Professional Documents
Culture Documents
Dody Firmanda
Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia
Pendahuluan
Mulai tanggal 1 Januari 2010 berlaku implementasi modus keempat dalam era
liberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia
Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEAN Mutual Recognition
Arrangement on Medical Practitioners (MRA-MP). Ada 4 tujuan dalam MRA-
MP yakni:
1. mengatur mobilitas praktisi dokter di wilayah ASEAN;
2. meningkatkan dan mengembangkan kerja sama pertukaran informasi
antar profesi medis;
3. meningkatkan mutu kualifikasi dan standar layanan dan;
4. kerjasama pendidikan dan pelatihan profesi medis
Sebelumnya WHO Regional Eropa telah melakukan uji coba suatu instrumen
yang akan digunakan untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit
oleh WHO regional Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools for
Hospital (PATH).3,4,5,6 Kedua instrumen tersebut kemungkinan besar akan
Disampaikan padfa Acara Workshop “Pemantapan Pendidikan Spesialis I dan Spesialis II Ilmu
Kesehatan Anak di Indonesia” oleh Kolegium I lmu Kesehatan Anak Indonesia (KIKA) pada Pra
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) III di Medan 21 Februari 2010.
1
The Joint Commission - Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of
the hospital of the future , November 20, 2008.
2
The Joint Commission and The Joint Commission Resources - What does the future hold for
hospital care across the globe? The Hospital of the future . Florida, April 26-27, 2007.
3
WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care in
Europe: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003
1
diterapkan oleh seluruh rumah sakit di dunia sebagaimana halnya program
WHO World Alliance for Patient Safety – Move Program sebagai world class
hospitals’ benchmarking.
Sedangkan sampai saat ini definisi akan World Class yang ada hanya dari UK
Prime Minister Cabinet of Office yang mencanangkan Program World Class
Services – dikatakan sebagai World Class bila memenuhi tiga syarat kriteria
berikut: 7
1. Kinerjanya (performance) telah melampaui standar nasional dan
regional;
2. Melakukan benchmarking dan
3. Melakukan peningkatan mutu berkelanjutan (continuous quality
improvement)
4
WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored.
August 2003.
5
WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvement
in Hospitals). 2007.
6
WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 2008
7
UK Cabinet Office. Excellence and fairness – achieving world class. London, 2008.
8
WHO and WFME. WHO/WFME guidelines for accreditation of basic medical education. Geneva/
Copenhagen, 2005.
2
Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dari
perspekstif peserta didik dan penyandang dana, tenaga didik dan manajer
pendidikan dari institusi pendidikan dokter spesialis anak maupun pembuat
dan pelaksana kebijakan institusi pendikan dokter spesialis anak di tingkat
departemen/bagaian/UPF/SMF, fakultas/rumah sakit, nasional (kolegium.
MKKI, KKI) dan regional. (Quality is different things to different people
based on their belief and norms).9
9
Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000;
4(3):19-23.
10
Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global
Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
11
Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm
12
Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
3
Gambar 1. Ruang lingkup kualifikasi penguasaan materi bagi pemimpin institusi
pendidikan dokter spesialis anak dan manajer mutu pendidikan (quality
manager) 11-12
4
Gambar 2. Evolusi prinsip manajemen layanan kesehatan dan pendidikan.13-15
Perkembangan akan ‘mutu’ itu sendiri dari cara ‘inspection’, quality control,
quality assurance sampai ke total quality sangat bervariasi sesuai dengan
perkembangan ilmu. Jepang menggunakan istilah quality control untuk
seluruhnya, sedangkan di Amerika memakai istilah ‘ continuous quality
improvement ’ untuk ‘total quality ’ dan Inggris memakai istilah quality
assurance untuk ‘quality assurance’, ‘continuous quality improvement’ maupun
untuk ‘ total quality’ dan tidak membedakannya. (Lihat Gambar 3).
5
Gambar 3. Skema sederhana perkembangan mutu.
Evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidang industri pada awal
akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh di masa perang dunia
pertama. Pada waktu itu industri senjata menerapkan kaidah ‘ inspection’
dalam menjaga kualitas produksi amunisi dan senjata. Kemudian Shewart
mengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistik sebagai
‘quality control’ serta memperkenalkan pendekatan siklus P-D-S-A (Plan, Do,
Study dan A ct) yang mana hal ini kemudian dikembangkan oleh muridnya
Deming sebagai P-D-C-A (Plan, D o, Check dan A ction). Kaidah PDCA ini
menjadi cikal bakal yang kemudian dikenal sebagai ‘generic form of quality
system’ dalam ‘quality assurance’ dari BSI 5751 (British Standards of
Institute) yang kemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. (Lihat
Gambar 4).
6
Gambar 4. Contoh dari model Quality Assurance versi ISO 9001:2000
13
Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much we
learn from each other. Qual Health Care 2000;8:63-6.
14
Firmanda D. Total Quality Management in Healthcare (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
7
Management (TQM) yakni understanding the customer, understanding the
hospital’s business, quality systems, continuous quality improvement dan
quality tools. (Lihat Gambar 5).
8
Quality Assurance (QA)
Quality Assurance (QA) adalah tahap ke tiga dan yang paling penting dalam
perkembangan mutu suatu institusi/organisasi menuju tingkat yang lebih luas
dan tinggi (‘total quality’).
15,16
Program quality assurance terdiri dari :
1. Standarisasi – meliputi kriteria yang terukur ( measurable) dan
indikator satuan waktu (time-frame).
2. Akreditasi – dilakukan setelah yang akan dinilai melaksanakan penilian
diri (self-assessment) maksimal 2 (dua) kali terlebih dahulu.
3. Kegiatan mutu berkesinambungan (continuous quality improvement)
dengan mempergunakan kaidah mutu (Plan-Do-Check-Action) dalam
rangka mempertahankan dan atau meningkatkan mutu.
1. Standar
15
Nabitz U, Klazinga N, Walburg J. The EFQM excellence model: European and Dutch experiences
with the EFQM approach in health care. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 191-201.
16
Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie,
accreditation, EFQM and ISO assessment in European countries. Int J Qual Health Care 000;12(3):
169-75.
17
Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8.
18
Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
19
Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm
9
Gambar 6. Hubungan antara tujuan dan objekif suatu organisasi/ institusi
dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu berdasarkan pendekatan
tehnik Donabedian dan Maxwell.
10
Gambar 7. Contoh Implementasi Hubungan Tehnik Donabedian dan Maxwell
dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu.
11
Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)
Pada KONIKA XIII 2005 di Bandung telah diajukan Buku Standar Profesi
dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak (Gambar 8) yang disusun
bersama Pengurus Pusat IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia
(sesuai dengan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 2b yang
menyatakan bahwa standar pendidikan untuk pendidikan profesi dokter
spesialis disusun oleh kolegium) dan bahkan pada saat yang sama telah
diserahkan kepada Ketua Konsil Kedokteran Indonesia KKI (Dr. Hardi Yusa
Sp.OG) untuk diminta pengesahan KKI sesuai dengan Undang Undang Nomor
29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar pendidikan
disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
12
Undang Undang Republik Indonesia Nomor: 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional, serta mengacu
kepada berbagai referensi luar negeri seperti Trilogy of World Federation
for Medical EducationDocuments – World Standards for Medical Education,
British General Medical Council dan Royal College of Physicians, American
Institute of Medicine serta disesuaikan aplikasinya dengan situasi kondisi di
tanah air.
Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter Spesialis Anak dan
Konsultan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini terdiri dari 6 standar, 4
Panduan pelaksanaan standar dan 3 instrumen penilaian akreditasi;
selengkapnya adalah sebagai berikut :
13
Pada tanggal 28 September 2008 menerbitkan Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 21/KKI/KRP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan pada bulan November 2006 Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) berhasil menerbitkan buku Standar Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis (Gambar 9).
Format Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 terdiri dari:
14
maupun segi struktur, proses, output/outcome dan impact dalam satu buku
sebagai satu kesatuan. Buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
KKI 2006 merupakan sebagai komponen nomor 6 dari 11 komponen dalam Buku
Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005.
Esensi dan substansi Komponen 6 dalam Buku Standar Profesi dan Standar
Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 adalah Standar Pendidikan Dokter
Spesialis Anak yang terdiri dari 10 standar yang tidak jauh berbeda esensi
dan substansinya dengan 10 standar dari Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis KKI 2006, karena sama sama mengacu pada Trilogy of World
Federation for Medical Education – perbedaannya hanya dari segi format
urutan.
