You are on page 1of 11

KEKUATAN ASAM DALAM MEDIUM AIR ( K1-6)

A. Tujuan
1. Memahami kekuatan berbagai asam monobasis dalam
medium air.
2. Dapat menentukan konstanta disosiasi asam, Ka sebagai
ukuran kekuatan asam.

A. Dasar Teori
Jika asam ditambahkan ke dalam air, seperti dalam
larutan asam klorida dengan pelarut air, disamping auto-
ionisasi air,

H2O + H2O H3O+ + OH-

Asam juga terionisasi

HCl + H2O H3O+ + Cl-

Auto-ionisasi air terjadi hanya sangat sedikit, sebaliknya,


ionisasi HCl, yaitu sebuah asam kuat, terjadi secara sempurna.
Untuk menghitung konsentrasi H3O+ didalam larutan
berpelarut air, kecuali HCl yang berada dalam keadaan sangat
encer, biasanya dianggap bahwa ionisasi HCl merupakan
sumber tunggal H3O+.
1. Kekuatan Asam
Kekuatan Ikatan dan Kekuatan Asam. Kekuatan suatu asam
atau basa pada akhir haruslah berkaitan dengan
kemampuan mendapat atau memberi proton.
Adalah terlalu sederhana untuk menghubungkan
keasaman biner (binary acid) HX semata-mata dengan
penguraian ikatan H-X. energy ikatan diberikan untuk
penguraian zat gas, sedangkan disini kita berhubungan
dengan zat yang berbentuk larutan. Sekalipun demikian,
terlihat bahwa semakin kuat ikatan H-X semakin lemah
asam tersebut. Secara umum hal ini dapat berlaku pada
rangkaian asam-asam HF, HCl, HBr, HI karena pada asam-
asam tersebut energy ikatan bertambah dengan urutan
sebagai berikut :

HI < HBr < HCl < HF

Sebaliknya kekuatan asamnya menurun dengan urutan


sebagai berikut :

HI > HBr > HCl > HF

Suatu pandangan lain yang juga dapat menetapkan


urutan asam-asam tersebut adalah bahwa pada saat ukuran
anion berkurang, ikatannya dengan proton meningkat.
Anion merupakan basa konjugat dari asam dan ketika
kekuatan basanya berkuran, ikatannya dengan proton
meningkat. Anion merupakan basa konjugat dari asam dan
ketika kekuatan basanya bertambah, kekuatan asampun
menurun.

Suatu asam protonik akan memberikan H+ ke air dan


menghasilkan ion H3O+. Kekuatan asam dilarutan encer
dalam pelarut air diperkirakan dari konstanta
kesetimbangan Ka.

Untuk kesetimbangan disosiasi: HA+H2O = H3O+ + A


Namun biasanya lebih mudah untuk menggunakan: pKa =
-log Ka, mirip dengan pH = -log [H3O+].Asam dengan pKa
< 0 diklasifikasikan asam kuat, dan asam dengan pKa> 0
diklasifikasikan asamlemah. Basakonjugasi dari asam kuat
adalah basa lemah. Nilai pKa beberapa jenis asamdiberikan
di Tabel 3.2.
Karena pelarut dapat juga menjadi asam atau basa,
keasaman dan rentangnya bergantung pada pelarut yang
melarutkan asamnya. Disosiasi sempurna asam yang lebih
kuat dari H3O+ akan memberikan H+ ke air, membentuk
H3O+ dalam larutan berpelarut air. Misalnya, baik HBr dan
HI terdisosiasi sempurna menjadi H3O+, dan keasamannya
mirip. Fenomena seperti ini disebut dengan efek
penyamarataan, dan semua keasaman menjadi sama
dengan H3O+. Dalam pengukuran keasaman relatif asam
kuat, diperlukan pelarut yang keaktifan H+ lebih kecil dari
keaktifan air, misalnya asam asetat dan etanol. Asam biner
halo HX, kecuali HF, adalah asam kuat. Walaupun
konsentrasi H3O+ juga tinggi di larutan HF, ikatan hidrogen
yang kuat antara F- dibandingkan ikatan hidrogen yang
sama di anion halida lain menurunkan keaktifan
termodinamika H3O+.
Keasaman asam okso, seperti asam fosfat, asam sulfat,
asam nitrat, dan asam perkhlorat berkaitan dengan
bilangan oksidasi P, S, N, dan Cl. Bila, asam okso HnXOm
dinyatakan sebagai (HO)XOm-n, muatan positif di X menjadi
(2m-n), dan keasaman akan menjadi lebih besar dengan
meningkatnya bilangan ini. Besarnya bilangan ini sebanding
dengan kemudahan disosiasi OH untuk menghasilkan
proton. Keasaman asam okso tersebut adalah asam
perkhlorat (HO)ClO3 > asam sulfat (HO)2SO2 > asam nitrat
(HO)NO2 > asam fosfat (HO)3PO. Walaupun asam fosfat
dapat ditulis (HO)3PO, tapi asam fosfit bukan (HO)3P tetapi
(HO)2HPO, dan kekuatan asamnya mirip dengan asam
sulfat.

Tabel 3.2 pKa beberapa asam dalam larutan berpelarut air


pada 25 °C.
2. pH Meter
pH meter pada tahap awal dikelompokan (a) pembacaan
langsung, (b) pengukuran bertipe potensiometer.

Gambar 1. pH meter

Dalam pengukuran tipe (a) e.m.f sel yang berisi


elektroda kaca itu dikenakan tahanan tinggi dan arus yang
mengalir dalam tahanan itu kemudian digandakan dan
diterapkan pada pengukuran peka berupa kimparan yang
bergerak; pengukur ini dikalibrasi dalam milivolt sehingga
e.m.f sel terekam langsung, dan karena kuantitas yang
diukur memang pH, skala itu juga dikalibrasi dalam satuan
pH.

3. Larutan Bufer
Keengganan suatu larutan untuk mengubah
konsentrasi ion hidrogennya dengan penambahan sedikit
asam atau basa disebut kerja buffer: suatu larutan yang
memiliki sifat seperti ini disebut larutan buffer. Dikatakan
larutan ini memiliki ‘keasaman cadangan’ dan ‘kebasaan
cadangan’. Biasanya larutan buffer mengandung suatu
campuran asam lemah HA dan garam Natrium atau
kaliumnya (A-), atau suatu basa lemah B dan garamnya
(BH+). Maka suatu buffer biasanya adalah suatu campuran
suatu asam dan basa konjugatnya.

4. Indikator Asam-Basa
Ada tersedia sejumlah zat yang disebut indicator
penetralan atau indicator asam-basa, yang memiliki warna-
warna yang berbeda bergantung pada konsentrasi ion-
hidrogen dari larutan. Cirri-ciri khas utama dari indicator ini
adalah bahwa perubahan dari warna yang dominan ‘asam’
menjadi warna yang dominan ‘basa’ tidaklah mendadak dan
sekaligus, tetapi berjalan di dalam suatu selang (interval)
pH yang (biasanya interval 2 satuan pH) dinamakan selang
perubahan-warna indicator. Kedudukan selang perubahan-
warna pada skala pH berbeda-beda jauh untuk indicator
yang berbeda-beda. Maka, untuk kebanyakan titrasi asam
basa, kita dapat memilih suatu indicator, yang
memperlihatkan perubahan warna yang jelas pada pH yang
dekat dengan pH pada titik ekivalennya.
Indicator phenolphthalein (PP) merupakan indicator
asam-basa yaitu reaksi yang terjadi antara asam lemah dan
basa kuat sehingga pH pada kisaran basa yaitu sekitar 8-10.
Range perubahan pH pada phenolphthalein yaitu 8-10
sehingga tepat bila digunakan. PP tidak berwarna pada pH
asam pada pH basa (ph 8-10) PP berwarna merah yang
mengndikasikan titik ekivalen pada titrasi.

A. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Larutan KNO3 0.2 M
2. Larutan NaOH 0.5 M
3. Larutan HCOOH 0.2 M
4. Larutan CH3COOH 0.2 M
5. Larutan C2H5COOH 0.2 M
6. Kristal asam oksalat H2C2O4.2H2O

Peralatan yang digunakan sebagai berikut :

1. 1 set pH meter dilengkapi dengan elektroda gelas


2. Pengaduk magnet
3. Gelas beker
4. Buret 50mL

A. Cara Kerja
D.1. Standarisasi larutan NaOH dan larutan asam
1. ditimbang 1.26 kristal H2C2O4.2H2O kemudian dilarutkan
dengan akuades dalam labu takar 100 mL dan diencerkan
sampai tanda.
2. Diambil 25 mL larutan ini dan ditambahkan 1-2 tetes
indicator phenolfttalein kemudian titrasi dengan larutan
0.5M NaOH yang akan distandarisasi. Diulangi sebanyak 3
kali.
3. Dengan cara serupa dilakukan standarisasi untuk larutan
0.2M HCOOH, CH3COOH dan C2H5COOH menggunakan
larutan NaOH yang telah distandarisasi.

D.2. Penentuan Konstanta asam, Ka


1. Dibuat campuran 90 mL akuades, 100 mL 0.2 M KNO3 dan
10mL 0.2M CH3COOH dalam gelas beker ukuran 500mL.
kemudian dimasukan batang pengaduk magnet ke dalam
campuran itu dan celupkan elektroda gelas dari pH meter
yang telah dikalibrasi untuk kisaran pH yang sesuai.
2. Disiapkan lautan 0.5 M NaOH dalam buret dengan ujung
buret diatas campuran tersebut. Sambil diaduk,
ditambahkan larutan NaOH dari buret ke dalam larutan,
dicatat pH larutan untuk setiap penambahan 2mL sampai
16mL.
3. Dilakukan percobaan serupa untuk larutan HCOOH dan
C2H5COOH.

