You are on page 1of 55

VISUM ET REPERTUM

Dr. Adrianto Gazali Mkes


1. PENGERTIAN
VISUM ET REPRETUM (VeR)
Adalah Keterangan tertulis yang
dibuat oleh Dokter atas permintaan
tertulis penyidik yang berwenang,
mengenai hasil pemeriksaan medis
terhadap manusia, baik hidup atau
mati ataupun bagian atau diduga
bagian tubuh manusia berdasarkan
keilmuannya dan dibawah sumpah,
untuk kepentingan peradilan.
2. DASAR HUKUM

• Staatsblad(Lembaran Negara) No
350 Tahun 1937 pasal 1 dan 2
yang menyatakan VeR adalah :
• Suatu Keterangan tertulis yang
dibuat oleh dokter atas sumpah
atau janji tentang apa yang
dilihat pada benda yang
diperiksanya yang mempunyai
daya bukti dalam perkara pidana
3. NILAI VeR
KUHAP ps 184 :

ALAT BUKTI YANG SAH ADALAH :


1. Keterangan Saksi
2. Keterangan Ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
VeR digolongkan kedalam alat bukti
“Surat”
3. NILAI VeR (lanjutan…1)
Produk dokter lain yang sepadan dengan VeR:
- KUHAP ps186 :
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
nyatakan didepan sidang.

- KUHAP ps 184 ayat (c )


Surat keterangan dari seorang ahli yg memuat

pendapat berdasarkan keahliannya mengenai


suatu hal atausuatu keadaan yang diminta
secara resmi daripadanya.
4. JENIS VeR
• 1. Untuk Orang Hidup
Yakni visum yang diberikan
untuk korban
luka-luka karena kekerasan,
keracunan,
perkosaan, psikiatri.

Dibedakan atas :
4. JENIS VeR (lanjutan……1)
Dibedakan atas :
a. VeR sementara :
-VeR yg diberikan pd korban yg msh dirawat
-VeR yg diterbitkan belum ada kesimpulan
karena menunggu observasi lebih lanjut.

b. VR lanjutan :
- Merupakan lanjutan dari VR sementara, dibuat
setelah korban sembuh/meninggal.
- Tgl & No. VeR sementara dicantumkan.
- Telah ada kesimpulannya setelah diobservasi
4. JENIS VeR (lanjutan….2)
c. Visum Langsung :
Langsung diberikan stlh
pmriksaan Korban.
contoh VeR Jenasah.

2. Visum Jenasah :
a. Visum dengan pemeriksaan luar
b. Visum dengan pemeriksaan luar
& dalam
5. BENTUK DAN SUSUNAN
VeR
Visum terdiri dari 5 bagian :
1. Kata Pro Justitia
2. Bagian Pendahuluan
3. Bagian Pemberitaan
4. Bagian Kesimpulan
5. Bagian Penutup
5. BENTUK DAN SUSUNAN VeR
(lanjutan…..1)
1. Pro Justitia
- Ditulis di bagian atas visum
- Sudah dianggap sama dengan
meterai
- Kata Pro Justitia artinya Demi
Keadilan,
mengandung arti laporan
yang dibuat
untuk tujuan peradilan.
5. BENTUK DAN SUSUNAN VeR
(lanjutan…..2)
2. Bagian Pendahuluan
- Kata “Pendahuluan” tdk ditulis dlm VeR
- Berisi tentang :
* waktu, tempat pemeriksaan
* atas permintaan siapa & no, tgl srt.
* dokter, pembantu yang memeriksa
* identitas korban
* mengapa diperiksa
5. BENTUK DAN SUSUNAN VeR
(lanjutan…..3)
3. Bagian Pemberitaan
- Bagian ini berjudul “ Hasil
Pemeriksaan”
- Berisikan apa yang dilihat
dan ditemukan
5. BENTUK DAN SUSUNAN VeR
(lanjutan…..4)
4. Bagian Kesimpulan
- Memuat inti sari dari hasil pemeriksaan,
disertai pendapat dokter yg memeriksa/
menymplkn kelainan yg terjd pd korban.
- Jenis luka/cedera yg ditemukan,
jenis kekerasan, derajat luka atau
sebab kematian.
5. BENTUK DAN SUSUNAN VeR
(lanjutan…..5)
5. Bagian Penutup
- Bagian ini tidak berjudul.
- Memuat pernyataan VeR dibuat atas
sumpah dokter, menurut pengetahuan
pengetahuan yang sebaik-baiknya dan
sebenarnya.
- Cantumkan Lembaran Negara No.350
tahun 1937 atau berdasarkan KUHAP
Contoh Bentuk Visum RSMH:
Perundang-undangan dan Peraturan
Negara yang berkaitan dengan
pekerjaan dokter di dalam
membantu Peradilan
Pasal 1 (28) KUHAP
• Keterangan ahli adalah keterangan
yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal
yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan
Pasal 120 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia
dapat meminta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau
mengucapkan janji dimuka penyidik bahwa
ia akan memberikan keterangan menurut
pengetahuannya yang sebaik-baiknya
kecuali bila disebabkan karena harkat serta
martabat, pekerjaan atau jabatannya yang
mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat
menolak untuk memberikan keterangan
yang diminta
Pasal 133 KUHAP
(1)Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tidak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
Pasal 133 KUHAP
(2)Permintaan keterangan ahli
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat
Pasal 133 KUHAP
(3)Mayat yang dikirim kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara
baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label
yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang diletakkan
pada ibu jari atau bagian lain badan mayat
Pasal 134 KUHAP
(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk
kepentingan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib
menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut
(3) Apabila dalam waktu 2 hari tidak ada tanggapan
apapun dari keluarga atau pihak yang perlu
diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dlm pasal 133 ayat (3) undang-undang ini
Pasal 135 KUHAP

