Professional Documents
Culture Documents
MODUL PELATIHAN
Rencana Rencana
UU No. 25 Rencana Kerja
tahun 2004 Pembangunan Pembangunan
Pemerintah
Jangka Panjang Jangka Menengah
UU No. 17/
2003,
PP No. 20/ Rencana Strategis Rencana Kerja
2004, (Renstra) KL (Renja) KL
PP No. 21/
2004
Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) Usulan Anggaran Persetujuan Anggaran
Inpres No.
7/1999
AKIP
UU No . 17 /2004 (Ps . 14 (2 )) ,
PP No . 20 / 2004 (ps 3 ( 1) , (2 ) RPP LKKIP ( pasal
Inpres No . 7 / 1999 2 , pasal 5 , pasal 20 )
UU No . 25 (3 ),
Sistem AKIP dan
tahun 2004 PP No . 21 /2004 (ps . 7 ( 1) , (2)
Inpres No . 5 / 2004
Rencana Persetujuan
Strategis lima Anggaran Kinerja Aktual
Rencana tahunan ( Renstra )
Pembangunan dan Rencana
Jangka Panjang Kinerja Tahunan
dan Rencana Rencana Kerja
Pembangunan dan Anggaran
Jangka Sasaran -
(RKA )
Menengah Sasaran
Tahunan
Laporan
Keuangan
Program dan
(Pasal 2 dan 5 )
Kegiatan serta
Rencana Kerja Indikator
Pemerintah Kinerja Output
dan Outcome Ikhtisar
Realisasi
Kinerja
( Pasal 2 )
Usulan
Anggaran
berdasarkan
indikator Laporan
kinerja yang Kinerja / LAKIP
diinginkan ( Pasal 20 )
Penetapan Penetapan
Kinerja Kinerja
Laporan
Kinerja / LAKIP
Apabila dikaitkan dengan peraturan perundangan yang ada saat ini maka
siklus manajemen sektor publik tersebut dapat dibagi kedalam lima fase sebagai
berikut:
1. Perencanaan, bidang perencanaan pada umumnya dibagi kedalam tiga fase
yaitu Perencanaan Jangka Panjang (RPJP), Perencanaan Jangka Menengah
(RPJM, lima tahunan), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP, tahunan).
Peraturan perundangan yang mengatur mengenai perencanaan nasional
adalah Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang antara lain dikemukakan bahwa dibutuhkan
pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan pembangunan Nasional dan
dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk lebih
mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan
Nasional, Pembangunan Daerah maupun pembangunan antardaerah.
Penyelarasan Pelaksanaan
Dari sisi konsep, Undang-Undang No. 17/2003 dan Undang-Undang
25/2004 tidak ada perbedaan yang mendasar untuk mencapai pengaturan
(governance) yang baik. Akan tetapi praktik penerapannya terdapat perbedaan
oleh karena instansi pembina juga berbeda yaitu Departemen Keuangan dan
Bappenas yang akan cukup merepotkan para manajer publik yang mengevaluasi
baik di lingkungan Kementerian Perencanaan/Bappenas, Depkeu, ataupun
Kementerian PAN dalam melakukan evaluasi aparatur. Kondisi ini dapat
dijembatani dengan menerapkan secara konsisten Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) terutama sistem pengukuran dan informasi kinerja
berbasis hasil.
Dalam sistem AKIP seluruh tahapan mulai dari perencanaan sampai
kepada pelaporan dan evaluasinya menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa kebutuhan instansi
atasan/masyarakat akan informasi dari suatu instansi pemerintah tidaklah sama
oleh karena itu tidak semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh hanya satu
jenis pelaporan saja. Dengan menggunakan sistem pengukuran dan informasi
kinerja berbasis hasil maka instansi pemerintah dapat memenuhi setiap
permintaan pelaporan dari berbagai instansi atasan/masyarakat yang
memintanya dari sistem informasi yang dimilikinya tersebut.
Center for Democracy and Governance, Bureau for Global Programs, Field
Support, and Research, U.S. Agency for International Development, Handbook Of
Democracy and Governance Program Indicators, Technical Publication Series,
Washington, D.C.,1998
Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah