You are on page 1of 119

A Compelling True Story

CHRIST,
MUHAMMAD
AND I

Mohammad Al Ghazoli
Translated by R. Winston Mazakis
Edited and Annotated by David W. Daniels

CHICK
Publications
Ontario, Calif 91761
PESAN PENYUNTING

Nama-nama Surat dalam Al-Qur’an, yang dalam bahasa Arab artinya


buku atau bab. Surat Yasin, misalnya, maksudnya sama dengan buku atau
kitab Yasin. Qur’an sendiri artinya adalah bacaan.
Naskah yang sedang Anda baca ini adalah bentuk revisi dari tulisan asli
karya Mohammad Al Ghazoli yang diterjemahkan ke dalam banyak bahasa,
salah satunya bahasa Inggris oleh Dr. R. Winston Mazakis. Karya Ghazoli
(dan terjemahan Mazakis) mendeskripsikan arti dari bahasa Arab yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits sering kali tidak tampak dalam
terjemahan Inggris. Kaum Muslim mengimani bahwa tidak ada satupun
terjemahan Al-Qur’an yang dapat menjadi pegangan resmi; semua
terjemahannya dinamakan sebagai “upaya menjelaskan” (interpretation).
Saya telah menambahkan referensi tambahan yang telah
mengkonfirmasikan sumber-sumber Al Ghazoli, dari Al-Qur’an1, Hadits,
Sunah2 dan tulisan lainnya, untuk mendokumentasikan penelitian sahihnya.
Saya telah menambahkan pula catatan kaki yang memperjelas hal-hal yang
mungkin sudah banyak diketahui oleh kaum Muslim pada umumnya,
namun tidak diketahui oleh sebagian kecil lainnya.

- David W. Daniels -

NB. Terjemahan kedalam bahasa Indonesia ini telah diringkas dari aslinya,
hingga pasal yang kesepuluh, dengan beberapa catatan tambahan disetiap pasal
guna menerangi. Dalam hal ada rujukan Hadits Shahih Bukhari tambahan dalam
peringkasan ini, maka hal itu terambil dari terjemahan H.Zainuddin Hamidy cs,
Volume I-IV, terbitan “Wijaya, Jakarta, edisi ke-13.

1
Pembaca yang hendak melihat lebih jauh Empat terjemahan utama Al-
Qur’an terdapat di: www.sacredtexts.com/isl/htq/index. htm
2
Berbagai tulisan Hadits dan Sunah dapat ditemukan di:
www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/

2
ISI BUKU

Pendahuluan: Tentang “Saya” 4

1. Rasul Allah atau Manusia yang Dirasulkan? 11

2. Dua puluh tiga Kali Pernikahan Muhammad 18

3. Sang Diktator, Raja Rasisme 38

4. Terorisme dan Intimidasi dalam Islam 46

5. Al-Qur’an Wahyu Allah atau Ciptaan Manusia? 63

6. Yesus Kristus versus Muhammad 88

7. Al-Masih dalam Al-Qur’an 98

8. Salib dan Yang Tersalib 106

9. Apakah Alkitab Diubah? 109

10. Betapa Al-Qur’an Memutar-balikkan Alkitab 112

3
Diperuntukkan bagi kedua saudari saya
Bagi gereja kecil saya di sebelah selatan Chicago
Bagi kenangan Almarhum ayah, meninggal sebagai Muslim di Mesir
Bagi semua umat Muslim, secara khusus dunia Arab
Bagi semua yang terhilang dan tersesat,
Saya persembahkan buku ini dengan segala kerendahan hati

4
Pendahuluan

Tentang “Saya”
Saya seorang pria yang telah kehilangan arah selama lebih dari empat
puluh tahun, dan telah menenggelamkan diri dalam ketidak-pedulian
mutlak, berjalan tanpa arah dan tujuan, dan dalam dosa. Saya adalah
seorang bayi yang menanyakan dirinya, sebelum bertanya ke orang lain,
mengenai arti dari eksistensi, kelahiran dan kematian.
Saya adalah seseorang yang berjalan di jalan yang panjang, mencari
kebenaran di semua sudut dan semua jalan. Siapa itu Musa, Yesus dan
Muhammad! Akhirnya sampai kepada kesadaran yang mendalam, bahwa
diri saya selama 40 tahun telah tertawan dalam sel kebanggaan pada sebuah
penjara besar yang bernama ketidak-jelasan dalam agama bangsa saya.
Saya telah menyelesaikan studi tingkat universitas, menerima gelar
Master dalam Ekonomi dan Ilmu Politik di Mesir. Dan memulai menitih
karier pada bisnis manajemen penerbitan di sebuah koran Arab. Dua tahun
kemudian saya menjadi pemimpin editor, lalu bekerja selama lima tahun
sebagai penasehat pers untuk seorang presiden Arab.3 Saya telah
menerbitkan sepuluh buku mengenai ekonomi, sosiologi dan politik yang
menjangkau pasar dunia Arab maupun internasional. Dan Sebagian telah
diterjemahkan dalam tiga bahasa.
Saya telah menulis lebih dari 2000 artikel yang diterbitkan di koran
serta majalah Arab dan Islam, untuk berbagai agen pers Arab dan
internasional. 4 Sebagai seorang Muslim, Saya adalah salah seorang yang
telah mengkritik Taurat dan Injil dalam lebih dari satu kuliah umum dan
penelitian serta mengulangnya seperti seekor burung Beo bahwa Alkitab
telah dirubah dan dipalsukan!
Saya adalah seseorang yang pintunya diketok oleh seorang saudara
yang mengatakan, “Apakah Anda telah membaca Al-Qur’an dan Hadits
Muhammad secara mendalam?” Setelah membaca, saya justru terkena
penyakit ”kepala intelektual” yang menyakitkan, kemudian berakibat pada

3
Mu’ammar al-Qadhafi, presiden Lybia, terkenal anti Barat dan Israel.
4
Lihat bagan di akhir dari Pendahuluan ini.
5
penulisan buku saya yang terakhir, Lost Between Reason and Faith
(“Tersesat antara Nalar dan Iman”, diterbitkan hanya dalam bahasa Arab).
Akibatnya, saya menemukan diri saya di luar batas-batas agama selama
lebih dari sepuluh tahun. Selama waktu tersebut, saya hanya melihat ke
surga karena pada saat itu saya selalu yakin bahwa di surga terdapat Tuhan.
Walaupun saya tersesat menurut ajaran Islam; ada seorang Kristen
yang telah lahir baru meletakkan sebuah Alkitab di dalam tangan saya dan
mengatakan: “Baca,” sama seperti yang telah dinyatakan bahwa sebuah ruh
yang mengaku sebagai malakat “jibril” mengatakan kepada Muhammad di
gurun Ghara. Saya membaca dan akhirnya awan-awan gelap menghilang
dan terang matahari mulai memasuki hidup saya. Sebuah perjumpaan yang
teramat berharga, seperti budak yang tersesat berjumpa dengan seorang
tuan yang baik; domba yang tersesat menemukan seorang Gembala yang
baik, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Bagaimana saya kemudian dapat mengenal Yesus Kristus sebagai
Penyelamat dan Penebus saya? Perjumpaan saya secara pribadi dengan
Yesus bukan sebuah kebetulan, karena saya telah berjalan sekian lama di
jalan penuh duri; tetapi perjalanan saya dan pergulatan saya dengan iblis,
jauh lebih lama. Perkenankan saya menjelaskan cerita saya dengan singkat;
karena buku ini bukan mengenai kehidupan pribadi saya, tetapi lebih
mengenai sebuah lilin yang ditujukan untuk menerangi jalan bagi mereka
yang hidup dalam kegelapan dan hendak mencari cahaya kebenaran.

6
Allah Pembimbing dan Sekaligus Penyesat?

Ketika saya duduk di kelas 1 SMP, guru agama kami, Mahmood


Qasem, mengatakan bahwa “Allah membimbing siapapun yang dia
inginkan” dan “Allah mensejahterakan siapapun yang dia inginkan tanpa
batas.” Saya mempunyai hubungan yang sangat baik dengannya.
Sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena suatu hari dia
mengatakan di kelas: “Allah mensejahterakan siapapun yang dia
kehendaki tanpa batas.”
Kemudian dia mengkontradiksikan dirinya dengan mengutip ayat yang
lain: “Carilah dengan rajin di tempat-tempat paling rendah dan makanlah
makanannya, karena pada Dialah terdapat keputusan terakhir.” Ayat-ayat
lain dari Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah menyesatkan siapapun yang
dia inginkan.5 Maka saya bertanya kepada si guru: “Bagaimana Allah dapat
mengarahkan siapapun yang dia kehendaki dan menyesatkan siapapun yang
dia kehendaki? Jika membimbing dan menyesatkan adalah di tangan Allah,
mengapa kemudian terdapat penghakiman dan penghukuman? Tidakkah
Allah menjadi tidak adil jika dia membimbing dan menyesatkan siapapun
yang dia kehendaki? “Apakah salah satu sifat Allah adalah Sang
Penyesat?” Dia tampak terkejut dengan pertanyaan saya. Sepertinya guru
saya itu tidak mampu memberikan sebuah jawaban. Dia mengatakan: “Hal
ini butuh penjelasan lebih mendalam. Saya akan memberikan kamu sebuah
jawaban; tetapi saya membutuhkan waktu yang cukup.” Minggu-minggu
berlalu tanpa sebuah jawaban. Sayapun mulai melupakan masalah tersebut
karena dia tidak dapat menemukan jawaban yang meyakinkan.
Kira-kira empat bulan kemudian, guru saya mengutip sesuatu yang
mirip dengan yang sebelumnya, mengandung kontradiksi serupa. Dan saya
kembali mempertanyakannya! Dan ia berjanji akan menjawab kemudian,
tetapi sekali lagi ia tidak melakukannya. Sebaliknya ia malah memanggil
ayah saya, dan mengatakan masalah saya kepadanya. Lantas sayapun
mengutarakan pertanyaaan saya. “Ayah, di dalam Al-Qur’an terdapat ayat
yang menyatakan bahwa Allah membimbing siapapun yang dia kehendaki

5
Surat ini dalam Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa Allah me-
nyesatkan orang yang ia kehendaki: 4:88; 6:39; 13:27; 14:4; 16:93 dan 74:31.
7
dan menyesatkan siapapun yang dia kehendaki. Saya meyakini bahwa saya
adalah salah satu dari mereka yang disesatkan oleh Allah.”
Itulah awal dari keraguan saya. Keraguan terus bertambah, namun
dalam kesibukan kehidupan bisnis saya, saya mencoba untuk
melupakannya. Namun saya mempunyai terlalu banyak pertanyaan yang
butuh jawaban. Karena itu, 18 tahun yang lalu, saya mulai membaca Al-
Qur’an dan Hadits (tradisi dari Muhammad dan pengikutnya). Saya
mempelajari dengan mendalam kegiatan Muhammad dan penerus-
penerusnya.
Setelah saya banyak membaca mengenai hal ini, lambat laun sebuah
gambaran mulai tampak jelas. Saya menjadi yakin, bahwa Al-Qur’an
adalah buku ciptaan manusia dan Muhammad bukan utusan Tuhan.
Hubungan saya dengan agama telah berakhir dan saya tidak mempunyai
ikatan dengan Islam, selain hidup dalam masyarakat Muslim. Saya berada
dalam situasi yang pelik. Saya menyadari bahwa Islam bukanlah
Kebenaran dan tidak mungkin merupakan Kebenaran. Tetapi dimanakah
Kebenaran itu?

Ketakutan Terhadap yang Menakutkan


Setelah mempelajari secara mendalam Al-Qur’an dan Hadits
Muhammad serta penerusnya, sebuah gambaran aneh mengenai Islam
terbentuk dalam kepala saya. Bagaimana bisa Muhammad menguasai
pemikiran dari lebih dari satu milyar orang di dunia ini? Tidakkah mereka
bisa berpikir? Tidakkah mereka membaca? Jawabannya ada dalam
pengalaman Muslim, juga muncul pada saya saat ini: “Ketakutan
terhadap yang menakutkan” adalah sebuah prinsip yang diformulasikan
oleh Muhammad, untuk memimpin dan menguasai hati manusia melalui
ketakutan. Tetapi apa yang ditunjukkan oleh prinsip ini? Saya hanya bisa
memastikan bahwa Muhammad, anak dari Abdullah, adalah salah satu
orang jenius terbesar dalam sejarah. Dia menggunakan kecerdasaannya
untuk memformulasikan sebuah prinsip yang sederhana namun licik, yaitu
menakuti manusia melalui sebuah agama!
Karena menghadapi kesulitan di Mekah, dia hijrah ke Medina dengan
30 orang, dan jumlah pengikutnya bertambah dua kali lipat di sana. Namun
kesulitan mulai menghimpit. Dimana dia bisa mendapatkan uang yang
8
cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka? (Bagaimana dengan tempat
tinggal, makan, dan pekerjaan?) Bagaimana membiayai pembangunan
rumah-rumah baru setelah kematian Khadijah, lalu menikahi dua wanita
dan membangun rumah bagi mereka? Enam bulan setelah kedatangannya di
Medinah, rumahnya sudah bertambah menjadi lima.
Merasa harus bertanggung jawab, Muhammad ternyata memanfaatkan
para pengikutnya untuk merampok suku-suku dan karavan yang berangkat
dari Damaskus ke Mekah. Dia merampok karavan-karavan, dan
membunuh siapa pun yang mencoba melawannya [sambil membagi
jarahan sebagai sebentuk kemurahan Tuhan]. Kegiatan ini menjadi cara
termudah untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan. Semakin banyak
dana yang tersedia, semakin banyak orang yang tergiur bergabung dengan
kelompoknya. Tidak puas dengan perampokan karavan-karavan kecil, maka
dia mulai merampok suku-suku dan desa yang lebih besar, kemudian
beberapa kota. Dia mendistribusikan harta kekayaan hasil penjarahan
kepada para pengikutnya, termasuk budak-budak dan wanitanya. Tidak ada
batasan mengenai penyiksaan dan pembunuhan tawanan.
*[Dengan cerdik Muhammad mengubah konsep “jihad” yang semula
dipahami para pengikutnya sebagai usaha keras untuk mengukuhkan iman –
seperti doa dan puasa – kini menjadi “berperang dijalan Allah” dengan cara
menyerang musuh-musuh (kafir) secara fisik dan metodis, sekalipun yang
diserang nota bene masih punya hubungan famili dengan penyerang. Dan itu
berhasil karena dikaitkan dengan perintah wajib dari Allah. Surat 2:216]

Dalam tiga tahun saja, Muhammad berhasil membentuk angkatan


bersenjata sebesar 6.000 lebih di antara pengikutnya.
Pengaruh Muhammad pun menjadi kuat dan jumlah istrinya bertambah
menjadi sebelas, ditambah enam gundik, dimana dia melakukan hubungan
intim dengan mereka. Dikatakan bahwa dia mempunyai sekitar dua ratus
pembantu dan pelayan. Tugas dari seseorang pelayan bernama Abd Al-Lah
bin Mas’ud adalah untuk menjaga sepatunya. Dia mendapatkan kekayaan
cukup banyak untuk membentuk sebuah pasukan. Muhammad harus
mengamankan kedudukannya, sehingga “Jibril” turun membawa ayat-ayat
dari Allah, tuhannya Muhammad, sesuai dengan keperluannya, dengan
mengatakan bahwa siapapun yang meninggalkan Islam harus ditumpahkan
9
darahnya (Surat 4:89). Inilah ayat yang diturunkan sebagai perlindungan
mutlaknya dan memberikan kepadanya semua hak yang ia inginkan dan
menghapus semua kewajibannya: “Terimalah apapun yang ditugaskan oleh
Rasul kepadamu dan sangkal lah dirimu terhadap apa yang dia larang
bagimu.” (Surat 59:7). Muhammad meyakini bahwa siapapun yang
memeluk Islam dan kemudian berpikiran untuk meninggalkannya, ia
pantas mati. Sedangkan Allah mengharuskan semua Muslim untuk taat
kepada perintah Muhammad tanpa syarat. Semua orang tunduk dan takut...
namun setiap orang mempunyai kewajiban tanpa batas waktu dan tempat
untuk membunuh sesama Muslim yang mencoba meninggalkan Islam.
*[“Kapanpun kamu menjumpai mereka (Muslim yang murtad), bunuhlah
mereka...”, HS Bukhari IX/64]

Muhammad menanamkan filsafat “ketakutan terhadap yang


menakutkan” dalam hati pengikut-pengikut sucinya. Kaum Muslim
bertambah (dalam jumlah dan garangnya), namun meninggalkannya berarti
kematian, bahkan tidak terkecuali di tangan kerabat dan teman terdekatnya.
Jika tidak, mereka akan sangat dipermalukan.
Banyak orang memperingatkan saya untuk tidak mengumumkan
keimanan saya. Tetapi jawaban saya selalu adalah: Saya berurusan dengan
Tuhan yang sesungguhnya, yang namanya adalah Yesus Kristus, dan
Alkitab menjamin saya:
“Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap
burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan
menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,
kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut
terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu
siang.” (Mazmur 91: 3-5)

Pertemuan
Setelah sekian lama menjadi Muslim yang tidak peduli di luar agama
Muhamad, dan ketika Setan yakin bahwa saya tidak akan kembali ke
agamanya. Dia mulai menteror dan menyerang saya. Pertama-tama dengan
merampas harta kekayaan saya, kemudian dengan menghancurkan semua
yang saya telah bangun. Mereka menyerang kesehatan saya hingga saya
10
berada di titik hampir mati. Saya menghabiskan kebanyakan waktu saya di
rumah sakit. Tak lama kemudian saya kehilangan uang dan nama baik saya.
Di tengah-tengah kezaliman ini, seorang nyonya menelepon saya
dan mengatakan “Saya ingin bertemu dengan Anda.” Saya sungguh-
sungguh tidak ingin menanggapinya. Namun dia kemudian
menelepon lagi, dan kali ini saya memilih untuk menemuinya,
walaupun saya teramat letih dan tubuh saya sedang sakit. Ketika saya
menemuinya, dia meletakkan sebuah Alkitab di tangan saya. Saya
membukanya secara acak dan hal pertama yang muncul di depan
mata saya: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban
berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Saya
terus membaca. Mengapa saya tidak pernah melihat buku ini, saat
saya telah membaca ratusan buku? “Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya
kamu.” (Matius 5: 44) Kata-kata indah ini tidak mungkin keluar dari
mulut seorang manusia biasa, kecuali dari Tuhan yang Agung yang
menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Hebatnya lagi,
Tuhan Yesus yang penuh kasih ini mengatakan: “Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup!” (Yohanes 14: 6)
Ya, saya menyerahkan jiwa saya kepada-Nya dan lihat ...! semuanya
berubah. Semuanya dipulihkan secara bertahap kembali normal.
Sepertinya saya memasuki sebuah lembah yang berbeda…sebuah lembah
yang hijau permai. Saya merasakan suka cita, kedamaian dan kasih-Nya.
Sekarang saya hidup di dalam tangan Tuhan saya. Saya tidak puas
hanya dengan bertemu Dia, memuji nama-Nya dan berdoa kepada-Nya.
Adalah kewajiban saya kepada keluarga dan rakyat saya untuk
menghantarkan mereka kepada Kebenaran lewat kesaksian tulisan ini:
Kristus Yesus, Muhammad dan Saya.

Saya harap Anda membacanya, karena di dalamnya, Anda akan


menemukan penyembuhan untuk jiwa Anda dan mengerti bagaimana Anda
dapat kembali kepada Tuhan yang sesungguhnya. Saya mengundang Anda
untuk membaca, memahami dan membandingkan. Semoga Tuhan
memberkati Anda.

11
1
Rasul Allah atau Manusia yang Dirasulkan?

Muhammad anak yatim piatu sejak kecil. Ia diasuh oleh kakeknya.


Setelah kematian kakeknya, pamannya Abu Talib menjadi walinya, dari
umur 8 hingga 25 tahun. Dia kemudian menikahi Khadijah. Abu Talib
masih hidup hingga tahun kesepuluh dari “siar kenabian” Muhammad. Dia
dan anak-anaknya merupakan pendukung terbesar Muhammad. Namun kita
harus bertanya mengapa Abu Talib, pamannya sendiri, tidak mengakui
kenabian Muhammad hingga ajalnya? Ketika ajal menghampiri Abu Talib,
Muhammad memasuki kamarnya, dimana Abu Jahl dan Abd Alla bin Umia
juga berada. Muhammad berkata: “Paman, katakanlah, ‘Tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.” Tetapi paman ini
berkata, “Saya adalah pemeluk agama Abd Al-Muttalib (ayahnya).” Dia
jelas menolak undangan Muhammad untuk memeluk Islam.
Apakah Abu Talib, seorang Yahudi, Kristen atau kafir? Beberapa
sarjana mengatakan dia adalah seorang pagan yang mengimani Manat dan
Uzza, dewi-dewi pujaan Mekah. Yang lain mengatakan dia simpatisan
Kristen yang mengimani Al Masih dan Alkitab, buktinya terdapat dalam
pernyataannya: “Orang-orang terbaik mengetahui bahwa Kutum (panggilan
untuk Muhammad) adalah pengikut dari Musa dan Al Masih anak
Maryam.” Walau demikian, Abu Talib tetap menolak untuk mengakui
Muhammad sebagai nabi dan terus memanggil dia dengan sebutan Kutum.
Abu Jahl adalah paman kedua dari Muhammad, dikenal dengan nama
Abu Al-Hakam,6 yang sangat terpelajar di Mekah dan dia memiliki
perpustakaan terhebat di Peninsula Arab. Dia adalah guru filsafat dan
agama. Dia adalah seorang Kristen7 dengan keyakinan yang sangat kuat
terhadap kepercayaannya. Abu Al-Hakam merupakan salah satu orang yang
paling terpelajar di Arabia, namun dia juga menolak agamanya
Muhammad. Dia tidak hanya menolaknya, tetapi juga melawannya dan
6
Juga dikenal dengan nama ‘Amr bin Hisham. Lihat juga Bab 3.
7
Orang-orang yang disebut sebagai “Kristen” dalam buku ini, biasanya
merujuk kepada agama yang berakar dari agama Roma Katolik.
12
membuat sebuah pernyataan yang terkenal: “Kitab Taurat mereka adalah
Kitab Taurat kita dan Injil kita adalah buku mereka.” [yang membuat amarah
besar Muhammad, sehingga kelak jenazah Abu Al-Hakam yang terbunuh ini
diludahinya.]
Muhammad telah mencapai umur 25 tahun, dan belum juga menikah,
walaupun umur rata-rata bagi kaum pemuda untuk menikah adalah 18
tahun. Ketika seorang pemuda mencapai umur 20-an tanpa menikah, dia
biasanya dipertanyakan! Mengapa Muhammad tidak menikah hingga
berumur 25 tahun? Ya, paman dari Muhammad (Abu Talib) ini teramat
miskin. Semasa itu, Muhammad tidak mempunyai sesuatu apapun yang
dapat membantu dirinya untuk menikah. Karena alasan ini, Muhammad
tidak dapat menikah hingga datangnya seorang janda berumur 40 tahun
dengan banyak harta. Namanya adalah Khadijah bint Khuwailid, seorang
janda sekte Kristen yang mendapatkan banyak warisan dari suaminya. Pada
pernikahannya, Abu Talib, pamannya membuat pernyataannya yang
terkenal: “Terpujilah Allah yang telah melepaskan kita dari kekhawatiran
dan kesulitan.”8 Maksudnya adalah kesulitan ekonomi.
Muhammad menikah setelah upacara kristiani dilaksanakan dalam
salah satu biara. Dia tidak berani menikahi wanita lain selama Khadijah
masih hidup, walaupun Khadijah hampir berumur 70 tahun pada saat
kematiannya. Namun frustrasi serius muncul dalam diri Muhammad setelah
kematian Khadijah, hingga dia menikahi dua gadis muda pada malam yang
bersamaan: Aisha yang berumur sembilan tahun dan Sawdah bin Zam’ah
yang berumur 27 tahun.

Panggilan Kenabian Muhammad


Kapankah pewahyuannya mulai? Bagaimana Muhammad mengaku
bahwa dirinya adalah nabi? Siapa yang mengatakan kepadanya bahwa dia
adalah Rasul Allah untuk bangsa itu? Kisahnya dimulai di gua Hira ketika
Muhammad bertapa hingga terlelap. Lalu datanglah satu sosok (ruh) yang
memaksanya membaca sesuatu hingga 3 x sambil mencekiknya setiap kali
ia (Muhammad) menjawab ”aku tak bisa membaca”. Apa komentar para
ahli dan sarjana Muslim tentang kisah ini?

8
Dari Al-Sira Al-Halabia oleh Burhan El-Deen Al-Halabi.
13
Al-Halabi menulis: “Muhammad takut bahwa yang memberikan wahyu
kepadanya adalah setan, namun Khadijah memastikan dengan mengatakan
kepadanya, Iblis tidak mempunyai kuasa atas dirimu.”9
*[Dan bagaimana Khadijah mampu memastikan hal-hal tentang ruh dan kenabian,
sementara dia hanya seorang awam-agama dan pedagang, dan bahkan belum tahu
Islam?]
Al-Suyuti10 menerangkan: “Muhammad takut bahwa yang muncul di
hadapannya di gurun adalah setan dan dia tidak dapat meyakini bahwa itu
adalah malaikat Tuhan, oleh karena itu, dia biasanya diselimuti oleh
ketakutan, badannya akan bergetar dan warnanya akan berubah. Dia
biasanya mengatakan kepada Khadijah, saya takut akan setan-setan itu
atas hidup saya, namun Khadijah akan meyakinkan dia, engkau bukanlah
orang yang bisa disentuh oleh iblis.”11
Mempelajari sejarah Muhammad menimbulkan banyak pertanyaan.
Tidak dapatkah si pembawa wahyu turun kepadanya tanpa menimbulkan
banyak masalah? Tidakkah si malaikat dapat meyakinkan Muhammad
bahwa dia adalah Rasul Allah? Apakah dia tidak mampu meyakinkannya
mengenai panggilannya? Bagaimana mungkin malah istrinya yang
meyakinkan Muhammad daripada si malaikat yang diutus itu? Tidak
dapatkah malaikat menghilangkan kebingungannya, sampai-sampai dia
mengira malaikat itu adalah setan? Bukankah malaikat tersebut dapat
dengan mudah membuktikan bahwa dirinya adalah malaikat Tuhan, jika dia
memang benar-benar demikian? Disinipun kita sudah menemukan
kejanggalan luar biasa!
Tapi ada yang lebih janggal lagi: Bagaimana Muhammad dan
Khadijah pada akhirnya yakin bahwa Muhammad adalah salah satu dari

9
Al-Sira Al-Halabia oleh Al-Halabi, hal. 380. Lihat juga Hadith of Sahih
Muslim & The Life of Muhammad oleh Dr. Muhammad Hussein Haikal (1982),
hal. 148-149.
10
Imam Abu al-Fadl ‘Abd al-Rahman ibn Abi Bakr Jalal al-Din al-Suyuti
(1445-1505) adalah seorang guru Mesir, mengarang hampir 500 karya tulis; salah
satu penulis Muslim yang produktif. Dia biasa dikenal dengan sebutan “Al-
Suyuti.”
11
The Jurisprudence of the Life of Muhammad oleh Al-Suyuti, hal. 68-69.
14
para nabi? [Sebuah testing yang berkonotasi sex dilakukan oleh Khadijah
terhadap Ruh/ Jibril.]
Ibn Hisham menulis:
“Khadijah mengatakan kepada Muhammad, apakah engkau dapat
mengatakan kepadaku tatkala kawan yang mengunjungimu (ruh/ Jibril) itu
datang? Muhammad menjawab, ”Ya”. Ketika dia datang, Muhammad
memberitahukan kepada Khadijah. Khadijah berkata lagi ”Apakah engkau
melihatnya sekarang”? Muhammad menjawab, ”Ya”. Dia mengatakan,
berbaliklah dan duduk di paha sebelah kananku. Muhammad pun
melakukannya. Dia mengatakan kepadanya, ”apakah engkau masih dapat
melihatnya”? Muhammad menjawab, ”Ya”. Khadija kecewa dan membuka
kijabnya dan melemparkannya ke bawah, saat Muhammad sedang duduk di
pangkuannya, Khadijah berkata kepada Muhammad: ”Apakah engkau masih
dapat melihatnya”? Dan Muhammad menjawabnya, ”Tidak”. Khadijah
berkata kepadanya: ”Yakin dan bersukacitalah, demi Allah, dia adalah
malaikat dan bukan setan, karena setan tidak akan malu (dan menghilang jika
wanita membuka baju), tidak seperti malaikat.” 12
*[Inilah “testing sexualitas” yang dilakukan oleh Khadijah untuk
membuktikan bahwa ruh pewahyunya Muhammad adalah ruh dari Tuhan, dan
ini adalah “satu-satunya bukti” tentang kenabian Muhammad, yang bahkan
tidak perlu dibuktikan oleh Ruh/ Jibril atau Allah sendiri.]

Cerita ini telah ditulis dalam banyak referensi Islam. 13 Ini adalah ujian dari
Khadijah untuk memastikan bahwa Muhammad adalah seorang nabi, dan
bayangan tersebut adalah malaikat, bukan setan. Masuk akalkah ini?!
Semua nabi-nabi terdahulu tidak perlu diyakinkan mengenai wahyu dari
Tuhan. Lalu mengapa cerita tersebut dibutuhkan untuk memastikan
pemanggilan Muhammad sebagai nabi? Tidakkah Tuhan dapat memberikan
semua pengetahuan tersebut kepada nabinya tanpa cerita-cerita dongeng

12
The Life of the Prophet by Ibn Hisham, hal. 174.
13
Lihat The Beginning and the End oleh Simail Ibn Kathir, Vol. III, hal. 15;
Sirat Al-Maghzai, oleh Ibn Ishaq, hal. 133; Rawd Al-Unuf oleh Ibn Hisham, hal.
271-272; The Life of Muhammad oleh Dr. Haikal (1982), hal 152; dan Al-Isaba fi
tamyiz al-Sahaba (Finding the Truth in Judging the [Muhammad’s] Companions)
oleh Ibn Hajar Asqalani (1372-1449), Vol IV, hal. 273.
15
yang aneh-aneh? Saya melihat keganjilan lainnya. Mengapa ruh yang diutus
menurunkan wahyu itu harus mencekiknya hingga hampir mati, tiga kali?
Cerita itu menimbulkan banyak pertanyaan dan keanehan.
*[Dan lagi, sebetulnya apa perlunya penyampaian teks tersebut harus mati-matian
dipaksa baca oleh Muhammad yang memang ummi itu? Bukankah Qur’an sendiri
diyakini diturunkan dengan ayat-ayat yang “terang”, dengan “lidah Arab yang
jelas?” Surat 57:9, 26:195, dll.]

Al-Halabi mencatat:
“Setiap kali (bagian dari) Al-Qur’an turun kepada Muhammad, dia
akan pingsan setelah sebelumnya dia gemetar dan merinding. Matanya
tertutup dan mukanya letih dan dia akan mendengkur seperti unta. Hal-
hal tersebut terjadi kepadanya sebelum pewahyuan turun kepadanya.
Mereka juga berusaha melindunginya dari mantra si mata jahat.”14
Dia juga mencatat:
“Pada waktu wahyu turun kepadanya, dahi Muhammad akan
berlumuran keringat, bahkan pada hari-hari dingin, dan matanya akan
menjadi merah seperti orang mabuk. Muhammad biasa mengatakan,
Setiap kali saya menerima wahyu, aku berpikir bahwa aku akan mati.”15

Setiap dokter cenderung memastikan bahwa hal-hal tersebut adalah


tanda-tanda penyakit epilepsi. Mengapa seorang nabi besar mendapatkan
serangan sejenis epilepsi ketika sebuah wahyu turun kepadanya? Yang
seharusnya terjadi dalam setiap penampakan selayaknyalah kedamaian,
suka cita, keyakinan dan kepercayaan. Dapatkah kita belajar mengenai sifat
asli dari “Jibril,” yang justru memberikan dampak buruk seperti yang
dirasakan oleh Muhammad?
Namun, apakah seorang malaikat benar-benar muncul di hadapan
Muhammad? Atau itu adalah ciptaan imajinasinya sendiri? Saya yakin itu
bukan malaikat. Pertama, malaikat Tuhan membawa damai sejahtera bukan
ketakutan! Sebagai contoh, ketika malaikat datang ke Maria untuk
menyampaikan berita tentang kelahiran dari Kristus, hal pertama yang dia
katakan adalah, “Damai sejahtera atasmu.” Maria dipenuhi dengan
14
Al-Sira Al-Halabia oleh Al-Halabi, hal. 407.
15
Al-sira Al-Halabia, hal. 115.
16
kedamaian, iman dan suka cita. Dia tidak dicekik, ataupun mengalami
pengalaman yang aneh-aneh, sakit kepala dan mata berputar-putar.
Malaikat asli datang dengan kedamaian, bukan dengan gejala epilepsi!16
Kedua, tidakkah “Jibril” mengetahui saat yang tepat untuk
mengunjungi Muhammad, untuk tidak datang saat dia sedang duduk
berduaan di pangkuan istrinya?
*[malahan digambarkan disitu bahwa ”Jibril” berkeliaran tanpa menurunkan
wahyu atau entah apa kerjanya secara khusus. Bukankah kehadirannya tidak
akan sembarangan, melainkan penuh makna, khidmat dan berotoritas? Dan
bukan asal-asalan – bahkan tidak senonoh – seperti yang didongengkan itu?
(Lihat Qs.53:4-14)]
Malaikat macam apa yang tidak menyadari hal sekecil ini?
Ketiga, apakah seorang malaikat datang kepadanya dengan ayat-ayat,
kemudian pada hari berikutnya demi menghapus ayat-ayat tersebut,
sebagaimana yang terjadi dalam Surat An-Najam17 dan banyak yang
lainnya? (nasikh dan mansuk) artinya ayat yang lebih baik diturunkan
untuk menggantikan ayat yang diyakini kalah baik (termasuk kekurangan
dan kekeliruan) mengenai topik yang sama, sepertinya tuhan Muhammad
mengatakan, “Oops!”

