Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang informasi
ditandai dengan munculnya sistem komputer yang dapat mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan informasi geografi secara cepat, akurat dan mutakhir, yang dapat
disinergikan dengan tahapan kegiatan seperti persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian. Sistem komputer semacam ini dikenal dengan istilah
Sistem Informasi Geografi (SIG).
“… geography and the character of the ground bear a close and ever present relation to
warfare. They have a decisive influence on the engagement, both to its course and to its
planning and exploitation. Geographic information in but a part of the overall
requirement for intelligence by the military, along with strategic and economic
intelligence to assess the intentions of potential enemies and intelligence about an
enemy’s capabilities and equipment”. 3
keperluannya. Dari pengertian SIG diatas dapat disimpulkan bahwa SIG terdiri dari lima
komponen yakni hardware, software, data, prosedur atau tata cara dan brainware atau
sumberdaya manusia (SDM). Kelima komponen ini harus ada dalam setiap kegiatan
operasionalisasi SIG.
Selama tiga dasawarsa terakhir, SIG berkembang pesat dan terus dikembangkan
oleh negara-negara maju. Dan seiring dengan semakin mudahnya interface yang dipakai,
SIG makin popular. Berbagai sektor kegiatan telah memanfaatkan SIG, seperti sektor
transportasi, pertambangan, pendidikan, marketing dan banking, lingkungan hidup,
penanganan bencana alam, militer dan sebagainya. Tentunya SIG mempunyai beberapa
aspek keunggulan yang menarik yang mendorong banyak orang untuk memanfaatkannya.
Keunggulan SIG antara lain;
a. Data disusun secara integral dengan melibatkan data spasial beserta
keterangannya (atribut) dimana databasenya dapat dimanipulasi dan diupdate dengan
cepat, mudah dan teratur.
b. Analisa data dapat dilaksanakan secara cepat dan interaktif sehingga
memungkinkan adanya elternatif-alternatif pemecahan dalam rangka pengambilan
suatu keputusan.
c. Manajemen data mudah serta penyebaran informasi relatif lebih cepat dan tepat
melalui jarring komunikasi digital.
d. Tersedianya pilihan jenis dan bentuk output grafis, peta dan teks.
e. Penyimpanan data dasar maupun informasi lebih hemat tempat, kompak, dan
lebih aman.
Selain itu, terdapat juga beberapa kendala lain yang perlu diantisipasi
pemecahannya. Sejak kegiatan pengumpulan hingga penyajian data geografi, jelas
diperlukan sumberdaya yang tidak kecil, terutama biaya. Belum lagi, jika data geografi
tersebut telah mempunyai nilai tambah (added value) karena dioleh guna maksud dan
tujuan tertentu. Di masa mendatang, jelas terdapat kecenderungan semakin komersialnya
data atau informasi geografi karena nilai tambah (added value) akibat pengolahan
informasi geografi tadi. Adalah sangat masuk akal jika investasi mahal yang telah
dikeluarkan perlu diimbangi dengan input balik yang wajar. Isyu sentral lainnya adalah
4
Lihat Peter F Dale and John D McLaughlin “Land Information Management”.
5
Lihat Clarke “GIS specification, evaluation, and implementation” halaman 477-487.
C:\my document\fth\armand_bdg
3
aspek legal dari kepemilikan data. Untuk itu, perlu dipikirkan peraturan yang mengatur
tentang hal ini dan untunglah sekarang telah dirintis program IDSN (Infrastruktur Data
Spasial Nasional) yang diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang timbul
berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan informasi keruangan. Bakosurtanal telah
ditunjuk sebagai koordinatornya dan sekaligus sebagai simpul pusat jaring SIGNAS.
Dittopad dan lembaga-lembaga Surta lain yang berkepentingan dengan pengelolaan data
keruangan bertindak sebagai simpul-simpulnya.
Perkembangan SIG
Dan hingga saat ini, terlihat kecenderungan bahwa teknologi SIG ini terus
berkembang. Negara-negara maju kemudian sepakat untuk membuat satu agenda global
guna memberi arah perkembangan teknologi ini. Berbagai forum pertemuan dan asosiasi
professional SIG dimanfaatkan untuk menyusun standar internasional, sehingga
diharapkan data exchange dan interoperability system lebih mudah dilakukan. Impian
mewujudkan open GIS telah dicanangkan.
