You are on page 1of 4

BAHASA INDONESIA

Menulis pengalaman orang lain

Nama : Eko Pamungkas


Kelas : X_1
Absen : 10

SMA NEGERI 3 JOMBANG


TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Iseng-iseng dari Bunga Kenanga


Pada hari itu, di kebun yang sepi… mega terus mengumpulkan bunga
kenanga. Sebenarnya ia tak suka dengan bunga, lantas untuk apa ia punguti
bunga itu? Apalagi itu adalah bunga kenanga yang di ambil dari tempat
pohon angker di desanya .
Tanpa dia sadari di belakang tidak jauh dari ia berada telah berdiri
seorang nenek-nenek yang memecah suara dengan melontarkan kata-kata.
“Nak, cepet pulang sana!, jangan main disekitar itu, angker….!”
Mega langsung membalikkan tubuhnya kea rah sumber suara.
“Waduh… Mbok Darmi!” bisik Mega dalam hati.
Tanpa bosa-basi ia berlari menghilang begitu saja, dan tak lupa
membawa bunga yang telah ia punguti dengan susah payah dari kebun
mbok Darmi. Kemudian Mega merangakai bunga itu menjadi sebuah kalung
yang cukup ia pakai di lehernya. Ia lepas kalung itu dan menyimpannya di
kamar, tepat di bawah bantal di atas tempat tidurnya.
Rupanya Mega telah merencanakan sesuatu, ia ingin membuktikan
tahayul yang menyebar di desanya. Konon jika bunga itu dipakai untuk
tidur, maka mahkluk besar hitam dan menyeramkan akan mengganggu
tidurnya.
Malam yang telah Mega tunggu-tunggu itu telah tiba. Mega sengaja
tidur lebih awal, karena ia ingin cepat-cepat membuktikan kebenaran
tahayul itu. Memang temanku yang satu ini begitu penasaran dengan hal-
hal yang mistis. Ia tertarik dengan ketegangan-ketegangan disekitarnya.
Mungkin karena menjadi pokok bahasan yang menarik di desanya, ia ingin
mencoba dan membuktikannya sendiri.
Mega mulai merebahkan tubuhnya. Pikirannya melayang-layang tak
karuan. Perasaan yang tidak nyaman mulai membayanginya. Ia mulai tidak
percaya diri. Apalagi suasana malam itu begitu begitu pengap dan sunyi.
Ranting-ranting pohon yang terkena angin terdengar memukul-mukul atap
rumahnya. Menambah mencengkram perasaan tidak enak. Mega
memutuskan menghentikan acaranya itu, karena perasaan takut sangat
menghantuinya. Tetapi belum sempat ia beranjak dari temppat tidurnya,
lampu di rumahnya padam. Jantung Mehga terentak kaget, seakan
berhenti sedetik untuk merasakan ketegangan saat itu. Mega mencoba
menenangkan dirinya. Ia mulai memperhatikan dan merasakan yang ada di
sekelilingnya, namun kegelapan menutupi pandangannya.
“Krieeet…..”. Bunyi pintu yang dibuka dengan cara yang halus dan
perlahan.
“Dag_dig_dung-dag_ding_dug”. Bunyi jantung Mega yang semakin
kencang dan kuat.
“Ya Allah!.... astghfirullah haladzim!” kata-kata yang keluar dari
mulut Mega.
Tiba-tiba Mega merasakan sesuatu yang menuju dan mendekati
mega. Sesosok bayangan yang tidak jelas dilihat Mrga. Ia membawa
sesuatu di salah satu tangannya.
“Ya Allah lindungilah aku…. Lindungilah aku…?”. Bisik-bisik yang
diucapkan mulut Mega. Seolah-olah tiada hentinya ia memanggil nama
Tuhannya.
Mega terpojok dalam sudut kamarnya. Keringat dingin terus keluar
dari tubuhnya. Tiba-tiba bayangan itu menodongkan sesuatu benda di
tangannya ke arah Mega, bersamaan dengan cahaya yang menyorot kea
rah mukanya.
“AAaaa………..!!!”. Mega berteriak sekeras-kerasnya untuk
melepaskan rasa takut dan terkejutnya.
“Tenang nak ini Mama….”.
“Mama…?”. Balas Mega dengan sedikit rasa tidak percaya.
“Iya nak ini Mama”.
“Tak mungkin itu Mama, aku melarang Mama untuk masuk ke
kamarku……hihkrg….hihkg”. Mega sedikit ketakutan.
“Lihat ini Mama, kamu kenapa saying?”. Kata Mama sambil
mengarahkan senter ke arah wajahnya.
Mega mengenali wajah Mamanya. Ia langsung memeluk erat tubuh
Mamanya. Ia telah merasa agak tenang. Rupanya Mama telah memahami
ketakutan yang dirasakan anaknya. Sambil memeluk Mamanya Mega
berkata
“Ma….., aku takut…”.
“Jangan takut sayang Mama ada di sini”.
“Kenapa Mama masuk masuk ke kamarku?”.
“Mama mencium bau kenanga sayang, padahal di sinikan tidak ada
bunga itu. Mama takut terjadi sesuatu dengan anak Mama”.
Mega tertegun. Mereka duduk berhadapan. Mega menceritakan apa
yang sebenarnya terjadi dan ia kerjakan, walaupun dalam keadaan lampu
mati……

You might also like