2
23 Kali Pernikahan Muhammad

16
Banyak pemuka Islam resah karena tidak ada cara untuk memahami kenapa
wahyu harus disampaikan dalam tekanan yang begitu menyesakkan nabinya.
17
Surat 53, An-Najam (Bintang) dalam bentuk aslinya, yang Muhammad kemu-
dian mengatakan datang dari iblis, bukan dari jibril. Lihat terjemahan Al-Qur’an oleh
Rodewll (1861), Surat 53, catatan kaki #7.
17
Sebelum saya memasuki topik ini, fakta-fakta berikut harus terlebih
dahulu diutarakan. Muhamad mengatakan: “Aku hanya manusia biasa
seperti kamu.”18
Al-Qur’an menyatakan bahwa Muhammad hanya seorang rasul,
walaupun kaum Muslim menganggap dia sebagai seorang nabi agung.
Namun dia dianggap seperti orang yang hidup dan mati sama seperti orang
lain. Dengan kata lain, Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad
tidak memberikannya karakteristik khusus, yang membedakan dirinya
dengan manusia lain. Namun sangat aneh dan bertolak belakang, bahwa
tiba-tiba Al-Qur’an memang membedakan diri Muhammad, dengan
memberikannya lebih banyak hak keistimewaan dan sedikit kewajiban.
Sebagai contoh, Al-Qur’an memberikan kaum Muslim hak untuk
menikahi maksimum empat orang istri. Namun Al-Qur’an menyatakan:

“Wahai, Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu


yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki
yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan
Allah untukmu, dan perempuan mu’min yang menyerahkan dirinya kepada
Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan
untuk semua orang mu’min. Supaya tidak menjadi kesempitan bagimu”19

Allah tidak cukup puas dengan hanya memberikan Muhammad banyak


istri, dia juga memberikannya carte blanche (kewenangan penuh) untuk
melakukan apapun yang dia inginkan dalam soal kawin-mawin ini. Allah
tidak membatasi jumlah wanita yang boleh dinikahinya, sebagaimana yang
dia perintahkan ke kaum Muslim lainnya. Namun, dia memberikan dirinya
sendiri hak untuk mengambil wanita manapun yang diinginkannya, bahkan
yang telah menikah, iapun masih memaksa si suami untuk meceraikan
istrinya, ketika sang nabi menginginkan si wanita tersebut.
Salah satu ulama Muslim yang terkenal, Burhan El-Deen Al-Halabi,
membahas hak-hak khusus dari Muhammad dalam bukunya yang terkenal,
Al-Sira Al-Halabia. Al-Halabi mengatakan:

18
Lihat Surat Al-Kahf (Goa) 18:110 dan Surat Ha Mim Sajdah 41:6.
19
Surat Al-Abzab (Golongan Yang Bersekutu) 33:50
18
“Jika Muhammad menginginkan wanita yang belum menikah, dia mempunyai
hak untuk memasukinya (menikahinya) tanpa upacara pernikahan dan tanpa
saksi atau wali. Persetujuan wanita itu juga tidak diperlukan. Namun, jika
wanita tersebut sudah menikah dan Muhammad menunjukkan keinginannya
terhadap dirinya, adalah sebuah keharusan bagi suaminya untuk
menceraikannya, agar Muhammad dapat menikahinya. Muhammad juga
mempunyai hak untuk memberikan wanita yang dinikahinya itu kepada lelaki
manapun yang ia pilih, tanpa persetujuan wanita tersebut. Dia bahkan juga
dapat menikah pada musim lebaran, sebagaimana yang dia lakukan dengan
Maimunah. Dia juga mempunyai hak untuk memilih dari para tawanan,
siapapun yang dia inginkan, sebelum pembagian hasil jarahan perang.”20

“Muhammad mengatakan bahwa dirinya adalah manusia biasa,


demikian pula Al-Qur’an.” Lantas, bagaimana ia kemudian memberikan
dirinya sendiri HAK yang begitu berlebihan? Sangat jauh dari perilaku
Tuhan untuk menerima ketidak-adilan seperti itu, atau untuk menyetujui
penghinaan seperti ini. Mungkinkah itu perilaku dari sang nabi besar
penutup segala nabi? Namun ada Nabi lain (Isa Al-Masih) yang
banyak disebut-sebut oleh Muhammad dalam Al-Qur’an justru
menyatakan dalam ajarannya: “Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Matius 5:28)
Bagaimana Anda melihat perbedaan yang luar biasa ini?!!!
Mengapa Allah memberikan Muhammad hak untuk bernafsu,
menceraikan dan menikah, sedangkan dia tidak memberikan hak-hak
tersebut kepada nabi-nabi yang lain? Tuhan yang Sejati tidak akan
memberikan pengecualian atas hukum moral-Nya kepada siapapun.
Ingat, Muhammad memberikan dirinya hak untuk menikah tanpa saksi
atau upacara pernikahan atau bahkan tanpa persetujuan wanitanya. Padahal
di lain pihak menurut syariat Islam, apa yang dia sendiri bentuk merupakan
tindakan-tindakan perzinahan! Para penzinah dan perzinahan tersebut akan
berakhir dalam “api neraka.”21 Namun Muhammad, yang adalah manusia
sama seperti kita menurut pernyataannya sendiri dan Al-Qur’an, dapat
20
Al-Sira Al-Halabia, Vol. III, hal. 377.
21
Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 2, Book 23, #468 dan Vol. 9, Book 87, #171.
19
menikah bahkan tanpa upacara pernikahan yang disyaratkan olehnya dan
tanpa saksi dan wali (lihat kasus pernikahan Zainab, dibawah ini).
Ketika Muhammad ditanyakan mengenai ini, dia berkata “jibril” adalah
saksinya. Kasihan “jibril”, tidakkah dia secara tidak adil ditunjuk, dipakai
dan disalah-gunakan? Walaupun jika “jibril” dianggap sebagai saksi dalam
pernikahan Muhammad, dimanakah saksi kedua yang dipersyaratkan oleh
syariat Islam? Mengapa kita tidak melihat tanda tangannya dalam
perjanjian pernikahannya? Dimanakah wali yang disyaratkan? Tidakkah
persyaratan pernikahan dalam ajaran Islam diperlukan ketika Muhammad
menikah? Bagaimana, wahai saudaraku Muslim melihat semua ini?
Allah memberikan Muhammad hak-hak khusus… dan tidak hanya
dalam hal pernikahan sah nya saja. Tetapi Muhammad juga mempunyai
“hak secara sah” atas semua wanita dalam arti kata yang sesungguhnya
dan tidak ada seorang Muslim pun yang dapat membantah! Karena ketika
timbul sebuah pertanyaan yang diajukan, maka “Jibril”pun turun dari surga
dengan membawa ayat yang membenarkan tindakan-tindakan Muhammad.
Sangat penting untuk menyebutkan bahwa Muhammad berhubungan
dengan tiga puluh orang wanita lebih, namun dikatakan bahwa dia
menikah secara sah hanya dengan dua puluh tiga wanita. Bahkan para
pengiringnya, enam diantaranya telah menawarkan diri mereka kepada
sang nabi, namun hanya empat yang diinginkan.22

1. Khadijah bint Khuwailid


Istri pertama Muhammad adalah Khadijah, anak dari Khuwailid. Dia
adalah wanita yang cukup dikenal di Mekah, janda kaya yang mewarisi
kekayannya dari suaminya. Ketika dinikahi Muhammad, umurnya 40-an
dan Muhammad berumur 25 tahunan. Alasan pernikahan mereka cukup
jelas. Muhammad miskin, dan pamannya, Abu Talib, menjadi walinya
setelah kematian kakeknya, lebih miskin. Dengan alasan ini, Muhammad
tidak dapat menikah, walaupun dia terlambat 5 tahunan dari lazimnya orang
yang menikah pada umur 20 tahun. Pernikahan Muhammad dengan
Khadijah dilakukan dengan mediasi dari Naufal, paman dari Khadijah
dengan beberapa persyaratan pra-nikah termasuk menikah di dalam gereja.

22
Lihat Al-Sira Al-Halabia, oleh Al-Halabi, hal. 417.
20
Pamannya, Abu Talib, sepakat terhadap persyaratan-persyaratan tersebut
dan mengatakan “Terpujilah Allah yang mengambil kesusahaan kita dan
menghilangkan kekhawatiran kita.” maksudnya bebas dari kemiskinan!
Ketika saya memasuki SMA, guru-guru agama selalu mengatakan
bahwa Muhammad menikah dengan banyak wanita, untuk menguatkan
Islam, untuk memperkayanya dengan darah suku yang baru dan untuk
menguatkan hubungan antara kaum Muslim. Sangat jelas bagi saya dan
murid lainnya bahwa guru-guru itu berbohong; dan asal bunyi saja!
Mereka hanya mengulang apa yang dikatakan pendahulu-pendahulu
mereka. Namun, kita mempelajari (dan akan diperlihatkan disini) bahwa
tidak ada satupun pernikahan Muhammad yang sesuai dengan kesaksian
guru-guru itu. Bahkan sebaliknya, semua pernikahan itu didasarkan pada
keinginan pribadi dan hanya untuk memenuhi nafsunya, entah itu untuk
uang, sebagaimana dengan Khadijah atau untuk kepuasan birahi seks.
Apakah karakter demikian pantas disebut nabi besar?!!!
Dr. Aisha Abdul Rahman (dikenal dengan nama bint Al-Shati’)
mengatakan dalam bukunya, The Wives of the Prophet (Istri-Istri
Sang Nabi): “Muhammad menemukan di dalam Khadijah, belas
kasih seorang ibu yang tidak dia dapatkan pada masa kecilnya.”23 Ini
tentu masuk akal, tetapi juga mengingat akan kemiskinannya. Empat
orang anak perempuan lahir dari pernikahan pertamanya dengan Khadijah.

2. Aisyah bint Abu Bakar


Semua ahli sejarah Muslim sepakat bahwa Muhammad langsung
menikah setelah kematian Khadijah.24 Ahli sejarah Muslim lain yang
melaporkan fakta tersebut juga menyepakati bahwa Khawlah, anak
perempuan Hakim Al-Silmiya bertanya kepada Muhammad: “Apakah
engkau ingin menikahi seorang perawan atau seorang bukan perawan?”
Khawlah mengatakan kepadanya: “Seorang perawan adalah Aisyah dan
seorang bukan perawan adalah Sawda bint Zam’a; ambillah siapapun

23
The Wives of the Prophet oleh Dr. bint al-Shati’, hal. 54.
24
Lihat The Life of the Prophet’s Wives oleh Dr. Sa’id ‘Ashur, hal. 37 dan
49; Assad Al Galba (The Lion of the Forest) oleh Ibn Al-Athir, hal. 189; Al-Isaba
fi tamyiz al-Sahaba, Part IV, hal. 330; dan The Wives of the Prophet oleh Al-Shati’,
hal. 59-60.
21
yang engkau inginkan.” Sang nabi menjawab, “Saya akan menikahi
keduanya. Katakan kepada mereka.” Khawlah melakukannya dan
Muhammad menikahi keduanya.25
Pengarang-pengarang lainnya agaknya telah membuat suatu kesalahan disini.
Kenyataannya, Khawlah tidak menyebutkan Aisyah, melainkan mengatakan:
“anak perempuan dari kawanmu Abu Bakar,” yang merujuk kepada anak
perempuannya yang paling tua, Asma’ umur 18 tahun, dan bukan Aisyah.
Tidak logis bagi Khawlah untuk merujuk kepada Aisyah yang baru berumur 6
tahun.
Tetapi Muhammad sendiri yang memilih untuk menikahi Aisyah yang berumur
enam tahun daripada Asma’, kakak perempuannya!

Muhammad menikahi Aisyah ketika dia berumur 6 tahun, namun dia tidak
melakukan hubungan badan dengannya hingga dia berumur 9. Dimanakah
ada aturan moral di dunia ini yang mengizinkan seorang anak perempuan
berumur 6 tahun untuk menikahi seorang laki-laki yang berumur lebih dari
50 tahun? Jika sesuatu seperti ini terjadi dalam sebuah masyarakat dengan
hukum yang beradab, orang tersebut – bila ia waras – akan dilempar ke
dalam penjara. Saya berharap cerita tersebut tidak benar, namun sayangnya,
semua referensi Islam memastikan keaslian dan kebenarannya! Bagaimana
Allah bisa sedemikian masa-bodo dan tidak adilnya, mengingat ulama
Muslim membenarkannya: “Allah memilih dan menuntun dia dalam
pernikahan - pernikahan tersebut?”
Kita membutuhkan sebuah jawaban yang datang dari hati nurani dan
datang dari Kebenaran, bukan dari fanatisme buta, ketakutan dan harga diri.
*[Wahyu yang berkata “Aku hanya manusia biasa seperti kamu”, kembali diuji
ketika Muhammad meninggal dan sekaligus menjadikan semua istrinya janda yang
tidak boleh menikah lagi.]

Tatkala itu Aisyah baru berumur sekitar 18 tahun. Namun, janda muda ini,
diharamkan untuk menikah lagi. Mantan Istri-istri sang nabi tidak diizinkan
untuk menikah atau berpacaran lagi, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an.
Mengapa Allah melakukan ini? Adakah keadilan dan kasih sayang di dalam

25
Dalam cerita yang serupa lihat Muhammad: His Life Based on the
Earliest Sources oleh Martin Lings (1983), hal. 106.
22
perintah itu? Saya tak tahu lagi bagaimana melanjutkan diskusi tentang
nasib Aisyah, yang masa kanak-kanaknya sudah dikorbankan, dan kini
masa janda mudanya masih dicekal!
[Kita teringat satu tantangan dalam website “ex-Muslim” Faith Freedom
International, yang berkata: “Saya bersumpah akan kembali ke Islam jika
ada Muslim di situs ini yang merelakan puteri mereka yang berumur 9
tahun untuk berbagi ranjang dengan saya sesuai dengan apa yang
dicontohkan (sunnah) oleh Muhammad.]

3. Zainab bint Jahsy


Pernikahan ketiga Muhammad adalah sebuah tragedi moral terbesar,
yang hanya berisi nafsu seks dan birahi belaka. Selagi Anda membaca,
coba tanyakan pada diri Anda sendiri, “Dimanakah pertalian dan penguatan
suku dalam sebuah perkawinan ini?” “Adakah hubungan antara pernikahan
ini dengan kenabian?”
Khadijah, istri pertama dari Muhammad, membeli seorang budak
bernama Zayd Ibn Haritha yang kemudian diberikannya sebagai hadiah
kepada suaminya, untuk menjadi pelayannya. Namun setelah Muhammad
mendapat panggilan kenabian, dia membebaskan Zayd dan mengadopsinya
sebagai anak di muka umum, dimana dia berkata, “Zayd adalah anakku,
saya mewarisinya dan dia mewarisiku.” Setelah itu, dia kemudian dikenal
dengan sebutan “Zayd, anak dari Muhammad.” Singkat cerita, akhirnya,
Zainab menikahi Zayd atas desakan Muhammad. Namun yang terjadi
kemudian sangatlah aneh, mengejutkan dan menjijikkan.
Suatu hari Muhammad pergi untuk mengunjungi anak angkatnya,
Zayd. Ketika dia memasuki rumah Zayd, dia sedang tidak ada di rumah.
Muhammad melihat Zainab setengah telanjang dibalik tirai ketika dia
sedang berpakaian. Muhammad menginginkannya, namun dia takut untuk
masuk. Sebelum dia pergi, dia berkata kepadanya., “Terpujilah Allah yang
dapat merubah hati seseorang.” Zainab senang dan kemudian
memberitahukan kunjungan tersebut dan pernyataan Muhammad pada
suaminya. Zayd langsung menemui Muhammad dan bertanya: “Apakah
engkau menginginkan aku menceraikannya untukmu?” Muhammad
menjawab: “Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah.” Pada
awalnya merupakan sikap yang masih mulia dari Muhammad. Namun,

23
yang terisi dalam hati dan jiwa Muhammad sangat berbeda dengan apa
yang dikatakan mulutnya, karena dia benar-benar menginginkannya
sebagaimana yang dicatat oleh Al-Zamkhashri: “Penampilan luar dari
Muhammad berbeda dengan apa yang ada di dalamnya.”26 Singkatnya, di
luar, terlihat bahwa Muhammad tidak ingin Zayd menceraikan Zainab,
namun keinginannya berlawanan: karena Muhammad jatuh cinta kepada
Zainab, ketika dia melihatnya setengah telanjang.27
Al-Qur’an menyatakan kepada kita bahwa Muhammad jatuh cinta dan
menginginkan Zainab menjadi istrinya. Tetapi dia ragu terhadap perkataan
orang tentang dirinya, mengambil istri dari anak angkatnya. Namun
Allahnya Muhammad mendatanginya untuk memarahinya atas keragu-
raguannya. Anehnya, justru Allah yang menginginkan wanita itu untuk
meninggalkan suaminya dan melanggar semua norma moralitas, agar
Muhammad bisa mendapatkannya. Ini jelas terlihat dalam Al-Qur’an:

“Dan, ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan
nikmat kepadanya dan kamu telah memberi nikmat kepadanya: “Tahanlah
terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan
di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada
manusia, sedang Allah lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala
Zayd telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya, Kami kawinkan kamu
dengan dia…”28

Waktu tidak berlangsung lama antara Surat 33:36 (ketika Allah lewat
Muhammad meyakinkan Zayd sebagai laki-laki mukmin untuk tetap dalam
pernikahan yang dia walikan) dan Surat 33:37, dimana Allah berbalik
memerintahkan Zayd untuk meninggalkan Zainab sehingga sang nabi itu
dapat menikahinya. Apa yang mengakibatkan Allahnya sang nabi itu untuk
merubah pikirannya? Apakah tuhan itu sebuah mainan di tangan
Muhammad, sehingga sebuat ayat baru akan turun untuk meniadakan ayat
yang datang sebelumnya?

26
Al-Kashaf oleh Al-Zamkhashri, Vol. III, hal. 54.
27
The Wives of the Prophet oleh bint Al-Shati’, hal. 158 & 164.
28
Surat Al-Ahzab (Golongan Yang Bersekutu) 33:37
24
*[Sungguh aneh, bahwa tuhannya Muhammad tidak merekonsiliasikan dan tidak
mampu menolong kelangsungan keluarga Zayd-Zainab. Dan Muhammad tidak
tampak membantu mendoakan pemulihan keluarga ini lewat kuasa Tuhan.
Sebaliknya, Allah yang satu ini – seperti manusia saja – hanya merasa perlu buru-
buru menggantikan kehancuran rumah tangga tersebut (yang adalah keluarga dari
anak angkatnya Rasul Allah) dengan menetapkan perkawinan yang baru untuk
Muhammad?] Macam apakah tuhannya yang satu ini?

Dalam bukunya, The Life of Muhammad, Dr. Haykal menolak cerita


tentang Zayd dan Zainab ini. Dia mendeskripsikannya sebagai sesuatu yang
memalukan dan dia menuduh kaum misionaris dan peneliti Barat
mengada-adakannya untuk menjatuhkan Islam dan nabinya. Ketika saya
masih seorang Muslim, saya berharap Dr. Haykal benar dan semua cerita
merendahkan terhadap Muhammad memang kebohongan belaka. Namun,
kita harus menatap fakta pahitnya dan membaca jawaban Dr. bint Al-
Shati’, seorang ulama Muslim yang cukup terkenal, yang menyatakan
kebenaran apa adanya:

“Cerita tentang Muhammad, sang Rasul, yang mengagumi Zainab …


dan bagaimana dia meninggalkan rumah Zainab dengan berkata,
“Terpujilah Allah yang merubah hati seseorang”, diceritakan kepada
kita oleh pendahulu-pendahulu yang baik seperti Imam Al-Tabari
dalam buku sejarahnya dan oleh Abu Ja’far Ibn Habib Al-Nabeh dan
yang dikasihi Al-Tabari, dan tetangga Allah, Al-Zamkhashri. Orang-
orang tersebut mengkisahkan cerita ini sebelum dunia mendengarkan
Perang Salib, penginjilan, dan misionaris Barat. ... Mengapa kita harus
menyangkal bahwa sang Rasul adalah manusia yang melihat Zainab
dan mengaguminya... Muhammad tidak pernah menyatakan dirinya
sempurna, tanpa nafsu manusia. Sebagaimana dia bergairah ketika
melihat Aisyah daripada istri-istrinya yang lain, dia mengatakan,
“Allah, jangan salahkan aku karena tidak memiliki apa yang engkau
miliki (kemampuan menahan diri).”29

29
The Wives of the Prophet by bint Al.-Shanti’, hal. 61 & 63.
25
Semua kisah diatas adalah fakta, dibenarkan oleh para tokoh Muslim,
bukan rekayasa misionaris Barat seperti dituduhkan oleh Haykal.
*[Bahkan pihak Muslim pulalah yang ingin menyembunyikannya atau – seperti
halnya Ibn Kathir – menghapusnya dari khazanah Islam karena dianggap tidak
sehat, “kami ingin menghapus beberapa halaman dari kisah tersebut, sebab tidak
sehat, dan kami tidak akan sebut lagi”. (Ibn. Kathir, Tafsir, vol.3, p.491)]
Apakah seharusnya kita masing-masing memiliki tuhan dan “jibril” kita
sendiri-sendiri agar kita dapat melakukan apa yang kita mau, dan menolak
apa yang tidak kita inginkan, dengan berkedok bahwa tuhan yang
memerintahkannya lewat “jibril” demi membenarkan tindakan kita?

Mari kita bandingan hal ini dengan kehidupan Raja Daud, “Nabi Daud”
bagi kaum Muslim. Daud bernafsu atas istri orang lain. Namun betapapun
dia disayangi oleh Tuhan, Tuhan tidak membiarkan perselingkuhan tersebut
terjadi begitu saja hanya karena Daud adalah seorang nabi dan seorang raja.
Sebaliknya, Tuhan menegur dan menghukumnya dengan keras. Ancaman
Tuhan berkumandang di seluruh Israel (!) saat Dia berkata kepada Daud:
“Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai
selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan menambil isteri Uria,
orang Het itu, untuk menjadi isterimu.” (2 Samuel 12:10).
Daud menjawab dengan ratapan:

“Kasihanilah aku, ya Tuhan, menurut kasih setiaMu, hapuskanlah


pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar! Bersihkanlah aku
seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab
aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan
dosaku…. Jadikanlah hatiku tahir, ya Tuhan, dan perbaharuilah batinku
dengan roh yang teguh!” (Mazmur 51:3-5, 12)

Dengan kata lain, Tuhan adalah Tuhan yang suci dan murni yang tidak
berkompromi dan berkonsesi dengan dosa. Kesuciannya untuk dosa
siapapun, baik itu Daud maupun Muhammad. Tuhan yang Sejati
menghukum dosa dan tidak malah memberinya hadiah! Sebaliknya
Muhammad melakukan apa saja yang ia mau dan itu absah saja.
Zainab sendiri menjelaskan:
26
“Setelah bercerai, langsung dan lihatlah, Rasul Allah memasuki rumah saya
saat saya sedang tidak berjilbab dan saya bertanya kepadanya, “Apakah
akan seperti ini tanpa wali atau saksi?” Dia menjawab kepada saya, “Allah
adalah walinya dan “jibril” adalah saksinya.”
Akibat dari pernyataannya, Zainab menyombongkan diri di depan istri-istri
Muhammad lainnya dengan mengatakan: “Ayah-ayahmu yang memberikan
kamu dalam pernikahan, namun untuk saya, surgalah yang memberikan
saya dalam pernikahan dengan Rasul Allah.”30

Namun agar Muhammad bisa keluar dari issue sah tidaknya ia


mengawini Zainab, kembali “jibril” siap sedia menurunkan ayat dari
tuhannya, menyatakan bahwa dia tidak bukan mengadopsi Zayd seperti
yang umum maksudkan. Sehingga, khusus menikahi Zainab sesungguhnya
sah: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”31

Ulama terpandang mencatat dalam bukunya, Al-Sira Al-Halabia: “Jika


Muhammad bernafsu atas wanita yang sudah menikah, menjadi keharusan
bagi suaminya untuk menceraikannya untuk dia (Muhammad).32
[Sedangkan ada seorang Nabi lain yang justru mengatakan dalam otoritas dan
kekudusanNya: “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku
berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”. (Mat.5:27-28)]

Jadi dimanakah alasan-alasan yang dilemparkan para ulama bahwa


pernikahan Muhammad hanya semata untuk menguatkan hubungan Islam
antar suku? Dimanakah aspek “demi kepentingan Islam”nya?

30
Untuk informasi selanjutnya, baca “Yurisprudensi dari Kehidupan
Muhammad (Faqh Al-Sirah) oleh Sa’id ‘Ashur, hal. 126; dan Al-Isaba fi tamyiz al-
Sahaba oleh Ibn Hajar Asqaliani, Vol. IV, hal. 307.
31
Surat Al-Ahzab (Golongan Yang Bersekutu) 33:40
32
Al-Sira Al-Halabia oleh Al-Halabi, Vol. III, hal 377.
27
4. Safiyah bint Huyay
Pernikahan Muhammad ke-4 adalah dengan Safiyah, anak perempuan
dari Huyay, seorang Yahudi. Pada waktu itu adalah tahun ke-7 Hijrah, 33
ketika Muhammad memerintahkan serangan terhadap suku Khaibar. Pada
serangan tersebut, banyak orang Khaibar tewas, banyak harta yang
dirampas, dan wanita-wanita yang dijadikan tahanan. Diantara para tahanan
tersebut termasuk Safiyah, suaminya, Kinana, dan ayahnya. Muhammad
memerintahkan ayahnya dibunuh, dan suaminya disiksa hingga dia
mengungkapkan tempat persembunyian uangnya. Setelah dia memberitahu
mereka, Muhammad memerintahkan dia dibunuh lalu menikahi istrinya.
Setelah serangan tersebut, Dihya Al-Kalbi, meminta kepada
Muhammad atas beberapa tawanan wanita. Muhammad mengatakan:
“Pergilah dan ambillah siapapun yang sesuai denganmu.” Dihya
mengambil Safiyah, namun kebahagiaannya tidak berlangsung lama karena
salah seorang anak buah mengatakan kepada Muhammad: “Wahai, Rasul
Allah, apakah engkau memberikan Safiyah kepada Dihya? Hanya
engkaulah yang berhak mendapatkannya.” Muhammad mengatakan: “Bawa
Dihya dan Safiyah kemari.”
Ketika mereka datang kehadapannya dan dia melihat Safiyah yang
cantik, dia berkata kepada Dihya, “Pergi dan ambillah wanita lain.” Dia
kemudian memerintahkan pembantu perempuannya untuk menyiapkan
Safiyah, sehingga dia dapat bersetubuh dengannya pada malam yang sama.
Umm Salamah mendiskripsikan Safiyah demikian: “Saya tidak pernah
melihat dalam hidup saya wanita yang lebih cantik dari Safiyah.”34
Ketika Muhammad menikahinya, Safiyah baru berumur 17 tahun, dan
masih dalam bulan pertama pernikahannya dengan Kinana. Muhammad
berumur enam puluh dua tahun. Dan tiga tahun kemudian Safiyah menjadi
seorang janda untuk kedua kalinya, pada saat Muhammad meninggal.
Namun, beda dengan janda sebelumnya, kali ini dia tidak diperbolehkan

33
Hijrah adalah tahun Muhammad emigrasi ke Medina atau tahun 622 M.
34
Lihat Hadits dari Sahih Bukhari, Vol. 1, Book 8, #367; Vol. 2, Book 14,
#68; Vol. 3, Book 34, #431; dan Hadits Sahih Muslim, Buku 8, #3325, 3328 &
3329. Lihat juga The Life of the Prophet oleh Ibn Hisham, hal. 179; Al-Sira Al-
Halabia oleh al-Halabi, Vol. III, hal. 145; dan The Wives of the Prophet by bint
Al-Shati’, hal. 182-185. Lanjutan tentang Safiyah ada dalam Bab 4 dari buku ini.
28
untuk menikah lagi. (Beginikah model perkawinan yang di sunnah-kan
Nabinya?) Dan Muslim masih juga mengimani bahwa sang nabi menikahi
banyak wanita – sekalipun itu di bawah umur – adalah untuk memperkuat
ikatan Islam atau karena nabi berbelas kasihan kepada mereka? Namun
pandangan saya sekarang jadi jelas dan saya lebih mengerti, ketika
diperhadapkan dengan pernikahan Khadijah, Aisyah, Zainab, dan Safiyah.

5. Juwairiyyah bint Al-Haris


Pernikahan yang ke-5 adalah dengan Juwairiyyah bint Al-Haris.
Juwairiyyah berumur 20 tahun ketika Muhammad pada usia 59
menikahinya. (Juwairiyyah dinikahi satu tahun sebelum Safiyah). Aisyah,
yang katanya dikenal sebagai “Ibu Orang Beriman” mengkisahkan”
ceritanya:
“Ketika Rasul Allah (Muhammad) membagi-bagi tawanan dari anak-anak
Mustaliq, Juwairiyyah diberikan kepada Thabit bin Qais.35 Dia adalah seorang
wanita berusia dua puluh tahunan dan sangat cantik. Tidak seorangpun yang
melihatnya tidak mengaguminya. Ketika saya melihatnya di pintu rumah saya,
saya membencinya, karena saya yakin Rasul Allah melihat di dalam dirinya
apa yang saya lihat dari kecantikannya.”36

Di manakah pertalian antara kaum Muslim dalam masing-masing


pernikahan, terutama pernikahannya dengan seorang Yahudi? Apakah
karena belas kasihan sehingga dia (Muhammad) menikahi bani asing,
padahal dia telah menyogok Thabit dengan uang supaya dia
membiarkannya sendiri? Ini adalah pertanyaan yang saya ajukan kepada
kaum Muslim.

35
Sahabat dekat dari Muhammad, dikenal dengan sebutan “Orator dari
Rasul Allah.” Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 5, Book 590, #659 & 662; dan
Hadits Sahih Muslim, Book 1, #215 & Book 29, #5650.
36
Lihat The Life of the Prophet (Sirat Al-Nabi) oleh Ibn Ishaq & The Wives
of the Prophet oleh bint Al-Shati’, hal. 173-176, “The Beautiful Captive.” Hal ini
ditermukan dalam bentuk lain di Sunan Abu-Dawud, Book 29, #3920 dan
Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources by Martin Lings (1983), hal.
241-242.
29
6. Umm Salamah
Pernikahan keenam dari Muhammad adalah dengan wanita cantik
lainnya yang bernama Umm Salamah. Lagi-lagi Aisyah, korban pertama
dari sang nabi besar, mengatakan: “Ketika Rasul Allah menikahi Umm
Salamah, saya terpuruk dalam kesedihan besar saat dia membicarakan
kecantikannya, namun ketika saya melihatnya, saya melihat apa yang dia
gambarkan.”37
Umm Salamah adalah anak perempuan dari saudara perempuan
‘Utsman bin Affan (khalifah yang ketiga). Ketika Muhammad pertama kali
melihatnya di rumah ‘Utsman, dia lalu mengingininya. Dua puluh empat
jam kemudian, nabi memerintahkan suaminya, Ghassan bin Mughira untuk
membawa bendera di depan pada pertempuran berikutnya. Dia mela-
kukannya dan dia tewas dalam pertempuran itu. Keesokan harinya, sang
nabi besar itu menikahi Umm Salamah. Begitulah cara dia menjadi istrinya.
Aneh memang kehidupan dari sang nabi ini. Sungguh teramat ganjil
bilamana semua itu atas perintah Allah demi agama yang diturunkannya!
Dan terlebih ganjil lagi bilamana banyak ulama Muslim mengatakan itu
adalah belas-kasihan sang Nabi kepada para janda perempuan!
Tuhan macam apa yang tidak mempunyai pekerjaan lain selain dari
memastikan kehidupan seks sang nabi terpuaskan? Tuhan macam apa yang
akan memastikan seorang suami dibunuh, atau seorang wanita diceraikan
agar sang nabi dapat mendapatkan wanita yang dia inginkan? Tuhan saya
Yang Maha Benar berada di atas hal-hal ini dan merataplah mereka ketika
mereka berdiri di hadapan Tuhan Yang Sejati pada Hari Penghakiman.
Apakah umat Muslim pernah memikirkan dengan jujur mengapa kekerasan
terjadi dalam lingkaran-lingkaran Islam, yang diyakini sebagai agama
pembawa damai dan rahmat bagi alam sejagat ini?

