You are on page 1of 6

BENTUK DAN RUTE PEMBERIAN OBAT

(Ns. Nurfalah Setyawati, S.Kep)

A. ORAL
a. Tablet & Kapsul
Tidak diberikan pada klien yang muntah, tidak mempunyai refleks
muntah, atau dalam keadaan koma.
Kapsul enteric-coated dan timed-release harus ditelasn seutuhnya
supaya efektif.
Obat yang dapat mengiritasi diberikan bersama dengan makanan untuk
mengurangi rasa tidak enak pada saluran gastrointestinal.
Obat-obat yang diberikan sublingual (diletakkan di bawah lidah) atau
bukal (diletakkan antara pipi dan gusi) dibiarkan pada tempatnya
sampai semuanya diabsorpsi. Jangan berikan makanan atau cairan
selama obat masih ada di tempatnya.
b. Cairan
Ada beberapa bentuk, termasuk di antaranya adalah eliksir, emulsi, dan
suspensi.
Baca label untuk memastikan apakah memerlukan pengocokkan.
Miniskus berada pada garis dosis yang diminta.
Kebanyakan cairan membutuhkan penyimpanan di dalam lemari es jika
telah direkonstitusi.

B. TRANSDERMAL
Obat Transdermal tersimpan di dalam patch yang ditempelkan pada
kulit dan diserap melalui kulit, mempunyai efek sistemik.
Patch untuk obat kardiovaskuler, obat neoplastik, hormone, obat untuk
mengatasi reaksi alergik dan insulin kini sedang dikembangkan dan
diproduksi.
Obat transdermal lebih menjamin kadar darah yang konsisten dan
menghindari problem absorpsi gastrointestinal yang menyertai produk
yang dipakai melalui oral.

C. TOPIKAL
Obat topikal dapat diberikan pada kulit dalam berbagai cara seperti
dengan sarung tangan, spatel lidah, atau aplikator dengan ujung kapas.
Pergunakan teknik yang tepat untuk memindahkan obat dari tempat
obat dan membubuhkannya pada kulit yang bersih dan kering, jika
mungkin. Jangan mengkontaminasi obat dalam tempatnya; pergunakan
sarung tangan atau aplikator.
Perhatikan teknik steril jika kulit pecah. Ambil tindakan pencegahan
untuk menghindari noda karena obat.
Berikan gosokan yang cukup kuat jika menggosokkan obat.

D. INSTILASI
Adalah obat cair yang biasanya diberikan sebagai tetes dalam bentuk-bentuk berikut :
Tetes mata
Salep mata
Tetes telinga
Tetes dan semprot hidung
Minta klien untuk menghembuskan hidungnya.
Berikan tetesan dalam jumlah yang diresepkan.
Minta klien agar tetap menengadahkan kepala ke belakang selama
5 menit setelah instilasi tetesan.

E. SUPOSITORIA
Pengobatan dengan supositoria memiliki efek lokal maupun sistemik. Banyaknya
kapiler kecil-kecil di daerah rectum/vaginal akan mempercepat absorpsi.
a. Rektal
Supositoria cenderung menjadi lunak pada suhu kamar, simpan dalam
lemari es sebelum/ setelah digunakan.
Jelaskan prosedur pada klien dan jaga privacy klien.
Gunakan sarung tangan sewaktu memasukkan obat.
Minta klien mengatur posisi yang nyaman dan anjurkan klien untuk
relaksasi nafas dalam untuk melemaskan spinkter anus.
Bubuhkan sedikit pelumas yang larut dalam air di ujung supositoria
yang telah dibuka bungkusnya dan dengan perlahan masukkan
supositoria melewati sfingter anus.
Minta klien untuk tetap berada di tempatnya selama 20 menit setelah
dimasukkan.
Jika memberikan obat-obat seperti antipiretik dan bronkodilator,
ingatkan klien untuk menahan obat dan jangan mengeluarkannya.
Jika merupakan indikasi, ajar klien untuk memakaki supositoria sendiri
dan perhatikan demostrasi ulang untuk efektifitasnya.
b. Vaginal
Prinsipnya mirip dengan supositoria rektal. Umumnya obat dimasukkan ke
dalam vagina dengan aplikator.

F. SELANG NASOGASTRIK & GASTROSTOMI


a. Selang nasogastrik dan gastrostomi
Periksa penempatan selang apakah pada tempatnya.
Tuang obat ke dalam tabung suntik tanpa pendorong, lepaskan klem,
dan biarkan obat mengalir masuk sebagaimana mestinya.
Bilas selang dengan 50 ml air (lihat pada aturan yang tersedia untuk
jumlah yang tepat).
Klem tabung dan angkat jarum suntik.
b. Aerosol (Inhalasi)
Nebulizer dan alat ukuran dosis yang dapat dipegang oleh tangan.
Lebih baik klien dalam posisi semi fowler atau fowler tinggi.
Ajarkan klien untuk menggunakan alat dengan benar.