• Dalam hal penyidik untuk


kepentingan peradilan perlu
melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal
133 ayat (2) dan pasal 134 ayat (1)
undang-undang ini
Pasal 136 KUHAP

• Semua biaya yang dikeluarkan


untuk kepentingan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam
Bagian Kedua Bab XIV
ditanggung oleh negara
Pasal 160 KUHAP
(1) …..
(2) …..
(3) Sebelum memberikan keterangan, saksi
wajib mengucapkan sumpah atau janji
menurut agamanya masing-masing,
bahwa ia akan memberikan keterangan
yang sebenarnya dan tidak lain daripada
yang sebenarnya
(4) Jika pengadilan menganggap perlu,
seorang saksi atau ahli wajib bersumpah
atau berjanji sesudah saksi atau ahli itu
selesai memberikan keterangan
Pasal 161 KUHAP
(1)Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan
yang sah menolak untuk bersumpah
atau berjanji sebagaimana dimaksud
dalam pasal 160 ayat (3) dan ayat (4),
maka pemeriksaan terhadapnya tetap
dilakukan, sedang ia dengan surat
penetapan hakim ketua sidang dapat
dikenakan sandera ditempat rumah
tahanan negara paling lama empat
belas hari
Pasal 161 KUHAP
(2) Dalam tenggang waktu
penyanderaan tersebut telah lampau
dan saksi atau ahli tetap tidak mau
disumpah atau mengucapkan janji,
maka keterangan yang telah
diberikan merupakan keterangan
yang dapat menguatkan keyakinan
hakim
Pasal 162 KUHAP
(1) Jika saksi sesudah memberi keterangan
dalam penyidikan meninggal dunia atau
karena halangan yang sah tidak dapat
hadir disidang atau tidak dipanggil
karena jauh tempat kediaman atau
tempat tinggalnya atau karena sebab
lain yang berhubungan dengan
kepentingan negara, maka keterangan
yang telah diberikannya itu dibacakan
(2) Jika keterangan itu sebelumnya telah
diberikan dibawah sumpah, maka
keterangan itu disamakan nilainya
dengan keterangan dibawah sumpah
yang diucapkan di sidang
Pasal 170 KUHAP
(1)Mereka yang karena pekerjaan, harkat
martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat diminta
dibebaskan dari kewajiban untuk
memberi keterangan sebagai saksi,
yaitu tentang hal yang dipercayakan
kepada mereka
(2)Hakim menentukan sah atau tidaknya
segala alasan untuk permintaan
tersebut
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan
(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk
saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan
ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan
keterangan yang sebaiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam
bidang keahliannya
Pasal 168 KUHAP
Kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang ini, maka tidak dapat
didengar keterangannya dan dapat
mengundurkan diri sebagai saksi :
a. Keluarga sedarah atau semenda
dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah sampai sederajat ketiga dari
terdakwa atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa
Pasal 168 KUHAP
b. Saudara dari terdakwa atau yang
bersama-sama sebagai terdakwa,
saudara ibu atau saudara bapak,
juga mereka yang mempunyai
hubungan karena perkawinan dan
anak-anak saudara terdakwa sampai
derajat ketiga
c. Suami atau isteri terdakwa meskipun
sudah bercerai atau yang bersama-
sama sebagai terdakwa
Pasal 169 KUHAP
(1)Dalam hal mereka sebagaimana
dimaksud dalam pasal 168
menghendakinya dan penuntut umum
serta terdakwa secara
tegasenyetujuinya dapat memberi
keterangan dibawah sumpah
(2)Tanpa persetujuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), mereka
diperbolehkan memberikan
keterangan tanpa sumpah
Pasal 180 KUHAP
(1) Dalam hal diperlukan untuk
menjernihkan duduknya persoalan yang
timbul disidang pengadilan, hakim ketua
sidang dapat minta keterangan ahli dan
dapat minta agar diajukan bahan baru
oleh yang brkepentingan
(2) Dalam hal timbul keberatan yang
beralasan dari terdakwa atau penasehat
hukum terhadap hasil keterangan ahli
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hakim memerintahkan agar hal itu
dilakukan penelitian ulang
Pasal 180 KUHAP
(3)Hakim karena jabatannya dapat
memerintahkan untuk dilakukan
penelitian ulang sebagaimana
tersebut pada ayat (2)
(4)Penelitian ulang sebagaimana pada
ayat (2) dan (3) dilakukan oleh
instansi semula dengan komposisi
personil yang berbeda dan instansi
lain yang berwenang untuk itu
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat
bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah ialah :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petujuk
e. Keterangan terdakwa
(2)Hal yang secara umum sudah
diketahui tidak perlu dibuktikan
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
nyatakan disidang pengadilan
Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat
(1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan dan
dikuatkan dengan sumpah, adalah :
a. …..
b. …..
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan
yang diminta secara resmi dari padanya.
d. …..
Pasal 65 KUHAP
• Tersangka atau terdakwa berhak
untuk mengusahakan dan
mengajukan saksi dan atau
seseorang yang memiliki keahlian
khusus guna memberikan
keterangan yang menguntungkan
bagi dirinya
Pasal 222 KUHAP
• Barang siapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan pemeriksaan mayat
forensik diancan dengan pidana
penjara paling lama 9 bulan atau
denda paling banyak 4500 rupiah
Pasal 224 KUHAP
• Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli
atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban berdasarkan undang-undang
yang harus dipenuhinya diancam :
1. Dalam perkara pidana, dengan pidana
penjara paling lama 9 bulan
2. Dalam perkara lain, dengan pidana
penjara paling lama 6 bulan
Lembaran Negara No. 69 tahun 1960