7. Sawdah bin Zam’ah


Ini adalah kisah mengenai pernikahan Muhammad dengan Sawdah bin
Zam’ah. Dia adalah satu-satunya istri Muhammad yang tidak cantik.
Namun, banyak ahli Muslim menggambarkannya sebagai seseorang yang
baik hati dan sangat cantik di dalam.

37
The Wives of the Prophet, hal. 137.
30
Ketika Khadijah meninggal, Khawlah bint Hakim mendatangi
Muhammad dan dia bertanya kepadanya, “Apakah engkau menginginkan
seorang perawan atau janda?” Dia (Muhammad) meminta kedua-duanya.
Yang perawan adalah anak perempuan Bakar dan yang bukan perawan
adalah Sawdah. Namun dia terkejut setelah mengetahui, pada malam
pernikahannya bahwa Sawdah tidak cantik. Muhammad marah dan
memarahi Khawlah karena memperkenalkannya dengan dia. Ibn Hajar
Asqalani menulis: “Khawlah, guna memperbaiki kesalahannya,
menawarkan dirinya kepada dia (Muhammad), dan dia tinggal
bersamanya sebagai suami dan istri, dan itu hanya terjadi dua bulan
setelah pernikahannya dengan Sawdah.”38

Dr. bint Al-Shati’ mengatakan dalam bukunya:


“Ketika suatu malam dengan Sawdah (dimana dia akan tidur dengannya), sang
nabi memberitahunya tentang keputusannya untuk menceraikannya. Dia
sangat terkejut mendengar berita itu dan dia merasa seolah-olah dinding-
dinding sedang menimpanya. Dia memohon kepadanya, “Tolong, simpan aku,
Wahai Rasul Allah.” Dia menjawabnya, “Dengan satu syarat, bahwa kamu
memberikan jatah malam-malammu kepada Aisyah.” Daripada menghabiskan
malam-malam tersebut dengan Sawdah, dia menghabiskannya dengan Aisyah
ditambah dengan malam-malam lain yang sudah dijatahkan baginya. Sawdah
sepakat, sambil mengatakan, “Mulai sekarang, saya tidak akan mengingini apa
yang diinginkan oleh seorang wanita, karena saya memberikan jatah malam
saya kepada Aisyah.” Akibatnya, Muhammad menyimpannya sebagai seorang
istri, tetapi tidak lagi mengunjunginya.”39

Hanya dialah istri Muhammad yang tidak cantik secara fisik. Namun, ia
adalah yang paling cantik dalam karakter dan moral. Tetapi bagi sang nabi
soal karakter, moralitas dan kecantikan jiwa sama sekali tidak disyaratkan.
Dia malah mengancam akan menceraikannya, jika dia tidak setuju untuk
memberikan jatah malamnya kepada Aisyah. Sawdah yang teramat
malang...

38
Al-Isaba fi tamyiz al-Sahaba oleh Ibn Hajar, Vol. IV, hal 284.
39
The Wives of the Prophet oleh bint Al-Shati’, hal. 66-67
31
8. Umm Habibah (Ramlah) bint Abu-Sufyan
Umm Habibah sebelumnya menikah dengan Ubayd-Allah bin Jahsh.
Ubayd-Allah adalah anak dari bibi Muhammad sendiri, dan sekaligus
adalah saudara kandung dari Zainab yang dikawini Muhammad seminggu
sebelumnya, dan apa yang terjadi dalam acara perkawinan tersebut?
Ternyata ia menantang Muhammad dengan berkata kepadanya: “Engkau
bukanlah seorang nabi ataupun seorang Rasul Allah. Berhentilah
mengatakan demikian. Saya mengimani Al-Masih karena Dia adalah
Kebenaran, tetapi engkau adalah orang yang mementingkan diri sendiri.”
Ubayd dipaksa untuk pergi dan Muhammad menikahi isterinya. Pada waktu
itu, Umm Habibah adalah seorang wanita cantik, berusia dua puluh tiga
tahun.40

9. Maryam Qibtiyah (Maria, kristen Mesir)


Kisah Muhammad dengan Maria orang Mesir agak berbeda. Amro bin
Al-Aaz membawa sebuah surat dari Muhmmad kepada Al-Muqawqis,
penguasa Mesir, dan memerintahkan untuk memeluk Islam. Mengetahui
kelemahan Muhammad, agar tidak beresiko, dia memberikannya hadiah
berupa dua orang saudara perempuannya yang sangat cantik. Jika bukan
karena sebuah ayat Al-Quran yang turun sebelumnya yang melarang
menikahi dua orang saudara perempuan, Muhammad mungkin akan
melakukannya. Walaupun demikian, dia hampir melanggar ayat Allah itu,
dan menikahi mereka berdua, jika bukan karena nasihat ayah mertuanya,
Umar, yang menegurnya. Muhammad puas dengan Maria, mengunjunginya
dan menghabiskan banyak waktu siang dan malam dengannya tanpa bosan-
bosan.41
Satu kali Maria ingin bertemu dengan Muhammad, jadi dia pergi untuk
menemuinya di rumah istrinya, Hafsah, puteri dari Umar, yang sedang
tidak ada di rumah pada waktu itu. Tetapi ketika Hafsah tiba-tiba pulang,
dia menemukan Muhammad sedang berhubungan intim dengan Maria di
tempat tidurnya sendiri! Dia berkata kepada Muhammad:

40
Lihat The Wives of the Prophet oleh bint Al-Shati’, hal. 203.
41
Lihat Al-Isaba fi tamyiz al-Sahaha oleh Ibn Hajar Asqalani, Bagian VII.
Hal. 291 dan The Wives of the Prophet, hal. 217.
32
“Di dalam rumahku dan di atas tempat tidurku dan pada hari yang ditentukan
untukku…” Nabi, yang menerima pewahyuan Allah berkata: “Rahasiakanlah
dan jangan katakan siapapun. Jangan katakan kepada Aisyah (karena ia sangat
takut terhadap Aisyah). Dia menambahkan: “Saya tidak akan menyentuh
Maria lagi. Dan saya nyatakan kepadamu dan ayahmu serta ayah Aisyah,
bahwa mereka akan memimpin bangsaku setelah aku. Saya tinggalkan hal itu
kepada mereka”. Tetapi Hafsah memberitahu Aisyah dan Muhammad
menceraikan Hafsah.42

Ketika kabar mengenai perceraian tersebut terdengar oleh Umar, ayah


Hafsah, dia menjadi sangat marah dan nyaris meninggalkan Islam. Ketika
Muhammad mendengar reaksi Umar, dia mengambil kembali Hafsah
dengan sebuah perintah dari “jibril”yang berkata kepadanya: “Hafsah akan
menjadi istrimu pada hari pengangkatan.”43 Bagaimana sang nabi besar itu
dapat menyelamatkan semua masalah kawin-mawin yang dia ulahi sendiri
ini? Seperti biasanya, melalui ayat-ayat suci yang diucapkan sebagai wahyu
dari tuhannya. Misalnya, Surat Al-Tahrim turun untuk menegur
Muhammad karena ”terlanjur” dalam mengharamkan Maria. Mari kita baca
Surat ini, yang menghalalkan kembali sang nabi berhubungan intim dengan
Maria: “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah
menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu?
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”44

Dalam surat 66:4-5, Allahnya Muhammad memberitahu istri-istri sang


nabi:
“Jika kalian berdua (merujuk kepada Aisyah dan Hafsah) bertobat kepadanya,
hatimu memang demikian keinginannya; namun jika kalian saling mendukung
melawannya, sesungguhnya Allah adalah pelindungnya dan jibril dan (semua)
orang benar diantara mereka yang beriman dan lebih dari itu, para malaikat
akan mendukungnya. Jikapun, bila diinginkannya sang nabi untuk

42
Lihat Sunan Abu-dawud, Buku 12, #2276
43
Lihat Hadith dari Sahih Bukhari, Vol. 3, Buku 43, #648 dan Sura Al-
Ahzab (Golongan Yang Bersekutu)
44
Surat Al-Tahrim (Pengharaman), 66:1
33
menceraikan kamu semua, Allah akan memberikan kepadanya (Muhammad)
sebagai gantinya, pendamping-pendamping yang lebih baik darimu.”

Tidakkah itu semua menunjukkan bahwa Muhammad memiliki tuhan


yang mendukungnya secara kebablasan?45
*[Coba bayangkan sejenak, untuk menyelesaikan love affair dan kecemburuan
akibat ulah Muhammad sendiri, Allah sampai mengerahkan diriNya serta “jibril”
dan seluruh umat beriman untuk membela sang nabi, dalam menentang dua wanita
tak berdaya, Aisyah dan Hafsah, dengan memberikan ancaman dan ultimatum yang
mematikan masa depan mereka.]
Allah berkata: “Jika kamu tidak berhenti menentang rasul Allah, Aku,
Tuhannya, akan membuatnya menceraikanmu dan menikahi istri-istri lebih
baik darimu.” Apakah Sang Pencipta dari alam semesta ini benar-benar
tidak mempunyai pekerjaan yang lebih layak daripada mengurus langsung
permasalahan yang amat sepele?
*[Dimanakah hikmat yang telah Allah berikan kepada setiap orang, apalagi kepada
nabiNya, untuk private problem solving masing-masing?]
Saya yakini bahwa tuhan dengan kwalitas seperti itu pastilah bukan Tuhan,
kecuali jebakan yang saling menipu daya dari atas ke bawah.
Terdapat banyak keganjilan mengenai kehidupan seorang nabi. Tetapi
yang lebih ganjil lagi jika melihat umat Muslim yang membaca dan melihat
realitas kehidupan Muhammad, namun tetap berjalan di belakang orang
tersebut! Mengapa? Saya sudah ungkapkan mengenai “ketakutan
terhadap yang menakutkan” yang menguasai dunia (pikiran) Islam.
Dalam kenyataannya, banyak orang Muslim mengetahui betul sejarah
hidup Muhammad; tetapi terperangkap dalam rethorika, intimidasi, teror
dan ketakutan yang menguasai mereka. Kematian adalah hukuman bagi
mereka yang meninggalkan Islam.46 Sejarah telah menceritakan kepada kita

45
Lebih dari 20 sarjana Muslim mencatat cerita ini, termasuk: Al-Istiab,
Vol. IV, hal. 1812; Oun Al-Ithr, Vol. II, hal. 402; Al-Samt Al-Thamin, hal. 85; Al-
Zamkhashri, hal. 562-63; The Causes of Descendancy oleh Al-Suyuti, hal. 280; Al-
Ittiqan oleh Al-Suyuti, Vol. IV, hal. 92; Fuqaha’ Al-Sahaha oleh Abd. Al-Aziz Al-
Shanwi, hal. 38; dan The Life of Muhammad by Dr. Haikal, hal. 450, entitled, “The
Revolution of the Wives of Muhammad.”
46
Lihat, sebagai contoh, Surat An-Nisa’ (Wanita) 4:89
34
bahwa Abu Bakar memerintahkan sepuluh ribu orang dibunuh dalam tiga
hari karena mereka memilih meninggalkan Islam.

10. Maimunah bint al-Haris


Maimunah mengakhiri bab (topik kawin-mawin) kita yang amat sangat
melecehi dan menyakitkan wanita. Saya mengkisahkan kepada Anda, cerita
dari Maimunah untuk memperjelas sebuah unsur penting: Muhammad
melarang banyak hal untuk orang lain, tetapi dia mengizinkannya untuk
dirinya sendiri. Kaum Muslim mengetahui bahwa selama musim haji (Al-
Hajj) pernikahan dilarang46a, namun Muhammad justru menikahi
Maimunah bint al-Haris pada saat musim haji. Maimunah sedang berada di
atas untanya, tetapi ketika dia melihat sang nabi, dia menjatuhkan dirinya
dihadapannya dan berkata kepadanya bahwa unta dan semua yang di
atasnya adalah milik nabi. Muhammad masih sempat mengingatkan dia
bahwa mereka tengah dalam musim haji, namun Maimunah menjawab
bahwa dia tidak ingin menunggu.
Apakah mungkin untuk Muhammad untuk menahan diri hingga
akhirnya musim haji? Pengalaman masa lalunya membuktikan dua hal: dia
tidak dapat menolak kecantikan wanita dan sebuah solusi selalu tersedia
untuknya. Sorenya pada hari yang sama, sang nabi berkata kepadanya,
“Sebuah ayat diturunkan kepadaku”:
”... dan perempuan mu’min yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau
Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua
orang mu’min ... supaya tidak menjadi kesempitan bagimu...”47
Sehingga Al-Abbas, paman nabi meresmikan, walau ia pernah
mengomentari bahwa Muhammad sedang dalam pakaian Haji.48

Terlepas bahwa Muhammad memiliki banyak istri, Rasul Allah ini


lagi-lagi tidak dapat menunggu berakhirnya masa datang bulan istri-

47 46a
Lihat surat al-Baqara 2:197
Surat Al-Abzab (Golongan Yang Bersekutu) 33:50
48
Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 3, Book 29, #63; Vol. 5 Book 59,
#559; dan Hadits Sahih Muslim, Book 8, #3283-84. Ditegaskan pula oleh Ibn
Ishaq, bahwa Rasul Allah menikahi Maymuna pada saat perjalannya (naik haji)
dan bahwa hal tersebut dilarang .
35
istrinya. Dia memasuki mereka pada saat mereka sedang datang bulan,
walaupun hal demikian diharamkan dalam Surat Al-Baqara.49 Dalam
Hadits Sahih Muslim, Vol. I, halaman 590, kaum Muslim mengatakan,
mengutip Nawai, bahwa Aisyah berkata:
“Jika salah satu dari kita sedang datang bulan, Rasul Allah memerintahkannya
untuk datang kepadanya (Muhammad) untuk berhubungan intim, pada saat dia
(istrinya) sedang berada dalam puncak datang bulannya.”
Maimunah berkata: ”Rasul Allah biasa melakukan hubungan intim denganku
ketika aku sedang datang bulan.” Umm Salamah mengatakan hal yang sama.50

Bagaimana bisa sang nabi itu dapat melakukan semua hal yang
terlarang dalam agama Islam yang disiarkannya? Sangat jelas, kehidupan,
tindakan dan perilakunya tidak pernah sesuai dengan model yang Tuhan
perintahkan dalam ajaran-ajaran suciNya. Bagaimana mungkin para ulama
berseru agar umat Muslim meneladani hidup sang Nabi?! Semoga umat
Muslim dapat menggunakan kekuatan penalaran mereka untuk keluar dari
bondage yang menjeratnya!

49
Lihat Surat Al-Baqara (Sapi) 2:222
50
Lihat Hadits Sahih Muslim, Book 3, #577-581.

36
3
Sang Diktator, Raja Rasisme

Dalam bab ini, Anda akan melihat bagaimana Muhammad berperilaku


dalam masyarakat secara umum. Silahkan Anda mempertimbangkan
apakah tindakan-tindakan tersebut pantas untuk seorang nabi yang
mengaku sebagai utusan Allah.

Kisah tentang Ali


Ali bin Abu Talib adalah sepupu dari Muhammad dan salah satu dari
sepuluh sahabat nabi yang membawakan pesannya. Dia pernah satu kali
menyelamatkan Muhammad, dengan cara mengambil posisi Muhammad di
tempat tidurnya (di mana dia sendiripun hampir mati), ketika Muhammad
kabur dari kota tersebut.51 Ali, seorang pemuda yang terpelajar,
mendapatkan pengetahuan dari pamannya, Abu Al-Hakam, yang juga
seorang terpelajar dengan perpustakaan terbesar di Arabia. Namun,
Muhammad dan kaum Muslim menuduh Abu Al-Hakam sebagai orang
bodoh, dan memberikan Abu Al-Hakam sebuah julukan mencemooh, Abu-
Jahl, “bapak dari kebodohan.”52
Ali adalah suami Fatimah, anak perempuan dari Muhammad. Hal
paling buruk yang ditakuti oleh Fatimah adalah bahwa Ali akan meniru

51
Dalam salah satu versi dari kejadian ini, lihat Muhammad: His Life
Based on the Earliest Sources oleh Martin Lings (1983), hal. 117.
52
Lihat Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources, hal. 58. Abu-
Jahl (‘Amr bin Hismam) disebutkan terus dalam Hadits Sahih Bukhari dan Sahi
Muslim, demikian pula dalam Sunan Abu-Dawud.
37
Muhammad dan sahabat lainnya yang masing-masing memiliki banyak
istri, setidaknya empat seperti yang diizinkan oleh Al-Qur’an, Muhammad,
“Jibril” dan Allah. Benarlah, ketika Ali mengumumkan pertunangannya
dengan anak perempuan ‘Amr bin Hisham53, maka Fatimah, istrinya,
marah besar dan dia membawa amarahnya kepada Muhammad, ayahnya.
Keputusan Ali untuk menikah lagi membuat nabi berada dalam situasi yang
sangat meresahkan dan memalukan. Apakah sang nabi besar itu akan
bersikap kenabian dan mendukung ajaran-ajaran Islam yang mengizinkan
pria memiliki banyak istri, atau tunduk pada amarah anak perempuannya?
Keputusan nabi ternyata melupakan ajaran Tuhannya dan tunduk pada
keinginan anak perempuannya, dan melarang Ali untuk memiliki istri
selain Fatimah. Saat nabi pergi ke Masjid pada masa itu dan dari panggung,
dia berteriak: “Aku tidak mengizinkan, aku tidak mengizinkan, aku tidak
mengizinkan dia untuk menceraikan anak perempuanku karena anak
perempuanku adalah bagian dari diriku. Apa yang menyakitinya,
menyakitiku.”54
Mengapa Fatimah, anaknya bisa dikecualikan? Apakah anak
perempuannya memiliki perasaan yang tidak dimiliki oleh para istri lain?
Aisyah, Hafsah, Umm Salamah, Maria, Zainab dan lain lain harus
menerima nasib dimadu, tetapi kenapa Fatimah tidak diizinkan dimadu?
Muhammad membela diri dan berkata: “Fatimah adalah bagian dari diriku
dan apa yang menyakitinya, menyakitiku.” Mengherankan! Tidakkah
Aisyah adalah bagian dari ayahnya, Abu Bakar, sahabat Nabi dan
penerusnya yang pertama? Tidakkah Hafsah, anak perempuan dari Umar
adalah bagian dari Umar, sahabat Nabi dan penerusnya yang kedua?
Sangat mengherankan bila menyaksikan bagaimana umat Muslim mencoba
membenarkan keputusan diskriminasi sang nabi dengan mengatakan:
“Tunangan dari Ali adalah seorang Muslim, tetapi karena ayahnya adalah
seorang kafir, maka Ali tidak diizinkan untuk menikahinya.” Tetapi
tidakkah Umm Salamah adalah seorang Muslim saat Muhammad

53
Yaitu, anak perempuan dari Abu Jahl (Abu Al-Hakam).
54
Variasi dari kalimat terakhir dapat ditemukan pada Hadits Sahih Bu-
khari, Vol. 5, Book 57, #61 & 111; Hadits Sahih Muslim, Buku 31, #6000. Cerita
lengkapnya bisa ditemukan dalam Hadits Sahih Bukhari, Vol. 4, Book 53, #342;
Vol. 5, Book 57, #76 dan Hadits Sahih Muslim, Buku 31, #5999, 6001 & 6002.
38
menikahinya dan ayahnya adalah seorang kafir? Bagaimana dengan Maria
orang Mesir yang Kristen Coptic? Mengapa Allah izinkan wanita-wanita
ini dinikahi Muhammad?
Saya berani bertaruh, jika Ali tetap bertekad atas keputusannya untuk
menikah lagi, pasti akan turun sebuah ayat ”jibril” pada keesokan harinya
untuk membatalkan niat Ali! Ulama Muslim yang mencoba melindungi
Muhammad dari diskriminasi ini hanyalah mampu melakukan argumentasi
yang bodoh.

Berhubungan Intim dengan Wanita yang sudah Menikah


Di sini terdapat kisah lain yang bisa mengakibatkan seseorang untuk
merasa muak. Sang Nabi mengatakan: “Wanita-wanita yang sudah
menikah diantara kaum tahanan adalah sah untuk kamu nikahi, Wahai
kaum Muslim.” Setelah serangan Awtas, banyak wanita yang menjadi
tahanan (budak tawanan), ketika suami mereka masih hidup. Sejumlah
pejuang Muslim yang masih ada moral menolak untuk melakukan
hubungan intim dengan wanita-wanita tersebut terlepas dari fakta bahwa
nabi telah memerintahkan mereka. Namun untuk meyakinkan pengikutnya,
Muhammad sudah siap dengan sebuah ayat dari tuhannya, dan “jibril”
sudah siap-sedia untuk menurunkannya:
“dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai
ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian
mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina.
Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) diantara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu
kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah
saling merelakannya sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”55

55
Surat An-Nisaa’ (Wanita)
39
Sangat menabjubkan! Banyak ulama mendukung kisah
sang nabi, yang menjadikan sah bagi seorang Muslim untuk melakukan
hubungan intim dengan wanita-wanita tawanan yang sudah menikah.56
Ibn Kathir menyebutkan cerita lengkapnya:“Abu Sa’id Al-Khudri mengata-
kan, kami menangkap beberapa wanita tahanan Awtas dan mereka memiliki
suami. Sehingga kami berpikir adalah sebuah kezaliman untuk melakukan
hubungan intim dengan mereka. Namun, sang Nabi memerintahkan kita untuk
melakukannya, tetapi kami menolak. Akibatnya, sebuah ayat turun yang
membuat vagina mereka halal bagi kami.”57

Namun mereka harus menerima kenyataan bahwa Tuhan demikian


hanyalah tuhan yang paling bejad amoral, karena hubungan tersebut sama
saja dengan pemerkosaan! Allah manakah yang menghalalkan perkosaan
atas wanita tawanan yang bersuami?
*[Dan surga manakah yang tidak akan ribut tatkala suaminya memprotes
sipemerkosa Muslim itu kelak diakhirat?]
Itu sebabnya walaupun sekarang kita hidup dalam masa pesawat luar
angkasa, jauh lebih maju dari masa Badui-nya Muhammad, pemerkosaan
budak masih diterima di negara-negara Islam.57
Hal lain yang tak kalah kejinya adalah, pernyataan yang dibuat oleh
Muhammad dalam Al-Hadits yang merupakan esensi dari gerakan
terorisme, dalam pemahaman yang paling dalam: “Dia yang membunuh
seseorang, mempunyai hak atas segala hartanya.”58 Muhammad membuat
pernyataan ini untuk menyemangati kaum Muslim. Tetapi perilaku seperti
ini telah menjadi hukum yang ditegakkan dalam negara-negara Islam
56
Cerita ini dikonfirmasikan dalam The Causes of Descendancy oleh Al-
Suyuti, hal. 73; dalam Al-Zamkhashri, Vol. I, hal. 131; dalam The Sahih oleh
Musnid, hal. 47 dan dalam sebagian besar referensi Islam.
57
The Beginning and the End oleh Ibn Kathir, Vol. IV, hal. 339.
57
Bandingkan dengan kisah-kisah TKW yang diperkosa oleh majikannya.
58
Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 4, Book 53, #370; demikian pula
Hadits Sahih Muslim, Kitab 19, Bab 13 “Mengenai hak para pembunuh untuk
memiliki seluruh harta dari orang yang mereka bunuh dalam pertempuran,”
#4340-433. Lihat juga Jawami’ Al-Sira oleh Ibn Hazm, hal. 191 dan The
Jurisprudence of the Life of Muhammad (Faqh Al-Sira) oleh Al-Bouti, hal. 299.
40
hingga hari ini. Tidak heran bila para teroris melakukan pembunuhan dan
perampokan atas nama Allah dan Islam, dan menari-nari diatasnya!

Hak untuk Membunuh


Kesewenangan Muhammad tidak hanya terbatas pada diskriminasi
yang mengecualikan anak perempuannya, Fatimah. Muhammad juga
menghalalkan seorang saudara membunuh saudaranya sendiri atau seorang
bapak membunuh anaknya, atau seorang anak membunuh bapaknya,
selama perang dalam menyebarkan Islam. Disitu seorang anak dapat
membunuh ayahnya jika ayahnya tidak memeluk Islam. Menjadi halal
untuk membunuh seorang saudara atau teman yang tidak beriman pada
Islam, sehingga dianggap musuh Allah! Namun ajaib, kembali hukum ini
tidak berlaku untuk saudara-saudara dari Muhammad! Diskriminasi tidak
logis dan yang sesuka hati ini dicatat dalam lebih dari satu referensi Islam,
termasuk The Life of the Prophet oleh Ibn Hisham, yang menulis:
“Ibn Ishaq bercerita bahwa Ibn Abbas mengatakan, bahwa Nabi berkata
kepada sahabat-sahabatnya selama Perang Badar.59 Siapapun diantara kalian
yang menemukan anak-anak dari Hashim, kamu tidak diperkenankan untuk
membunuhnya; dan siapapun yang menemukan pamanku, Al-Abbas, kamu
tidak diperkenankan membunuhnya. Hudhayfah60 mengatakan kepadanya:
Apakah kita yang membunuh anak-anak kami sendiri, bapak-bapak kami,
paman-paman kami dan saudara-saudara kami sendiri, tetapi membiarkan Al-
Abbas karena dia adalah pamanmu? Umar hampir membunuhnya karena dia
(Hudhayfah) berani menantang Rasul Allah.”61

Setelah Hudhayfah menantang Muhammad mengenai masalah ini,


Muhammad berkomentar kepada Umar Ibn al-Khattab: “Apakah paman
dari Rasul Allah harus dibunuh dengan pedang?” Logika aneh apakah itu?
Tidakkah pamannya juga seorang kafir sama seperti kafir lainnya?

59
Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Maret, 624.
60
Hudhayfah Ibn al-Yaman (meninggal tahun 656).
61
Hadits mengatakan bahwa hanya mereka yang pada Perang Badar yang
menjadi Muslim yang akan diselamatkan. Inilah mengapa Hudhayfah marah! Lihat
Hadits Sahih Bukhari, Vol. 5, Book 59, #354; Vol. 9, Book 83, #5; dan Hadits
Sahih Muslim, Boku 1, #173-175.
41
Tidakkah keluarganya adalah kafir sama seperti kafir lainnya di Quraishi,
sukunya sendiri, yang diperintahkan untuk dibunuh tanpa ampun oleh anak-
anak mereka sendiri, ayah mereka, saudara dan teman-teman mereka?

Lebih buruk dari Standar Ganda


Kisah diskriminasi dan standar ganda Muhammad bukan hanya
terbatas pada diri dan keluarganya, melainkan diteruskan hingga ke
kesukuan bangsanya, tercermin dalam pernyataannya: “Penerusku hanya
boleh diberikan di antara kaum Quraishi.”62 Sekutu-sekutu Muhammad,
yang datang dari luar suku Quraishi, merupakan pendukung terbaiknya saat
panggilan kenabiannya. Sa’d Ibn Ubadah dari kaum Ansar, adalah orang
pertama dalam daftar penerus Muhammad karena dia menemuinya di
Medinah dan mengajak kaumnya Muhammad untuk menerima dan
mendukungnya. Jika bukan karena Sa’d, panggilan kenabian Muhammad
akan gagal total. Terlepas dari itu, Muhammad memerintahkan bahwa
penerus dirinya harus tetap berada di dalam suku Quraishi. Walaupun kaum
Quraishi menghakiminya dan menyatakan perang terhadapnya, dia tetap
memberikan keuntungan kesukuan kepada mereka untuk menjadi
penerusnya, dan bukan kepada sekutu terbaiknya dari Ansar.
Perkelahian sengit terjadi pada saat Muhammad meninggal, karena
kandidat pertama untuk menggantikan Muhammad adalah Sa’d Ibn Ubadah
dari Ansar. Al-Suyuti berkata: “Muhammad mengatakan, kepemimpinan
dan kekhalifahan setelahku harus berada di tangan suku Quraishi.”63 Al-
Bukhari menambahi rinciannya: “Rasul Allah mengatakan, pemerintahan
dan kekhalifahan harus berada di tangan suku Quraishi, bahkan jika
hanya dua orang yang tersisa diantara mereka.”64 Hal itu dikatakan oleh
Muhammad dan didukung oleh kaum ulama Muslim. Tetapi, bagaimana
saat Muhammad mengatakan: “Tidak ada perbedaan antara orang Arab
dan orang asing, kecuali dalam hal keimanan?” Keputusannya untuk

62
Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 4, Buku 56, #704-705; Vol. 9,
Bab 1”The People Are Subservient to the Quraish and the Caliphate is the Right of
the Quraish,” #4473-4484.
63
The History of the Caliph oleh Al-Suyuti, hal. 10.
64
Hadits Sahih Bukhari, Vol. 4, Book 56, #705 dan Vol. 9, Book 89, #254.
42
memberikan Kalifah kepada suku Quraishi adalah kemunafikan! 65 Ali bin
Abu Talib dikutip oleh Ibn Kathir: “Rasul Allah mendahulukan suku
Quraishi dibanding dengan seluruh dunia.”66
Lebih jauh lagi, Muhammad tidak hanya memberi hak eksklusif kepada
Quraishi sebagai penerus Kalifah, namun juga mempraktekkan diskriminasi
pada saat pembagian penjarahan perang. Ia memporsikan rampasan kepada
Quraishi pagan lebih banyak ketimbang kepada Muslim non-Quraishi!
Sheikh Abu Sa’id Al-Khudri menceritakan:
“Nabi, setelah Perang Hunein,67 memberikan banyak dari hasil jarahan kepada
orang yang imannya dalam Islam lemah, agar membawa mereka lebih dekat;
dan dia memberikannya juga kepada mereka yang tidak memeluk Islam,
seperti Safwan bin Ubia,68 untuk merayu mereka masuk Islam. Ketika
Muhammad berperilaku seperti ini, memberikan kaum non-Muslim lebih
banyak daripada sekutu-sekutu Muslim yang berperang bersamanya, mereka
menjadi marah. Satu berkata: ‘Inikah keadilan, Muhammad? Saya tidak bisa
melihat wajah Allah dalam pembagian ini.’ Muhammad menjadi marah dan
mukanya merah karena amarah. Dia menjawab: ‘Malanglah nasibmu! Siapa
yang bisa adil jika aku tidak adil?’ Orang itu menjawab: ‘Dimanakah keadilan
dalam hal yang engkau lakukan?...”69

Sikap ketidak-adilan Muhammad kerap terulang dan Anda dapat


membacanya dalam banyak referensi tentang keislaman. 70 Akibat dari

65
Hal ini bersumber dari apa yang dinamakan Farewell Adresss dari
Muhammad: “Hai orang-orang! Sesungguhnya Tuhanmu itu hanya satu dan
Bapamu juga satu. Kamu semua berasal dari keturunan Adam dan Adam
diciptakan dari tanah liat. Tidak ada keistimewaan orang Arab di atas orang non
Arab dan orang non Arab di atas orang Arab ... kecuali dalam hal kesalehan.”
66
The Beginning and the End oleh Ismail Ibn Kathir, hal. 171.
67
Perang Hunein tahun 630, disebut dalam Surat At-Tauba 9:25-26.
68
Yakni, Safwan bin Umayya. Hadits Sahih Muslim, Book 30, #5730 dan
Malik Muwatta, Book 28, #28.20.44.
69
The Light of Certainty (Nur Al-Yaqin), 24th edition, p. 235-237.
70
Kehidupan Muhammad, Dr. Haikal, p. 441-442; The Beginning and the
End, IBn Kathir, Vol. IV, p. 353; Jawami’ Al-Sira, Ibn Hazm, p.159; Rawd Al-
Unuf , As-Suhaili, Vol. IV, p. 156-157; Al-Sira Al-Halabia, Al-Halabi, Vol. III,
p.85-97; dan History of Nations and Kings oleh Al-Tabari, Vool. III, p. 175-76.
43
penelitian mendalam mengenai hal ini, Dr. Taha Hussein,71 seorang penulis
kesohor dari Mesir, dengan bukunya yang terkenal, The Grand Revolt;
meninggalkan Islam dan memeluk Kristen. Dia dibaptis di sebuah gereja di
Perancis.
[Hal ini dikonfirmasikan dalam Taba Hussein in the Intellectual Balance, Dr.
Anwar Gundi, p. 65, dan didukung artikel dalam majalah Renaissance oleh
Muhammad Mahmood, seorang pengacara dan penulis Mesir yang ternama.]

