You are on page 1of 4

Metabolisme, Sebuah Reaksi Kompleks

Metabolisme. Sebuah kata yang tentunya tidak asing lagi saat kita mendengarnya. Paling tidak
sejak SMP kita mengenal istilah ini. Metabolisme, katanya, juga disebut sebagai reaksi yang
sangat penting.

Sebenarnya, apa itu metabolisme? Metabolisme adalah modifikasi senyawa kimia secara
biokimia di dalam organisme dan sel, secara gampangnya yaitu keseluruhan reaksi kimia yang
berlangsung di dalam tubuh organisme. Reaksi-reaksi tersebut adalah dasar dari kehidupan, yang
membuat sel dapat tumbuh dan bereproduksi, mempertahankan strukturnya, dan merespon
lingkungannya. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang
dikenal pula sebagai jalur metabolisme. Secara keseluruhan, metabolisme bertanggung jawab
terhadap pengaturan materi dan sumber energi dari sel. Tugas metabolisme inilah yang
menjadikan metabolisme suatu reaksi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk
hidup.

Karena metabolisme merupakan keseluruhan reaksi yang terjadi di dalam tubuh organisme,
tentunya metabolisme tidak hanya terdiri dari satu macam reaksi saja. Secara umum,
metabolisme terbagi atas 2 reaksi:
1. Anabolisme (reaksi penyusunan)
2. Katabolisme (reaksi pemecahan)
Walaupun metabolisme hanya terdiri dari dua macam reaksi, baik anabolisme maupun
katabolisme bukan merupakan suatu reaksi yang sederhana, melainkan terdiri dari tahapan-
tahapan reaksi yang kompleks.

Metabolisme juga merupakan suatu totalitas proses kimia yang berlangsung di dalam sel. Proses
tersebut hanya dapat berlangsung jika terdapat materi atau zat yang bereaksi dan didukung energi
proses metabolisme tersebut. Di samping dua komponen tersebut, masih ada lagi molekul yang
mutlak diperlukan agar metabolisme berlangsung, yaitu ATP dan enzim. ATP (Adenosin
Trifosfat) adalah molekul nukleotida berenergi tinggi yang tersusun atas gula pentosa, basa
nitrogen adenin, dan mengikat tiga gugus fosfat (trifosfat). Kandungan energi tinggi ini terdapat
pada ikatan antara gugus fosfat 1 dan 2 serta gugus fosfat 2 dan 3. Kedua ikatan fosfat ini
bersifat labil. Jika gugus 3 dilepas, akan dihasilkan senyawa dengan dua gugus fosfat, yaitu
Adenosin Difosfat (ADP) dan dibebaskan banyak energi. Jika gugus 2 juga dilepas, akan
dihasilkan senyawa dengan satu gugus fosfat, yaitu Adenosin Monofosfat (AMP) dan juga
dibebaskan banyak energi.

Metabolisme sebuah organisme menentukan zat mana yang bergizi dan mana yang beracun bagi
organisme tersebut. Contohnya, beberapa organisme prokariot menggunakan hidrogen sulfida
sebagai bahan gizi, di sisi lain gas ini merupakan racun bagi hewan. Kecepatan metabolisme,
tingkat metabolik, juga mempengaruhi seberapa banyak makanan yang dibutuhkan organisme.

Ciri-ciri yang mencolok dari metabolisme adalah kesamaan dari jalur metabolik dasar antara
spesies organisme yang kadang sangat berbeda. Contohnya, serangkaian senyawa antara pada
siklus asam sitrat secara umum ditemukan diantara semua makhluk hidup, dari bakteri uniseluler
Escherichia coli sampai organisme multiseluler yang sangat besar seperti gajah. Struktur
metabolik seperti ini kemungkinan sebagian besar adalah hasil dari efisiensi tinggi dari jalur-
jalur reaksi diatas, dan hasil dari penampakan permulaannya dalam sejarah evolusi.

Glikolisis dan Dekarboksilasi Oksidatif


Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai reaksi glikolisis dan reaksi antara (dekarboksilasi
oksidatif).

