar 50.
Setelah ditentukan nilai faktor ketelitian, maka dapat ditentukan
pula pemeriksaan zat organik dalam sampel air. Dari hasil perhitungan
didapatkan kandungan zat organik untuk sampel air sumur cempaka
adalah sebesar 1896 mg/l KMnO4. Pemeriksaan kedua pada sampel air
sumur loktabat, didapatkan hasil kandungan zat organiknya sebesar
2022,4 mg/l KMnO4. Untuk sampel air sumur banjarbaru didapatkan
sebesar 1832,8 mg/l KMnO4 dan pengukuran terakhir terhadap sampel
air sumur martapura kandungan zat organik di dalam sampel air ini
sebesar 2117,2 mg/l KMnO4.
Dari hasil perhitungan pemeriksaan zat organik pada sampel air
ternyata untuk sampel air sumur martapura memiliki kandungan zat
organik yang paling besar. Hal ini bisa saja disebabkan dari letak sumur
yang airnya dijadikan sebagai sampel dan faktor lainnya. Sedangkan
untuk kandungan zat organik yang paling rendah terdapat pada sampel
air sumur banjarbaru.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah titrasi permanganometri.
2. Nilai faktor ketelitian yang didapat pada percobaan ini sebesar 50.
3. Hasil perhitungan menunjukkan sampel air sumur cempaka adalah sebesar
1896 mg/l KMnO4, sampel air sumur loktabat sebesar 2022,4 mg/l KMnO4,
sampel air sumur banjarbaru didapatkan sebesar 1832,8 mg/l KMnO4 dan
pengukuran terhadap sampel air sumur martapura kandungan zat organik di
dalam sampel air ini sebesar 2117,2 mg/l KMnO4.
4. Sampel air sumur martapura memiliki kandungan zat organik yang paling
besar. Untuk kandungan zat organik yang paling rendah terdapat pada sampel
air sumur banjarbaru.
DAFTAR PUSTAKA

Admin.2008. Dekomposisi Zat Organik.


http://smk3ae.wordpress.com/2008/11/12/dekomposisi-zat-organik/
Diakses tanggal 8 November 2009.

Alex, Wiro. 2009. Kuliah : Titrasi Permanganometri. http://wiro-


pharmacy.blogspot.com/2009/02/kuliah-titrasi-permanganometri.html
Diakses tanggal 8 November 2009.

Day, R. A. Dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.


Jakarta.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Sodik&Acun.2009. Penetapan Kadar Zat Organik (Bilangan Permanganat).


http://sodiycxacun.blogspot.com/2009/10/penetapan-kadar-zat-organik-
bilangan_09.html
Diakses tanggal 8 November 2009.

You might also like