71
Taha Hussein Ph.D. (1889-1973), dikenal dengan sebutan A’meed al-
Adab al-A’raby, “Dekan Literatur Arab.”
44
4
Terorisme dan Intimidasi dalam Islam
Dalam bab ini, kami akan membahas serangan dan pertempuran kaum
Muslim di bawah kepemimpinan Muhammad dan penerus-penerusnya,
para Kalifah. Kita juga akan membahas kekejaman tak terbatas dari orang
yang dianggap sebagai orang yang pengampun dan pengasih.
Semua tindakannya, sesungguhnya sedang mencerminkan sebuah
inferioritas yang akut – kompleks yang dia alami semasa hidupnya –
sebagai akibat dari hidupnya yang miskin hingga umur dua puluh lima
tahun, dan tidak berpendidikan. Untuk mengimbangi masa lalunya, dia
memberikan dirinya kekayaan, kehormatan dan predikat kenabian.
Sudah dikatakan di depan bahwa di Medinah, Muhammad berhasil
melipat gandakan pengikutnya untuk mendukung misinya. Tetapi sekarang
dia menghadapi masalah. Dari manakah dia akan mendapatkan uang yang
ia butuhkan untuk menghidupi anak buahnya? Dia tidak menemukan cara
lain, selain melakukan serangan, penjarahan dan perampokan – atas nama
Allah – yang mengakibatkan pembunuhan dan pertumpahan darah.

Empat Serangan Pertama


Serangannya yang pertama dikenal dengan serangan Al-Iwa’, di mana
dia menyerang sebuah caravan unta, yang dimiliki oleh beberapa kaum
Quraishi.72 Serangan yang kedua dikenal dengan Bawat, dimana dia
menyerang sebuah caravan dari Mekah yang dipimpin oleh Umia bin
Khalaf, yang berhasil dijarah dan dirampoknya. Dalam serangannya yang
ketiga, dikenal dengan Al-Ashira, sebuah caravan yang menuju Damaskus
diserang oleh Muhammad dan komplotannya dengan niatan hanya untuk
merampoknya, namun berakhir dengan pembantaian. Ini jelas adalah
serangan kotor.

72
Lihat The Life of the Messenger oleh Imam Muhammad bin Abd Al-
Whab, hal. 85.
45
*[Tidak ada satupun yang hakekatnya dapat dikaitkan kepada Allah, namun tetap
dikatakan sebagai “perang demi Allah” atau demi “membela Allah”. Allah ini
sudah terlalu banyak dibajak namanya, persis seperti yang dilakukan teroris sampai
saat ini.]
Serangan ke empat dikenal dengan Al-Nakhla, sebuah tempat diantara
Mekah dan Taif. Abd Allah bin Jahsh, memimpin dua belas orang dalam
sebuah serangan atas caravan yang membawa kurma dan kain. Karavan itu
dipimpin oleh Amr bin Al-Hadrami, yang dibunuh pada Bulan Haram,
bulan dimana kaum Islam dilarang untuk membunuh dan berkelahi. Tetapi
untuk Muhammad, dia berdiri diatas pelarangan. Maka lagi-lagi turunlah
ayat dari mulutnya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada
bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa
besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir kepada Allah…lebih
besar dosanya di sisi Allah.”73
Perjanjian antara Muhammad dengan komplotannya adalah dia
mendapatkan 20% dari hasil penjarahannya, dan anak-buahnya
mendapatkan 80%. Sebagai hasil dari perampokan-perampokan,
Muhammad dan anak-buahnya mendapatkan hasil permodalan yang sangat
besar. Dengan modal itu, mereka mendapatkan orang dengan jumlah lebih
banyak lagi, dan melakukan pekerjaan yang lebih besar lagi. Akibatnya,
Perang Badar terjadi pada hari Farkan di bulan Ramadan.74

Perang Badar
Siapa yang memulai serangan dalam perang Badar?
*[Muslim selalu merasa bahwa perang ini ”defensif ” untuk
menghancurkan musuh-musuh (agresor) Islam yang dituduh kelewat batas.]
Namun jawablah dulu, apakah kaum Quraishi, atau Muhammad dan para
pengikutnya yang memang sengaja mencetuskan perang ini dengan cara
merampoknya? Muhammad diberitahu bahwa sebuah karavan dengan
banyak unta yang memuat barang dagangan yang kaya, tengah dalam
perjalanan kembali dari Damaskus menuju Mekah. Itulah karavan yang
dipimpin oleh Abu Sufyan, orang terkaya di Mekah. Maka Muhammad
73
Surat Al-Baqara (Sapi) 2:217.
74
Tanggal 17 Maret 624 M, atau “17 Ramadhan, 2 AH” (2 tahun setelah
Hijrah) dalam kalender Islam.
46
dengan pengikutnya dan dibantu sekutunya (kaum Al-Ansar) di bawah
kepemimpinan Sa’d Ibn Mua’dh berencana merampok kekayaan tersebut.
Penyerangan dilakukan oleh 300 orang lebih, dengan kesepakatan
pembagian jarahan bagi Muhammad adalah seperlima bagian, dan sisanya
untuk pejuang selainnya. Tetapi Abu Sufyan mendengar rencana jahat ini,
lalu dia mengutus orangnya ke Mekah, minta pertolongan segera dari
rakyat Mekah untuk menggagalkan usaha perampokan.
*[Karena bala bantuan ”milisi kafir” dari Mekah inilah, maka Muslim
mendalilkannya sebagai ”perang militer” melawan musuh-musuh Allah yang kafir,
padahal itikad aslinya adalah merampok sebuah karavan kaya dari si kafir Abu
Sufyan, termasuk menawan wanita-wanita cantik yang bisa dipakai semaunya.]

Seperti biasanya, “jibril” membantu Muhammad dengan ayat yang


diturunkan: “Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakukan (teror) ke dalam hati
orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-
tiap ujung jari mereka.”75 Serangan dan perampokan pun terjadi dengan
membunuh penjaga-penjaganya bahkan juga para tawanannya. Perang
tersebut berakibat kematian lebih dari 400 orang dari Mekah, termasuk Abu
Al-Hakam (Abu Jahl), paman Muhammad sendiri. Ketika Muhammad
melihat bangkainya, sang nabi itu meludahi wajahnya dan berkata: “Ini
adalah Firaun dari bangsanya telah mati.”
Muhammad mengambil 70 tawanan wanita. Abu Bakar menyarankan
kepada Muhammad untuk membebaskan mereka agar Allah dapat
membimbing mereka untuk beriman terhadap kenabian Muhammad. Sa’d
Ibn Mua’dh juga berkata sama. Tetapi Muhammad lebih mementingkan
penjarahan ketimbang pertobatan iman. Sisa tawanan yang tidak dibunuh
ditawarkan untuk dibebaskan atas tebusan (Surat Muhammad 47:4), dengan
akibat kaum Quraishi harus menjual rumah mereka demi menebus tawanan
tersebut dari tangan Muhammad.
Sa’d Ibn Mua’dh mengkritik kekejaman yang dilakukan Muhammad.
Namun Muhammad berkata kepadanya, “Kamu sepertinya membenci apa
yang dilakukan para pengikutku.” Dia menjawab, “Ya. Membunuh tahanan
bukan tradisi Rab.” Muhammad menjawab, “Tetapi mereka adalah kafir.”

75
Surat Al-Anfat (Rampasan Perang) 8:12.
47
Dia kemudian berkata kepada Muhammad dalam pernyataannya yang
terkenal: “Sepertinya membunuh jauh lebih penting bagimu daripada
membiarkan orang-orang itu hidup.”
Muhammad pergi untuk membagikan hasil rampasan perang diantara
dirinya dan anak buahnya. Tetapi setelah hasil rampasan dibagikan, dalam
perjalanan pulang, Muhammad membunuh Al-Nadr bin Al-Haris. Dan
ketika mendekati gerbang kota, dia membunuh Akaba bin Abi Al-Mu’ait.
Inilah kelicikan Muhammad terhadap orang-orang yang telah
membantunya. Namun seperti biasanya, Muhammad mengatasi masalah
kelicikannya ini dengan mendapat ”pertolongan” ayat Allah yang
diturunkan kepadanya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang
pembagian harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang
itu kepunyaan Allah dan Rasul.”76 Kemudian Muhammad mengambil
semua hasil rampasan.77
*[Pembelajaran dari perang ini menyangkut 3 aspek bagi setiap Muslim: (1).
Awas-awas terhadap pemlintiran istilah, dari aslinya “perampokan” menjadi
“perang militer yang gemilang menghancurkan orang kafir”. (2).Awas-awas
terhadap metamorfosa “Jibril” yang selalu ngurusin pengecualian dan penghalalan
bagi Muhammad dari ketentuan-ketentuan Allah yang baku. (3). Awas-awas
terhadap penyesatan “Jibril” bahwa setiap barang jarahan kafir adalah halal, namun
tidak ada satu orang kafirpun yang halal hidup diatas bumi, kecuali Muslim saja,
seperti yang didoakan nabi Nuh Islam: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan
seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”78 ]

Perang Uhud79
Tidak lama setelah perampokan Badar, orang-orang Quraishi
memutuskan untuk balas dendam atas serangan terhadap Muhammad dan
pengikut-pengikutnya. Segera ketika Abu Sufyan tiba di Mekah, dia
membangun kekuatan untuk melawan Muhammad dan komplotannya. Abu
Sufyan dan pasukannya berangkat menuju Medina. Mereka berkemah dekat

76
Surat Al-Anfat (Rampasan Perang) 8:1.
77
Sbagaimana perang dicatat dalam The Brief Life of the Prophet
Muhammad oleh Muhammad bin Abd Al-Wahab, hal. 91-92.
78
Surat Nuh (Nabi Nuh) 71:26
79
Perang Uhud terjadi pada tanggal 23 Maret, 625.
48
Gunung Uhud, mempersiapkan diri untuk menyerang kota. Muhammad
diberitahu mengenai pasukan yang siap menggempur mereka.
Muhammad meyakinkan pengikut-pengikutnya bahwa dengan nama
Allah dan malaikat-malaikat, kemenangan akan memihaknya, “Aku akan
meminta Allah dan malaikatNya untuk berperang bagi kita.” Ketika perang
dimulai, ternyata Muhamad dan pasukannya dikalahkan dan para
pengikutnya lari ketakutan. Muhammad mencoba untuk memberikan
penjelasan meyakinkan atas Perang Uhud yang memalukan. Rakyat
bertanya: Dimanakah tuhan dari Muhammad? Dimanakah 20.000 malaikat
yang dijanjikan untuk berkelahi membela mereka? “Dimanakah mereka
berada, Muhammad?” Teriak Sa’d Ben, yang terluka parah selama perang.
Para pendiri Islam berkumpul mengelilingi pemimpin mereka dan bertanya
kepadanya: “Abu Kasem (itulah nama yang digunakan sahabat-sahabatnya
untuk memanggilnya), apa yang akan kita lakukan? Sekarang Al-Ansar
(sekutu) tidak akan mempercayai kita lagi.”
Muhammad meminta anak buahnya waktu sejenak untuk mendapatkan
sebuah jawaban. Dan “jibril” sudah siap. Namun kali ini kaum Al-Ansar
tidak akan bisa diyakinkan hanya dengan satu ayat, sehingga enampuluh
satu ayat diturunkan dan menjadi bagian dari sebuah Surat!80 Perang Uhud
telah menyebabkan mereka kehilangan 70% dari semua yang telah mereka
bangun selama bertahun-tahun. Muhammad dan para pengikutnya
memutuskan untuk kembali merampok setelah ada gencatan senjata dengan
kaum Quraishi selama sepuluh tahun. Waktu ini dimanfaatkan Muhammad
untuk membangun kekuatannya kembali dengan perampokan harta dan
senjata karavan-karavan yang berkeliling. Pada tahun keempat dari
Hijrah,81 dia berhasil menyerang Dabeeb dan Ber Ma’ouna; juga beberapa
orang kaya termasuk orang-orang Al-Nadir (yang dikenal dengan Banu
Nadir). Tentunya apa yang dilakukan terhadap orang-orang Al-Nadir
menjadi halal bagi kaum Muslim, yakni, merampok kaum kafir,
memperkosa dan mengambil istri-istri mereka sebagai tawanan.
Karena Al-Ansar bersungut mengenai apa yang dilakukan Muhammad
terhadap Al-Nadir, Surat 59 Al-Hashr (Pengusiran) diturunkan untuk
80
Surat Al-Imran (Keluarga Imran) 3:121-181.
81
Tahun ke-empat Hijrah. Yaitu tahun 626 (empat tahun setelah Hijrah,
perginya Muhammad dari Medinah ke Mekah).
49
menghentikan semua pertikaian. Sepertinya tuhannya menjadi begitu
bermurah hati dengannya sehingga dia tidak hanya mengirimnya hanya
satu ayat seperti sebelumnya, tetapi sekarang sebuat surat penuh turun
untuk membenarkan tindakannya!? Inilah model tuhannya Muhammad!?

Affair antara Aisyah dan Safwan


Muhammad berhubungan intim dengan Aisyah, pada saat dia berumur
sembilan tahun. Pada umur itu, seorang gadis muda tidak sepenuhnya sadar
mengenai apa yang terjadi pada dirinya secara seksual. Disamping itu, dia
tidak memiliki perasaan dewasa yang membedakan antara seorang laki-laki
dengan yang lainnya, dan ke arah mana perasaannya ditujukan. Namun,
ketika Aisyah bertambah umur, perasaannya juga bertambah dewasa.
Lihatlah kejadian di seputar pertumbuhan kedewasaannya.
Pertama, pada saat penyerangan terhadap kaum Al-Miraysi,
Muhammad agaknya tidak cukup sabar untuk pulang ke rumah, hingga ia
meminta Aisyah untuk menemaninya. Dengan kata lain, ketika anak
buahnya sedang menyerang, merampok dan mencuri, sang nabi sedang
berada dalam tendanya berhubungan intim dengan Aisyah.
Kedua, ketika sahabat-sahabat Muhammad mengambil wanita suku Al-
Mustaliq, mereka mempertontonkan wanita-wanita tahanan. Diantara
mereka adalah Juwairiyyah bint Al-Haris, yang sangat cantik dan
Muhammad ingin menikahinya. Tetapi karena dia merupakan bagian
rampasan perang dari Thabit bin Qais, Muhammad menawarkannya banyak
uang, untuk membeli wanita itu bagi dirinya. Transaksi tersebut bahkan
terjadi saat Aisyah sedang bersamanya di dalam tendanya.
Apakah reaksi dari Aisyah? Aisyah meninggalkan untanya ketika
kelompok tersebut mendekati kota, dan dia masuk ke dalam salah satu
rumah yang kosong. Setelah tujuh jam, dia kembali bersama Safwan bin
Al-Mu’attal,82 dengan banyak orang melihat mereka memasuki Medinah.
Ketika gosip menyebar mengenai Aisyah dan Safwan, Muhammad sangat
yakin bahwa dia telah menghianatinya, sehingga dia meminta nasihat dari
Ali. Nasihat Ali adalah untuk menceraikan ataupun membunuhnya.
Muhammad memutuskan untuk menceraikannya, dan Ali yakin akan
82
Dikenal juga dengan sebutan Safwan bin Mu’attal As-Sulami Adh-
Dhakwani.
50
keputusan Muhammad itu. Namun, satu bulan penuh telah berlalu, ketika
orang-orang masih membicarakan perselingkuhan antara Safwan dan
Aisyah, dan Muhammad belum juga menceraikannya ataupun mengambil
sikap kepadanya. Dia memang pergi kesana dengan tujuan untuk
menceraikannya. Tetapi ketika dia memasuki rumah Abu Bakar dan saat
dia melihat Aisha, dia berubah pikiran, dan berkata, “Wahai Aisyah, Allah
telah mendukungmu.” Tentunya, “jibril” sudah siap menurunkan sebuah
ayat yang menyaksikan pembelaan untuk Aisyah83
Tidak lama kemudian, Ali melihat kejadian tidak senonoh dari Aisyah,
sehingga dia mengatakannya kepada nabi: Kali ini, Muhammad
memutuskan bahwa Aisyah harus dibunuh. Dia pergi kepadanya dengan
Ali, dan dengan pedangnya, siap untuk membunuhnya. Muhammad
memasuki rumah dan Ali menunggu di luar, tetapi Muhammad keluar satu
jam kemudian, berkeringat dan keletihan. Ali bertanya kepadanya:
“Apakah kamu membunuhnya, Sepupu?” Muhammad menjawab, “Tidak
Ali. Sebuah ayat turun dari Allah untuk membenarkannya lagi.”
Tetapi kali ini lain, ayat tersebut menuduh Ali yang berbohong, dan
mengatakan bahwa gosip tersebut berasal dari “kelompok diantara kamu.”84
Sejak hari itu, Ali memusuhi Aisyah dan Aisyah memusuhi Ali, Padahal
mengenai Ali, Muhammad mengatakan, “Dia adalah sepupuku dan saudara
yang menebus nyawaku. Dia adalah kebenaran, dia adalah Ali bin Abu
Talib.” Tetapi tuhannya Muhammad kini berbalik dan menuduhnya
berbohong kepada Ali, demi menyelamatkan kisah Aisyah...

83
Kisah ini, dari sudut pandang Aisha diberitahu dalam
Hadits Sahih Bukhari, Vol 3 Book 48, #805, 829; Vol. 5, Book 59,
#462-464; dan Vol. 6, Book 60, #274-278.
84
Untuk “pencerahan” lengkapnya, lihat Surat Al-Nur (Cahaya) 24:1-26.
51
Surat Pewarisan85
Pertikaian keluarga, antara Muhammad dengan Ali menyebabkan
dihapusnya Surat Pewarisan, yang seyogyanya menurunkan kekalifahan
kepada Ali oleh Muhammad. Harap catat: pendukung Ali (kaum Syiah)
tetap mempertahankan keberadaan Surat-Pewarisan dan membacakannya
dari dalam Al-Qur’an mereka hingga kini. Ketika Kalifah ‘Utsman
mengumpulkan Al-Qur’an, dia menolak untuk memasukkan Surat tersebut
dan menuntut untuk menghapuskannya. Tetapi surat itu masuk dalam
salinan Ibn Mas’ud dari Al-Qur’an dan terdapat di dalam Al-Quran yang
dibaca oleh rakyat Iran dan semua orang Syiah pada umumnya. Mereka
berjumlah sekitar 40% dari semua orang Muslim. Sehingga, Al-Quran yang
dibaca oleh kaum Syiah berjumlah 115 surat, sedangkan Al-Qur’an yang
dibaca oleh kaum Sunni berjumlah 114 surat. Perbedaan ini menimbulkan
sebuah pertikaian penting yang terjadi setelah serangan Muraisa, dalam
tahun kelima Hijrah.

Akar-akar Terorisme dalam Al-Qur’an


Peristiwa seperti ini adalah mirip dengan perkawinan Muhammad
dengan Juwairiyyah bint Al-Haris, yang terjadi ketika nabi membunuh ayah
dan suaminya yang ditawan, lalu mengawini sang istri. Aisyah menjawab
perilaku Muhammad ini dengan mengkhianatinya sebagaimana dikutip di
atas.86 Di sini, saya hanya mempersoalkan sebuah pertanyaan klasik:
Apakah itu adalah perilaku dari seorang nabi yang diutus Tuhan? Sangat
jelas bahwa Islam berkembang dilandasi dengan banyak darah tertumpah.
Dimulai dengan perampasan, pembunuhan, pencurian dan perampokan
karavan-karavan kaum Quraishi yang datang dari Damaskus ke Mekah.
Kemudian berlanjut dengan menyerang kaum Yahudi, baik itu di Khaybar

85
Surat Pewarisan (dikecualikan dari semua Al-Qur’an Sunni) terdapat
dalam semua Al-Quran Syiah, terdiri dari lima ayat: “Demi Allah yang maha
pengampun lagi maha penyayang. 1. Wahai orang beriman! Berimanlah pada nabi
dan Pelindung. 2. Yang berasal dari yang lain. 3. Dan aku yang mendengar dan
mengetahui. 4. Yang beriman dan berbudi baik akan mendapatkan surga. 5.
Terpujilah Tuhanmu, dan Ali adalah salah satu saksi.”
86
Kisah ini berasal dari The Life of the Prophet oleh Muhammad bin Abd
Al-Wahab, hal. 101-102.
52
maupun di Medina, dan kaum Nasrani di Medina dan Taif juga tidak luput
dari pembantaian.
Kaum Muslim hingga kini mengikuti langkah-langkah Muhammad,
sebagai pendiri Islam. Itu sebabnya, hari ini kita menyaksikan para Islamist
di Mesir merampok gereja-gereja dan toko-toko orang Kristen, membunuh
mereka tanpa perasaan. Di Aljazair, Muslim fanatik telah membunuh
orang-orang tidak berdosa tanpa pertanyaan, Muslim maupun non-Muslim,
hanya karena merasa ada pihak-pihak yang menentang agenda politik dan
agama Islam. Kenapa mereka harus ragu melakukan hal-hal ini jikalau nabi
mereka membiarkan dan memimpin aksi-aksi yang menjijikan ini? Aksi-
aksi terorisme dan intimidasi Muhammad telah didokumentasikan dalam
biografi-biografi Islamic yang terbaik tentang sepak-terjang Muhammad
(sebagai “pahlawan perjuangan”).
Orang-orang harus mengerti bahwa Muhammad telah menjadi contoh bagi
umat Muslim di dunia Timur maupun Barat.

Kisah Rihana bint Amro


Ketika tangan dan baju Muhammad masih berlumuran dengan darah
orang-orang Bani Quraiza, Muhammad memerintahkan para tahanan
wanita dipajang di hadapannya. Seperti biasanya, Muhamamd memilih
untuk dirinya wanita yang paling cantik. Kali ini pilihannya jatuh pada
seorang wanita yang suaminya dan ketiga saudara laki-lakinya dan seluruh
keluarganya telah diperintahkan untuk dipenggal kepalanya di depan
matanya. Nama wanita itu adalah Rihana bint Amro. Muhammad berkata
kepadanya, “Daripada menjadi budakku, saya akan membebaskan kamu
dan menikahimu.” Ia menjawab: “Lebih terhormat bagiku untuk menjadi
budakmu daripada menjadi istri seorang penjagal manusia.” Dia
kemudian meludahinya dengan harapan agar sang nabi besar itu akan
memerintahkan dirinya untuk dibunuh. Tetapi ternyata Muhammad tidak
membunuh wanita cantik. Melainkan, dia menyimpannya sebagai seorang
budak dan berhubungan intim dengannya sementara kaki dan tangan
wanita itu terikat.87
87
Lihat juga The Life of the Prophet oleh Ibn Hisham, Vol. III, hal. 118-143
(yang juga menulis kejadian-kejadian lain yang tidak dimuat di sini); The Life of
53
Allah seperti apa yang akan mengirim seorang nabi yang bajunya
masih berlumuran darah sembilan ratus orang, dan mencari kepuasan
seksual dengan seorang wanita yang lebih memilih menjadi budak dan
kematian, daripada menjadi “istri dari seorang penjagal manusia.”
Tentu saja kaum Yahudi sejak itu mewarisi kebencian terhadap
Muhammad dan para pengikutnya. Dan mereka masih mengingat betapa
banyak pembunuhan dan penyiksaan yang dia lakukan terhadap nenek
moyang mereka dari Bani Quraiza.
Terorisme hari ini bukan datang tiba-tiba, bukan pula temuan metode
baru! Muhammad telah memberi patron terbaik untuk sebuah teror dan
intimidasi dengan penutup jubah perjuangan demi agama Allah.

Kisah Fatimah bint Rabi’a


Fatima bint Rabi’a adalah wanita dipakai sebagai contoh karena harkat
dan martabatnya. Dia menolak untuk mengakui Muhammad sebagai
seorang nabi, malahan mengutuknya. Dan Muhammad, nabi yang dianggap
pengampun, ternyata tidak melupakan orang ini. Ketika Muhammad
menginvasi suku Bani Fazara, dia membunuh sebagian besar rakyatnya
tetapi mengambil Fatimah bint Rabi’a sebagai tawanan bersama dengan
anak perempuannya. Muhammad memerintahkan agar Fatimah itu disiksa,
sebagaimana yang ditulis oleh Al-Athir dalam buku-nya.88 Dan apa yang
ditulisnya? O, tidak terucapkan (!), yaitu wanita tersebut yang adalah nenek
tua yang berusia 70 tahun itu, harus menghadapi Muhammad yang
memerintahkan satu dari budak yang cacat fisik untuk memperkosa anak
perempuan dari si nenek tersebut di depan dirinya!
Setelah budak tersebut selesai melakukan perbuatannya yang najis,
Muhammad masih memanggil Zayd bin Haritha dan memerintahkannya

Muhammad oleh Haikal, hal. 347-351 (yang menambahkan lebih banyak


perjelasan mengenai kekejaman Muhammad); dan Al-Sira Al-Halabia oleh Al-
Halabi, Vol. II, hal. 675-677. Cerita ini juga ditemukan dalam Rawd Al-Unuf oleh
Imam As-Suhaili, Vol. III, hal. 267-271 dan dalam buku-buku oleh Al-Tabari, Ibn
Kathir, Ibn Khaldoon, Al-Booti, Al-Khudri dan Al-Adid. Semua pengarang
menulis mengenai cerita mengerikan ini.
88
Lihat The Perfect in Histroy oleh Al-Athir, Vol. II, hal. 142.
54
untuk menuntaskan pembunuhan terhadap Fatimah, walaupun banyak
orang meminta pengampunan untuk dirinya. Al-Tabari menulis:
“Muhammad memerintahkan Zayd bin Haritha untuk membunuh Fatimah,
yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia membunuhnya dengan sadis yaitu
dengan cara mengikat kedua kakinya dengan dua tali yang diikat pada dua
unta. Dia memaksa unta tersebut berlari ke arah yang berlawanan
sehingga perempuan itu robek menjadi dua bagian.”89
Betapa menjijikkan pembunuhan itu! Tuhan manakah yang dapat
mengilhami seseorang untuk melakukan hal tersebut, dan tetap harus
disebut sebagai Tuhan yang ”Maha Pengasih dan Maha Penyayang?”
Bagaimana Muslim bisa mempercayai bukan saja kebohongan dan
kepalsuan Muhammad, tetapi juga kekejamannya?! Jangan lupa bahwa
kekejaman seperti itu berkali-kali dilakukan dalam setiap kesempatan
sehabis perangnya Muhammad.
Betapa jauhnya perbuatan nabi besar itu dari ajaran Yesus dari Nazaret,
yang rela mengampuni mereka yang mengolok bahkan menganiaya dan
menyalibkan diriNya, dan yang dibalas oleh Yesus dengan meminta
pengampunan atas dosa mereka kepada Bapa-Nya.

Tambahan Kisah Safiyah bint Huyay


Kisah yang baru saja Anda baca tidak berbeda dengan kisah Kinana bin
Al-Rabi’a, yang menjadi tawanan pada serangan Khaibar. Muhammad
bertanya mengenai letak hartanya yang disembunyikannya. Sebagai
jawabannya, Kinana sekaligus kehilangan semua kekayaan yang tersimpan.
*[Muslim selalu mendalilkan motif Nabinya disini berperang melawan kafir
Yahudi, tetapi lihatlah betapa kasat mata motif sejatinya adalah perampokan.]
Muhammad kemudian memerintahkan untuk membawa Safiyah, istri
Kinana, dan menyaksikan bagaimana suaminya diikat, dilepaskan bajunya,
dan di capkan dengan besi kepada bagian-bagian tubuh Kinana yang
sensitif. Safiyah didudukkan dipangkuan Muhammad, dipaksa untuk
menonton suaminya disiksa. Setelah penyiksaannya, Muhammad
memerintahkan agar Kinana dipenggal dengan pedang dimuka umum,
kemudian menikahi istrinya!

89
The history of Nations and Kings oleh Al-Tabari, Vol. II, hal. 127.
55
Bila hal seperti itu terjadi pada nabi selain Muhammad, kaum Muslim
akan mengutuki: “Nabi binatang!” atau “Setan alas!” Coba periksalah
semua perilaku para nabi satu persatu tanpa pembelaan buta: Bisakah
perilaku seperti itu bagian dari perilaku nabi Tuhan yang sejati?

Beberapa kaum Muslim mungkin akan mengatakan bahwa tuduhan-


tuduhan tersebut adalah palsu terhadap rasul mereka. Saya menjawab: Saya
berharap dari lubuk hati saya bahwa itu adalah tuduhan palsu, tetapi
kebenaran selalu pahit. Saya mengetahui ini dari pengungkapan fakta-fakta
yang diplintirkan, juga dari pengalaman pribadi, karena saya merasakan
sendiri kepahitan yang sama dari ajaran dan tindakan-tindakan nabi dan
tuhannya Islam, saat saya menemukannya sendiri. Mengerikan, sangat
mengerikan, untuk menghubungkan Tuhan yang Suci dan Murni dengan
kejahatan dan tipu daya palsu, sementara Tuhan sejati sama sekali tidak
bersalah atas ucapan dan tindakan-tindakan Muhammad.
Tipu daya Muhammad berhasil karena kebodohan orang Arab di zaman
kebodohan. Bagaimana tipu daya ini bisa diterima oleh orang-orang
terpelajar pada abad ke 21, dimana ilmu pengetahuan menyediakan begitu
banyak fakta dan pencerahan?

Ikuti Muhammad atau Mati


Ketika Amr bin al-Aas tiba di Yaman untuk memaksa rajanya
membayar upeti jika dia tidak memeluk Islam, sang raja bertanya
kepadanya: “Bagaimanakah semua kaum Quraishi menjadi Muslim?” Al-
Aas menjawab:
“Kaum Quraishi mengikuti Muhammad karena mereka mempunyai keinginan
untuk memeluk Islam atau karena mereka takut sebab mereka dikalahkan
dengan pedang. Dan sekarang kamu adalah satu-satunya yang tersisa (yang
bukan Muslim). Jika kamu tidak memeluk Islam hari ini, kuda-kuda akan
berlari di atasmu dan rakyatmu. Peluklah Islam dan kamu akan hidup dalam
kedamaian dan kuda-kuda serta penunggangnya tidak akan menyerangmu.”

Dengan kata lain, pilihannya hanya Islam atau mati. Ikuti Muhammad
atau mati – sebuah pilihan perbudakan dan sebuah taktik teroris yang
teramat keji, rancangan Muhammad Utusan Allah. Ibn Ishaq menulis:
56
“Utusan Allah mengirim Khalid bin Al-Walid kepada bin Al-Haris, untuk
disampaikan kepada suku Najran, yang beragama Kristen dan berkata
kepadanya: Jika kamu memeluk Islam dan membayar zakat, kamu akan
diterima; jika kamu bilang tidak, aku akan membunuhmu dengan pedang.” 90

Suku tersebut mengirim beberapa orang dari Al-Haris kepada Utusan


Allah dengan patuh. Apa yang dikatakan Utusan Allah kepada orang-orang
tersebut? “Jika kamu tidak memeluk Islam, aku akan memenggal kepalamu
di bawah kakimu!”91
Teror dan mental terorisme tidak hanya didemonstrasikan dalam
tindakan-tindakan Muhammad, tetapi juga dicatat sebagai pewahyuan dari
Allahnya dalam Al-Qur’an, yang mendukungnya untuk menteror,
membunuh dan menumpahkan darah orang tidak berdosa.
Surat 4:74 mengatakan: “Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar
kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah.
Barang-siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh
kemenang-an maka kelak akan Kami (Allah) berikan kepadanya pahala yang
besar.”92
Surat Muhammad mengatakan: “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang
kafir, maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga kamu telah
mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh
membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti.”93
Surat Al-Anfal 8:60 mengatakan: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat
untuk berperang kamu menggetarkan (teror) musuh Allah, musuhmu dan
orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya.”
[Surat 33:26 mengatakan, ”...dan Dia memasukkan rasa takut (teror) kedalam
hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan”]
90
Kehidupan Nabi, Vol. IV, hal. 134.
91
Lihat The Beginning and the End oleh Ibn Kathir, Vol. V, hal. 989; dan
The Life of Muhammad oleh Dr. Haikal, hal. 488.
92
Ayat-ayat Al-Qur’an yang memprovokasi kaum Muslim untuk berpe-
rang dan mendorong mereka untuk membunuh termasuk Surat An-Nisaa’ (Wanita)
4:76, 77, 89, 91, 95 & 104.
93
Surat Muhammad 47:4, Allah memerintahkan pemancungan dan
penawanan, lalu membebaskan, namun masih diizinkan minta tebusan
57
Kasih versus Teror
Teror jelas-jelas diperintahkan Allah, untuk ditanamkan ke dalam hati
para musuh Islam. Maka Islam adalah tempat subur untuk menggunakan
teror dan terorisme sebagai alat untuk menaklukkan keimanan seseorang.
Saya percaya, kebenaran sejati yang datang dari Surga tidak membawa
pedang, ataupun memerintahkan pertumpahan darah orang tidak berdosa.
Surga menyatakan: “Kasihilah musuhmu.” Dia tidak mengatakan,
“Jagallah musuhmu.” Surga mengatakan: “Berkatilah mereka yang
mengutukmu.” Tidak mungkin Surga mengatakan: “Wahai Nabi,
kobarkanlah semangat para mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua
puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat
mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus diantaramu,
mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan
orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.”94
Surga yang mengampuni berkata: “Tetapi Aku berkata kepadamu:
Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan
siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi
kirimu.95
Tetapi Surga tidak akan menghasut dan menyombong: “Janganlah
kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah
beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi amal-amalmu.”96

Penyebaran Islam setelah Muhammad juga dicapai dengan ujung


pedang, seperti yang digambarkan dalam bendera mereka. Ibn Al-Asam Al-
Garhami mengatakan di dalam bukunya Tales of Battles bahwa jumlah
orang yang terbunuh dari awal panggilan kenabian Muhammad hingga
kematiannya melebihi 30,000 jiwa. Dan mereka yang menemui ajalnya oleh
pedang Islam dari awal pendirian Islam hingga 1250 Hijrah (sekitar tahun
1750 Masehi) mencapai sekitar sepuluh juta jiwa. Di Spanyol sendiri, kaum
Muslim membunuh lebih dari 1.5 juta jiwa dari abad ke-8 Masehi hingga
mereka diusir dari Spanyol pada tahun 1492.