A. Hasil dan Pembahasan


E.1. Hasil Percobaan
Konsentrasi masing-masing larutan hasil standarisasi adalah
sebagai berikut :

Larutan Konsentrasi
Hasil
Standarisasi
(M)
NaOH 0.512
HCOOH 0.203
CH3COOH 0.195
C2H5COOH 0.235

Berikut merupakan table perubahan pH :


1. HCOOH
Penambahan pH larutan
NaOH (mL)
0 2.71
2 3.56
4 5.00
6 11.46
8 11.80
10 11.99
12 12.11
14 12.22
16 12.28
2. CH3COOH
Penambahan pH Larutan
NaOH (mL)
0 3.26
2 4.60
4 10.26
6 11.47
8 11.88
10 12.06
12 12.16
14 12.24
16 12.32

3. C2H5COOH
Penambahan pH
NaOH (mL)
0 3.08
2 4.43
4 5.30
6 11.24
8 11.71
10 11.93
12 12.08
14 12.17
16 12.25

Berikut adalah harga Ka asam-asam karboksilat :


Asam Ka Ka
(percobaan) (literature)
HCOOH 4.2e-5 10e3.75
CH3COOH 8e-6 10e4.76
C2H5COOH 4.2e-5.2 10e4.87
E.2. Pembahasan
Awal dari percobaan adalah dilakukannya standarisasi yang
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi sesungguhnya zat yang
distandarisasi. NaOH perlu distandarisasi karena sifatnya yang
higroskopis sehingga kemurniannya berkurang, standarisasi
dilakukan dengan Kristal H2C2O4. 2H2O yang merupakan zat
standar primer. Standarisasi juga dilakukan kepada asam-asam
karboksilat (HCOOH, CH3COOH, CH3COOH) yang akan digunakan
dalam percobaan, standarisasi dilakukan dengan titrasi oleh
NaOH yang telah distandarisasi terlebih dahulu, perlunya
standarisasi karena asam-asam karboksilat diatas bukan
merupakan zat standar primer yang diakibatkan oleh sifat volatile
zat tersebut.
Standarisasi dilakukan dengan menggunakan indicator
phenolphtalen (PP) yang ditambahkan pada larutan yang akan
distandarisasi yang merupakan indicator titrasi antara asam
lemah (asam-asam karboksilat) dan basa kuat (NaOH), pH yang
terjadi adalah pH basa pada titik ekivalen dan teramati oleh
perubahan warna yaitu warna merah pada larutan yang dititrasi.
Perubahan warna dipercaya disebabkan oleh perubahan struktur
dari indicator tersebut. Perubahan struktur diperlihatkan oleh
gambar 2, struktur paling bawah yang mengindikasikan
perubahan warna merah.

Gambar 2. Perubahan struktur Penolphtalein


Reaksi yang terjadi antara asam dan basa pada titrasi
standarisasi yang dilakukan merupakan reaksi penetralan yang
membentuk garam dan air, penetralan yang dimaksud adalah
bukan pH larutan yang bersifat netral karena pH larutan
ditentukan oleh kekuataan dari asam dan basa yang digunakan.
Kekuatan suatu asam biasanya dapat ditentukan oleh nilai
konstanta kesetimbangan asam (Ka), sebagai contoh, asam-asam
lemah mempunyai nilai Ka yang rendah. Misalkan reaksi asam
lemah sebagai berikut :

HA H+ + A-

Terlihat bahwa semakin besar konsentrasi H+ didalam larutan ,


semakin besar nilai Ka larutan asam tersebut, demikian
sebaliknya.
Pada hasil percobaan penentuan Ka, didapatkan nilai Ka
yang menurun dari asam format ke asam propanoat walaupun
ada sedikit penyimpangan, hal tersebut menunjukan bahwa
kekuatan asam menurun dari asa format ke asam propanoat :

HCOOH < CH3COOH < C2H5COOH


Kekuatan asam menurun
Hasil Ka percobaan menunjukan perbedaan dengan
literature, perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kesalah
pada saat pengukuran maupun perhitungan.

A. Kesimpulan
Kekuatan asam dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya kekuatan ikatan dan ukuran anion.
Harga Ka yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Asam Ka Ka
(percobaan) (literature)
HCOOH 4.2e-5 10e3.75
CH3COOH 8e-6 10e4.76
C2H5COOH 4.2e-5.2 10e4.87

B. Daftar Pustaka
Vogel .(1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC). Jakarta
Brown,Lemay (1994). Modern Chemistry The central science 9th.
Pearson Education.inc. New Jersey
Petrucci, Ralph H. (1994). Kimia dasar, prinsip dan terapan modern,
jilid 2. Erlangga. Jakarta. Hal 4-9
Anonimous.(2002)..
http://www.chemistfounded.com/anorganicchem/ref/.ht,l99

You might also like