15
Demikian juga Lampiran 2 (halaman 95 sampai dengan 117) tentang Instrumen
Penilain Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak dalam buku
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak 2007 sama pesis tanpa
perubahan dengan komponen 9 tentang Instrumen Penilaian Akreditasi
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak pada halaman 75 sampai 92 dalam
buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005.
16
revisi instrumen tersebut menjadi terdiri dari 9 standar dengan 36 kriteria
dan 180 indikator penilaian IPDSA sebagimana dalam Tabel 1 berikut:
Parameter
Standar No. Kriteria Indikator
1. Visi, Misi, Objektif dan Target 1 5
2. Program Pendidikan 6 30
3. Penilaian 8 40
4. PPDSA 2 10
5. Staf 2 10
6. Sarana 8 40
7. Program Evalusi 3 15
8. Tatakelola 4 20
9. Peningkatan Mutu 2 10
9 Standar 36 kriteria 180 indikator
Sampai saat ini Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) belum mempunyai format
tentang akreditasi baik dalam hal standar, Panduan maupun instrumen untuk
pendidikan dokter dan dokter spesialis.
Dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak
2005 tercantum 5 komponen (lihat halaman 5 di atas) mengenai akreditasi
sebagai berikut :
1. Instrumen Penilaian Akreditasi Penyelenggara Kegiatan Pengembangan
Profesi ( Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) – sebagai komponen nomor 6 dalam buku
Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005
pada halaman 23 sampai 24.
17
2. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak - sebagai komponen nomor 8 dalam buku Standar Profesi dan
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 41
sampai 43.
3. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak - sebagai komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 45
sampai 61.
4. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 12 dalam buku Standar
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada
halaman 71 sampai 73.
5. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 13 dalam buku Standar
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada
halaman 72 sampai 95.
18
Dalam Panduan WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical
Education 2005 tersebut diperuntukan untuk pendidikan dokter, sedangkan
untuk pendidikan dokter spesialis belum ada – namun secara umum dari segi
substansi kemungkinan tidak akan berbeda. Substansi dalam WHO/WFME
Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005 tersebut mirip
dengan nomor 2 di atas pada halaman 9 yakni Panduan Penilaian Akreditasi
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak - sebagai komponen nomor 8
dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak
2005 pada halaman 41 sampai 43.
20
Wass V, Bowden R, Jackson. The principles of assessment design. In: Jackson N, Jamieson A, Khan
A (eds). Assessment in Medical Education and Training . Oxford: Radcliffe Publishing; 2007. p. 11-26.
19
Dalam setiap standar tersebut mencakup parameter kriteria dan indikator
serta nilai dari setiap indikator tersebut. Akreditasi merupakan langkah
kedua dari 3 langkah dalam program quality assurance. Ringkasan beberapa
batasan/sstilah dalam Akreditasi IPDSA:
1. Definisi Akreditasi
1. Tujuan Akreditasi
20
iii. Untuk memberikan jaminan kepada pihak yang
berkepentingan (peserta didik, tenaga didik, pemilik institusi
dan penyandang dana)
4. Konsep Akreditasi
5. Struktur Akreditasi
6. Model Akreditasi
8. Monitoring Akreditasi
21
9. Evaluasi Akreditasi
Pada rapat keja Kolegium tanggal 10-11 Januari 2010 telah diadakan self-
assessment kedua dengan hasil sebagaimana dalam Tabel 2 dan Gambar 12
dan 13 berikut.
Tabel 2.
22
Gambar 12. Hasil self-assessment kedua dari 13 IPDSA.
Gambar 13. Hasil self-assessment kedua dari 13 IPDSA dalam bentuk laba
laba (spider web)
23
3. Continuous Quality Improvement (CQI)
24
Tabel 3. Rencana Kerja Revisi Komisi III (Akreditasi) Jakarta 10 – 11 Januari 2010
Gantt Charts : Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III Akreditasi
Rencana Strategis 2008 2009 2010 2011
Rencana Kerja Nov Des I II III I II III I II
Self-Assesment 1 2
Persiapan dan
pematangan:
2. instrumen
3. surveyor/asesor
Akreditasi
Re-akreditasi
25