94
Surat Al-Anfal 8:65. terjemahan Yusuf Ali.
95
Matius 5:39.
96
Surat Muhammad 47:35, terjemahan Yusuf Ali.
58
Perang antar Muslim: Pembunuhan Utsman bin Affan
*[Muhammad memberlakukan pedang dan menghalalkannya terhadap kafir. Ia
mungkin tidak sadar akan firman Yesus yang mengatakan sebaliknya, “Siapa yang
menggunakan pedang akan binasa oleh pedang” (Mat.26:52). Pedang disini tentu
“pedang” dalam arti luas tentang kebrutalan, pembunuhan, dan pertumpahan darah.
Dan benarlah, ternyata pengembangan Islam yang mengandalkan pedang berbalik
menjadi korban pedang itu juga di kalangannya. Kenapakah Muslim tidak me-
renunginya serta menganalisa dan memastikan sejarah intern Islam itu sendiri?]

Kejadian yang paling tepat menggambarkan “pedang makan tuan”


adalah fakta pembunuhan terhadap penerus-penerus Muhammad (yakni
para Kalifah) dan pemimpin-pemimpin Muslim oleh kalangan Muslim
sendiri. Salah satu diantaranya adalah Utsman bin Affan, Khalifah ketiga
yang menyumbangkan 10,000 dinar kepada Muhammad, ketika dia
pertama kali mulai menyebar-luaskan panggilan kenabiannya. Al-Halabi
menulis tentang dia:
“Utsman bin Affan datang dengan uang sepuluh ribu dinar dan
meletakkannya di dalam tangan dan dada Muhammad. Muhammad
mulai mengambil uang tersebut, memeriksanya, membalik-balikannya
ke setiap arah dengan hati-hati dan gembira sambil berkata, ‘Semoga
Allah memberikan pengampunan atas semua dosamu, yang tidak
diketahui dan yang diketahui oleh umum, Wahai Utsman. Semoga
Allah memberikan kepadamu pengampunan untuk apa yang kamu
lakukan di hari kemarin dan apa yang kamu lakukan di hari esok
hingga hari pengangkatan. Tidak akan ada sesuatu apapun yang
dilakukan Utsman yang akan melukai dirinya mulai hari ini.”97

Penulis-penulis Islam sendiri memberikan kita banyak penjelasan


mengenai pembunuhan terhadap diri Utsman. Dua orang Muslim yang
berpengaruh, Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar bin Yasir, datang ke
hadapan Utsman ketika dia sedang membaca Al-Qur’annya Muhammad.
Mereka menyiksanya kemudian membunuhnya. Mereka juga menginjak
jenggotnya dengan sepatu mereka – sebuah tanda penghinaan besar.
(Jangan lupa bahwa Utsman adalah salah satu dari 10 pembawa kabar baik
yang berkhotbah tentang Surga. Dia juga adalah orang yang telah diberikan
97
Al-Sira Al-Halabia oleh Al-Halabi, Vol. III, hal. 100. Lihat juga The
Jurisprudence of the Life of Muhammad oleh Al-Bouti, hal. 309; The Beginning
and the End by Ibn Kathir, Vol. V, hal. 4; dan Asad Al Ghaba (The Lion of the
Forest) oleh Ibn Al-Athir, Vol. III, hal. 588.
59
kepastian oleh Muhammad bahwa semua dosanya, yang lalu dan yang akan
datang, akan diampuni, setelah dia membayar 10.000 dinar.)
Ironisnya, dia dibunuh oleh seorang pembawa kabar baik lainnya,
Ammar bin Yasir, yang berasal dari sebuah suku yang disiksa oleh kaum
Quraishi karena Muhammad. Dengan demikian, seperti ucapan
Muhammad, bukankah yang membunuh dan yang dibunuh sesama Muslim
akan masuk ke dalam api neraka? Apakah Utsman benar-benar pergi ke
Surga hanya karena sepuluh ribu dinar yang dia sumbangkan kepada
Muhammad, karena ia memang dijanjikan Surga? Apakah Ammar bin
Yasir, salah satu dari pembawa kabar baik tentang Surga – tetapi yang
membunuh sesama orang Muslim – pergi ke Surga? Apakah kaum Muslim
memikirkan hal-hal ini? Apakah Utsman dan Ammar pergi ke surga atau ke
neraka? Menurut Muhammad, mereka pergi ke surga. Tetapi juga menurut
Muhammad mereka pergi ke neraka! Faktanya, Kalifah ketiga ini dibunuh
oleh Ammar dan anak dari Khalifah pertama.

*[Muhammad sendiri tidak luput dari hukum “pedang berbalas pedang”. Ia


kena racun dari perempuan Yahudi yang ditawannya di Khaibar, dan Allah
tidak menghindarkan atau memunahkan racun itu dari padanya, seperti yang
diakui oleh Anas bin Malik: ”Saya selalu mengetahui pengaruh racun itu
dalam kerongkongan beliau (HS Bukhari 1220). Aisyah menyaksikan betapa
Muhammad menderita, bukan hanya karena sakit keracunan makanan tersebut
di saat-saat kritisnya, ”Hai Aisyah! Saya senantiasa merasa pedih makanan
(racun) yang saya makan di Khaibar. Itulah waktunya saya merasa tali
jantung saya putus karena racun itu”; Tetapi harapan dan permohonannya
untuk keselamatan dirinya di akhirat juga tidak menentu, karena tidak ada
tanda-tanda dijawab lagi oleh Jibril maupun Allah. Muhammad hanya
bergumul sendirian dengan maut. Ketika seseorang siap-siap menghembuskan
nafas terakhirnya, ia akan melepaskan segala atribut ke-egoannya dan dengan
kata-kata terakhir ia mengakui dengan sepenuh kejujuran. Dan itulah yang
juga terjadi pada diri Muhammad, yang berkata: “Wahai Tuhan! Ampunilah
saya! Kasihanilah saya dan hubungkan saya dengan Teman yang
Mahatinggi... Lalu beliau mengangkat tangannya sambil mengucapkan:
“Teman Yang Maha Tinggi”. Lalu beliau wafat dan rebahlah tangan beliau.”
(HSB.1570, 1573, 1574). Tak bisa lain lagi, Muhammad harus dengan jujur
meninggalkan dua kebenaran diujung napas terakhirnya: (1). Bahwa ia adalah
orang berdosa yang perlu diampuni. Dan (2) bahwa ada satu sosok baru yang
disembunyikannya selama ini, yaitu, ”Teman Yang Maha Tinggi” yang akan
mengadilinya di hari pengadilan.]

60
5
Al-Qur’an Wahyu Allah atau Ciptaan Manusia?

Tuan Qasim, guru agama saya dulu di Mesir tempat saya dilahirkan, –
seperti halnya dengan semua para Imam dan Syeik – menyatakan bahwa
mujizat yang dilakukan oleh Muhammad adalah penulisan Al-Qur’an.
Mereka mengaku bahwa Al-Qur’an adalah tulisan yang paling indah
dengan retorika yang paling baik yang pernah ditulis, karena berasal dari

61
surga dan bukan ciptaan manusia. Al-Qur’an sendiri, dalam salah satu
ayatnya menantang siapapun untuk menghasilkan sebuah karya mirip Al-
Qur’an, atau bahkan yang mirip dengan salah satu suratnya yang mana saja.
Dr. Badawi, seorang guru agama mengatakan, “Al-Qur’an adalah buku
surgawi terakhir dan Muhammad adalah nabi terakhir dan penutup nabi-
nabi sebelumnya.”
Apakah pernyataan-pernyataan manusia ini benar? Saya dulu biasanya
memutlakkan Al-Qur’an dan saya adalah penggemar dari Sheikh Abdul
Baset98 yang sering melantunkan Al-Qur’an, dan yang suaranya sangat saya
nikmati. Saya yakin, sebagaimana yang diyakini oleh semua orang Muslim,
bahwa Al-Qur’an adalah buku dari surga, dan bahwa Islam, pada
umumnya, adalah penutup dari semua agama, yang turun dari Surga. Tetapi
sebuah bisikan menghampiri saya dan memperingatkan saya: “Bacalah
dengan mendalam. Baca dan pahami ayat-ayatnya, maknanya, dan apa
yang terkandung di antara mereka.” Saya mulai membaca dan apakah
yang saya temukan?

Penjiplakan Quranik
Saya membaca dan merenungi Al-Quran dan juga Alkitab, dan saya
menemukan banyak penjiplakan dengan penggeseran. [Tidak seperti para
“Ahli Kitab”, banyak Muslim belum tahu bahwa banyak ayat dari Al-
Qur’an diambil dari Alkitab, dengan sejumlah penambahan pengurangan,
dan perubahan, besar atau kecil.] Contoh, Al-Qur’an menetapkan untuk
semua orang Muslim, kewajiban untuk membayar 2.5% zakat.99 Hal itu
menjiplak Perjanjian Lama yang ditetapkan bagi orang Yahudi untuk
membayar 10% dari pendapatan tahunan mereka. Berpuasa, kiblat shalat,
barang haram dan halal dan lain lain di dalam Al-Qur’an, juga dijiplak dari
Alkitab dengan beberapa modifikasi. Semua ini bukan sesuatu yang baru,
tapi sudah ada dikalangan Israel!

*[Malahan penjiplakan dengan perubahan arah kiblat, angka zakat, dan bobot
haram-halal, jelas-jelas menciptakan pertanyaan kenapa Allahnya Muhammad
98
Dia seorang pengkhotbah Al-Qur’an yang terkenal di Mesir.
99
2.5% - yaitu, Al-Zakat. Lihat Bab 4, Catatan kaki #54.
62
sesukanya mengubah hukum Tuhan dari para nabi selainnya, setelah ribuan tahun
itu diberlakukan dengan baik-baik? Lihat pula kisah kejadian alam semesta,
keberadaan 7 surga dan neraka, sosok sejarah seperti ratu Sheba (Balqis), Nimrod,
kisah nabi-nabi, kejadian Yahya dan Isa beserta mujizat-mujizatnya, hingga kepada
penghakiman akhir zaman, semuanya itu tak lain tak bukan hanyalah “retelling
stories” dengan banyak penyimpangan, pengacakan, dan pengaburan fakta sejarah,
sambil menyisipkan fiksi-fiksi, sehingga semuanya justru tidak jelas dan tidak
masuk akal.]

Mujizat Al-Qur’an?
Tentang “keajaiban” Al-Qur’an. Apakah ini berarti Al-Qur’an tidak
mempunyai kesalahan, baik itu secara gramatikal, sejarah ataupun
Qur’aniah - dirinya, dan tidak seorangpun yang sanggup menulis sesuatu
yang menyerupainya? Saya dulu memang selalu menantang para pengikut
agama-agama lain untuk mencari kesalahan di dalam Al-Qur’an yang saya
cintai. Tetapi beberapa teman dekat mengatakan kepada saya untuk
membacanya dengan lebih seksama dan mendalam agar saya dapat mencari
tahu sendiri. Saya melakukannya dan saya terkejut karena menemukan
begitu banyak kesalahan gramatikal dan kesalahan sejarah. Kita tidak
mau bertele-tele disini, kecuali hanya tampilkan satu-dua gelintir
kekonyolan wahyu sebagai contoh.

Laki-laki vs. Perempuan; Bentuk Tunggal vs. Jamak;


Subyek vs. Obyek.
Dalam Surat Al-A’raf di bawah ini,100 Muhammad merujuk kepada bentuk
wanita (feminin), padahal bentuk yang sebenarnya merupakan bentuk laki-
laki (maskulin). Kemudian dia menulis dalam bentuk jamak (plural)
padahal seharusnya dalam bentuk tunggal (singular)

100
Lihat Surat Al-A’raf (Tempat Tertinggi) 7:160.
63
Pada ayat berikutnya, dari Surat At-Tauba,101 dia keliru mengeja dalam
bentuk tunggal yang seharusnya ditulis dalam bentuk jamak

Muhammad juga terlanjur meletakkan bentuk subyek yang seharusnya


berbentuk obyek, begitu juga sebaliknya – sebuah kesalahan yang tidak
termaafkan dalam bahasa Arab, seperti yang ditulis dalam Surat Al-Hajj102

Dalam Surat Al-A’raf 7:56, kesalahan gramatika yang konyol juga terjadi,
dimana bentuk laki-laki (yang derajatnya dalam Islam lebih tinggi) tertukar
dengan bentuk perempuan yang berderajat lebih rendah:

Al-Suyuti mengatakan: “Tidaklah dibenarkan, bagi semua orang,


untuk membaca Al-Qur’an tanpa membacanya dalam bahasa Arab;
sekalipun pembacanya tidak pandai membaca dalam bahasa Arab.”
Dia mengatakan ini karena kebanyakan sarjana Muslim setuju bahwa
menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain akan menghilangkan
banyak makna asli dan keindahannya serta nilai linguistiknya.
*[Tentu saja itu bukan monopoli Al-Quran, melainkan secara umum gejala seperti
itu berlaku untuk semua “bahasa-ibu”, apalagi yang berujud prosa-lirik ala Al-
Quran. Namun dalam perkembangan linguistik itu sendiri, entah dalam bahasa apa
saja, akan menipiskan kekentalan nuansa aslinya yang selalu bergeser lewat waktu.
Namun masalahnya menjadi lain ketika hal yang bersifat relatif itu hendak
dimutlakkan dengan dalil bahwa membaca Al-Qur’an atau bershalat dalam bahasa

101
Lihat Surat At-Tauba (Pengampunan) 9:69.
102
Lihat Surat Al-Hajj (Haji) 22:69.
64
lain dinyatakan oleh para ulama Islam sebagai tidak sah, atau tidak diridhoi Allah,
atau tidak berpahala selain dalam bahasa Arab! Bahkan pelaku-pelakunya dihajar!]

Kita harus bertanya:


“Apakah Allah adalah tuhan bagi orang-orang Arab saja?”
“Apakah dia bukan Tuhan bagi semua orang?”
“Apakah Allah tidak berbicara dalam bahasa lain selain dalam bahasa
Arab saja, seperti yang Muhammad katakan beberapa kali dalam Al-
Qur’an?”
Walau sejak dunia diciptakan hingga saat ini, keseluruhan manusia yang
bisa berbicara dalam bahasa Arab hanya seporsi kecil saja, namun
Muhammad berkata: “Cintailah Arab untuk tiga alasan: karena aku
adalah orang Arab, karena Al-Qur’an diturunkan kepada kita dalam
bahasa Arab,103 dan karena bahasa yang akan digunakan oleh orang-
orang di sorga adalah bahasa Arab.”104
Namun lucunya, Nabi Arab ini juga mempertentangkan pernyataannya di
tempat lain dengan mengatakan: “Tidak ada perbedaan antara Arab dan
bukan Arab kecuali dalam kesalehan.”105 Jika Al-Qur’an ditujukan bagi
seluruh dunia, ia seharusnya datang dalam bahasa yang memang dapat
diterjemahkan tanpa harus kehilangan makna dan nilai aslinya. Lebih jauh
lagi, jika Al-Qur’an memang berasal dari Tuhan, ia seharusnya dapat
diterapkan pada setiap generasi dan setiap tempat, tidak hanya untuk
bangsa Arab dan hanya selama masa tertentu!
*[Apalagi sampai harus diganti dan dirubah ayatnya Allah dalam nasikh-mansukh.]

Alasan-alasan Lainnya yang Membingungkan

103
Lebih jelas lagi, Al Qur’an “diwahyukan” dalam dialek suku Quraish.
Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 6, Buku 61, #507.
104
Lihat Hadits #5751 (Mishkat, Vol. 3). Bukan dalam Ahadits Bukhari atau
Muslim, tetapi dari ucapan asli Muhammad, menurut Kamus Hadits Al-Qari (Al-
Asrar Al Marfu’a), diterjemahkan dan ditulis oleh GF Haddad. Bahasa Arab juga
ditekankan dalam Al Qur’an. Lihat Surat Ash-Shu’ara’ (Para Penyair) 26:195; Az-
Zumar (Rombongan-rombongan) 39:28; Ha Mim Sajdah (Yang Dijelaskan) 41:3,
44; Ash-Shura (Musyawarah) 42:7; Az-Zukhruf (Perhiasan) 43:3; Ad-Dukhan
(Kabut) 44:58; Al-Ahqaf (Bukit-bukit Pasir) 46:12; dan An-Nahl (Lebah) 16:103.
105
Lihat Bab 3, catatan kaki #18 untuk lebih jelasnya.
65
Ketika Al-Qur’an ditulis, ia tidak memiliki tanda-tanda yang
diperlukan oleh huruf-huruf yang sangat penting dalam bahasa Arab106.
Seorang Syeikh Islam, Ibn Taymiyyah, 107 menulis:
“Sahabat-sahabat Muhammad tidak menaruh tanda atau penekanan
pada huruf-hurufnya. Dengan demikian, kata tersebut dapat dibaca
dengan dua cara yang berbeda, dan memiliki dua arti yang berbeda
seperti :

Bukti ini – penulisan Al-Qur’an yang tanpa tanda-tanda – ditegaskan oleh


Al Suyuti.108. Bahwa terdapat banyak kesalahan di dalam Al-Qur’an, telah
diketahui dengan baik di antara para Muslim, dan tidak dapat dibantah oleh
sarjana-sarjana mereka. Maka saya bertanya, “Tidakkah ‘Jibril’ menyadari
pentingnya penekanan-penekanan dan tanda-tanda pada huruf-huruf ketika
Al-Qur’an diturunkan?”
*[Bukankah dikatakan bahwa di setiap malam di bulan Ramadhan “Jibril” turun
untuk me-review bersama Muhammad apa-apa yang sudah diturunkan kepadanya
agar terkonfirmasi segalanya dalam kebenaran? Bahkan dikatakan Jibril telah
mengunjungi Muhammad sebanyak 124.000 kali, atau hampir 20 x dalam sehari
selama kenabian Muhammad? (lihat Wikipedia, kategori “Malaikat”). Lalu kenapa
masih kelolosan banyak kerancuan dalam penandaan Al-Qur’an?] Kalau hal itu
dikatakan sebagai keajaiban, kesempurnaan, dan yang terindah dari semua
kitab, bukankan seharusnya bebas dari kesalahan yang memalukan?
Lama setelah Al-Qur’an ditulis, Abu Al-Aswad Al-Du’ali dan
Saybubia (Khalil Ibn Ahmad) menyelesaikan pekerjaan yang tidak sempat
dilakukan oleh ‘jibril’. Ketika peletakkan penekanan-penekanan dan tanda-
tanda pada huruf telah diselesaikan oleh mereka, pertentangan pun terjadi
106
Disebut sebagai “tanda diacritical”, yang diletakkan di atas atau di bawah
sebuah huruf yang dapat mengubah arti atau kala (tenses) sebuah kata, pengucapan
atau suasana; atau untuk membedakan antara satu kata lain dengan kata yang
benar-benar berbeda.
107
Majmoo’ Al-Fatawa (Kompilasi Fatwa), Vol. XVII, hal 101.
108
Lihat Al-Ittiqan oleh Al Suyuti, Vol. I, hal 160. Lihat juga Behind the
Veil: Unmasking Islam oleh Abd El Schafi (1996), hal 189-194.
66
di antara umat Islam; dan masih terus terjadi sampai hari ini: Al-Qur’an
dapat dibaca dalam dua cara yang berbeda, dan kenyataan ini ditegaskan
oleh para sarjana Muslim sendiri! Sebaliknya Muhammad mengakui bahwa
Al- Qur’an dapat dibaca dengan tujuh cara berbeda (yang akan memberikan
arti yang berbeda terhadap kata-katanya) sebagaimana yang dicatat dalam
Hadits Shahih Bukhari dan Muslim.109 Dan masih banyak kesalahan lainnya
yang tidak usah lagi disertakan disini.

Ketika saya masih kecil, saya bertanya kepada guru agama saya,
mengapa (huruf) alif dihapus dari semua huruf-huruf dimana seharusnya ia
ditempatkan. Dan guru saya tidak bisa menjawabnya, dan bahkan para
sarjana Islam masih tidak memiliki sebuah jawaban. Apakah Jibril telah
“memakan” huruf alif tersebut ketika ia mendiktekan ayat-ayatnya kepada
Muhammad? Atau, huruf alif ini tidak terdapat dalam perbendaharaan
Jibril? Jadi, apanya Quran yang dikatakan keajaiban yang terbesar?
*[Dan tidak cukup dengan itu, siapakah diantara Muslim yang tahu apa yang
diturunkan oleh Jibril kepada umat Islam, dalam huruf atau ayat “Alif laam
miim”(ayat awal dari surat 2, 3, 29, 30, 31, 32), atau “Thaa sin mim” (fawatih al-
suwar, ayat awal dari surat 26 dan 28 dan lain lain total ada 29 surat?]
Al-Suyuti menulis: “Ayat awal dari semua surat adalah rahasia sehingga tidak
seorangpun mengerti maksudnya kecuali bagi Allah” (lihat Al-Itiqan, Al-Suyuti,
vol.3, p.29). Inikah ujud dari keajaiban Quran yang tak tertandingi? Dengan
kesalahan gramatikal, sejarah, dan kalimat-kalimat tanpa arti? Bukankah itu hanya
bualan tersendiri dari Muhammad untuk menantang orang-orang bodoh
menciptakan satu surat sebaik semisal Quran?

Wahyu via Inspirasi Para Sahabat Muhammad?


Bukti menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu tak lepas dari ciptaan
manusia. Kenyataan memperlihatkan banyak di antara ayat-ayatnya berasal
dari para pendamping Muhammad dan istri-istrinya. Dengan demikian,
apakah Abu Bakar dan Umar Al-Khattab juga merupakan nabi, atas
109
Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 3, Buku 41, #601; Vol. 4, Buku 54,
#442; Vol. 6, Buku 61, #513-514; Vol. 9, Buku 93, #640; dan Hadits Sahih
Muslim, Buku 4, Bab 139: “Al Qur’an telah Diwahyukan dalam Tujuh Cara Baca
dan Artinya,” #1782-1790.
67
partisipasinya dalam menulis Al-Qur’an? Mari kita lihat beberapa yang
narasinya pendek saja.

Umar Ibn Al-Khattab


Abu Bakar bukanlah satu-satunya, masih ada yang lain yakni Umar ibn
Al-Khattab mengatakan sebuah pernyataan bahwa “jibril” dengan
segera menerima dan menurunkan kepada Muhammad.
Salah satu peristiwa yang disebutkan Al-Suyuti, menunjukkan
bagaimana dan dari siapa wahyu Muhammad itu timbul:

“Seorang Yahudi bertemu dengan Umar Ibn Al-Khattab. Orang Yahudi itu
beradu argumentasi dengan Umar dan mencoba untuk meyakinkan dirinya
bahwa Muhammad bukanlah seorang nabi dan “jibril” yang berbicara
kepadanya hanyalah musuh dari orang Yahudi. Umar menjawabnya,
‘Siapapun yang menjadi musuh Allah, dialah musuh para malaikat, para
utusannya, Jibril dan Michael, karena Allah adalah musuh bagi orang-orang
yang tidak percaya.’ Dan hanya selang dua hari, ucapan tersebut diturunkan
menjadi ayat yang bisa kita temukan dalam Al Qur’an, Surat 2:98.”110

Zayd bin Thabit


Sebuah kisah lain diceritakan oleh Zayd, salah seorang dari para
penulis wahyu Muhammad (Al Qur’an). Ia mengatakan:

“Muhammad menghampiriku lalu berkata, tulislah apa yang telah diturunkan


kepadaku, ‘Mereka yang hanya duduk diam di dalam iman tidak dapat
disamakan dengan mereka yang bertempur di jalan Allah.’ Di antara mereka
pada saat itu, ketika ia sedang mendiktekannya kepadaku, ada Ibn Umm
Kulthum, seorang tuna netra. Ia berkata kepada Utusan Allah, ‘Tetapi aku
buta.’
Lalu Muhammad berkata kepada Zayd, ‘Tambahkan pada ayat itu, kecuali
mereka yang cacat.’”111
110
Al-Ittiqan oleh Al-Suyuti, Vol. I, hal 100.
111
Lihat Al-Baydawi, hal 123; Al-Kashaf oleh Al-Zamkhasri, Vol. I, hal 53;
Al-Ittiqan oleh Al-Suyuti, hal 98; Sahih Al-Mustanad, hal 53; dan The Causes of
68
Apakah itu merupakan pewahyuan yang turun dari surga atau nasihat
spontan dari manusia? Saya serahkan kepada Anda untuk memutuskannya.
*[Masalahnya, hanya Muhammad seorang yang menyaksikan perkataannya sendiri
sebagai wahyu! Dan itu dengan mengatas-namakan “Jibril”plus “Allah” yang
kedua-duanya hanya diklaim. Sementara pewahyuan nabi-nabi sebelumnya hanya
berurusan langsung dengan Tuhan sendiri (tanpa Jibril), kenapa Muhammad hanya
berurusan dengan “Jibril” tanpa Allah? Maka dalam contoh diatas, tampak sekali
klaim demikian mudah nyasar dari sumber tertingginya.]

Abd Allah bin Sa’d


Seorang penulis lain yang dipakai Muhammad adalah Abd Allah bin
Sa’d. Ia kemudian meninggalkan nabi karena ia menemukan kenyataan
bahwa tidak ada pewahyuan dan tidak ada “jibril.” Ia bersaksi demikian:
“Muhammad sebelumnya selalu berkata kepadaku untuk menulis pada
setiap akhir bagian: ‘Allah adalah penyayang dan adil’. Tetapi aku
menulisnya dengan ‘pengampun dan penuh belas kasihan.’ Lalu
Muhammad menjawab, ‘Itu sama saja.’”112
Akibatnya Sa’d meninggalkan Islam. Ia melarikan diri karena
Muhammad mengancam akan membunuhnya setelah ia diberitahukan apa
yang dikatakan oleh bin Sa’d: “Jika Allah menurunkan wahyu kepada
Muhammad, Ia tentu juga akan menurunkannya kepadaku. Ketika
Muhammad berkata, ‘Allah mendengar dan mengetahui segalanya,’ aku
menulis, ‘Allah maha mengetahui dan adil.’ Jawabannya seperti biasa
adalah, ‘bin Sa’d, tulislah apapun yang kau kehendaki.’ ”

Menanggapi tuduhan Sa’d, ayat berikut ini kemudian diturunkan


kepada Muhammad, Al-An’am 6:93: “Dan siapakah yang lebih zalim dari
orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, “Telah
diwahyukan kepadaku,” padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun
kepadanya, dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa
yang diturunkan Allah.”113
the Revelation oleh Al-Wahidi, hal 98.
112
Lihat The Causes of Descendancy oleh Al-Suyuti, hal 12 &121.
113
Surat Al-An’am (Binatang Ternak) 6:93.
69
Seperti biasa, “jibril” selalu siap dengan sebuah ayat untuk
membenarkan pemlintiran fakta dari Muhammad, ketika ia menumpahkan
darah bin Sa’d yang hendak membuktikan kepalsuan nabi.
*[Tentu para pembaca dapat merasakan bahwa bin Sa’d – sebagai penulis
wahyu bagi tuannya – tahu persis resiko apa yang bisa dijatuhkan kepadanya bila ia
sesumbar menyaingi tuannya sebagai penerima wahyu pula. Tetapi karena itu
bukan sesumbar bualan – melainkan fakta yang sebenarnya – maka ia kehilangan
respek terhadap tuannya, tidak tahan menghadapi kepalsuan, dan barakhir nekad
melontarkan fakta kebenarannya dengan resiko yang harus ditanggungnya!]

Umm Salamah
Umm Salamah, salah seorang dari istri-istri Muhammad, suatu ketika
bertanya: “Wahai Utusan Allah, aku tidak pernah mendengar sosok wanita
diucapkan selama masa Hijrah (menyingkirkan diri/ minggat ke Medinah).”
Kemudian, ayat di bawah ini dengan mudahnya turun: “Maka Tuhan
mereka memperkenankan permohonannya dengan berfirman,
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan; karena sebagian
kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.”114 Lalu Umm Salamah
menambahkan:
“Wahai Utusan Allah, engkau hanya menyebutkan laki-laki tetapi tidak
menyebut perempuan.” Seperti biasa, “jibril” sudah siap memberikan
kepalsuan kepada Muhammad. Lihat ayat di bawah ini diturunkan jibril:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, …. dst.”115

Masih banyak lagi surat yang turun dari “jibril” untuk memuaskan istri-istri
Muhammad dan teman-temannya.116

114
Surat Al-Imran (Keluarga Imran) 3:195.
115
Surat Al-Ahzab (Golongan yang Bersekutu) 33:35
116
Sebagai contoh, lihat Al-Baydawi, hal 100 &558; Al-Kashaf oleh Al
Zamkhashri, Vol I, hal 490; Al-Jalalayn, hal 353; Sahih Al-Sanad, hal 120; Al-
Ittiqan oleh Al-Suyuti, hal 69 &219; dan The Causes of Descendancy oleh Al-
70
Aisyah
Suatu kali, Aisyah, istri yang dimanjakan oleh Muhammad, berkata:
“Aku bersama dengan Utusan Allah ketika sebuah penyerangan sedang
berlangsung. Ia seperti biasa melakukan hubungan intim denganku, setiap
malam. Tetapi ketika pagi hari tiba, ia tidak menemukan air untuk mencuci
untuk sembahyang. Aku berkata kepadanya, ‘Muhammad, bukankah kita
terbuat dari pasir?’ Dan ia menjawab, ‘Ya, benar.’ Aku berkata, ‘Kalau
begitu, mengapa bingung, engkau dan orang-orangmu membutuhkan air
namun tidak menemukannya, sedangkan pasir selalu ada di sana. Gunakan
saja pasir.’”
Seperti biasa, “jibril”-nya Muhammad turunkan ayat dengan segera117
yang mengijinkan penggunaan pasir (dalam bahasa Arab disebut, Al-
Tayammum) sebagai persiapan untuk bersembahyang, sebagai pengganti
air.118 Bagaimana pasir bisa membersihkan orang-orang yang akan
bersembahyang, bukankah malahan akan menambah kotor? Bagaimana
ucapan manusia (Aisyah sehabis sanggama) bisa bernilai wahyu dalam
Qur’an?

Wahyu dari Pembantu?


Terhenti Karena Bangkai Anjing?
Manipulasi Muhammad dan tuhannya dan Jibrilnya tidak hanya
terbatas pada hubungan-hubungan yang penting, tetapi meluas kepada hal-
hal yang sepele. Sebagai contoh, ada satu kisah populer yang dipercaya
ratusan juta Muslim, bahwa wahyu Muhammad bisa terputus karena
bangkai anjing. Suatu hari sang nabi bertanya kepada pembantunya:
‘Mengapa, ya Khawla, “jibril” berhenti menurunkan ayat-ayat kepadaku?’
Khawla tentu tak bisa menjawab dengan kepastian. Tetapi tatkala ia bersih-

Wahidi, hal 268.


