You are on page 1of 10

TUGAS MATA KULIAH ORGANISASI INERNASIONAL

Oleh : Sri Rezeki

PANDANGAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP KEDUDUKANNYA DI


SECURITY COUNCIL DAN REFORMASI PBB

1. Security Council

Security Council merupakan suatu organ yang terdapat di dalam organisasi PBB, security
council memiliki peran sebagi pemeliharaan perdamaian dan keamanan di dunia internasional
kegiatannya sangat terorganisir. Di dalam piagam PBB security council di jelaskan sebagai
pemilik kekuasaan dalam operasi penjaga keamanan, pembentukan sanksi internasional, dan
otorisasi tindakan militer. Jumlah anggota security council adalah berjumlah lima belas anggota
diantaranya terdapat lima negara tetap yang ada di dalam security council yang memiliki hak
veto, yaitu :

1. Amerika serikat
2. Inggris,
3. Rusia,
4. perancis.
5. Cina

Kelima negara tersebut memiliki power dan pengaruh yang kuat serta merupakan negara-
negara yang memiliki hak veto. Di dalam security council, selain anggota tetap, ada juga sepuluh
anggota tidak tetap yang dipilih oleh majelis umum.

Di dalam pembahasan suatu permasalahan atau konflik internasional setiap anggota


security council diharuskan untuk hadir, membahas dan menyelesaikan suatu persoalan yang
berkenaan dengan masalah perdamaian. Sidang kecil yang mereka adakan dipimpin oleh
presiden security council yang memiliki peran sebagai pemimpin rapat dan sebagai pengawas
dari suatu rapat security council, setiap diadakannya pertemuan, setiap anggota berkumpul di
markas besar PBB yang terletak di New York. Selain lima anggota tetap dan sepuluh anggota

1
security council, negara yang termasuk di dalam anggota PBB yang bukan dari anggota security
council juga dapat berpatisipasi dalam forum pembahasan suatu konflik, karena keikutsertaan
suatu negara memiliki peran yang sangat berpengaruh di dalam pembahasan suatu konflik

Peran security council adalah menjaga perdamaian di dalam dunia internasional. Setiap
negara memiliki pandangan yang berbeda-beda pemahamannya, oleh karena itu sering sekali
terjadi konflik di antara negara-negara bahkan dapat menimbulkan situasi yang dapat
membahayakan dunia internasional oleh karena itu dengan adanya security council dimaksudkan
untuk menjadi penengah dari suatu konflik yang terjadi diantara negara yang bertikai. Bentuk
penyelesaian konflik yang ditawarkan oleh security council adalah peace keeping. Peacekeeping
sendiri oleh Wakil Sekretaris jenderal PBB Marrack Goulding didefinisikan sebagai : 1

UN field operations in which internasional personnel, civilian or military are deployed


with the consent of the parties and under UN command to help control and resolve actual or
potential international conflict or internal conflict which have a clear international dimention.

Cara-cara dalam peace keeping ini adalah dengan beberapa tindakan. Tindakan pertama
yang diambil oleh security council yaitu mencoba untuk memberikan peringatan kepada negara
yang bertikai untuk berunding mencapai kesepakatan secara damai dengan mengirimkan utusan
yang ditunjuk atau sekretaris jendral yang menjadi penengah diantara pihak yang berkonflik di
dalam perundingan tersebut.

Apabila konflik diantara dua negara tersebut berdampak peperangan, security council
harus bertindak sigap terhadap konflik tersebut dan melakukan genjatan senjata agar tidak terjadi
kekerasan yang lebih besar. Bahkan, security council dapat menggunakan kekuatan militernya
untuk membantu pencegahan tindakan kekerasan dan mengurangi ketegangan yang terjadi
dengan memutuskan langkah-langkah penegakkan hukum terhadap negara yang bertikai dengan
pemberian sanksi apabila pertikaian tersebut tidak dapat di selesaikan. Sanksi tersebut salah
satunya adalah embargo perdagangan

2. AMERIKA DALAM SECURITY COUNCIL

1
Thomas G. Weiss, David P. Forsythe and Roger Coate (eds.), The United Nations and
Changing World Politics (Oxford : Westview, 2001), hal. 51.