G. PERENTERAL
a. Intradermal
Kerja
Efek lokal.
Jumlah kecil diinjeksikan sehingga volume tidak terganggu
dengan pembengkakan atau menyebabkan reaksi sistemik.
Digunakan untuk pengamatan reaksi peradangan (alergi)
terhadap protein asing. Eg: tes tuberculin, tes terhadap
antibiotik & kepekaan alergi lainnya, beberapa macam
imunoterapi untuk kanker.
Tempat
Lokasi yang dipilih harus dapat diamati.
Pilih yang tidak banyak mengandung pigmen, berkeratin tipis,
dan tidak berambut.
Yaitu: permukaan ventral lengan bawah, daerah klavikula pada
dada, daerah skpula pada punggung, dan permukaan medial
paha.
Perlengkapan
Jarum: No. 26-27
Tabung suntik: kalibrasi 1 ml dalam inkremen 0.01 ml.
Biasanya disuntikkan 0.01 – 0,1 ml.
b. Subkutan
Kerja
Efek sistemik.
Efek bertahan; terutama diserap melalui kapiler. Biasanya lebih
lambat mula kerjanya daripada rute intramuskular.
Dipakai untuk dosis kecil untuk obat-obat yang tidak
mengiritasi, larut dalam air.
Tempat
Lokasi untuk suntikan dipilih di mana terdapat bantalan lemak
dengan ukuran yang memadai.
Yaitu: abdomen, paha atas, punggung bagian atas, lengan atas
sisi lateral, paha sisi lateral.
Perlengkapan
Jarum: No.25 – 27
Panjang ½ - 5/8 inci
Tabung suntik: 1 – 3 ml. Biasanya disuntikkan 0,5 – 1,5 ml.
Tabung suntik insulin yang memakai ukuran dalam unit hanya
dipakai untuk insulin.
c. Intramuskular
Kerja
Efek sistemik.
Biasanya efek obat lebih cepat terjadi dari pada subkutan.
Dipakai untuk obat yang mengiritasi, suspensi dalam air, dan
larutan dalam minyak.
Tempat
Lokasi yang dipilih pada daerah dengan ukuran otot yang
memadai dan terdapat sedikit saraf dan pembuluh darah yang
besar.
Yaitu: ventrogluteal, dorsogluteal, deltoid, dan vastus lateralis
(pada anak-anak).
Tempat pemberian obat tergantung dari volume obat yang
diberikan, ukuran jarum, sudut suntikan, posisi klien,
keuntungan dan kerugian tempat, dan pertimbangan tambahan.
Perlengkapan
Ventrogluteal
 Jarum: No.20 -23; 1,25 – 2,5 inci
 Volume obat:
Biasa: 1 – 4 ml
Maksimum: 5 ml
Dorsogluteal
 Jarum: 18 – 23; 1,25 – 3 inci
Lebih panjang untuk klien yang obese.
 Volume obat:
Biasa: 1 – 4 ml
Maksimum: 5 ml
Deltoid
 Jarum: 23 – 25; 5/8 – 1,5 inci
 Volume obat:
Biasa: 0,5 ml
Maksimum: 1 ml
Vastus lateralis
 Jarum: 22 – 25; 5/8 – 1 inci
 Volume obat:
Biasa: < 0,5 ml (bayi)
1 ml (anak-anak)
Maksimum: 1 ml (bayi)
2 ml (anak-anak)
d. Intravena
Kerja
Efek sistemik.
Lebih cepat daripada IM dan SK/ SC
Tempat
Vena perifer lebih mudah dicapai. Eg: vena sefalika atau kubiti
dari lengan; vena dorsalis.
Pada bayi baru lahir: vena-vena pada kaki, tungkai bawah, dan
kepala dapat digunakan bila tempat-tempat di atas telah
digunakan.
Perlengkapan
Jarum: No. 20 – 21; 1 – 1,5 inci
No. 24; 1 inci (bayi)
No. 22; 1 inci (anak-anak)
Lubang yang lebih besar untuk obat yang kental, darah
penuh (whole blood) atau fraksi darah, volume besar
atau infus cepat.

IMPLIKASI KEPERAWATAN
Jelaskan apa yang anda ingin kerjakan. Usahakan mendapat kerjasama dari klien.
Berikan waktu bagi klien untuk bekerjasama.
Tunjukkan empati dan perhatian bagi tiap klien, demikian pula teknik yang tepat.
Hilangkan kecemasan. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya.
Letakkan klien dalam posisi yang diperlukan.
Pergunakan jarum dan tabung suntik dengan ukuran yang sesuai untuk klien.
Berikan obat hanya melalui rute yang diperintahkan.
Periksa kulit sebelum memberikan setiap suntikan.
Jangan memberikan suntikan subkutan atau intramuskular pada daerah yang
mengalami peradangan, edema, atau mempunyai lesi (tahi lalat, tanda lahir, parut).
Ganti tempat suntikan untuk meningkatkan absorpsi obat. Catat tempat suntikan.
Jangan berikan suntikan IM pada tempat dorsogluteal pada anak-anak. Lebih baik
memilih vastus lateralis.
Isi kolom cairan dengan jumlah cairan yang dipakai bersama obat jika klien diawasi
asupan dan keluarannya. Berikan hanya cairan yang diperbolehkan dalam diet.
Amati klien terhadap reaksi yang tidak diinginkan, dan laporkan tanda pertama dengan
segera.

REFERENSI

• Kee, Joyce L. dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi : pendekatan proses


keperawatan. Jakarta : EGC

You might also like