117
Lihat An-Nisa (Wanita) 4:43.
118
Lihat Al-Ittiqan oleh Al-Suyuti, hal 101; dan Al-Jalalayn, hal 89. Versi
yang berbeda dapat ditemukan dalam Hadits Sahih Bukhari, Vol. 1, Buku7, #330
& 332; Vol. 5, Buku 57, #21; Vol. 6, Buku 60, #101 & 131; Vol. 7, Buku 62, #93
& Buku 72, #770; Vol. 8, Buku 82, #827; Hadits Sahih Muslim, Buku 3, Bab 27,
“Tayammum,” #714-715; Sunan Abu-Dawud Buku 1, #317; dan Muwatta Malik,
Buku 2, #2.24.91.
71
bersih ruangan dan ketika ia membersihkan di bawah tempat tidur sang
nabi, ia menemukan seekor anjing mati. (Dan Muhammad tidak mencium
bangkai anjing yang telah mati selama beberapa hari di bawah tempat
tidurnya? Dan kenapa seorang nabi bertanya kepada pembantunya tentang
ruh “jibril” yang dinyatakan oleh Muhammad sendiri bahwa keberadaannya
tidak bisa terjangkau oleh beliau, apalagi manusia lainnya (lihat Surat
17:85), bahkan apalagi ditanyakan apa sebab musabab wahyunya terhenti?
Yang benar saja! Tetapi itulah hebatnya sang nabi, sebab setelah kamarnya
dibersihkan, tuhannya Muhammad menurunkan Surat Ad-Duha 93:5.119
Pertanyaan yang sama-sama bodohnya: apa Jibril kalah terhadap bangkai
anjing, atau kalah akal memilih ruang/ rumah lain (atau tempat lain diluar
rumah) untuk menurunkan ayat-ayat Allahnya?

Kontradiksi dalam Al-Qur’an


Tersinyalir bahwa ada lebih dari 24% ayat-ayat Qur’an yang
bertentangan satu sama lainnya. Beberapa contoh akan dibahas
disini.

Yang “Menghapus dan Dihapuskan”


Kita akan mendiskusikan kontradiksi yang tak masuk akal didalam Al-
Qur’an yang sekaligus merupakan praktek membahayakan dimana satu
ayat Allah bisa diganti-gantikan dengan ayat lain dengan entengnya, seolah
Allah ingin mengatakan: “Sebentar, Aku telah membuat kekeliruan dan
Aku perlu membetulkannya sekarang.” Praktek ini di dalam Al-Qur’an
dijadikan doktrin Islam dan dikenal dengan istilah Nasikh dan Mansukh,
“Yang Menghapus” dan “ Yang Dihapuskan.”
*[Tetapi bagaimana Tuhan Yang Mahatahu mungkin bisa keliru memberikan
wahyuNya, sehingga perlu mendatangkan wahyu yang membatalkan wahyu?
Secara teologis, doktrin ini sekaligus telah merupakan pengakuan akan adanya
kontradiksi wahyu Allah, namun dihalalkan Islam dengan istilah muluk!]
Berikut ini adalah antara lain kontradiksinya yang mencengangkan!

119
Hal ini juga dicatat dalam Al-Ittiqan oleh Al-Baydawi, hal 802; dan The
Causes of Descendancy oleh Al-Wahidi, hal 338.
72
Tidak Ada Paksaan dalam Agama?
Kita tampilkan 4 ayat sejuk yang memberi kebebasan bagi orang-orang
untuk memeluk agama mereka selain Islam:
* “Tidak ada paksaan untuk agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat”120
* “Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab dan kepada
orang-orang yang ummi, “Apakah kamu mau masuk Islam?” Jika mereka
masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk (kepada
kebenaran), tetapi jika mereka menolak, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan kepada mereka.”121
* “Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang
Kamilah yang menghisab amalan mereka.”122
* “Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah,
Allah mengawasi (perbuatan) mereka, dan kamu (Muhammad) bukanlah
orang yang diserahi mengawasi mereka.”123

Tetapi pada kenyataan yang sebenarnya, Al-Qur’an tidak dapat


mentolerir kebebasan seseorang untuk memilih keyakinan. Ini terjadi
setelah Muhammad merebut kekuasaan dan memiliki banyak kekuasaan,
sehingga dialah sendiri yang bebas mengubah wahyu mengenai kebebasan
secara berlawanan diametral. Semua yang ”non-Islam” harus diperangi dan
ditumpasi, termasuk orang-orang yang Allah berikan KitabNya!:

*.“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi perlawanan, dan agama
itu semata-mata hanya untuk Allah. Jika mereka berhenti, maka tidak ada lagi
permusuhan, kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”124
*.“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah tidak (pula)
kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama
yang benar (Agama Allah), (bahkan jika mereka adalah) orang-orang yang

120
Surat Al-Baqara 2:256.
121
Surat Al-Imran (Keluarga Imran) 3:20, terjemahan penulis.
122
Surat Ar-Ra’d (Guruh) 13:40.
123
Surat Ash-Shura (Musyawarah) 42:6.
124
Surat Al-Baqara (Sapi Betina) 2:193, terjemahan penulis.
73
diberikan kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah125 dengan
patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk.”126
*.“Hai Nabi! Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah
neraka jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”127
*. “Mereka ingin kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi
kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu
jadikan di antara mereka penolong-penolongmu, hingga mereka berhijrah
pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka
di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di
antara mereka menjadi pelindung dan jangan (pula) menjadi penolong.”128

Secara keseluruhan, Al-Qur’an mengandung lebih dari 220 kontradiksi.


*[Dan setiap ayat-ayat keras itu dapat dipakai secara absah dan halal sesuai
dengan kebutuhan dan situasi Islamnya. Malahan dalam Haditsnya,
Muhammad terang-terangan memerintahkan penumpasan orang kafir yang
harus dikaitkan dengan penjunjungan dirinya berdampingan dengan Allah]:
”Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka
mengatakan, ’Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
Utusan Allah (HS. Bukhari vol.1, book 2 #24)

Kontradiksi: Hari Penghakiman


Ibn Abbas mengatakan bahwa, suatu hari seorang Arab mengatakan
kepadanya bahwa Al-Qur’an menulis panjangnya sehari penghakiman
adalah sama dengan 1000 tahun, sebagaimana yang ditulis dalam Surat As-
Sajdah 32:5. Sebaliknya, dalam Surat Al-Ma’arij 70:4 dan di tempat-tempat
lainnya, panjangnya sama dengan 50.000 tahun. Abu Abbas menjawab
bahwa kedua ”hari” yang berbeda itu dan masa kehadiran mereka memang
disebutkan di dalam Al-Qur’an, tetapi Allah lah yang mengetahui jawaban
yang sebenarnya mengenai mereka. *[Lihatlah betapa fasihnya Quran

125
Jizya – pajak/upeti yang dibayarkan kembali agar tidak dibunuh oleh
orang-orang Muslim.
126
Surat At-Tauba (Pengampunan) 9:29.
127
Surat At-Tauba (Pengampunan) 9:73.
128
Surat An-Nisa (Wanita) 4:89
74
menyajikan jurus-jurus pendalilan yang berkelat-kelit dan yang membodohi, demi
menutupi ayat-ayatnya yang kontradiktif. Yang satu, dikatakan Allah melakukan
koreksi ayat dengan nasikh-mansukh. Yang lain, dikatakan bahwa hanya Allah
yang tahu, tanyalah sama Yang Empunya Ayat! Padahal jawaban yang lurus,
sederhana, dan benar adalah persis yang Muslim tuduhkan terhadap Alkitab:
Kitabmu palsu! Maling teriak maling? Allah pasti tahu, tetapi manusia pun
sesungguhnya mudah tahu!]

Kontradiksi Lainnya
1. “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasib di
antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling
bertanya.” (Surat 23:101)
Ini bertentangan dengan
“Sebagian dari mereka menghadap satu sama lain, kepada
sebagian yang lain berbantah-bantahan.” (Surat 37:27).
2. “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
ke duanya dalam enam hari.”( Surat 32:4)
Ini bertentangan dengan
“Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang
menciptakan bumi dalam dua hari? Dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagiNya? Demikian itulah Tuhan semesta alam.” (Surat 41:9).
3. “…maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja.” (Surat 4:3).
Pada ayat di atas, Al Qur’an mengajarkan bahwa ada kemungkinan
untuk bersikap adil kepada beberapa orang perempuan, tetapi hal itu
bertentangan dengan surat yang sama: “Dan kamu sekali-kali tidak
akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian…” (Surat 4:129).
4. Dalam Surat 90:1, Muhammad mengatakan bahwa ia tidak bersumpah
dengan menggunakan “kota ini” (Mekah): “Aku tidak bersumpah demi
kota ini.”129
Tetapi kemudian ia mempertentangkannya dengan ayat Surat 95:1-3

129
Terjemahan penulis , menyetujui pendapat Rodwell (1876) dan Palmer (1880).
75
“Demi buah tin dan buah zaitun, dan demi bukit Sinai dan demi
kota (Mekah) ini yang aman.”130

Mungkinkah seorang Nabi Tuhan bersumpah demi buah tin dan zaitun?
[Dimanapun, sumpah itu harus didirikan di atas otoritas yang paling berwenang
(lebih tinggi daripada yang bersumpah) yang dianggap turut menyaksikan dan
meneguhkan sumpah! Anda manusia tak mungkin bersumpah demi nama anjing
misalnya, dan Tuhan mustahil perlu bersumpah demi ciptaanNya! Ia sesungguhnya
tidak perlu bersumpah, namun bila itu dilakukan juga, maka Tuhan bersumpah
hanya demi diriNya. Sumpah yang selainnya hanya bisa datang dari ”wahyu akal-
akalan”. Itu sebabnya banyak sekali teman Muslim yang akhirnya meninggalkan
Islam karena Qurannya hanya berisi ”sumpah serapah buatan manusia”. Namun
Alkitab berkata: ”Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan
sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala
bantahan... Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia
bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari
padaNya.” (Ibrani 6: 16, 13)]

Kesalahan Sejarah

Ada terlalu banyak pertentangan di dalam Al Qur’an! Bagaimana bisa


Tuhannya Muhammad mempertentangkan dirinya sendiri sebegitu
seringnya? Kita bisa tambahkan hal ini dengan kesalahan linguistik dan
kesalahan-kesalahan sejarah, ketika Muhammad mencoba untuk merujuk
kepada sejarah Alkitab. Peristiwa sejarah yang disebutkan oleh Muhammad
di dalam Al Qur’annya adalah sesuatu yang dibuat-buat, tidak disebutkan
dalam Alkitab, tidak tercari di arkeologi atau di manapun juga, dan
tersandung pada logika sehat.
*[Perlu dicatat bahwa ketika Muhammad merujuk kepada cerita Alkitab, ia
bukan mengutipnya dari Alkitab, melainkan berusaha memindahkan setting
Israel ketanah Arab (Mekah), seperti yang kita saksikan dalam kisah
Ibrahim versi Muhammad. HS Bukhari menuturkan bahwa Ibrahim
menghantar Hagar dan putranya yang kala itu masih menyusu, pergi ke
Mekah karena keduanya diusir oleh Sara. Tidak seorang manusiapun yang
tinggal ditempat itu, dan Ibrahim segera pulang kembali kepada Sara sambil
meninggalkan mereka berdua disitu. Hagar dan putranya terancam
kehausan, sehingga Hagar seperti orang gila berlari bolak-balik 7x dari
130
Terjemahan penulis sendiri, menyetujui pendapat Rodwell.
76
Shafa ke Marwah, yang akhirnya secara ajaib menemukan mata air
Zamzam. Maka merekapun seterusnya menetap di tempat tersebut dimana
Ismail belajar bahasa Arab dan kelak kawin disana (HS.Bukhari no. 1475).
Tetapi setelah secara “shahih” menceritakan kisah yang dicangkokkan
disini, kapankah Ibrahim punya waktu untuk menemui Ismail guna
menceritakan tentang mimpinya untuk menyembelih putranya? Untuk tujuan
pencocokan legenda ini, maka para sarjana Islam sibuk menyusun kisah
alternatif. Namun semuanya tetap dimentahkan dengan satu pertanyaan,
dari mana sumber legenda itu diambil? Dari Nabi-nabi sebelum Masehi
atau dongeng manusia dan jin-jin sesudahnya??]
Alkitab mengatakan bahwa Hagar dan putranya meninggalkan Hebron
(tanpa Abraham) dan pergi ke arah selatan, ke Bersyeba (dengan dibekali
sedikit roti dan sekirbat air). Di gurun Palestina selatan ini mereka dengan
sendirinya tersesat, namun malaikat Tuhan datang menyelamatkan mereka.
Dan beberapa tahun kemudian, Hagar, budak dari Mesir itu, mengatur
pernikahan putranya dengan seorang perempuan Mesir pula.131
*[Pengisahan Alkitab oleh Nabi Musa ini jelas logis dan otoritatif, tanpa jejak akal-
akalan manusia sesudah masa Muhammad. Namun secara tiba-tiba Hadist (200
tahun sesudah Muhammad) memastikan Hagar dan Ismael bisa berjalan sampai ke
Mekah dengan persediaan makan-minum sekedarnya. Selain itu, disaat sekitar
tahun 2000 SM seperti itu, dimanakah dapat ditemukan bukti sejarah atau
arkeologi yang menunjukkan adanya akses migrasi atau jalan karavan kesana?
Bukankah Hadist Nabi sendiri mengatakan juga bahwa “pemukiman” Mekah tidak
exist dalam sejarah sekuno itu (lihat HSB. No.1475, “...Waktu itu tidak ada
seorangpun yang tinggal di Mekah”. Alangkah sembrononya dongeng “bunuh diri”
yang ingin memindahkan setting Israel ke Arab!]

Kontradiksi Tentang Kematian Isa


Pertentangan yang paling kritis dalam Qur’an adalah mengenai
kematian Yesus (Isa). Apakah Ia dibunuh atau tidak? Surat An-Nisa 4:157
berkata:
…”Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa Putra Maryam, Rasul
Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula disalib-nya, tetapi
yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti
131
Lihat Kejadian 21:14-21.
77
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah Isa.”

Umat Islam selalu mengutip ayat yang tanpa saksi dan bukti ini – satu-
satunya ayat yang dipunyai Quran -- untuk menjawab pernyataan orang
Kristen tentang penyaliban Kristus. Untuk menanggapi hal itu, umat Islam
terpaksa harus melupakan Surat Al-Imran 3:55:

“Ingatlah, ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan


menyebabkan kematianmu132 dan mengangkat kamu kepadaku serta
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang
yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.
Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu aku memutuskan di
antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.”

Di sini Al-Qur’an tidak hanya menyebutkan tentang kematian Yesus


(Isa) yang bertentangan dengan ayat sebelumnya, tetapi juga dinyatakan
bahwa siapapun yang menjadi pengikut Yesus akan berada di atas orang-
orang lainnya pada hari kiamat! Al-Qur’an juga menyebutkan tentang
kematian Isa di dalam Surat Maryam 19:33: “Dan kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Disini ada dua ayat dalam Qur’an yang mengkonfirmasikan kematian
Isa anak Maryam, melawan satu ayat yang menolak kematiannya. Apakah
ada dua Tuhan berbeda yang masing-masing menyuarakan ”hidup-mati-
nya” Isa yang berbeda? Padahal Muhammad berkata, ”Tiada Tuhan selain
Allah?” Bagaimana umat Muslim melihat pertentangan yang gamblang ini?

Contoh Kesalahan Fatal Lainnya


Tidak ada nara sumber manapun yang menyebut bahwa Maria yang
melahirkan Yesus mempunyai seorang saudara laki-laki. Tetapi Tuhannya
Muhammad mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa Maria mempunyai
saudara laki-laki, (Maryam 19:28). Masih tentang subyek yang sama, Al-
132
Terjemahan penulis sendiri, menyetujui pendapat Rodwell. Rodwell
menjelaskan mengapa terjemahan ini benar, di dalam catatan kakinya.
78
Qur’an mengatakan bahwa Maria adalah saudaranya Harun. Ini juga
kesalahan fatal sebab Harun adalah orang dari suku Lewi, sementara Maria
berasal dari suku Yehuda. Lebih fatal lagi, Harun hidup 1500 tahun SM
(sebelum Isa lahir)! Tentulah akan menyulitkan laki-laki itu menjadi
saudara laki-laki Maria!

Al-Qur’an juga berspekulasi bahwa istri Firaun-lah yang menemukan


Musa di sungai Nil, padahal yang benar adalah Puteri Firaun.133
*[Kebenaran ini dinyatakan oleh Musa sendiri yang menulis Taurat dan yang
mencantumkan dirinya diasuh oleh putri Firaun! Akankah Muhammad lebih tahu
dari Musa tentang Musa? Sedangkan kemustahilan melaksanakan wajib shalat 50x
sehari (yang semula diwajibkan Allah bagi Muhammad), itu saja tidak diketahui
Muhammad. Dan itu hanya diketahui oleh Musa, sehingga Muhammad disuruhnya
untuk menawar kepada Allah hingga jatuh hukum finalnya menjadi 5x sehari!
(lihat HS Bukhari 211). Sungguh seluruh Muslim berutang budi kepada Musa yang
mencetuskan ”ide-brilliant” kepada Muhammad untuk bernegosiasi dengan
Allahnya Muhammad.]

Kesalahan Al-Qur’an terkait dengan ilmu pengetahuan, juga


membuktikan bahwa ia bukanlah buku yang berasal dari Tuhan. Sekiranya
itu berasal dari Tuhan, seharusnya “kenyataan mengenai alam semesta”
adalah yang sebenarnya. Bahkan seandainyapun Al-Qur’an nguping
mengutip dari Alkitab, ia tidak melakukannya secara akurat. Sebagai
contoh, Alkitab menyatakan bahwa bumi adalah bulat, sebuah globe. Dan
itu dinyatakan secara jelas pada abad ke delapan SM – hampir seribu tahun
sebelum Muhammad. Yesaya menulis tentang bulatan bumi: “Dia yang
bertahta di atas bulatan bumi….”134. Sebaliknya bumi yang dirujukkan
Quran adalah bumi yang Allah hamparkan rata lalu meletakkan gunung,
pohon-pohon dan lain lain di atasnya: “Dan Kami hamparkan bumi itu dan
Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh…” (Surat 50:7).

133
Lihat Keluaran 2:5-10.
134
Yesaya 40:22.
79
“Yang Menghapuskan dan Dihapuskan”
Doktrin ini ada dalam Al-Qur’an. Ini berarti bahwa Muhammad
memiliki hak untuk menghapus dan membatalkan ayat-ayat di dalam Al-
Qur’an sesuai kehendaknya. Beberapa kritik menyatakan bahwa tuhannya
Muhammad akan membacakan ayat-ayat, dan kemudian setelah beberapa
waktu, Ia akan membatalkan atau menghapuskannya. Beberapa ayat dalam
Al-Qur’an dibatalkan atau diubah hanya beberapa jam setelah
penurunannya kepada Muhammad. Bagaimana Muhammad menangani
masalah ini, dan bagaimana ia membenarkan tindakannya atas hal ini?

Alasan pokok: Allah Menggantikan dengan yang Lebih Baik?


Pada satu titik, keseluruhan panggilan dan misi Muhammad hampir
merupakan kesalahan total. Rupa-rupanya orang-orang Yahudi di Arab
sangat kenal akan gaya dan kebiasaan Muhammad tatkala menyampaikan
ajaran kenabiannya. Mereka menyatakan bahwa setelah Muhammad
memberikan perintah kepada para pengikutnya, ia biasa akan menariknya
tidak lama kemudian. Dan seperti biasanya, Tuhan selalu siap untuk
mengirim “jibril” dengan sebuah ayat untuk menolongnya keluar dari
dilema, serta meyakinkan orang-orang bahwa Allah-lah, dan bukan
Muhammad yang memerintahkannya untuk menghapus ayat tertentu:
“Ayat mana saja yang kami cabut atau kami jadikan lupa kepadanya, kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya.
Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”135
Menurut Al-Suyuti, “Pencabutan berarti penghapusan atau
pembatalan.”136 Penghapusan berarti perubahan, seperti yang
digunakan dalam Surat Al-Hajj 22:52. Dr. Ahmed Shalabi menulis
bahwa pencabutan berarti menggaibkan sesuatu dan
menggantikannya dengan sesuatu yang lain. Tetapi bagaimana
137

Tuhan bisa keliru memberi wahyu? Dan mengatakan akan memberi


yang lebih baik? Ini membuktikan kalau tuhannya Muhammad tidak
Mahatahu dan tidak Mahakuasa. Yang ada adalah kuasa yang
135
Lihat Surat Al-Baqara (Sapi Betina) 2:106.
136
Al-Ittiqan oleh Al Suyuti, Vol. II, hal 9.
137
The History of Islamic Legislation oleh Ahmed Shalabi, hal 115.
80
sewenang perutnya. Dan masihkah saudara-saudara Muslim dengan
sangat beraninya menuduh bahwa orang-orang Kristen mengubah
Alkitab? Padahal, tidak pernah ada ayat dan kasus “Menggantikan
dan Digantikan” dalam Taurat dan Injil, sementara banyak ayat-ayat
Al-Quran dihapus dan digantikan secara terbuka.

Dibatalkan oleh Ayam-Ayam?


Banyak ayat yang ditambahkan di dalam Al-Qur’an secara seketika
setelah kematian Muhammad. Banyak lagi ayat lainnya yang dihapuskan
oleh Utsman bin Affan, yang memerintahkan agar Al-Qur’an diperbaiki
dan menaruh penekanan-penekanan pada huruf-hurufnya. Tetapi kemana
perginya semua surat dan ayat-ayat yang dihapuskan itu?
Kita bahkan dapat bertanya: Kemana perginya Al-Qur’annya
Muhammad? Menurut Ibn Hazm, Aisyah mengatakan bahwa beberapa
ayat, seperti mengenai melemparkan batu dan menyusui anak,138 yang ada
pada dirinya, dimakan oleh ayam-ayam ketika ia sedang khusuk pada saat
kematian Muhammad.139 ‘Abdullah bin Abu Bakar pun mendukung cerita
Aisyah.
Beberapa sarjana Muslim boleh saja menyatakan bahwa ayat-ayat yang
telah dimakan oleh ayam tersebut telah dibatalkan. Tetapi tentu saja,
mereka tidak mengetahui dengan pasti karena mereka tidak bersama-sama
dengan ayam yang memakan ayat-ayat tersebut. Tetapi bagaimana ayat-
ayat tersebut dibatalkan setelah Muhammad meninggal? Dan bagaimana
mungkin ayam-ayam membatalkan ayat-ayat tersebut, sedangkan beberapa
ayat yang sudah dimakan ayam-ayam masih terdapat di dalam Al-Qur’an?
Selanjutnya, Umar bersikeras menambahkan Al-Qur’an dengan ayat-
ayat mengenai menyusui anak setelah ia mendengar Aisha menceritakan hal
itu. Ia juga hampir menambahkan ayat-ayat mengenai melemparkan batu,
setelah mendengar kisahnya dari Ka’b. Namun anehnya, ke mana perginya
dua ratus ayat yang sedianya ada dalam Surat Al-Ahzab?

138
Melemparkan batu dan Menyusui anak – adalah ayat-ayat yang tidak
terdapat dalam Al Qur’an. Namun demikian, banyak ayat tentang keduanya di
dalam Ahadits.
139
Hal ini ditegaskan oleh Ibn Hazm, Vol. III, Bagian 11, hal 235-236; Al-
Kashaf oleh Al-Zamkhashri, hal 518 dan beberapa sarjana Muslim lainnya.
81
*[Hadits narasi Aisha mengatakan bahwa surat al-Azhab 33 terdiri atas 200 ayat di
masa Muhammad. ”Ketika Utsman menyalin ‘masahif’ (kodex) maka kami tidak
tahu lagi apa-apa, kecuali bahwa apa yang kita punyai sekarang ini (maksudnya
surat al-Azhab entah bagaimana kini hanya berisi 73 ayat seperti Quran di saat ini.
Lihat Al-Suyuthi, Al-Itqan II.p.25)]
Bukankah tuhannya Muhammad berkata: “Sesungguhnya Kamilah yang
menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya dari penyelewengan.”140
Lalu bagaimana mungkin tuhannya Muhammad tidak menjaga
firmannya dan Al-Qur’annya dari ayam-ayam tersebut? Menjaga ayam-
ayam itu untuk tidak melahap ayat-ayat Al-Qur’annya? Atau mencegah
Utsman untuk menghapus ratusan ayat dari Al-Qur’an? Dr. Mousa Al-
Mousawi, seorang sarjana Iran modern, menyatakan: “ Diantara mereka
kelompok-kelompok Islam yang mengatakan bahwa ada perubahan di
dalam Al-Qur’an, maka para sarjana Shiah adalah persentase yang terbesar
di antara mereka.”141 Ini adalah pengakuan yang terus-terang dari seorang
Muslim yang terpercaya, ditegaskan oleh seorang Al-Mousawi, bahwa ia
mengakui Al-Qur’an telah diubah tanpa ijin dan diganti.

Ayat yang Hilang – Surat yang Hilang


Kita menyaksikan dengan mata sendiri bahwa ayat pertama (basmalah)
juga dihapuskan dalam Surat-9, At-Tauba. Al-Suyuti, seorang sarjana
Muslim terkemuka menegaskan bahwa lebih dari 100 ayat dihapuskan dari
surat tersebut.142 Ia menyebutkan bahwa Ibn Malik mengatakan banyak ayat
yang dihapus dari Surat At-Tauba, termasuk ayat “basmalah” tadi. Dan
ditegaskan kembali bahwa jumlah ayat sebelumnya adalah sama dengan
jumlah ayat dalam Surat 2 (Al-Baqara143), tetapi sekarang jumlahnya hanya
157. Al-Suyuti menegaskan sesuatu secara serius: “Al-Qur’an yang disalin
oleh Ibn Mas’ud memiliki dua surat, seperti Surat Al-Haqd dan Surat Al-
Khala; dan mereka diletakkan setelah Surat Al-Asr’ (Masa).”144

140
Lihat Surat Al-Hijr (Batu Karang) 15:9.
141
The Shiite and the Correction oleh Mousa AL-Mousawi, hal 131.
142
Lihat Al-Ittiqan oleh Al Suyuti, Vol. 1, hal 184.
143
Surat Al-Baqara memiliki 286 ayat.
144
Surat 103, Al-Asr’ (Masa).
82
Kemana perginya ke dua surat itu? Bagaimana mereka bisa
menghilang dari Al-Qur’an salinan Utsman, yang dibaca oleh kelompok
umat Muslim Sunni saat ini, tetapi berbeda bentuknya dengan yang dibaca
oleh kelompok Shiah? Al-Qur’an Sunni memiliki 114 surat, sedangkan Al-
Qur’an Shiah memiliki 115 surat, dimana Surat Al-Wilaya (Pengganti)
ditambahkan di dalam Al-Qur’an tersebut.145

Cara Al-Qur’an Dihimpun Menjadi Kitab


[Kita sedih membaca di banyak tempat – termasuk di Muqadimah terjemahan Al-
Qur’an – yang tetap nekad menyatakan bahwa sebelum Nabi wafat, “semua ayat-
ayat Quran sudah terturun dan disusun final, menurut tertib urut yang seharusnya,
dan terjaga dan terpelihara baik oleh Allah”. Dan Muslim awam mempercayai
pernyataan itu mentah-mentah! Jauh dari kebenaran!]
Padahal Muhammad sendiri semasa hidupnya tidak mengumpulkan ayat-
ayat yang tesebar di berbagai tempat (selama lebih dari 20 tahun) menjadi
sebuah kitab, yang kemudian disebut Al-Qur’an (artinya bacaan).
[Beliau juga tidak pernah memerintahkan para sahabatnya untuk
mengumpulkannya dari ayat-ayatnya yang terserak di atas pelbagai alas-tulis
yang dipakai sekenanya oleh tiap pengikutnya. Mereka ini hanya mencatatkan
ayat-ayat favoritnya sendiri-sendiri, itupun kalau mereka kebetulan hadir
tatkala Nabi mendapat wahyu, yang tempat dan waktunya tidak pernah
menentu. (Bisa di rumah, sendirian atau bersama seseorang, di mesjid, dalam
perjalanan, di siang hari, atau malam, bahkan dalam peperangan, di bumi atau
di surga) Pencatatan dilakukan pada potongan-potongan kayu, lempeng tanah,
batu, daun kurma, tulang, kulit binatang, apa saja, dan menyimpannya sendiri-
sendiri pula secara lepasan. Ada pula yang mencatat bagiannya dalam otak,
alias dihafal. Alhasil, tak ada yang terkumpul penuh, tak ada yang teratur, tak
ada urutan yang dibakukan, melainkan masing-masing adalah seporsi
himpunan ayat-ayat favorit yang saling berbeda. Itu sebabnya setelah Nabi
wafat, Zaid bin Tsabit pada awalnya tetap menolak ketika kepadanya diminta
untuk melakukan pengumpulan Quran: “Bagaimana mungkin aku melakukan
sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?” (Suyuti, Itqan, i, p.59, dll.)
Jelas sekali bahwa penolakan ini sekaligus mematahkan usaha Muslim saat ini

145
Lihat Bab 4, catatatan kaki #20.
83
untuk menutup-nutupi kenyataan bahwa Quran belum terkumpul, kecuali
berserakan, di saat wafatnya Muhammad.]

Namun, Abu Bakarlah, yang kemudian mengumpulkan setelah kematian


Muhammad. Tugas itu berlanjut ke tangan Zaid bin Thabit, yang
sebelumnya ia merasa harus menyatakan keberatannya: “Ali Ibn Abu Talib
datang kepadaku, memintaku untuk melanjutkan Al-Qur’an dan
mengumpulkannya menjadi satu. Demi Allah, jika mereka mendelegasikan
tugas kepadaku untuk memindahkan gunung, itu tidak akan lebih sulit
bagiku dibandingkan apa yang mereka minta aku kerjakan”146
Kesulitan macam apakah yang membuat Zaid menjadi begitu
tertekan?147 Mengapa ia mengeluarkan pernyataan tersebut ketika ia
memiliki kepercayaan penuh dari Khalifah pertama dan kedua? Pernyataan
Zaid menunjukkan bahwa ia tahu Qur’an adalah kumpulan ayat-ayat yang
tersebar secara sembrono, dan diingat oleh orang-orang berbeda.148
Beberapa di antara mereka masih hidup, tetapi banyak juga di antara
mereka yang telah dibunuh selama perampokan dan pertempuran, ketika
melawan musuh-musuh yang dianggap kafir/ menyimpang dari jalan
Islam.149 Di samping itu, kesulitan dari pekerjaan tersebut adalah
menemukan kesepakatan di antara para penulis Al-Qur’an mengenai cara
melafalkan dan memaknai suatu kata (karena banyak ragam bacaan dan arti
yang sama sekali berbeda yang bisa dikenakan pada satu kata tergantung
pada tanda diakritikal-nya). Hal ini menambah masalah, yaitu untuk
memutuskan kata yang manakah itu dalam bahasa quranik.150

146
The History of (Muslim) Legislation oleh Dr. Shalabi, hal 37-38 dan
Hadits Sahih Bukhari, Vol. 6, Buku 60, #201.
147147
Untuk mengetahui salah satu kesulitan Zaid, lihat Hadits Sahih
Bukhari, Vol. 6, Buku 60, #307 dan Buku 61, #511.
148
A.l. menurut Hadits Sahih Bukhari, Vol. 6, Buku 60, #446, mereka
tidak menemui kesepakatan tentang surat mana yang diwahyukan pertama (Surat
74, Al-Mudathir vs Surat 96, Al-Alaq)!
149
Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 6, Buku 61, #509.
150
Dalam kasus perbedaan pendapat, dialek suku Quraisy dan
pengertiannyalah yang dipilih, karena dalam bahasa itulah Al-Qur’an diwahyukan.
Lihat Hadits Sahih Bukhari, Vol. 6, Buku 61, #510.
84
Al-Suyuti menegaskan dalam bukunya, Al-Itqan, bahwa Utsman
memerintahkan untuk membakar semua salinan Al-Qur’an itu, termasuk
salinan Ali dan Ibn Mas’ud.151 Akibat perintah tersebut, perang hebat
terjadi sesama umat, dengan banyak korban yang terbunuh. Di antaranya
adalah Utsman sendiri dibunuh oleh Muhammad bin Abu Bakar dan
Ammar bin Yasir! Jadi, ada apa maka salinan Al-Qur’annya Utsman – Al
Qur’an yang dipakai oleh kebanyakan umat Islam saat ini – ditolak oleh
mayoritas umat pada awal sejarah Islam?! Pertanyaan besarnya adalah:

1. Mengapa Muhammad tidak menyusun sendiri Qur’annya semasa hidupnya?


2. Mengapa tuhannya Muhammad atau “jibril” tidak memerintahkan untuk
mengumpulkannya sebelum Nabi meninggal?
3. Apakah Allah tidak menjaga firman-Nya (jika itu benar-benar firman-Nya)
dari kemungkinan hilang atau diubah?
4. Apakah Allah tidak bisa mencegah pertumpahan darah Utsman dan ribuan
orang Muslim lainnya yang berbeda mengenai ucapan-ucapan Allah?

Muhammad bin Abu Bakar, terang-terangan menuduh Utsman


menjelang saat membunuhnya, “Engkau telah mengubah buku Allah!”
Seperti bin Abu Bakar, begitulah sejumlah besar umat Islam mengatakan
dengan yakin bahwa Al-Qur’an telah diubah.

*[Dikatakan dalam buku Nabhan Husein: Tinjauan Ahlus Sunnah terhadap faham
Syi’ah tentang Al-Quran dan Hadits, dan juga Hadits Hisyam bin Salim yang
diriwayatkan Abi Abdillah, bahwa “Kaum Syi’ah menyatakan bahwa setidak-
tidaknya ada 219 ayat-ayat Quran yang palsu. Mereka bahkan percaya bahwa
jumlah ayat Al-Quran yang dibawa oleh Jibril kepada Muhammad adalah 17.000
ayat”. Jadi yang terhilang hampir 2x yang tersisa! Inilah perselisihan yang tidak
terselesaikan sebagai warisan dari Muhammad. Intinya terletak pada kenyataan
bahwa Islam telah kehilangan sumber-sumber otentik lainnya yang diakui pernah
ada – berbeda dari yang ada saat ini – namun yang harus dimusnahkan oleh
perintah Utsman secara diktator! Dan Syi’ah yang malang terpaksa menerima
Quran sekarang apa adanya!]
151
Salinan Al-Qur’an milik salah satu dari ke empat orang yang Muhammad
percayakan Al-Qur’an.
85
Jadi pelajarilah semua bukti yang mengelilingi Al-Qur’an dan sejarah
rekonstruksinya, yang tentu saja logis sering disembunyikan bagi umum,
karena memalukan dan menyesakkan hati!

6
Yesus Kristus versus Muhammad
Pada bab ini, akan kami buktikan keilahian Kristus dari dalam Al-
Qur’an dan pernyataan Muhammad dalam Al-Hadits. Kami juga akan
membahas mengenai kelahiran, hidup dan penyaliban Kristus. Dan kami
akan membandingkannya dengan kehidupan Muhammad, nabi besar umat
Islam.

Kelahiran Yesus (Injil vs. Qur’an)

86
Injil Yohanes pasal 1:14,15 memberi kesaksian tentang eksistensi dan
bagaimana Yesus datang ke dunia ini. Nabi Yahya (Yohanes pembabtis)
mengatakan dengan berseru: “Inilah Dia (Yesus) yang kumaksudkan ketika
aku berkata: Kemudian daripadaku akan datang Dia yang telah mendahului
aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.” Bagaimana Kristus bisa ada
sebelum nabi Yahya padahal Yesus lahir enam bulan kemudian setelah
dia? Konsepnya jelas. Nabi Yahya berbicara mengenai kekekalan Kristus,
karena Ia telah ada sejak kekal. Baik Injil maupun Al-Quran menyaksikan
kelahiran Yesus, tetapi alangkah beda bobot kedua kesaksian tersebut
sebagai wahyu.

Kesaksian Injil Lukas:


“Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah
kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan
dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau
yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar
perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata
malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih
karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan
Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya,
dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya
dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.”152

Gabriel, sang malaikat damai, datang kepada Maria, dan


mengatakan, “Damai sejahtera atasmu.”153 Di sini kita tidak melihat
Maria dihantui gejala wahyu yang bersifat epileptik, atau merasa
dicekik hingga hampir mati seperti yang dialami Muhammad ketika
menerima! Ia juga tidak berpikiran kalau-kalau Gabriel yang
menampakkan diri itu adalah setan, seperti yang Muhammad

152
Lukas 1:26-33.
153
Ini adalah arti dari “Salam.” Lihat Notes on the Bible Albert Barnes dan
Commentary on the Bible Adam Clarke mengenai ayat ini.
87
gambarkan tentang “jibrilnya.” Sebaliknya, Maria segera diliputi rasa
damai, aman, terjamin, sukacita karena kuasa Roh Kudus!

*[Wahai, teman-teman Muslim, ketahuilah bahwa inilah kesaksian,


sekaligus pemenuhan nubuat nabi Yesaya (Ilyas) yang tiada taranya
tentang kelahiran Yesus, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan
memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang
perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-
laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (artinya: Tuhan beserta
kita).”154. Siapakah yang sanggup membayangkan bahwa akan ada
seorang perawan yang mengandung seorang Imanuel, 800 tahun
sebelum kejadiannya? Tatkala nubuat yang impossible ini terpenuhi
juga, maka sesungguhnya tak ada alasan manusia – Muslim dan non-
Muslim – untuk tidak tunduk pada otoritas Alkitab dengan rendah hati.
Tetapi keangkuhan semata yang membutakan mata hati mereka!]

Kesaksian Qur’an
Berikut kita menyaksikan bagaimana Al-Qur’an, Surat 19 (Maryam),
menyimpangkan wahyu sejati seperti yang tertulis dalam Injil dan
mengarang rekaannya sendiri yang jelas merupakan sebuah kesalahan yang
tak masuk akal.

“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika


menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia
mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus roh
kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia
yang sempurna. Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung daripadamu
kepada Tuhan yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” Ia
(Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu
untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” Maryam berkata,
“Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”
Jibril berkata, “Demikianlah. Tuhanmu berfirman “Hal itu adalah mudah
bagiku dan agar dapat kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan
sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah

154
Yesaya 7:14.
88
diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak
memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata, “Aduhai,
alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak
berarti, lagi dilupakan.” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah,
“Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan
sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk
Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang
manusia pun pada hari ini.”155

Qur’an menceritakan hal yang berlainan, yaitu bahwa Maryam


melarikan diri sendirian dari keluarganya ke tempat yang jauh, di-timur
antah-berantah, tapi entah kenapa. Padahal tak ada alasan kenapa ia
ketakutan dan harus melarikan diri sendirian, karena ia belum hamil disaat
itu.
*[tampaknya ada kesalahan Muhammad yang terlanjur menghadirkan
suasana kesalahan/ ketakutan Maria sejak awal kisahnya seolah ia sedang
was-was memikul sebuah “kesalahan” yang belum dibuatnya.]
Injil menjelaskan Maria tidak melarikan diri, melainkan dalam
keadaan mengandung dari Roh Kudus, berangkat ke kampungnya di
Betlehem, kota Daud, bersama Yusuf yang menikahinya. Mereka taat
melakukan pendaftaran kependudukan (sensus) di kampung asalnya, sesuai
dengan perintah kaisar Agustus yang diberlakukan kepada seluruh
bangsanya. Tatkala mereka sampai disana, tiba waktunya bagi Maria untuk
bersalin.156
*[Dan ini persis tepat menggenapi nubuat nabi Mikha secara ajaib,
“Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil diantara kaum
Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan
memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak
dahulu kala’’ (Mikha 5:1). Apakah Muslim bisa melihat betapa
kesaksian nabi Yahya saling berkonfirmasi disini, yaitu bahwa Yesus
155
Surat Maryam (Maryam), 19:16-26.
156
Lukas 2:1-7.
89
telah ada sebelum Yahya ada, bahkan sebelum segala permulaan
yang pernah ada. Dan konfirmasi ini terjadi secara nubuat ilahi 800
tahun sebelum Masehi, sehingga tidak ada cara manusia yang dapat
menolak kebenarannya, dan sekaligus menafikan setiap manipulasi
“Mesias” dari setting Israel, menjadi setting Arab-Mekah.]

Penyimpangan yang sama konyolnya lagi-lagi terjadi ketika Al-Quran


melaporkan bahwa Maryam melahirkan sang anak di pangkal pohon
kurma, dan kali ini bukan mau melarikan diri, melainkan mau mati saja!
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, ia berkata, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi
dilupakan.” (Surat 19:23)

*[Aneh, Muslim diam tanpa bertanya kenapa perempuan yang sekaliber


Maryam yang telah dipilih khusus, disucikan, dan dilebihkan Allah diatas
segala perempuan yang ada di alam semesta itu (Surat 3:42), ternyata
hanyalah perempuan kerdil dan berpikiran kotor yang menginginkan
kematiannya disaat kesakitan mau melahirkan anaknya. Kematian yang akan
membunuh sang anak SUCI yang Allah titipkan dalam rahimnya? (19:19).
Bagaimanapun debat orang, Allah pastilah telah memilih perempuan yang
salah, lebih rendah dari ibu rata-rata!]

Dosa Muhammad versus Kesucian Yesus


Muhammad mengakui bahwa ia tidak lebih dari seorang
manusia, dan Al-Qur’an jelas menunjukkan buktinya: “Katakanlah,
sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu.”157 Allah
pada dasarnya menuntut semua manusia untuk minta ampun
kepadaNya, tak terkecuali Muhammad dan para pengikutnya: “….dan
mohonlah ampunan bagi dosamu (Muhammad) dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan ...”158

157
Surat Al-Kahf (Gua) 18:110.
158
Surat Muhammad 47:19.
90
*[Muhammad sangat tahu bahwa ia dan para nabi lainnya semuanya sama
adalah manusia berdosa. Al-Quran telah berulang menegaskan keberdosaan
dari Adam, Ibrahim, Musa, hingga kepada dia Muhammad sendiri (a.l. Surat
2:36; 7:22. 23; 26:82; 28:15,16; 38:24, 25; 37:142; 40:55; 47:19; 48:1,2) Itu
dikatakan oleh Tuhan dengan pengecualian Isa Al-Masih (Surat 19:19, 34,
HS Bukhari 1493). Itu sebabnya Muhammad sampai saat kritis terakhirnya
masih mencari pengampunan Allah dan minta dihubungkan dengan Yesus,
sebagai “TemanYang Maha Tinggi”. Sebaliknya, dimanapun – di Al-Quran
atau Alkitab – Yesus tidak pernah minta ampun apapun kepada Tuhan,
malah sebaliknya memberi pengampunan bagi orang berdosa: “Hai anakKu,
dosamu sudah diampuni” (Mar.2:5). Jadi siapa yang hendak kita agungkan
dan andalkan?]

Muhammad Jadi Juru-Syafaat dan Perantara?


Alkitab secara langsung memberitahukan kita bahwa Yesus Kristus
adalah satu-satunya perantara dan penengah antara manusia dengan
Tuhan: “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan
berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang
pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.”159
Sebaliknya, banyak umat Islam percaya bahwa Muhammad dapat
menjadi perantara dan penengah di hadapan Tuhan. Tetapi Al-Qur’an
menegaskan bahwa Muhammad tidak dapat, dalam situasi apapun, menjadi
perantara atau penengah bagi siapapun, termasuk dirinya: “Kamu
(Muhammad) mohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan
ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan
ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan
memberi ampun kepada mereka.”160
Ironisnya, umat Islam, dalam doa-doa mereka, tampaknya malahan
menjadi perantara untuk Muhammad! Dengan menyebut nama
Muhammad, setiap orang Islam berdoa bagi Muhammad, dengan berkata,
“Kiranya Allah mendoakannya dan memberikannya damai sejahtera.”
Lihat, dimanapun semua nabi adalah pembela umatnya. Tetapi Muhammad
adalah satu-satunya nabi yang meminta para pengikutnya untuk mendoakan
dirinya, supaya Allah mendengar doa permohonan ratusan juta orang atas
namanya, dan memberikan belas kasihan kepadanya.
159
1 Yohanes 2:1.
160
Surat At-Tauba (Pengampunan) 9:80.
91
Muhammad dan para pengikutnya telah mengabaikan satu kebenaran,
bahwa tak ada doa di dunia yang bisa mengubah posisi orang di alam baka,
“sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan
sesudah itu dihakimi.”161 Tidak satupun shalat atau doa permohonan yang
dapat mengubah tujuan kekal dari seorang yang berdosa setelah ia mati.

* [Muslim perlu lebih jeli melihat isi Al-Quran dari segi hubungan dan peran
Muhammad dalam alam akhirat dan penghakiman, khususnya dalam perkara
keselamatan atau hidup yang kekal. Itu adalah bagian dari keputusan kita kepada
siapa kita mempertaruhkan iman. Muhammad langsung angkat tangan dan berkata
terus terang: ”Aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku dan dirimu” (Qs.
46:9). Demikian juga kepada anaknya, ”Fatimah, beramallah sebanyak-
banyaknya, karena aku tidak dapat menyelamatkan kamu” (HS Muslim I/ 116).
Sebaliknya Yesus berkata: ”Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-
orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa
yang dikehendakiNya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah
menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang
menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa ... barangsiapa
mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah
dari dalam maut ke dalam hidup”. Yoh.5:21, 22, 24]

. Muhammad Dibawah Kuasa Setan


Adalah Muhammad sendiri yang membedakan Kristus dengan semua
manusia. Ia, seperti yang dikutip oleh Al-Bukhari, mengatakan sbb:
“Setan menusuk dengan jarinya ke bagian tubuh setiap manusia pada saat ia
lahir, kecuali Isa, anak Maryam, ketika menusuknya, ia menusuk kain
pelindungnya.”162
Mengapa Setan tidak menusuk/ menyentuh Yesus tetapi menusuk
Muhammad? Jawabannya terletak pada ucapan baik Yesus maupun
Muhammad sendiri. [Muhammad, seperti yang sudah dikatakan, menyatakan
bahwa Isa Al-Masih itu sosok yang suci tanpa dosa dan selalu berkata benar (Surat
161
Lihat Ibrani 9:27
162
Lihat juga Hadits Sahih-Bukhari, Vol. 4, Buku 54, #506; Buku 55, #641, Buku
60, #71; dan Hadits Sahih Muslim, Buku 30, #5837-3859; dan Buku 33, #6429.
92
19:19, 34), sehingga kuasa dosa (setan) tidak menaklukkannya.] Yesus berkata:
“...Penguasa dunia ini (setan) datang, dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas
diriKu.”163 Ketika setan datang untuk mencobai Yesus. Yang hendak
dicobai justru memerintahkannya pergi: “Enyahlah Iblis!”164 Hanya Yesus
Mesias yang bisa memberi perintah kepada setan karena Ia adalah Tuhan
yang Maha Kuasa, dan setan tidak punya pilihan selain mematuhiNya.
Namun setan mempunyai kuasa atas semua manusia yang berdosa. Al-
Qur’an memberitahukan bahwa Muhammad sama persis dengan manusia
lainnya, semuanya rentan dikuasai oleh setan, sehingga harus minta
perlindungan : “Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai
subuh dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul.”165
Lebih lanjut, Al-Qur’an sendiri malahan membuktikan kuasa setan telah
berlaku atas Muhammad:
“Dan jika engkau diganggu oleh setan dengan sesuatu gangguan
maka hendaklah engkau berlindung kepada Allah...”166

Beberapa sarjana muslim mencoba menyangkal bahwa Muhammad


berada di bawah pengaruh mantera jahat, meskipun para sejarawan Muslim
mengakui kenyataan yang menggemparkan tersebut. Cukuplah dikutib
disini pernyataan seorang sejarawan Muslim yang terbesar, dimana beliau
harus setuju bahwa Muhammad pernah dimanterai. Al-Suhaili menulis:

“Lubaid bin Al-A’sam dari suku Zuraiq menaruh mantera kepada


Muhammad. Hal ini diberitakan terbuka dan diketahui dengan baik di
antara banyak orang, dan ditegaskan oleh seluruh sarjana yang
menulis Hadits (ucapan Muhammad). Mo’ammar mengutip Al-
Zuheiri yang mengatakan bahwa Sang Nabi berada di bawah mantera
jahat selama satu tahun. Sehingga Nabi berkhayal bahwa ia
melakukan sesuatu padahal ia tidak melakukan apapun. Jumlah
mantera jahat itu ada sebelas macam, dan Zainab orang Yahudi itu
membantu Lubaid bin Al-A’sam untuk melengkapinya.167
163
Yohanes 14:30.
164
Matius 4:10.
165
Surat Al-Falaq 113:1,4.
166
Surat Al-Araf 7:200.
167
Rawd Al-Unuf oleh As-Suhaili, Vol. II, hal 290-291.
93
Al-Bukhari menulis,168 untuk memberikan penjelasan mengenai apa yang
terjadi terhadap…
“Muhammad, dan bagaimana ia dimanterai oleh Lubaid dengan
pertolongan puteri-putrinya sendiri, yang mengambil beberapa rambut
Muhammad dan sisirnya, yang dikubur di sumur Zi Arwan, yang
berada di salah satu taman kota.”
Mereka yang belum tahu tetapi ingin yakin akan kebenaran cerita tentang
Muhammad yang takluk di bawah kuasa setan dengan mantera, bisa
membaca banyak referensi Islam yang menegaskan hal ini.169
Sheikh Muhammad Mutawalli Al-Sha’rawi menulis:
“Masalah ini, yaitu Muhammad berada dalam pengaruh mantera,
ditulis oleh Sahih Al-Bukhari, dan hal ini jelas diterima sebagai
sebuah kenyataan, dimana ia berkhayal (berhalusinasi) melakukan
sesuatu padahal ia tidak melakukannya.” 170

Jadi bagaimana mungkin seorang rasul Tuhan bisa dikuasai oleh


mantera jahat [dan kelak – seperti yang telah dikupas di depan – rasul ini
juga dikuasai oleh racun makanan, yang turut mempercepat kematiannya],
padahal ia seharusnya memiliki kuasa untuk mengusir setan dan
mementalkan racun?
Bacalah Al-Qur’an, dan tidak usah yang lain. Apakah Anda
menemukan satu dari dua puluh empat nabi yang disebutkan di dalam Al-
Qur’an yang terkena mantera, sihir, atau dibelenggu oleh kuasa setan,
seperti Muhammad? Tidak ada, selain Muhammad.
---
Setelah semua itu, teman Muslim kita masih mengatakan, Muhammad
adalah “penutup dari semua nabi dan tuan dari semua utusan!” Nabi apa?
Dan utusan yang mana? Nabi yang sesungguhnya memiliki standar moral
dan kekudusan yang jauh lebih tinggi daripada sekedar Muhammad.
Dalam perbandingan, Al-Masih mengatakan:
168
Hal ini ditegaskan oleh Aisyah sendiri! Lihat Hadits of Sahih Bukhari, Vol. 4,
Buku 54, #490; dan Vol. 8, Buku 73, #89.
169
Lihat Al-Sira Al Halabia oleh Al-Halabi, Vol. III, p.501; The Jurisprudence of
the Life of Muhammad oleh Dr. Al-Bouti, seorang professor di Universitas
Azhar,hal 358; Al-Rawd Al-Aaniq oleh As-Suhaili, Vol. 2, p.290-291; Jawami’ Al-
Sira oleh Ibn Hazm, hal 35; Al-Jalalyn oleh Jalal & Jalal, p.522; The Causes of
Descendancy oleh Al-Suyuti, p.10; The Contemporary of Al-Baydawi, p.518; dan
Zad Al-Ma’ad oleh Ibn Qayyim Al-Jawziyya, Vol. V, p.62-63.
170
You Ask and Islam Answers oleh Mutawaili Al-Sha’rawi, Vol. II, p.406.
94
“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang
berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi
kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”171

Tetapi, Rasul Islam mengatakan:


“Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka
mengatakan, Tidak ada Tuhan selain Allah. Jika mereka mengatakan
itu, maka darah mereka dan barang milik akan diberikan belas
kasihan”172.
“Hai nabi, berjihadlah (lawanlah) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.”173
[Utusan Terbesar harus ditandai dengan sesuatu transformasi universal yang mudah
tampak dan diakui dalam perubahan dan pemulihan ke dunia baru, dimulai dari
pembaharuan hati menjadi manusia baru. Dan itulah yang dilakukan oleh Yesus,
diakui baik oleh Injil maupun Al-Quran!:

Oleh Injil:
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah
mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah
datang." (Luk4:18-19).
Lalu orang-orangpun menyatakan pengakuannya:
“(mereka) takjub dan tercengang dan berkata: "Ia (Yesus) menjadikan
segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu
dijadikan-Nya berkata-kata.”174
Oleh Al-Quran:
“…orang yang paling dekat kasih sayangnya terhadap orang-orang
beriman, ...yaitu orang Nashara... disebabkan diantara mereka ada
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, dan sesungguhnya mereka itu tidak
menyombongkan diri.”

171
Matius 5:39.
172
Lihat bab 4, catatan kaki #172 untuk referensi.
173
Surat At-Tauba (Pengampunan) 9:73.
174
Markus 7:37.
95
“…dan Kami berikan Injil kepadanya, dan Kami jadikan perasaan
santun dan kasih sayang dalam hati pengikut-pengikutnya...”
(Surat 5:82, 57:27).

Sebaliknya, tak ada ayat dalam Quran dan Hadits dan Sirat Nabi yang
menunjukkan bahwa Muhammad membuat pembaharuan hati, melainkan hanya
membuat para pengikutnya keluar memerangi kafir dan menjarahi hartanya, namun
ke dalam juga saling mengkafiri dan membunuh sesama Muslim. Persis seperti
yang telah dinubuatkan dalam Taurat Musa tentang keturunan Ismael, ”Engkau
(Hagar) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan
menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu
itu. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu;
tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan
melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."
(Kej.16:11-12)]

7
Al-Masih dalam Al-Qur’an
Keberadaan Isa Al-Masih dikisahkan Al-Qur’an dengan seratusan
ayat. Dua puluh lima diantaranya menyebutkan nama Isa.175 Tersebar dalam
surat-surat utama Al Baqara (2), Al-Imran (3), Maryam (19), Al-Mu’minun
(23 dan Al-Hadid (57).
*[Banyak keistimewaan Isa yang supranatural sudah diungkapkan Quran,
namun sebanyak itu pula yang disembunyikan, dikaburkan, dikerdilkan, atau
diplintirkan oleh para ulama Islam di sepanjang masa. Diantaranya
pengakuan para Malaikat yang maksud aslinya diselewengkan, sehingga
seterusnya keseluruhan keberadaan, sifat dan hakekat Isa menjadi oknum
lain dari yang dimaksudkan.]

Al-Qur’an menyaksikan kisah kelahiran Yesus, dari seorang perawan yang


paling mulia sejagad, dipilih untuk “melahirkan” Kalimat Tuhan kedunia:

175
Juga, 23 ayat menunjuk kepada Isa, “putera Maryam” dan 11 lainnya
menyebut-Nya “Al-Masih”. (Beberapa ayat menggunakan 2 atau 3 terminologi).
96
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat berkata, ‘Wahai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia.”176. Lihat foote-note.
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat berkata, ‘Wahai Maryam,
sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran
seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, nama-Nya Almasih ‘Isa putra Maryam, seorang
terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah) dan dia berbicara dengan manusia dalam
buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-
orang yang saleh.”177

*[Semestinya para Malaikat (bukan satu malaikat) memaksudkannya sbb: “... Allah
memberikan kepadamu kabar-baik (Injil) dengan satu Kalimat dari Allah yang
namaNya Almasih, ‘Isa, putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat,
ditempatkan dekat dengan Allah...”. Dengan terjemahan asali ini, maka kita tidak
termakan oleh tafsiran plintiran seolah-olah Isa terjadi karena suara-kalimat
“Kun” (Jadilah!), melainkan satu sosok Firman Tuhan yang diturunkan menjadi
Isa. Karena Ia itu Firman, maka – tanpa usah plintiran – Ia senantiasa lurus
berfirman (berwahyu), bahkan sejak bayipun! (Surat 19:29-34). Dengan demikian
semua keberadaan (being) dan unsur-unsur supranatural dari Isa Al-Masih dapat
dipahami tanpa kontradiksi, tanpa nyeleweng, atau dipaksa- plintirkan.]

Ingatlah: Muhammad menceritakan kisah tentang Kristus, kadang-kadang


dengan mengutip apa yang didengarnya dari Alkitab, namun kebanyakan
dengan menambahkan atau menghilangkan kebenarannya. Al-Qur’an
menyatakan kehidupan dan perbuatan Al-Masih.

“Dan sebagai nabi bagi bani Israel, (yang berkata kepada mereka),
‘Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu
tanda (mujizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari
tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung178 dengan seijin Allah, dan aku menyembuhkan orang
yang buta sejak lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak, dan aku
176
Surat Al-Imran 3:42, dalam tafsiran terjemahannya, ditambahi embel-embel
Malaikat “melebihi kamu atas segala wanita di dunia yang semasa dengan kamu”.
Tentu ini dimaksud untuk sedikit mengkerdil Maryam yang bukan nabiah Arab.
177
Surat Al-Imran (Keluarga Imran) 3:45-46.
97
menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan
kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh
beriman.”179

Pada ayat di atas, Muhammad menegaskan bahwa Al-Masih adalah Tuhan


dan bukan seorang nabi biasa, karena sifat menciptakan hanya dimiliki oleh
Tuhan, dan Tuhan tidak pernah memberikan kuasa tersebut kepada
siapapun. Jika Tuhan mengijinkan manusia untuk memilikinya, maka akan
ada persaingan antara Tuhan dan manusia. Akibatnya, bisa terjadi
kekacauan.

*[Lebih jauh lagi, seperti yang sudah diutarakan, Isa juga satu-satunya dinyatakan
suci tanpa dosa, satu-satunya diperkuat oleh Rohulqudus, berbicara langsung
(muka per muka) dengan Allah (3:55; 5:110; 3:48), tahu hal-hal ghaib (3:49), atau
dalam istilah Injil: “mengetahui isi hati manusia”, dan ini mutlak diperlukan pada
waktu Isa kelak menjadi Hakim yang Agung di hari penghakiman! Ada dua lagi
sifat dan otoritas keilahian Isa yang tak bisa disangkal dengan cara apapun. Yaitu
Isa mampu mengadakan makanan surgawi (5:112-115), sesuatu yang hanya bisa
dilakukan oleh seorang Allah. Menyusul Isa mempunyai otoritas membuat dan
menetapkan hukum Allah (3:50). Quran mengatakan ini secara lurus, bukan
tafsiran. Dia-lah Hukum, ketika Ia berkata: “Kamu telah mendengar firman:
‘Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu...” (Mat.5:27-28)]

Yesus menentang orang-orang Farisi, yang mengetahui bahwa


Yesus adalah Anak Daud, tetapi tidak mengetahui bahwa Dia adalah
juga Tuhan. Oleh karena itu Yesus bertanya kepada mereka (dan kini
bertanya sama kepada Muslim), “Jika Kristus adalah anak Daud,
bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia
Tuannya?”180 Orang-orang Farisi, yang merupakan pemimpin agama
pada saat itu, langsung bungkam karena mereka mengetahui bahwa

178
Ini menunjuk pada cerita rekaan “Infancy Gospel of Thomas,” yang dikenal
sebagai I Infancy 2:1-5.
179
Surat Al-Imran 3:49.
180
Matius 22:43.
98
Raja Daud, yang juga Nabi, dalam rohnya, dapat melihat Yesus
sebagai Tuhan yang Maha Kuasa.

Jika Anda mempelajari sifat-sifat Kristus di dalam Al-Qur’an, Anda


akan menyadari bahwa Al-Qur’an membenarkan sifat-sifat Yesus yang
hanya dimiliki oleh Tuhan. Al-Qur’an menyebutkan 25 nabi, termasuk
Muhammad. Pertanyaannya disini, “Mana di antara nabi-nabi tersebut yang
dapat melakukan apa yang telah ditunjukkan oleh Yesus?” Dapatkah
Muhammad menyembuhkan orang sakit? Ia bahkan tidak dapat
menyembuhkan dirinya sendiri! Muhammad tidak dapat menjamin
seseorang untuk hidup kekal. Ia tidak bisa menjamin untuk dirinya sendiri.
Kenyataan yang terbalik, satu-satunya yang dapat dijamin oleh Muhammad
adalah bahwa semua orang Islam akan pergi ke neraka:
“Dan tidak ada seorangpun daripadamu kecuali mendatanginya
(neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan”181

Trinitas Al-Qur’an dan Alkitab


Setelah memperlihatkan unsur-unsur keilahian Isa Al-Masih, Al-
Qur’an juga memberikan contoh yang sangat indah untuk menggambarkan
Trinitas yang Kudus menurut kata-kata aslinya (bukan menurut tafsiran):
“Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya
yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Roh dari-Nya.”182
Dalam ayat ini, Allah sedang berbicara mengenai Firman-Nya (“Anak”
yang diutus), dan Roh-Nya. Hal ini memperjelas tentang, keilahian Bapa,
keilahian Anak dan keilahian Roh Kudus, dalam kesatuan Tuhan.
Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Sederhana. Sama seperti ketika Anda
mengalikan 1x1x1 dan hasilnya adalah 1. Dalam ayat di atas, penulis Al-
Qur’an mengutip dari nara-sumber Nasrani (Alkitab) dengan caranya
sendiri dan cara pengungkapannya sendiri. Sayangnya, penulis Al-Qur’an
mandek sepenggal-sepenggal dan tidak “mengutipnya” secara
berkelanjutan dan bertanggung jawab.
181
Surat Maryam 19:71, terjemahan penulis..
182
Surat An-Nisa (Wanita) 4:171.
99
Namun semua penggalan kisah Alkitab yang ditulis dalam Al-Qur’an tetap
saja dianggap oleh umat Islam sebagai “cerita dari para nabi.”
Sebagai contoh, Muhammad mengambil puasa dan perpuluhan
dari Perjanjian Lama, tetapi karena kurang mengetahui, ia lalu
menyelewengkannya. Ketika ia membahas tentang hak laki-laki dan
perempuan, perempuan hanya diberikan setengah dari bagian yang
dimiliki laki-laki. Mengapa? Dimana keadilan dan kesetaraan Islam
yang dislogankan? Tidak seorangpun yang tahu.

Iman pada Satu Tuhan


Ayat-ayat Al-Qur’an yang menarik perhatian saya – dan perhatian setiap
umat Islam yang membaca Al Qur’an – adalah: “Dia Pencipta langit dan
bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai
istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala
sesuatu.”183
Ayat ini menuduh orang Kristen telah menambahkan partner bagi
Tuhan (mempersekutukan Tuhan). Lebih dangkal lagi, umat Muslim
berasumsi bahwa umat Kristen mengajarkan bahwa Tuhan berhubungan
intim dengan manusia (Maryam), yang kemudian menghasilkan seorang
anak. Betapa pemahaman yang kotor dan menjijikan.
Menyesal sekali, karena dulu saya adalah satu dari antara jutaan umat
Islam yang telah memiliki konsepsi yang sesat ini. Saya telah merasa
tertipu oleh asumsi yang keliru, dan menuduh umat Kristen secara kejam,
sebagaimana ratusan juta orang Islam saat ini. Sekarang saya telah tahu
kebenarannya. Umat Kristen tidak meyakini sesuatu yang buruk, dan
mereka samasekali tidak pernah berpikir seperti yang dituduhkan.
Sebaliknya, mereka justru mencela dan menyalahkan ajaran senajis itu.
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan. Taurat
menyatakan ke-esa-an Tuhan: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu
Allah kita, TUHAN itu esa!”184 Tuhan, seperti yang dikutip oleh salah seorang

183
Surat Al-An’am (Binatang Ternak) 6:101, terjemahan penulis.
184
Ulangan 6:4.
100
nabi terbesar adalah:“Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku
tidak ada Allah.”185
Injil melanjutkan menegaskan ajaran dari Taurat dan Perjanjian Lama
tentang doktrin ke-esa-an Tuhan. Rasul Paulus menulis kepada jemaat
Efesus bahwa orang-orang Kristen percaya pada “Satu Tuhan, satu
iman….”186. Lalu ia menulis kepada Timotius:“Karena Allah itu esa dan
esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia.”187
Dan Yesus Kristus mengajarkan pada pendengar-Nya sebuah pelajaran
maha-penting yang entah kenapa justru diabaikan oleh umat Islam:
“Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita,
Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap
kekuatanmu…. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru,
benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali
Dia.”188

Soal Tritunggal
Umat Muslim menuduh bahwa orang Kristen sesat karena percaya pada
tiga Tuhan. Tentu itu salah wahyu, sebab ke-Trinitas-an Tuhan dalam
konsep Kristen bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan dalam tiga pribadi
seperti yang telah dijelaskan. Mereka bertanya, bagaimana engkau bisa
mempercayai bahwa satu di dalam tiga dan tiga di dalam satu? Apakah itu
masuk akal? Pertanyaan ini mudah saja, mudah sekali. Alam semesta dan
segala yang ada di dalamnya diciptakan untuk menunjukkan ke-tritunggal-
an dari Tuhan Tritunggal. Yaitu, dari atom yang sangat kecil sampai
dengan matahari yang sangat besar, mereka dibuat dalam trinitas. Anda
tidak bisa menemukan satu jenispun di alam semesta ini yang tidak satu di
dalam tiga dan tiga di dalam satu.
Substansi atom bisa disebut atom kalau ia terdiri dari neutron, proton
dan electron: tiga di dalam satu dan satu di dalam tiga. Bagaimana kita

185
Yesaya 45:5.
186
Efesus 4:5.
187
1 Timotius 2:5.
188
Markus 12:29-32.
101
dapat menerima ke-tritunggal-an alam semesta dan semua obyek di sekitar
kita, namun kita menolak ke-tritunggal-an Tuhan?
Dalam keterbatasan hakekat manusia, konsep tiga adalah satu, juga
sesungguhnya tercermin dalam diri manusia yang terdiri dari Tubuh, Roh
dan Jiwa. Untuk alasan ini, Kristus dapat berkata, “Aku dan Bapaku adalah
satu.”189 Ia menegaskan hal ini karena Ia adalah satu dengan Bapa, Ia adalah
satu-satunya cara untuk bisa mencapai Bapa: “Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku.”190
*[Mereka juga menyerang: Trinitas tidak terdapat dalam Perjanjian Lama
(PL), kenapa sifat hakekat Allah jadi berubah dalam Perjanjian Baru (PB)? Mereka
salah lagi, karena PL justru banyak menggambarkan keberadaan Tuhan yang
tritunggal, yang kelak dideskripsikan lebih jelas dalam PB. Baca antara lain Kitab
Kejadian 3:22, Yesaya 48:16, dan 63:8-10.]