2
Amerika Serikat adalah salah satu negara yang mempunyai kekuatan militer dan ekonomi
yang sangat kuat melebihi negara lain. Sebagai negara powerful dengan kekuatan yang dimiliki,
Amerika dapat memberikan pengaruh kepada negara lain. Pengaruh ini dapat berupa hubungan
diplomatik, konflik, ancaman, embargo, dan lain-lain. Amerika Serikat semakin menguatkan
posisinya sebagai ”penguasa dunia” setelah melemahnya kekuatan Uni Soviet pada periode
tahun 1989, hal ini juga menandakan perubahan sistem dunia dari bipolar ke multipolar.

Sistem bipolar ini adalah pertarungan ideologi antara blok barat yang dipimpin oleh
Amerika Serikat dan blok timur yang dipimpin oleh blok timur. Kejatuhan blok timur ini
menyebabkan pengaruh Amerika Serikat semakin tak terbendung, hal ini juga berdampak pada
bagaimana Amerika berperan dalam organisasi internasional khususnya PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) dalam hal ini. Sebagai salah satu dari negara pemenang perang dan merupakan
salah satu negara yang meratifikasi piagam PBB. Lima negara yang meratifikasi piagam PBB ini
dinamakan The Big Five (AS, Soviet, Inggris, Prancis, Cina) piagam PBB ini diratifikasi pada
tanggal 24 Oktober 1945 dan kemudian ditetapkan sebagai Hari lahirnya PBB.

Dewan Keamanan tetap PBB adalah salah satu organ di PBB yang membidangi masalah
perdamaian dunia. Peran dewan keamanan tetap ini adalah menjaga perdamaian dunia sesuai
dengan isi dari piagam PBB yaitu pasal 24, 39, 41, dan 43 dan lain-lain. Jika terjadi konflik,
maka dewan keamanan tetap PBB akan melakukan investigasi (tinjauan), jika memang terjadi
pelanggaran dari satu negara maka dewan keamanan PBB dapat mengirimkan utusan untuk
peace keeping operation. Utusan ini akan berusaha untuk menyelesaikan konflik disana tanpa
kekerasan, namun jika memang situasi semakin buruk, maka tingkat peace keeping operation
akan ditingkatkan menjadi peace enforcement. Dalam menjalankan tugasnya sebagai penjaga
kedamaian dunia, dewan keamanan tetap PBB diberikan privilege yang dinamakan hak veto.
Walaupun masalah hak veto ini tidak ada dalam piagam PBB, namun kepemilikan hak istimewa
oleh P-5 tercermin dari isi Pasal 27 Piagam PBB mengenai masalah pemungutan suara. Kendati
pada ayat 2 pasal tersebut disebutkan bahwa resolusi DK PBB dapat dikeluarkan apabila telah
disetujui oleh sembilan suara mayoritas anggota namun pada ayat ke 3 ditegaskan bahwa
keputusan tersebut juga harus diterima secara bulat oleh seluruh anggota tetap DK PBB. Di
samping itu dalam upaya untuk melakukan amandemen atau perubahan dalam Piagam PBB,

3
Pasal 108 Piagam PBB menyebutkan bahwa amandemen Piagam dapat dilakukan apabila
disetujui oleh 2/3 anggota Majelis Umum termasuk seluruh anggota tetap DK PBB. 2

3. PENGARUH AMERIKA SERIKAT DALAM SECURITY COUNCIL DAN


CONFLICT RESOLUTION (ANALISIS KASUS)