• Dalam LN No 69 tahun 1960,


terdapat PP No 26 tahun 1960, yaitu
tentang Lafal Sumpah Dokter
• Dalam lafal sumpah dokter terdapat
kalimat :
• Saya akan merahasiakan segala
sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan karena keilmuan
saya sebagai Dokter
Lembaran Negara No 21 Tahun
1966
• Dalam LN No 21 tahun 1966, terdapat
PP No 10 tahun 1966, yaitu tentang
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
Pasal 1
Yang dimaksud dengan Rahasia
Kedokteran ialah segala sesuatu yang
diketahui oleh orang2 tsb dalam pasal
3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaannya dalam lapangan
Kedokteran
Lembaran Negara No 21 Tahun
1966
Pasal 2
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus
dirahasiakan oleh orang2 yang
tersebut dalam pasal 3, kecuali
apabila suatu peraturan lain yang
sederajat atau lebih tinggi dari pada
Peraturan Pemerintah ini
menentukan lain
Lembaran Negara No 21 Tahun
1966
Pasal 3
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang
dimaksud dalam pasal 1 ialah :
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU
tentang Tenaga Kesehatan (LN No 7
tahun 1963)
b. Mahasiswa Kedokteran, murid yang
bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan
orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan
Lembaran Negara No 21 Tahun
1966
Pasal 4
Terhadap pelanggaran ketentuan
mengenai wajib simpan rahasia
kedokteran yang tidak atau tidak
dapat dipidana menurut pasal 322
atau 112 KUHAP, Menteri Kesehatan
dapat melakukan tindakan
administratif berdasarkan pasal 11
UU tentang Tenaga Kesehatan
Lembaran Negara No 21 Tahun
1966
Pasal 5
Apabila pelanggaran yang dimaksud
dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka
yang disebut dalam pasal 3 huruf b,
maka Menteri Kesehatan dapat
mengambil tindakan-tindakan
berdasarkan wewenang dan
kebijaksanaannya
Lembaran Negara No 21 Tahun
1966
Pasal 6
Dalam melaksanakan peraturan ini
Menteri Kesehatan dapat
mendengarkan Dewan pelindung
Susila Kedokteran dan atau Badan-
badan lain bilamana perlu

Pasal 7
Peraturan ini dapat disebut “Peraturan
Pemerintah tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran
Pasal 322 KUHAP
(1) Barang siapa dengan sengaja membuka
rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencariannya, baik yang
sekarang maupun dahulu diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan
atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap orang
tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu
Pasal 48 KUHP
Barang siapa melakukan perbuatan
karena pengaruh daya paksa, tidak
dipidana

Pasal 50 KUHP
Barang siapa melakukan perbuatan
untuk melaksanakan ketentuan
undang-undang tidak dipidana
Pasal 51 KUHP
(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh penguasa yang berwewenang
tidak dipidana
(2) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak
menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
yang diperintah, dengan itikad baik mengira
bahwa perintah diberikan dengan wewenang
dan pelaksanaannya termasuk dalam
lingkungan pekerjaannya
Pasal 108 KUHAP
(1)…..
(2)…..
(3)Setiap pegawai negeri dalam rangka
melaksanakan tugasnya yang
mengetahui tentang terjadinya
peristiwa yang merupakan tindak
pidana wajib segera melaporkan hal
itu kepada penyelidik atau penyidik

You might also like