Namun demikian, para ulama Islam telah memberikan pemikiran yang


berurat-akar kepada umat Islam bahwa umat Kristen menyembah tiga
Tuhan. Kekristenan percaya kepada satu Tuhan yang tidak mempunyai
(pasangan) isteri, dan tidak dilahirkan dari hubungan keduanya seperti
dituduhkan umat Muslim secara buta. Satu-satunya yang secara keji
memberikan pasangan kepada Tuhan adalah Islam dan umat Islam sendiri
dan bukan orang Kristen!

*[Encyclopedia Britannica (yang diakui sangat otoritatif) secara obyektif


mengungkapkan adanya kekeliruan Quran tentang Trinitas, dalam vol.2, p.7008:
“(There are) mistaken concepts of the Trinity in Quran”... Muhammad
sebagaimana orang-orang Arab di masa itu umumnya hanya mampu memahami
”monotheisme sederhana” (dangkal, namun yang dimuluk-mulukkan dengan
sebutan Tauhid, mutlak satu) dan “tritheisme” (Tiga Tuhan yang saling eksklusif).
Beliau tidak sampai memahami konsep yang lebih transendental, yaitu ketuhanan
dalam ke-ekaan yang inklusif dalam trinitas (atau bahkan dasa-nitas sekalipun (!),
jikalau Tuhan menyatakan diriNya begitu, maka urusan apa Muslim boleh
menghujat hakekatNya?).

189
Yohanes 10:30.
190
Yohanes 14:6
102
Bukti kedangkalan pemahaman Muhammad (sekaligus kesalahan) disini
tercatat dalam pernyataannya atas nama wahyu; “Allah tidak mempunyai anak dan
tiada Tuhan bersama-Nya, kalau sekiranya demikian niscaya tiap-tiap tuhan
membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain” (Surat 23:91). Dia tidak cukup canggih untuk
tahu bahwa 3-Pribadi yang Dzat-KodratiNya Mahakasih itu tidak usah dan tidak
mungkin bersaingan dan berperang sesamanya! Muhammad bahkan tidak tahu
Mahadewa Tri-Murti yang eksklusif sekalipun tidak harus berperang sesamanya!
Dan apa yang disebut Muhammad dengan “3 Tuhan”, ternyata salah pula
pewahyuan akan oknumnya, karena ia menduga Allah kekristenan adalah Bapa
Allah, kawin dengan Ibu Allah (Maryam), menghasilkan Anak Allah (Isa), sesuatu
yang diharam-jadah-kan oleh setiap orang Kristen (Surat 6:101; 5:116; 9;30; 5:75).
Kita prihatin begitu banyak Muslim yang tidak sadar akan kesalahan Muhammad
terhadap “Trinitas”, tetapi malahan ikut-ikut menuduh apa yang tidak dipelajarinya
dengan baik. Menyembah 3-Tuhan itu syirik, dosa yang tak terampuni menurut
Islam. Namun menfitnah Kristen menyembah 3-Tuhan itu lebih syirik. Bagaimana
itu harus diampuni Allah secara konsekwen, yang berkata: “Jangan kamu
melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap
Allah kecuali yang benar.” (Surat 4:171)]

103
8
Salib dan Yang Tersalib

Yesus Kristus datang ke muka bumi dengan satu tujuan utama:


menyelamatkan umat manusia dari ancaman kematian kekal di neraka.
Untuk penyelamatan itu Yesus harus mati sebagai kurban-tebusan (mati di
atas kayu Salib), menggantikan kematian kekal atas seluruh umat manusia
yang berdosa. Dalam Hukum Ilahi, orang berdosa tidak dapat menanggung
dosa sesamanya. Sedangkan setiap orang telah berdosa, dan upah dosa ialah
maut. Jadi satu-satunya cara untuk memenuhi pengadilan Tuhan bagi orang
yang bersalah, adalah orang yang berdosa tersebut harus mati bagi dosanya
sendiri, atau “seseorang” yang tidak berdosa bersedia menggantikan
tempatnya. Siapakah “seseorang” yang tidak berdosa yang pernah ada di
dunia? Ialah Yesus Kristus, sempurna dan tidak bercacat, dimana Hukum
Ilahi di atas tidak bisa dikenakan kepada diriNya. Ialah yang menjadi
Domba Paskah yang dikurbankan bagi penebusan dosa umat manusia.
Inilah arti penebusan dalam konsep keselamatan Tuhan sejak Adam terusir
dari Firdaus, dan dilambangkan dengan pencucuran darah (tanda kematian)
baik dimasa Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
104
*[Satu Adam dalam Perjanjian Lama yang jatuh dalam dosa telah menyebabkan
dunia dikuasai kutuk dosa yang mematikan, maka satu Yesus – sebagai “Adam
Baru” dalam Perjanjian Baru – yang memberikan nyawaNya (darah-Nya) di atas
kayu salib, demi menghidupkan semua umat manusia . (Mat.20:28)]

Perjanjian Lama berbicara mengenai lambang anak domba Paskah


(darah domba atau lembu tak bercacat yang dikurbankan191) untuk
membebaskan kematian anak-sulung bangsa Israel. Sementara Perjanjian
Baru telah terpusatkan kepada Anak Domba Paskah yang tidak bercacat
cela, yaitu diri Yesus, yang mencurahkan darah-Nya di atas kayu Salib,
sebagai kurban penebusan dosa Anda dan saya!192
Dalam hal ini Yesus telah mendeklarasikan tentang kedatanganNya ke
bumi ini: ”Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi
tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45)

*[Muslim tidak banyak yang tahu, tetapi itulah yang dilambangkan Tuhan,
ketika Abraham terang-terangan diperintahkan Tuhan untuk
mempersembahkan anaknya Ishak sebagai kurban bakaran. (Ini jelas bukan
versi Quran yang mendongengkan mimpi Ibrahim untuk menyembelih sang
anak, sebuah mimpi yang mustahil bisa dipercayai oleh Anda atau Ibrahim
bahwa Allah menginginkan anak Anda/ dia dibunuh oleh Anda/ dia sendiri!).
Disini Ishak melambangkan anak manusia yang harus mati karena dosanya,
namun anak domba yang tak bercacat telah melambangkan Mesias, Anak
Domba Elohim, yang ganti menjadi kurban tebusan bagi dosa anak manusia.
Itu sebabnya dalam Quran masih tampak jejak perlambangan Sang-Kurban,
namun diselewengkan oleh para ulama Islam menjadi “kurban binatang untuk
sedekahan” dihari raya Haji.
Lihat cermat-cermat Surat 37:107, terjemahan Depag, “Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. Ini adalah terjemahan yang
menyesatkan. Karena teks-asli tidak berurusan dengan kata-kata “seekor” atau
191
Baca rangkuman penulis surat Ibrani 9:12: “Dan hampir segala sesuatu
disucikan menurut Hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah
tidak ada pengampunan”.
192
1Petrus 2:24: “Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa kita di atas tubuh-
Nya di atas kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk
kebenaran Allah.”
105
“sembelihan” yang mengarah kepada binatang, melainkan “And We ransomed
him with a great sacrifice” (atau a mighty/ noble sacrifice, berturut-turut
terjemahan Yusuf Ali, Arberry, dan Dawood), yang mengarah kepada sosok
“Kurban Agung” atau “Kurban Mulia” atau “Kurban Dahsyat” sesuai dengan
kata aslinya yang dirujukkan kepada salah satu Asma Allah Al-Azhim, Yang
Maha Agung). Kurban Agung itulah Yesus, yang disaksikan Nabi Yahya:
“Lihatlah, Anak Domba Elohim yang menghapus dosa dunia”! (Yoh.1:29)
Kita ingin mempertanyai Muslim, untuk apakah Isa didatangkan Tuhan
Elohim kedunia ini dengan segunung kuasa mujizat, padahal dia sebesar-besar
kegagalan dalam pendakwaannya (menurut versi Islam)! Sebab tak ada murid
aslinya yang “Islami” tersisa, semuanya ditelan oleh murid Paulus yang sesat,
dan tak ada “Injil Asli Islami” yang dapat memberkati dunia, semuanya lenyap
seperti hal dirinya Isa yang juga dilenyapkan Allah entah kemana?!
Sesungguhnyalah, Salib dan Penyaliban Yesus adalah tujuan yang paling
pokok kenapa Yesus harus datang kedunia sesuai dengan janjiNya, “Sebab
inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan (sebagai kurban) bagi
banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Mat.26:28) Salib adalah satu-
satunya harapan manusia untuk diselamatkan, namun ia sengaja
diselewengkan menjadi batu sandungan bagi Muhammad yang “ummi”, dan
pengikutnya yang ummi rohani!]

106
9
Apakah Alkitab Diubah?

Dalam bab dua, kami telah menunjukkan betapa meragukan dan


membingungkan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai Sabda Allah yang sejati.
Juga bertambah keraguan setelah mempelajari kehidupan Muhammad
sebagai sosok yang katanya diutus oleh Allah. Mudah melihat bahwa
seorang Socrates akan tampak jauh lebih mulia daripada Muhammad.
Namun untuk menutup keraguan umat, Islam mencari sasaran musuh
bersama, yaitu menuduh Alkitab telah dipalsukan orang-orang yang tidak
mempercayai kenabian Muhammad. Umat Islam sudah terpatri berpikir
bahwa Alkitab telah diubah untuk setiap issue yang tidak selaras dengan
Quran! Namun saya mengajak umat Muslim perlu mengheningkan diri
sambil mencairkan kebekuan nalarnya dengan melihat ayat-ayat berikut ini.

Tuhan Yesus telah menyatakan: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi
perkataan-Ku tidak akan berlalu.”193 Ini selaras dengan apa yang Nabi
Yesaya (Ilyas) gambarkan tentang Firman Tuhan yang sejati dan kekal
kesejatiannya:“Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman
Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”194
193
Matius 24:35; Markus 13:31; & Lukas 21:33.
194
Yesaya 40:8. Lihat juga 1 Petrus 1:24-25.
107
Kitab Mazmur Daud juga mengkonfirmasikan keabsahan dan kekekalan
peraturanNya: “Aku tidak akan melanggar perjanjianKu, dan apa yang keluar
dari bibirKu tidak akan Ku ubah.”195
Kita bisa meneruskan essensi ini sampai ke langit, seperti yang diucapkan
Yesus dalam Injil Matius: “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”196

Bagaimana dengan pesan Musa kepada umat Israel? Lihat Kitab


Ulangan yang mengatakan: “Janganlah kamu menambahi apa yang
kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan
demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang
kusampaikan kepadamu.”197
Dan Tuhan sendiri memberikan sebuah peringatan yang luar biasa pada
paragraph terakhir dalam kitab terakhirNya di Alkitab: “Aku bersaksi
kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab
ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini,
maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang
tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari
perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil
bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di
dalam kitab ini.”198

Di atas tadi adalah beberapa dari kumpulan ayat-ayat yang meyakinkan


kita bahwa firman Tuhan Semesta tidak pernah akan berubah. Juga haram
merubah atau mengganti perkataan-Nya sendiri, seperti yang sering terjadi
di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dimana Allah bahkan mengumumkan untuk
mengubah pikiran dan mengganti perkataanNya sendiri (baca: menjilat air
ludah sendiri). Kenyataannya Allah yang mengucapkan sesuatu dengan
pasti, namun Dia pula oknum yang menyangkalnya dengan kepastian!
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan pesan (wahyu disemua kitab-
195
Mazmur 89:34.
196
Matius 5:18.
197
Ulangan 4:2.
198
Wahyu 22:18-19.
108
Nya) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Surat Yunus
10:64).

Muslim sering lupa bahwa sebagian orang-orang Arab dizaman


Muhammad itu mempelajari Alkitab pada masanya, seperti Pendeta Nawfal
dan keponakannya, Khadijah, yang sering meminta nasihat tentang ke-
Nasranian. Mereka inilah antara lain yang mengetahui bahwa Alkitab dulu
itu tidak pernah dituduh palsu, melainkan justru dirujukkan kebenarannya!
Itu sebabnya, Alkitab bahkan sampai dijadikan rujukan resmi oleh
Muhammad, ketika ia menyatakan bahwa didalam kitab Injil terdapat
Petunjuk dan Cahaya, yang membenarkan kitab Taurat, yang memberi
petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (Surat 5:46)

Bagaimana umat Islam bisa menuduh umat Kristen mengubah kitab


mereka, padahal Allah di dalam Al-Qur’an selalu mendesak Muhammad
melihat kepada Alkitab jika ia membutuhkan pertolongan untuk memahami
sesuatu yang sifatnya spiritual? Akankah Muhammad diperintahkan untuk
melihat kepada Alkitab jika Alkitab telah diubah? Al-Qur’an mengatakan:
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan (Kristen dan Yahudi)
jika kamu tidak mengetahui.”199
Lebih dari itu semua, Al-Qur’an menegaskan kepada Muhammad bahwa
ketika ia memiliki keraguan, ketakutan atau kebimbangan mengenai
pengetahuan yang ia peroleh, ia harus melihat kepada Alkitab:
“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan
tetantang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca Kitab
sebelum kamu (orang-orang Yahudi dan Kristen).”200

*[Ini tentu saja merupakan suatu tamparan yang telak tanpa usah ditafsir-
tafsirkan lagi, yang seharusnya menyadarkan setiap Muslim yang telah
terbius dan terus saja berputar-putar menyalah-nyalahi Alkitab!]

199
Surat An-Nahl (Lebah) 16:43.
200
Surat Yunus 10:94.
109
10
Betapa Al-Qur’an Memutar-balikkan Alkitab
Dalam bab ini, Anda akan melihat bagaimana beberapa kisah penting
dalam Alkitab diputar-balikkan di dalam Al-Qur’an.
*[Ringkasan ini cukup membatasi satu saja kisah yang diputar-balikkan, yaitu
tentang kisah terkenal dari Abraham dengan setting asli Israel, hendak diubah
menjadi setting Arab.]

Abram yang Menjadi Abraham


Kisah tentang Abraham ditulis di dalam Taurat. Dimulai dengan Kitab
Kejadian pasal 11, yang membahas tentang keturunan Sem, anak Nuh.
Abraham adalah salah satu keturunan Sem. Di pasal 12, Tuhan
memerintahkan Abram untuk meninggalkan Haran. Alkitab katakan: “Lalu
pergilah Abram (yang kemudian namanya diubah oleh Tuhan menjadi
Abraham dan istrinya Sarai menjadi Sara) seperti yang difirmankan TUHAN
kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh
puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.”201
*[Dari Haran mereka masuk ketanah Kanaan, dekat Sikhem, dimana Tuhan
berbicara dengan menampakkan diriNya kepada Abram. Maka Abram mendirikan
Mezbah disitu. Lalu Abraham berpindah ke dekat Betel dimana ia mendirikan pula
mezbah bagi Yahweh, dan kelak di Hebron mendirikan mezbah bagi keluarga dan
keturunannya. Jadi tampak jelas bahwa di tempat-tempat tertentu dimana Abraham
menetap, ia tidak lupa untuk mendirikan Mezbah untuk menyembah Tuhannya.
Mezbah pertama mustahil didirikan puluhan tahun kemudian di Mekah seperti
yang didongengkan Islam. Bahkan menurut Islam sendiri, Tuhan Elohim tidak

201
Kejadian 12:4.
110
pernah muncul dan menampakkan diriNya di Mekah kepada nabi manapun,
termasuk Muhammad!]
Abraham membawa Sarai, isterinya, bersamanya. Kedua laki-laki itu,
Abraham dan Lot, adalah orang yang sangat makmur, masing-masing
memiliki sejumlah besar binatang ternak gembalaan dan domba. Setelah
mereka tiba di tanah Kanaan, kelaparan melanda negeri itu. “Ketika
kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abraham ke Mesir untuk tinggal di
situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu.”202
Abraham lalu kembali ke Palestina, di mana Tuhan berkata kepadanya:
“Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab
kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." Sesudah itu Abram memindahkan
kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, dekat
Hebron, lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi TUHAN.”203.
Abraham tinggal menetap di Hebron, yang sekarang dikenal dengan
Al-Khalil (artinya, sahabat Tuhan, dinamakan menurut nama Abraham), di
mana mezbah dan makamnya masih tetap ada.
*[Itulah mezbah utama Nabi Abraham dan keluarganya, dan lucu kalau diklaim
tanpa bukti, dialih-paksakan Islam ke Mekah, dimana Ka’bah dianggap sebagai
Baitullah pertama yang dibangun di dunia oleh Ibrahim dan Ismail:
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) ialah
Baitullah di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia.”204 Agaknya Muhammad ingin mengatakan bahwa Abraham tidak
beribadah dengan mezbah selama puluhan tahun menetap di Kanaan? Sungguh
penghinaan terhadap Abraham!]

Abraham memiliki hubungan yang sangat erat dengan Tuhan, dan


mereka berdua kerap mengadakan percakapan yang bersahabat. Suatu
ketika, Abram berkata kepada Tuhan: “Ya Tuhan, apakah yang akan Engkau
berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak,
dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu…. Engkau

202
Kejadian 12:10.
203
Kejadian 13:17-18.
204
Surat Al-Imran 3:96.
111
tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti
menjadi ahli warisku."”205
Hal ini dikarenakan istrinya, Sara, mandul dan tidak dapat melahirkan
anak. Sebagai gantinya, Sara meminta Abraham untuk mengambil Hagar,
budak yang diberikan kepada Sara oleh Firaun ketika ia masih di Mesir,
supaya Hagar menjadi isteri, agar dapat memberikan Abraham keturunan.
“Jadi...Abraham menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu.
Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan
nyonyanya itu. Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: "Penghinaan yang
kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke
pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang
rendah akan aku…. Kata Abram kepada Sarai: "Hambamu itu di bawah
kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik."”206
Akibatnya, Sarai memperlakukan Hagar dengan sangat buruk, sehingga
ia melarikan diri. ”Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata
air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. Katanya: "Hagar,
hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?" Jawabnya:
"Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku."”207 Tetapi, malaikat Tuhan
memerintahkan untuk kembali, di mana ia kemudian melahirkan anaknya,
dan memberinya nama Ismael.
*[Apa yang Anda tampak disini? Baik Sara, maupun Abraham, dan Malaikat
TUHAN tetap menyebut Hagar sebagai hamba Sarai, sekalipun Hagar sudah
diperistri oleh Abraham! Artinya Hagar dan keturunannya cuma mendapatkan
hadiah, tetapi tidak menjadi ahli waris dari kekayaan – apalagi kenabian –
Abraham! Ia malahan dipersalahkan lebih jauh karena mudah menjadi sombong
dan telah melawan dengan memandang rendah nyonyanya sendiri, sifat yang kelak
diturunkan pula kepada Ismael. (Kej.16:12)]

Kurang lebih tiga belas tahun kemudian, ketika Abraham berusia 99


tahun, malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan menjanjikan
kelahiran anaknya dari Sara yang saat itu berusia 90 tahun. Di samping itu,
dalam Kejadian 17 tersebut, Tuhan:
205
Kejadian 15:2-4.
206
Kejadian 16:3-6.
207
Kejadian 16:7-8.
112
 Menjanjikan anak laki-laki Abraham akan lahir setahun kemudian.
 Mengubah nama Abram menjadi Abraham.
 Mengubah nama istrinya dari Sarai menjadi Sara.
Cerita ini berlanjut:
“Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan
Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. Berkatalah
Sara kepada Abraham: "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab
anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku
Ishak.” Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.
Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal
anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah
engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang
berasal dari Ishak. Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat
menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu." 208

Abraham menunjukkan kekesalannya atas permintaan Sara mengenai


Hagar, namun Tuhan menampakkan diri dan menyuruhnya untuk
mendengarkan Sara.
*[Abraham yang teruji itu tentu taat sepenuhnya kepada Tuhan, maka iapun
menyuruh (baca: mengusir menuruti Sara) hamba perempuan itu persis seperti apa
yang perintahkan Tuhan kepadanya. Namun Muhammad dengan Jibrilnya yang tak
teruji itulah yang membelotinya menjadi Abraham yang ikut mengantar Hagar
dan Ismael sampai ke Mekah. Suatu penyelewengan kisah yang tak masuk ke akal,
mengingat Sara dan Ishak pasti tak mungkin ditinggalkan Abraham demi melayani
Hagar yang hamba yang diusir itu, karena sempat berdosa terhadap nyonyanya
(sombong dan memandang enteng Sara yang tadinya mandul.)]

“Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air


dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di
atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka
pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Ketika air
yang di kirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,
dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya:

208
Kejadian 21:9-13.
113
"Tidak tahan aku melihat anak itu mati." Sedang ia duduk di situ,
menangislah ia dengan suara nyaring. Allah mendengar suara anak itu, lalu
Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya:
"Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah
mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah
anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi
bangsa yang besar." Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat
sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya
anak itu minum. Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia
menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka tinggallah
ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya
dari tanah Mesir (seorang wanita dari tanah kelahiran Hagar).”209

*[Abraham tak bisa lain kecuali menyiapkan bekal berupa roti dengan sekirbat air
kepada Hagar dan Ismael. Itu berarti bahwa bekal ini hanya mampu bertahan
sebatas perjalanan yang sangat pendek (hingga Bersyeba), tidak mungkin sampai
berbulan-bulan atau bertahun-tahun hingga ke Mekah. Sebagai makhluk yang
dihargai dan dikasihi, Tuhan menciptakan bagi mereka sebuah sumur disitu – tentu
bukan sumur ZamZam di Mekah seperti yang didongengkan sesukanya – sehingga
kehidupannya dapat berkelanjutan sebagai bangsa yang besar seperti yang
dijanjikan Tuhan. Ismael bersama ibunya yang orang Mesir itu menetap
seterusnya di padang gurun Paran sebagai orang Mesir dan menikah dengan wanita
Mesir.]

Ketika Ishak berusia kurang lebih empat belas tahun, Tuhan


memerintahkan Abraham untuk membawa Ishak ke Gunung Moria, di
mana ia harus mempersembahkan anaknya yang tercinta sebagai korban
kepada Tuhan. Abraham mematuhinya, karena itu adalah perintah
langsung dari Tuhan dengan berfirman, jelas dan spesifik, yaitu ISHAK
(bukan mimpi atau tafsiran mimpi seperti yang didongengkan Quran, yang
tidak berani menyebutkan nama si anak yang diminta oleh Tuhan untuk
dikurbankan bagiNya!).

209
Kejadian 21:14-21.
114
*[Ternyata perintah Tuhan untuk pembunuhan sang anak yang tadinya terasa
sangat aneh dan kejam itu bukanlah sekedar ujian Tuhan semata untuk iman
Abraham, (Allah sudah lebih tahu) melainkan justru untuk mengilustrasikan betapa
Ishak (yang menyimbolkan anak manusia yang harus dihukum mati karena dosa-
dosa yang dibuat manusia) ditebus oleh Anak-Domba (yang melambangkan kurban
penebusan Yesus di atas kayu salib kelak, seperti yang sudah diterangkan di
depan.)]

Alkitab berkata: “Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya


sebagai kurban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai
tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan
orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.”210

Ketika Abraham meninggal, ia berusia 175 tahun. “Dan anak-anaknya,


Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela, di padang Efron
bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur
Mamre.”211 Dua hal yang penting di sini:

 Abraham meninggalkan seluruh kehidupannya di Palestina setelah


meninggalkan Haran, kecuali sebuah kunjungan singkat di Mesir.
 Ia tidak pernah mengunjungi Semenanjung Arab. Ismael juga tidak
pernah tinggal di Mekah di Semenanjung Arab, tetapi tinggal di dekat
ayahnya, yang memungkinkan dia bisa hadir pada saat pemakaman
ayahnya.
Jadi, mari kita cari tahu kebenarannya: Apakah Al-Qur’an menceritakan
kisah ulang yang asli tentang Abraham sebagaimana yang telah ditulis
dalam Alkitab, ataukah ia membajak ceritanya dengan sensoran, imbuhan,
dan plintiran yang menjadikannya malah kabur dan tak masuk nalar??

Perhatikan dua jenis perintah aneh dalam Al-Quran seperti dibawah ini.
Yang satu perintah Allah kepada Abraham dan Ismael untuk membersihkan
Ka’abah: “Dan ingatlah ketika kami menjadikan rumah itu tempat berkumpul
bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian makam
210
Kejadian 22:9-14.
211
Kejadian 25:9.
115
Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan
Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang itikaf,
yang rukuk dan yang sujud (berdoa).”212 Kapankan upacara ibadah demikian
pernah dikenal pada masa Abraham atau para nabi keturunannya? Tidak ada
existensinya dalam jejak sejarah, inskripsi dan ilmu!

Yang ke dua, perintah dari Abraham kepada anak-anaknya yang hidup


lebih dari dua ribu tahun sebelum Islam itu sendiri muncul (¡): “Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Yakub, “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.”213
Bagaimana mungkin pernyataan sedemikian konyol, dapat dipercaya
sebagai wahyu, sebab Yakub (yang dinamai Israel) dan seluruh
keturunannya adalah orang-orang Yahudi totok, dan mereka hidup ribuan
tahun sebagai bangsa Israel sebelum Islam datang dan memusuhi mereka?
Setting Israel hendak ditelan oleh dongeng apaan dari Qur’an ini?!

Mengenai kisah Zamzam, Al-Qur’an mengatakan Allah


memerintahkan agar As-Shafa dan Marwah214 dijadikan bagian dari ritual
naik haji. Kisah ini dikatakan ketika Abraham bertega hati meninggalkan
bayi Ismael dan ibunya, Hagar, di tengah-tengah gurun, dimana Ismael
kehausan dan hampir mati. Hagar berjalan ke arah selatan dan utara
sebanyak tujuh kali lalu kembali ke anaknya, dan menemukan ada air
memancar keluar dari bawah kakinya. Umat Islam menyebutnya dengan air
Zamzam.
Maka Muhammad pun membuat tujuh perjalanan Hagar mencari air
sebagai bagian dari ritual umat Islam yang naik haji, seperti yang dikatakan
dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari
syiar (ritual) Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke baitullah
(Ka’abah di Mekah) atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan Sai antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu

212
Surat Al-Baqara 2:125.
213
Surat Al-Baqara (Sapi Betina) 2:132.
214
Yaitu, berlari bolak-balik di antara dua bukit ini di Mekah. Untuk
informasi lebih lanjut, lihat akhir bab 5.
116
kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri
kebaikan lagi Maha Mengetahui.”215

Memindahkan setting Israel ke Arab tentu kurang memuaskan bila tidak


menafikan “keyahudian” Abraham itu sendiri. Maka dikatakanlah bahwa
Abraham itu bukan seorang Yahudi bukan pula seorang Nasrani, tetapi
seorang Muslim yang sangat taat (Surat 3:67). Kita layak bertanya, apakah
“Islam” yang disebutkan di dalam Al-Qur’an ini memakai retorika pidato
ataukah berdasarkan arti yang sebenarnya sebagai wahyu, bahwa ia adalah
seorang Muslim, ribuan tahun sebelum Islam itu sendiri muncul?
*[Bagaimana mungkin Muslim mempraktekkan standar ganda mengatakan
Abraham – bapak Ishak dan Yakub (Israel) dari keturunan Yahudi – bukan sebagai
kepala suku bangsa Yahudi, sementara Ismael yang berdarah Mesir dan kawin
dengan istri Mesir, itu disebut sebagai kepala suku bangsa Arab? Kitab Taurat dan
seluruh Alkitab menyebutkan Tuhan Elohim itu sebagai Tuhannya Abraham,
Ishak, dan Yakub. Tak ada disangkutkan dalam kesejajaran dengan Ismael.
Kisah keseluruhan Abraham ini tersebar di dalam Al-Qur’an, dalam lebih dari
delapan puluh ayat, yang kemudian dikumpulkan dan dirangkaikan oleh Al-Hamid
Al-Sahhar menjadi sebuah kisah yang sebagiannya disangkutkan kepada “fakta”
yang seharusnya dibuktikan (namun sudah dianggap fakta), dan sebagian lainnya
diusahakan untuk dicocok-cocokkan ke akal. Namun menyisakan begitu banyak
antagonisme dan pendongengan yang tidak satupun tercarikan jejaknya dimasa
silam. Misalnya Hagar dikisahkan sebagai seorang yang berpendidikan, ex-istri
dari Raja Mesir Selatan. Raja ini ditaklukkan oleh Firaun, lalu mengambil Hagar
sebagai tawanan budak, yang nantinya dihadiahkan kepada Sara.]

Lebih jauh lagi, Al-Qur’an mengatakan bahwa Al-Qur’an hanya


mendongengkan bahwa Abraham bermimpi, lalu merasa harus
mempersembahkan seorang anak sebagai kurban. (tanpa disebut namanya,
padahal itu hendak dijadikan dasar untuk mengkoreksi Alkitab). Tetapi
Alkitab, sebagai sumber cerita yang sebenarnya, meyakinkan kita semua
bahwa Tuhan berbicara dengan Abraham dan meminta Ishak secara

215
Surat Al-Baqara 2:158.
117
spesifik untuk dipersembahkan, di atas bukit Moria, sebelah utara Hebron,
bukan jauh di padang gurun Arab entah dimana.
-----

Akhir kata, sebagai seorang Muslim, mereka telah diajarkan oleh Al-
Qur’an bahwa Alkitab adalah firman Tuhan yang sempurna, sekalipun para
Ahli Kitabnya banyak yang korup. Oleh karena itu, selayaknyalah kita
harus mempercayai apa yang dikatakan Alkitab. Jika kita katakan Alkitab
telah diubah ke-aslian-nya, pertanyaannya adalah, “Mengapa?” dan “Untuk
kepentingan siapa?” [Dan bagaimana hal itu dapat dilakukan mengingat
begitu sakral-nya setiap ayat itu dipelihara, baik oleh kubu Yahudi, maupun
oleh Nasrani, yang saling bersaing dikala itu.] Semua bukti justru
menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu bahwa Alkitab tidak pernah
berubah, melainkan dibenarkan. Bahkan, cukuplah bagi kita untuk
memperoleh kesaksian dari Al-Qur’an yang meyakinkan bahwa Alkitab
adalah sempurna, dengan menyatakan Tuhan telah menurunkan Peringatan
(Alkitab) dan bahwa Allah memeliharanya.
Jika kita menerima bahwa Alkitab adalah benar, maka kebanyakan
cerita dalam Al-Qur’an telah merubahnya. Jika kita percaya bahwa Alkitab
adalah benar dan Al-Qur’an juga benar, maka kita akan memiliki dua
“Tuhan”, satu Tuhan di dalam Alkitab dan satu lagi Tuhan yang
menurunkan cerita yang berbeda di dalam Al-Qur’an. Tetapi tidak
mungkin, Alkitab dan Al-Qur’an memiliki kesamaan dalam hal ini, karena
hanya ada satu Tuhan, bukan dua. Jadi sudah jelas, kitab mana yang benar
dan berotoritas.

Kesimpulan

Saya menulis buku ini agar teman-teman dan kerabat-kerabat Muslim


saya, secara khusus keluargaku yang tinggal di Mesir, negara-negara Arab
dan kepada umat Islam di seluruh dunia dapat membedakan yang batil dan
kebenaran yang lurus. Bahwa kebenaran itu ada dalam diri Yesus Kristus

118
dari Nasaret. Umat Islam berdoa beberapa kali sehari agar Allah dapat
menuntun mereka kepada jalan yang lurus.216
Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”217
Inilah JALAN LURUS yang dicari umat Muslim sedunia!
Yesus Kristuslah Jalan Lurus itu, jalan yang akan membawa Anda ke
surga. Jika Anda ingin mencapai surga, tidak ada jalan lain selain percaya
kepada Sang Jalan, yaitu Yesus Kristus yang telah mati untuk menebus
dosa-dosa Anda. Terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda.
Damai sejahtera akan menjadi milik Anda saat disini, dan surga disaat
nanti. Anda tidak akan menjadi kecewa. Amin.

216
Lihat Surat Al-Fatihah (Pembukaan) 1:6; Al-Muzammil (Orang yang
Berselimut) 73:19; dan Ad-Dahr (atau Al-Insan) (Manusia) 76:29.
217
Yohanes 14:6.
119

You might also like