1. Amerika dan Konflik Israel Palestina

Konflik antar Palestina dan Israel merupakan bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih
luas, yaitu konflik berlanjut antara bangsa Palestina dan Israel. Lahirnya Israel yaitu pada tahun
1948. Secara politik Inggris berada dibalik pendirian Negara Israel melalui deklarasi Balfour dan
Amerika secara potensial mendukung Israel. Israel menggunakan Holocoust sebagai alibi untuk
mendapatkan perhatian dunia internasional. Dan dengan didukung oleh 2 negara pemegang hak
veto maka Israel bisa mengejar ambisi-ambisinya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kawasan Timur Tengah merupakan kawasan


geopolitik yang menjadi wilayah konflik berkepanjangan. Wilayah ini mengandung sumber daya
mineral dalam jumlah yang banyak menjadikan kawasan ini sebagai ajang unjuk kekuatan oleh
negara-negara besar yang memiliki kepentingan akan energi. Tidak hanya itu, kawasan Timur
Tengah merupakan kawasan berasalnya 3 agama, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam yang menjadi
benang merah. Yahudi memegang keyakinan untuk meraih kembali tanah perjanjian (palestina).
Oleh sebab itu semboyan Israel “never again” dimana berarti kejadian Israel tercerai-berai tanpa
tanah air tidak terulang lagi. Israel bersikap keras terhadap Hamas karena sikap politik Hamas
yang mencantumkan Jerrusalem sebagai ibukota masa depan bagi Palestina.

Hubungan baik yang terjadi antara Israel-Amerika juga menjadi factor pendukung
bagi Israel. Apalagi Amerika sebagai salah satu pemegang Veto dalam Dewan Keamanan tetap
PBB. Salah satunya dengan adanya AIPAC (Komite Urusan Public Israel dan Amerika). Dalam
perkembangan arus politik AS, AIPAC berdiri pada tahun 1953, AIPAC menjadi forum/tempat
wajib bagi calon-calon presiden AS untuk memaparkan visi mereka untuk mendapat dukungan
pelobi Yahudi.

2
UN Charter

4
Pada masa pemerintahan Bill Clinton, Kongres Amerika menyatakan dukungan
resmi pada Negara dan rakyat Israel dengan perbandingan suara 198 melawan 9. Resolusi itu
mendesak Pemerintahan Amerika menggunakan hak veto di PBB untuk mencegah munculnya
resolusi yang “tidak adil” bagi Israel. Selain itu tentunya hubungan yang baik ini dikarenakan
pengusaha-pengusaha kaya berkebangsaan Israel senantiasa memberikan bantuan kepada
Amerika sebanyak 77milyar U$ pertahun sejak 1967 serta adanya sumbangan teknologi militer
yang canggih.

Bagaimana system veto tersebut ?

Hak veto merupakan hak khusus yang dimiliki oleh 5 anggota tetap DK PBB
(Dewan Keamana Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dengan adanya hak veto, anggota tetap setiap
saat dapat mempengaruhi terjadinya perubahan substansi besar-besaran dari suatu resolusi,
bahkan hak veto mampu mengancam terbitnya resolusi yang dianggap tidak menguntungkan
Negara maupun sekutunya. Amerika Serikat telah menggunakan hak vetonya lebih dari anggota
tetap lainnya. Sejak tahun 1972, veto-veto banyak dilakukan oleh Amerika khususnya terhadap
resolusi yang ditujukan bagi Israel. Sejak tahun 2002, Amerika mengumandangkan doktrin
Negroponte, kelanjutan dari Doktrin Israel First yang menyatakan bahwa Amerika akan selalu
siap menentang setiap resolusi DK yang berusaha untuk menghukum Israel. Untuk konflik
Palestina-Israel, dari 82 veto Amerika, setengahnya merupakan dukungan Amerika terhadap
Israel.

2. Konflik Amerika dan Irak

-Intervensi Amerika Sebagai Salah Satu Pemilik hak Veto Terhadap Irak

Pada Perang Teluk I, Amerika mendukung Irak dengan mengirimkan pasukan untuk
memperkuat militansi Irak, namun setelah Perang Teluk II, Amerika justru menodongkan
senjatanya pada Irak yang menuduhnya melakukan agresor terhadap KUwait. Pecahlah perang
dunia III selama 43 hari dan Amerika menyatakan kemenangan berada dipihaknya bersama
tentara gabungan pada 1 Mei 2003. Selanjutnya pemerintahan Sadam Hussein digulingkan dan
dibentuklah pemerintahan baru dibawah pengaruh Amerika Serikat. Banyak persepsi
mengatakan bahwa Amrika Serikat dengan kekuasaan yang dimilikinya di PBB melakukan
intervensi terhadap Irak atas dasar kepentingan Pemerintahnya diatas kepentingan keamanan

