You are on page 1of 5

‫بسم الله الّرحمن الّرحيم‬

Argumen mengambil fadilah ayat lima belas


Dari Kitab Majmu` Syarif Kami

Ayat lima belas terdiri atas :

1. Ali Imran : 1-2 dan 18


2. Al-An`am : 95
3. Ar-Ra`d : 31
4. Yasin : 82
5. Al-Fatihah : 2
6. Qaf : 15
7. Al-Hadid : 4 dan 25
8. At-Taghabun : 13
9. Ath-Thalaq : 3
10. Al-Jinn : 28
11. Al-Muzzammil : 9
12. An-Naba : 38
13. Abasa : 18-19
14. At-Takwir : 20
15. Al-Buruj : 20-22

Membaca ayat lima belas dengan seizin Allah SWT dapat berfaedah memenuhi
kebutuhan hidup, menyembuhkan orang sakit atau keracunan, serta memberikan
keselamatan dan keamanan.

Ayat tujuh terdiri atas :

1. At-Taubah: 51
2. Yunus: 107
3. Hud : 6
4. Hud : 56
5. Al-Ankabut : 60
6. Fathir : 2
7. Az-Zumar : 38

Ka`b al-Akhbar mengatakan bahwa, dengan seizin Allah SWT pembaca ayat tujuh
mendapatkan keselamatan dari setiap bahaya dan musibah.

Menurut Syekh Abul `Abbas Ahmad al-Buni, terdapat empat surah berurutan di dalam
Al-Qur`an, yang pada tiap surah ada satu ayat yang mempunyai sepuluh huruf Qaf .
Sebagian ulama menambahkan satu ayat dari surah ar-Ra`d sehingga menjadi lima
ayat. Kelima ayat tersebut adalah :

1. Al-Baqarah : 246
2. Ali Imran : 181

3. An-Nisa : 77

4. Al-Maidah : 27

5. Ar-Ra`d : 16

Ayat lima adalah permohonan hamba untuk mendapatkan Perlindungan Allah SWT dari
segala bentuk kejahatan, seperti perampasan, penganiayaan, gangguan binatang buas, dan
lain-lain.
Ulama yang saya tahu mengatakan fadhilah ayat lima ini adalah K.H. Husin Kadri.

Namun secara umum Al-Qur`an adalah sebagai penyembuh dan rahmat bagi orang yang
beriman.

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian." (Al-Isra`:82)

"Penyembuh." Penyembuh yang dimaksud di sini meliputi penyembuh atas


segala penyakit, baik rohani maupun jasmani, sebagaimana yang akan
dijelaskan dalam tafsirnya.

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: "Allah Subhanahu wa Ta'ala


mengabarkan tentang kitab-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya
Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu Al-Qur`an, yang tidak terdapat
kebatilan di dalamnya baik dari sisi depan maupun belakang, yang
diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji, bahwa
sesungguhnya Al-Qur`an itu merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum
mukminin. Yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan,
kesyirikan, penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati.
Al-Qur`an- lah yang menyembuhkan itu semua. Di samping itu, ia
merupakan rahmat yang dengannya membuahkan keimanan, hikmah, mencari
kebaikan dan mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan
kecuali oleh orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikutinya.
Bagi orang yang seperti ini, Al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan
rahmat.

Al-'Allamah Abdurrahman As-Sa'di rahimahullahu berkata pula dalam


menjelaskan ayat ini:

"Al-Qur`an mengandung penyembuh dan rahmat. Dan ini tidak berlaku


untuk semua orang, namun hanya bagi kaum mukminin yang membenarkan
ayat-ayat-Nya dan berilmu dengannya. Adapun orang-orang dzalim yang
tidak membenarkan dan tidak mengamalkannya, maka ayat- ayat tersebut
tidaklah menambah baginya kecuali kerugian. Karena, hujjah telah
ditegakkan kepadanya dengan ayat-ayat itu.

Penyembuhan yang terkandung dalam Al-Qur`an bersifat umum meliputi


penyembuhan hati dari berbagai syubhat, kejahilan, berbagai pemikiran
yang merusak, penyimpangan yang jahat, dan berbagai tendensi yang
batil. Sebab ia (Al-Qur`an) mengandung ilmu yakin, yang dengannya akan
musnah setiap syubhat dan kejahilan. Ia merupakan pemberi nasehat
serta peringatan, yang dengannya akan musnah setiap syahwat yang
menyelisihi perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di samping itu, Al-
Qur`an juga menyembuhkan jasmani dari berbagai penyakit.

Adapun rahmat, maka sesungguhnya di dalamnya terkandung sebab-sebab


dan sarana untuk meraihnya. Kapan saja seseorang melakukan sebab-sebab
itu, maka dia akan menang dengan meraih rahmat dan kebahagiaan yang
abadi, serta ganjaran kebaikan, cepat ataupun lambat." . (Taisir Al-
Karim Ar-Rahman, hal. 465) Hal ini lah yang dikatakan sebagai sarana utk memenuhi
kebutuhan, baik itu didunia maupun di akherat.