C:\my document\fth\armand_bdg
4
Analisa medan diartikan sebagai the process of collecting, analyzing, and storing
geographical information on the natural and man-made features of the terrain and its
interpretation in combination with other relevant factors to provide information and
advice about the effects of the terrain on military operations. Oleh US Army Corps of
Engineering obyek analisa medan meliputi bahan/material alam, aliran permukaan,
material permukaan tanah serta penumbuhan. Sehingga secara ringkas dapat disimpulkan
bahwa MGI adalah suatu sistem informasi yang secara cepat dan tepat dapat digunakan
untuk menganalisa dan menyajikan secara visual potensi territorial serta tingkat daya
dukung/daya rintang medan, hingga berfungsi sebagai sarana bantu dalam penyusunan
alternatif langkah/gerakan serta sebagai sarana pemantauan perkembangan.
Saat ini telah dikembangkan di negara maju beberapa model aplikasi SIG dalam
bidang militer. Proses pembuatan model dan pelaksanaan analisis data geografinya
memakai software SIG yang telah dikustomisasi. Model-model aplikasinya antara lain; 7
a. Lindung tembak dan lindung tinjau, dengan software 3D dan analisa tutupan
lahan, data digital tinggi medan (DTM) dan data vegetasi dapat digunakan untuk
menentukan posisi yang terlindung dari tembakan/tinjauan dan sapuan radar lawan.
b. Observasi dan medan tembakan, dengan metode yang sama, dapat pula ditentukan
posisi-posisi darimana pasukan kita dapat secara optimal memperoleh kemampuan
tinjauan terhadap gerak lawan serta mengasai medan dengan tembakan kita.
c. Rintangan dan jalan pendekat, dengan data rintangan (alam maupun buatan), data
mengenai jenis dan kondisi tanah serta data lereng dapat diperoleh bahan bagi penentuan
jalan-jalan pendekat ke posisi lkawan. Tentu saja criteria yang dikenakan pada parameter
yang bersangkutan disesuaikan dengan jenis pasukan yang dikerahkan.
d. Mobilitas lintas medan, dengan data dan criteria tertentu, dapat pula
dikembangkan peta-peta mobilitas lintas medan bagi berbagai jenis kesenjataan.
e. Tempat pedaratan heli dan penerjunan pasukan, data lereng dapat dikombinasikan
dengan data vegetasi, jenis tanah, jaringan jalan dan listrik tegangan tinggi untuk
menentukan daerah-daerah pendaratan/penerjunan. Terhadap model ditentukan criteria
seperti lereng maksimal yang dapat ditolerir, jenis vegetasi seperti rumput atau perdu,
6
Lihat Moss, Lyons dan Perrett “Military Geographic Information” halaman 80-100.
7
Lihat Pranoto Asmoro “Suatu konsepsi bagi pengembangan sarana komando yang tanggap dan tangguh”.
C:\my document\fth\armand_bdg
5
jarak maksimal terhadap jaringan jalan dan sasaran, jarak minimal terhadap lintasan kabel
listrik serta ukuran minimal daerah pendaratan/penerjunan.
f. Visualisasi medan secara 3D, bentang alam dapat ditinjau dari berbagai posisi,
sudut dan ketinggian sehingga lebih realistis bagi kepentingan perencanaan dan briefing
pasukan.
g. Deteksi samaran dan dislokasi pasukan, dengan system penginderaan jauh tertentu
dapat digunakan untuk membedakan vegetasi asli dengan vegetasi buatan pada samaran
instalasi atau system senjata. Begitu juga dengan perobahan posisi lawan dapat dideteksi
secara temporal melalui citra penginderaan jauh.
c. Tahap pengakhiran
1) Penyusunan produk akhir laporan dan lay out peta.
2) Penyimpanan produk akhir (soft copy dan hard copy).
3) Penyebaran produk SIG melalui berbagai media.
C:\my document\fth\armand_bdg
6
penduduk, kepadatan penduduk menurut agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan
tingkat pendapatan serta penggunaan lahan dan jaringan jalan serta fasilitas umum.
Penutup
Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) militer dapat dipastikan mampu mendukung
pelaksanaan tugas satuan TNI AD, karena sistem ini menyediakan informasi geografi
(baca: khususnya medan dan cuaca) yang diperlukan bagi tahapan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi suatu operasi. Pemanfaatan SIG secara interaktif dapat menjadi
alat bantu (tool) bagi unsur pimpinan dalam proses pengambilan keputusan (decision
support system). Sistem ini juga berfungsi untuk meningkatkan ‘sadar medan’ bagi
personel pasukan (improves situasional awareness) dan mempercepat proses
pengambilan keputusan (decreases battle decision cycle time). 8
Paparan aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk kepentingan Militer ini
disampaikan sebagai bahan kajian bagi satuan di lingkungan TNI AD, khususnya dalam
memanfaatkan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografi).
8
Lihat John Day “GIS decision support system for electronic battlefield”, ESRI.
C:\my document\fth\armand_bdg