5
dunia. Bush Junior sendiri melanjutkan apa yang telah dilakukan bapaknya, untuk memusnahkan
kepemimpinan saddam Hussein di Irak. Disamping itu, Amerika dikabarkan ingin menguasai
perminyakan Timur tengah dan ingin mengamankan posisi Israel. Hal tersebut dikuatkan dengan
tidak hengkangnya tentara Amerika pasca pergantian pemerintahan Irak pada tahun 2005. Disini,
Amerika sebagai salah satu Dewan Keamanan PBB memang bertugas mengamankan dunia,
namun disisi lain, terlihat kepentingannya untuk memusnahkan Saddam Husein. Buktinya,
mengapa penjatuhan hukuman terhadap Saddam Hussein tidak diberikan pada mahkamah
intrnasional seperti yang sudah dilakukan pada presiden Yugoslavia. Sehingga pada tahun 2006
Saddam Hussein Dihukum mati. Dengan begitu, potensi kekuatan Irak melemah dan Amerika
dapat melanjutkan misinya. Berkaitan dengan prihal intervensi ini ditambah dengan aksi lainnya,
banyak pemerintahan dunia yang menginginkan adanya Reformasi PBB. Dimana, khalayak
menginginkan perombakan ulang Dewan Keamanan. Rasanya, hal itu sulit dilakukan dimana
para anggota DK PBB mempunyai hak veto untuk pada akhirnya memutuskan menolak
perombakan secara struktural, hanya saja mungkin secara fungsional dan kulturalnya dapat
dilakukan, dimana anggota DK PBB tidak boleh serta merta melakukan veto terhadap berbagai
kasus. Apalagi Amerika sebagai negara penyumbang dana terbesar bagi PBB, sudah pasti dia
yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar terhadap PBB dan tidak mau kepentingannya
tidak terlaksana dengan mudah seperti sekarang ini.

3 Amerika dan Perang Korea

Perang Korea (1950-1953) merupakan perang pertama di mana Perserikatan Bangsa-


Bangsa (PBB) memainkan peranan yang besar. Perang ini juga merupakan bagian dari perang
dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Walaupun hanya berlangsung selama tiga tahun,
namun perang ini merenggut banyak korban. Di pihak Amerika dan Korea Selatan, tidak kurang
dari 500.000 korban yang berjatuhan. Sedangkan di pihak Uni Soviet dan Korea Utara, korban
yang berjatuhan lebih banyak tiga lipat. Dan walaupun perang telah merenggut banyak korban,
hingga saat ini ketegangan antara kedua pihak belum benar-benar hilang.
Seperti yang kita ketahui, bahwa perang Korea merupakan salah satu perang yang terjadi
pada masa perang dingin. Dalam perang ini dapat kita lihat adanya campur tangan Amerika atau
dengan kata lain dapat kita temukan kepentingan Amerika dalam keterlibatannya di perang
Korea. Keterlibatan ini berkaitan dengan politik pembendungan (containment) yang dijalankan