Dalam hal ini, para ulama menukilkan dua pendapat: Ada yang
mengkhususkan penyakit hati; Ada pula yang menyebutkan penyakit
jasmani dengan cara meruqyah, ber-ta'awudz, dan semisalnya. Ikhtilaf
ini disebutkan Al-Qurthubi dalam Tafsir-nya. Demikian pula disebutkan
Asy- Syaukani dalam Fathul Qadir, lalu beliau berkata: "Dan tidak ada
penghalang untuk membawa ayat ini kepada dua makna tersebut." (Fathul
Qadir, 3/253)

Pendapat ini semakin ditegaskan Syaikhul Islam Ibnul Qayyim


rahimahullahu dalam kitabnya Zadul Ma'ad:

"Al-Qur`an adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati


dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat. Dan tidaklah
setiap orang diberi keahlian dan taufiq untuk menjadikannya sebagai
obat. Jika seorang yang sakit konsisten berobat dengannya dan
meletakkan pada sakitnya dengan penuh kejujuran dan keimanan,
penerimaan yang sempurna, keyakinan yang kokoh, dan menyempurnakan
syaratnya, niscaya penyakit apapun tidak akan mampu menghadapinya
selama-lamanya. Bagaimana mungkin penyakit tersebut mampu menghadapi
firman Dzat yang memiliki langit dan bumi. Jika diturunkan kepada
gunung, maka ia akan menghancurkannya. Atau diturunkan kepada bumi,
maka ia akan membelahnya. Maka tidak satu pun jenis penyakit, baik
penyakit hati maupun jasmani, melainkan dalam Al-Qur`an ada cara yang
membimbing kepada obat dan sebab (kesembuhan) nya." (Zadul Ma'ad,
4/287)
Demikian pula yang diriwayatkan Al-Imam Bukhari rahimahullahu dalam
Shahih-nya, dari hadits Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu 'anhu, beliau
berkata:

"Sekelompok2 shahabat Nabi berangkat dalam suatu perjalanan yang


mereka tempuh. Singgahlah mereka di sebuah kampung Arab. Mereka pun
meminta agar dijamu sebagai tamu, namun penduduk kampung tersebut
enggan menjamu mereka.

Selang beberapa waktu kemudian, pemimpin kampung tersebut terkena


sengatan (kalajengking). Penduduk kampung tersebut pun berusaha
mencari segala upaya penyembuhan, namun sedikitpun tak membuahkan
hasil. Sebagian mereka ada yang berkata: 'Kalau sekiranya kalian
mendatangi sekelompok orang itu (yaitu para shahabat), mungkin
sebagian mereka ada yang memiliki sesuatu.'

Mereka pun mendatanginya, lalu berkata: "Wahai rombongan, sesungguhnya


pemimpin kami tersengat (kalajengking). Kami telah mengupayakan segala
hal, namun tidak membuahkan hasil. Apakah salah seorang di antara
kalian memiliki sesuatu? Sebagian shahabat menjawab: 'Iya. Demi Allah,
aku bisa meruqyah. Namun demi Allah, kami telah meminta jamuan kepada
kalian namun kalian tidak menjamu kami. Maka aku tidak akan meruqyah
untuk kalian hingga kalian memberikan upah kepada kami.'

Mereka pun setuju untuk memberi upah beberapa ekor kambing3. Maka dia
(salah seorang shahabat) pun meludahinya dan membacakan atas pemimpin
kaum itu Alhamdulillahi rabbil 'alamin (Al-Fatihah). Pemimpin kampung
tersebut pun merasa terlepas dari ikatan, lalu dia berjalan tanpa ada
gangguan lagi.

Mereka lalu memberikan upah sebagaimana telah disepakati. Sebagian


shahabat berkata: 'Bagilah.' Sedangkan yang meruqyah berkata: 'Jangan
kalian lakukan, hingga kita menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam lalu kita menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi.
Kemudian menunggu apa yang beliau perintahkan kepada kita.'

Merekapun menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian


melaporkan hal tersebut. Maka beliau bersabda: 'Tahu dari mana kalian
bahwa itu (Al-Fatihah, pen.) memang ruqyah?' Lalu beliau berkata:
'Kalian telah benar. Bagilah (upahnya) dan berilah untukku bagian
bersama kalian', sambil beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa."

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa seluruh ayat-ayat Al-Qur`an merupakan
penyembuh dan rahmat bagi yang membaca. Adapun ulama yang mengetahui rahasia
suatu ayat, maka mereka menggunakan ayat tersebut sebagai penyembuh, sebagai doa
terkabul segala hajat, sebagai perlindungan dari segala marabahaya

You might also like