Glikolisis [kembali ke atas]

Glikolisis merupakan proses pengubahan molekul sumber energi, yaitu glukosa yang mempunyai
6 atom C manjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu asam piruvat yang mempunyai 3 atom C.
Reaksi ini berlangsung di dalam sitosol (sitoplasma). Reaksi glikolisis mempunyai sembilan
tahapan reaksi yang dikatalisis oleh enzim tertentu, tetapi disini tidak akan dibahas enzim-enzim
yang berperan dalam proses glikolisis ini. Dari sembilan tahapan reaksi tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu fase investasi energi, yaitu dari tahap 1 sampai tahap 4,
dan fase pembelanjaan energi, yaitu dari tahap 5 sampai tahap 9.

Pertama-tama, glukosa mendapat tambahan satu gugus fosfat dari satu


molekul ATP, yang kemudian berubah menjadi ADP, membentuk
glukosa 6-fosfat. Setelah itu, glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim
menjadi isomernya, yaitu fruktosa 6-fosfat. Satu molekul ATP yang
lain memberikan satu gugus fosfatnya kepada fruktosa 6-fosfat, yang
membuat ATP tersebut menjadi ADP dan fruktosa 6-fosfat menjadi
fruktosa 1,6-difosfat. Kemudian, fruktosa 1,6-difosfat dipecah menjadi
dua senyawa yang saling isomer satu sama lain, yaitu dihidroksi aseton
fosfat dan PGAL (fosfogliseraldehid atau gliseraldehid 3-fosfat).
Tahapan-tahapan reaksi diatas itulah yang disebut dengan fase investasi
energi.

Selanjutnya, dihidroksi aseton fosfat dan PGAL masing-masing mengalami oksidasi dan
mereduksi NAD+, sehingga terbentuk NADH, dan mengalami penambahan molekul fosfat
anorganik (Pi) sehingga terbentuk 1,3-difosfogliserat. Kemudian masing-masing 1,3-
difosfogliserat melepaskan satu gugus fosfatnya dan berubah menjadi 3-fosfogliserat, dimana
gugus fosfat yang dilepas oleh masing-masing 1,3-difosfogliserat dipindahkan ke dua molekul
ADP dan membentuk dua molekul ATP. Setelah itu, 3-fosfogliserat mengalami isomerisasi
menjadi 2-fosfogliserat. Setelah menjadi 2-fosfogliserat, sebuah molekul air dari masing-masing
2-fosfogliserat dipisahkan, menghasilkan fosfoenolpiruvat. Terakhir, masing-masing
fosfoenolpiruvat melepaskan gugus fosfat terakhirnya, yang kemudian diterima oleh dua molekul
ADP untuk membentuk ATP, dan berubah menjadi asam piruvat. (lihat bagan)

Setiap pemecahan 1 molekul glukosa pada reaksi glikolisis akan menghasilkan produk kotor
berupa 2 molekul asam piruvat, 2 molekul NADH, 4 molekul ATP, dan 2 molekul air. Akan
tetapi, pada awal reaksi ini telah digunakan 2 molekul ATP, sehingga hasil bersih reaksi ini
adalah 2 molekul asam piruvat (C3H4O3), 2 molekul NADH, 2 molekul ATP, dan 2 molekul
air. Perlu dicatat, pencantuman air sebagai hasil glikolisis bersifat opsional, karena ada sumber
lain yang tidak mencantumkan air sebagai hasil glikolisis.
Dekarboksilasi Oksidatif [kembali ke atas]

Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat
akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks
mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani
reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang cukup dan
akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena
asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat
menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C (2 C). Karena itu,
asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.

Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi
senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi
dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk
masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di intermembran
mitokondria.

Pertama-tama, molekul asam cuka yang dihasilkan reaksi glikolisis akan


melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan
mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu,
2 atom karbon yang tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat
(bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya, asetat akan mendapat transfer
elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim
A (suatu senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B)
diikat oleh asetat dengan ikatan yang tidak stabil dan membentuk gugus
asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam
siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut. (lihat bagan)

Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat lewat
reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH.

You might also like