6
oleh Amerika. Politik pembendungan ini merupakan politik yang dijalankan oleh Amerika untuk
menghentikan penyebaran ideologi konunis oleh Uni Soviet. Di mana seperti yang kita ketahui
bahwa Amerika merasa gerakan Uni Soviet yang menyebarkan paham komunis dapat
mengganggu kedudukan Amerika sebagai salah satu hegemoni dunia. Di mana pada masa itu
Uni Soviet juga hadir sebagai salah satu kekuatan utama dunia. Dan di antara Amerika dan Uni
Soviet terjadi perlombaan dalam segala hal untuk menunjukkan kekuatan mereka.
Perang Korea merupakan ujian yang berat bagi kredibilitas PBB. Sebagai bagian dari
perang dingin, perang korea merupakan isu yang rumit di mana PBB harus berusaha keras untuk
menyelesaikannya atau gagal dengan memepertaruhkan kredibilitasnya. PBB, sebelum Korea
pecah menjadi dua, menyarankan untuk diadakannya pemilihan umum di Korea dan PBB akan
mengawasi agar proses tersebut dapat berjalan dengan adil.
Setelah Korea Utara menyerang Korea Selatan pada tahun 1950, Amerika menyatakan
keinginannya untuk melakukan invasi sesegera mungkin tanpa dewan keamanan. Amerika
mengatakan bahwa Korea Utara telah merusak perdamaian dengan menyerang Korea Selatan.
Pada tanggal 27 Juni tahun 1950, Amerika lewat PBB ingin menggunakan kekuatan militer pada
Korea Utara karena telah menolak resolusi Dewan Keamanan PBB pada tanggal 25 Juni.
Kemudian PBB membentuk pasukan untuk menangani masalah ini, di mana pasukan
tersebut berasal dari 16 negara anggota namun berada dalam kontrol PBB. Pasukan ini
didominasi oleh pasukan dari Amerika Serikat, dan dikomendani oleh Jenderal Amerika, yaitu
Douglas MacArthur.
Dari paparan di atas dapat kita katakan bahwa Amerika dengan power dan kapabilitas
yang dimilikinya untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingan nasional mereka,
dalam hal ini yaitu keterlibatan mereka dalam perang Korea dalam rangka menerapkan politik
pembendungan yang dicetuskan oleh presiden Truman.
Di Dewan Keamanan, Amerika sangat menyadari posisi strategisnya sebagai negara
dengan power yang besar, kapabilitis yang besar, serta merupakan negara penyumbang terbesar
dalam PBB. Posisi ini membuat Amerika dapat memasukkan kepentingan-kepentingan
nasionalnya ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB, walaupun terkadang harus menghadapi
tantangan yang berat karena tidak disetujui oleh anggota Dewan keamanan lainnya. Contohnya
dalam kasus perang Korea ini, keinginan Amerika untuk melakukan misi di Korea selalu

7
mendapatkan veto dari Uni Soviet. Hingga akhirnya masalah perang Korea ini diputuskan oleh
Majelis Umum dalam Sidang Darurat Majelis Umum yang dinamakan proses Uniting for Peace.

4. KESIMPULAN

Amerika sebagai negara superpower sangat menyadari arti penting dirinya dalam PBB
dan terutama dalam Dewan Keamanan. Seperti yang kita ketahui, Amerika merupakan
penyumbang dana terbesar PBB(iuran), markas PBB merupakan sumbangan dari Amerika
Serikat, selain itu Amerika juga selalu terdepan dalam usahanya untuk menyelesaikan konflik
atau kasus di dunia. Atau dapat kita ibaratkan Amerika sebagai ‘penggebuk’. Amerika menyadari
perannya yang dapat dikatakan sebagai pilar yangpaling besar dan kokoh di PBB. Jika kita
melihat sejarah LBB (Liga Bangsa-Bangsa) yang hanya berumur pendek, kita dapat katakan
bahwa salah satu faktor kegagalan dari LBB karena negara sekuat Amerika tidak turut berperan
aktif dalam LBB karena kebijakan isolasi yang diterapkan oleh Amerika pada saat itu. Maka dari
itu, di PBB ini, Amerika sangat menyadari peranan dirinya dan berusaha menggunakan sebaik
mungkin posisinya tersebut agar sejalan dengan kepentingan nasional Amerika.

Hal ini dapat dilihat dari adanya contoh-contoh kasus diatas, yaitu pada kasus perang
Korea, Irak dan Palestina. Bahkan, dalam masalah Irak, Amerika, di bawah pemerintahan Bush
pernah berkata kepada Annan (Sekjen PBB saat itu) agar Anna melakukan apa yang harus ia
lakukan, dan Amerika pun akan melakukan apa yang harus dilakukannya.3 Bush mengatakan hal
tersebut karena tidak adanya dukungan baik dari PBB dan Dewan Keamanan dalam rangka
keinginan Amerika untuk melakukan serangan terhadap Irak. Dari perkataan tersebut dapat kita
katakan bahwa bahkan Amerika sadar bahwa kekuatannya ada di atas PBB dan dapat melakukan
apapun sesuai dengan kepentingan nasionalnya walaupun itu bertentangan. Karena seperti yang
kita ketahui bahwa penyerangan atau penggunaan kekuatan hanya dapat dilakukan atas nama
Dewan Keamanan PBB.4 Sedangkan Amerika dalam hal ini bertindak sendiri tanpa
mengindahkan keputusan Dewan Keamanan PBB. Amerika merasa sudah saatnya untuk
bertindak, wakaupun harus bertindak seorang diri.

3
James Traub, The Best Intentions: Kofi Annan and The UN in Era American World Power
(Bloomburry: London, 2006) hlm. 167-187

4
United Nation Charter, article 46

8
Mengenai masalah reformasi dalam PBB, untuk masalah revitalisasi, restrukturisasi,
hingga demokratisasi, Amerika Serikat cenderung untuk setuju, namun, Amerika Serikat sebagai
salah satu anggota Dewan keamanan tetap PBB cenderung abstain untuk masalah reformasi
anggota dewan keamanan tetap PBB. Alasannya adalah karena Amerika tidak merasa
diuntungkan dan tidak merasa dirugikan dalam kasus ini. Kenapa tidak diuntungkan dan tidak
dirugikan, karena Amerika merasa posisinya dalam dewan keamanan PBB tidak mungkin
digantikan. Setidaknya alasan utamanya adalah karena Amerika merupakan penyumbang iuran
terbesar bagi PBB, jika tidak ada Amerika sebagai penyumbang dana, maka PBB akan
kehilangan sumbangan dana sebesar 25%. Sedangkan PBB sangat membutuhkan sumbangan
dana dari Amerika untuk melaksanakan fungsinya. Selain itu, Amerika memiliki militer yang
kuat yang bisa diandalkan oleh PBB. Amerika juga memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
negara lain. Jadi, untuk menggantikan posisi Amerika di dewan keamanan tetap PBB sangat sulit
dan cenderung impossible.

Selain itu yang menjadi isu utama calon negara-negara yang akan diganti posisinya
adalah Perancis dan Inggris yang pegaruh dan sumbangan dananya tidak sehebat dulu. Posisi
Amerika dalam hal ini tentu sangat jelas yaitu Amerika abstain. Dasar dari sikap abstain ini
adalah karena yang kemungkinan diganti posisinya adalah Perancis dan Inggris bukan Amerika
Serikat, hal ini dikarenakan kedua negara ini sumbangan dananya kalah jika dibandingkan iuran
dana Jepang dan Jerman yang menempati urutan kedua dan ketiga dalam besarnya sumbangan
dana untuk PBB. Jepang menyumbang 20, 573 % dan Jerman menyumbang sebesar 9,857 %,
bandingkan dengan Perancis yang hanya menyumbang 6,545 % dan Inggris yang hanya 5, 092 %

Amerika juga abstain karena dilihat dari segi iuran, memang Jepang dan Jerman sangat
dimungkinkan masuk ke dalam dewan keamanan tetap PBB, namun disisi lain Amerika juga
tidak dapat menyangkal kedekatan hubungan antara Inggris dan AS dimana keikutsertaan
Pemerintah Inggris terutama mantan PM Winston Churchill dianggap cukup penting dan
signifikan dalam rangkaian pertemuan untuk mengupayakan proses perdamaian sepanjang
perang dunia kedua mulai dari Pertemuan Teheran, Atlantik, Yalta dan Postdam sampai dengan
Konferensi San Fransisco 1945. Di samping itu kedua negara tersebut juga dikategorikan
sebagai negara nuklir yang memiliki hak khusus berdasarkan Perjanjian Non-Proliferation pada
1967 untuk tetap dapat mengembangkan persenjataan nuklir namun tetap berkewajiban menjaga

9
perdamaian dan keamanan internasional. Oleh karena itu, sangat berat bagi Amerika untuk setuju
maupun tidak setuju terhadap isu reformasi PBB terutama untuk isu penggantian anggota dewan
keamanan tetap PBB. Alhasil Amerika lebih memilih untuk abstain.

10

You might also like